Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptx
1. PENGENDALIAN HAMA UTAMA KELAPA MENGGUNAKAN AGENS
PENGENDALI HAYATI
(METARHIZIUM ANISOPLIAE) PADA KELOMPOK TANI
Nama : Hardik Nasutomo
NIM : 2305901110007
Tugas MK : Ekologi Pertanian
Dosen : Dr. Vina Maulidia, S.P
2. PENDAHULUAN
Tanaman kelapa atau Cocos nucifera L. termasuk dalam
komoditas strategis baik dari segi sosial, budaya, dan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Kelebihan dari tanaman kelapa ini adalah semua
bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia dan
menjadi tumbuhan serba guna (tumbuhan kehidupan),
khususnya bagi masyarakat pesisir.
3. Pengembangan komoditi kelapa didukung
dengan kondisi agroklimat yang dikehendaki oleh
tanaman kelapa. Tanaman kelapa sangat cocok
untuk dikembangkan secara optimal di daerah
tropis dengan curah hujan 1.300 sampai dengan
2.300 mm per-tahun. Pada kondisi curah hujan
>2.300 mm per tahun tanaman kelapa tetap
dapat tumbuh dengan baik dengan perbaikan
drainase tanah yang baik. Selain itu tanaman ini
juga dapat tumbuh optimal pada suhu 20-27 0C,
dengan kelembaban bulanan 70-80% dan
kelembaban bulanan minimumnya 65%.
4. HAMA UTAMA TANAMAN KELAPA
• Kumbang Tanduk
Kumbang Tanduk Kelapa (Oryctes rhinoceros) merupakan
salah satu hama utama tanaman kelapa yang berpengaruh
langsung terhadap produksi. Suatu populasi kumbang
dalam tahap makan sebanyak lima ekor per hektar dapat
mematikan setengah dari tanaman kelapa yang baru
ditanam (Alouw et al 2007). Hama tersebut dapat
menyerang sejak tanaman belum menghasilkan hingga
tanaman menghasilkan. Kumbang tanduk (Oryctes
rhinoceros) merupakan hama penggerek pucuk yang
mengakibatkan rusaknya titik tumbuh sehingga
mematikan tanaman dan produksi buah mengalami
penurunan
5. • Kumbang Sagu
Kumbang sagu Rhynchophorus ferrugineus,
larvanya disebut ulat sagu) adalah jenis
kumbang yang tersebar luas dari India
sampai Sauwa, mengikuti penyebaran
inangnya. Tubuh berwarna coklat kemerahan
atau hitam,sebesar kenari. Moncong panjang
meruncing kemuka dan kebelakang. Larva
sebesar ibu jari tangan, kadang - kadang
lebih besar. Kepala kecil berwarna coklat
kehitaman, kulit berkerut.
6. METODE PELAKSANAAN
• Memberikan Materi Penyuluhan Terkait Hama Kelapa Kepada
Petani/kelompok Tani
• Diskusi dan Wawancara
• Demontrasi Cara
• Demontrasi Plot
• Evaluasi
7. PEMBAHASAN
Pengenalan hama utama tanaman kelapa dan teknik
pengendaliannya disampaikan kepada petani, dilanjutkan dengan
materi teknik perbanyakan jamur entomoptaogen Metarhizium
anisopliae secara sederhana dan cara penyebarannya di sarang-
sarang alami dan sarang buatan (traping).
Demontrasi dilakukan dengan tujuan agar petani/kelompok tani
mengetahui cara pengaplikasiannya pada tanaman kelapa
8. Adapun cara Perbanyakan jamur Metarhizium
anisopliae adalah sebagai berikut :
1
Jagung giling dicuci bersih kemudian ditiriskan, dikukus setengah matang dengan menambahkan air
sedikit demi sedikit sambil diaduk, dan didinginkan.
Media dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan berat ± 100 gram
Media disterilisasi dengan cara mengukus selama 1 jam dan didinginkan
Bibit jamur Metarhizium anisopliae diinokulasikan ke dalam media, kemudian diremas-remas dan
digoncang-goncang agar bibit merata pada media
Perubahan warna pada media diamati setiap hari
Setelah 14 hari jamur berubah warna menjadi hijau dan siap untuk diaplikasikan.
2
3
4
5
6
9. Setelah perbanyakan jamur Metarhizium anisopliae dilanjutkan kegiatan
aplikasi penggunaan jamur di lapangan. Aplikasi Metarhizium anisopliae
dilakukan pada sarang-sarang alami sekitar kebun kelapa dan sarang
buatan (traping) ditaburi formulasi Metarhizium anisopliae dengan dosis
25 gr/m2 pada setiap sarang.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian
hama Kumbang Pada tanaman Kelapa dengan pemanfaatan cendawan
M.anisopliae. Parameter yang diamati adalah jumlah larva terinfeksi
pada sarang dan intensitas serangan pada pohon contoh. Kebun contoh
yang diamati di setiap lokasi penyebaran agens hayati seluas 1 ha
dengan jumlah pohon contoh sebanyak 20 pohon.
10. Penerapan teknologi pertanian khususnya dalam
pengendalian hama dapat meminimalisir permasalahan
tersebut. Oleh karena itu perlunya melakukan
penyuluhan dan pelatihan kepada petani dengan
menggunakan agens pengendali hayati (Metarhizium
anisopliae) dengan menaburkannya pada pada sarang-
sarang alami maupun sarang buatan (traping).
PENUTUP