SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. 94
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 74-93
ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS
KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN
PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ
M. Indra Gunawan
IAI Hamzanwadi NW Pancor Lombok Timur NTB
Email: indra.iaih@gmail.com
Abstract: "Nusyuz" means an act of the wife which can be interpreted as
opposing the will of her husband with no reason that can be accepted
according to syara law. But when a husband sues his wife on the pretext
of "nusyuz" in front of the court, it must be proven and there must be a
witness as one proof, the judge will analyze the truth of the witness's
testimony as proof. This requirement is because justice, which is one of
the objectives to be realized in case examinations and termination before
a religious court, will depend on evidence.
Keyword: Judging Analysis, Witness Testimony,Nusuz
A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk biologis yang diciptakan oleh
Allah swt. begitu sempurna. Disamping kesempurnaan itu manusia
juga memiliki banyak kekurangan serta berbagai macam karakter,
sifat dan ciri khas yang berbeda-beda. Manusia juga telah diberi
dorongan atau watak ketertarikan dan keserasian baik secara fisik
maupun kejiwaan dengan lain jenisnya yang tidak mungkin dapat
dihindari. Untuk merealisasikan hubungan tersebut harus sesuai
dengan syari’at yang ditetapkan yaitu melalui perkawinan.
Perkawinan adalah rahmat dan nikmat dari Allah swt. karena
dengan perkawinan itu manusia merasakan kasih sayang, kedamaian,
kelembutan dan nikmatnya kehidupan. Selain itu, pernikahan yang
dilakukan oleh manusia mempunyai tiga tujuan, yaitu :
i) kepuasan syahwat yang suci, mendapatkan keturunan dengan cara
yang dibenarkan, ii) kecendrungan jiwa untuk memberikan kasih
sayang, ketenangan,1 dan iii) menurut Yahya Harahap yaitu saling
1
Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan. (Jakarta : Kencana, 2006). hal : 46-47
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
95
tolong menolong atas segala kesulitan dan permasalahan-
permasalahan hidup.2
Perkawinan bukan suatu bentuk kerjasama bisnis yang
bertujuan mendapatkan keuntungan semata dan seringkali tidak
peduli terhadap kerugian yang diderita oleh pasangannya, tetapi
perkawinan adalah perjanjian yang mengikat di bawah persaksian dan
sumpah antara suami-isteri untuk saling berbuat demi kebahagiaan
pasangannya dan saling menolong untuk meraih kebahagiaan
bersama,3 sebagaimana dijelaskan Allah swt. dalam al-Qur’an surat al-
A’raf ayat 189, yang artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari diri
yang satu dan padanya, dan dia menciptakan isterinya, agar dia
merasa tenang, kepadanya”4
Secara tidak langsung ayat di atas telah menjelaskan bahwa
terjadinya ikatan perkawinan antara laki-laki dan perempuan
memiliki tujuan mulia dan demi kebahagian mereka. Mulianya tujuan
yang ingin dicapai dalam ikatan perkawinan juga digambarkan oleh
Allah dalam al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21, yang artinya: “Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menjadikan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung kepadanya,
dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir”5
Sudah menjadi hukum alam bahwa apabila ada kebaikan maka
ada pula keburukan, demikian juga halnya dalam ikatan perkawinan.
Ikatan perkawinan tidak selamanya berjalan mulus seperti yang
dicita-citakan oleh pasangan suami-isteri dalam rumah tangga. Hal ini
disebabkan karena tidak terpenuhinya hak dan kewajiban suami-
isteri, seperti misalnya seorang isteri tidak mau melaksanakan
kewajiban layaknya seorang isteri, berbakti lahir dan batin kepada
suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum islam yaitu
2
Yahya Harahap dalam Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di
Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No.1 / 1974 sampai
KHI. (Jakarta : Kencana, 2004). hal : 51
3
Irwani. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Nusyuz dan Penyelesaiannya di Pengadilan
Agama Selong Lombok Tengah. (Syariah. STAIN Mataram : 2003).
4
Depag RI. Al-Quran dan Terjemahan. (Depag : 1997). hal : 253
5
Depag RI. Ibid. hal. 644
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
96
menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari
dengan sebaik-baiknya.6
Pada keadaan seperti di atas, seringkali dapat mengakibatkan
pertengkaran dan percecokan yang tidak ada habisnya. Sikap seperti
ini dalam hukum perkawinan Islam disebut sebagai nusyuz7
(durhaka).
Berkaitan dengan perkara nusyuz, Islam tidak membiarkan
sampai terjadi pembangkangan dan pendurhakaan. Sejak munculnya
tanda-tanda nusyuz, Islam telah menentukan beberapa tindakan
antisipasi yang harus diambil secara bertahap. Sebagaimana firman
Allah swt. dalam surat An-Nisa ayat 34 yang artinya : “Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan kedurhakaannya, nasihatilah dan
pisahkanlah dirimu dari tempat tidur mereka dan pukullah mereka
(dengan pukulan yang tidak membahayakan), kemudian jika mereka
mentaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan
mereka.8
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran bahwa ada
beberapa upaya yang mesti dilakukan oleh suami seandainya istri
benar-benar terbukti melakukan nusyuz. Upaya tersebut merupakan
tindakan preventif yang secara berurutan dapat diuraikan sebagai
berikut : 1). Memberikan nasehat; 2). Memisahkan diri dari tempat
tidur dengan sikap berpaling; 3). Boleh memukul, asal pukulan itu
tidak menyakitkan atau melukai.9
Jika dalam hubungan yang masih mengalami keretakan
tersebut sudah tidak bisa diusahakan penyelesaiannya secara damai
karena masing-masing pihak masih mempertahankan egonya dan
6
Depag RI. Bahan Penyuluhan Hukum, UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam. (Jakarta : 2001). hal 183
7
Nusyuz (durhaka) adalah apabila isteri menentang kehendak suami dengan tidak ada alasan
yang dapat diterima menurut hukum syara’, tindakan ini dipandang durhaka seperti misalnya :
(1) Suami telah menyediakan rumah yang sesuai dengan keadaan suami, tetapi istri tidak
mau pindah ke rumah itu; atau isteri meninggalkan rumah tangga tanpa izin suami. (2)
Apabila suami-isteri tinggal di rumah kepunyaan isteri dengan izin isteri, kemudian pada suatu
waktu isteri mengusir (melarang) suami masuk rumah itu, dan bukan karena minta pindah ke
rumah yang disediakan oleh suami. (3) Apabila isteri bepergian dengan tidak beserta suami
atau mahramnya, walaupun perjalanan itu wajib, seperti haji; karena perjalanan perempuan
yang tidak beserta suami atau mahram terhitung maksiat. (4) Umpamanya isteri menetap di
tempat yang disediakan oleh perusahaannya, sedangkan suami minta supaya isteri menetap di
rumah yang disediakannya, tetapi isteri berkeberatan dengan tidak ada alasan yang pantas.
Nusyuz bisa saja terjadi karena tidak mau memberikan hak dan menunaikan kewajiban
layaknya suami-isteri. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Sinar Baru Algesindo, Bandung : 1994)
8
Depag RI. hal : 111
9
Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. hlm : 209
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
97
menganggap diri benar serta makin jauhnya tanda-tanda akan
terciptanya perdamaian di antara mereka, barulah kemudian
perceraian adalah jalan terbaik untuk menyelesaikannya. Hal ini telah
diatur dalam Pasal 65 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang
peradilan agama jo Undang-undang No. 3 Tahun 2006 yang berbunyi
sebagai berikut :
“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan
setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak”.
Erat kaitannya dengan perkara perceraian sebagaimana yang
dinyatakan dalam pasal di atas, tentu pengadilan tidak secepat itu
akan memutuskan suatu perkara atau sengketa perceraian akan tetapi
harus melalui proses demi proses pemeriksaan dan salah satu proses
tersebut adalah pembuktian tentang dalil-dalil yang diajukan oleh
pemohon dan termohon atau dari bukti-bukti lain yang erat kaitannya
dengan permohonan perceraian para pihak.
Untuk melaksanakan pembuktian, hakim memerlukan dasar-
dasar hukum dalam rangka menentukan suatu putusan yang nantinya
akan memiliki kekuatan hukum tetap. Dilaksanakan pembuktian
dalam sengketa perceraian adalah suatu cara yang dilakukan oleh
pihak berperkara atau bersengketa untuk memberikan dasar kepada
hakim tentang kepastian kebenaran suatu peristiwa yang telah
didalilkan.10 Usaha tersebut kemudian memberikan peluang atau
ruang kepada yang berperkara untuk menghadirkan alat-alat bukti
sebagai penguat tuntutan atau permohonan yang telah disampaikan
kepada pengadilan.
Dijelaskan dalam Pasal 163 Herziene Indonesische Reglement
(HIR) dan Reglement Voor de Buitengewestern (RBg.) bahwa : “Barang
siapa yang mengatakan ia mempunyai hak atau ia menyebutkan suatu
perbuatan untuk menguatkan haknya itu, atau untuk membantah hak
orang itu harus membuktikan adanya hak atau adanya kejadian itu”.11
Begitu juga halnya dalam gugatan perceraian perkawinan
dengan alasan nusyuz, syiqaq, alasan salah satu pihak mendapat
pidana penjara, alasan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau juga alasan
mengenai permohonan cerai thalak, dan jika dalam hal ini terjadi
10
Gatot Supramono. Hukum Pembuktian di Pengadilan Agama. (Bandung : Alumni, 1993).
hal : 16
11
Taufik Makarao. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. (Rineka Cipta. Jakarta : 2004) hal :
95
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
98
sangkalan-sangkalan, maka harus dibuktikan dan tentunya atas
perintah hakim karena jabatannya itu. Dalam keadaan seperti ini
hakim dituntut mencermati dan memeriksa alat-alat bukti yang
diajukan dan ditunjukkan oleh pihak yang berperkara atau yang
bersengketa secara efektif sesuai dengan Undang-undang atau hukum
pembuktian yang berlaku.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum
pembuktian (law of evidence) dalam perkara merupakan bagian yang
kompleks dalam proses legitimasi. Menurut John, J. Cound, : tujuan
pembuktian adalah untuk mencari kebenaran yang hakiki dari
peristiwa-peristiwa masa lalu yang diperkarakan di muka pengadilan,
meskipun kebenaran yang dicari dapat diwujudkan dari proses
peradilan, kebenaran yang dicari di pengadilan tidak bersifat absolut
tetapi kebenaran yang bersifat relatif atau bahkan cukup hanya
bersifat kemungkinan saja.12
Hukum acara peradilan agama mengenal beberapa jenis alat
bukti, salah satu diantaranya adalah alat bukti saksi, dalam hukum
Islam disebut syahid (saksi laki-laki) atau syahidah (saksi perempuan)
yang terambil dari kata musyahadah yang artinya : menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, dan saksi adalah manusia hidup.
Syahadah berarti keterangan orang yang dapat dipercaya di depan
sidang pengadilan dengan lafaz kesaksian untuk menetapkan hak atas
orang lain.13
Dari pengertian tentang saksi di atas dapat diketahui bahwa
saksi haruslah orang yang jujur, mengetahui serta dapat
mengungkapkan kebenaran dalil gugat yang diajukan. Oleh karena itu
saksi haruslah dapat meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil yang
dikemukakan di muka sidang dalam suatu persengketaan, tetapi
kadang-kadang para pihak yang berperkara di pengadilan agama
Selong tidak memahami bagaimana kriteria saksi yang harus
diajukan, walaupun hakim sudah memberitahukan terlebih dahulu,
sehingga hal tersebut bisa memperlambat jalannya persidangan.
Pembuktian dimaksudkan untuk mencari kebenaran, artinya
dari proses pembuktian ini nantinya akan ditarik suatu kesimpulan
tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Meskipun kebenaran
12
John J. Cound dalam Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata, Tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. (Sinar Grafika Offset.
Jakarta : 2004) hal : 496
13
Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.
(Jakarta : Kencana, 2006) hal : 369
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
99
yang diperoleh dari hasil pembuktian ini masih mengandung unsur-
unsur ketidakpastian walaupun sedikit namun itulah kebenaran yang
harus dipatuhi oleh masing-masing pihak. Kebenaran yang diperoleh
dari hasil pembuktian itu sudah mempunyai ketetapan hukum tetap,
karena kebenaran itu adalah usaha maksimal dari hakim untuk
menyentuh rasa keadilan para pencari keadilan.
Dari uraian latar belakang di atas, terutama tentang
pembuktian dengan persaksian dalam proses pemeriksaan perkara
perceraian akibat nusyuz, penulis tergugah untuk menyusun sebuah
karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul : Analisa Hakim
Dalam Menggali Kebenaran Atas Keterangan Saksi Sebagai Alat Bukti
Dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian Akibat Nusyuz.
B. PENGERTIAN NUSYUZ
Nusyuz berasal dari kata nasyaza, nasyasha, nasyazat,
memiliki arti yang sama, yaitu meninggikan diri dan nusyuuzu al-
zawjain yang berarti “saling membenci dan saling berlaku jahat
antara suami-isteri”.14 Pengertian menurut pandangan hukum islam
“nusyuz” berarti suatu tindakan isteri yang dapat diartikan
menentang kehendak suaminya dengan tidak ada alasan yang dapat
diterima menurut hukum syara’. Pendapat lain menyatakan bahwa
nusyuz adalah meninggalkan kewajiban bersuami-isteri seperti
nusyuz dari isteri yang telah meninggalkan rumah tangga tanpa izin
dari suami. Sedangkan nusyuz dari suami ialah tidak mau menggauli
isteri dan tidak mau memberikan hak-hak isteri. Dalam arti luas
nusyuz adalah suami atau isteri yang meninggalkan kewajiban
bersuami-isteri yang membawa kerenggangan hubungan diantara
keduanya.15
Secara etimologis nusyuz berarti meninggi atau terangkat.
Dikatakan isteri nusyuz terhadap suaminya berarti isteri merasa
dirinya sudah lebih tinggi kedudukannya dari suaminya, sehingga ia
tidak lagi merasa berkewajiban mematuhinya. Secara defenisi nusyuz
diartikan dengan “kedurhakaan isteri terhadap suami dalam hal
menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya”.16
Para ahli tafsir mendefinisikan nusyuz sebagai usaha
menumpukkan kekerasan dalam ucapan, perbuatan, atau keduanya
14
