SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
PSIKOLOGI SOSIAL 1
ATRIBUSI SOSIAL
Disusun oleh:
Isti Yuliawati (46112120023)
Dessy Indrisari (46112120074)
Dosen Pengampu:
Laila M. I. W, PhD
Fakultas Psikologi
MENTEN
G
Jakarta
2014
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………………..2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….....4
C. Tujuan dari Penulisan …………………………………………………………4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Psikologi Sosial dan pendapat para ahli psikologi ……………..…...5
2. Persepsi Sosial …………………………………………………………………..…6
3. Sejarah Atribusi Sosial dan pendapat para ahli psikologi …..…6-7
4. Atribusi Sosial..……………………………….…………………….……………..7-9
5. Sifat-sifat dalam atribusi sosial ……………………………….…….…...9-10
6. Teori-teori tentang atribusi ………………………………………….….10-12
7. Kesalahan dalam atribusi sosial ………………………………….……13-15
BAB III : PENUTUP
- Kesimpulan ……………………………………………………………………...16-17
2 | P a g e
- Daftar Pustaka ……………………………………………………………………..18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat
dan HidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul “ATRIBUSI SOSIAL “dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, yang
tepat pada waktunya, meskipun dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam, dan masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “PSIKOLOGI SOSIAL “,
dalam hal ini kami menyadari, bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak lain berkat bantuan, dan dorongan dari orang-orang terdekat khususnya keluarga,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth: IBU. LAILA M.I.W, PhD, selaku Dosen Pengampu mata kuliah PSIKOLOGI
SOSIAL, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami serta kepada
semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang turut membantu
kelancaran dalam peyusunan makalah ini.
Harapan dari kami, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan membantu menambah wawasan cakrawala ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca dan khusunya kami secara pribadi sebagai penulis, serta mengharapkan
masukan-masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan
3 | P a g e
makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan
kedepan dapat lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi Sosial merupakan bagian dari ilmu psikologi yaitu suatu studi
yang mengkaji tentang hubungan individu/manusia dan kelompok dalam
berprilaku dan secara kejiwaan. Dalam psikologi sosial ini, mahasiswa diharapkan
mampu mempelajari dan mengerti serta memahami tentang hal – hal yang
menyebabkan timbulnya gejala-gejala sosial baik dalam dirinya maupun kelompok
yang berada dilingkungan sekitarnya.
Dalam hal ini psikologi sosial mengajak kepada kita, untuk mempelajari
guna mengetahui bagaimana kita berperilaku dan bersikap dalam berinteraksi dan
bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari serta menjalin hubungan dan pengaruh
timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lainnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan dilingkungan sosialnya,
agar dapat diterangkan, mengapa seseorang berperilaku tertentu dalam situasi
4 | P a g e
tertentu, sehingga dengan begitu kita dapat mengetahui sifat, karakter, dan sikap
mereka.
Oleh sebab itu, dengan mempelajari psikologi sosial, maka setiap
individu/manusia, akan memahami dasar-dasar tentang gejala-gajala kejiwaan dan
perilaku individu dalam situasi sosial sehingga mempermudah dalam mendekati
masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dan pengarahan kepada
suatu tujuan yang sebaik-baiknya.
Dengan bantuan psikologi sosial, individu/manusia dapat memecahkan
suatu problema sosial secara tepat dan sistematis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan psikologi sosial
2. Apa yang dimaksud dengan persepsi sosial
3. Sejarah tentang atribusi sosial
4. Apa yang dimaksud dengan atribusi sosial
5. Bagaimana dengan sifat-sifat dalam atribusi sosial
6. Bagaimana dengan teori-teori dalam atribusi
7. Penyebab kesalahan dalam atribusi
5 | P a g e
C. Tujuan dari Penulisan
1. Mengetahui pengertian psikologi sosial
2. Mengetahui pengertian persepsi sosial
3. Mengetahui dan mengerti sejarah tentang atribusi sosial
4. Mengetahui pengertian atribusi sosial
5. Mengetahui sifat-sifat dalam atribusi sosial
6. Mengetahui teori-teori dalam atribusi
7. Mengetahui penyebab kesalahan dalam atribusi
BAB II
PEMBAHASAN
1. PSIKOLOGI SOSIAL
6 | P a g e
Pengertian Psikologi Sosial.
Psikologi Sosial merupakan cabang dari ilmu psikologi dan merupakan ilmu
teoritik juga terapan. Pengertian dari Psikologi Sosial adalah: ilmu yang
mempelajari tentang prilaku manusia yang berhubungan dengan jiwa serta
bagaimana individu/manusia berinteraksi dengan kelompoknya. Dalam hal ini
pengertian dari psikologi sosial masih belum menemukan rumusanya yang tunggal
yang disepakati oleh semua pihak.
Besar kemungkinan bahwa rumusan tunggal itu tidak akan pernah tercapai
karena ruang lingkup psikologi sosial itu sendiri sangat luas dan berkembang terus
dari masa ke masa. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dari upaya mempelajari
psikologi sosial, yang pertama kali diketahui adalah berbagai definisi yang ada
dalam literatur. Beberapa pendapat para ahli psikologi menjelaskan tentang
psikologi sosial, antara lain:
 MYERS (2002), menurutnya bahwa Psikologi sosial adalah :
“ Merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari secara
menyeluruh tentang hakikat dan seba-sebab perilaku individu
dalam lingkungan sosialnya “.
 GORDON ALPORT, menurutnya bahwa Psikologi sosial adalah :
“ Merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan
menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan dan tingkah laku
seseorang, dipengaruhi kehadiran orang lain baik nyata atau tidak
nyata.”
Selain mempelajari tentang perilaku individu/manusia, psikologi sosial juga
mempelajari, bagaimana aktivitas-aktivitas individu/manusia yang berhubungan
dengan situasi sosial serta hubungan – hubungan sosialnya dimasyarakat seperti:
persepsi, atribusi, sikap, kerjasama, konflik dan motivasi.
2. PERSEPSI SOSIAL
Persepsi dalam pengertian psikologi adalah: Proses pencarian informasi
untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah peninderaan
7 | P a g e
(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya), sebaliknya alat untuk
