Makalah ini membahas tentang nikah syighar menurut Islam. Nikah syighar atau tukar menukar pasangan pernikahan antara dua keluarga tanpa mahar dianggap terlarang dalam Islam berdasarkan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW. Islam hanya mengijinkan pernikahan yang sah antara laki-laki dan perempuan dengan akad nikah yang sah dan dilakukan atas dasar cinta dan kesepakatan bersama. Tujuan pernikahan menurut Islam adalah mendap
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
1. 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkan atas berkah dan rahmat dari
Allah SWT yang telah memberikan berkat kesehatan dan nikmat berfikir
bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “Nikah Syighar
Menurut Islam”
Makalah ini disusun untuk memberikan atau menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi pembacanya khususnya dalam hal memahami larangan pernikahan
syighar bak dalam Al-Quran maupun dalam Hadits. Kami menyadari bahwa makalah
kami ini masih memiliki banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk memperbaiki dan menambah penulisan dan kelengkapan isi makalah
ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam penulisan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi kelompok kami sendiri khususnya, teman-teman sependidikan
akademi kesehatan dan bagi siapapun yang membacanya.
Lhokseumawe, September 2016
Penulis
2. 2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keumuman manusia yang sudah dewasa sudah mengetahui pengertian dari
pernikahan apalagi bagi yang sudah mengalaminya. Namun sebagian belum tahu yang
sesuai dengan syariat Islam dalam hal yang berhubungan dengan pernikahan mulai dari
ta’aruf atau perkenalan, khitbah hingga akad pernikahan dan hak dan kewajiban
sebagai suami isteri.
Pernikahan adalah suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang
lakilaki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban
antara keduanya. Dalam arti luas pernikahan adalah merupakan suatu ikatan lahir
antara dua orang, laki laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu bahtera
rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan ketentuan syariat
islam.
Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, ada lelaki ada
perempuan salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak yang bertujuan
untuk generasi atau melanjutkan keturunan. Oleh Allah manusia diberikan karunia
berupa pernikahan untuk memasuki jenjang hidup baru yang bertujuan untuk
melanjutkan dan melestarikan generasinya.
Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut menjadi sebuah
hubungan yang benar-benar manusiawi, maka Islam telah datang dengan membawa
ajaran pernikahan yang sesuai dengan syariat-Nya. Islam menjadikan lembaga
pernikahan itu pula akan lahir keturunan secara terhormat, maka adalah satu hal yang
wajar jika pernikahan dikatakan sebagai suatu peristiwa dan sangat diharapkan oleh
mereka yang ingin menjaga kesucian fitrah.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Nikah Syighar Menurut Islam?
2. Apa Hikmah dan Tujuan Pernikahan?
3. Bagaimana Hukum Nikah Syighar Menurut Al-Quran dan Hadits?
4. Apa Pendapat Para Ulama tentang Nikah Syighar
5. Apa saja hal-hal yang di larang dalam Pernikahan.
3. 3
II. PEMBAHASAN
A. Nikah Syighar dalam Islam
Nikah Syighar termasuk Nikah yang diharamkan dalam islam, karena Nikah
Syighar ialah seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya kepada seseorang
dengan syarat imbalan, bahwa ia harus dinikahkan dengan anak perempuan orang
tersebut, dan pernikahan ini tidak memakai mahar. Atau istilah gampangnya ialah tukar
anak.
Hadits Ibnumajah No.1874 :
"Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dan [Abu Usamah] dari [Ubaidullah]
dari [Abu Az Zannad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melarang pernikahan syighar."
Hadits Ibnumajah 1875 :
"Telah menceritakan kepada kami [Al Husain bin Mahdi] ia berkata; telah
memberitakan kepada kami [Abdurrazaq] berkata, telah memberitakan kepada kami
[Ma'mar] dari [Tsabit] dari [Anas bin Malik] ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada nikah syighar dalam Islam."