Shaleh Ghanim. Jika Suami Isteri Berselisih. (Gema Insani. Jakarta : 1998) hal. 24
15
Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. (Sinar Baru Al-Gesindo. Bandung : 1997) hal 297
16
Amir Syarifuddin. Op. Cit. hal. 190
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
100
yang dilakukan oleh suami-isteri karena kebencian kepada pasangan
hidupnya. Dengan demikian, isteri yang nusyuz kepada suaminya
berarti isteri yang ingkar, membangkang dan menentang suaminya.17
Dalam penyelesaiannya menurut hukum Islam yakni Islam
telah menentukan beberapa tindakan antisipasi yang harus diambil
secara bertahap, tindakan ini bukan untuk menindas, memaksa atau
menghinakan akan tetapi justru untuk meluruskan penyimpangan
yang mungkin bisa mengancam kelangsungan perkawinan
sebagaimana firman Allah swt. Surat An-nisa ayat 34 yang artinya
:“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan kedurhakaannya,
nasihatilah dan pisahkanlah dirimu dari tempat tidur mereka dan
pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak membahayakan),
kemudian jika mereka mentaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkan mereka18.
Dari ayat di atas, diterangkan upaya-upaya yang harus
dilakukan oleh suami apabila isterinya secara terang-terangan
melakukan nusyuz.
Diantara kewajiban suami terhadap isterinya adalah
membimbing dan mengarahkannya kearah yang positif dengan
memberikan nasehat yang baik. Rasulullah dalam sebuah hadits
mengingatkan kepada para suami untuk selalu memberikan nasehat
kepada isterinya, hadits yang dimaksud adalah :
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬ ْ‫َو‬‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ِ‫ء‬َ‫ا‬‫س‬ِ‫الن‬ِ‫ب‬‫ْرا‬‫ي‬َ‫خ‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َ‫ن‬ْ‫ق‬ِ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ض‬ِ‫إ‬ َ‫و‬َّ‫ن‬َ‫ْو‬‫ع‬َ‫ا‬َ‫ج‬‫َيئ‬‫ش‬‫ي‬ِ‫ف‬ِ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫الض‬َ‫ا‬ُ‫ه‬َ‫ال‬ْ‫ع‬ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َ‫َبت‬‫ه‬َ‫ذ‬
ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ْر‬‫س‬َ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ت‬‫ك‬َ‫َر‬‫ت‬ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ل‬ َ‫ز‬َ‫ي‬َ‫ج‬ َ‫ْو‬‫ع‬َ‫ا‬.
Artinya : Dan terimalah pesanan-Ku (untuk berbuat) kebaikan
kepada perempuan-perempuan, karena mereka itu
dijadikan dari tulang rusuk, sedang tulang rusuk yang
paling bengkok ialah yang paling atas. Jika engkau hendak
luruskan dia, niscaya engkau patahkan dia; dan jika
engkau biarkan dia maka tetaplah ia bengkok.
Adapun langkah-langkah yang diambil isteri apabila melihat
tanda-tanda suaminya melakukan nusyuz yaitu sebagaimana firman
Allah swt. surat An-Nisa’ ayat 128.
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa langkah yang bisa
ditempuh isteri dalam menghadapi suaminya yang nusyuz berbeda
17
Suheri Sidik Ismail. Ketentraman Suami Isteri. (Dunia Ilmu. Surabaya : 1999) hal. 107
18
Depag RI.
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
101
dengan langkah suami yang ditetapkan dalam memperbaiki nusyuz
isterinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nusyuz adalah
ketidak akraban, perselisihan, hubungan yang tidak harmonis antara
suami-isteri, yang dapat mendatangkan keresahan dan kegelisahan
yang sangat menyakitkan.
C. PROSEDUR PERCERAIAN DALAM PERSFEKTIF UNDANG-UNDANG
NO. 7 TAHUN 1989 JO. UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006
Dengan berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1989 yang
telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, maka
prosedur cerai thalak dan cerai gugat adalah sebagai berikut :
Cerai Thalak, : seorang suami yang akan menalak istrinya
mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama yang daerah
hukumnya meliputi tempat termohon. Dalam permohonan tersebut
dimuat identitas para pihak, yaitu pemohon (suami) dan termohon
(isteri) yang meliputi : nama, umur dan tempat kediaman serta alasan
yang menjadi dasar cerai thalak.
Cerai Gugat, : gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau
kuasanya kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman penggugat disertai alasan yang menjadi dasar
gugatannya.
1. Pengertian Pembuktian
Pembuktian secara etimologi berasal dari kata “bukti” yang
berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata
“bukti” jika mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” maka berarti
“proses”, “perbuatan, “cara membuktikan”, secara terminologi
pembuktian berarti usaha menunjukkan benar atau salahnya si
terdakwa dalam sidang pengadilan.19
Dalam arti yang luas pembuktian adalah kemampuan
penggugat atau tergugat memanfaatkan hukum pembuktian untuk
mendukung dan membenarkan hubungan hukum dan peristiwa-
peristiwa yang didalilkan atau dibantahkan dalam hubungan
hukum yang diperkarakan. Sedangkan dalam arti sempit,
pembuktian hanya diperlukan sepanjang mengenai hal-hal yang
dibantah atau hal yang masih disengketakan atau hanya sepanjang
19
Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata Untuk Mahasiswa dan
Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) hal : 52
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
102
yang menjadi perselisihan diantara pihak-pihak yang
berperkara.20
2. Jenis-jenis Alat Bukti
Alat bukti yang diakui oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku diatur dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284
R.Bg, dan Pasal 1866 KUH Perdata, sebagai berikut :
 Alat bukti surat (tulisan)
 Alat bukti saksi
 Persangkaan (dugaan)
 Pengakuan
 Sumpah.21
a. Alat Bukti Surat atau Tulisan
Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa alat bukti surat
atau tulisan adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda
bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau
untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan
dipergunakan sebagai pembuktian.22
b. Alat Bukti Saksi
Pembuktian dengan saksi-saksi diatur dalam Pasal 168
sampai 172 HIR dan Pasal 306 sampai 309 RBG serta Pasal
1985 sampai 1912 KUH Perdata.
Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa keterangan saksi
atau suatu kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada
hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan
dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh
orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang
dipanggil di persidangan.23
c. Alat Bukti Persangkaan (dugaan)
Secara rinci alat bukti persangkaan diatur dalam Pasal
1915 sampai 1922 KUH Perdata yaitu :
“Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh
undang-undang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang
20
Yahya Harahap dalam Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan
Peradilan Agama. (Kencana. Jakarta : 2006) hal : 227
21
Abdul Manan. Ibid. hal : 239
22
Ibid. hal : 240
23
Sudikno Mertokusumo dalam Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata
Untuk Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) hal : 60
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
103
terang nyata kearah peristiwa lain yang belum terang
kenyataannya”.
d. Alat Bukti Pengakuan
Dasar hukum pengakuan sebagai alat bukti diatur dalam
Pasal 174 HIR dan Pasal 311 R.Bg serta Pasal 1923-1928 KUH
Perdata.yaitu :
“Pengakuan yang diucapkan dihadapan hakim adalah
merupakan bukti yang sempurna memberatkan orang
yang mengucapkannya, baik sendiri, maupun dengan
bantuan orang lain yang khusus dikuasakan untuk itu”.
“Pengakuan yang dikemukakan terhadap suatu pihak ada
yang dilakukan dimuka hakim dan ada yang dilakukan di
luar sidang pengadilan”
e. Alat Bukti Sumpah
Alat bukti sumpah diatur dalam Pasal 182 sampai 185
dan 314 R.Bg, Pasal 155 sampai 158 dan 177 HIR serta Pasal
1929 sampai 1945 KUH Perdata.
Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa sumpah pada
umumnya adalah suatu pernyataan yang khidmat yang
diberikan atau diucapkan pada waktu memberikan janji atau
keterangan dengan mengingat akan sifat mahakuasa dari pada
Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan
atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya. Jadi pada
hakikatnya sumpah merupakan tindakan yang bersifat religius
yang digunakan dalam peradilan.24
3. Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam proses pemeriksaan perkara adalah
merupakan suatu keharusan. Keharusan ini disebabkan karena
keadilan yang merupakan salah satu tujuan yang hendak
direalisasikan dalam pemeriksaan perkara dan pemutusannya di
muka pengadilan agama akan sangat bergantung pada adanya
pembuktian.
Ketentuan di atas dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi :
24
Sudikno Mertokusumo dalam Taufik Makarao. Ibid. hal : 115
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
104
ْ‫و‬َ‫ل‬‫ى‬َ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫ْو‬‫ع‬َ‫د‬ِ‫ب‬َ‫عى‬َ‫د‬َ‫ال‬َ‫َاس‬‫ن‬ِ‫اء‬َ‫م‬ِ‫د‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ‫ر‬َ‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬,َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫ن‬ِ‫ك‬‫البينة‬َ‫ع‬‫ى‬َ‫ل‬‫ى‬ِ‫ع‬َّ‫د‬ُ‫م‬‫ال‬
ِ‫ْن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬‫ال‬ َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫َر‬‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ا‬(‫رواه‬‫مسلم‬)
Artinya : “Sekiranya diberikan kepada manusia apa saja
yang digugatnya, tentulah manusia akan
menggugat apa yang ia kehendaki, baik jiwa
maupun harta. Akan tetapi keterangan (bukti)
dimintakan kepada si penggugat dan sumpah itu
dibebankan kepada tergugat”25
Dari hadits di atas dapat ditarik suatu definisi mengenai
pembuktian, yaitu suatu proses yang menjadi keharusan dalam
rangka menjaga dan menjamin tegaknya suatu keadilan, baik
mengenai jiwa maupun hak kepemilikan sesuatu oleh seseorang
apabila terjadi persengketaan. Jika pembuktian tidak diharuskan
maka setiap orang dengan sesuka hatinya akan menggugat hak
milik orang lain, maka terjadilah perampasan hak milik yang
bertentangan dengan prinsip keadilan yang menjadi salah satu
cita-cita peradilan.
Menurut H. Taufiq bahwa peristiwa yang harus dibuktikan
di muka sidang pengadilan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu :
a. Peristiwa atau kejadian tersebut harus merupakan
peristiwa atau kejadian yang disengketakan, sebab
pembuktian itu merupakan cara untuk menyelesaikan
sengketa. Jadi seandainya peristiwa atau kejadian yang
menjadi dasar gugatan itu tidak disengketakan, maka
tidak perlu dibuktikan.
b. Peristiwa atau kejadian tersebut harus dapat diukur,
terikat dengan ruang dan waktu. Hal ini logis, sebab
peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang tidak
dapat diukur tidak dapat dibuktikan.
c. Peristiwa atau kejadian tersebut harus berkaitan dengan
hak yang disengketakan, karena pembuktian itu tidak
mengenal hak yang disengketakan itu sendiri. Tetapi
yang harus dibuktikan adalah peristiwa atau kejadian
yang menjadi sumber hak yang disengketakan.
25
Abu Husein bin Hajjaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Shahih Muslim. Juz III (Semarang, Asy-
Syifa, 1993)
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
105
d. Peristiwa atau kejadian itu efektif untuk dibuktikan.
Maksudnya bahwa sering untuk membuktikan suatu hak
terdiri dari rangkaian beberapa peristiwa atau kejadian,
maka peristiwa dan kejadian itu merupakan salah satu
mata rangkaian peristiwa atau kejadian tersebut.
e. Peristiwa atau kejadian tersebut tidak dilarang oleh
hukum dan kesusilaan.26
4. Pembuktian Dengan Saksi Dalam Proses Pemeriksaan
Perkara Perceraian dalam Hukum Acara Paradilan Agama
Alat bukti saksi, atau dalam hukum acara peradilan Islam
dikenal dengan istilah Syahid yang terambil dari kata Musyahadah,
yang diartikan menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Alat bukti saksi diatur dalam Pasal 169 sampai 172 HIR
dan Pasal 306 sampai 309 R.Bg. Kesaksian adalah kepastian yang
diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang
disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan
pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara,
yang dipanggil di persidangan.
Hukum Islam telah menetapkan batas minimal saksi
sebagai alat bukti adalah dua orang saksi laki-laki atau satu orang
laki-laki dan dua orang perempuan sebagaimana tersebut dalam
surat Al-Baqarah ayat 282.
Menurut ayat di atas, keharusan adanya dua orang saksi
karena sifat manusia yang cenderung lupa, dan jika salah seorang
lupa maka yang lainnya akan mengingatkan.
Dalam hukum acara peradilan agama, khususnya dalam
proses pemeriksaan perkara perceraian, tidak semua orang bisa
didengar keterangannya sebagai saksi, oleh karena itu syarat
diterimanya suatu kesaksian menurut hukum Islam yaitu :
a. Islam (dalam hal-hal tertentu ada pengecualian)
b. Adil (bahwa kebaikan mereka harus mengalahkan
keburukannya serta tidak pendusta)
c. Baligh
d. Berakal (tidak gila atau mabuk)
e. Berbicara (tidak bisu)
f. Hafal dan cermat dan
g. Bersih dari tuduhan27
26
H. Taufiq dalam Abdul Manan… hal : 230
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
106
D. PROSES ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS
KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ
Dalam menganalisa dan menggali kebenaran atas keterangan
saksi hakim di Pengadilan Agama mempunyai kiat-kiat atau langkah-
langkah dalam pemeriksaan alat bukti saksi, langkah-langkah yang
dimaksud yaitu : Setiap proses pemeriksaan alat bukti saksi hakim di
pengadilan agama , dengan cara memanggil saksi satu persatu ke
ruang persidangan, hal ini sesuai berdasarkan pasal 144 ayat (1) HIR
dan pasal 171 ayat (1) R.Bg, pada hari yang telah ditetapkan saksi
dipanggil masuk ke dalam ruang sidang satu demi satu tidak boleh
dilakukan secara bersama-sama, maksudnya tidak lain adalah agar
saksi-saksi tersebut tidak menyesuaikan keterangan mereka satu
sama lain.28 Langkah hakim dalam proses pemeriksaan saksi dengan
memanggil satu persatu untuk dimintai keterangannya di muka
pengadilan adalah tepat, karena dalam hal menimbang kualitas
kesaksian tersebut, hakim harus memperhatikan benar-benar
kecocokan satu saksi dengan yang lainnya.
Biasanya, hakim di pengadilan agama sebelum mendengarkan
keterangan saksi, hakim menanyakan terlebih dahulu apakah saksi
