1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian mantuq dan mafhum serta pembagian dan syarat-syarat mafhum mukhalafah.
2. Ada beberapa jenis mafhum mukhalafah seperti mafhum shifat, mafhum 'illat, dan mafhum 'adat.
3. Mafhum mukhalafah harus memenuhi syarat tertentu seperti tidak boleh bertentangan dengan dalil yang lebih kuat.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Quran yang berdampingan dengan hadis Nabi Muhammad SAW,
merupakan petunjuk yang dipercaya oleh umat Islam sebagai pedoman
hidup.Keduanya juga merupakan sumber utama penerapan hukum-hukum syari’ah.
Dari apa yang diredaksikan di dalam al-Quran dan hadis, ada yang dapat
dipahami dengan apa adanya, tidak lebih dan tidak kurang. Namun, adakalanya harus
masuk ke kedalaman kata atau kalimat yang terkandung di dalamnya sehingga lahir
makna-makna baru yang tidak berhubungan langsung dengan apa yang tertuliskan,
kendati dari jauh ada hubungannya.
Maka, dalam menetapkan suatu hukum, diperlukan adanya usaha untuk
melakukan pengamatan dan penelitian guna memahami apa yang tersurat dan apa
yang tersirat dari teks al-Quran dan hadis tersebut. Dari sini para ulama menciptakan
istilah mantuq dan mafhum.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Mantuq dan Mafhum Mukhalafah?
2. Apa saja pembagian Mafhum ?
3. Sebutkan Syarat-Syarat Mafhum mukhalafah ?
4. Sebutkan Macam-macam mafhum mukhalafah ?
5. Mafhum Mukhalafah dilihat dari segi kehujjahannya ?
6. Apa Pendapat para ulama tentang Mafhum Mukhalafah ?
7. Sebutkan contoh-contoh dan kaidahnya ?
C. Tujuan
1. Memahami tentang Mantuq dan Mafhum Mukhalafah.
2. Mengetahui pembagiannya mafhum.
3. Dapat mengetahui syarat-syarat apa saja dalam mafhum mukhalafah.
4. Mengnenal macam-macam mafhum mukhalafah.
5. Dapat mengetahui apakah mafhum mukhalafah dapat dijadikan hujjah atau
tidak.
6. Mengerti alasan para ulama mengenai mafhum mukhalafah.
7. Mengetahui contoh-contoh serta kaidahnya.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mantuq dan Mafhum
Mantuq ialah sesuatu yang ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.Mafhum
yaitu sesuatu yang ditunjuk oleh lafal, tetapi bukan dari ucapan lafal itu sendiri.
Mafhum secara etimologis, yaitu sesuatu yang dipahami dari suatu teks,
sedangkan secara terminologis, yaitu:
Makna yang selazimnya dipahami dari lafal yang kurang jelas. Atau dalam
redaksi lain, sesuatu yang menunjukkan kepada lafal yang tidak dipahami secara
harfiyah.1
B. Pembagian Mafhum
1) Mafhum Muwafaqah: yaitu pengertian yang dipahami sesuatu menurut ucapan lafal
yang disebutkan. Adapun Mafhum Muwafaqah dapat dibedakan kepada :
a. Fahwal khitab, yaitu apabila yang dipahamkan lebih utama hukumnya daripada
yang diucapkan. Seperti memukul orang tua lebih tidak boleh hukumya. Adapun
firman Allah SWT yang artinya “jangan kamu katakan kata-kata yang keji saja
tidak boleh dilarang apalagi memukulnya.
b. Lahnal Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya dengan yang
diucapkan, seperti firman Allah SWT :
... نارا بطونهم فى كلون يأ انما ظلما اليتمى أموال يأكلون ين الذ ان
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta benda anak yatim secara
aniaya sebenarnya memakan api kedalam perut mereka”.
1Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia,2006), Hal. 177
3. 3
2) Mafhum mukhalafah, yaitu pengertian yang dipahami berbeda dari pada ucapan, baik
dalam istinbat (menetapkan) maupun Nafi (meniadakan).oleh sebab itu hal yang
dipahami selalu kebalikannya dari pada bunyi lafal yang diucapkan. Seperti firman
Allah
اذانوديالبيع وذروا هللا ذكر الى فاسعوا الجمعة يوم من للصلوة...
(Q.S Al-Jumu’ah:9)
Artinya :
“Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan shalat pada hari jum’at, maka
bersegeralah kamu mengerjakannya dan tinggalkanlah jual beli.”
