Tafsir, ta'wil, dan terjemahan merupakan tiga konsep penting dalam memahami Al-Quran. Tafsir berarti menjelaskan makna teks Al-Quran, ta'wil berarti mengungkap makna tersembunyi, sedangkan terjemahan berarti menerjemahkan teks Al-Quran ke bahasa lain. Ada beberapa metode tafsir seperti tafsir bil ma'tsur yang bersumber dari sumber-sumber syarak dan tafsir bir ra'i yang b
2. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatanmakalah tentang “Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Terjemahan”. Dan
tidak lupa Sholawat beserta Salam tetap kami curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam terang benderang yakni agama Islam.
Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia, apa bila ada
kesalahanataudari pembacaapa bilaterdapatkesalahndalampenulisanmakalahini
guna perbaikan dalam pembuatan makalh kami yang selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin .
ya rabbal ‘Alamin .
Lempuing Jaya,Desember2014
PENULIS
3. iii
DAFTAR ISI
Halaman Depan ....................................................................................................i
Kata Pengantar .....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 RumuasnMasalah................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 TAFSIR.................................................................................................2
2.2 TAKWIL................................................................................................6
2.3 TERJEMAH ...........................................................................................7
2.4 PERBEDAAN TAFSIR,TAKWILDAN TERJEMAH ........................................7
2.5 METODE TAFSIR...................................................................................8
2.6 CORAKTAFSIR......................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................10
3.2 SARAN.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al Qur`an merupakanpetunjukbagi seluruhumat manusia [1]. Di samping itu,
dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus
menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu
menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia
mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al Qur`an adalahkalaamullaahyangditurunkan kepada nabi Muhammad saw.
DenganmediamalaikatJibril as.Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga
keasliannyaolehAllahswt.Salahsatuhikmahdari penjagaankeasliandankesucianal
Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini
dengan benar-menurut Sang Pencipta Allah ‘azza wa jalla sehingga kemudian
selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana . Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dan tanpa
tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun
menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat
dipercaya?Olehkarenaitu,keasliandankebenaran al Qur`anterdeterminasi dengan
pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya
ini dan selamat dunia-akhirat.
1.2 Rumusan Masalah
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TAFSIR
2.1.1 PengertianTafsir
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan.
Adapun pengertian tafsir menurut para ulama yaitu sebagai berikut:[1]1
Menurut Al-Kilabi tafsir adalah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan
isyaratnya atau tujuannya.
Menurut Syekh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafadz
yang sukardipahami olehpendengardenganmengemukakanlafadzsinonimnya atau
makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan salah satu dialah
lafadz tersebut.2
[2]
MenurutAz-Zakkasyi tafsiradalahilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Rasulullah serta
menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya.
SedangkanmenurutAbuHayyantafsiradalahilmumengenaicara pengucapan
lafadz-lafadzAl-Qur’ansertacara mengungkapkanpetunjuk, kandungan-kandungan
hukum, dan makna yang terkandung di dalamnya.3
[3]
MenurutAl-Jurjani tafsirpadaasalnya,ialahmembukadanmelahirkan. Dalam
istilah syara’, ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya, dan sebab
diturunkannya ayat, dengan lafazh yang menunjukannya secara terang.4
[4]
2.1.2 Macam-Macam Tafsir
1. Tafsir Bil Ma’tsur
Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang
bersumber dari nash-nash, baik nash al-Qur’an, sunnah Rasulullah saw, pendapat
(aqwal) sahabat,ataupunperkataan(aqwal) tabi’in.Dengan kata lain yang dimaksud
dengan tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-
1 [1] Rosihun Anwar, Ulum Al-Qur’an,Pustaka Setia, Bandung, 2012,hlm. 209
2 [2] Hasbi Ashiddieqy,Sejarah dan Pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir,Bulan bintang,jakarta,1989,
hlm. 193
3 [3] Rosihun Anwar, op. cit., hlm. 210
4 [4] Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,Pustaka Rizki Putra,Semarang,1987, hlm. 171.