sudah makan sebelum berangkat ke pengadilan dan menanyakan
tentang keadaan saksi apakah mereka sehat dan bersedia
memberikan keterangan yang sebenar-benarnya menurut
pengetahuannya sendiri. Langkah ini sangat penting bagi hakim
karena dengan menanyakan hal tersebut hakim dapat mengetahui
pada saat itu saksi benar-benar sehat dan dapat memberikan
keterangan dengan baik, sehingga menjawab pertanyaan hakim tidak
bertele-tele yang mengakibatkan terhambatnya jalan persidangan. Di
samping itu, untuk dapat didengar keterangannya saksi harus
memenuhi syarat formil maupun materil, yang mana di dalamnya
menyebutkan bahwa saksi harus sehat akalnya, tidak gila serta
keterangannya harus logis dan tidak bertentangan dengan akal sehat.
Hakim di pengadilan agama menanyakan kepada saksi tentang
identitas, baik mengenai nama, umur, pekerjaan, pendidikan dan
umur saksi, karena dengan mengetahui identitas saksi, hakim dapat
27
Sulaikin Lubis, dkk. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia. (Kencana.
Jakarta : 2006) hal. 140
28
Taufik Makarao. …… hal : 105
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
107
mengetahui dan menimbang kualitas kesaksian para saksi. Seperti
contoh, seorang saksi yang diyakini sebagai seorang yang suka
mabuk-mabukan, tentunya akan berbeda pola hidup dan tingkah
lakunya dengan seorang saksi yang mempunyai latar belakang agama
yang baik, begitupun halnya ketika memberikan keterangan di muka
sidang pengadilan, maka hakim di pengadilan agama menggunakan
langkah ini sangat tepat mengingat di dalam Pasal 172 HIR dan 309
RBg serta Pasal 1908 KUH Perdata menyebutkan bahwa : hakim
dalam menganalisa dan menggali kebenaran atas keterangan saksi
harus memperhatikan benar-benar kecocokan satu saksi dengan yang
lainnya, kesesuaian kesaksian dengan keterangan yang diketahui dari
tempat lain tentang perkara yang dipersengketakan, segala sebab
yang mungkin ada pada saksi untuk mengemukakan perkara tersebut,
perikehidupan, adat dan martabat saksi, dan pada umumnya semua
hal yang dapat menyebabkan saksi itu dapat dipercayai atau kurang
dipercayai.29
Selanjutnya, langkah yang paling penting dilakukan oleh hakim
di pengadilan agama yaitu menanyakan kepada saksi tentang
kesediaannya memberikan kesaksian dan apakah ia sanggup untuk
disumpah dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya.
Langkah ini digunakan oleh hakim agar para saksi tidak memberikan
keterangan palsu, hal ini sesuai dengan Pasal 175 R.Bg dan Pasal 147
HIR serta Pasal 1911 KUH Perdata yang menyatakan bahwa apabila
orang tidak minta dibebaskan dari memberikan kesaksian atau jika
permintaan untuk dibebaskan tidak beralasan, maka sebelum saksi itu
memberikan keterangan lebih dahulu haruslah dia disumpah menurut
agamanya30. Di dalam sumpah berisi janji untuk memberikan
keterangan tentang apa-apa yang diketahui saksi dan tidak lain dari
apa yang diketahui oleh saksi, sehingga dengan demikian keterangan
saksi akan terjaga dari hal-hal yang bersifat menyimpang dari apa
yang seharusnya dia ketahui. Adapun kata-kata sumpah menurut
ajaran Islam yaitu “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan
menerangkan yang benar dan tidak lain dari pada yang sebenarnya.
Sehingga dimungkinkan secara moral dan keyakinan agamanya bahwa
tidak akan berani untuk berbohong atau memberikan keterangan
palsu, karena implikasi dari perbuatan tersebut akan berakibat yang
29
Ibid.
30
Ibid. hal. 107
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
108
sangat berbahaya bagi keselamatan diri dan keluarganya di dunia
maupun di akhirat.
Setelah saksi bersedia di sumpah, hakim kemudian akan
meminta keterangan saksi tentang apa-apa saja yang ia ketahui, ia
lihat, dan ia dengar sendiri tentang dalil-dalil yang diajukan oleh para
pihak bukan berasalkan dari keterangan yang saksi dengar dari orang
lain kemudian saksi simpulkan sendiri. Langkah ini sangat tepat
dilakukan mengingat Pasal 171 HIR dan Pasal 308 R.Bg yang
menyatakan bahwa : Pendapat dan kesimpulan yang diperoleh dengan
jalan menggunakan buah pikiran bukanlah kesaksian31. Jadi saksi
adalah orang-orang yang mengalami, mendengar, merasakan, dan
melihat sendiri suatu peristiwa atau kejadian dalam perkara yang
sedang dipersengketakan.
Saksi dalam memberikan keterangannya, tidak dibenarkan
untuk meminta persetujuan dari para pihak, sebab tidak jarang saksi
meminta persetujuan para pihak di dalam memberikan keterangan.
Disamping itu juga pertanyaan yang diajukan kepada saksi harus
disampaikan melalui Ketua Majelis Hakim, jadi yang berkepentingan
atau para pihak tidak boleh langsung melakukan tanya jawab kepada
saksi, melainkan melalui Ketua Majelis Hakim. Apabila keterangan
yang ingin diperoleh dari saksi dirasa sudah mencukupi dan setelah
keterangan saksi dikonfirmasikan kepada para pihak, saksi kemudian
dipersilahkan untuk meninggalkan ruang sidang32.
E. KENDALA DAN UPAYA HAKIM DALAM MENGANALISA
KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ DI
PENGADILAN AGAMA
Dalam upaya mendengarkan dan mencermati keterangan saksi
tentunya ada kendala-kendala yang dihadapi oleh hakim khususnya di
pengadilan agama , karena para hakim kebanyakan berasal dari luar
daerah dan sebagian besar masyarakat yang diadili adalah masyarakat
yang tidak bisa berbahasa Indonesia, sehingga hal ini dapat
memperlambat jalannya persidangan. Oleh karena itu, apabila dalam
suatu persidangan terjadi kejanggalan atau keterangan yang kurang
jelas pada tahap tanya jawab antara hakim dengan saksi maka upaya
hakim yaitu memberikan pertanyaan sejelas mungkin dengan
menggunakan bahasa yang dipahami oleh saksi walaupun hakim tidak
31
Abdul Manan. ……. hal. 249
32
Ibid. hal. 253
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
109
fasih berbahasa daerah, hakim anggota yang lain akan ikut
memperjelas pertanyaan tersebut sampai dapat dipahami oleh saksi.
Upaya ini tidak patut dilakukan karena bisa saja hakim yang tidak bisa
berbahasa daerah akan kesulitan memahami alur pembicaraan
tersebut. Untuk mengatasi hal di atas, dalam Pasal 177 KUHAP
dijelaskan bahwa : jika saksi tidak paham bahasa Indonesia, hakim
ketua sidang menunjuk seorang juru bahasa yang bersumpah atau
berjanji akan menterjemahkan dengan benar semua yang harus
diterjemahkan. Secara formil dan yang sah dipakai dalam proses
pemeriksaan perkara adalah bahasa Indonesia, jadi kalau saksi tidak
mengerti bahasa tersebut maka harus diangkat juru bahasa.
Kendala lain yang timbul dalam proses persidangan perceraian
akibat nusyuz seringkali para keluarga kedua belah pihak tidak mau
diangkat menjadi hakim atau penengah untuk mendamaikan kedua
belah pihak karena mereka merasa tidak sanggup untuk
mendamaikan mereka, walaupun upaya untuk mendamaikan sudah
dilakukan secara maksimal tetapi tidak berhasil dan menurut mereka
jalan keluar satu-satunya adalah diceraikan saja, maka dalam hal ini
hakim memeriksa keluarga tersebut sebagai saksi untuk dimintai
keterangannya untuk menyusun keyakinan atas dalil gugatan
penggugat dan kemudian perkara tersebut diputus. Langkah ini
ditempuh hakim sesuai dengan Pasal 76 Undang-undang No. 7 Tahun
1989 tentang peradilan agama bahwa dalam perkara perceraian
berdasarkan alasan pertengkaran atau perselisihan yang terus
menurus sehingga menyebabkan salah satu pihak meninggalkan pihak
lain, maka diperkenankan mempergunakan saksi dari keluarga
terdekat dari kedua belah pihak33.
Selain kendala di atas, pada tahap pemeriksaan perkara akibat
nusyuz seringkali tidak dihadiri oleh tergugat/termohon karena sebab
mereka tidak diketahui keberadaannya, tidak mau kembali atau rukun
kembali menjalin rumah tangga karena sebab sudah tidak kuat
menahan penderitaan dalam rumah tangga yang dijalaninya. Oleh
karena itu, penyelesaian perkara nusyuz di pengadilan agama tidak
secara lengkap dilakukan, karena suatu dalil yang dibuktikan oleh
pemohon/penggugat tidak bisa dibantah atau disangkal oleh
tergugat/termohon sehingga oleh hakim semua pembuktian
dibenarkan. Sehingga upaya yang dilakukan yaitu mengikutsertakan
keluarga dekat dengan kedua belah pihak untuk menyaksikkan,
33
Abdul Manan,……... hal : 254
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
110
mendengarkan atau memberikan keterangan yang mungkin menurut
hakim sangat diperlukan mulai dari awal pemeriksaan sampai akhir.
Langkah di atas, sesuai dalam penjelasan Pasal 27 ayat (4)
Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 yang menyatakan : dalam hal
dijatuhkan putusan verstek dengan tidak hadirnya tergugat setelah
dipanggil secara patut, maka segala peristiwa yang didalilkan oleh
penggugat harus dianggap benar. Dalam hal ini hakim cukup meneliti
apakah panggilan telah dilaksanakan secara resmi dan patut, jika telah
dilaksanakan secara resmi dan patut, jika telah dilaksanakan secara
resmi dan patut, maka dapat dijatuhkan putusan tanpa hadirnya
tergugat, dan dalil gugat penggugat tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam
perkara perceraian, sebaiknya tetap dilaksanakan pembuktian tentang
kebenaran dalil gugatan penggugat, dan perlu dipanggil pihak
keluarga masing-masing pihak atau orang dekat dengan penggugat
atau tergugat guna didengar keterangannya dalam rangka usaha
perdamaian secara maksimal34.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan berdasarkan paparan di atas, dalam hal ini bisa
dilihat bahwa analisa hakim dalam menggali kebenaran atas
keterangan saksi sebagai alat bukti dalam menyelesaikan perkara
perceraian akibat nusyuz di pengadilan agama , maka peneliti dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hakim dalam menganalisa dan menggali kebenaran atas
keterangan saksi melalui beberapa langkah yaitu :
a. Hakim dalam memeriksa saksi dipanggil masuk secara satu
persatu, langkah ini dilakukan agar tidak terjadi kompromi
antara saksi yang satu dengan yang lain.
b. Di samping hakim menanyakan peristiwa yang disengketakan
hakim juga harus menanyakan darimana keterangan saksi itu
didapatkan, karena sumber keterangan saksi tersebut harus
melalui apa yang saksi alami sendiri tentang peristiwa yang
disengketakan.
c. Hakim terlebih dahulu menanyakan kepada saksi apakah
mereka sehat atau tidak, karena untuk dapat diterimanya
keterangan saksi di muka persidangan khususnya pengadilan
agama Selong, saksi harus sehat jasmani maupun rohani, selain
34
Ibid. hal : 236-237
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
111
itu saksi juga harus memenuhi beberapa syarat baik formil
maupun materil, dan disumpah.
2. Kendala-kendala yang dihadapi hakim di Pengadilan Agama Selong
dalam memeriksa dan mencermati keterangan saksi khususnya
dalam pemeriksaan perkara nusyuz :
a) Para pihak mengajukan saksi dari orang tua, yang sudah lanjut
usia karena bertambah umur dan usia dan sifat manusia yang
pelupa, sehingga persepsi saksi tentang peristiwa tersebut bisa
jadi bukan sebenarnya.
b) Para saksi kurang faham atas pertanyaan majelis hakim karena
mereka kurang memahami bahasa Indonesia.
c) Para keluarga kedua belah pihak tidak mau diangkat menjadi
hakim/penengah, karena tidak mau ikut campur dalam
kehidupan rumah tangga keluarganya.
d) Dalam setiap proses persidangan perceraian akibat nusyuz
sering kali tidak dihadiri oleh tergugat atau termohon
3. Adapun upaya hakim untuk mengatasi kendala tersebut di atas
adalah :
a) Menanyakan kondisi atau keadaan saksi apakah mereka sehat
atau tidak, dan bersedia memberikan kesaksian, apabila saksi
memberikan kesaksian yang terlalu jauh dari apa yang
seharusnya sedangkan keyakinan hakim belum cukup maka
hakim akan memerintahkan para pihak untuk mengajukan
saksi lagi dari keluarga yang lain.
b) Memberikan pertanyaan sejelas mungkin dengan
menggunakan bahasa yang dipahami oleh saksi walaupun
hakim tidak fasih berbahasa daerah, hakim anggota yang lain
akan ikut memperjelas pertanyaan tersebut sampai dapat
dipahami oleh saksi.
c) Apabila keluarga kedua belah pihak tidak mau diangkat
menjadi hakam/penengah, maka hakim mengikutsertakan
keluarga dekat dengan kedua belah pihak untuk
mendengarkan atau memberikan keterangan yang mungkin
menurut hakim sangat diperlukan untuk menyusun keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. (Jakarta :
Kencana, 2006).
Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi…..
USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112
112
Yahya Harahap dalam Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. Hukum
Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum
Islam dari Fiqih, UU No.1 / 1974 sampai KHI. (Jakarta :
Kencana, 2004).
Depag RI. Al-Quran dan Terjemahan. (Depag : 1997).
Depag RI. Bahan Penyuluhan Hukum, UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
(Jakarta : 2001).
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Sinar Baru Algesindo, Bandung : 1994)
Gatot Supramono. Hukum Pembuktian di Pengadilan Agama. (Bandung
: Alumni, 1993).
Taufik Makarao. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. (Rineka Cipta.
Jakarta : 2004).
John J. Cound dalam Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata, Tentang
Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan
Pengadilan. (Sinar Grafika Offset. Jakarta : 2004) .
Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan
Peradilan Agama. (Jakarta : Kencana, 2006) .
Shaleh Ghanim. Jika Suami Isteri Berselisih. (Gema Insani. Jakarta :
1998) .
Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. (Sinar Baru Al-Gesindo. Bandung : 1997) .
Suheri Sidik Ismail. Ketentraman Suami Isteri. (Dunia Ilmu. Surabaya :
1999) hal. 107
Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata Untuk
Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) .
Yahya Harahap dalam Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata
di Lingkungan Peradilan Agama. (Kencana. Jakarta : 2006) .
Sudikno Mertokusumo dalam Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam
Perkara Perdata Untuk Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar
Maju. Bandung : 2005) .
Abu Husein bin Hajjaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Shahih Muslim. Juz III
(Semarang, Asy-Syifa, 1993)
Sulaikin Lubis, dkk. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di
Indonesia. (Kencana. Jakarta : 2006) .

