Dokumen tersebut membahas tentang usahatani padi di lahan rawa lebak di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Disebutkan bahwa desa tersebut memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan lahan rawa lebak untuk budidaya padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kearifan lokal dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di desa tersebut.
2. 2
Universitas Sriwijaya
lebak yang terdapat di Indonesia ada sekitar 13,28 juta ha, yang terdiri atas 4,17
juta ha rawa lebak dangkal/pematang, 6,08 juta ha lahan rawa lebak tengahan, dan
3,04 juta ha lahan rawa lebak dalam yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan
Papua. Salah satu kegiatan pertanian yang dilakukan di lahan rawa lebak adalah
usahatani padi, apalagi tanaman padi merupakan komoditi yang dominan ditanami
di lahan rawa lebak. Hal ini disebabkan oleh luas lahan rawa lebak yang
berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian khususnya tanaman padi masih
tersedia cukup luas.
Padi adalah salah satu bahan pangan yang paling utama, karena
keberadaannya yang sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat dan menjadi
makanan pokok (beras) bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi di
tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,02% dibandingkan dengan produksi
padi pada tahun 2019. Sebagian besar (94,9%) produksi padi dihasilkan dari
agroekosistem lahan sawah, dan sisanya dari lahan kering (Pujiharti, 2017).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2020) luas lahan panen padi di Sumatera
Selatan padi sebesar 551,32 ribu ha dengan produksi padi sebesar 2,74 juta ton
GKG dari total keseluruhan produksi padi indonesia yaitu 54,65 juta ton GKG
dari total luas lahan padi mencapai 10,65 juta ha.
Sedangkan lahan rawa lebak terluas terdapat di Sumatera, yaitu sekitar 3,44
juta ha dan yang sesuai untuk lahan pertanian sekitar 1,15 juta ha dan Sumatera
Selatan merupakan lahan rawa lebak yang dominan. Luas total lahan rawa lebak
yang ada di Sumatera Selatan yaitu mencapai 285.941 ha. Salah satu daerah yang
mempunyai potensi lahan rawa lebak terluas adalah Kabupaten Ogan Ilir, dimana
pada tahun 2015 berada di urutan kedua untuk luas lahan padi rawa lebak yang
ditanami satu kali dalam setahun, dengan luas lahan sebesar 45.074 ha. Namun
untuk lahan rawa lebak yang ditanami dua kali dalam setahun masih tergolong
kecil yaitu hanya sebesar 1.615 ha (Badan Pusat Statistik, 2016).
Lahan rawa lebak memiliki keunggulan apabila dimanfaatkan dengan
teknologi pengelolaan dan tanaman terpadu yang tepat, juga akan mampu
menghadapi tantangan kebutuhan pangan yang semakin besar, meningkatkan
pendapatan petani, serta memperluas lapangan pekerjaan. Karakteristik lahan
rawa lebak yang berbeda-beda membuat pengelolaannya pun berbeda-beda di
3. 3
Universitas Sriwijaya
setiap daerah. Pemanfaatan lahan rawa lebak tersebut ada yang dilakukan dengan
cara modern dan beberapa ada pula yang tetap mempertahankan kearifan lokal di
daerahnya, dimana masyarakat selalu menerapkan kebiasaan dari jaman dahulu
dalam budidaya usahatani dan pengolahan lahannya.
Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki masyarakat pada
umumnya dan berperan sebagai ilmu untuk bertahan hidup di lingkungannya
dengan menyatukan berbagai aspek mulai dari kepercayaan, norma, dan budaya.
Kearifan lokal biasanya banyak ditemui pada saat adanya kegiatan adat dan juga
kepercayaan masyarakat yang diyakini dengan rentang waktu yang cukup lama
serta sering kali bertujuan sebagai solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari (Ridwan et al., 2016). Dalam
pengelolaan lahan rawa lebak untuk aktivitas pertanian, perikanan dan peternakan
sebagai komoditas utama dalam memperoleh pendapatan serta pemanfaatan
potensi desa untuk menambah pendapatan, penduduk desa hendaknya
memperhatikan aspek kearifan lokal (Lestari, 2021).
Pengolahan lahan yang tepat dalam usahatani memang perlu dilakukan
namun terdapat faktor lain yang juga harus diperhatikan yaitu tenaga kerja.