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahiihnya dari Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada nikah syighar dalam Islam."1
1 HR. Muslim (no. 60) bab Tahriim Nikaahisy Syighaar wa Buthlaanihi kitab an-Nikaah, at-
Tirmidzi (no. 1123) kitab an-Nikaah, an-Nasa-i (no. 3335) kitab an-Nikaah, ‘Abdurrazzaq (no. 6690),
Mu’jam al-Kabiir (XI/358)
4. 4
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu "Umar Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang syighar”2
At-Tirmidzi meriwayatkan dari ‘Imran bin Hushain Radhiyallahu anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak boleh berbuat kejahatan, tidak boleh membangkang, tidak boleh
melakukan syighar. Dan barangsiapa melakukan perampasan, maka dia bukan
golongan kami.”3
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang syighar. Dan syighar ialah menikahkan seseorang dengan
puterinya dengan syarat orang tersebut menikahkan dirinya dengan puterinya pula,
tanpa ada mahar di antara keduanya.4
B. Tujuan dan Hikmah Pernikahan
1. Hikmah Pernikahan
Sejalan dengan tujuannya, perkawinan memiliki sejumlah hikmah bagi orang
yang melakukannya. Dalam ensiklopedi Tematis Dunia Islam, serta menurut Sayid
Sabiq, ulama fikih kontemporer dalam bukunya Fiqh as-Sunnah, mengemukakan
sebagai berikut:
a. Dapat menyalurkan naluri seksual dengan cara sah dan terpuji. Bagi manusia naluri
tersebut sangat kuat dank eras serta menuntut adanya penyaluran yang baik. Jika
tidak, dapat mengakibatkan kegoncangan dalam kehidupannya. Dengan
perkawinan, kehidupan manusia menjadi segar dan tentram serta terpelihara dari
perbuatan keji dan rendah
b. Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat, sehingga dapat
menjaga kelestarian hidup umat manusia.
c. Naluri keibuan dan kebapakan akan saling melengkapi dalam kehidupan rumah
tangga bersama anak-anak
2 HR. At-Tirmidzi (no. 1133) kitab an-Nikaah, dan beliau menilainya sebagaihadits hasan shahih,
serta dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih at-Tirmidzi (no. 897)
3 HR. At-Tirmidzi (no. 1123) kitab an-Nikaah, Abu Dawud (no. 2581) kitab an-Nikaah, Ahmad
(no. 19354), dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih at-Tirmidzi (no. 896)
4 HR. Al-Bukhari (no. 5112) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1415), kitab an-Nikaah.
5. 5
d. Melahirkan organisasi dengan pembagian tugas/tanggung jawab tertentu,serta
melatih kemampuan bekerjasama
e. Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturrahmi antar keluarga
2. Tujuan Pernikahan
Kompilasi Hukum Islam merumuskan bahwa tujuan pernikahan adalah “untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,mawaddah, dan warahmah: yaitu
rumah tangga yang tentram, penuh kasih saying, serta bahagia lahir dan batin.
Rumusan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ruum(30) ayat 21
yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia yang menciptakan
untukmu istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadany, dan jadikan-Nya diantaramu rasa dan kasih sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis yang
menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas, meliputi
segala aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriah maupun batiniah.
Sesungguhnya pernikahan itu ikatan yang mulia dan penuh barakah. Allah SWT
mensyari’atkan untuk keselamatan hambanya dan kemanfaatan bagi manusia, agar
tercapai maksud-maksud yang baik dan tujuan-tujuan yang mulia. Dan yang terpenting
dari tujuan pernikahan ada 2 yaitu :
a. Mendapatkan keturunan atau anak.
Dianjurkan dalam pernikahan tujuan pertamanya adalah untuk mendapatkan
keturunan yang shaleh, yang menyembah pada Allah dan mendo’akan pada orang
tuanya. Jadi inilah salah satu dari tujuan pernikahan.
b. Menjaga diri dari yang haram
Tidak diragukan lagi bahwa yang terpenting dari tujuan nikah adalah memelihara
dari perbuatan zina dan semua perbuatan-perbuatan keji, serta tidak semata-mata
memenuhi syahwat saja. Memang bahwa memenuhi syahwat itu merupakan sebab
untuk bias menjaga diri, akan tetapi tidaklah terwujud iffah (penjagaan) itu kecuali
dengan tujuan dan niat. Maka tidak benar memisahkan dua perkara yang satu
dengan lainnya,karena manusia bila mengarahkan semua keinginannya untuk
memenuhi keinginannya untuk memenuhi syahwatnya denagn menyadarkan pada
6. 6
pemuasan nafsu atau jima’ yang berulang-ulang dan tidak ada niat memelihara diri
dari zina, maka dimanakah perbedaannya antar manusia dengan binatang??
