SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
i
Tugas Kelompok DosenPembimbing
Studi Al-Qur’an Alwizar,
NASAKH DAN MANSUKH DALAM AL-QUR’AN
DISUSUN OLEH ;
NURUL RODIYAH
KHAIRANI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Nasakh dan Mansukh dalam Al-Qur’an meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Pembimbing
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Nasakh dan Mansukh dalam Al-
Qur’an. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Pekanbaru, Maret 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Pengertian Nasikh dan Mansukh..................................................... 2
B. Syarat-syarat Mansukh.................................................................... 4
C. Macam nasakh dalam al-qur’an...................................................... 4
D. Cara Mengetahui Nasakh dan Mansukh ......................................... 6
E. Pendapat Ulama tentang Nasikh Mansukh ..................................... 6
F. Pembagian Nasakh......................................................................... 10
G. Urgensi Mempelajari Konsep Nasikh Mansukh............................. 11
BAB III PENUTUP......................................................................................... 15
A. Kesimpulan...................................................................................... 15
DARTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan sumber ilmu yang takkan habis-habisnya untuk
dikaji dan diteliti, banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang digali dari
al-qur’an. Cabang-cabang ilmu tersebut antara lain : ilmu jiwa, ilmu teknologi,
ilmu bahasa dan sastra dan semuanya bersumber hanya dari al-qur’an. Dalam
makalah ini kami akan membahas sedikit tentang ilmu nasikh wa mansukh
yang panjang pembahasannya, namun kami telah berusaha untuk lebih teliti
dan jeli dalam mempelajarinya. Dengan harapan sebagai seorang muslim yang
taat dan semangkin memahami isi kandungan al-qur’an secara benar dan baik.
Al-qur’an diturunkan secara beransur-ansur, dalam penjelasan al-
qur’an ada yang dikemukakan secara terperinci dan adapula yang garis
besarnya saja, ada yang khususdan ada yang bersifat umum dan global. Ada
ayat-ayat yang sepintas lalu menunjukkan adanya gejala kontradiksi yang
yang menurut Quraish shihab dan para ulama berbeda pendapat tentang
bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut. Sehingga timbul pembahasan
tentang nasikh dan mansukh. Pengetahuan tentang nasikh dan mansukh
mempunyai fungsi dan manfaat yang besar bagi para ahli ilmu, terutama
fuqaha’, mufasir, dan ahli usul, agar pengetahuan tentang hukum tidak
menjadi kacau dan kabur, oleh sebab itu terdapat banyak asar yang mendorong
agar mengetahui masalah ini. Maka pada pembahasan selanjutnya kami
bermaksud membahas tentang pengertian nasikh mansukh, ruang lingkup dan
syarat-syarat nasakh, pembagian nasakh, bentuk-bentuk nasakh serta beberapa
contoh nasikh mansukh.
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasikh dan Mansukh
Dalam al-qur’an kata nasakh ditemukan sebanyak empat kali dengan
berbagai bentuknya.
 surah al-baqoroh ayat 106 :
Ayat mana saja81 yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang
sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
Para mufassirin berlainan Pendapat tentang arti ayat, ada yang
mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang mengartikan mukjizat.
 Qs. Al-a’raf ayat 154 :
Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh
(Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk
orang-orang yang takut kepada Tuhannya.
 Qs. Al-Hajj ayat 52 :
dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak
(pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana,
Nasikh mansukh berasal dari kata nasakh, dari segi etimologi kata
ini dipakai untuk beberapa pengertian yakni, menghilangkan,
melenyapkan, atau menghapus, dapat juga berarti memindahkan. Kata
nasakh juga dapat berarti mengganti atau menukar, membatalkan dan
mengubah, dapat juga berarti pengalihan. Nasakh dapat berarti1 ‫اإلزلة‬
artinya menghilangkan atau meniadakan, sebagaimana yang termaktub
1. Manna’i Al-Qathan, Mabahis fii Ulumul Qur’an, Riyath, Mansyurat Al-Asr Al-Hadist,
T. Th. hlm 232.
3
dalam al-qur’an surah Al-Hajj ayat 52 diatas. Kata nasakh juga berarti ‫التبدل‬
yang artinya mengganti atau menukar sesuatu dengan yang lain.
Sesuatu yang membatalkan atau memindahkan dan sebagainya
dinamakan nasikh. Sedangkan bagian yang dihapus dinamakan mansukh.
Pengertian nasakh secara termonologi menurut Manna’ Khailil Al Qattan
sebagaimana termaktub dalam buku studi ilmu-ilmu al-qur’an nasakh ialah
mengangkat hukum syara’ dengan dalil hukum syara’ yang lain.2 Menurut
Muhammad ‘Abd Azim Al Zarqani sebagaimana dikutip dari Dr.
Usman,M.Ag dalam buku Ulumul Qur’an, bahwa nasakh adalah
mengangkat / menghapus hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain yang
datang kemudian3. Menurut ulama mutaqaddimin nasakh adalah4 :
‫شرعي‬ ‫بخطاب‬ ‫الشرعي‬ ‫الحكم‬ ‫رفع‬
“Mengangkat hukum syar’i (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil
hukum syara’ yang lain”.
Pengertian nasakh menurut ulama’ mutaakhirin sebagaimana yang
diungkapkan Quraish Shihab :”Nasakh terbatas pada ketentuan hukum
yang datang kemudian, guna membatalkan, mencabut atau menyatakan
berakhirnya pemberlakuan hukum terdahulu, hingga ketentuan hukum
yang ada yang ditetapkan terakhir”.5
B. Syarat-syarat Mansukh
Dalam kitab manna al-qathan dikatakan6:
: ‫النسح‬ ‫في‬ ‫يشترط‬ ‫انه‬
‫شرعيا‬ ‫املنسوخ‬ ‫احلكم‬ ‫يكون‬ ‫ان‬
‫شرعيا‬ ‫خطاب‬ ‫احلكم‬ ‫ارتفاع‬ ‫على‬ ‫الدليل‬ ‫يكون‬ ‫ان‬‫حكمه‬ ‫املنسوخ‬ ‫اخلطاب‬ ‫عن‬ ‫اخيا‬‫رت‬‫م‬
‫فاحلكم‬‫اال‬‫و‬ ‫معينز‬ ‫بوثت‬ ‫مقيدا‬ ‫حكمه‬ ‫ع‬‫املرفو‬ ‫اخلطاب‬ ‫يكون‬ ‫اال‬‫و‬‫نسحا‬ ‫هذا‬ ‫يعد‬ ‫وال‬ ‫وقته‬ ‫بانتهاء‬ ‫ينتهي‬
Adapun syarat dari nasakh adalah7:
 Hukum yang mansukh adalah hukum syara’
2. Ulumul Qur’an, sebuah Pengantar, th 2002. Hlm 50.
3 Abdul ‘Azim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Irfan fi Ulumul Qur’an, Al-Halaby, Mesir1980,
jilid II.
4 Manna Al-Qathan, loc, cit,. Hlm 232
5 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung , Mizan, hlm 144.
6 Manna Al-Qathan, hlm 232.
4
 Dalil penghapusan hukum tersebut adalah kitab syar’i yang datang lebih
kemudian dari kitab yang hukumnya mansukh.
 Kitab yang mansukh hukumnya tidak dibatasi dengan waqtu tertentu
C. Macam nasakh dalam al-qur’an
Menurut bahasa, naskh berarti membatalkan dan menghilangkan
sesuatu. para ulama membagi naskh dalam al-qur’an menjadi 3 macam7 :
a. Penghapusan tulisan dan hukumnya. para ulama meriwayatkan dari Annas
sebagai berikut : Pada masa Rasulullah saya membaca suatu surat yang
dinamakan “at Tawbah”, hanya saja saya tidak hafal, kecuali hanya satu
ayat, yaitu:
,‫ا‬ً‫ع‬‫راب‬ ‫اليها‬ ‫بتغى‬ ‫ال‬ ‫ذهب‬ ‫من‬ ‫بين‬ ‫واد‬ ‫ادم‬ ‫البن‬ ‫ن‬ً‫ا‬ ‫ولو‬ُ‫هللا‬ ‫ُو‬‫ب‬ُ‫ت‬َ‫ى‬‫و‬ ‫التراب‬ ‫إال‬ ‫ادم‬ ‫ابن‬ ‫ال‬َ‫ف‬‫جو‬ َ‫ال‬‫يم‬ ‫وال‬
.َ‫اب‬َ‫ت‬ ‫من‬ ‫على‬
“Seandainya manusia mempunyai dua lebah emas, niscaya ia akan
mencari lebah yang ke empat, dan tidak memenuhi perut manusia kecuali
tanah, dan Allah memberi tobat kepada orang yang tobat”.
b. Penghapusan tulisannya saja, sedang hukumnya tetap berlaku.
Untuk menguatkan pendapat ini, para ulama’ meriwayatkan hadist
dari Umar bin Khoththob, sebagai berikut :
“Seandainya saya tidak benci membubuhkan perkataan lain dalam
al-qur’an, niscaya saya tulis ayat rajm dan saya tetapkan. Demi Allah sya
pernah membaca dihadapan Rasulullah SAW ayat :
‫ال‬‫ابا‬ ‫عن‬ ‫ا‬‫و‬‫ترغب‬ٌ‫عزيز‬ ُ‫وهللا‬ ِ‫هللا‬ ‫من‬ ‫نكاال‬ ‫البتة‬ ‫مها‬ ‫مجو‬ْ‫زنيافار‬ ‫إذا‬ ‫خة‬ْ‫الشي‬‫و‬ ‫خ‬ْ‫الشي‬ ‫بكم‬ ٌ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬‫ذلك‬ ‫فإن‬ ‫كم‬ِ‫ئ‬
ٌ‫حكيم‬
“Janganlah kamu benci kepada bapak-bapakmu, sebab yang demikian
adalah kekafiran bagimu. Orang tua baik laki-laki maupun perempuan,
apabila mereka berzina hendaklah dirajam dengan sebenar-benarnya
sebagai hukuman dari Allah, dan Allah adalah Maha Perkasa dan Maha
Bijaksana”.
c. Penghapusan hukum saja, sedang tulisannya tetap.
7 Ibrahim Al Ibyariy, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an, Jakarta, Rajawali 1998.
5
Inilah yang dimaksudkan dengan perkembangan dan perubahan
hukum. Misalnya ayat yang berhubungan dengan qiblat, Allah berfirman
Qs. Al-Baqoroh ayat 144 :
sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.
Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa
dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau
menghadap ke Baitullah.
Sebelum turun ayat ini, telah turun ayat Qs. Al-Baqoroh 115 :
dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam;
sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya,
karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
D. Cara Mengetahui Nasakh dan Mansukh
Cara untuk mengetahui nasakh dan mansukh dapat dilihat dengan cara-
cara berikut.
a. Keterangan tegas dari Rasulullah atau sahabat, seperti hadist yang
berbunyi :
‫كنت‬‫ة‬‫ر‬‫االخ‬ ‫تذكر‬ ‫فإهنا‬ ‫فزوروها‬ ‫أمه‬ ْ‫ْب‬ُ‫ق‬ ‫ة‬‫ر‬‫يا‬‫ز‬ ‫يف‬ ٍ‫حملمد‬ ‫أذن‬ ‫فقد‬ ‫القبور‬ ‫ة‬‫ر‬‫يا‬‫ز‬ ‫عن‬ ‫هنبتكم‬