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan petani
dalam pelaksanaan usahataninya. Menurut Larasati (2012) tenaga kerja adalah
suatu faktor produksi yang utama. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal
dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja meliputi tenaga kerja pria,
tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak dan tenaga kerja ternak dan tenaga
mesin.
Sedangkan menurut Baruwadi (2012) tenaga kerja yaitu suatu faktor penting
dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarga
maupun tenaga kerja dari luar keluarga serta kegiatan produksi yang utama dalam
kegiatan usahataninya dan sebagai pemimpin yang mengatur seluruh aspek
organisasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian yang diusahakan secara
keseluruhan. Alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh
petani secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan
usahatani lainnya.
4. 4
Universitas Sriwijaya
Dalam analisa ketenagakerjaan dibidang pertanian, pengunaan tenaga kerja
dibidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan
tenaga kerja merupakan suatu besaran tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran
tenaga kerja tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk hari orang kerja (HOK) yang
dihitung setiap hari kerjanya (Rahim et al., 2014). Atau dengan kata lain curahan
tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam kegiatan usahatani
dimana tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses produksi dan pengolahan
sampai pasca panen. Adapun menurut Utami (2015) faktor-faktor yang
mempengaruhi curahan tenaga kerja adalah tingkat pendidikan, usia, pengalaman
kerja, dan jenis kelamin.
Sebagian besar tenaga kerja yang tersedia di suatu pedesaan adalah kegiatan
pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarso (2014) dalam Zahasfana
(2017) yang menyatakan bahwa sebenarnya sektor pertanian masih merupakan
tumpuan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Desa Soak Batok
Kecamatan Indralaya Utara merupakan salah satu Desa yang ada di Kabupaten
Ogan Ilir yang mayoritas penduduknya adalah bekerja sebagai petani. Desa Soak
Batok Kecamatan Indralaya Utara merupakan salah satu desa penghasil padi juga
memanfaatkan lahan rawa lebak dalam kegiatan pengolahan pertaniannya.
Sebagian besar penduduk Desa Soak Batok bekerja di bidang pertanian baik
dikelola sendiri maupun sebagai buruh tani atau tenaga kerja pertanian. Data mata
pencaharian penduduk menurut desa di Kecamatan Indralaya Utara dapat di lihat
pada Tabel 1.1. berikut ini.
5. 5
Universitas Sriwijaya
Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya
Utara Tahun 2016
No. Desa/Kelurahan Mata Pencaharian
1. Bakung Perkebunan Karet
2. Lorok Perkebunan Palawija
3. Parit Perkebunan Karet
4. Pumajaya Perkebunan Karet
5. Payakabung Perkebunan Karet
6. Tanjung Baru Pertanian Holtikultura dan Peternakan
7. Tanjung Pering Industri makanan dan Peternakan
8. Sungai Rambutan Pertanian Holtikultura
9. Soak Batok Pertanian Padi
10. Timbangan Perdagangan dan Jasa
11. Suka Mulya Perkebunan Kelapa Sawit
12. Pulau Kabal Perkebunan Karet
13. Tanjung Pule Pertanian Holtikultura
14. Permata Baru Perdagangan dan Jasa
15. Palem Raya Perdagangan dan Jasa
16. Pulau Semambu Pertanian Holtikultura dan Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara, 2016
Total luas lahan panen yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten
Ogan ilir pada padi sawah adalah sebesar 838 ha dengan produksi 3.129 ha dan
produktivitas sebesar 3.732 ton/ha (Badan Pusat Statistika, 2020). Selain itu
berdasarkan data Badan Pusat Statistika Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016 diatas
bahwa Desa Soak Batok merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Indralaya
Utara yang memiliki jumlah penduduk bermata pencaharian sebagian besar petani
padi. Desa Soak Batok yang berbatasan dengan Desa Sungai Rambutan dan Kota
Madya Palembang memiliki luas wilayah 2.500 Ha, Desa ini dipecah menjadi 4
Dusun dan 6 RT, dengan jumlah penduduk sekitar 3.566 jiwa yang mata
pencariannya 90% adalah sebagai petani padi.
