SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
PENDAHULUAN
 Tinea, ringworm
 Dermatofitosis
penyakit pada jaringan yang mengandung zat
keratin, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan
golongan dermatofita
 Dermatofitosis : tinea kapitis, tinea
facialis, tinea barbae, tinea korporis, tinea
kruris, tinea manus, tinea pedis, tinea inguium
 insidensi dermatofitosis di Indonesia berkisar
antara 4,8% - 82,6%
 golongan dermatofita dapat menyebabkan
bentuk klinis yang khas
 satu jenis dermatofita dapat membentuk klinis
yang beda tergantung letak anatominya
Dermatofita
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Trychophyton (21 spesies)
Mycrosporum (17 spesies)
Epidermophyton (2 Spesies)
 Anthropophilic dermatophytes (manusia)
 Zoophilic dermatophytes (hewan)
 Geophilic dermatophytes (tanah)
Habitat normal
Tabel 1. Jenis Dermatofita pada Manusia
Species Habitat alami Kejadian
Epidermophyton floccosum Humans Common
Trichophyton rubrum Humans Very Common (58%)
Trichophyton interdigitale Humans Very Common
Trichophyton tonsurans Humans Common (3%)
Trichophyton violaceum Humans Less Common
Trichophyton concentricum Humans Rare*
Trichophyton schoenleinii Humans Rare*
Trichophyton soudanense Humans Rare*
Microsporum audouinii Humans Less Common*
Microsporum ferrugineum Humans Less Common*
Trichophyton mentagrophytes Mice, rodents Common (27%)
Trichophyton equinum Horses Rare
Trichophyton erinacei Hedgehogs Rare*
Trichophyton verrucosum Cattle Rare (7%)
Microsporum canis Cats Common
Microsporum gypseum Soil Common
Microsporum nanum Soil/Pigs Rare
Microsporum cookei Soil Rare
Tabel 2. Jenis Dermatofita pada Hewan
Species Habitat alami Kejadian
Transmisi
 kontak langsung dengan infected host (manusia atau
hewan)
 kontak langsung atau tidak langsung dengan kulit
yang terinfeksi, rambut, sisir, atau sikat rambut, kursi
di bioskop, dan tempat tidur di hotel
 agen penyebab dapat bertahan di lingkungan selama
15 bulan
 peningkatan infeksi dapat disebabkan kulit yang luka,
kulit terbakar, temperatur dan kelembaban yang
berlebihan
Tinea Kapitis
 Pada kulit kepala dan rambut
 Menyerang prapubertas
 Bentuk klinis tinea kapitis
a. Ectothrix invasi (grey patch ringworm):
- M. audouinii
- pada anak-anak, dimulai dengan papula merah
disekitar folikel rambut, kemudian menjadi bercak putih
dan warna rambut menjadi abu-abu, tidak mengkilat,
patah-patah dan mudah terlepas dari akarnya
- pada daerah tersebut terbentuk alopesia (kebotakan)
Tinea Kapitis
b. Endothrix invasi rambut (Black dot ringworm) :
- T. tonsurans, T. violaceum
- titik-titik hitam pada kulit kepala (muara folikel
rambut)
c. Favus (kerion) :
- Microsporum canis
- peradangan yang hebat disertai lesi menyerupai sarang
lebah dan akan terbentuk jaringan parut yang menetap
Tinea Barbae
 Di sekitar muka (jenggot)
 T.mentagrophytes dan T.verrucosum
Tinea Facialis
 Infeksi cendawan pada daerah wajah.
 Kelihatan sebagai suatu ruam berwarna merah
di sekitar muka
Tinea Korporis
 Pada kepala, badan, dan lengan.
 T. rubrum, T. mentagrophytes M. gypseum dan