Aku dulu pernah melarang mu berziarah ke qubur, sekarang muammad
telah mendapat izin untuk menziarahi kekubur ibunya, kini berziarahlah
kamu kekubur. Sesungguhnya ziaroh kubur itu mengingatkan pada hari
akhir. (Muslim, Abu Daud, dan Tirmizi).
b. Kesepakatan umat tentang menentukan bahwa ayat ini nasakh dan ayat itu
mansukh.
c. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan kemudian turunnya dalam
perspektif sejarah.
6
Nasakh tidak dapat diterapkan melalui ijtihad, pendapat mufassir, atau
keadaan dalil-dalil yang secara lahir tampak kontradiktif, atau terlambatnya
keislaman seseorang dari dua perawi.
Ketiga-tiga persyaratan tersebut merupakan faktor yang sangat
menentukan adanya nasakh dan mansukh dalam al-qur’an. Jadi, berdasarkan
penjelasan diatas dapat dipahami bahwa nasikh mansukh hanya terjadi dalam
lapangan hukum dan tidak termasuk penghapusan yang bersifat asal (pokok).
E. Pendapat Ulama tentang Nasikh Mansukh
Ada tidaknya nasakh mansukh dalam al-qur’an sejak dahulu
diperdebatkan oleh para ulama. Adapun sumber perbedaan pendapat tersebut
adalah berawal dari pemahaman mereka tentang ayat qs. An-Nisaa’:82 :
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al
Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya.
Kesimpulan dari ayat diatas mengandung prinsip yang diyaqini
kebenarannya oleh setiap muslim namun mereka berbeda pendapat dalam
menghadapi ayat-ayat Al-Qur’an yang secara zahir menunjukkan kontradiksi.
Sebelum memasuki pembahasan perbedaan para pendapat ulama, maka
perhatikanlah dahulu firman Allah dalam surah al-baqoroh ayat 106 :
“Setiap ayat yang kami nasakhkan, atau kami jadikan manusia lupa
kepadanya, tentu akan kami ganti dengan yang lebih baik daripadanya, atau
yang sebanding dengannya”.
Denngan memperhatikan ayat diatas, ulama sepakat bahwa dalam Al-
Qur’an tidak terdapat ayat yang bertentangan secara hakiki. Selanjutnya dalam
menghadapi ayat yang secara sepintas dinilai kontradiksi, maka ada dua
pendapat ulama yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Nasakh secara Logika Bukan secara Syara’.
Nasakh dapat terjadi menurut logika, tetapi tidak secara syara’. Pendapat
ini dianut oleh Abu Muslim Al-Asfihani dkk. Menurut kelompok ini
apabila ada ayat yang sepintas dinilai kontradiksi tidak diselesaikan
dengan jalan nasakh, tapi dengan jalan takhsis. Menurut Abu Muslim dkk,
7
Al-qur’an adalah syari’at yang muhkam tidak ada yang mansukh. Alqur’an
menyatakan QS. Fushilat:42 :
/‫[فصلت‬ ٍ‫يد‬ِ‫م‬َ‫ح‬ ٍ‫يم‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ل‬‫ي‬ ِ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ ِ‫ه‬ِ‫ف‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ال‬42]
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji.
Ayat diatas menjadi landasan bagi Abu Muslim untuk menyatakan
bahwa nasakh mansukh tidak ada dala m al-qur’an, yang hanya ada ‘am
takhsis. Jadi nasakh menurut yang lain, takhsis menurut Abu Muslim.
Bagi ulama yang menolak nasakh beranggapan bahwa pembatalan
hukum yang telah diturunkan oleh Allah adalah mustahil. Sebab jika ada
penbatalan hukum yang telah diturunkan-Nya berarti akan muncul dua
pemahaman paling kurang, yaitu :
 Allah tidak tau kejadian yang akan datang, sehingga Dia perlu
mengganti / membatalkan suatu hukumdengan hukum yang lain.
 Jika itu dilakukan Allah, berarti Dia melakukan kesia-siaan dan
permainan belaka8.
Tegasnya bahwa Abu Muslim Al-Asfihani tidak sependapat atau
tidak setuju dengan adanya nasakh, baik secara garis besar maupun secara
terperinci.
b. Nasakh secara Logika dan Syara’
Sebagai alternatif menghadapi ayat yang kelihatannya memiliki
kontradiksi, maka diantara ulama ada yang mengakui adanya nasakh dan
mansukh dalam Alqur’an. Pendapat ini dianut oleh jumhur ulama’.
Menurut mereka ayat nasakh dan mansukh tetap berlaku, akan tetapi segi
hukum yang berlaku menyeluruh hingga waqtu tertentu tidak dapat
dibatalkan kecuali oleh syar’i. Adapun dalil yang mereka gunakan adalah :
1. Naqli, yaitu firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 106 :
ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ََّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ َْ‫َل‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍْ‫ْي‬َِ‫ِب‬ ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ه‬ ِ‫س‬ْ‫ن‬ُ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ة‬َ‫ي‬َ‫آ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫خ‬َ‫س‬ْ‫ن‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬ٌ‫ير‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ٍ‫ء‬
/‫[البقرة‬106]
8 Quraih Shihab, Ibid., hlm 144
8
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau
yang sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
Para mufassirin berlainan Pendapat tentang arti ayat, ada yang
mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang mengartikan mukjizat.
2. Aqli atau Rasio
Menurut pendapat segolongan ulama bahwa Allah berbuat
secara mutlaq. Dia dapat menyuruh berbuat sesuatu dalam waqtu
tertentu, kemudian melarangnya dalam waqtu tertentu lainnya.
Pendapat lain lagi menyatakan bahwa perbuatan Allah itu
mengikuti kemaslahatan dan menghindari kemudhararatn. Jadi jika
Allah menyuruh pasti didalamnya ada kemaslahatan dan jika Dia
melarangnya pasti disana aada kemudharatan. Kemaslahatan itu dapat
berubah karena perubahan masa, oleh karena itu Allah dapat saja
melarang atau menyuruh melakukan sesuatu perbuatan karena ada
kemaslahatan.
Al-Maraghi menyatakan bahwa nasakh dan mansukh itu ada
hikmah-hikmahnya, lanjut tegasnya:
Hukum-hukum tidak akan diundangkan kecuali untuk kemaslahatan
manusia dan hal ini berubah atau berbeda akibat perbedaan waqtu
dan tempat sehingga apabila ada hukum yang diundangkan pada
suatu waqtu karena adanya kebutuhan yang mendesak kemudian
kebbutuhan itu berakhir, maka hal itu merupakan suatu tindakan
bijaksana apabila hukum yang diundangkan tersebbut dinasakhkan
dan diganti dengan hukum yang sesuai dengan waqtu tersebut,
sehingga dengan demikian hukum tersebut akan jauh lebih baik dari
hukum semula atau sama dari aspek manfaatnya untuk hamba-hamba
Allah.”9
Quraish shihab mengkompromikan pendapat-pendapat
keduanya, sebab menurut kalangan yang mengakui adanya nasakh
ditetapkan bahwa nasakh baru dapat dilakukan bila:
a. Terdapat dua ayat hukum yang saling bertolak belakang, serta tidak
dapat lagi dikompromikan.
9 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, tafsir Al-Maraghi,Mesir:Al-Babiy Al-halabiy, jilid I, hlm
187; lihat juga Quraish shihab, membumikan Al-Qur’an, hlm 145.
9
b. Harus diketahui secara meyakinkan urutan turunnya ayat tersebut.
Yang dahulu dikatakan mansukh oleh yang kemudian.10
Namun dari masa kemasa mankin banyak diduga bahwaayat
mansukh dapat dikompromikan dengan jamak atau talfiq(). Quraish
Shihab menyarankan agar hendaknya para ulama(terutama mufasirin)
melakukan usaha rekonsiliasi antara kedua kelompok tersebut, seperti
meninjau kembali pengertian nasakh yang diungkapkan oleh para
ulama mutaakhirin.
Contoh kasus nasakh mansukh dalam al-qur’an adalah nasakh
dengan badal mumatsil, yaitu perpindahan arah kiblat dari baitul
Maqdis di Masjidil Aqsa ke ka’bah di Masjidil Haram. Dalam firman
Allah surah Al-Baqoroh ayat 144 yang mana ayat tersebut
menasakhkan firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 115.
Nasakh adakalanya dengan pengganti adakalaya tidak dengan
pengganti. Untuk lebih jelasnya ikutilah pembahasan berikut ini :
a. Nasakh tanpa badal
b. Nasakh dengan badal
c. Nasakh dengan badal sebanding
d. Nasakh dengan badal lebih berat11
Muhammad Abduh menolak adanya nasakh dan mansukh
dalam pengertian pembatalan, tetapi dia sependapat dengan nasakh
dalam pengertian pergantian, pengalihan dan pemindahan ayat hukum
ketempat ayat hukum yang lain.12
Dengan demikian dapat dipahami bahwa seluruh ayat Al-
Qur’an tetap berlaku, tidak ada kontradiksi, yang ada hanyalah
pergantian hukum bagi situasi dan kondisi tertentu.
F. Pembagian Nasakh
Nasakh ada empat bagian:
10 Ibid.
11 Manna Khalil Al-Qathan, hlm 241.
12 Pendapat tersebut dikutip oleh Quraish shihab dalam’Membumikan Al-Qur’an”, hlm
147.
10
1. Nasakh Alqur’an dengan Alqur’an. Hal ini disepaati oleh ulama’ yang
mengatakan adanya nasakh mansukh. Sebagaimana keterangan dimuka.
2. Nasakh Alqur’an ddengan sunnah. Ini terbagi menjadi dua:
 Nasakh Alqur’an dan hadist ahad.
 Nasakh Alqur’an dengan hadist mutawatir.
3. Nasakh sunnah dengan Alqur’an. Hal seperti ini dibolehkan oleh jumhur
sebagaimana contoh dimuka. Namun ditolak oleh Syafi’i. menurutnya apa
yang ditetapkan sunnah tentu didukung dengan ayat Alqur’an. Ini karena
antara Al-Kitab dan Al-Sunnah harus sejalan dan tidak bertentangan.
4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah. Dalam kategori ini terdapat empat bentuk:
 Nasakh Mutawatir dengan Mutawatir
 Nasakh Ahad dengan Ahad
 Nasakh Ahad dengan Mutawatir
 Nasakh Mutawatir dengan Ahad
G. Urgensi Mempelajari Konsep Nasikh Mansukh
Adanya nasikh-mansukh tidak dapat dipisahkan dari sifat turunnya