Peluang peningkatan produksi padi adalah pemanfaatan lahan rawa lebak
(Pujiharti, 2017). Desa Soak Batok dipilih karena merupakan wilayah mayoritas
pertanian padi yang juga memanfaatkaan lahan rawa lebak berbasis kearifan lokal
dalam usahatani nya. Selain itu rumah tangga petani sangat berperan penting
sebagai penyedia tenaga kerja baik segi pertanian maupun non pertanian sehingga
6. 6
Universitas Sriwijaya
kegiatan yang dilakukan dapat mempengaruhi alokasi curahan tenaga kerja petani.
Oleh sebab itu, curahan waktu kerja petani sangat penting untuk dipelajari karena
berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga petani (Norfahmi et al., 2017
dalam Sari, 2021).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan pokok kajian tentang “Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada
Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir”.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir?
2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada
usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir?
1.2. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat
di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
2. Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak
di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
3. Menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja
pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir.
7. 7
Universitas Sriwijaya
1.3. Manfaat
Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian
ini antara lain:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani rawa lebak mengenai kearifan lokal dalam
pengelolaan tanaman padi di rawa lebak.
2. Sebagai sumber informasi untuk penelitian sejenis dan sebagai landasan untuk
melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas serta
bermanfaat bagi masyarakat.
3. Diharapkan dapat berguna bagi pemerintah ataupun instansi, sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait ketenagakerjaan dan lahan
rawa lebak.
8. 8 Universitas Sriwijaya
BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN
2.2. Model Pendekatan
Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendekatan secara diagramatik, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini.
`
Keterangan:
Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian
Desa Soak Batok
Petani
Lahan Rawa Lebak
Kearifan
Lokal
Usahatani Padi
Rawa Lebak
Curahan
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
Tenaga Kerja
Luar Keluarga
- Persiapan Lahan
- Pengadaan Benih
dan Penyemaian
- Penanaman
- Pemeliharaan
- Panen
- Pasca Panen
- Tingkat Pendidikan
(Tahun)
- Usia (Tahun)
- Pengalaman Kerja
(Tahun)
- Luas Lahan
Garapan (Hektar)
: Terdiri dari
: Dipengaruhi
: Mempunyai
: Terdapat
9. 9
Universitas Sriwijaya
2.3. Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Guntur et al., (2016),
menyatakan bahwa Desa Huta Gurgur II merupakan salah satu penghasil padi di
kecamatan silaen kabupaten toba samosir, yang dalam kehidupan sehari-hari
petani nya melakukan budidaya tanaman padi selalu menggunakan cara
tradisional. Kearifan lokal di bidang pertanian padi dijalani oleh petani padi di
Desa Huta Gurgur II ini. Kearifan lokal yang dilakukan petani padi sawah di Desa
Huta Gurgur II adalah membuat si gabe ni taon, yaitu mensyukuri kegiatan yang
kita lakukan berjalan lancar dan kita tetap sehat. Kearifan lokal tanaman padi yang
dijalani petani dilakukan dari kegiatan pembukaan lahan hingga ke pemasaran.
Kearifan lokal yang ada di desa Huta Gurgur II sebanyak 77 kearifan lokal.
Diantaranya Kearifan lokal petani padi yang dahulu ada 25 kearifan lokal,
kearifan lokal yang dahulu ada sampai sekarang masih dilakukan berjumlah 52
kearifan lokal, dan kearifan lokal yang sekarang tidak ada. Keuntungan petani
tersebut mempertahankan kearifan lokal sampai sekarang adalah lebih
mempererat tali persaudaraan sesama masyarakat, dan tetap membangkitkan
budaya batak agar tidak hilang akibat masuknya budaya barat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soraya (2020), diperoleh
hasil bahwa kearifan lokal di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan yang masih
tetap diterapkan oleh petani hingga saat ini terdiri dari tiga kegiatan pengelolaan
lahan rawa lebak yaitu pengelolaan ternak berupa kerbau, pengelolaan ikan di
lahan rawa dan pengelolaan tanaman padi di lahan rawa. Pengelolaan tanaman
padi di lahan rawa lebak Desa Bangsal, terdiri atas tujuh tahapan di antaranya:
pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, panen hingga pasca panen.
