1. TUGAS TERSTRUKTUR MODUL I
MATA KULIAH USAHATANI
“Ruang Lingkup dan Sejarah Usahatani”
Disusun Oleh:
Ebeneze Sibaharin 135040101111
Yana Desva Euis 135040100111
Eka Krisdiana Fitri 135040101111211
Tionarti Bakara 135040101111195
Naufal Habib Ibrahim 135040101111018
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
2. 1.1 Definisi Usaha Tani
Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah dari perkataan farm
dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian
dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia
seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji.
Menurut Kadarsan (1993) usaha tani adalah suatu tempat dimana seseorang berusaha
mengelola unsure-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal, dan keterampilan untuk
menghasilkan sesuatu dilapangan pertanian..
Menurut Soekartawi (1995) ilmu usaha tani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Selain itu, Adiwilaga (1982), berpendapat bahwa usaha tani adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang yang melakukan pertanian
dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahnya sendiri.
Sedangkan Usahatani kecil diusahakan oleh petani kecil yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk local yang meningkat.
2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah.
3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten.
4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya.
Dengan melihat ciri-ciri petani kecil diatas, mempelajari usahatani merupakan salah satu cara
untuk melihat, menafsirkan, menganalisa, memikirkan, dan berbuat sesuatu (penyuluhan,
penelitian, dll) tentang situasi keluarga tani dan penduduk desa yang lain sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya.
1.2 Usahatani Sebagai Suatu Sistem
Usaha tani merupakan agrosistem yang unik yaitu suatu kombinasi sumber daya fisik dan
biologis, seperti bentuk lahan, air tumbuhan dan hewan. Dengan mempengaruhi komponen-komponen
agrosistem dan interaksinya rumah tangga petani mendapatkan hasil darinya. Untuk
3. menjaga proses produksi terus berlangsungnya rumah tangga itu membutuhkan input
dari dalam dan luar, diantaranya:
Input dari dalam yang diperoleh dari usahatani sendiri .
Misal : energi matahari , air hujan , sedimen , nitrogen yang diikat dari
Udara yang dihasilkan sendiri.Contoh : Tenaga hewan, kayu, pupuk kandang,
sisa tanaman, dan pupuk hijau asli.
Input luar yang diperoleh dari luar usaha tani.
Misal : Informasi, tenaga buruh, bahan bakar minyak, pupuk buatan,
biosida kimia, Benih unggul, air irigasi, alsintan dan jasa.
Selama proses produksi terjadi kerugian akibat dari perembesan atau penguapan unsur
hara atau erosi tanah. Penjualan hasil dapat memberikan uang tunai yang dipakai untuk membeli
barang atau jasa. Input dapat juga diperoleh dengan penjualan, diberikan atau pertukaran hasil
secara langsung. Sebagai contoh budidaya agrosentris di Peru. Dilihat dari standar baku
penilaian:
Tabel.1 Standar Baku Penilaian
Kriteria Kegiatan X SA A Keterangan
P1 100 % 90 % 60 % Aman dikonsumsi, bermutu
baik dan ramah lingkungan
P2 100 % 70 % 40 % Aman dikonsumsi dan
bermutu baik
P3 100 % 60 % 20 % Aman untuk dikonsumsi
Berdasarkan standar penilaian baku GAP maka tanaman sawi yang dihasilkan dari lahan
milik Bapak Sholeh Anggota Kelompok Tani Makmur Dusun Suwaluhan Desa Tawang Argo
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang dikategorikan dalam Prima 3 ( P3 ) karena dari
kriteria IV yaitu penggunaan jenis pupuk organik dan anorganik yang digunakan belum
semuanya terdaftar atau diijinkan oleh pejabat yang berwenang sehingga produk yang dihasilkan
baru sebatas aman dikonsumsi.
Oleh karena itu, kita mempelajari ilmu usahatani sebagai upaya penelaahan tritunggal
yaitu: petani, lahan, dan tanaman. Petani sebagai manajer yang berperan dalam mengambil
keputusan bisnis dalam mengelola usahataninya. Untuk lahan merupakan sumber daya alam fisik
4. yang penting untuk tempat tinggal dan hidup, kegiatan pertanian, perikanan, peternakan. Maka
ada beberapa factor yang mempengaruhi baik buruknya kemampuan lokasi pertanian,
diantaranya kemiringan lereng, irigasi dan drainase, kedalaman lahan, tekstur bawah tanah,
derajat kelembaban, dan resiko kebanjiran. Sedangkan tanaman merupakan semua subjek
usahatani yang bukan hewan dan dibudidayakan pada suatu ruang atau media sesuai dengan
usaha itu.