memahaminya adalah: kesadaran atau kognisi.
Dalam hal ini penginderaan merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu, dan didalam persepsi ada dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan
perasaan orang lain.
Hal ini bersumber pada kecenderungan individu/manusia, untuk selalu
berupaya guna mengetahui apa yang ada di balik gejala yang ditangkapnya oleh
indera, dan dalam persepsi sosial penjelasan yang ada dibalik perilaku itu
dinamakan ATRIBUSI.
Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung
sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Dalam hal ini
persepsi sosial kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-
kadang juga berbeda.
Menurut Kenny (1994) bahwa ada perbedaan antara persepsi tentang
orang (person perception) dan persepsi dalam hubungan antar pribadi
(interpersonal perception).
3. Sejarah Atribusi Sosial dan Pendapat Para Ahli
Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh FRIZT HEIDER (tokoh
psikologi atribusi sosial 1958).
Menurut Heider setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan
semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain
dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potangan informasi sampai
mereka tiba pada sejumlah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab tentang
orang lain bertingkah laku tertentu.
Cikal bakal tulisan teori atribusi berkembang dari tulisan Frizt Heider
(1958) dalam bukunya yang berjudul : “Psychology of interpersonal relation”.
8 | P a g e
Dimana dalam tulisan tersebut, Heider menggambarkan apa yang disebutnya:
“naïve theory of action” yaitu kerangka kerja konseptual yang digunakan orang
untuk menafsirkan, menjelaskan dan meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam
kerangka kerja ini konsep intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan
untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran penting.
4. ATRIBUSI SOSIAL
Definisi Atribusi Sosial
Atribusi sosial merupakan bagian dari psikologi sosial, yang mengkaji
tentang bagaimana upaya kita untuk dapat mengerti dan memahami arti perilaku
orang lain, khususnya bagaimana kita mencari sebab dan mengerti dalam
mengidentifikasi perilaku orang lain, baik itu berupa sifat, karakter, sikap dll
(sesuatu yang melekat dalam diri individu).
Perilaku-perilaku individu dapat disebabkan oleh daya personalnya maupun
orang lain, seperti kemampuan atau usaha oleh lingkungannya. Jika suatu tindakan
diatribusikan oleh daya personalnya, maka akibatnya akan berbeda dengan
tindakan yang diatribusi dengan lingkungannya.
Beberapa pendapat para ahli psikologi tentang atribusi, antara lain:
 Baron & Byrne (1997) menurutnya bahwa:
“Proses yang kita lakukan untuk mencari penyebab dari perilaku
orang lain, sehingga mendapatkan pengetahuan mengenai
karakteristik stabil dari orang tersebut”.
 Bernard Weiner (1980, 1992)
9 | P a g e
“Atribution theory probably the most influential contemporary
theory with implications for academic motivation”.
 Myers (1996), menurutnya bahwa:
“Kecenderungan member atribusi disebabkan oleh kecenderungan
manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan pada
manusia) termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain”.
 Frizt Heider (tokoh psikologi atribusi 1958), menurutnya bahwa:
“Dasar untuk penjelasan itu adalah akal sehat (common sense)”.
Dengan menggunakan commonsense, kita membuat kesimpulan-
kesimpulan seperti:
 Waktu antara 2 peristiwa berpengaruh pada apakah suatu
hubungan sebab-akibat dapat disimpulkan atau tidak.
 Urutan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya
juga berpengaruh pada penentu peristiwa mana yang
diduga sebagai penyebab dan peristiwa mana yang diduga
sebagai akibat.
 Kesamaan antara dua peristiwa berpengaruh pada apakah
suatu hubungan seba-akibat dapat diketahuiatau tidak.
 Suatu peristiwa seringkali dianggap sebagai akibat dari
penyebab tunggal.
Menurut Heider, secara akal sehat ada 2 golongan yang
menjelaskan suatu perilaku, yaitu: perilaku yang berasal dari orang
yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari luar
lingkungan atau diri orang yang bersangkuatan (atribusi eksternal).
10 | P a g e
Sebetulnya ke dua atribusi tersebut dapat terjadi sekaligus
(internal dan eksternal) akan tetapi orang cenderung untuk memilih
salah satu saja.
Dalam hal ini Heiderpun tertarik untuk menjelaskan persepsi
terhadap tingkat pertanggung jawaban dari suatu perilaku.
Terdapat tingkat pertanggung jawaban dari suatu perilaku :
association responsibility yaitu pertanggung jawaban yang
dibebankan pada orang yang tidak melakukan; causal responsibility
without foreseeability, causal responsibility with foreseeability,
intensional responsibility, justifiable responsibility.
5. SIFAT-SIFAT ATRIBUSI SOSIAL
Menurut Heider (dalam trope & gount, 2003), bahwa atribusi sosial ini
bersifat abstrak, ambigu dan normative.
Abstrak berarti atribusi merupakan abstraksi mental yang berusaha mengubah
sesuatu yang sifatnya konkret-konstektual menjadi sesuatu yang sifatnya abstrak
dan umum.
Ambigu berarti atribusi merupakan proses pereduksian informasi yang sifatnya
tidak pasti. Perilaku yang sifatnya kompleks direduksi sedemikian rupa menjadi
representasi yang bersifat abstrak, tentu hal itu dilakukan setelah menghilangkan
beberapa bagian dari konteks perilaku yang dianggap penting.
Normatif berarti atribusi melibatkan proses penilaian yang kemudian akan
dipakai didalam memahami, memprediksi, dan mengendalikan lingkungan (lihat
trope & gount, 2003).
Kita melakukan atribusi karena ingin mengetahui factor penyebab dari
suatu perilaku, kita boleh jadi mengatribusikan perilaku orang lain karena factor
internal (internal atau dispositional attribution) atau eksternal ( external atau
situational attribution). Faktor penyebab internal adalah faKtor-faktor yang
11 | P a g e
melekat pada diri kita seperti pengetahuan, emosi, ketrampilan, kepribadian,
motivasi, kemampuan motorik, ataupun usaha.
Sedangkan faktor penyebab eksternal adalah factor-faktor yang ada diluar
diri kita seperti kondisi, cuaca, orang lain, alam dll.
Proses atribusi telah menarik para pakar psikologi sosial dan telah menjadi
objek penelitian yang cukup intensive dalam beberapa decade terakhir. Jadi dengan