Sabiningrum (2010), dalam penelitiannya mengenai curahan kerja dan
pendapatan keluarga pada petani Salak Pondoh di Desa Bangunkerto. Hasil dari
penelitian tersebut adalah curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih rendah
dibandingkan dengan pekerjaan sektor formal dan informal, namun pendapatan
yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor lain
tersebut. Curahan kerja petani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan
kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bekerja dan status
10. 10
Universitas Sriwijaya
pekerjaan. Curahan pekerja di sektor formal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
umur, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan
luar dan pengalaman kerja sedangkan pendapatan tidak dipengaruhi secara nyata
oleh variabel penjelas. Untuk curahan kerja di sektor informal dipengaruhi secara
nyata oleh umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman
kerja, sedangkan pendapatan pekerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata
oleh modal awal.
Berdasarkan penelitian Rosalina (2017) menyatakan bahwa wanita tani
memerankan peranan penting dalam keterlibatannya pada kegiatan usahatani
untuk meningkatkan produksi padi sawah. Kegiatan yang dilakukan wanita tani
dipengaruhi oleh curahan waktu kerja yang tergantung pada faktor sosial ekonomi
dan keadaan keluarganya, seperti tingkat umur, jumlah tanggungan keluarga,
tingkat upah, luas lahan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan tingkat
pengalaman. Lalu berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel independen maka
variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, dan status
perkawinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel curahan waktu
kerja wanita tani pada usahatani padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
jumlah tanggungan keluarga semakin sedikit, upah semakin meningkat, dan luas
lahan yang digarap semakin luas maka curahan waktu kerja wanita tani
mengalami peningkatan. Dan apabila wanita tani berstatus belum menikah atau
janda cenderung memiliki curahan waktu kerja yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita tani yang menikah.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Diduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada
usahatani padi rawa lebak adalah tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman
kerja, dan luas lahan garapan.
2. Diduga masih terdapat kearifan lokal yang diterapkan dalam usahatani padi
rawa lebak yang dilakukan oleh petani di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan
Ilir mulai dari kegiatan pengelolaan lahan, penyemaian, penanaman, panen
hingga pasca panennya.
11. 11
Universitas Sriwijaya
2.4. Batasan Operasional
Adapun batasan-batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir.
2. Responden dalam penelitian ini adalah petani padi rawa lebak di Desa Soak
Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
3. Key informan adalah kepala adat ataupun pejabat terkait yang memiliki
pengetahuan mengenai kearifan lokal dan potensi di Desa Soak Batok.
4. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan petani di Desa Soak Batok yang
merupakan warisan secara turun temurun dari generasi sebelumnya dan juga
merupakan proses pengalaman hidup yang dijalani yang kemudian diterapkan
dalam proses usahatani di lahan rawa lebak.
5. Kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebak meliputi persiapan lahan,
pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen sampai
dengan pasca panen.
6. Usahatani padi adalah kegiatan membudidayakan dan mengembangkan padi
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari komoditas tersebut.
7. Tenaga kerja pertanian adalah orang yang digunakan untuk melaksanakan kerja
dalam proses usahatani padi sawah.
8. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam usahatani
padi apung dengan satuan hari orang kerja (HOK) yang berasal dari dalam
keluarga dan luar keluarga.
9. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam
petani yaitu kepala keluarga beserta istri dan anak.
10. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga
yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku.
11. Komposisi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga adalah tenaga kerja
pria dan tenaga kerja wanita.
12. Tenaga kerja pria adalah tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak yang
berjenis kelamin pria dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau
berumur diatas 15 tahun (HKP).
12. 12
Universitas Sriwijaya
13. Tenaga kerja wanita adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang berjenis
kelamin wanita dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau berumur
diatas 15 tahun (HKW).
13. 13 Universitas Sriwijaya
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya
Utara Kabupaten Ogan Ilir. Dengan waktu pelaksanaan yang akan dilakukan pada
bulan Januari 2022 sampai selesai. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat di Kecamatan
Indralaya Utara khususnya di Desa Soak Batok memiliki mata pencaharian
sebagai petani padi rawa lebak yang diteliti sesuai dengan topik bahasan yaitu
curahan tenaga kerja.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey
method). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari petani dimana data
tersebut mewakili daerah yang akan diteliti, metode ini dilakukan dengan cara
berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. Penelitian dilaksanakan dengan
melakukan wawancara mendalam kepada responden di Desa Soak Batok dan
memberikan daftar pertanyaan (kuisioner) yang berisi pertanyaan yang digunakan
sebagai bahan untuk pengumpulan data agar mendapatkan data dan informasi
mengenai curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak.