al-Qur'an itu sendiri dan tujuan yang ingin dicapainya. Turunnya Kitab
Suci al-Qur'an tidak terjadi sekaligus, tapi berangsur-angsur dalam waktu 20
tahun lebih. Hal ini memang dipertanyakan orang ketika itu, lalu Qur'an
sendiri menjawab, pentahapan itu untuk pemantapan, [17] khususnya di
bidang hukum. Dalam hal ini Syekh al-Qasimi berkata, sesungguhnya al-
Khalik Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mendidik bangsa Arab selama 23
tahun dalam proses tadarruj (bertahap) sehingga mencapai kesempurnaannya
dengan perantaraan berbagai sarana sosial. Hukum-hukum itu mulanya
bersifat kedaerahan, kemudian secara bertahap diganti Allah dengan yang
lain, sehingga bersifat universal. Demikianlah Sunnah al-Khaliq
diberlakukan terhadap perorangan dan bangsa-bangsa dengan sama.
Jika engkau melayangkan pandanganmu ke alam yang hidup ini,
engkau pasti akan mengetahui bahwa naskh (penghapusan) adalah undang-
undang alami yang lazim, baik dalam bidang material maupun spiritual,
11
seperti proses kejadian manusia dari unsur-unsur sperma dan telur
kemudian menjadi janin, lalu berubah menjadi anak, kemudian tumbuh
menjadi remaja, dewasa, kemudian orang tua dan seterusnya. Setiap proses
peredaran (keadaan) itu merupakan bukti nyata, dalam alam ini selalu
berjalan proses tersebut secara rutin. Dan kalau naskh yang terjadi pada alam
raya ini tidak lagi diingkari terjadinya, mengapa kita mempersoalkan
adanya penghapusan dan proses pengembangan serta tadarruj dari yang
rendah ke yang lebih tinggi? Apakah seorang dengan penalarannya akan
berpendapat bahwa yang bijaksana langsung membenahi bangsa Arab yang
masih dalam proses permulaan itu, dengan beban-beban yang hanya patut
bagi suatu bangsa yang telah mencapai kemajuan dan kesempurnaan dalam
kebudayaan yang tinggi? Kalau pikiran seperti ini tidak akan diucapkan
seorang yang berakal sehat, maka bagaimana mungkin hal semacam itu akan
dilakukan Allah swt. Yang Maha Menentukan hukum, memberikan beban
kepada suatu bangsa yang masih dalam proses pertumbuhannya dengan
beban yang tidak akan bisa dilakukan melainkan oleh suatu bangsa yang
telah menaiki jenjang kedewasaannya? Lalu, manakah yang lebih baik,
apakah syari'at kita yang menurut sunnah Allah ditentukan hukum-
hukumnya sendiri, kemudian di-nasakh-kan karena dipandang perlu atau
disempurnakan hal-hal yang dipandang tidak mampu dilaksanakan manusia
dengan alasan kemanusiaan? Ataukah syari'at-syari'at agama lain yang
diubah sendiri oleh para pemimpinnya sehingga sebagian hukum-hukumnya
lenyap sama sekali?
Syari'at Allah adalah perwujudan dari rahmat-Nya. Dia-lah yang
Maha Mengetahui kemaslahatan hidup hamba-Nya. Melalui sarana syari'at-
Nya, Dia mendidik manusia hidup tertib dan adil untuk mencapai
kehidupan yang aman, sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat.
Hikmah nasikh :
Adanya nasikh-mansukh tidak dapat dipisahkan dari sifat turunnya
al-Qur'an itu sendiri dan tujuan yang ingin dicapainya. Turunnya Kitab
Suci al-Qur'an tidak terjadi sekaligus, tapi berangsur-angsur dalam waktu 20
tahun lebih. Hal ini memang dipertanyakan orang ketika itu, lalu Qur'an
12
sendiri menjawab, pentahapan itu untuk pemantapan, khususnya di bidang
hukum. Dalam hal ini Syekh al-Qasimi berkata, sesungguhnya al-Khalik
Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mendidik bangsa Arab selama 23 tahun
dalam proses tadarruj (bertahap) sehingga mencapai kesempurnaannya
dengan perantaraan berbagai sarana sosial. Hukum-hukum itu mulanya
bersifat kedaerahan, kemudian secara bertahap diganti Allah dengan yang
lain, sehingga bersifat universal. Demikianlah Sunnah al-Khaliq
diberlakukan terhadap perorangan dan bangsa-bangsa dengan sama.
Jika engkau melayangkan pandanganmu ke alam yang hidup ini,
engkau pasti akan mengetahui bahwa naskh (penghapusan) adalah undang-
undang alami yang lazim, baik dalam bidang material maupun spiritual,
seperti proses kejadian manusia dari unsur-unsur sperma dan telur
kemudian menjadi janin, lalu berubah menjadi anak, kemudian tumbuh
menjadi remaja, dewasa, kemudian orang tua dan seterusnya.
Setiap proses peredaran (keadaan) itu merupakan bukti nyata, dalam
alam ini selalu berjalan proses tersebut secara rutin. Dan kalau naskh yang
terjadi pada alam raya ini tidak lagi diingkari terjadinya, mengapa kita
mempersoalkan adanya penghapusan dan proses pengembangan serta
tadarruj dari yang rendah ke yang lebih tinggi? Apakah seorang dengan
penalarannya akan berpendapat bahwa yang bijaksana langsung membenahi
bangsa Arab yang masih dalam proses permulaan itu, dengan beban-beban
yang hanya patut bagi suatu bangsa yang telah mencapai kemajuan dan
kesempurnaan dalam kebudayaan yang tinggi? Kalau pikiran seperti ini tidak
akan diucapkan seorang yang berakal sehat, maka bagaimana mungkin hal
semacam itu akan dilakukan Allah swt. Yang Maha Menentukan hukum,
memberikan beban kepada suatu bangsa yang masih dalam proses
pertumbuhannya dengan beban yang tidak akan bisa dilakukan melainkan
oleh suatu bangsa yang telah menaiki jenjang kedewasaannya? Lalu,
manakah yang lebih baik, apakah syari'at kita yang menurut sunnah Allah
ditentukan hukum-hukumnya sendiri, kemudian di-nasakh-kan karena
dipandang perlu atau disempurnakan hal-hal yang dipandang tidak
mampu dilaksanakan manusia dengan alasan kemanusiaan? Ataukah syari'at-
13
syari'at agama lain yang diubah sendiri oleh para pemimpinnya sehingga
sebagian hukum-hukumnya lenyap sama sekali.
Syari'at Allah adalah perwujudan dari rahmat-Nya. Dia-lah yang
Maha Mengetahui kemaslahatan hidup hamba-Nya. Melalui sarana syari'at-
Nya, Dia mendidik manusia hidup tertib dan adil untuk mencapai
kehidupan yang aman, sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat.
a. Untuk menunjukkan bahwa syariat islam adalah syariat yang paling
sempurna.
b. Selalu menjaga kemaslahatan hamba agar kebutuhan mereka senantiasa
terpelihara dalam semua keadaan dan disepanjang zaman.
c. Untuk menjaga agar perkembangan hukum islam selalu relevan dengan
semua situasi dan kondisi umat yang mengamalkan, mulai dari yang
sederhana sampai ketingkat yang sempurna.
d. Untuk menguji orang mukallaf, apakah dengan adanya perubahan dan
penggantian-penggantian dari nasakh itu mereka tetap taat, setia
mengamlkan hukum-hukm allah, atau dengan begitu lalu mereka ingkar
dan membangkang.
e. Untuk menambah kebaikan dan pahala bagi hamba yang selalu setia
mengamalkan hukum-hukum perubahan, walaupun dari yang mudah
kepada yang sukar.
f. Untuk memberi dispensasi dan keringanan bagi ummat islam, sebab dalam
beberapa nasakh banyak yang memperingan beban dan memudahkan
pengamalan guna menikmati kebijakansanaan dan kemurahan allah swt.
Yang maha pengasih lagi maha penyayang.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naskh adalah hal yang diperbolehkan keberadaannya dalam agama
Islam. Hal ini sesuai dengan dalil yang telah datang dari Alqur’an dan sunnah
Rasulullah SAW.
1. Demi menjaga kemashlahatan hamba-Nya, Allah telah menghapus
sebagian hukum dalam syari’at Islam. Bila ternyata hukum penggantinya
itu lebih ringan, maka itu adalah kemudahan yang diberikan oleh Allah di
dunia ini secara langsung, namun apabila ternyata penggantinya lebih
berat, maka tidak lain hal ini akan melipat gandakan pahala pelaksananya
sebagai balasan atas ketaatannya pada aturan Allah Ta’ala.
2. Bahwa Allah Ta’ala adalah raja segala raja yang hanya Dia-lah yang
berkuasa membuat peraturan bagi hamba-hamba-Nya. Maka dari itu
hendaknya kita selalu tunduk pada aturan-aturan yang datang dari-Nya,
yang berupa perintah maupun larangan.
3. Nasakh adalah sesuatu yang membatalkan, menghapuskan atau
memindahkan.
4. Mansukh adalah yang dibatalkan, dihapus, dipindahkan
5. Para ulama sepakat adanya nasikh berdasarkan nash Al Qur’an dan sunnah
6. Syari’at selalu memelihara kemaslahatan ummat, oleh karena itu nasikh itu
mesti ada dan terjadi pada sebagian hokum – hokum.
7. Nasikh itu terjadi pada berita – berita, tetapi terjadi pada hukum – hukum
yang berhubungan dengan halal dan haram
8. Hukum – hokum itu bersumber dari Allah yang disyari’atkan demi
kemaslahatan dan kebahagiaan manusia’
9. Menyimpang dari jalan yang lurus dan mengikuti jejak orang – orang yang
sesat akan menjadi penyebab kesengsaraan.
15
DARTAR PUSTAKA
Al-Qaththan,Manna. 2004. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur:
Pustaka Al-kautsar.
Al-Qaththan.Manna. Mabahis Fi ‘Ulumil Qur’an.
Al Ibrariy,Ibrahim. 1998. Pengenalan Sejarah Ai-Qur’an. Jakarta: Rajawali.
Shihab,Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an; fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan Masyarakat. Bandung: mizan .
Ash-Shidiqiey,Hasbi. 1981. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.
Jakarta.
As-Shalih,Subhi. 1993. Membahas Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Beirut, Libanon: Pustaka
Firdaus.
Anwar,Abu. 2012. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Amzah.
http://fisika-atom.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-nasikh-mansukh-dalam-
al.html