Dipahami dari ayat ini bahwa boleh jual-beli di hari Jum’at sebelum azau’n si
Mu’azin dan sesudah mengerjakan shalat.Mafhum mukhalafah ini dinamakan juga
dalil khitab.2
C. Syarat-Syarat Mafhum mukhalafah
Syarat-syarat mafhum mukhalafah, ialah seperti yang di kemukakan oleh A.
Hanafie dalam bukunya Ushul Fiqhi, sebagai berikut :
1. Mafhum mukhalafah tidak berlawanan dengan dalil yang lebih kuat, baik dalil
mantuq maupun mafhum muwafaqah.
Contoh yang berlawanan dengan dalil mantuq:
.... امالق خشية اوالدكم تقتلوا وال
Artinya:
“Jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan suatu
Alasanyang benar”
(QS.Al-Isra’:31)
2Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia,2006), Hal. 178-180
4. 4
Mafhumnya, kalau bukan karena takut kemiskinan dibunuh, tetapi mafhum
mukhalafah ini berlawanan dengan dalil mantuq, ialah :
النفس تقتلوا وال.... بالحق اال هللا حرم التى
Artinya:
“jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sesuatu
Alasan yang benar”
(QS.Al-Isra’: 33)
Contoh yang berlawanan dengan mafhum muwafaqah :
فالتقلهمآ.... هما تنهر وال اف
Artinya:
“janganlah engkau mengeluarkan kata kasar kepada orang tua, dan jangan pula
Engkau hardik”.
(QS. Isra’ : 23).
Yang disebutkan hanya kata-kata yang kasar mafhum mukhalafahnya boleh
memukuli.Tetapi mafhum ini berlawanan dengan dalil mafhum muwafaqahnya,
yaitu tidak boleh memukul.
2. Yang disebutkan (mantuq) bukan suatu hal yang biasa terjadi.
Contoh :
...... حجوركم فى التى ءبكم وربآ
Artinya : “Dan Anak-anak istrimu yang ada dalam pemeliharaanmu”
(QS.An-Nisa: 23).
5. 5
Dan perkataan “yang ada dalam pemeliharaanmu” tidak boleh dipahamkan bahwa
yang tidak ada dalam pemeliharaan boleh dikawini.Perkataan itu disebutkan, sebab
memang biasanya anak tiri dipelihara ayah tiri karena mengikuti ibunya.
3. Yang disebutkan (mantuq), bukan dimaksudkan untuk menguatkan sesuatu keadaan.
Contoh :
ويده نه لسا من المسلمون سلم من المسلم
Artinya : “orang islam ialah orang yang tidak mengganggu orang-orang islam
lainnya, baik dengan lisan ataupun dengan tangannya”
(H.R. Bukhary dan Muslim).
Dengan perkataan “orang-orang Islam (Muslimin) tidak dipahamkan bahwa
orang-orang yang bukan islam boleh diganggu. Sebab dengan perkataan tersebut
dimaksudkan alangkah pentingnya hidup rukun dan damai di antara orang-orang
islam sendiri.
4. Yang disebutkan (mantuq) harus berdiri sendiri, tidak mengikuti kepada yang lain.
Contoh :
..... جد المسا فى كفون عا وأنتم هن شرو تبا وال
Artinya:
“jangan kamu campuri mereka (istri-istrimu) padahal kamu sedang beritikaf di
masjid.
(QS. Al-Baqarah: 187)
Tidak dapat dipahamikan kalau tidak beritikaf di masjid, boleh mencampuri.3
3Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia,2006), Hal. 180-183
6. 6
D. Macam-macam mafhum mukhalafah
1. Mafhum shifat, yaitu menghubungkan hukum sesuatu kepada salah satu sifatnya,
seperti firman Allah SWT :
..... مؤمنة قبة ر قتحرير
Artinya :
“Maka hendaklah bebaskan seorang budak (hamba sahaya) yang mukmin.
(QS. An-Nisa’:92)
2. Mafhum ‘illat, yaitu menghubungkan hukum sesuatu menurut illatnya.
Mengharamkan minuman keras karena memabukkan.
3. Mafhum ‘adat, yaitu menghubungkan hukum sesuatu, kepada bilangan yang tertentu.
Firman Allah :
والذيجلدة ثمنين هم فاجلدو شهدادآء بأربعة توا يأ لم ثم المحصنت يرمون ن
.....
Artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh perempua-perempuan yang baik (berzina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh
kali pukulan.
(QS. An-Nur:4)
4. Mafhum ghayah, yaitu lafal yang menunjukkan hukum sampai kepada ghayah
(batasan, hinggaan), hingga lafal ghayah ini adakalanya dengan “ilaa” dan dengan
“hatta”.
7. 7
Seperti firman Allah SWT :
المرافق الى يكم وايد وجوهكم فاغسلوا الصلوة الى قمتم اذا.....