atribusi sosial kita tidak hanya mengerti dan memahami perilaku orang lain,
namun kita dapat mengerti sekaligus memahami perilaku diri sendiri tanpa harus
mempersepsikan diluar kognisi kita, karena dari apa yang orang lain perbuat maka
kitapun mungkin pernah mengalaminya atau melakukan atribusi.
6. TEORI-TEORI ATRIBUSI (Attribution theory)
Masih tentang atribusi, dalam teori ini, menjelaskan tentang bagaimana
seseorang berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari dan berada dalam situasi
sosial.
Dalam penelitiannya, Malloy & Albright (1990): menemukan bahwa
diantara orang-orang yang sudah saling mengenal ada dua hal yang berpengaruh
pada persepsi dan atribusi sosial yaitu orang yang dipersepsikan (target) dan
orang melakukan persepsi itu sendiri atau pengamat (perceiver).
Temuan ini mendukung dua teori tentang proses pembentukan atribusi,
teori itu adalah sebagai berikut:
• Teori Penyimpulan Terkait (Correspondence Inference)
Menurut teori yang berfokus pada target ini, perilaku orang lain merupakan
sumber informasi yang kaya. Jadi, kalau kita mengamati perilaku orang lain dengan
cermat, kita dapat mengambil berbagai kesimpulan. Namun dalam hal ini juga kita
harus lebih cermat dalam mengamati perilaku orang lain.
Jones & Davis (1965) dan jones & Mc.Gills (1976), mengemukakan bahwa
hal-hal khusus yang perlu diamati untuk lebih menjelaskan atribusi adalah sebagai
berikut:
12 | P a g e
 Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri atau orang itu bebas
memilih kelakuannya sendiri perlu lebih diperhatikan daripada perilaku
karena peraturan atau ketentuan atau tatacara atau perintah orang lain.
 Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih mencerminkan
atribusi pelaku daripada yang hasilnya berlaku umum.
 Perilaku yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi daripada perilaku
umum.
Karena adanya prinsip untuk lebih mengamati hal-hal yang khusus dalam
hubungan dengan orang lain ini, orang-orang yang sudah berhubungan lama lebih
dapat saling mendalkan dalm hubungan antar pribadi mereka.
• Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional
resources)
Teori ini menekankan proses yang terjadi dalam kognisi orang yang
melakukan persepsi (pengamat) Gilbert dkk (1988), mengemukakan bahwa
atribusi harus melewati kognisi dan dalam kognisi terjadi 3 tahap, yaitu :
a) Kategorisasi
Dalam tahap ini pengamat menggolongkan dulu perilaku orang yang diamati
(pelaku) dalam jenis atau golongan tertentu sesuai dengan bagan skema
yang sudah terekam terlebih dahulu dalm kognisi pengamat (dinamakan
skema kognisi).
b) Karakterisasi
Pengamat member atribusi kepada pelaku berdasarkan kategorisasi
tersebut.
c) Koreksi
Tahap yang terakhir adalah mengubah atau memperbaiki kesimpulan yang
ada pada pengamat tentang pelaku.
13 | P a g e
Dalam kehidupan sehari-hari, siklus kategorisasi, karakterisasi,
koreksi ini terjadi dalam setiap hubungan antar pribadi, yaitu hubungan
rekan kerja, teman sekolah, sahabat, pacaran, perkawinan, rekan bisnis dsb.
Dalam hal ini Jaspers & Hewtone, 1990) menjelaskan bahwa :
“Hubungan itu dapat bersifat positif (saling menyukai, mencintai, percaya)
atau negative (saling benci, curiga, iri) atau dapat berlanjut atau putus
berdasarkan karakterisasi yang diberikan pada saat tertentu.”
• Teori atribusi internal dan eksternal dari Kelley (1972; Kelley &
Michela, 1980)
Teori ini, tetap mendasarkan diri pada akal sehat saja, mengatakan
bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk menetapkan apakah suatu
perilaku beratribusi internal atau eksternal.
i. Konsensus
Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi
yang sama, makin banyak yang melakukannya, makin tinggi konsesnsus dan
makin sedikit yang melakukannya, makin rendah.
ii. Konsistensi
Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama
dimasa lalu dalam situasi yang sama, kalau “ya”, konsistensinya tinggi, kalau
“tidak” konsistensinya rendah.
iii. Distingsi atau Kekhususan
14 | P a g e
Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama
dimasa lalu dalam situasi yang berbeda, kalau “ya” maka distingsinya tinggi,
kalau “ya”, distingsinya rendah.
Dengan demikian, atribusi yang dibuat oleh pengamat, sekali lagi, sangat
tergantung pada keadaan kognisi si pengamat itu, bukan semata-mata
tergantung pada perilaku pelaku.
• Atribusi karena faktor lain (Baron & Byrne, 1994)
Dalam teori ini menjelaskan, bagaimana seorang individu berperilaku
yang kurang menyenangkan/menyenangkan, sehingga menimbulkan emosi
(suka, marah dll) dan kecemasan/kesenangan pada orang yang
menyaksikannya (pengamat), serta adanya atribusi internal dan eksternal
karena adanya stimulus yang tertangkap oleh panca indera kita.
7. Kesalahan Atribusi
Ketidakmampuan membedakan memori yang sebenarnya dari suatu
peristiwa dengan informasi yang kita pelajari dari peristiwa tertentu yang
sebetulnya kita dapatkan dari sumber lain.
Kesalahan itu menurut Baron & Byrne (dalam Sarlito Wirawan Sarwono,
1999: 109-112) dapat bersumber dari beberapa hal, yakni:
1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental attribution error)
Ketika seseorang mencoba membuat penjelasan mengenai perilaku
orang lain, ia akan menunjukkan adanya bias yang umum terjadi, yaitu ia
akan cenderung melebih-lebihkan pengaruh sifat kepribadian dan
meremehkan kekuatan faktor situasi (Forgas, 1998; Nisbett & Ross,
1980). Dalam pengertian teori atribusimereka cenderung mengabaikan
atribusi situasi dan lebih mementingkan atribusi disposisional.
Apakah seratus orang yang mengikuti perintah ekperimenter dalam
penelitian Milgram memiliki sifat dasar untuk menjadi orang yang sadis?
Apakah para sipir penjara dalam penelitian penjara dan tahanan,
15 | P a g e
memang kejam? Sedangkan para pelajar yang berperan sebagai tahanan
menjadi penakut karena memang temperamen mereka seorang
penakut? Mereka yang berpikir seperti itu berarti menunjukkan bahwa
mereka sedang melakukan kesalahan atribusi mendasar. Dorongan
untuk menjelaskan tindakan orang lain dari kepribadian yang begitru
kuat, bahkan ketika kita tahu orang tersebut dipaksa untuk melakukan
tindakan tersebut (Yzerbyt, dkk:2001).
Orang-orang cenderung mengabaikan atribusi situasional, terutama
bila suasana hati mereka sedang baik dan tidak akan berpikir lebih jauh
dan kritis mengenai motif-motif orang-orang tersebut, atau ketika