More Related Content

What's hot

Hukum pernikahan tanpa wali dan saksi
Hukum pernikahan tanpa wali dan saksiHukum pernikahan tanpa wali dan saksi
Hukum pernikahan tanpa wali dan saksiPearl Black
 
Agama iddah & rujuk materi xii
Agama iddah & rujuk materi xiiAgama iddah & rujuk materi xii
Agama iddah & rujuk materi xiiDhio Asfah
 
Iddah dan Rujuk
Iddah dan RujukIddah dan Rujuk
Iddah dan Rujukan nur
 
Peradilan islam
Peradilan islamPeradilan islam
Peradilan islamEmirSyarif
 
Siapakah wali hakim dalam nikah
Siapakah wali hakim dalam nikahSiapakah wali hakim dalam nikah
Siapakah wali hakim dalam nikahMuhsin Hariyanto
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAPEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAsurrenderyourthrone
 
Fikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan IslamFikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan IslamNSS Slide
 
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamKawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamRendra Fahrurrozie
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahMarhamah Saleh
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum IslamPERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum IslamIAIN Tulungagung
 

What's hot (20)

Hukum pernikahan tanpa wali dan saksi
Hukum pernikahan tanpa wali dan saksiHukum pernikahan tanpa wali dan saksi
Hukum pernikahan tanpa wali dan saksi
 
Agama iddah & rujuk materi xii
Agama iddah & rujuk materi xiiAgama iddah & rujuk materi xii
Agama iddah & rujuk materi xii
 
Iddah dan Rujuk
Iddah dan RujukIddah dan Rujuk
Iddah dan Rujuk
 
Fiqih - perceraian
Fiqih - perceraianFiqih - perceraian
Fiqih - perceraian
 
Peradilan islam
Peradilan islamPeradilan islam
Peradilan islam
 
Siapakah wali hakim dalam nikah
Siapakah wali hakim dalam nikahSiapakah wali hakim dalam nikah
Siapakah wali hakim dalam nikah
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAPEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
 
Fikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan IslamFikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan Islam
 
Syariah ( iddah)
Syariah ( iddah)Syariah ( iddah)
Syariah ( iddah)
 
Kawin kontrak
Kawin kontrakKawin kontrak
Kawin kontrak
 
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamKawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
 
Talak & Rujuk
Talak & RujukTalak & Rujuk
Talak & Rujuk
 
BAB RUJUK
BAB RUJUK BAB RUJUK
BAB RUJUK
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum IslamPERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
 
Iddah dan ihdad
Iddah dan ihdadIddah dan ihdad
Iddah dan ihdad
 

Similar to ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ

tugas ppt hukum Islam new (1).pptx
tugas ppt hukum Islam new (1).pptxtugas ppt hukum Islam new (1).pptx
tugas ppt hukum Islam new (1).pptxSorayalia
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...AZA Zulfi
 
Perkawinan Via Telepon
Perkawinan Via TeleponPerkawinan Via Telepon
Perkawinan Via Teleponkriwiliwiliwil
 
Kawin kontrak ppt
Kawin kontrak pptKawin kontrak ppt
Kawin kontrak pptzackzikran
 
Munakahat Dalam Islam (Slide)
Munakahat Dalam Islam (Slide)Munakahat Dalam Islam (Slide)
Munakahat Dalam Islam (Slide)uliecha
 
Tinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga IslamTinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga IslamNeyna Fazadiq
 
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan AgamaProses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agamarahmat_tiflen
 
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2Arya D Ningrat
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaAndrie Irawan
 
Akibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatatAkibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatatsuberia suberia
 
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptxKOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptxAhmadBurhanuddin6
 

Similar to ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ (20)