Dapat dilihat diagram yang menggambarkan usahatani sebagai suatu system dibawah ini:
Ilmu
usahatani
Manusia
petani
Lahan
Tanaman/
ternak/ika
n
Ilmu Sosial dan
Ekonomi
Ilmu Sosiologi
Ilmu Teknik
Pertanian
Ilmu Tanah,
pemupukan,
klimatologi,
pengairan, dll
Ilmu organisasi,
ilmu hama
penyakit
Gambar 1. Hubungan Ilmu Usahatani dengan Ilmu yang lain
Dalam analisis ilmiah konvensional, usahatani dibagi dalam berbagai macam disiplin dan
dipandang dengan sudut professional dari ahli agronomi, nutrisi, ternak, ekonomi, social, dll.
Oleh karena itu, usahatani bukanlah sekedar kumpulan tanaman, hewan, peralatan, tenaga kerja,
5. namun merupakan jalinan yang kompleks dengan pengaruh-pengaruh lingkungan dan input-input
yang harus dikelola petani sesuai dengan kemampuannya.
1.4 Sejarah Perkembangan Usahatani di Indonesia
Sejarah Perkembangan Usahatani di Indonesia. Perkembangan pertanian dan usahatani di
Indonesia pada zaman penjajahan hingga sekarang telah mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana
masyarakat menanam apa saja, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ladang
berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah tempat.
Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar. Pohon atau semak yang telah
ditebang/dibabat setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami
dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena
sudah tidak subur lagi.Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 - 20
tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka.
Selanjutnya, setelah beberapa tahun kemudian sistem bersawah pun mulai ditemukan
oleh penduduk Indonesia. Dalam periode ini, orang mulai bermukim di tempat yang tetap. Selain
itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah
hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering. Dengan timbulnya
persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong”
walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang
berpindah-pindah” belum ditinggalkan.
Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di Batavia
kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van
Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk
meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang
Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam
paksa baru berakhir tahun 1921. Dalam system tanam paksa (Cultuurstelsel) ini, Van den Bosch
mewajibkan setiap desa harus menyisihkan sebagian sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami
komoditi ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan tembakau.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak
mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi
6. dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun masih banyak
tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau
petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya
terhadap tanamannya pun tak berkembang.
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program
pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau yang di
masyarakat petani dikenal dengan program BIMAS (Bimbingan Massal). Tujuan utama dari
program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian.
Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi Khusus), yang
meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani melalui kelompok-kelompok
tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50 hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit
modal dalam menjalankan usaha pertaniannya. Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah
meluncurkan program SUPRAINSUS (SI). Program ini merupakan pengembangan dari Panca
Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan produktivitas tanaman padi.
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis multi-dimensi.
Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam
pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak
ada kredit yang tersedia ke pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter
membuat pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan
pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi.”
Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum efektif dan efisien
dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen sehingga masih perlu
diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha
untuk mendongkrak kontribusi sektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian dengan
mensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi pertanian dengan
membuka lahan peranian baru, sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidi
pertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian dan lain-lain. Sistem pertanian
organik khususnya, telah dicanangkan pemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung
Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
7. kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh
penggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk meningkatkan
distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi
sektor pertanian dalam perekonomian.
1.5 Klasifikasi Usaha Tani
Soehardjo & Dahlan patong mengemukakan bahwa usaha tani sebagai objek pengamatan
dapat dilihat dari berbagai segi dan dalam bukunya tersebut ia meninjau 4 segi pengamatan yaitu,
menurut bentuknya, coraknya, polanya, dan tipenya.
1. Menurut tipenya
Berdasarkan cara penguasaan unsure-unsur produksi dan pengolahannya usahatani
digolongkan dalam 3 macam yaitu: usahatani yang penguasaaan unsure prduksi dan
pengelolaannya dilakukan oleh seseorang, usahatani yang penguasaan unsure produksi
dan pengelolaannya dilakukan oleh orang secara kolektif, dan usahatani yang merupakan
bentuk peralihan dari usahatani perseorangan ke usahatani kolektif.
2. Menurut coraknya
Tujuan kegiatan usaha tani berbeda-beda karena pengaruh lingkungan alam dan
kemampuan pengusahanya. Ada petani yang kegiatannya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya yang disebut dengan usaha tani pencukup kebutuhan keluarga
(selfsufficient farm / subsistences farms), dan adapula kegiatannya yang bertujuan untuk
mendapatkan untung sebesar-besarnya yang disebut dengan usahaani komersial
(commercial farm).
Karena ciri dan sifat yang dimilki oleh usahatani komersial & pencukup kebutuhan
keluaraga, beberapa ahli memberikan nama lain kepada kedua usahatani ini.Usaha tani
komersial disebut juga dengan nama usahatani dinamis & usahatani tidak komersial
disebut usahatani statis. Penggolongan tsb dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan
saat tertentu , karena setiap usahatani statis dapat berubah melalui masa peralihan
menjadi usaha tani dinamis.
Para ahli telah banyak menegemukakan pendapatnya untuk membedakan apakah suatu
usahatani tergolong subsisten atau komersil. Salah satu ukuran itu adalah tindakan
ekonomi petani dalam penggunaan unsure-unsur produksi.penggunaan usnur produksi
8. misalnya penggunaan tenaga kerja & pemilihan cabang usaha sering didasarkan pada
kebiasaan.