6. 3
Qur’an, menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat al-Qur’an
dengan pendapat para sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan perkataan
para tabi’in.
a. Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an:
Misalnya dalam surat Al-Hajj: 30
“Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu keharamannya…”. Kalimat ‘diterangkan kepadamu’ (illa ma
yutla ‘alaikum) ditafsirkan dengan surat al-Maidah:3
“Diharamkanbagimu(memakan) bangkai,darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah.. “
b. Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits
Contoh Surat Al-An’am ayat 82:
ن ذي ال نوا آم م ول سوا ب ل ي هم مان إي لم ظ ب ئك أول هم ل ناألم وهم تدون مه
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan dan
mereka orang-orang yang mendapat petunjuk”
Kata “al-zulm” dalam ayat tersebut, dijelaskan oleh Rasul Allah saw dengan
pengertian “al-syirk” (kemusyrikan).
c. Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat
Contoh surat an-Nisa’ ayat 2
Mengenai penafsiran sahabat terhadap Alquran ialah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
dan Ibnu Halim dengan Sanad yang saheh dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
menerangkan ayat ini:
وا وآت تامى ي ال أموالهم ال و ت وات دل ب يث ب خ ال يب ط ال ب ال و
لوا أك ت أموالهم ى إل كم أموال ه إن ان ك ا حوب يرا ب ك
“Danberikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka,
jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta
mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan
memakan) itu, adalah dosa yang besar.”
Kata ”hubb” ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan dosa besar
7. 4
d. Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para Tabi’in:
Contoh Surat Al-Fatihah:
Penafsiran Mujahid bin Jabbar tentang ayat: Shiraat al-Mustaqim yaitu kebenaran.
Contoh bukunya:
1) Jami al-bayan fi tafsir Al.Qur’an, Muhammad B. Jarir al. Thabari, W. 310 H.
terkenal dengan tafsir Thabari
2) Bahr al-Ulum, Nasr b. Muhammad al- Samarqandi, w. 373 H. terkenal
dengan tafsir al- Samarqandi.
3) Ma’alimal-Tanzil,karyaAl-HusaynbinMas’udal Baghawi, wafat tahun 510,
terkenal dengan tafsir al Baghawi.
2. Tafsir Bir Ra’i
Yaitu penafsiran Al-Qur’an berdasarkan rasionalitas pikiran (ar-ra’yu), dan
pengetahuan empiris (ad-dirayah). Tafsir jenis ini mengandalkan kemampuan
“ijtihad” seorang mufassir, dan tidak berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat
(ar-riwayat).Disampingaspekitumufassirdituntut untuk memiliki kemampuan tata
bahasa,retorika,etimologi,konsepyurisprudensi, dan pengetahuan tentang hal-hal
yang berkaitandenganwahyu dan aspek-aspek lainnya menjadi pertimbangan para
mufassir.
Contoh surat al-Alaq: 2
“Khalaqal insaana min ‘alaq”
Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah yang
berarti segumpal DARAH yang kental
a) Tafsir Terpuji (Mahmud)
Suatu penafsiran yang cocok dengan tujuan syar’i, jauh dari kesalahan
dan kesesatan, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, serta berpegang teguh
pada ushlub-ushlubnya dalam memahami nash Al-Qur’an.
b) Tafsir Al-Bathil Al-Madzmum
Suatu penafsiran berdasarkan hawa nafsu, yang berdiri di atas
kebodohan dan kesesatan. Manakala seseorang tidak faham dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab, serta tujuan syara’, maka ia akan jatuh dalam kesesatan, dan
pendapatnya tidak bisa dijadikan acuan.
8. 5
Contoh bukunya:
1) Mafatih al-Ghayb, Karya Muhammad bin Umar bin al-Husain al Razy,
wafat tahun 606, terkenal dengan tafsir al Razy.