M. canis.
 kelainan pada kulit (efloresensi kulit) dengan
peradangan pada bagian tengah, bentuk bulat
/ polisiklis
 pada penderita imunodefisiensi : tidak khas
Tinea Kruris
 Di daerah lipat paha, genitalia dan sekitar anus
yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian
bawah
 T. rubrum, dan E. floccosum
 Lesi simetris dilipat paha (dimulai dengan bercak
eritematosa dan gatal), kemudian meluas ke
skrotum, pubis, dan glutea
 lesi : tepi aktif, polisiklis, ditutupi skuama dan
disertai vesikel kecil-kecil
Tinea Manus dan Pedis
 Kulit telapak tangan dan kaki, punggung
tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki,
serta daerah interdigital.
 Trichophyton rubrum, T. interdigitale, T.
menthagrophytes dan Epidermophyton
floccosum.
 Sering pada orang dewasa (mencuci pakaian,
bekerja di sawah, kolam dan tambak)
 Diawali rasa gatal, nyeri, dan timbul
peradangan
Bentuk klinis tinea manus dan pedis
 Bentuk intertriginosa : maserasi, deskuamasi
dan erosi, warna keputihan basah dan terjadi
fisura yang terasa nyeri. Pada kaki mulai dari
jari ke 3,4 dan 5
 Bentuk vesikular akut : vesikula-vesikula dan
bula yang agak dalam dan sangat gatal di
telapak kaki bagian tengah
 Bentuk mocassin foot : seluruh kaki dari
telapak, tepi sampai punggung kaki, kulit
menebal dan berskuama, serta eritema ringan
pada bagian tepi lesi.
Tinea Unguium
 Kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi
dermatofita
 T. mentagrophytes, T. interdigitale dan T. rubrum.
 Bentuk klinis tinea unguium:
Bentuk subungual distalis : distal proksimal
bawah kuku rapuh bantal kuku
hiperkeratosis.
Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita:
bercak keputihan di permukaan kuku
Bentuk subungual proksimal: distal masih utuh,
sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki
lebih sering diserang dibandingkan kuku tangan
Identifikasi Laboratorium
 Pemeriksaan Langsung (gejala klinis, lampu
Wood dan kerokan kulit + KOH 10-20%)
 Pembiakan pada media agar
Pengobatan
1. Obat Topikal (harus memenuhi kriteria) :
 Bersifat antifungal aktif
 Dapat berpenetrasi ke dalam kulit
 Bekerja aktif di dalam dan di luar sel
 Mempunyai daya tahan terhadap hasil-hasil
metabolisma
 Tidak menimbulkan sensibilisasi
2. Obat Topikal (oles)
 Prinsip : basah dengan basah, kering
dengan kering, makin akut makin lemah
bahan aktif yang digunakan
 Cairan, bedak, salep, bedak kocok, krim dan
linimen (pasta)
 Solusio carbol fuschin, asam benzoat, asam
salisilat, gol. allilamin, gol.benzilamin, gol.
imidazol, gol. siklopiroks, gol. tolnaftat, gol.
haloprogin.
2. Obat Sistemik (oral)
 Griseofulvin
 Ketoconazole
 Golongan Triazole :
Itraconazole
Fluconazole
Terbinafine
KESIMPULAN
 Manifestasi klinis dermatofitosis bervariasi,
sehingga sulit dibedakan dengan penyakit kulit
lain, hal ini menyebabkan diagnosis keliru dan
pengobatan selalu gagal.
 Diagnosis dermatofitosis dapat ditegakkan
melalui manifestasi klinis, lampu Wood dan
identifikasi laboratorium.
 Pengobatan dapat ditempuh dengan cara
topikal (oles) dan sistemik (oral)