mereka sibuk dan teralihkan pikirannya sehingga tidak punya waktu
untuk sejenak berhenti dan mempertanyakan kepada diri mereka
sendiri, “Mengapa suasana hati Aurelia tidak baik hari ini?”. Sebaliknya
seringkali orang langsung berupaya menjelaskan kejadian tersebut
dengan penjelasan yang paling mudah yaitu menganggapnya sebagai
sifat bawaan: Karena dia memang orang yang menyebalkan (Forgas,
1998).
Mereka cenderung tidak berupaya untuk mengetahui apakah Aurelia
baru saja bergabung dengan kelompok orang yang medukung perilaku
yang demikian kejam, atau apakah dia berada dalam kondisi luar biasa
tertekanyang membuatnya menjadi begitu mudah marah dan kejam
pada saat itu.
(dapat menyebabkan terjadinya)
16 | P a g e
“Mengapa Aurelia begitu mudah marah
dan menyebalkan belakangan ini?”
Kesalahan Atribusi Mendasar
2. Efek pelaku-pengamat (the actor-observer effect)
Proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam
hubungan antar pribadi, melainkan juga terjadi dalam hubungan antar
kelompok, karena pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat
individu dapat digeneralisasikan ke tingkat antar kelompok.
Kesalahan ini adalah kecenderungan mengatribusi perilaku kita yang
disebabkan oleh faktor eksternal, sedangkan perilaku orang lain
disebabkan oleh faktor internal.
Misalnya, jika ada orang lain yang terjatuh, kita akan katakan bahwa
dia tidak hati-hati. Akan tetapi, jika kita sendiri yang terpeleset dan
terjatuh kita akan katakan bahwa lantainya yang licin. Contohnya lagi
hubungan antara seorang guru dengan siswa. Ketika suatu saat guru
memberi nilai jelek pada hasil karangan murid, kedua orang ini memiliki
sudut pandang yang berbeda dalam menilai kegagalan. Bagi murid
kegagalan tersebut disebabkan oleh kesibukannya, gangguan dari teman,
ruang yang panas, atau yang lain. Sedangkan guru cenderung
menimpakan keadaan ini kepada kondisi murid itu sendiri, misalnya
kurang membaca bahan, kurang teliti, kurang ada kemauan dan
sebagainya.
Hal ini disebabkan karena kita memang cenderung lebih sadar pada
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku kita daripada yang
mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena itu kita cenderung
menilai perilaku-perilaku kita disebabkan oleh faktor ekternal daripada
internal.
3. Pengutamaan diri sendiri (the self-serving bias)
Kecenderungan dalam menjelaskan perilaku diri mereka sendiri;
mengakui kesuksesan pribadi sebagai usahanya sendiri, dan
merasionalisasikan kesalahan dirinya pada faktor lingkungan. Atau kata
lain, setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan
menyalahkan orang lain. Bila orang mengalami keberuntungan, maka
orang akan mengatakan itu disebabkan faktor internal, sedangkan
kegagalan dirinya disebabkan faktor eksternal.
17 | P a g e
Mengabaikan pengaruh situasi pada
perilaku dan menekankan pada faktor
sifat kepribadian semata
Misalnya seorang anak, Adi berhasil mendapatkan nilai yang bagus,
Adi akan menunjukkan bahwa si Bima berhasil karena Bima rajin
belajar, intelegensinya tinggi, dan sebagainya. Sebaliknya jika Adi yang
mendapatkan nilai yang buruk, Adi akan menunjukkan bahwa nilainya
jelek diakibatkan soalnya terlalu sulit, dosennya pelit dan sebagainya.
Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi Sosial adalah bagian dari ilmu psikologi yang mengkaji tentang
hubungan individu dan kelompok dalam berprilaku dan secara kejiwaan. Selain itu,
18 | P a g e
psikologi sosial juga mempelajari, bagaimana aktivitas-aktivitas individu yang
berhubungan dengan situasi sosial serta hubungan – hubungan sosialnya
dimasyarakat seperti: persepsi, atribusi, sikap, kerjasama, konflik dan motivasi.
Persepsi dan atribusi sifatnya tergantung sekali pada subjek yang
melaksanakan persepsi dan atribusi itu sendiri. Dalam hal ini persepsi sosial
kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-kadang juga
berbeda. Proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam hubungan
antar pribadi, melainkan juga terjadi dalam hubungan antar kelompok, karena
pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat individu dapat
digeneralisasikan ketingkat antar kelompok.
Adapun menurut terminologi Atribusi adalah proses untuk memahami
mengenali perilaku individu dengan cara menarik kesimpulan tentang apa yang
mendasari atau melatar-belakangi perilaku tersebut. Dengan kata lain teori ini
mencoba menjelaskan proses kognitif yang dilakukan seseorang untuk
menjelaskan sebab-sebab dari suatu tindakan. Atribusi merupakan tindakan
penafsiran; apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi) dihubungkan kembali
pada sumber asalnya. Atribusi dapat dibedakan menjadi:
1) Atribusi internal (disposisional); dan
2) Atribusi eksternal atau lingkungan (situasional).
Menurut Heider, sifat-sifat atribusi sosial adalah: abstrak, ambigu dan
normatif. Dan beberapa teori yang berkaitan erat dengan teori atribusi ini, yakni
teori yang berkembang pada bidang psikologi. Pertama teori Correspondent
Inference yang menekankan pada pengkajian intentionality (rencana atau tujuan
tindakan seseorang), conscious attentional resources yang menekankan atribusi
harus melewati kognisi yang terjadi 3 tahap, yaitu kategorisasi, karakterisasi dan
koreksi, dan Covariation Model yang diusung oleh Kelley yang mencoba
menjelaskan tindakan seseorang dengan mengajukan pertanyaan sekitar
konsensus, konsitensi dan perbedaan/kekhususan (distinctiveness) serta
kemampuan untuk mengontrol (controllability) serta teori karna faktor lain dari
Baron & Byrne.
19 | P a g e
Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Dapat dilihat kesalahan
atribusi dapat bersumber dari beberapa hal, seperti:
• Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental atribution error)
• Efek pelaku pengamat (the actor-observer effect)
• Pengutamaan diri sendiri (self-serving bias)
20 | P a g e
Daftar Pustaka:
Dr. Agus Abdul Rahman, M.Psi. 2013. Psikologi Sosial (Integrasi Pengetahuan
Wahyu
dan Pengetahuan Empirik). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Carol Wade & Carol Tavris. Psikologi (Edisi kesembilan jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Jenny Mercer & Debbie Clayton. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan teori-teori psikologi
Sosial). Jakarta: Balai Pustaka.
http://www.wikipedia.org
21 | P a g e