3. Menurut polanya
Pola usahatani ditentukan menurut banyaknya cabang usaha tani yang diusahakan.
Berdasarkan jumlah cabang usahatani yang diusahakan usahatani dapat dibedakan
sebagai berikut :
- Usaha tani Khusus. Apabila usahatani hanya mempunyai satu cabang saja maka
disebut dengan usahatani khusus.Contohnya : usahatani tembakau, usahatani padi ,
usahatani sapi perah. Faktor yang mempengaruhi petani memilih hanya 1 cabang
ialah keadan fisis tanah yaitu apakah mendapat air pengairan spanjang tahun sehingga
cocok ditanami padi, dan prisnsip keuntungan komperatif yaitu mengusahakan
cabang usahatani yang memeberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan
cabang usahatani lain.
- Usaha tani tidak khusus. Petani yang juga mengusahakan bermacam-macam
usahatani. Seperti ternak atau ikan. Hal ini dapat dilkukan kalau petani memliki dan
mengusahakan berbagai macam tanah seperti : tanah sawah,tanah darat, padang
rumput dan kolam.
- Usahatani Campuran. Merupakan bentuk usahatani yang diusahakan secara
bercampur antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan ternak, tanaman dengan
ikan dsb. Usahatani ini juga dikenal dengan tumpang sari, misalnya tumpang sari
antara jagung dengan kacang tanah, tumpang sari antara padai dan ikan.
4. Menurut tipenya
Usahatani dapat digolongkan dlam beberapa jenis /tipe tanaman yang diusahakan.
Dari penggolongan ini dikenal usahatani padi, usahatani jagung, usahatani ternak,
usahatani sapi, usahatani ternak ayam, dan usahatani kubis. Tiap daerah mempuyai
kondisi yang berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan fisik,
perbedaan ekonomi dan perbedaan lainnya yang tidak termasuk pada keduanya. Karena
itu jenis tanaman dan hewan yang tumbuh dapat diusahakan pada suatu daerah berbeda-beda
pula. Tiap tanaman dan hewan memerlukan kondisi fisis tertentu untuk hidup dan
berkembang dengan baik.
Faktor fisis
9. Factor ini sangat mempengaruhi tipe usaha tani yang terdiri dari, iklim,tanah, dan
topografi. Apabila factor fisik di suatu tempat tidak sesuai dengan usahatani yang
diinginkan petani harus mengubah keinginannya atau pindak ke daerah lain yng
mempunyai factor fisik yang sesuai.
1. Iklim
Hal penting dari iklim yang banyak mempengaruhi tipe usahatani ialah : curah
hujan,temperature, pancaran sinar matahari dan kelembapan curah hujan mencakup
factor-factor seperti curah hujan dalam setahun, penyebaran hujan dan variasinya dari
tahun ke tahun. Tiap tanaman memerlukan curah hujan tertentu sebagai sayarat untuk
tumbuh baik. Penyebaran hujan penting juga bagi pertumbuihan tanaman. Tiap fase dari
pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan berbeda. Tanaman kapas sangat baik
diusahakan di daerah yang mempunyai perbedaan yang nyata anatara hujan dan musim
kemarau. Pancaran sinara matahari baik intensitas penyinarannya maupun panjang
penyinarannya, mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanama kopi tidak tahan terhadap
sinar langsung yang terik sehingga diperlukan pohon pelindung.
2. Tanah
Tanah-tanah pada setiap tempat berbeda dalam tingkat kesuburannya, dalam
tekstur, dan dalam tebal atau dalamnya lapisan. Setiap jenis tanaman memerukan syarat-syarat
tertentu untuk tumbuh baik. Ada tanaman yang hanya dapat tumbuh pada tanah
yang subur dan ada pula yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur. Hara yang
terdapat dalam tanah sangat penting artinya tanah yang mengandung banyak kapur akan
menghasilkan banyak tanaman runput yang baik untuk usaha tani ternak. Tekstur tanah
juga memberikan pengaruh pada macam tanaman yang akan ditanam. Tanah-tanah
dengan tekstur halus merupakan tanah berat yang sukar dikerjakan. Dengan demikian
tanaman-tanaman yang diusahakan diatasnya adalah tanaman-tanaman intensif. Pada
tanah-tanah ringan banyak diusahakan tanaman-tanaman intensif.
3. Topografi
Pengaruh topografi pada tipe usaha tani berhubunggan erat dengan iklim dan
tanah.Perbedaan tinggi diatas permukaan laut menyebabkan perubahan pada iklim.Makin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin rendsah suhunya dan makin panjang masa
10. tumbuhnya.Hal ini berarti harus ada perbedaan tipe usaha tani di dataran tinggi dengan
dataran rendah. Tanah-tanah subur umumnya terdapat didataran rendah.