More Related Content

What's hot

PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Makalah amsal-quran
Makalah amsal-quranMakalah amsal-quran
Makalah amsal-quranRiri Rizki
 
Ulumul qur’an 2
Ulumul qur’an 2Ulumul qur’an 2
Ulumul qur’an 2LutfyHikmah
 
(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quranIbnu Ahmad
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahYusuf Darismah
 
Memahami bacaan sholat3
Memahami bacaan sholat3Memahami bacaan sholat3
Memahami bacaan sholat3Iyeh Solichin
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulRisma Amalia
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarHanifah Habibah
 
Fawathi us suwar
Fawathi us suwarFawathi us suwar
Fawathi us suwarMuh Ikram
 
Makalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiMakalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiilmanafia13
 
Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumLutfyHikmah
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
Kaidah.memahami.tafsir
Kaidah.memahami.tafsirKaidah.memahami.tafsir
Kaidah.memahami.tafsiradinc_26
 

What's hot (20)

mafhum mukhalafah
mafhum mukhalafahmafhum mukhalafah
mafhum mukhalafah
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Makalah amsal-quran
Makalah amsal-quranMakalah amsal-quran
Makalah amsal-quran
 
Sah
SahSah
Sah
 
Ulumul qur’an 2
Ulumul qur’an 2Ulumul qur’an 2
Ulumul qur’an 2
 
(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
 
Modul 10 kb 2
Modul 10 kb 2Modul 10 kb 2
Modul 10 kb 2
 
Modul 10 kb 1
Modul 10 kb 1Modul 10 kb 1
Modul 10 kb 1
 
Memahami bacaan sholat3
Memahami bacaan sholat3Memahami bacaan sholat3
Memahami bacaan sholat3
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
 
Asbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpointAsbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpoint
 
Makalah al quran hadist
Makalah al quran hadistMakalah al quran hadist
Makalah al quran hadist
 
Asbabun Nuzul
Asbabun NuzulAsbabun Nuzul
Asbabun Nuzul
 
Fawathi us suwar
Fawathi us suwarFawathi us suwar
Fawathi us suwar
 
Makalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiMakalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabi
 
Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhum
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Kaidah.memahami.tafsir
Kaidah.memahami.tafsirKaidah.memahami.tafsir
Kaidah.memahami.tafsir
 

Viewers also liked

Jeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawskiJeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawskiJerBie1994
 
Computadora Personal
Computadora PersonalComputadora Personal
Computadora PersonalPepa Olmedo
 
7 Lessons for Starting Your Own Business
7 Lessons for Starting Your Own Business7 Lessons for Starting Your Own Business
7 Lessons for Starting Your Own BusinessJess_Creatrix
 
Jeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawskiJeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawskiJerBie1994
 
BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015
BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015
BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015Greg Cash
 
METODO DE ESTUDIO DE CASO
METODO DE ESTUDIO DE CASOMETODO DE ESTUDIO DE CASO
METODO DE ESTUDIO DE CASOmilagrocabeza
 
Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...
Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...
Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...Greg Cash
 

Viewers also liked (11)

Jeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawskiJeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawski
 
Methoxsalen 298-81-7-api
Methoxsalen 298-81-7-apiMethoxsalen 298-81-7-api
Methoxsalen 298-81-7-api
 
Computadora Personal
Computadora PersonalComputadora Personal
Computadora Personal
 
7 Lessons for Starting Your Own Business
7 Lessons for Starting Your Own Business7 Lessons for Starting Your Own Business
7 Lessons for Starting Your Own Business
 
cv
cvcv
cv
 
Methocarbamol 532-03-6-api
Methocarbamol 532-03-6-apiMethocarbamol 532-03-6-api
Methocarbamol 532-03-6-api
 
Jeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawskiJeremiasz bielawski
Jeremiasz bielawski
 
BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015
BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015
BioSig Technologies Corporate Presentation - May 2015
 
AsAm Access MRC
AsAm Access MRCAsAm Access MRC
AsAm Access MRC
 
METODO DE ESTUDIO DE CASO
METODO DE ESTUDIO DE CASOMETODO DE ESTUDIO DE CASO
METODO DE ESTUDIO DE CASO
 
Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...
Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...
Chapter 9. Communicating with Confidence and Cultural Sensitivity in a Second...
 

Similar to مقلة العلوم القرآن

Similar to مقلة العلوم القرآن (20)

Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa MansukhUlumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukh
 
Mantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdfMantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdf
 
Sunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamSunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islam
 
Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uas
 
Mansuk mansuh
Mansuk mansuhMansuk mansuh
Mansuk mansuh
 
Mantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docxMantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docx
 
Makalah al qur'an
Makalah al qur'anMakalah al qur'an
Makalah al qur'an
 
Ilmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukhIlmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukh
 
Makalah kedudukan al kuran
Makalah kedudukan al kuranMakalah kedudukan al kuran
Makalah kedudukan al kuran
 
Makalah kedudukan al kuran
Makalah kedudukan al kuranMakalah kedudukan al kuran
Makalah kedudukan al kuran
 
Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2
 
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiiiUrutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
 
Makalah nasakh
Makalah nasakhMakalah nasakh
Makalah nasakh
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Makalah alquran hadist
Makalah alquran hadistMakalah alquran hadist
Makalah alquran hadist
 
Materi Keagungan Al-Qur'an kelompok 2
Materi Keagungan Al-Qur'an kelompok 2Materi Keagungan Al-Qur'an kelompok 2
Materi Keagungan Al-Qur'an kelompok 2
 
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemahMakalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
Makalah ulumul quran tafsir, takwil dan terjemah
 
Makalah nasikh dan mansukh
Makalah nasikh dan mansukhMakalah nasikh dan mansukh
Makalah nasikh dan mansukh
 
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxUlumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
 

Recently uploaded

AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxAKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxFipkiAdrianSarandi
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8RiniWulandari49
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxAmmar Ahmad
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)Ammar Ahmad
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxMateriSMPTDarulFalah
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxEkoPoerwantoe2
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...Kanaidi ken
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptRahmaniaPamungkas2
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bSisiliaFil
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?AdePutraTunggali
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxFidiaHananasyst
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASsusilowati82
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarAureliaAflahAzZahra
 

Recently uploaded (20)

AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxAKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 