Artinya :
“Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu
sampai ke siku
(QS. Al-Maidah: 6).
Firman Allah SWT :
...... يطهرن حتى هن تقربو وال
Artinya:
“Dan jangan kamu dekati isteri-isterimu hingga mereka itu suci”.
(QS. Al-Baqarah: 222)
5. Mafhum Had, yaitu menentukan hukum dengan disebutkan suatu ‘adat, diantara adat-
adatnya, seperti firman Allah SWT :
ميتة يكون ان اال يطعمه عم طا على ما محر الي حي او مآ فى اجد آل ق
اه فسقا او رجس فانه خنزير لحم او مسفوحا ما د او..... به هللا لغير
Artinya:
Katakanlah, “tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang di haramkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan
yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi, karena semua itu kotor atau
hewan yang disembelih bukan atas nama Allah SWT.
(QS. Al-An’am: 145)
8. 8
6. Mafhum Laqaab, yaitu menggantungkan hukum kepada isim alam atau isim fi’il.
Seperti sabda Nabi SAW
فى عثمان و الجنة فى عمر و الجنة فى بكر ابو : سلم و عليه هللا صلى قال
الجنةالعشر عدة الى الجنة فى على و
Artinya :
“Abu Bakar masuk surga, Umar masuk surga, Usman masuk surga, dan Ali masuk
surga sampai-sampai bilangan itu sepuluh”.
(H.R. Ahmad)4
E. Kehujjahan
Mafhum muwafaqah bisa menjadi “hujjah”
Hampir semua ulama berpendirian demikian, kecuali golongan zhahiriyah.
“semua mafhum mukhalafah bisa menjadi hujjah, kecuali mafhum laqab”.
Demikianlah pendapat kebanyakan ulama ushul fiqih mengenai hal ini,
mengkhususkan sesuatu untuk disebut, tentulah ada faedahnya. Kalau tidak demikian
ada perlunya disebutkan ?juga dapat kita ketahui dari bahasa arab, bahwa apabila
sesuatu mempunyai dua sifat dan yang disebutkan hanyalah salah satunya, maka yang
dikehendaki, ialah sifat yang disebutkan bukan sifat lainnya.
Adapun berlainan dengan pendapat kebanyakan ulama ushul fiqih yang
membolehkan dijadikan hujjah.Pendapat Abu Hanifah dan Ibnu Hazm dari golongan
zhahiriyah mengatakan, bahwa semua mafhum mukhalafah tidak bisa dijadikan
hujjah (pegangan).5
F. Pendapat para ulama tentang Mafhum Mukhalafah
Ulama Hanafiyah tidak memandang Mafhum mukhalafah sebagai salah
satu metode penafsiran nash-nash syara’.Tegasnya menurut mereka, mafhum
mukhalafah itu bukan suatu metode untuk penetapan hukum. Alasan mereka adalah
sebagai berikut :
4Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia,2006), Hal. 183-186
5Ibid., Hal. 186-187
9. 9
1. Sesungguhnya banyak nash syara’ yang apabila diambil mafhum mukhalafahnya
akan rusak pengertiannya, antara lain seperti
Artinya :
Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana)
dalam ketetapan Allah pada waktu dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu
mendzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.
وا السموت خلق م يو هللا كتاب فى شهرا عشر اثنا هللا عندا الشهور عدة ان
فال القيم الدين لك ذ حرم اربعة منها الرض............ فيهن تظلموا
(QS. AT-Taubah: 36)
Maksud disini apabila ayat tersebut diambil mafhum mukhalafahnya akan
mempunyai arti bahwa berbuat zalim diharamkan hanya pada empat bulan tersebut
saja, sedangkan di luar itu tidak haram. Padahal berbuat zalim itu diharamkan pada
tiap saat.
2. Sifat-sifat yang terdapat pada nash syara’, dalam banyak hal bukan
untuk pembatasan hukum, melainkan untuk targib dan tarhib.
Misalnya ayat:
خلتم د تى الال نسآءكم من حجوركم فى تى الال ورباءبكم نسآءكم وامهات
لم فان بهنعليكم جناح فال بهن دخلتم نوا تكو......
(QS. An-nisa :23)
Sifat anak tiri pada ayat tersebut, adalah anak tiri yang ada dalam pemeliharaan.
Apabila diambil mafhum mukhalafahnya, hal itu berarti mengawini anak tiri yang
diluar pemeliharaan adalah anak halal. Padahal syara’ tetap mengharamkannya.