More Related Content

What's hot

Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Agung Andi Nurul Patta
 
psikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosialpsikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosial
Munna Hab
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisa
psepti22
 
Presentasi kesadaran
Presentasi kesadaranPresentasi kesadaran
Presentasi kesadaran
elmakrufi
 

What's hot (20)

Teori Psikologi Kepribadian Menurut Gordon Allport - www.universitaspsikologi...
Teori Psikologi Kepribadian Menurut Gordon Allport - www.universitaspsikologi...Teori Psikologi Kepribadian Menurut Gordon Allport - www.universitaspsikologi...
Teori Psikologi Kepribadian Menurut Gordon Allport - www.universitaspsikologi...
 
Persepsi Sosial
Persepsi SosialPersepsi Sosial
Persepsi Sosial
 
Kognisi sosial dalam psikologi sosial
Kognisi sosial dalam psikologi sosialKognisi sosial dalam psikologi sosial
Kognisi sosial dalam psikologi sosial
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
 
Self Efficacy (Efikasi Diri)
Self Efficacy (Efikasi Diri)Self Efficacy (Efikasi Diri)
Self Efficacy (Efikasi Diri)
 
Teori kepribadian albert bandura new 1
Teori kepribadian albert bandura new 1Teori kepribadian albert bandura new 1
Teori kepribadian albert bandura new 1
 
psikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosialpsikologi sosial - pengaruh sosial
psikologi sosial - pengaruh sosial
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisa
 
Kognisi sosial
Kognisi sosialKognisi sosial
Kognisi sosial
 
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESIPSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
 
Kelompok psikologi sosial ( Atribusi Sosial )
Kelompok psikologi sosial ( Atribusi Sosial )Kelompok psikologi sosial ( Atribusi Sosial )
Kelompok psikologi sosial ( Atribusi Sosial )
 
Gordon Allport
Gordon AllportGordon Allport
Gordon Allport
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
 
Presentasi kesadaran
Presentasi kesadaranPresentasi kesadaran
Presentasi kesadaran
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
 
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungPertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
 
Pertemuan ke-9 Erich Fromm
Pertemuan ke-9 Erich FrommPertemuan ke-9 Erich Fromm
Pertemuan ke-9 Erich Fromm
 
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanTeori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
 

Similar to Makalah atribusi sosial

Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
tyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
tyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
tyaadhietz
 
Perspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosialPerspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosial
Dian Bunga Lestari
 
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi SosialMakalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Anis Qurli
 
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestaltPUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
mfrids
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
Gadis Octory
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
MelkiasAdu
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan Psikologi
MelkiasAdu
 
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosialMetode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Anis Qurli
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
UlanJegeg
 

Similar to Makalah atribusi sosial (20)

Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Perspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosialPerspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosial
 
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi SosialMakalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
 
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestaltPUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
1 ruang lingkup psi sosial
1 ruang lingkup psi sosial1 ruang lingkup psi sosial
1 ruang lingkup psi sosial
 
Makalah psikologi sosial hubungan antar pribadi
Makalah psikologi sosial hubungan antar pribadiMakalah psikologi sosial hubungan antar pribadi
Makalah psikologi sosial hubungan antar pribadi
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan Psikologi
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
 