Makalah talak
Makalah talakMakalah talak
Makalah talak
 
Makalah talak
Makalah talakMakalah talak
Makalah talak
 
tugas ppt hukum Islam new (1).pptx
tugas ppt hukum Islam new (1).pptxtugas ppt hukum Islam new (1).pptx
tugas ppt hukum Islam new (1).pptx
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
 
Perkawinan Via Telepon
Perkawinan Via TeleponPerkawinan Via Telepon
Perkawinan Via Telepon
 
Kawin kontrak ppt
Kawin kontrak pptKawin kontrak ppt
Kawin kontrak ppt
 
ppt111.pptx
ppt111.pptxppt111.pptx
ppt111.pptx
 
Munakahat Dalam Islam (Slide)
Munakahat Dalam Islam (Slide)Munakahat Dalam Islam (Slide)
Munakahat Dalam Islam (Slide)
 
15550638.ppt
15550638.ppt15550638.ppt
15550638.ppt
 
pai-12mnkht.ppt
pai-12mnkht.pptpai-12mnkht.ppt
pai-12mnkht.ppt
 
Tinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga IslamTinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
 
Pwpoint. Komplisasi.ppt
Pwpoint. Komplisasi.pptPwpoint. Komplisasi.ppt
Pwpoint. Komplisasi.ppt
 
ISBAT NIKAH
ISBAT NIKAHISBAT NIKAH
ISBAT NIKAH
 
Modul 7 kb 2
Modul 7 kb 2Modul 7 kb 2
Modul 7 kb 2
 
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan AgamaProses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Saabung
SaabungSaabung
Saabung
 
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 
Akibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatatAkibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatat
 
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptxKOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
 

More from surrenderyourthrone

LAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWER
LAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWERLAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWER
LAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWERsurrenderyourthrone
 
THE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIA
THE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIATHE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIA
THE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIAsurrenderyourthrone
 
PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...
PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...
PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...surrenderyourthrone
 
Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...
Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...
Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...surrenderyourthrone
 
JUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVIL
JUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVILJUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVIL
JUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVILsurrenderyourthrone
 
The Legal Profession in Malaysia
The Legal Profession in MalaysiaThe Legal Profession in Malaysia
The Legal Profession in Malaysiasurrenderyourthrone
 
AN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIA
AN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIAAN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIA
AN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIAsurrenderyourthrone
 
KEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH
KEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAHKEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH
KEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAHsurrenderyourthrone
 
FUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORS
FUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORSFUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORS
FUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORSsurrenderyourthrone
 
WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...
WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...
WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...surrenderyourthrone
 
PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...
PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...
PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...surrenderyourthrone
 

More from surrenderyourthrone (20)

BURDEN AND STANDARD OF PROOF
BURDEN AND STANDARD OF PROOFBURDEN AND STANDARD OF PROOF
BURDEN AND STANDARD OF PROOF
 
LAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWER
LAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWERLAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWER
LAW OF EVIDENCE - TUTORIAL QUESTION AND ANSWER
 
PRESUMPTION AND JUDICIAL NOTICE
PRESUMPTION AND JUDICIAL NOTICEPRESUMPTION AND JUDICIAL NOTICE
PRESUMPTION AND JUDICIAL NOTICE
 
AGGRAVATE ME - SAMPLE SENIOR
AGGRAVATE ME - SAMPLE SENIORAGGRAVATE ME - SAMPLE SENIOR
AGGRAVATE ME - SAMPLE SENIOR
 
BEBAN DAN DARJAH PEMBUKTIAN
BEBAN DAN DARJAH PEMBUKTIANBEBAN DAN DARJAH PEMBUKTIAN
BEBAN DAN DARJAH PEMBUKTIAN
 
CHILD ACT 2001
CHILD ACT 2001CHILD ACT 2001
CHILD ACT 2001
 
THE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIA
THE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIATHE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIA
THE JUVENILE JUSTICE SYSTEM IN MALAYSIA
 
PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...
PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...
PRINCIPLE OF PRIMA FACIE CASE AND MAXIMUM EVALUATION AT THE CLOSE OF PROSECUT...
 
Capital and Corporal Punishment
Capital and Corporal PunishmentCapital and Corporal Punishment
Capital and Corporal Punishment
 
Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...
Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...
Baldah Toyyibah (Prasarana) Kelantan Sdn Bhd v Dae Hanguru Infra Sdn Bhd and ...
 
PERSONAL INSOLVENCY INFOGRAPHIC
PERSONAL INSOLVENCY INFOGRAPHICPERSONAL INSOLVENCY INFOGRAPHIC
PERSONAL INSOLVENCY INFOGRAPHIC
 
JUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVIL
JUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVILJUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVIL
JUSTIFIKASI KEPERLUAN PENAHANAN REMAN MENURUT PERUNDANGAN ISLAM DAN SIVIL
 
CONTRACTS ACT 1950 COVER PAGE
CONTRACTS ACT 1950 COVER PAGECONTRACTS ACT 1950 COVER PAGE
CONTRACTS ACT 1950 COVER PAGE
 
CONTRACTS ACT 1950
CONTRACTS ACT 1950CONTRACTS ACT 1950
CONTRACTS ACT 1950
 
The Legal Profession in Malaysia
The Legal Profession in MalaysiaThe Legal Profession in Malaysia
The Legal Profession in Malaysia
 
AN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIA
AN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIAAN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIA
AN INTRODUCTION TO ISLAMIC LAW OF PROPERTY IN MALAYSIA
 
KEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH
KEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAHKEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH
KEPERLUAN SAKSI DALAM PERMOHONAN PENGESAHAN KES HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH
 
FUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORS
FUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORSFUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORS
FUNG KEONG RUBBER MANUFACTURING (M) SDN BHD v LEE ENG KIAT & ORS
 
WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...
WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...
WRITTEN AND ORAL IN ISLAMIC LAW - DOCUMENTARY EVIDENCE AND NON-MUSLIMS IN MOR...
 
PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...
PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...
PEMBUKTIAN MELALUI DOKUMEN DALAM KES-KES PENGESAHAN HIBAH DI MAHKAMAH SYARIAH...
 

Recently uploaded

Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 

Recently uploaded (12)

Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 

ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ

  • 1. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. 94 USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 74-93 ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ M. Indra Gunawan IAI Hamzanwadi NW Pancor Lombok Timur NTB Email: indra.iaih@gmail.com Abstract: "Nusyuz" means an act of the wife which can be interpreted as opposing the will of her husband with no reason that can be accepted according to syara law. But when a husband sues his wife on the pretext of "nusyuz" in front of the court, it must be proven and there must be a witness as one proof, the judge will analyze the truth of the witness's testimony as proof. This requirement is because justice, which is one of the objectives to be realized in case examinations and termination before a religious court, will depend on evidence. Keyword: Judging Analysis, Witness Testimony,Nusuz A. PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk biologis yang diciptakan oleh Allah swt. begitu sempurna. Disamping kesempurnaan itu manusia juga memiliki banyak kekurangan serta berbagai macam karakter, sifat dan ciri khas yang berbeda-beda. Manusia juga telah diberi dorongan atau watak ketertarikan dan keserasian baik secara fisik maupun kejiwaan dengan lain jenisnya yang tidak mungkin dapat dihindari. Untuk merealisasikan hubungan tersebut harus sesuai dengan syari’at yang ditetapkan yaitu melalui perkawinan. Perkawinan adalah rahmat dan nikmat dari Allah swt. karena dengan perkawinan itu manusia merasakan kasih sayang, kedamaian, kelembutan dan nikmatnya kehidupan. Selain itu, pernikahan yang dilakukan oleh manusia mempunyai tiga tujuan, yaitu : i) kepuasan syahwat yang suci, mendapatkan keturunan dengan cara yang dibenarkan, ii) kecendrungan jiwa untuk memberikan kasih sayang, ketenangan,1 dan iii) menurut Yahya Harahap yaitu saling 1 Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. (Jakarta : Kencana, 2006). hal : 46-47
  • 2. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 95 tolong menolong atas segala kesulitan dan permasalahan- permasalahan hidup.2 Perkawinan bukan suatu bentuk kerjasama bisnis yang bertujuan mendapatkan keuntungan semata dan seringkali tidak peduli terhadap kerugian yang diderita oleh pasangannya, tetapi perkawinan adalah perjanjian yang mengikat di bawah persaksian dan sumpah antara suami-isteri untuk saling berbuat demi kebahagiaan pasangannya dan saling menolong untuk meraih kebahagiaan bersama,3 sebagaimana dijelaskan Allah swt. dalam al-Qur’an surat al- A’raf ayat 189, yang artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan padanya, dan dia menciptakan isterinya, agar dia merasa tenang, kepadanya”4 Secara tidak langsung ayat di atas telah menjelaskan bahwa terjadinya ikatan perkawinan antara laki-laki dan perempuan memiliki tujuan mulia dan demi kebahagian mereka. Mulianya tujuan yang ingin dicapai dalam ikatan perkawinan juga digambarkan oleh Allah dalam al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21, yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menjadikan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”5 Sudah menjadi hukum alam bahwa apabila ada kebaikan maka ada pula keburukan, demikian juga halnya dalam ikatan perkawinan. Ikatan perkawinan tidak selamanya berjalan mulus seperti yang dicita-citakan oleh pasangan suami-isteri dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan karena tidak terpenuhinya hak dan kewajiban suami- isteri, seperti misalnya seorang isteri tidak mau melaksanakan kewajiban layaknya seorang isteri, berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum islam yaitu 2 Yahya Harahap dalam Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No.1 / 1974 sampai KHI. (Jakarta : Kencana, 2004). hal : 51 3 Irwani. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Nusyuz dan Penyelesaiannya di Pengadilan Agama Selong Lombok Tengah. (Syariah. STAIN Mataram : 2003). 4 Depag RI. Al-Quran dan Terjemahan. (Depag : 1997). hal : 253 5 Depag RI. Ibid. hal. 644
  • 3. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 96 menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.6 Pada keadaan seperti di atas, seringkali dapat mengakibatkan pertengkaran dan percecokan yang tidak ada habisnya. Sikap seperti ini dalam hukum perkawinan Islam disebut sebagai nusyuz7 (durhaka). Berkaitan dengan perkara nusyuz, Islam tidak membiarkan sampai terjadi pembangkangan dan pendurhakaan. Sejak munculnya tanda-tanda nusyuz, Islam telah menentukan beberapa tindakan antisipasi yang harus diambil secara bertahap. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surat An-Nisa ayat 34 yang artinya : “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan kedurhakaannya, nasihatilah dan pisahkanlah dirimu dari tempat tidur mereka dan pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak membahayakan), kemudian jika mereka mentaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.8 Ayat tersebut di atas memberikan gambaran bahwa ada beberapa upaya yang mesti dilakukan oleh suami seandainya istri benar-benar terbukti melakukan nusyuz. Upaya tersebut merupakan tindakan preventif yang secara berurutan dapat diuraikan sebagai berikut : 1). Memberikan nasehat; 2). Memisahkan diri dari tempat tidur dengan sikap berpaling; 3). Boleh memukul, asal pukulan itu tidak menyakitkan atau melukai.9 Jika dalam hubungan yang masih mengalami keretakan tersebut sudah tidak bisa diusahakan penyelesaiannya secara damai karena masing-masing pihak masih mempertahankan egonya dan 6 Depag RI. Bahan Penyuluhan Hukum, UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta : 2001). hal 183 7 Nusyuz (durhaka) adalah apabila isteri menentang kehendak suami dengan tidak ada alasan yang dapat diterima menurut hukum syara’, tindakan ini dipandang durhaka seperti misalnya : (1) Suami telah menyediakan rumah yang sesuai dengan keadaan suami, tetapi istri tidak mau pindah ke rumah itu; atau isteri meninggalkan rumah tangga tanpa izin suami. (2) Apabila suami-isteri tinggal di rumah kepunyaan isteri dengan izin isteri, kemudian pada suatu waktu isteri mengusir (melarang) suami masuk rumah itu, dan bukan karena minta pindah ke rumah yang disediakan oleh suami. (3) Apabila isteri bepergian dengan tidak beserta suami atau mahramnya, walaupun perjalanan itu wajib, seperti haji; karena perjalanan perempuan yang tidak beserta suami atau mahram terhitung maksiat. (4) Umpamanya isteri menetap di tempat yang disediakan oleh perusahaannya, sedangkan suami minta supaya isteri menetap di rumah yang disediakannya, tetapi isteri berkeberatan dengan tidak ada alasan yang pantas. Nusyuz bisa saja terjadi karena tidak mau memberikan hak dan menunaikan kewajiban layaknya suami-isteri. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Sinar Baru Algesindo, Bandung : 1994) 8 Depag RI. hal : 111 9 Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. hlm : 209
  • 4. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 97 menganggap diri benar serta makin jauhnya tanda-tanda akan terciptanya perdamaian di antara mereka, barulah kemudian perceraian adalah jalan terbaik untuk menyelesaikannya. Hal ini telah diatur dalam Pasal 65 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama jo Undang-undang No. 3 Tahun 2006 yang berbunyi sebagai berikut : “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”. Erat kaitannya dengan perkara perceraian sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal di atas, tentu pengadilan tidak secepat itu akan memutuskan suatu perkara atau sengketa perceraian akan tetapi harus melalui proses demi proses pemeriksaan dan salah satu proses tersebut adalah pembuktian tentang dalil-dalil yang diajukan oleh pemohon dan termohon atau dari bukti-bukti lain yang erat kaitannya dengan permohonan perceraian para pihak. Untuk melaksanakan pembuktian, hakim memerlukan dasar- dasar hukum dalam rangka menentukan suatu putusan yang nantinya akan memiliki kekuatan hukum tetap. Dilaksanakan pembuktian dalam sengketa perceraian adalah suatu cara yang dilakukan oleh pihak berperkara atau bersengketa untuk memberikan dasar kepada hakim tentang kepastian kebenaran suatu peristiwa yang telah didalilkan.10 Usaha tersebut kemudian memberikan peluang atau ruang kepada yang berperkara untuk menghadirkan alat-alat bukti sebagai penguat tuntutan atau permohonan yang telah disampaikan kepada pengadilan. Dijelaskan dalam Pasal 163 Herziene Indonesische Reglement (HIR) dan Reglement Voor de Buitengewestern (RBg.) bahwa : “Barang siapa yang mengatakan ia mempunyai hak atau ia menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang itu harus membuktikan adanya hak atau adanya kejadian itu”.11 Begitu juga halnya dalam gugatan perceraian perkawinan dengan alasan nusyuz, syiqaq, alasan salah satu pihak mendapat pidana penjara, alasan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau juga alasan mengenai permohonan cerai thalak, dan jika dalam hal ini terjadi 10 Gatot Supramono. Hukum Pembuktian di Pengadilan Agama. (Bandung : Alumni, 1993). hal : 16 11 Taufik Makarao. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. (Rineka Cipta. Jakarta : 2004) hal : 95
  • 5. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 98 sangkalan-sangkalan, maka harus dibuktikan dan tentunya atas perintah hakim karena jabatannya itu. Dalam keadaan seperti ini hakim dituntut mencermati dan memeriksa alat-alat bukti yang diajukan dan ditunjukkan oleh pihak yang berperkara atau yang bersengketa secara efektif sesuai dengan Undang-undang atau hukum pembuktian yang berlaku. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum pembuktian (law of evidence) dalam perkara merupakan bagian yang kompleks dalam proses legitimasi. Menurut John, J. Cound, : tujuan pembuktian adalah untuk mencari kebenaran yang hakiki dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang diperkarakan di muka pengadilan, meskipun kebenaran yang dicari dapat diwujudkan dari proses peradilan, kebenaran yang dicari di pengadilan tidak bersifat absolut tetapi kebenaran yang bersifat relatif atau bahkan cukup hanya bersifat kemungkinan saja.12 Hukum acara peradilan agama mengenal beberapa jenis alat bukti, salah satu diantaranya adalah alat bukti saksi, dalam hukum Islam disebut syahid (saksi laki-laki) atau syahidah (saksi perempuan) yang terambil dari kata musyahadah yang artinya : menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dan saksi adalah manusia hidup. Syahadah berarti keterangan orang yang dapat dipercaya di depan sidang pengadilan dengan lafaz kesaksian untuk menetapkan hak atas orang lain.13 Dari pengertian tentang saksi di atas dapat diketahui bahwa saksi haruslah orang yang jujur, mengetahui serta dapat mengungkapkan kebenaran dalil gugat yang diajukan. Oleh karena itu saksi haruslah dapat meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil yang dikemukakan di muka sidang dalam suatu persengketaan, tetapi kadang-kadang para pihak yang berperkara di pengadilan agama Selong tidak memahami bagaimana kriteria saksi yang harus diajukan, walaupun hakim sudah memberitahukan terlebih dahulu, sehingga hal tersebut bisa memperlambat jalannya persidangan. Pembuktian dimaksudkan untuk mencari kebenaran, artinya dari proses pembuktian ini nantinya akan ditarik suatu kesimpulan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Meskipun kebenaran 12 John J. Cound dalam Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata, Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. (Sinar Grafika Offset. Jakarta : 2004) hal : 496 13 Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. (Jakarta : Kencana, 2006) hal : 369
  • 6. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 99 yang diperoleh dari hasil pembuktian ini masih mengandung unsur- unsur ketidakpastian walaupun sedikit namun itulah kebenaran yang harus dipatuhi oleh masing-masing pihak. Kebenaran yang diperoleh dari hasil pembuktian itu sudah mempunyai ketetapan hukum tetap, karena kebenaran itu adalah usaha maksimal dari hakim untuk menyentuh rasa keadilan para pencari keadilan. Dari uraian latar belakang di atas, terutama tentang pembuktian dengan persaksian dalam proses pemeriksaan perkara perceraian akibat nusyuz, penulis tergugah untuk menyusun sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul : Analisa Hakim Dalam Menggali Kebenaran Atas Keterangan Saksi Sebagai Alat Bukti Dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian Akibat Nusyuz. B. PENGERTIAN NUSYUZ Nusyuz berasal dari kata nasyaza, nasyasha, nasyazat, memiliki arti yang sama, yaitu meninggikan diri dan nusyuuzu al- zawjain yang berarti “saling membenci dan saling berlaku jahat antara suami-isteri”.14 Pengertian menurut pandangan hukum islam “nusyuz” berarti suatu tindakan isteri yang dapat diartikan menentang kehendak suaminya dengan tidak ada alasan yang dapat diterima menurut hukum syara’. Pendapat lain menyatakan bahwa nusyuz adalah meninggalkan kewajiban bersuami-isteri seperti nusyuz dari isteri yang telah meninggalkan rumah tangga tanpa izin dari suami. Sedangkan nusyuz dari suami ialah tidak mau menggauli isteri dan tidak mau memberikan hak-hak isteri. Dalam arti luas nusyuz adalah suami atau isteri yang meninggalkan kewajiban bersuami-isteri yang membawa kerenggangan hubungan diantara keduanya.15 Secara etimologis nusyuz berarti meninggi atau terangkat. Dikatakan isteri nusyuz terhadap suaminya berarti isteri merasa dirinya sudah lebih tinggi kedudukannya dari suaminya, sehingga ia tidak lagi merasa berkewajiban mematuhinya. Secara defenisi nusyuz diartikan dengan “kedurhakaan isteri terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya”.16 Para ahli tafsir mendefinisikan nusyuz sebagai usaha menumpukkan kekerasan dalam ucapan, perbuatan, atau keduanya 14 Shaleh Ghanim. Jika Suami Isteri Berselisih. (Gema Insani. Jakarta : 1998) hal. 24 15 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. (Sinar Baru Al-Gesindo. Bandung : 1997) hal 297 16 Amir Syarifuddin. Op. Cit. hal. 190