2) Anwaral-Tanzil waasrar al-Ta’wil,Karya‘AbdAllahbinUmaral-Baydhawi,
wafat pada tahun 685, terkenal dengan tafsir al-Baydhawi.
3) Aal-Siraj al-Munir, Karya Muhammad al-Sharbini al Khatib, wafat tahun
977, terkenal dengan tafsir al Khatib.
3. Tafsir Bil Isyari
Suatu penafsiran diamana menta`wilkan ayat tidak menurut zahirnya
namun disertai usaha menggabungkan antara yang zahir dan yang tersembunyi.”
Contoh :
“...Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah…” [3]
Yang mempunyai makna ZHAHIR adalah “……Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyembelih seekor sapi betina…” Tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna
dengan “….Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah…”
Contoh dalam kisah :
“Lalumerekabertemudenganseoranghambadi antarahamba-hamba Kami,
yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami [4].”
Penjelasan: Allah telah menganugerahkan ilmu-Nya kepada Khidhir tanpa
melalui proses belajar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang biasa. Ia
memperolehilmu karena ketaatan dan kesalihannya. Ia jauh dari maksiat dan dosa.
Ia senantiasamendekatkandiri kepada Allah. Dalam kesuciannya, Khidhir diberikan
ilmudari sisi-Nyayangdinamakanilmuladunnimenggunakanpendekatanqalbi (hati)
atau rasa.
Contoh bukunya:
1) Tafsir al-Qur’an al Karim, Karya Sahl bin ‘Abd. Allah al-Tastari,
terkenal dengn tafsir al Tastari.
2) Haqa’iq al-Tafsir, Karya Abu Abd. Al-Rahman al- Salmi, terkenal
dengan Tafsir al-Salmi.
3) Tafsir Ibn ‘Arabi, Karya Muhyi al-Din bin ‘Arabi, terkenal dengan
nama tafsir Ibn ‘Arabi.
9. 6
2.2 TAKWIL
2.2.1 Pengertian Ta’wil
Menurut lughat takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun
pengertian takwil menurut para ulama yaitu sebagai berikut:
Menurut Al-Jurzani takwil adalahmemalingkansatulafazhdari maknalahirnya
terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya
sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.
Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna
yang rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.5
[5]
Menurutsebagianulamalaintakwil ialahmenerangkansalahsatu makna yang
dapat diterima oleh lafazh6
.[6]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan takwil adalah suatu usaha untuk
memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti
atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.
Kata ta’wīl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-rujǔ’) aatau dari
kata al-ma’ǎl yang artinya tempat kembali (al-mashīr) dan al-aqībah yang berarti
kesudahan.Adayangmendugabahwakataini berasal dari kata al-iyǎlah yang berarti
mengatur (al-siyasah). Sedangkan menurut istilah menurut Al-Jurjani: ialah
memalingkan lafad dari makna yang dhahir kepada makna yang muhtamil, apabila
makna yang mu’yamil tidak berlawanan dengan al-quran dan as-sunnah.
Contoh :
“Bahwasanya rabb mu sungguh memperhatikan kamu” [5]
Tafsirnya:Bahwasanyaallahsenantiasa dalam mengintai-intai memperhatika
keadaan hambanya”
Ta’wil : Menakutkan manusia dari berlalai-lalai, dari lengah mempersiapkan
persiapan yang perlu.
5 [5] Rosihun Anwar, op. cit., hlm. 211
6 [6] Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,Pustaka Rizki Putra,Semarang,1987, hlm. 172
10. 7
2.3 TERJEMAH
2.3.1 Pengertian Terjemah
Arti terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain,
atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
“Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan
mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti
bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan
terjemahan.”