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpointPsikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
 
KELOMPOK 1.ppt
KELOMPOK 1.pptKELOMPOK 1.ppt
KELOMPOK 1.ppt
 
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosialMetode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
 
Atribusi sosial univ mercu buana
Atribusi sosial   univ mercu buanaAtribusi sosial   univ mercu buana
Atribusi sosial univ mercu buana
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
 

Makalah atribusi sosial

  • 1. PSIKOLOGI SOSIAL 1 ATRIBUSI SOSIAL Disusun oleh: Isti Yuliawati (46112120023) Dessy Indrisari (46112120074) Dosen Pengampu: Laila M. I. W, PhD Fakultas Psikologi MENTEN G
  • 2. Jakarta 2014 DAFTAR ISI Lembar Judul Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………1 Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………………..2 BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………………………….3 B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….....4 C. Tujuan dari Penulisan …………………………………………………………4 BAB II : PEMBAHASAN 1. Psikologi Sosial dan pendapat para ahli psikologi ……………..…...5 2. Persepsi Sosial …………………………………………………………………..…6 3. Sejarah Atribusi Sosial dan pendapat para ahli psikologi …..…6-7 4. Atribusi Sosial..……………………………….…………………….……………..7-9 5. Sifat-sifat dalam atribusi sosial ……………………………….…….…...9-10 6. Teori-teori tentang atribusi ………………………………………….….10-12 7. Kesalahan dalam atribusi sosial ………………………………….……13-15 BAB III : PENUTUP - Kesimpulan ……………………………………………………………………...16-17 2 | P a g e
  • 3. - Daftar Pustaka ……………………………………………………………………..18 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ATRIBUSI SOSIAL “dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, yang tepat pada waktunya, meskipun dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam, dan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “PSIKOLOGI SOSIAL “, dalam hal ini kami menyadari, bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak lain berkat bantuan, dan dorongan dari orang-orang terdekat khususnya keluarga, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth: IBU. LAILA M.I.W, PhD, selaku Dosen Pengampu mata kuliah PSIKOLOGI SOSIAL, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami serta kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang turut membantu kelancaran dalam peyusunan makalah ini. Harapan dari kami, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan membantu menambah wawasan cakrawala ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan khusunya kami secara pribadi sebagai penulis, serta mengharapkan masukan-masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan 3 | P a g e
  • 4. makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepan dapat lebih baik. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Psikologi Sosial merupakan bagian dari ilmu psikologi yaitu suatu studi yang mengkaji tentang hubungan individu/manusia dan kelompok dalam berprilaku dan secara kejiwaan. Dalam psikologi sosial ini, mahasiswa diharapkan mampu mempelajari dan mengerti serta memahami tentang hal – hal yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala sosial baik dalam dirinya maupun kelompok yang berada dilingkungan sekitarnya. Dalam hal ini psikologi sosial mengajak kepada kita, untuk mempelajari guna mengetahui bagaimana kita berperilaku dan bersikap dalam berinteraksi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari serta menjalin hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan dilingkungan sosialnya, agar dapat diterangkan, mengapa seseorang berperilaku tertentu dalam situasi 4 | P a g e
  • 5. tertentu, sehingga dengan begitu kita dapat mengetahui sifat, karakter, dan sikap mereka. Oleh sebab itu, dengan mempelajari psikologi sosial, maka setiap individu/manusia, akan memahami dasar-dasar tentang gejala-gajala kejiwaan dan perilaku individu dalam situasi sosial sehingga mempermudah dalam mendekati masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dan pengarahan kepada suatu tujuan yang sebaik-baiknya. Dengan bantuan psikologi sosial, individu/manusia dapat memecahkan suatu problema sosial secara tepat dan sistematis. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan psikologi sosial 2. Apa yang dimaksud dengan persepsi sosial 3. Sejarah tentang atribusi sosial 4. Apa yang dimaksud dengan atribusi sosial 5. Bagaimana dengan sifat-sifat dalam atribusi sosial 6. Bagaimana dengan teori-teori dalam atribusi 7. Penyebab kesalahan dalam atribusi 5 | P a g e
  • 6. C. Tujuan dari Penulisan 1. Mengetahui pengertian psikologi sosial 2. Mengetahui pengertian persepsi sosial 3. Mengetahui dan mengerti sejarah tentang atribusi sosial 4. Mengetahui pengertian atribusi sosial 5. Mengetahui sifat-sifat dalam atribusi sosial 6. Mengetahui teori-teori dalam atribusi 7. Mengetahui penyebab kesalahan dalam atribusi BAB II PEMBAHASAN 1. PSIKOLOGI SOSIAL 6 | P a g e
  • 7. Pengertian Psikologi Sosial. Psikologi Sosial merupakan cabang dari ilmu psikologi dan merupakan ilmu teoritik juga terapan. Pengertian dari Psikologi Sosial adalah: ilmu yang mempelajari tentang prilaku manusia yang berhubungan dengan jiwa serta bagaimana individu/manusia berinteraksi dengan kelompoknya. Dalam hal ini pengertian dari psikologi sosial masih belum menemukan rumusanya yang tunggal yang disepakati oleh semua pihak. Besar kemungkinan bahwa rumusan tunggal itu tidak akan pernah tercapai karena ruang lingkup psikologi sosial itu sendiri sangat luas dan berkembang terus dari masa ke masa. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dari upaya mempelajari psikologi sosial, yang pertama kali diketahui adalah berbagai definisi yang ada dalam literatur. Beberapa pendapat para ahli psikologi menjelaskan tentang psikologi sosial, antara lain:  MYERS (2002), menurutnya bahwa Psikologi sosial adalah : “ Merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari secara menyeluruh tentang hakikat dan seba-sebab perilaku individu dalam lingkungan sosialnya “.  GORDON ALPORT, menurutnya bahwa Psikologi sosial adalah : “ Merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang, dipengaruhi kehadiran orang lain baik nyata atau tidak nyata.” Selain mempelajari tentang perilaku individu/manusia, psikologi sosial juga mempelajari, bagaimana aktivitas-aktivitas individu/manusia yang berhubungan dengan situasi sosial serta hubungan – hubungan sosialnya dimasyarakat seperti: persepsi, atribusi, sikap, kerjasama, konflik dan motivasi. 2. PERSEPSI SOSIAL Persepsi dalam pengertian psikologi adalah: Proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah peninderaan 7 | P a g e