مقلة العلوم القرآن

  • 1. i Tugas Kelompok DosenPembimbing Studi Al-Qur’an Alwizar, NASAKH DAN MANSUKH DALAM AL-QUR’AN DISUSUN OLEH ; NURUL RODIYAH KHAIRANI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2015
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Nasakh dan Mansukh dalam Al-Qur’an meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Nasakh dan Mansukh dalam Al- Qur’an. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Pekanbaru, Maret 2015 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 A. Latar Belakang................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2 A. Pengertian Nasikh dan Mansukh..................................................... 2 B. Syarat-syarat Mansukh.................................................................... 4 C. Macam nasakh dalam al-qur’an...................................................... 4 D. Cara Mengetahui Nasakh dan Mansukh ......................................... 6 E. Pendapat Ulama tentang Nasikh Mansukh ..................................... 6 F. Pembagian Nasakh......................................................................... 10 G. Urgensi Mempelajari Konsep Nasikh Mansukh............................. 11 BAB III PENUTUP......................................................................................... 15 A. Kesimpulan...................................................................................... 15 DARTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-qur’an merupakan sumber ilmu yang takkan habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti, banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang digali dari al-qur’an. Cabang-cabang ilmu tersebut antara lain : ilmu jiwa, ilmu teknologi, ilmu bahasa dan sastra dan semuanya bersumber hanya dari al-qur’an. Dalam makalah ini kami akan membahas sedikit tentang ilmu nasikh wa mansukh yang panjang pembahasannya, namun kami telah berusaha untuk lebih teliti dan jeli dalam mempelajarinya. Dengan harapan sebagai seorang muslim yang taat dan semangkin memahami isi kandungan al-qur’an secara benar dan baik. Al-qur’an diturunkan secara beransur-ansur, dalam penjelasan al- qur’an ada yang dikemukakan secara terperinci dan adapula yang garis besarnya saja, ada yang khususdan ada yang bersifat umum dan global. Ada ayat-ayat yang sepintas lalu menunjukkan adanya gejala kontradiksi yang yang menurut Quraish shihab dan para ulama berbeda pendapat tentang bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut. Sehingga timbul pembahasan tentang nasikh dan mansukh. Pengetahuan tentang nasikh dan mansukh mempunyai fungsi dan manfaat yang besar bagi para ahli ilmu, terutama fuqaha’, mufasir, dan ahli usul, agar pengetahuan tentang hukum tidak menjadi kacau dan kabur, oleh sebab itu terdapat banyak asar yang mendorong agar mengetahui masalah ini. Maka pada pembahasan selanjutnya kami bermaksud membahas tentang pengertian nasikh mansukh, ruang lingkup dan syarat-syarat nasakh, pembagian nasakh, bentuk-bentuk nasakh serta beberapa contoh nasikh mansukh. BAB II
  • 5. 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Nasikh dan Mansukh Dalam al-qur’an kata nasakh ditemukan sebanyak empat kali dengan berbagai bentuknya.  surah al-baqoroh ayat 106 : Ayat mana saja81 yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? Para mufassirin berlainan Pendapat tentang arti ayat, ada yang mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang mengartikan mukjizat.  Qs. Al-a’raf ayat 154 : Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya.  Qs. Al-Hajj ayat 52 : dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, Nasikh mansukh berasal dari kata nasakh, dari segi etimologi kata ini dipakai untuk beberapa pengertian yakni, menghilangkan, melenyapkan, atau menghapus, dapat juga berarti memindahkan. Kata nasakh juga dapat berarti mengganti atau menukar, membatalkan dan mengubah, dapat juga berarti pengalihan. Nasakh dapat berarti1 ‫اإلزلة‬ artinya menghilangkan atau meniadakan, sebagaimana yang termaktub 1. Manna’i Al-Qathan, Mabahis fii Ulumul Qur’an, Riyath, Mansyurat Al-Asr Al-Hadist, T. Th. hlm 232.
  • 6. 3 dalam al-qur’an surah Al-Hajj ayat 52 diatas. Kata nasakh juga berarti ‫التبدل‬ yang artinya mengganti atau menukar sesuatu dengan yang lain. Sesuatu yang membatalkan atau memindahkan dan sebagainya dinamakan nasikh. Sedangkan bagian yang dihapus dinamakan mansukh. Pengertian nasakh secara termonologi menurut Manna’ Khailil Al Qattan sebagaimana termaktub dalam buku studi ilmu-ilmu al-qur’an nasakh ialah mengangkat hukum syara’ dengan dalil hukum syara’ yang lain.2 Menurut Muhammad ‘Abd Azim Al Zarqani sebagaimana dikutip dari Dr. Usman,M.Ag dalam buku Ulumul Qur’an, bahwa nasakh adalah mengangkat / menghapus hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain yang datang kemudian3. Menurut ulama mutaqaddimin nasakh adalah4 : ‫شرعي‬ ‫بخطاب‬ ‫الشرعي‬ ‫الحكم‬ ‫رفع‬ “Mengangkat hukum syar’i (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil hukum syara’ yang lain”. Pengertian nasakh menurut ulama’ mutaakhirin sebagaimana yang diungkapkan Quraish Shihab :”Nasakh terbatas pada ketentuan hukum yang datang kemudian, guna membatalkan, mencabut atau menyatakan berakhirnya pemberlakuan hukum terdahulu, hingga ketentuan hukum yang ada yang ditetapkan terakhir”.5 B. Syarat-syarat Mansukh Dalam kitab manna al-qathan dikatakan6: : ‫النسح‬ ‫في‬ ‫يشترط‬ ‫انه‬ ‫شرعيا‬ ‫املنسوخ‬ ‫احلكم‬ ‫يكون‬ ‫ان‬ ‫شرعيا‬ ‫خطاب‬ ‫احلكم‬ ‫ارتفاع‬ ‫على‬ ‫الدليل‬ ‫يكون‬ ‫ان‬‫حكمه‬ ‫املنسوخ‬ ‫اخلطاب‬ ‫عن‬ ‫اخيا‬‫رت‬‫م‬ ‫فاحلكم‬‫اال‬‫و‬ ‫معينز‬ ‫بوثت‬ ‫مقيدا‬ ‫حكمه‬ ‫ع‬‫املرفو‬ ‫اخلطاب‬ ‫يكون‬ ‫اال‬‫و‬‫نسحا‬ ‫هذا‬ ‫يعد‬ ‫وال‬ ‫وقته‬ ‫بانتهاء‬ ‫ينتهي‬ Adapun syarat dari nasakh adalah7:  Hukum yang mansukh adalah hukum syara’ 2. Ulumul Qur’an, sebuah Pengantar, th 2002. Hlm 50. 3 Abdul ‘Azim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Irfan fi Ulumul Qur’an, Al-Halaby, Mesir1980, jilid II. 4 Manna Al-Qathan, loc, cit,. Hlm 232 5 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung , Mizan, hlm 144. 6 Manna Al-Qathan, hlm 232.
  • 7. 4  Dalil penghapusan hukum tersebut adalah kitab syar’i yang datang lebih kemudian dari kitab yang hukumnya mansukh.  Kitab yang mansukh hukumnya tidak dibatasi dengan waqtu tertentu C. Macam nasakh dalam al-qur’an Menurut bahasa, naskh berarti membatalkan dan menghilangkan sesuatu. para ulama membagi naskh dalam al-qur’an menjadi 3 macam7 : a. Penghapusan tulisan dan hukumnya. para ulama meriwayatkan dari Annas sebagai berikut : Pada masa Rasulullah saya membaca suatu surat yang dinamakan “at Tawbah”, hanya saja saya tidak hafal, kecuali hanya satu ayat, yaitu: ,‫ا‬ً‫ع‬‫راب‬ ‫اليها‬ ‫بتغى‬ ‫ال‬ ‫ذهب‬ ‫من‬ ‫بين‬ ‫واد‬ ‫ادم‬ ‫البن‬ ‫ن‬ً‫ا‬ ‫ولو‬ُ‫هللا‬ ‫ُو‬‫ب‬ُ‫ت‬َ‫ى‬‫و‬ ‫التراب‬ ‫إال‬ ‫ادم‬ ‫ابن‬ ‫ال‬َ‫ف‬‫جو‬ َ‫ال‬‫يم‬ ‫وال‬ .َ‫اب‬َ‫ت‬ ‫من‬ ‫على‬ “Seandainya manusia mempunyai dua lebah emas, niscaya ia akan mencari lebah yang ke empat, dan tidak memenuhi perut manusia kecuali tanah, dan Allah memberi tobat kepada orang yang tobat”. b. Penghapusan tulisannya saja, sedang hukumnya tetap berlaku. Untuk menguatkan pendapat ini, para ulama’ meriwayatkan hadist dari Umar bin Khoththob, sebagai berikut : “Seandainya saya tidak benci membubuhkan perkataan lain dalam al-qur’an, niscaya saya tulis ayat rajm dan saya tetapkan. Demi Allah sya pernah membaca dihadapan Rasulullah SAW ayat : ‫ال‬‫ابا‬ ‫عن‬ ‫ا‬‫و‬‫ترغب‬ٌ‫عزيز‬ ُ‫وهللا‬ ِ‫هللا‬ ‫من‬ ‫نكاال‬ ‫البتة‬ ‫مها‬ ‫مجو‬ْ‫زنيافار‬ ‫إذا‬ ‫خة‬ْ‫الشي‬‫و‬ ‫خ‬ْ‫الشي‬ ‫بكم‬ ٌ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬‫ذلك‬ ‫فإن‬ ‫كم‬ِ‫ئ‬ ٌ‫حكيم‬ “Janganlah kamu benci kepada bapak-bapakmu, sebab yang demikian adalah kekafiran bagimu. Orang tua baik laki-laki maupun perempuan, apabila mereka berzina hendaklah dirajam dengan sebenar-benarnya sebagai hukuman dari Allah, dan Allah adalah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”. c. Penghapusan hukum saja, sedang tulisannya tetap. 7 Ibrahim Al Ibyariy, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an, Jakarta, Rajawali 1998.
  • 8. 5 Inilah yang dimaksudkan dengan perkembangan dan perubahan hukum. Misalnya ayat yang berhubungan dengan qiblat, Allah berfirman Qs. Al-Baqoroh ayat 144 : sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang- orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah. Sebelum turun ayat ini, telah turun ayat Qs. Al-Baqoroh 115 : dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui. Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah. D. Cara Mengetahui Nasakh dan Mansukh Cara untuk mengetahui nasakh dan mansukh dapat dilihat dengan cara- cara berikut. a. Keterangan tegas dari Rasulullah atau sahabat, seperti hadist yang berbunyi : ‫كنت‬‫ة‬‫ر‬‫االخ‬ ‫تذكر‬ ‫فإهنا‬ ‫فزوروها‬ ‫أمه‬ ْ‫ْب‬ُ‫ق‬ ‫ة‬‫ر‬‫يا‬‫ز‬ ‫يف‬ ٍ‫حملمد‬ ‫أذن‬ ‫فقد‬ ‫القبور‬ ‫ة‬‫ر‬‫يا‬‫ز‬ ‫عن‬ ‫هنبتكم‬ Aku dulu pernah melarang mu berziarah ke qubur, sekarang muammad telah mendapat izin untuk menziarahi kekubur ibunya, kini berziarahlah kamu kekubur. Sesungguhnya ziaroh kubur itu mengingatkan pada hari akhir. (Muslim, Abu Daud, dan Tirmizi). b. Kesepakatan umat tentang menentukan bahwa ayat ini nasakh dan ayat itu mansukh. c. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan kemudian turunnya dalam perspektif sejarah.