Oleh karena itu, maka harus ada bagi laki-laki dan perempuan tujuan mulia dari
perbuatan bersenang-senang yang mereka lakukan itu, yaitu tujuannya memenuhi
syahwat denagn cara yang halal agar hajat mereka terpenuhi, dapat memelihara diri,
dan berpaling dari yang haram.
C. Hukum Nikah Syighar Menurut Al-qur'an dan Hadits
Nikah Syighar termasuk Nikah yang diharamkan dalam islam, karena Nikah
Syighar ialah seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya kepada seseorang
dengan syarat imbalan, bahwa ia harus dinikahkan dengan anak perempuan orang
tersebut, dan pernikahan ini tidak memakai mahar. Atau istilah gampangnya ialah tukar
anak.
1. Dalam Al-qur'an
Nikah merupakan bagian dari syariat Islam. Islam telah menganjurkan kepada
manusia untuk menikah. Banyak sekali ayat-ayat Al Quran yang menyinggung masalah
nikah. Berikut ini ayat-ayat Al Quran yang membahas masalah nikah yang artinya sbb:
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang
yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha
Mengetahui.” (QS. An Nuur (24) : 32).
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat
kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
“Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui¡” (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
7. 7
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At Taubah (9) : 71).
“Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita
yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang
melimpah (yaitu Surga).” (Qs. An Nuur (24) : 26).
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui. (An-Nuur (24):32)
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia
menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya.” (Al-A’raf
(7): 189)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang
keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-
wanita yang baik (pula)” (An-Nur (24): 26)
Dari ayat-ayat di atas tidak disebutkan bahwa nikah syighar itu boleh
dikarenakan nikah syighar memiliki persyaratan yang mengharuskan tukar menukar
(anak atau saudara perempuan). Di dalam syighar terdapat suatu kekejian yang sangat
besar, yaitu adanya pemaksaan terhadap perempuan untuk menikah dengan orang yang
tidak dicintainya. Sedangkan dalam Al-quran telah dijelaskan bahwa setiap yang
diciptakan itu berpasang-pasangan agar menjadi cocok dan tentram bukan dengan cara
dipaksa-paksa.
8. 8
2. Dalam Hadits
Tentang pengertian Nikah Syighar ini Rasulullah SAW telah menjelaskannya
dalam Hadits-Nya, yaitu :
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang Nikah
Syighar. Nikah Syighar ialah seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya
(kepada seseorang) dengan syarat imbalan, orang tersebut harus menikahkan dia
dengan anak perempuannya, dan diantara keduanya tidak pakai mahar. [HR.
Bukhari juz 6, hal. 128]
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang Nikah
Syighar. Nikah Syighar ialah seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya
kepada seseorang dengan syarat imbalan, bahwa ia harus dinikahkan dengan anak
perempuan orang tersebut, dan keduanya tidak pakai mahar. [HR. Muslim juz 2,
hal. 1034]
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW melarang Nikah Syighar. Ibnu
Numair menambahkan, “Nikah Syighar yaitu, seorang laki-laki berkata kepada
laki-laki lain, “Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu, dan aku akan
menikahkanmu dengan anak perempuanku, atau nikahkanlah aku dengan saudara
perempuanmu, dan aku akan menikahkanmu dengan saudara perempuanku”. [HR.
Muslim juz 2, hal. 1035]
Dan disabdanya yang lain Rasulullah SAW sangat melarang nikah Syighar ini :
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “ tidak ada Nikah Syighar
dalam Islam”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1035]
Dari Ibnu ‘Umar, bahwasannya Rasulullah SAW melarang Nikah Syighar. [HR.