  • 8. (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya), sebaliknya alat untuk memahaminya adalah: kesadaran atau kognisi. Dalam hal ini penginderaan merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu, dan didalam persepsi ada dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan perasaan orang lain. Hal ini bersumber pada kecenderungan individu/manusia, untuk selalu berupaya guna mengetahui apa yang ada di balik gejala yang ditangkapnya oleh indera, dan dalam persepsi sosial penjelasan yang ada dibalik perilaku itu dinamakan ATRIBUSI. Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Dalam hal ini persepsi sosial kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang- kadang juga berbeda. Menurut Kenny (1994) bahwa ada perbedaan antara persepsi tentang orang (person perception) dan persepsi dalam hubungan antar pribadi (interpersonal perception). 3. Sejarah Atribusi Sosial dan Pendapat Para Ahli Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh FRIZT HEIDER (tokoh psikologi atribusi sosial 1958). Menurut Heider setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potangan informasi sampai mereka tiba pada sejumlah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab tentang orang lain bertingkah laku tertentu. Cikal bakal tulisan teori atribusi berkembang dari tulisan Frizt Heider (1958) dalam bukunya yang berjudul : “Psychology of interpersonal relation”. 8 | P a g e
  • 9. Dimana dalam tulisan tersebut, Heider menggambarkan apa yang disebutnya: “naïve theory of action” yaitu kerangka kerja konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan, menjelaskan dan meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam kerangka kerja ini konsep intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran penting. 4. ATRIBUSI SOSIAL Definisi Atribusi Sosial Atribusi sosial merupakan bagian dari psikologi sosial, yang mengkaji tentang bagaimana upaya kita untuk dapat mengerti dan memahami arti perilaku orang lain, khususnya bagaimana kita mencari sebab dan mengerti dalam mengidentifikasi perilaku orang lain, baik itu berupa sifat, karakter, sikap dll (sesuatu yang melekat dalam diri individu). Perilaku-perilaku individu dapat disebabkan oleh daya personalnya maupun orang lain, seperti kemampuan atau usaha oleh lingkungannya. Jika suatu tindakan diatribusikan oleh daya personalnya, maka akibatnya akan berbeda dengan tindakan yang diatribusi dengan lingkungannya. Beberapa pendapat para ahli psikologi tentang atribusi, antara lain:  Baron & Byrne (1997) menurutnya bahwa: “Proses yang kita lakukan untuk mencari penyebab dari perilaku orang lain, sehingga mendapatkan pengetahuan mengenai karakteristik stabil dari orang tersebut”.  Bernard Weiner (1980, 1992) 9 | P a g e
  • 10. “Atribution theory probably the most influential contemporary theory with implications for academic motivation”.  Myers (1996), menurutnya bahwa: “Kecenderungan member atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan pada manusia) termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain”.  Frizt Heider (tokoh psikologi atribusi 1958), menurutnya bahwa: “Dasar untuk penjelasan itu adalah akal sehat (common sense)”. Dengan menggunakan commonsense, kita membuat kesimpulan- kesimpulan seperti:  Waktu antara 2 peristiwa berpengaruh pada apakah suatu hubungan sebab-akibat dapat disimpulkan atau tidak.  Urutan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya juga berpengaruh pada penentu peristiwa mana yang diduga sebagai penyebab dan peristiwa mana yang diduga sebagai akibat.  Kesamaan antara dua peristiwa berpengaruh pada apakah suatu hubungan seba-akibat dapat diketahuiatau tidak.  Suatu peristiwa seringkali dianggap sebagai akibat dari penyebab tunggal. Menurut Heider, secara akal sehat ada 2 golongan yang menjelaskan suatu perilaku, yaitu: perilaku yang berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari luar lingkungan atau diri orang yang bersangkuatan (atribusi eksternal). 10 | P a g e
  • 11. Sebetulnya ke dua atribusi tersebut dapat terjadi sekaligus (internal dan eksternal) akan tetapi orang cenderung untuk memilih salah satu saja. Dalam hal ini Heiderpun tertarik untuk menjelaskan persepsi terhadap tingkat pertanggung jawaban dari suatu perilaku. Terdapat tingkat pertanggung jawaban dari suatu perilaku : association responsibility yaitu pertanggung jawaban yang dibebankan pada orang yang tidak melakukan; causal responsibility without foreseeability, causal responsibility with foreseeability, intensional responsibility, justifiable responsibility. 5. SIFAT-SIFAT ATRIBUSI SOSIAL Menurut Heider (dalam trope & gount, 2003), bahwa atribusi sosial ini bersifat abstrak, ambigu dan normative. Abstrak berarti atribusi merupakan abstraksi mental yang berusaha mengubah sesuatu yang sifatnya konkret-konstektual menjadi sesuatu yang sifatnya abstrak dan umum. Ambigu berarti atribusi merupakan proses pereduksian informasi yang sifatnya tidak pasti. Perilaku yang sifatnya kompleks direduksi sedemikian rupa menjadi representasi yang bersifat abstrak, tentu hal itu dilakukan setelah menghilangkan beberapa bagian dari konteks perilaku yang dianggap penting. Normatif berarti atribusi melibatkan proses penilaian yang kemudian akan dipakai didalam memahami, memprediksi, dan mengendalikan lingkungan (lihat trope & gount, 2003). Kita melakukan atribusi karena ingin mengetahui factor penyebab dari suatu perilaku, kita boleh jadi mengatribusikan perilaku orang lain karena factor internal (internal atau dispositional attribution) atau eksternal ( external atau situational attribution). Faktor penyebab internal adalah faKtor-faktor yang 11 | P a g e