Pada dasarnya ada tiga corak penerjemahan, yaitu:
Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat
dan mensyarahkannya, tidak terikat oleh leterlek-nya, melainkan oleh makna dan
tujuan kalimat aslinya (sinonim dengan tafsir)
Terjamah harfiyah bi Al-mistli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari
bahasa asli dengankatasinonimnya(muradif)ke dalambahasa baru dan terikat oleh
bahasa aslinya.
Terjemahharfiyahbi dzuni Al-mistl, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata
bahasa asli kedalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dan segi
sastranya.
2.4 PERBEDAAN TAFSIR, TAKWIL DAN TERJEMAH
Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan terjemah di pihak lain adalah
bahwa berupaya menjelaskan makna-makna setiap kata di dalam Al-Qur’an dan
mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang aslinya bahasa Arab ke bahasa non Arab.
Para mufassirin telah berselisih tentang makna tafsir dan takwil:
- Menurut Abu Ubaidah: “Tafsir dan takwil satu makna.” Pendapat ini di
bantah oleh para ulama yaitu diantaranya Abu Bakar Ibnu Habib an-
Naisabury
- MenurutAl-Raghif Al-Ashfahani:“Tafsiritulebihumumdanlebihbanyak
dipakai mengenai kata-kata tunggal, sedangkan takwil lebih banyak
dipakai mengenai makna dan susunan kalimat.
- Menurutsetengahulama: “Tafsirmenerangkanmaknalafazhyangtidak
menerima selain dari satu arti. Sedangkan takwil menetapkan makna
11. 8
yang dikehendaki oleh suatu lafazh yang dapat menerima banyak
makna, karena ada dalil-dalil yang menghendakinya.7
[7]
Dari beberapapendapatdiatasdapatdisimpulkan bahwaperbedaantafsirdan
takwil yaitu:
Tafsiritu lebihumumdari takwil karenadipakai dalamkitabAllah dan lainnya,
sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah.
Tafsir pada umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata),
sedangkan takwil pda umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan kalimat.
Takwil diartikan juga sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari makna
yang kuat(ar-rajih) ke maknayangkurang kuat(al-marjuh),karena disertai dalilyang
menunjukandemikian.Sedangkantafsirmenjelaskan makna suatu ayat berdasarkan
makna yang kuat. Para ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah
penjelasan yang berdasarkan riwayah, dan takwilberdasarkan dirayah.8
[8]
2.5 METODE TAFSIR
Ulama selalu berusaha untuk memahami kandungan al-Quran sejak masa
ulamasalaf sampai masa modern.Dari sekianlamaperjalanan sejarah penafsiran al-
Quran,banyak ditemui beragamtafsirdengan metode dancorakyangberbeda-beda.
Dari sekian banyak macam-macam tafsir, ulama mencoba membuat
menglasifikasikantafsirdengan sudut pandang yang berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lainnya.
Jika dilihat dari segi etnis atau cara bagaimana mufassir menjelaskan makna
ayat-ayat Al-Qur’an, maka tafsir itu dapat dikategorikan dalam beberapa macam
yaitu:
- Tahlili
- Muqarran
- Ijmali
- Maudhu’i
2.6 CORAK TAFSIR
Tafsir merupakan karya manusia yang selalu diwarnai pikiran, madzhab, dan
disiplin ilmu yang ditekuni oleh mufassirnya, oleh karena itu buku-uku tafsir
7 [7] Hasbi Muhammad,op. cit., hlm. 173
8 [8] Kadar M. Yusuf, study Al-Qur’an, Amzah, Jakarta,2010,hlm. 133
12. 9
mempunyai berbagai corak pemikiran dan madzhab. Diantara corak tafsir yaitu
adalah sebagai berikut:9
[9]
1. Tafsir Shufi
Tafsir shufi yaitu suatu karya tafsir yang diwarnai oleh teori atau pemikiran
tasawuf, baik tasawuf teoritis(at-tasawuf an-nazhary) maupun tasawuf praktis (at-
tasawuf al-‘amali).