3.3. Metode Penarikan Contoh
Metode penarikan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple
Random Sampling) terhadap populasi petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok.
Metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) adalah
pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi berdasarkan sumber informasi (key
informan) yang dianggap mewakili populasi petani padi rawa lebak, serta
masyarakat yang mampu memberikan opini tentang kajian yang dilakukan. Dari
jumlah keseluruhan petani padi rawa lebak yang ada, diambil 30 kepala keluarga
yang bermata pencaharian utama sebagai petani padi rawa lebak di Desa Soak
Batok. Responden dipilih untuk menggali informasi mengenai curahan tenaga
kerja dan kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok.
14. 14
Universitas Sriwijaya
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara serta observasi. Metode
wawancara dilakukan dengan tanya jawab pada petani mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. pengambilan data primer dilakukan dengan teknik
wawancara langsung kepada petani menggunakan pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu pada kuesioner. Sedangkan metode observasi
digunakan untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan (crosscheck)
mengenai kesesuaian antara hasil wawancara dengan keadaan di lapangan.
Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dari pihak-
pihak tertentu. Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur, hasil penelitian
terdahulu, internet serta studi dokumentasi terkait dengan penelitian ini, juga dari
beberapa lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian. Selain itu data
sekunder yang diambil juga berupa data dari berbagai tulisan seperti data statistik
daerah Kecamatan Indralaya Utara dan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ogan Ilir. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara mencari di internet,
membaca buku, jurnal, mendatangi dinas serta mencari informasi lainnya
mengenai penelitian melalui sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
3.5. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi untuk dianalisis
secara sistematis dan dijelaskan secara deskriptif dengan bantuan program
Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statisctical Package For Social Science).
Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengidentifikasi kearifan
lokal pada usahatani padi rawa lebak dari awal pengelolaan lahan, pengadaan
benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, sampai dengan pasca
panen. Proses memperoleh data ini menggunakan analisis secara deskriptif
berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden dan juga bertanya kepada
key informan yang biasanya merupakan orang yang dituakan di desa tersebut.
Hasil yang diperoleh kemudian dipresentasekan berdasarkan jumlah responden.
Untuk menjawab permasalahan kedua yaitu menganalisis seberapa besar
curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok dapat
15. 15
Universitas Sriwijaya
dijawab menggunakan rumus :
JK Total = JO x HK x JK x HKP
HKSP =
Keterangan:
HKSP = Hari Kerja Setara Pria (Hari Kerja)
JO = Jumlah Orang (Orang)
HK = Hari Kerja (Hari)
JK = Jam Kerja (Jam)
JKS = Jam Kerja Standar (Jam)
HKP = Hari Kerja Pria (Hari)
Hernanto (1996) membuat konversi tenaga kerja, yaitu dengan
membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain
dikonversi atau disetarakan dengan pria, yaitu: 1 pria = 1 hari kerja pria; 1 wanita
= 0,7 hari kerja pria; dan 1 anak = 0,5 hari kerja pria.
Untuk menjawab permasalahan ketiga yaitu menganalisis pengaruh faktor-
faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja yaitu tingkat pendidikan, usia
petani, pengalaman kerja, dan luas lahan garapan pada usahatani padi rawa lebak
di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir yaitu
menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda
merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen, hubungan masing-masing variabel
independen yang positif atau negatif, dan memprediksi nilai dari variabel
independen. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dari variabel
independen yaitu (tingkat pendidikan, usia petani, pengalaman kerja, dan luas
lahan garapan) terhadap variabel dependen (Curahan tenaga kerja).
Menurut Novita (2012) analisis regresi linier berganda tersebut dapat
dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis
regresi linier berganda yang menjadi variabel dependen (Y) adalah curahan
tenaga kerja. Sedangkan variabel independen (X), yaitu tingkat pendidikan
(X1), usia petani (X2), pengalaman kerja (X3), dan luas lahan garapan (X4).