  • 9. 6 Nasakh tidak dapat diterapkan melalui ijtihad, pendapat mufassir, atau keadaan dalil-dalil yang secara lahir tampak kontradiktif, atau terlambatnya keislaman seseorang dari dua perawi. Ketiga-tiga persyaratan tersebut merupakan faktor yang sangat menentukan adanya nasakh dan mansukh dalam al-qur’an. Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa nasikh mansukh hanya terjadi dalam lapangan hukum dan tidak termasuk penghapusan yang bersifat asal (pokok). E. Pendapat Ulama tentang Nasikh Mansukh Ada tidaknya nasakh mansukh dalam al-qur’an sejak dahulu diperdebatkan oleh para ulama. Adapun sumber perbedaan pendapat tersebut adalah berawal dari pemahaman mereka tentang ayat qs. An-Nisaa’:82 : Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. Kesimpulan dari ayat diatas mengandung prinsip yang diyaqini kebenarannya oleh setiap muslim namun mereka berbeda pendapat dalam menghadapi ayat-ayat Al-Qur’an yang secara zahir menunjukkan kontradiksi. Sebelum memasuki pembahasan perbedaan para pendapat ulama, maka perhatikanlah dahulu firman Allah dalam surah al-baqoroh ayat 106 : “Setiap ayat yang kami nasakhkan, atau kami jadikan manusia lupa kepadanya, tentu akan kami ganti dengan yang lebih baik daripadanya, atau yang sebanding dengannya”. Denngan memperhatikan ayat diatas, ulama sepakat bahwa dalam Al- Qur’an tidak terdapat ayat yang bertentangan secara hakiki. Selanjutnya dalam menghadapi ayat yang secara sepintas dinilai kontradiksi, maka ada dua pendapat ulama yang harus diperhatikan, yaitu : a. Nasakh secara Logika Bukan secara Syara’. Nasakh dapat terjadi menurut logika, tetapi tidak secara syara’. Pendapat ini dianut oleh Abu Muslim Al-Asfihani dkk. Menurut kelompok ini apabila ada ayat yang sepintas dinilai kontradiksi tidak diselesaikan dengan jalan nasakh, tapi dengan jalan takhsis. Menurut Abu Muslim dkk,
  • 10. 7 Al-qur’an adalah syari’at yang muhkam tidak ada yang mansukh. Alqur’an menyatakan QS. Fushilat:42 : /‫[فصلت‬ ٍ‫يد‬ِ‫م‬َ‫ح‬ ٍ‫يم‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ل‬‫ي‬ ِ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ ِ‫ه‬ِ‫ف‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ال‬42] Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Ayat diatas menjadi landasan bagi Abu Muslim untuk menyatakan bahwa nasakh mansukh tidak ada dala m al-qur’an, yang hanya ada ‘am takhsis. Jadi nasakh menurut yang lain, takhsis menurut Abu Muslim. Bagi ulama yang menolak nasakh beranggapan bahwa pembatalan hukum yang telah diturunkan oleh Allah adalah mustahil. Sebab jika ada penbatalan hukum yang telah diturunkan-Nya berarti akan muncul dua pemahaman paling kurang, yaitu :  Allah tidak tau kejadian yang akan datang, sehingga Dia perlu mengganti / membatalkan suatu hukumdengan hukum yang lain.  Jika itu dilakukan Allah, berarti Dia melakukan kesia-siaan dan permainan belaka8. Tegasnya bahwa Abu Muslim Al-Asfihani tidak sependapat atau tidak setuju dengan adanya nasakh, baik secara garis besar maupun secara terperinci. b. Nasakh secara Logika dan Syara’ Sebagai alternatif menghadapi ayat yang kelihatannya memiliki kontradiksi, maka diantara ulama ada yang mengakui adanya nasakh dan mansukh dalam Alqur’an. Pendapat ini dianut oleh jumhur ulama’. Menurut mereka ayat nasakh dan mansukh tetap berlaku, akan tetapi segi hukum yang berlaku menyeluruh hingga waqtu tertentu tidak dapat dibatalkan kecuali oleh syar’i. Adapun dalil yang mereka gunakan adalah : 1. Naqli, yaitu firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 106 : ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ََّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ َْ‫َل‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍْ‫ْي‬َِ‫ِب‬ ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ه‬ ِ‫س‬ْ‫ن‬ُ‫ن‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ة‬َ‫ي‬َ‫آ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫خ‬َ‫س‬ْ‫ن‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬ٌ‫ير‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ٍ‫ء‬ /‫[البقرة‬106] 8 Quraih Shihab, Ibid., hlm 144
  • 11. 8 Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? Para mufassirin berlainan Pendapat tentang arti ayat, ada yang mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang mengartikan mukjizat. 2. Aqli atau Rasio Menurut pendapat segolongan ulama bahwa Allah berbuat secara mutlaq. Dia dapat menyuruh berbuat sesuatu dalam waqtu tertentu, kemudian melarangnya dalam waqtu tertentu lainnya. Pendapat lain lagi menyatakan bahwa perbuatan Allah itu mengikuti kemaslahatan dan menghindari kemudhararatn. Jadi jika Allah menyuruh pasti didalamnya ada kemaslahatan dan jika Dia melarangnya pasti disana aada kemudharatan. Kemaslahatan itu dapat berubah karena perubahan masa, oleh karena itu Allah dapat saja melarang atau menyuruh melakukan sesuatu perbuatan karena ada kemaslahatan. Al-Maraghi menyatakan bahwa nasakh dan mansukh itu ada hikmah-hikmahnya, lanjut tegasnya: Hukum-hukum tidak akan diundangkan kecuali untuk kemaslahatan manusia dan hal ini berubah atau berbeda akibat perbedaan waqtu dan tempat sehingga apabila ada hukum yang diundangkan pada suatu waqtu karena adanya kebutuhan yang mendesak kemudian kebbutuhan itu berakhir, maka hal itu merupakan suatu tindakan bijaksana apabila hukum yang diundangkan tersebbut dinasakhkan dan diganti dengan hukum yang sesuai dengan waqtu tersebut, sehingga dengan demikian hukum tersebut akan jauh lebih baik dari hukum semula atau sama dari aspek manfaatnya untuk hamba-hamba Allah.”9 Quraish shihab mengkompromikan pendapat-pendapat keduanya, sebab menurut kalangan yang mengakui adanya nasakh ditetapkan bahwa nasakh baru dapat dilakukan bila: a. Terdapat dua ayat hukum yang saling bertolak belakang, serta tidak dapat lagi dikompromikan. 9 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, tafsir Al-Maraghi,Mesir:Al-Babiy Al-halabiy, jilid I, hlm 187; lihat juga Quraish shihab, membumikan Al-Qur’an, hlm 145.
  • 12. 9 b. Harus diketahui secara meyakinkan urutan turunnya ayat tersebut. Yang dahulu dikatakan mansukh oleh yang kemudian.10 Namun dari masa kemasa mankin banyak diduga bahwaayat mansukh dapat dikompromikan dengan jamak atau talfiq(). Quraish Shihab menyarankan agar hendaknya para ulama(terutama mufasirin) melakukan usaha rekonsiliasi antara kedua kelompok tersebut, seperti meninjau kembali pengertian nasakh yang diungkapkan oleh para ulama mutaakhirin. Contoh kasus nasakh mansukh dalam al-qur’an adalah nasakh dengan badal mumatsil, yaitu perpindahan arah kiblat dari baitul Maqdis di Masjidil Aqsa ke ka’bah di Masjidil Haram. Dalam firman Allah surah Al-Baqoroh ayat 144 yang mana ayat tersebut menasakhkan firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 115. Nasakh adakalanya dengan pengganti adakalaya tidak dengan pengganti. Untuk lebih jelasnya ikutilah pembahasan berikut ini : a. Nasakh tanpa badal b. Nasakh dengan badal c. Nasakh dengan badal sebanding d. Nasakh dengan badal lebih berat11 Muhammad Abduh menolak adanya nasakh dan mansukh dalam pengertian pembatalan, tetapi dia sependapat dengan nasakh dalam pengertian pergantian, pengalihan dan pemindahan ayat hukum ketempat ayat hukum yang lain.12 Dengan demikian dapat dipahami bahwa seluruh ayat Al- Qur’an tetap berlaku, tidak ada kontradiksi, yang ada hanyalah pergantian hukum bagi situasi dan kondisi tertentu. F. Pembagian Nasakh Nasakh ada empat bagian: 10 Ibid. 11 Manna Khalil Al-Qathan, hlm 241. 12 Pendapat tersebut dikutip oleh Quraish shihab dalam’Membumikan Al-Qur’an”, hlm 147.
  • 13. 10 1. Nasakh Alqur’an dengan Alqur’an. Hal ini disepaati oleh ulama’ yang mengatakan adanya nasakh mansukh. Sebagaimana keterangan dimuka. 2. Nasakh Alqur’an ddengan sunnah. Ini terbagi menjadi dua:  Nasakh Alqur’an dan hadist ahad.  Nasakh Alqur’an dengan hadist mutawatir. 3. Nasakh sunnah dengan Alqur’an. Hal seperti ini dibolehkan oleh jumhur sebagaimana contoh dimuka. Namun ditolak oleh Syafi’i. menurutnya apa yang ditetapkan sunnah tentu didukung dengan ayat Alqur’an. Ini karena antara Al-Kitab dan Al-Sunnah harus sejalan dan tidak bertentangan. 4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah. Dalam kategori ini terdapat empat bentuk:  Nasakh Mutawatir dengan Mutawatir  Nasakh Ahad dengan Ahad  Nasakh Ahad dengan Mutawatir  Nasakh Mutawatir dengan Ahad G. Urgensi Mempelajari Konsep Nasikh Mansukh Adanya nasikh-mansukh tidak dapat dipisahkan dari sifat turunnya al-Qur'an itu sendiri dan tujuan yang ingin dicapainya. Turunnya Kitab Suci al-Qur'an tidak terjadi sekaligus, tapi berangsur-angsur dalam waktu 20 tahun lebih. Hal ini memang dipertanyakan orang ketika itu, lalu Qur'an sendiri menjawab, pentahapan itu untuk pemantapan, [17] khususnya di bidang hukum. Dalam hal ini Syekh al-Qasimi berkata, sesungguhnya al- Khalik Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mendidik bangsa Arab selama 23 tahun dalam proses tadarruj (bertahap) sehingga mencapai kesempurnaannya dengan perantaraan berbagai sarana sosial. Hukum-hukum itu mulanya bersifat kedaerahan, kemudian secara bertahap diganti Allah dengan yang lain, sehingga bersifat universal. Demikianlah Sunnah al-Khaliq diberlakukan terhadap perorangan dan bangsa-bangsa dengan sama. Jika engkau melayangkan pandanganmu ke alam yang hidup ini, engkau pasti akan mengetahui bahwa naskh (penghapusan) adalah undang- undang alami yang lazim, baik dalam bidang material maupun spiritual,