3. Seandainya mafhum mukhalafahnya itu dapat dijadikan hujjah
syara’maka suatu nash yang telah menyebut suatu sifat tidak perlu lagidisebut nash
10. 10
yang menerangkan hukum kebalikan hukum dari sifat tersebut. Pada kenyataannya
penyebutan seperti itu banyak ditemukan.
Misalnya ayat :
.....امركم حيث من فأتوهن تطهرن فاذا يطهرن حتى هن بو تقر ال
(Q.S Al-Baqarah: 222)6
Adapun menurut jumhur ushuliyyin, mafhum mukhalafah dapat
dijadikan hujjah syara’. Alasannya antara lain :
a) Berdasarkan logika, setiap syarat atau sifat tidak mungkin dicantumkan tanpa
tujuan dan sebab. Sebabnya itu tidak lain adalah untuk qayyid (pembatasan)
hukum selama tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa dicantumkannya suatu
sifat itu untuk taqrib, tarhib, dan tanfir.
b) Sikap Rasulullah yang tidak menyalahkan Umar Ibnu Khattab dalam
memahami mafhum mukhalafah dari ayat 101 An-Nisa’. Namun Rasulullah
menjelaskan bahwa qasar shalat dalam perjalanan dibolehkan sekalipun dalam
keadaan aman.
Ulama yang memakai mafhum mukhalafah sebagai hujjah menyebutkan beberapa
syarat, yaitu :
1.Mafhum mukhalafah nya itu tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat,
seperti mantuq dan mafhum muwafaqah.
2.Qayid atau pembatasan yang terdapat pada suatu nash tidak berfungsi yang lain,
seperti :
رهيبّتلل,للمبالغة,رغيبّتلل,نفيرّتلل
3.Tidak ada dalil khusus yang membatalkan mafhum mukhalafahitu, seperti ayat :
6Juhaya S.Praja, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 2007), Hal.217-218
11. 11
والعبد باالحر الحر القتلى فى القصاص عليكم كتب امنوا الذين ايها يا
واال بالعبد.... باالنثى نثى
Mafhum mukhalafahnya, laki-laki tidak wajib diqisas apabila ia membunuh wanita ,
dibatalkan dengan ayat 45 surat Al-Maidah, dan hadis.
G. Contoh-contoh dan Kaidahnya
a. Surat al-Isra’ (17) potongan ayat 23
..... هما تنهر ال و اف لهما تق فال
Artinya:
Maka janganlah kamu berkata “AH” terhadap kedua ibu dan bapakmu. (QS. Al-
Isra’: 23)
Dalam ayat tersebut dapat dipahami dua pengertian hukum, yakni
mantuq dan mafhum.Mantuq atau hukum yang tersurat dalam ayat tersebut
adalah larangan untuk berkata kasar atau “AH” kepada kedua orang tua.
Sedangkan mafhum atau hukum yang tidak disebutkan (tersirat) dalam ayat di
atas adalah larangan atau diharamkannya memukul maupun melakukan
perbuatan lain yang dapat menyakiti orang tua.
Mafhum yang digunakan dalam memahami ayat di atas termasuk
mafhum muwafaqah (memahami sesuatu menurut teks tersebut) yang fahwal
khitab, yakni apa yang difahamkan lebih utama hukumnya dari yang diucapkan.
Seperti memukul orang tua hukumnya lebih tidak boleh daripada berkata kasar
kepada orang tua.Jadi, berkata kasar saja tidak boleh apalagi memukulnya.
b. Dalam surah al-isra
....امالق خشية دكم اوال تقتلوآ وال
Artinya: Janganlah kamu bunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
(QS. Al-Isra’:31)
12. 12
Mantuq ayat tersebut adalah larangan untuk membunuh anak karena takut
miskin.Sedangkan mafhum mukhalafah-nya adalah diperbolehkannya
membunuh jika bukan karena takut terhadap kemiskinan.
Mafhum ini tidak dapat digunakan karena bertentangan dengan kaidah
ushuliyah, yakni “makna implisit tidak dapat dijadikan sebagai dasar bila
bertentangan dengan makna eksplisit”.[18] Maksudnya adalah mafhum tidak
boleh bertentangan dengan mantuq, makna tersirat tidak boleh bertentangan
dengan makna tersurat.
Mafhum dari ayat di atas bertentangan dengan mantuq potongan ayat di bawah
ini:
بالحق اال هللا حرم التي النفس تقتلوا وال.....
Artinya:
Dan Janganlah kamu membunuh manusia yang diharamkan Allah
(membunuhnya), kecuali dengan kebenaran.
(QS. Al-Isra’: 33)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik takut miskin maupun tidak, membunuh
anak tetap tidak diperbolehkan.7
7 http://menulis-makalah.blogspot.co.id/2015/05/makalah-mantuq-dan-mafhum.html