More Related Content

Similar to Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner (20)

Tinea
TineaTinea
Tinea
 
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewanPenyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
 
cek cek cek.ppt
cek cek cek.pptcek cek cek.ppt
cek cek cek.ppt
 
Kulit part 1
Kulit part 1Kulit part 1
Kulit part 1
 
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 
Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)
 
Tinea favosa
Tinea favosaTinea favosa
Tinea favosa
 
Tinea kapitis
Tinea kapitisTinea kapitis
Tinea kapitis
 
Infeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptxInfeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptx
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
PF Kulit.pdf
PF Kulit.pdfPF Kulit.pdf
PF Kulit.pdf
 
REFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdf
REFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdfREFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdf
REFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdf
 
Kulit ec Bakteri
Kulit ec BakteriKulit ec Bakteri
Kulit ec Bakteri
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
kuliah Rambut dan Kuku Blok 18 .pptx
kuliah Rambut dan Kuku Blok 18 .pptxkuliah Rambut dan Kuku Blok 18 .pptx
kuliah Rambut dan Kuku Blok 18 .pptx
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 

Recently uploaded

Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (20)

Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner

  • 1. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan IPB
  • 2. PENDAHULUAN  Tinea, ringworm  Dermatofitosis penyakit pada jaringan yang mengandung zat keratin, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan dermatofita  Dermatofitosis : tinea kapitis, tinea facialis, tinea barbae, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis, tinea inguium
  • 3.  insidensi dermatofitosis di Indonesia berkisar antara 4,8% - 82,6%  golongan dermatofita dapat menyebabkan bentuk klinis yang khas  satu jenis dermatofita dapat membentuk klinis yang beda tergantung letak anatominya
  • 4. Dermatofita Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales Family : Arthrodermataceae Genus : Trychophyton (21 spesies) Mycrosporum (17 spesies) Epidermophyton (2 Spesies)
  • 5.  Anthropophilic dermatophytes (manusia)  Zoophilic dermatophytes (hewan)  Geophilic dermatophytes (tanah) Habitat normal
  • 6. Tabel 1. Jenis Dermatofita pada Manusia Species Habitat alami Kejadian Epidermophyton floccosum Humans Common Trichophyton rubrum Humans Very Common (58%) Trichophyton interdigitale Humans Very Common Trichophyton tonsurans Humans Common (3%) Trichophyton violaceum Humans Less Common Trichophyton concentricum Humans Rare* Trichophyton schoenleinii Humans Rare* Trichophyton soudanense Humans Rare* Microsporum audouinii Humans Less Common* Microsporum ferrugineum Humans Less Common*
  • 7. Trichophyton mentagrophytes Mice, rodents Common (27%) Trichophyton equinum Horses Rare Trichophyton erinacei Hedgehogs Rare* Trichophyton verrucosum Cattle Rare (7%) Microsporum canis Cats Common Microsporum gypseum Soil Common Microsporum nanum Soil/Pigs Rare Microsporum cookei Soil Rare Tabel 2. Jenis Dermatofita pada Hewan Species Habitat alami Kejadian
  • 8. Transmisi  kontak langsung dengan infected host (manusia atau hewan)  kontak langsung atau tidak langsung dengan kulit yang terinfeksi, rambut, sisir, atau sikat rambut, kursi di bioskop, dan tempat tidur di hotel  agen penyebab dapat bertahan di lingkungan selama 15 bulan  peningkatan infeksi dapat disebabkan kulit yang luka, kulit terbakar, temperatur dan kelembaban yang berlebihan