  • 14. 11 seperti proses kejadian manusia dari unsur-unsur sperma dan telur kemudian menjadi janin, lalu berubah menjadi anak, kemudian tumbuh menjadi remaja, dewasa, kemudian orang tua dan seterusnya. Setiap proses peredaran (keadaan) itu merupakan bukti nyata, dalam alam ini selalu berjalan proses tersebut secara rutin. Dan kalau naskh yang terjadi pada alam raya ini tidak lagi diingkari terjadinya, mengapa kita mempersoalkan adanya penghapusan dan proses pengembangan serta tadarruj dari yang rendah ke yang lebih tinggi? Apakah seorang dengan penalarannya akan berpendapat bahwa yang bijaksana langsung membenahi bangsa Arab yang masih dalam proses permulaan itu, dengan beban-beban yang hanya patut bagi suatu bangsa yang telah mencapai kemajuan dan kesempurnaan dalam kebudayaan yang tinggi? Kalau pikiran seperti ini tidak akan diucapkan seorang yang berakal sehat, maka bagaimana mungkin hal semacam itu akan dilakukan Allah swt. Yang Maha Menentukan hukum, memberikan beban kepada suatu bangsa yang masih dalam proses pertumbuhannya dengan beban yang tidak akan bisa dilakukan melainkan oleh suatu bangsa yang telah menaiki jenjang kedewasaannya? Lalu, manakah yang lebih baik, apakah syari'at kita yang menurut sunnah Allah ditentukan hukum- hukumnya sendiri, kemudian di-nasakh-kan karena dipandang perlu atau disempurnakan hal-hal yang dipandang tidak mampu dilaksanakan manusia dengan alasan kemanusiaan? Ataukah syari'at-syari'at agama lain yang diubah sendiri oleh para pemimpinnya sehingga sebagian hukum-hukumnya lenyap sama sekali? Syari'at Allah adalah perwujudan dari rahmat-Nya. Dia-lah yang Maha Mengetahui kemaslahatan hidup hamba-Nya. Melalui sarana syari'at- Nya, Dia mendidik manusia hidup tertib dan adil untuk mencapai kehidupan yang aman, sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat. Hikmah nasikh : Adanya nasikh-mansukh tidak dapat dipisahkan dari sifat turunnya al-Qur'an itu sendiri dan tujuan yang ingin dicapainya. Turunnya Kitab Suci al-Qur'an tidak terjadi sekaligus, tapi berangsur-angsur dalam waktu 20 tahun lebih. Hal ini memang dipertanyakan orang ketika itu, lalu Qur'an
  • 15. 12 sendiri menjawab, pentahapan itu untuk pemantapan, khususnya di bidang hukum. Dalam hal ini Syekh al-Qasimi berkata, sesungguhnya al-Khalik Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mendidik bangsa Arab selama 23 tahun dalam proses tadarruj (bertahap) sehingga mencapai kesempurnaannya dengan perantaraan berbagai sarana sosial. Hukum-hukum itu mulanya bersifat kedaerahan, kemudian secara bertahap diganti Allah dengan yang lain, sehingga bersifat universal. Demikianlah Sunnah al-Khaliq diberlakukan terhadap perorangan dan bangsa-bangsa dengan sama. Jika engkau melayangkan pandanganmu ke alam yang hidup ini, engkau pasti akan mengetahui bahwa naskh (penghapusan) adalah undang- undang alami yang lazim, baik dalam bidang material maupun spiritual, seperti proses kejadian manusia dari unsur-unsur sperma dan telur kemudian menjadi janin, lalu berubah menjadi anak, kemudian tumbuh menjadi remaja, dewasa, kemudian orang tua dan seterusnya. Setiap proses peredaran (keadaan) itu merupakan bukti nyata, dalam alam ini selalu berjalan proses tersebut secara rutin. Dan kalau naskh yang terjadi pada alam raya ini tidak lagi diingkari terjadinya, mengapa kita mempersoalkan adanya penghapusan dan proses pengembangan serta tadarruj dari yang rendah ke yang lebih tinggi? Apakah seorang dengan penalarannya akan berpendapat bahwa yang bijaksana langsung membenahi bangsa Arab yang masih dalam proses permulaan itu, dengan beban-beban yang hanya patut bagi suatu bangsa yang telah mencapai kemajuan dan kesempurnaan dalam kebudayaan yang tinggi? Kalau pikiran seperti ini tidak akan diucapkan seorang yang berakal sehat, maka bagaimana mungkin hal semacam itu akan dilakukan Allah swt. Yang Maha Menentukan hukum, memberikan beban kepada suatu bangsa yang masih dalam proses pertumbuhannya dengan beban yang tidak akan bisa dilakukan melainkan oleh suatu bangsa yang telah menaiki jenjang kedewasaannya? Lalu, manakah yang lebih baik, apakah syari'at kita yang menurut sunnah Allah ditentukan hukum-hukumnya sendiri, kemudian di-nasakh-kan karena dipandang perlu atau disempurnakan hal-hal yang dipandang tidak mampu dilaksanakan manusia dengan alasan kemanusiaan? Ataukah syari'at-
  • 16. 13 syari'at agama lain yang diubah sendiri oleh para pemimpinnya sehingga sebagian hukum-hukumnya lenyap sama sekali. Syari'at Allah adalah perwujudan dari rahmat-Nya. Dia-lah yang Maha Mengetahui kemaslahatan hidup hamba-Nya. Melalui sarana syari'at- Nya, Dia mendidik manusia hidup tertib dan adil untuk mencapai kehidupan yang aman, sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat. a. Untuk menunjukkan bahwa syariat islam adalah syariat yang paling sempurna. b. Selalu menjaga kemaslahatan hamba agar kebutuhan mereka senantiasa terpelihara dalam semua keadaan dan disepanjang zaman. c. Untuk menjaga agar perkembangan hukum islam selalu relevan dengan semua situasi dan kondisi umat yang mengamalkan, mulai dari yang sederhana sampai ketingkat yang sempurna. d. Untuk menguji orang mukallaf, apakah dengan adanya perubahan dan penggantian-penggantian dari nasakh itu mereka tetap taat, setia mengamlkan hukum-hukm allah, atau dengan begitu lalu mereka ingkar dan membangkang. e. Untuk menambah kebaikan dan pahala bagi hamba yang selalu setia mengamalkan hukum-hukum perubahan, walaupun dari yang mudah kepada yang sukar. f. Untuk memberi dispensasi dan keringanan bagi ummat islam, sebab dalam beberapa nasakh banyak yang memperingan beban dan memudahkan pengamalan guna menikmati kebijakansanaan dan kemurahan allah swt. Yang maha pengasih lagi maha penyayang.
  • 17. 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Naskh adalah hal yang diperbolehkan keberadaannya dalam agama Islam. Hal ini sesuai dengan dalil yang telah datang dari Alqur’an dan sunnah Rasulullah SAW. 1. Demi menjaga kemashlahatan hamba-Nya, Allah telah menghapus sebagian hukum dalam syari’at Islam. Bila ternyata hukum penggantinya itu lebih ringan, maka itu adalah kemudahan yang diberikan oleh Allah di dunia ini secara langsung, namun apabila ternyata penggantinya lebih berat, maka tidak lain hal ini akan melipat gandakan pahala pelaksananya sebagai balasan atas ketaatannya pada aturan Allah Ta’ala. 2. Bahwa Allah Ta’ala adalah raja segala raja yang hanya Dia-lah yang berkuasa membuat peraturan bagi hamba-hamba-Nya. Maka dari itu hendaknya kita selalu tunduk pada aturan-aturan yang datang dari-Nya, yang berupa perintah maupun larangan. 3. Nasakh adalah sesuatu yang membatalkan, menghapuskan atau memindahkan. 4. Mansukh adalah yang dibatalkan, dihapus, dipindahkan 5. Para ulama sepakat adanya nasikh berdasarkan nash Al Qur’an dan sunnah 6. Syari’at selalu memelihara kemaslahatan ummat, oleh karena itu nasikh itu mesti ada dan terjadi pada sebagian hokum – hokum. 7. Nasikh itu terjadi pada berita – berita, tetapi terjadi pada hukum – hukum yang berhubungan dengan halal dan haram 8. Hukum – hokum itu bersumber dari Allah yang disyari’atkan demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia’ 9. Menyimpang dari jalan yang lurus dan mengikuti jejak orang – orang yang sesat akan menjadi penyebab kesengsaraan.
  • 18. 15 DARTAR PUSTAKA Al-Qaththan,Manna. 2004. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur: Pustaka Al-kautsar. Al-Qaththan.Manna. Mabahis Fi ‘Ulumil Qur’an. Al Ibrariy,Ibrahim. 1998. Pengenalan Sejarah Ai-Qur’an. Jakarta: Rajawali. Shihab,Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an; fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan Masyarakat. Bandung: mizan . Ash-Shidiqiey,Hasbi. 1981. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir. Jakarta. As-Shalih,Subhi. 1993. Membahas Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Beirut, Libanon: Pustaka Firdaus. Anwar,Abu. 2012. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Amzah. http://fisika-atom.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-nasikh-mansukh-dalam- al.html