2. Tafsir Falsafi
Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat. Artinya dalam menjelaskan
suatuayat, mufassirmerujukpendapatfilosof.Persoalanyangdiperbincangandalam
suatu ayat dimaknai berdasarkan pandangan para ahli filsafat.
3. Tafsir Fiqhi
Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih, diantara isi kandungan al-
Qur’an adalah penjelasan mengenai hukum, baik ibadah maupun muamalah. Tafsir
fiqih ini selain lebih banyak berbincang mengenai persoalan hukum , juga kadang-
kadang diwarnai oleh ta’asub (fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat pula
dikategorikankepadacoraklain yaitu tafsir fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan hambali.
4. Tafsir ‘Ilmi
Yaitutafsiryang bercorakilmupengetahuanmodern,khususnyasains eksakta.
Tafsirini selalumengutiipteori-teori ilmiahyang berkaitan denagn ayat yang sedang
ditafsirkan. Sepertibiologi,embriologi,geologi,astronomi,pertanian, perterrnakan,
dan lain-lain.Contohtafsiryangbercorakilmi yaitu:Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-
karim karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib karya Ar-Razi, Khalq Al-Insan
Bayna Ath-Thib Wa Al-Qur’an karya Muhammad Ali Al-Bar.
5. Corak Al-Adabi WaAl-Ijtima’i
Yaitu tafsir yang bercorak sastra kesopanan dan sosial. Dengan corak ini
mufassir mengungkap keindahan dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi aspek
balagah, mukjizat, makna, dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan sunnah
yang terdapat pada alam dan sistem sosial yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan
berusahamemecahkanpersoalankemanusiaanpadaumumnyadanumatislam pada
khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.10
[10]
9 [9] Kadar M. Yusuf, op. cit., hlm. 158
10 [10] Ibid.,hlm. 158-162
13. 10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkanpengertian-pengertian pendapat para ulama dapat disimpulkan
bahwa:“Tafsir” adalahsuatuusaha tanggapan,penalaran,danijtihadmanusia untuk
menyikapi nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.
“Takwil” adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-
Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari
lafazh itu.
“Terjemah”adalahmemindahkanbahasaAl-Qur’anke bahasa lain yang bukan
bahasa ‘Arabdan mencetakterjemahini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang
tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan
perantaraan terjemahan.
Terjemah,tafisr,danta`wil diperlukan dalam memahami isi kandungan
ayat-ayatal-Qur`anyang mulia.Pengertianterjemahlebihsimple dan ringkas karena
hanyamerubaharti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya. Sedangkan istilah
tafsir lebih luas dari kata terjemah dan ta’wil , dimana segala sesuatu yang
berhubungandenganayat,surat,asbaabunnuzul,danlainsebagainyadibahasdalam
tafsir yang bertujuan untuk memberikan kepahaman isi ayat atau surat tersebut,
sehingga mengetahui maksud dan kehendak firman-firman Allah SWT tersebut.
Bentuk penafsiran:
1) Al-Ma’tsur
2) Al-Ra’y
3) Metode penafsiran:
4) Tahlili (analisis)
5) Muqarran (perbandingan)
6) Ijmali (global)
7) Mawdhu’i (tematik)
8) Corak penafsiran:
9) Tafsir shufy
10) Tafsir falsafi
11) Tafsir fiqhi
12) Tafsir ‘ilmi
13) Al-Adabi wa al-Ijtima’i
3.2 SARAN
Demikianlahmakalahyangkami berisikan tentang tafsir, ta’wil dan terjemah.
Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin
dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai
penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Rosihun, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Ashiddieqy Hasbi, Sejarah dan Pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan bintang,
jakarta, 1989.
Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1987.
M. Yusuf Kadar, study Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Al-Hayy Abd, Metode tafsir Mawdhu’i, Raja Grafindo Persada, jakarta, 1994.
Syadali Ahmad, Rafi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, 2000.