  • 9. Tinea Kapitis  Pada kulit kepala dan rambut  Menyerang prapubertas  Bentuk klinis tinea kapitis a. Ectothrix invasi (grey patch ringworm): - M. audouinii - pada anak-anak, dimulai dengan papula merah disekitar folikel rambut, kemudian menjadi bercak putih dan warna rambut menjadi abu-abu, tidak mengkilat, patah-patah dan mudah terlepas dari akarnya - pada daerah tersebut terbentuk alopesia (kebotakan)
  • 10. Tinea Kapitis b. Endothrix invasi rambut (Black dot ringworm) : - T. tonsurans, T. violaceum - titik-titik hitam pada kulit kepala (muara folikel rambut) c. Favus (kerion) : - Microsporum canis - peradangan yang hebat disertai lesi menyerupai sarang lebah dan akan terbentuk jaringan parut yang menetap
  • 11. Tinea Barbae  Di sekitar muka (jenggot)  T.mentagrophytes dan T.verrucosum Tinea Facialis  Infeksi cendawan pada daerah wajah.  Kelihatan sebagai suatu ruam berwarna merah di sekitar muka
  • 12. Tinea Korporis  Pada kepala, badan, dan lengan.  T. rubrum, T. mentagrophytes M. gypseum dan M. canis.  kelainan pada kulit (efloresensi kulit) dengan peradangan pada bagian tengah, bentuk bulat / polisiklis  pada penderita imunodefisiensi : tidak khas
  • 13. Tinea Kruris  Di daerah lipat paha, genitalia dan sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah  T. rubrum, dan E. floccosum  Lesi simetris dilipat paha (dimulai dengan bercak eritematosa dan gatal), kemudian meluas ke skrotum, pubis, dan glutea  lesi : tepi aktif, polisiklis, ditutupi skuama dan disertai vesikel kecil-kecil
  • 14. Tinea Manus dan Pedis  Kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital.  Trichophyton rubrum, T. interdigitale, T. menthagrophytes dan Epidermophyton floccosum.  Sering pada orang dewasa (mencuci pakaian, bekerja di sawah, kolam dan tambak)  Diawali rasa gatal, nyeri, dan timbul peradangan
  • 15. Bentuk klinis tinea manus dan pedis  Bentuk intertriginosa : maserasi, deskuamasi dan erosi, warna keputihan basah dan terjadi fisura yang terasa nyeri. Pada kaki mulai dari jari ke 3,4 dan 5  Bentuk vesikular akut : vesikula-vesikula dan bula yang agak dalam dan sangat gatal di telapak kaki bagian tengah  Bentuk mocassin foot : seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, kulit menebal dan berskuama, serta eritema ringan pada bagian tepi lesi.
  • 16. Tinea Unguium  Kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi dermatofita  T. mentagrophytes, T. interdigitale dan T. rubrum.  Bentuk klinis tinea unguium: Bentuk subungual distalis : distal proksimal bawah kuku rapuh bantal kuku hiperkeratosis. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita: bercak keputihan di permukaan kuku Bentuk subungual proksimal: distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserang dibandingkan kuku tangan
  • 17. Identifikasi Laboratorium  Pemeriksaan Langsung (gejala klinis, lampu Wood dan kerokan kulit + KOH 10-20%)  Pembiakan pada media agar Pengobatan 1. Obat Topikal (harus memenuhi kriteria) :  Bersifat antifungal aktif  Dapat berpenetrasi ke dalam kulit  Bekerja aktif di dalam dan di luar sel  Mempunyai daya tahan terhadap hasil-hasil metabolisma  Tidak menimbulkan sensibilisasi
  • 18. 2. Obat Topikal (oles)  Prinsip : basah dengan basah, kering dengan kering, makin akut makin lemah bahan aktif yang digunakan  Cairan, bedak, salep, bedak kocok, krim dan linimen (pasta)  Solusio carbol fuschin, asam benzoat, asam salisilat, gol. allilamin, gol.benzilamin, gol. imidazol, gol. siklopiroks, gol. tolnaftat, gol. haloprogin.
  • 19. 2. Obat Sistemik (oral)  Griseofulvin  Ketoconazole  Golongan Triazole : Itraconazole Fluconazole Terbinafine
  • 20. KESIMPULAN  Manifestasi klinis dermatofitosis bervariasi, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit kulit lain, hal ini menyebabkan diagnosis keliru dan pengobatan selalu gagal.  Diagnosis dermatofitosis dapat ditegakkan melalui manifestasi klinis, lampu Wood dan identifikasi laboratorium.  Pengobatan dapat ditempuh dengan cara topikal (oles) dan sistemik (oral)