Muslim juz 2, hal. 1035]
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, “Rasulullah SAW melarang nikah
syighar”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1035]
D. Pendapat Para Ulama Tentang Pernikahan Syighar
Para ulama telah sepakat mengharamkan nikah syighar, hanya saja mereka
berbeda pendapat mengenai keabsahan nikah syighar. Jumhur ulama berpendapat
nikah syighar tidak sah, berdasarkan dalil:
9. 9
1. Hadits dari Jabir radiallahuanhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu alayhi
wasalam melarang nikah syighar“(HR Muslim)
2. Hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahuanhu, dia berkata
“Rasulullah shallallahu alayhi wasalam melarang nikah syighar” Abu Hurairah
radiallahuanhu berkata “Nikah syighar bekata kepada laki-laki lain, ‘Nikahkanlah
aku dengan anak perempuanmu dan sebagai gantinya aku akan menikahkan kamu
dengan anak perempuanku’ ” Atau dia mengatakan “Nikahkanlah aku dengan
saudara perempuanmu dan sebagai gantinya aku akan menikahkan kamu dengan
saudara perempuanku“(HR Muslim, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)
3. Hadits dari Al Araj, dia berkata : Al Abbas bin Abdullah bin Abbas pernah
menikahkan Abdurrahman dengan anak perempuannya, dan sebaliknya
Abdurrahman juga menikahkan Al Abbas dengan anak perempuannya. Dalam
kedua pernikahan itu keduanya membayar maskawin. Setelah mendengar
pernikahan ini, Mu’awiyah menulis surat kepada Marwandan menyuruhnya untuk
menceraikan pernikahan itu. Dalam surat itu Mu’awiyah berkata, “ini mereupakan
nikah syighar yang dilarang oleh Rasulullah shallallahu alayhi wasalam” (HR
Abu Dawud)
4. Sabda Nabi Shallallahu alayhi wasalam:
“Barang siapa mensyaratkan sesuatu yang tidak terdapat dalam kitab Allah (al-
Qur’an), maka ia tidak sah, sekalipun ia mensyaratkan 100 syarat. Syarat dari
Allah itu lebih haq dan lebih kuat“(HR Bukhari dan Muslim)
5. Nafi’ berkata: “Syighar ialah seorang laki-laki menikahi puteri laki-laki lainnya dan
dia pun menikahkannya dengan puterinya tanpa mahar. Atau seorang laki-laki
menikahi saudara perempuan laki-laki lainnya lalu dia menikahkannya pula dengan
saudara pe-rempuannya tanpa mahar.”5
An-Nawawi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa pernikahan syighar ini
terlarang.”6
6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Allah telah mewajibkan
mahar dan tidak mewajibkan para saksi. Barangsiapa yang mengatakan bahwa
pernikahan itu sah tanpa adanya mahar dan tidak sah kecuali dengan adanya para
5 ‘Aunul Ma’buud Syarh Sunan Abi Dawud (no. VI/60).
6 Ibid.
10. 10
saksi, maka dia telah menggugurkan apa yang diwajibkan Allah kepadanya dan
mewajibkan apa yang tidak diwajibkan Allah.
Inilah di antara yang membuktikan bahwa pendapat penduduk Madinah dan ahli
hadits itu lebih shahih daripada pendapat penduduk Kufah mengenai pengharaman
nikah syighar. Alasannya hanyalah karena meniadakan mahar. Jadi, bilamana
mahar tersebut ada, maka pernikahan pun menjadi sah.”7
7. Yang menyebabkan pernikahan ini tidak sah adanya persyaratan yang
mengharuskan tukar menukar (anak atau saudara perempuan). Di dalam
syighar terdapat suatu kekejian yang sangat besar, yaitu adanya pemaksaan
terhadap perempuan untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya.
Permasalahan ini menyimpulkan anjuran kepada para wali agar memperhatikan
perasaan anak-anak perempuannya, karena perbuatan ini dapat menzalimi mereka.