  • 7. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 100 yang dilakukan oleh suami-isteri karena kebencian kepada pasangan hidupnya. Dengan demikian, isteri yang nusyuz kepada suaminya berarti isteri yang ingkar, membangkang dan menentang suaminya.17 Dalam penyelesaiannya menurut hukum Islam yakni Islam telah menentukan beberapa tindakan antisipasi yang harus diambil secara bertahap, tindakan ini bukan untuk menindas, memaksa atau menghinakan akan tetapi justru untuk meluruskan penyimpangan yang mungkin bisa mengancam kelangsungan perkawinan sebagaimana firman Allah swt. Surat An-nisa ayat 34 yang artinya :“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan kedurhakaannya, nasihatilah dan pisahkanlah dirimu dari tempat tidur mereka dan pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak membahayakan), kemudian jika mereka mentaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka18. Dari ayat di atas, diterangkan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh suami apabila isterinya secara terang-terangan melakukan nusyuz. Diantara kewajiban suami terhadap isterinya adalah membimbing dan mengarahkannya kearah yang positif dengan memberikan nasehat yang baik. Rasulullah dalam sebuah hadits mengingatkan kepada para suami untuk selalu memberikan nasehat kepada isterinya, hadits yang dimaksud adalah : ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬ ْ‫َو‬‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ِ‫ء‬َ‫ا‬‫س‬ِ‫الن‬ِ‫ب‬‫ْرا‬‫ي‬َ‫خ‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َ‫ن‬ْ‫ق‬ِ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ض‬ِ‫إ‬ َ‫و‬َّ‫ن‬َ‫ْو‬‫ع‬َ‫ا‬َ‫ج‬‫َيئ‬‫ش‬‫ي‬ِ‫ف‬ِ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫الض‬َ‫ا‬ُ‫ه‬َ‫ال‬ْ‫ع‬ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َ‫َبت‬‫ه‬َ‫ذ‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ْر‬‫س‬َ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ت‬‫ك‬َ‫َر‬‫ت‬ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ل‬ َ‫ز‬َ‫ي‬َ‫ج‬ َ‫ْو‬‫ع‬َ‫ا‬. Artinya : Dan terimalah pesanan-Ku (untuk berbuat) kebaikan kepada perempuan-perempuan, karena mereka itu dijadikan dari tulang rusuk, sedang tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Jika engkau hendak luruskan dia, niscaya engkau patahkan dia; dan jika engkau biarkan dia maka tetaplah ia bengkok. Adapun langkah-langkah yang diambil isteri apabila melihat tanda-tanda suaminya melakukan nusyuz yaitu sebagaimana firman Allah swt. surat An-Nisa’ ayat 128. Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa langkah yang bisa ditempuh isteri dalam menghadapi suaminya yang nusyuz berbeda 17 Suheri Sidik Ismail. Ketentraman Suami Isteri. (Dunia Ilmu. Surabaya : 1999) hal. 107 18 Depag RI.
  • 8. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 101 dengan langkah suami yang ditetapkan dalam memperbaiki nusyuz isterinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nusyuz adalah ketidak akraban, perselisihan, hubungan yang tidak harmonis antara suami-isteri, yang dapat mendatangkan keresahan dan kegelisahan yang sangat menyakitkan. C. PROSEDUR PERCERAIAN DALAM PERSFEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 JO. UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 Dengan berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, maka prosedur cerai thalak dan cerai gugat adalah sebagai berikut : Cerai Thalak, : seorang suami yang akan menalak istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat termohon. Dalam permohonan tersebut dimuat identitas para pihak, yaitu pemohon (suami) dan termohon (isteri) yang meliputi : nama, umur dan tempat kediaman serta alasan yang menjadi dasar cerai thalak. Cerai Gugat, : gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat disertai alasan yang menjadi dasar gugatannya. 1. Pengertian Pembuktian Pembuktian secara etimologi berasal dari kata “bukti” yang berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata “bukti” jika mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” maka berarti “proses”, “perbuatan, “cara membuktikan”, secara terminologi pembuktian berarti usaha menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa dalam sidang pengadilan.19 Dalam arti yang luas pembuktian adalah kemampuan penggugat atau tergugat memanfaatkan hukum pembuktian untuk mendukung dan membenarkan hubungan hukum dan peristiwa- peristiwa yang didalilkan atau dibantahkan dalam hubungan hukum yang diperkarakan. Sedangkan dalam arti sempit, pembuktian hanya diperlukan sepanjang mengenai hal-hal yang dibantah atau hal yang masih disengketakan atau hanya sepanjang 19 Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata Untuk Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) hal : 52
  • 9. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 102 yang menjadi perselisihan diantara pihak-pihak yang berperkara.20 2. Jenis-jenis Alat Bukti Alat bukti yang diakui oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku diatur dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284 R.Bg, dan Pasal 1866 KUH Perdata, sebagai berikut :  Alat bukti surat (tulisan)  Alat bukti saksi  Persangkaan (dugaan)  Pengakuan  Sumpah.21 a. Alat Bukti Surat atau Tulisan Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa alat bukti surat atau tulisan adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian.22 b. Alat Bukti Saksi Pembuktian dengan saksi-saksi diatur dalam Pasal 168 sampai 172 HIR dan Pasal 306 sampai 309 RBG serta Pasal 1985 sampai 1912 KUH Perdata. Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa keterangan saksi atau suatu kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil di persidangan.23 c. Alat Bukti Persangkaan (dugaan) Secara rinci alat bukti persangkaan diatur dalam Pasal 1915 sampai 1922 KUH Perdata yaitu : “Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang 20 Yahya Harahap dalam Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. (Kencana. Jakarta : 2006) hal : 227 21 Abdul Manan. Ibid. hal : 239 22 Ibid. hal : 240 23 Sudikno Mertokusumo dalam Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata Untuk Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) hal : 60
  • 10. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 103 terang nyata kearah peristiwa lain yang belum terang kenyataannya”. d. Alat Bukti Pengakuan Dasar hukum pengakuan sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 174 HIR dan Pasal 311 R.Bg serta Pasal 1923-1928 KUH Perdata.yaitu : “Pengakuan yang diucapkan dihadapan hakim adalah merupakan bukti yang sempurna memberatkan orang yang mengucapkannya, baik sendiri, maupun dengan bantuan orang lain yang khusus dikuasakan untuk itu”. “Pengakuan yang dikemukakan terhadap suatu pihak ada yang dilakukan dimuka hakim dan ada yang dilakukan di luar sidang pengadilan” e. Alat Bukti Sumpah Alat bukti sumpah diatur dalam Pasal 182 sampai 185 dan 314 R.Bg, Pasal 155 sampai 158 dan 177 HIR serta Pasal 1929 sampai 1945 KUH Perdata. Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa sumpah pada umumnya adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberikan janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat mahakuasa dari pada Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya. Jadi pada hakikatnya sumpah merupakan tindakan yang bersifat religius yang digunakan dalam peradilan.24 3. Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama Pembuktian dalam proses pemeriksaan perkara adalah merupakan suatu keharusan. Keharusan ini disebabkan karena keadilan yang merupakan salah satu tujuan yang hendak direalisasikan dalam pemeriksaan perkara dan pemutusannya di muka pengadilan agama akan sangat bergantung pada adanya pembuktian. Ketentuan di atas dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi : 24 Sudikno Mertokusumo dalam Taufik Makarao. Ibid. hal : 115
  • 11. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 104 ْ‫و‬َ‫ل‬‫ى‬َ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫ْو‬‫ع‬َ‫د‬ِ‫ب‬َ‫عى‬َ‫د‬َ‫ال‬َ‫َاس‬‫ن‬ِ‫اء‬َ‫م‬ِ‫د‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ‫ر‬َ‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬,َ‫ل‬ َ‫و‬ْ‫ن‬ِ‫ك‬‫البينة‬َ‫ع‬‫ى‬َ‫ل‬‫ى‬ِ‫ع‬َّ‫د‬ُ‫م‬‫ال‬ ِ‫ْن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬‫ال‬ َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫َر‬‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ا‬(‫رواه‬‫مسلم‬) Artinya : “Sekiranya diberikan kepada manusia apa saja yang digugatnya, tentulah manusia akan menggugat apa yang ia kehendaki, baik jiwa maupun harta. Akan tetapi keterangan (bukti) dimintakan kepada si penggugat dan sumpah itu dibebankan kepada tergugat”25 Dari hadits di atas dapat ditarik suatu definisi mengenai pembuktian, yaitu suatu proses yang menjadi keharusan dalam rangka menjaga dan menjamin tegaknya suatu keadilan, baik mengenai jiwa maupun hak kepemilikan sesuatu oleh seseorang apabila terjadi persengketaan. Jika pembuktian tidak diharuskan maka setiap orang dengan sesuka hatinya akan menggugat hak milik orang lain, maka terjadilah perampasan hak milik yang bertentangan dengan prinsip keadilan yang menjadi salah satu cita-cita peradilan. Menurut H. Taufiq bahwa peristiwa yang harus dibuktikan di muka sidang pengadilan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : a. Peristiwa atau kejadian tersebut harus merupakan peristiwa atau kejadian yang disengketakan, sebab pembuktian itu merupakan cara untuk menyelesaikan sengketa. Jadi seandainya peristiwa atau kejadian yang menjadi dasar gugatan itu tidak disengketakan, maka tidak perlu dibuktikan. b. Peristiwa atau kejadian tersebut harus dapat diukur, terikat dengan ruang dan waktu. Hal ini logis, sebab peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang tidak dapat diukur tidak dapat dibuktikan. c. Peristiwa atau kejadian tersebut harus berkaitan dengan hak yang disengketakan, karena pembuktian itu tidak mengenal hak yang disengketakan itu sendiri. Tetapi yang harus dibuktikan adalah peristiwa atau kejadian yang menjadi sumber hak yang disengketakan. 25 Abu Husein bin Hajjaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Shahih Muslim. Juz III (Semarang, Asy- Syifa, 1993)
  • 12. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 105 d. Peristiwa atau kejadian itu efektif untuk dibuktikan. Maksudnya bahwa sering untuk membuktikan suatu hak terdiri dari rangkaian beberapa peristiwa atau kejadian, maka peristiwa dan kejadian itu merupakan salah satu mata rangkaian peristiwa atau kejadian tersebut. e. Peristiwa atau kejadian tersebut tidak dilarang oleh hukum dan kesusilaan.26 4. Pembuktian Dengan Saksi Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Perceraian dalam Hukum Acara Paradilan Agama Alat bukti saksi, atau dalam hukum acara peradilan Islam dikenal dengan istilah Syahid yang terambil dari kata Musyahadah, yang diartikan menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Alat bukti saksi diatur dalam Pasal 169 sampai 172 HIR dan Pasal 306 sampai 309 R.Bg. Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan. Hukum Islam telah menetapkan batas minimal saksi sebagai alat bukti adalah dua orang saksi laki-laki atau satu orang laki-laki dan dua orang perempuan sebagaimana tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 282. Menurut ayat di atas, keharusan adanya dua orang saksi karena sifat manusia yang cenderung lupa, dan jika salah seorang lupa maka yang lainnya akan mengingatkan. Dalam hukum acara peradilan agama, khususnya dalam proses pemeriksaan perkara perceraian, tidak semua orang bisa didengar keterangannya sebagai saksi, oleh karena itu syarat diterimanya suatu kesaksian menurut hukum Islam yaitu : a. Islam (dalam hal-hal tertentu ada pengecualian) b. Adil (bahwa kebaikan mereka harus mengalahkan keburukannya serta tidak pendusta) c. Baligh d. Berakal (tidak gila atau mabuk) e. Berbicara (tidak bisu) f. Hafal dan cermat dan g. Bersih dari tuduhan27 26 H. Taufiq dalam Abdul Manan… hal : 230
  • 13. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 106 D. PROSES ANALISA HAKIM DALAM MENGGALI KEBENARAN ATAS KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ Dalam menganalisa dan menggali kebenaran atas keterangan saksi hakim di Pengadilan Agama mempunyai kiat-kiat atau langkah- langkah dalam pemeriksaan alat bukti saksi, langkah-langkah yang dimaksud yaitu : Setiap proses pemeriksaan alat bukti saksi hakim di pengadilan agama , dengan cara memanggil saksi satu persatu ke ruang persidangan, hal ini sesuai berdasarkan pasal 144 ayat (1) HIR dan pasal 171 ayat (1) R.Bg, pada hari yang telah ditetapkan saksi dipanggil masuk ke dalam ruang sidang satu demi satu tidak boleh dilakukan secara bersama-sama, maksudnya tidak lain adalah agar saksi-saksi tersebut tidak menyesuaikan keterangan mereka satu sama lain.28 Langkah hakim dalam proses pemeriksaan saksi dengan memanggil satu persatu untuk dimintai keterangannya di muka pengadilan adalah tepat, karena dalam hal menimbang kualitas kesaksian tersebut, hakim harus memperhatikan benar-benar kecocokan satu saksi dengan yang lainnya. Biasanya, hakim di pengadilan agama sebelum mendengarkan keterangan saksi, hakim menanyakan terlebih dahulu apakah saksi sudah makan sebelum berangkat ke pengadilan dan menanyakan tentang keadaan saksi apakah mereka sehat dan bersedia memberikan keterangan yang sebenar-benarnya menurut pengetahuannya sendiri. Langkah ini sangat penting bagi hakim karena dengan menanyakan hal tersebut hakim dapat mengetahui pada saat itu saksi benar-benar sehat dan dapat memberikan keterangan dengan baik, sehingga menjawab pertanyaan hakim tidak bertele-tele yang mengakibatkan terhambatnya jalan persidangan. Di samping itu, untuk dapat didengar keterangannya saksi harus memenuhi syarat formil maupun materil, yang mana di dalamnya menyebutkan bahwa saksi harus sehat akalnya, tidak gila serta keterangannya harus logis dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Hakim di pengadilan agama menanyakan kepada saksi tentang identitas, baik mengenai nama, umur, pekerjaan, pendidikan dan umur saksi, karena dengan mengetahui identitas saksi, hakim dapat 27 Sulaikin Lubis, dkk. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia. (Kencana. Jakarta : 2006) hal. 140 28 Taufik Makarao. …… hal : 105