Persamaan regresi linier berganda yang digunakan, yaitu:
Y = b0 + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄
16. 16
Universitas Sriwijaya
Keterangan:
Y = Curahan tenaga kerja (HOK)
X1 = Tingkat pendidikan (Tahun)
X2 = Usia petani (Tahun)
X3 = Pengalaman Kerja (Tahun)
X4 = Luas lahan garapan (Ha)
b0 = Intersep atau konstanta regresi penaksir dari β0
b1 – b4 = Koefisien regresi penaksir dari β1 – β4
2. Uji Koefisien Determinasi (R2
)
Uji koefisien determinasi (R2
) digunakan untuk mengukur besarnya sumbangan
variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien
determinasi (R2
) mempunyai nilai antara 0 sampai 1 atau 1 > R > 0. Semakin
tinggi nilai koefisien determinasi (R2
) suatu regresi atau semakin mendekati
nilai 1 maka akan semakin baik regresinya. Sebaliknya, nilai koefisien
determinasi (R2
) suatu regresi yang semakin kecil akan membuat kesimpulan
dari regresi tersebut tidak dipercaya. Umumnya nilai koefisien determinasi (R2
)
ditulis dalam bentuk persen.
3. Uji Koefisien Korelasi (r)
Uji koefisien korelasi (r) digunakan untuk menunjukkan ukuran kekuatan
hubungan linier antara variabel dependen dan variabel independen. Besarnya
koefesien korelasi (r) berkisar antara +1 sampai dengan -1. Jika koefesien
korelasi (r) positif maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya
jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi. Sebaliknya,
koefesien korelasi (r) negatif maka kedua variabel mempunyai hubungan
terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan rendah.
4. Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel
independen (X) secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Y). Uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.
Hipotesis:
Ho : β1= β2 = β3 = β4 = 0
Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
Kaidah keputusan:
a) Apabila Fhitung ≤ Ftabel (α = 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap
17. 17
Universitas Sriwijaya
variabel terikat.
b) Apabila Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
5. Uji t (Uji Regresi secara Individual)
Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat kuat atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara terpisah terhadap variabel dependen. Adapun cara pengujiannya yaitu:
a) Jika nilai signifikansi kurang dari tingkat kesalahan (0,05), berarti terdapat
pengaruh yang nyata atau signifikan pada variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai signifikansi lebih dari tingkat kesalahan (0,05), berarti tidak
terdapat pengaruh yang nyata atau tidak signifikan pada variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen.
Hipotesis:
Ho : β1 = β2 = β3= β4 = 0
Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
Kaidah keputusan :
a) Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara
individu variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
b) Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara
individu variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
6. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan korelasi antara variabel independen yang satu dengan lainnya.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independennya. Jika variabel independen saling berkorelasi maka
variabelvariabel tersebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi maka
dapat dilihat, sebagai berikut:
18. 18
Universitas Sriwijaya
a) Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Melihat nilai toleransi dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu
model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai toleransi
kurang dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.
7. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu
variabel independen. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas, salah satunya dengan menggunakan uji Breush-Pagan/
Cook-Weisberg test. Hasil dari uji Breush-Pagan/Cook-Weisberg test dapat
diketahui dengan melihat nilai signifikansinya. Jika nilai tersebut lebih besar
dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Sedangkan apabila nilai
tersebut kurang dari 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas.
19. 19 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, M. dan Chendy Tapakrisnanto. 2016. Potensi dan Karakteristik Lahan Rawa
Lebak. Bogor : IAARD Press.
Badan Pusat Statistik. 2016. Mata Pencaharian Di Kecamatan Indralaya Utara.
Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara.
Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Sumatera
Selatan. Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Ogan Ilir Dalam Angka 2020. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir.
Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi
Menurut Provinsi 2018-2020. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Baruwadi, M. 2012. Ekonomi Rumah Tangga. Universitas Negeri, Gorontalo.
Donggulo, Candra V et al. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) Pada Berbagai Pola Jajar Legowo Dan Jarak Tanam. Jurnal
Agroland. Vol. 24, No. 1. Hal : 27 – 35.
Fadhla, Teuku. 2017. Analisis Manajemen Usaha Tani dalam Meningkatkan
Pendapatan dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Tangan-Tangan Kab.
Aceh Barat Daya. Jurnal Visioner & Strategis. Vol. 6, No. 2. Hal : 9-23.
Gunawan, Lia et al. 2018. Studi Etnobotani Tanaman Padi (Oryza Sativa) di Desa
Wonoharjo, Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon. Vol. 4, No. 2. Hal : 133-138.
Guntur, Alfensius et al. 2016. Kajian Kearifan Lokal Petani Padi Sawah di Desa
Huta Gurgur Ii Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau. Vol. 3, No. 2. Hal : 1-7.
Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kawengian, Trifly et al. 2019. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi di
Desa Lowian Kecamatan Maesaan. Jurnal Transdisiplin Pertanian
(Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan),
Sosial dan Ekonomi. Vol. 15, No. 3. Hal : 397-406.
Khairullah, I. dan Isdijanto Ar-Riza. 2017. Kearifan Lokal Petani Lahan Rawa
Lebak. Jakarta : IAARD Press.
Kristyanto, Eko Noer. 2017. Kedudukan Kearifan Lokal Dan Peranan Masyarakat
Dalam Penataan Ruang di Daerah. Jurnal Rechtsvinding Media Pembinaan
Hukum Nasional. Vol. 6, No. 2. Hal : 151-170.
Larasati. 2012. Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Petani
Padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Malang :
Universitas Brawijaya.
20. 20
Universitas Sriwijaya
Lestari, Dinda. 2021. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Berbasis Kearifan
Lokal Dalam Pengelolaan Tanaman Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Normansyah, D., Siti Rochaeni dan A.D. Humaerah. 2014. Analisis Pendapatan
Usahatani Sayuran di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis. Vol. 8, No. 1.
Novita, Rista. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja
Wanita Tani Pada Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus Di Desa Ngarjo
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto). Skripsi. Malang :
Universitas Brawijaya.
Pesurnay, Althien Jhon. 2018. Local Wisdom in a New Paradigm : Applying
System Theory to the Study of Local Culture in Indonesia. IOP Conference
Series : Earth and Environmental Science.
Pujiharti, Yulia. 2017. Peluang Peningkatan Produksi Padi Di Lahan Rawa Lebak
Lampung. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 36, No. 1. Hal : 13-20.
Qamar, Nurul., et al. 2017. Local Wisdom of Bugis-Makassar in Legal
Perspective. International Multidisciplinary Conference and Call for Paper.
Rahim, A dan D. Retno. 2014. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Ridwan, M., A. Fatchan dan I.K. Astina. 2016. Potensi Objek Wisata Toraja Utara
Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Sumber Materi Geografi Pariwisata. Jurnal
Pendidikan. Vol. 1, No. 1.
Rosalina, Berlin. 2017. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Terhadap Curahan Waktu
Kerja Kelompok Wanita Tani Padi di Desa Banjaran Kecamatan Bangsri
Kabupaten Jepara. Skripsi. Departemen Pertanian : Agribisnis.
Sabiningrum, 2010. Pendapatan Keluarga dan Curahan Tenaga Kerja Pada Petani
Salak Pondoh Desa Bangunkerto Skripsi. Fakultas Pertanian Unibraw.
Malang.
Sari, Lili Nopita. 2021. Curahan Tenaga Kerja Petani Untuk Pendapatan Rumah
Tangga Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Rantau Alih Kecamatan
Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang. Skripsi. Palembang : Universitas
Sriwijaya.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. Vol. 14, No. 2. Hal : 111-120.
Soraya, Madina. 2020. Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Desa Bangsal Kecamatan
Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Skripsi. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur : Penebar Swadaya.
21. 21
Universitas Sriwijaya
Suryana. 2016. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Tani Terpadu Berbasis
Kawasan di Lahan Rawa. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 35, No. 2. Hal :
57–68.
Syahputra, Fikri dan Ishak Yuarsah Inan. 2019. Prospek Lahan Sawah Lebak
Untuk Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan. Indonesian Journal of Socio Economics. Vol. 1, No. 2. Hal : 109-
114.
Tatipikilawan, Jomima M. 2012. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga
Pada Usaha Peternakan Kerbau di Pulau Moa Kabupaten Maluku Baratdaya.
Jurnal Agroforestri. Vol. 7, No. 1. Hal : 9-10.
Utami, Annisa Wanda. 2015. Analisi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha
Domba Analysis Farm Worker Productivity In Sheep Farm. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran. 7 (3) : 1-25.
Yuniawan, A.I. 2012. Faktor-Faktor Yang Berpenaruh Terhadap Produksi
Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Ciamis Galuh.
Zahasfana, Linda Laila. 2017. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi di Desa
Gumelar Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Skripsi. Jember :
Universitas Jember.
Zaman, Nur., et al. 2020. Ilmu Usahatani. Medan : Yayasan Kita Menulis.