Disamping itu pernikahan ini juga menghalangi mereka dari kemungkinan
mendapatkan mahar yang seyogyanya. Kasus seperti ini sering terjadi dikalangan
orang-orang yang mempraktekkan model pernikahan seperti ini.
Pernikahan syighar juga sering menimbulkan perselisihan dan persengketaan. Apa
yang disebutkan diatas merupakan balasan dari Allh didunia bagi orang-orang yang
tidak melaksanakan aturan-Nya.
E. Hal yang dilarang dalam Pernikahan Menurut Islam
Adapun hal-hal yang dilarang dalam pernihakan menurut Islam adalah :
1. Nikah syghar
Pernikahan dengan menyebutkan sarat yang dilarang agama semisal nikahkan
putrimu dengan aku lalu aku akan menikahkan kamu dengan putriku.
2. Nikah tahlil
Pernikahan yang telah disetting dan terkesan mengakali hukum, misalnya seorang
suami menceraikan istri supaya istrinya tersebut dapat menikah dengan mantan
suami dahulu yang telah mentalak 3. Walaupun pernikahannya setelah masa iddah
dan sarat rukunnya terpenuhi.
7 Majmuu’ Fataawaa Ibni Taimiyyah (XXXII/132) dengan diringkas.
[*]. Muhallal lahu adalah orang yang telah mentalak tiga isterinya kemudian meminta laki-laki
lain menikahinya untuk menceraikannya kembali agar dia dapat menikahinya lagi.-ed
11. 11
3. Nikah Mut’ah
Kawin kontrak adalah nama lain, yakni mensetting pernikahan sesuai perjanjian
awal hanya untuk tujuan bersenang-senang. Bila waktu kontrak habis maka
dilakukan perceraian.
4. Nikah yang calon istrinya masih masa iddah
Ada perbedaan lamanya masa iddah. Masa iddah bagi seorang permpuan setelah
berpisah dengan suami dengan sebab perceraian atau ditinggal mati ialah 4 bulan
sepuluh hari. Ada juga yang tiga bulan tergantung kondisi perempuan tersebut.
5. Pernikahan dengan beda agama
Dihukumi haram dalam islam karena allah berfirman lebih baik menikah dengan
hamba sahaya yang islam dari pada seorang perempuan musrik begitu juga
sebaliknya. Apabila seorang calaon mempelai bersedia pindah agama islam maka
diperbolehkan.
6. Pernikahan dengan wanita yang diharamkan dalam nasab atau masih ada ikatan
darah keluarga atau karena sebab pernikahan.
7. Menikah dengan saudara sepersusuan
8. Menikah dengan istri yang telah ditalak 3 oleh suami. Boleh menikah lagi asalkan
sang istri telah menikah denga orang lain dan kemudian bercerai dengan sebab
selain nikah tahlil yang telah dijelaskan diawal.
9. Menikah saat Ihram
Diharamkan oleh hadist nabi bahwasanya orang yang sedang beribadah ihram
dilarang melamar ataupun menikah.
12. 12
III. KESIMPULAN
Nikah sebagai sunnah Rasulullah saw yang sangat dianjurkan bagi yang telah
mampu untuk melaksanakannya. Nikah itu sendiri adalah suatu ikatan suci antara pria
dan wanita dalam mengarungi rumah tangga yang sakinah, mawaddah, rahmah. Syarat
dan rukun nikah harus dipenuhi agar pernikahannya sah.
Agar terhindar dari kemaksiatan dalam mencari pasangan hidup, maka
lakukanlah dengan ta’aruf dan khitbah. Banyak hal yang perlu dijaga agar pernikahan
kekal yaitu dengan menjaga keharmonisan keluarga yang didasari oleh saling
pengertian dalam hal hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pernikahan agar tidak terjerumus
kepada pernikahan yang diharamkan dalam islam. Diantara pernikahan yang dilarang
dalam Islam yaitu : nikah mut’ah, nikah shigar, nikah muhallil dan muhallal-lah, nikah
dalam keadaan ihram, menikah dengan orang musyrik, menikah dengan orang-orang
yang termasuk katagori mahram.