  • 14. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 107 mengetahui dan menimbang kualitas kesaksian para saksi. Seperti contoh, seorang saksi yang diyakini sebagai seorang yang suka mabuk-mabukan, tentunya akan berbeda pola hidup dan tingkah lakunya dengan seorang saksi yang mempunyai latar belakang agama yang baik, begitupun halnya ketika memberikan keterangan di muka sidang pengadilan, maka hakim di pengadilan agama menggunakan langkah ini sangat tepat mengingat di dalam Pasal 172 HIR dan 309 RBg serta Pasal 1908 KUH Perdata menyebutkan bahwa : hakim dalam menganalisa dan menggali kebenaran atas keterangan saksi harus memperhatikan benar-benar kecocokan satu saksi dengan yang lainnya, kesesuaian kesaksian dengan keterangan yang diketahui dari tempat lain tentang perkara yang dipersengketakan, segala sebab yang mungkin ada pada saksi untuk mengemukakan perkara tersebut, perikehidupan, adat dan martabat saksi, dan pada umumnya semua hal yang dapat menyebabkan saksi itu dapat dipercayai atau kurang dipercayai.29 Selanjutnya, langkah yang paling penting dilakukan oleh hakim di pengadilan agama yaitu menanyakan kepada saksi tentang kesediaannya memberikan kesaksian dan apakah ia sanggup untuk disumpah dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Langkah ini digunakan oleh hakim agar para saksi tidak memberikan keterangan palsu, hal ini sesuai dengan Pasal 175 R.Bg dan Pasal 147 HIR serta Pasal 1911 KUH Perdata yang menyatakan bahwa apabila orang tidak minta dibebaskan dari memberikan kesaksian atau jika permintaan untuk dibebaskan tidak beralasan, maka sebelum saksi itu memberikan keterangan lebih dahulu haruslah dia disumpah menurut agamanya30. Di dalam sumpah berisi janji untuk memberikan keterangan tentang apa-apa yang diketahui saksi dan tidak lain dari apa yang diketahui oleh saksi, sehingga dengan demikian keterangan saksi akan terjaga dari hal-hal yang bersifat menyimpang dari apa yang seharusnya dia ketahui. Adapun kata-kata sumpah menurut ajaran Islam yaitu “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan yang benar dan tidak lain dari pada yang sebenarnya. Sehingga dimungkinkan secara moral dan keyakinan agamanya bahwa tidak akan berani untuk berbohong atau memberikan keterangan palsu, karena implikasi dari perbuatan tersebut akan berakibat yang 29 Ibid. 30 Ibid. hal. 107
  • 15. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 108 sangat berbahaya bagi keselamatan diri dan keluarganya di dunia maupun di akhirat. Setelah saksi bersedia di sumpah, hakim kemudian akan meminta keterangan saksi tentang apa-apa saja yang ia ketahui, ia lihat, dan ia dengar sendiri tentang dalil-dalil yang diajukan oleh para pihak bukan berasalkan dari keterangan yang saksi dengar dari orang lain kemudian saksi simpulkan sendiri. Langkah ini sangat tepat dilakukan mengingat Pasal 171 HIR dan Pasal 308 R.Bg yang menyatakan bahwa : Pendapat dan kesimpulan yang diperoleh dengan jalan menggunakan buah pikiran bukanlah kesaksian31. Jadi saksi adalah orang-orang yang mengalami, mendengar, merasakan, dan melihat sendiri suatu peristiwa atau kejadian dalam perkara yang sedang dipersengketakan. Saksi dalam memberikan keterangannya, tidak dibenarkan untuk meminta persetujuan dari para pihak, sebab tidak jarang saksi meminta persetujuan para pihak di dalam memberikan keterangan. Disamping itu juga pertanyaan yang diajukan kepada saksi harus disampaikan melalui Ketua Majelis Hakim, jadi yang berkepentingan atau para pihak tidak boleh langsung melakukan tanya jawab kepada saksi, melainkan melalui Ketua Majelis Hakim. Apabila keterangan yang ingin diperoleh dari saksi dirasa sudah mencukupi dan setelah keterangan saksi dikonfirmasikan kepada para pihak, saksi kemudian dipersilahkan untuk meninggalkan ruang sidang32. E. KENDALA DAN UPAYA HAKIM DALAM MENGANALISA KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERCERAIAN AKIBAT NUSYUZ DI PENGADILAN AGAMA Dalam upaya mendengarkan dan mencermati keterangan saksi tentunya ada kendala-kendala yang dihadapi oleh hakim khususnya di pengadilan agama , karena para hakim kebanyakan berasal dari luar daerah dan sebagian besar masyarakat yang diadili adalah masyarakat yang tidak bisa berbahasa Indonesia, sehingga hal ini dapat memperlambat jalannya persidangan. Oleh karena itu, apabila dalam suatu persidangan terjadi kejanggalan atau keterangan yang kurang jelas pada tahap tanya jawab antara hakim dengan saksi maka upaya hakim yaitu memberikan pertanyaan sejelas mungkin dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh saksi walaupun hakim tidak 31 Abdul Manan. ……. hal. 249 32 Ibid. hal. 253
  • 16. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 109 fasih berbahasa daerah, hakim anggota yang lain akan ikut memperjelas pertanyaan tersebut sampai dapat dipahami oleh saksi. Upaya ini tidak patut dilakukan karena bisa saja hakim yang tidak bisa berbahasa daerah akan kesulitan memahami alur pembicaraan tersebut. Untuk mengatasi hal di atas, dalam Pasal 177 KUHAP dijelaskan bahwa : jika saksi tidak paham bahasa Indonesia, hakim ketua sidang menunjuk seorang juru bahasa yang bersumpah atau berjanji akan menterjemahkan dengan benar semua yang harus diterjemahkan. Secara formil dan yang sah dipakai dalam proses pemeriksaan perkara adalah bahasa Indonesia, jadi kalau saksi tidak mengerti bahasa tersebut maka harus diangkat juru bahasa. Kendala lain yang timbul dalam proses persidangan perceraian akibat nusyuz seringkali para keluarga kedua belah pihak tidak mau diangkat menjadi hakim atau penengah untuk mendamaikan kedua belah pihak karena mereka merasa tidak sanggup untuk mendamaikan mereka, walaupun upaya untuk mendamaikan sudah dilakukan secara maksimal tetapi tidak berhasil dan menurut mereka jalan keluar satu-satunya adalah diceraikan saja, maka dalam hal ini hakim memeriksa keluarga tersebut sebagai saksi untuk dimintai keterangannya untuk menyusun keyakinan atas dalil gugatan penggugat dan kemudian perkara tersebut diputus. Langkah ini ditempuh hakim sesuai dengan Pasal 76 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama bahwa dalam perkara perceraian berdasarkan alasan pertengkaran atau perselisihan yang terus menurus sehingga menyebabkan salah satu pihak meninggalkan pihak lain, maka diperkenankan mempergunakan saksi dari keluarga terdekat dari kedua belah pihak33. Selain kendala di atas, pada tahap pemeriksaan perkara akibat nusyuz seringkali tidak dihadiri oleh tergugat/termohon karena sebab mereka tidak diketahui keberadaannya, tidak mau kembali atau rukun kembali menjalin rumah tangga karena sebab sudah tidak kuat menahan penderitaan dalam rumah tangga yang dijalaninya. Oleh karena itu, penyelesaian perkara nusyuz di pengadilan agama tidak secara lengkap dilakukan, karena suatu dalil yang dibuktikan oleh pemohon/penggugat tidak bisa dibantah atau disangkal oleh tergugat/termohon sehingga oleh hakim semua pembuktian dibenarkan. Sehingga upaya yang dilakukan yaitu mengikutsertakan keluarga dekat dengan kedua belah pihak untuk menyaksikkan, 33 Abdul Manan,……... hal : 254
  • 17. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 110 mendengarkan atau memberikan keterangan yang mungkin menurut hakim sangat diperlukan mulai dari awal pemeriksaan sampai akhir. Langkah di atas, sesuai dalam penjelasan Pasal 27 ayat (4) Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 yang menyatakan : dalam hal dijatuhkan putusan verstek dengan tidak hadirnya tergugat setelah dipanggil secara patut, maka segala peristiwa yang didalilkan oleh penggugat harus dianggap benar. Dalam hal ini hakim cukup meneliti apakah panggilan telah dilaksanakan secara resmi dan patut, jika telah dilaksanakan secara resmi dan patut, jika telah dilaksanakan secara resmi dan patut, maka dapat dijatuhkan putusan tanpa hadirnya tergugat, dan dalil gugat penggugat tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam perkara perceraian, sebaiknya tetap dilaksanakan pembuktian tentang kebenaran dalil gugatan penggugat, dan perlu dipanggil pihak keluarga masing-masing pihak atau orang dekat dengan penggugat atau tergugat guna didengar keterangannya dalam rangka usaha perdamaian secara maksimal34. F. KESIMPULAN Berdasarkan berdasarkan paparan di atas, dalam hal ini bisa dilihat bahwa analisa hakim dalam menggali kebenaran atas keterangan saksi sebagai alat bukti dalam menyelesaikan perkara perceraian akibat nusyuz di pengadilan agama , maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hakim dalam menganalisa dan menggali kebenaran atas keterangan saksi melalui beberapa langkah yaitu : a. Hakim dalam memeriksa saksi dipanggil masuk secara satu persatu, langkah ini dilakukan agar tidak terjadi kompromi antara saksi yang satu dengan yang lain. b. Di samping hakim menanyakan peristiwa yang disengketakan hakim juga harus menanyakan darimana keterangan saksi itu didapatkan, karena sumber keterangan saksi tersebut harus melalui apa yang saksi alami sendiri tentang peristiwa yang disengketakan. c. Hakim terlebih dahulu menanyakan kepada saksi apakah mereka sehat atau tidak, karena untuk dapat diterimanya keterangan saksi di muka persidangan khususnya pengadilan agama Selong, saksi harus sehat jasmani maupun rohani, selain 34 Ibid. hal : 236-237
  • 18. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 111 itu saksi juga harus memenuhi beberapa syarat baik formil maupun materil, dan disumpah. 2. Kendala-kendala yang dihadapi hakim di Pengadilan Agama Selong dalam memeriksa dan mencermati keterangan saksi khususnya dalam pemeriksaan perkara nusyuz : a) Para pihak mengajukan saksi dari orang tua, yang sudah lanjut usia karena bertambah umur dan usia dan sifat manusia yang pelupa, sehingga persepsi saksi tentang peristiwa tersebut bisa jadi bukan sebenarnya. b) Para saksi kurang faham atas pertanyaan majelis hakim karena mereka kurang memahami bahasa Indonesia. c) Para keluarga kedua belah pihak tidak mau diangkat menjadi hakim/penengah, karena tidak mau ikut campur dalam kehidupan rumah tangga keluarganya. d) Dalam setiap proses persidangan perceraian akibat nusyuz sering kali tidak dihadiri oleh tergugat atau termohon 3. Adapun upaya hakim untuk mengatasi kendala tersebut di atas adalah : a) Menanyakan kondisi atau keadaan saksi apakah mereka sehat atau tidak, dan bersedia memberikan kesaksian, apabila saksi memberikan kesaksian yang terlalu jauh dari apa yang seharusnya sedangkan keyakinan hakim belum cukup maka hakim akan memerintahkan para pihak untuk mengajukan saksi lagi dari keluarga yang lain. b) Memberikan pertanyaan sejelas mungkin dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh saksi walaupun hakim tidak fasih berbahasa daerah, hakim anggota yang lain akan ikut memperjelas pertanyaan tersebut sampai dapat dipahami oleh saksi. c) Apabila keluarga kedua belah pihak tidak mau diangkat menjadi hakam/penengah, maka hakim mengikutsertakan keluarga dekat dengan kedua belah pihak untuk mendengarkan atau memberikan keterangan yang mungkin menurut hakim sangat diperlukan untuk menyusun keyakinan. DAFTAR PUSTAKA Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. (Jakarta : Kencana, 2006).
  • 19. Analisa Hakim dalam Menggali Kebenaran atas Keterangan Saksi….. USRATUNÂ Vol. 1, No. 2, Juli 2018 | 94-112 112 Yahya Harahap dalam Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No.1 / 1974 sampai KHI. (Jakarta : Kencana, 2004). Depag RI. Al-Quran dan Terjemahan. (Depag : 1997). Depag RI. Bahan Penyuluhan Hukum, UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta : 2001). Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Sinar Baru Algesindo, Bandung : 1994) Gatot Supramono. Hukum Pembuktian di Pengadilan Agama. (Bandung : Alumni, 1993). Taufik Makarao. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. (Rineka Cipta. Jakarta : 2004). John J. Cound dalam Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata, Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. (Sinar Grafika Offset. Jakarta : 2004) . Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. (Jakarta : Kencana, 2006) . Shaleh Ghanim. Jika Suami Isteri Berselisih. (Gema Insani. Jakarta : 1998) . Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. (Sinar Baru Al-Gesindo. Bandung : 1997) . Suheri Sidik Ismail. Ketentraman Suami Isteri. (Dunia Ilmu. Surabaya : 1999) hal. 107 Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata Untuk Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) . Yahya Harahap dalam Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. (Kencana. Jakarta : 2006) . Sudikno Mertokusumo dalam Hari Sasangka. Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata Untuk Mahasiswa dan Praktisi. (Mandar Maju. Bandung : 2005) . Abu Husein bin Hajjaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Shahih Muslim. Juz III (Semarang, Asy-Syifa, 1993) Sulaikin Lubis, dkk. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia. (Kencana. Jakarta : 2006) .