  • 12. melekat pada diri kita seperti pengetahuan, emosi, ketrampilan, kepribadian, motivasi, kemampuan motorik, ataupun usaha. Sedangkan faktor penyebab eksternal adalah factor-faktor yang ada diluar diri kita seperti kondisi, cuaca, orang lain, alam dll. Proses atribusi telah menarik para pakar psikologi sosial dan telah menjadi objek penelitian yang cukup intensive dalam beberapa decade terakhir. Jadi dengan atribusi sosial kita tidak hanya mengerti dan memahami perilaku orang lain, namun kita dapat mengerti sekaligus memahami perilaku diri sendiri tanpa harus mempersepsikan diluar kognisi kita, karena dari apa yang orang lain perbuat maka kitapun mungkin pernah mengalaminya atau melakukan atribusi. 6. TEORI-TEORI ATRIBUSI (Attribution theory) Masih tentang atribusi, dalam teori ini, menjelaskan tentang bagaimana seseorang berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari dan berada dalam situasi sosial. Dalam penelitiannya, Malloy & Albright (1990): menemukan bahwa diantara orang-orang yang sudah saling mengenal ada dua hal yang berpengaruh pada persepsi dan atribusi sosial yaitu orang yang dipersepsikan (target) dan orang melakukan persepsi itu sendiri atau pengamat (perceiver). Temuan ini mendukung dua teori tentang proses pembentukan atribusi, teori itu adalah sebagai berikut: • Teori Penyimpulan Terkait (Correspondence Inference) Menurut teori yang berfokus pada target ini, perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Jadi, kalau kita mengamati perilaku orang lain dengan cermat, kita dapat mengambil berbagai kesimpulan. Namun dalam hal ini juga kita harus lebih cermat dalam mengamati perilaku orang lain. Jones & Davis (1965) dan jones & Mc.Gills (1976), mengemukakan bahwa hal-hal khusus yang perlu diamati untuk lebih menjelaskan atribusi adalah sebagai berikut: 12 | P a g e
  • 13.  Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri atau orang itu bebas memilih kelakuannya sendiri perlu lebih diperhatikan daripada perilaku karena peraturan atau ketentuan atau tatacara atau perintah orang lain.  Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih mencerminkan atribusi pelaku daripada yang hasilnya berlaku umum.  Perilaku yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi daripada perilaku umum. Karena adanya prinsip untuk lebih mengamati hal-hal yang khusus dalam hubungan dengan orang lain ini, orang-orang yang sudah berhubungan lama lebih dapat saling mendalkan dalm hubungan antar pribadi mereka. • Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional resources) Teori ini menekankan proses yang terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamat) Gilbert dkk (1988), mengemukakan bahwa atribusi harus melewati kognisi dan dalam kognisi terjadi 3 tahap, yaitu : a) Kategorisasi Dalam tahap ini pengamat menggolongkan dulu perilaku orang yang diamati (pelaku) dalam jenis atau golongan tertentu sesuai dengan bagan skema yang sudah terekam terlebih dahulu dalm kognisi pengamat (dinamakan skema kognisi). b) Karakterisasi Pengamat member atribusi kepada pelaku berdasarkan kategorisasi tersebut. c) Koreksi Tahap yang terakhir adalah mengubah atau memperbaiki kesimpulan yang ada pada pengamat tentang pelaku. 13 | P a g e
  • 14. Dalam kehidupan sehari-hari, siklus kategorisasi, karakterisasi, koreksi ini terjadi dalam setiap hubungan antar pribadi, yaitu hubungan rekan kerja, teman sekolah, sahabat, pacaran, perkawinan, rekan bisnis dsb. Dalam hal ini Jaspers & Hewtone, 1990) menjelaskan bahwa : “Hubungan itu dapat bersifat positif (saling menyukai, mencintai, percaya) atau negative (saling benci, curiga, iri) atau dapat berlanjut atau putus berdasarkan karakterisasi yang diberikan pada saat tertentu.” • Teori atribusi internal dan eksternal dari Kelley (1972; Kelley & Michela, 1980) Teori ini, tetap mendasarkan diri pada akal sehat saja, mengatakan bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk menetapkan apakah suatu perilaku beratribusi internal atau eksternal. i. Konsensus Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama, makin banyak yang melakukannya, makin tinggi konsesnsus dan makin sedikit yang melakukannya, makin rendah. ii. Konsistensi Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama dimasa lalu dalam situasi yang sama, kalau “ya”, konsistensinya tinggi, kalau “tidak” konsistensinya rendah. iii. Distingsi atau Kekhususan 14 | P a g e
  • 15. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama dimasa lalu dalam situasi yang berbeda, kalau “ya” maka distingsinya tinggi, kalau “ya”, distingsinya rendah. Dengan demikian, atribusi yang dibuat oleh pengamat, sekali lagi, sangat tergantung pada keadaan kognisi si pengamat itu, bukan semata-mata tergantung pada perilaku pelaku. • Atribusi karena faktor lain (Baron & Byrne, 1994) Dalam teori ini menjelaskan, bagaimana seorang individu berperilaku yang kurang menyenangkan/menyenangkan, sehingga menimbulkan emosi (suka, marah dll) dan kecemasan/kesenangan pada orang yang menyaksikannya (pengamat), serta adanya atribusi internal dan eksternal karena adanya stimulus yang tertangkap oleh panca indera kita. 7. Kesalahan Atribusi Ketidakmampuan membedakan memori yang sebenarnya dari suatu peristiwa dengan informasi yang kita pelajari dari peristiwa tertentu yang sebetulnya kita dapatkan dari sumber lain. Kesalahan itu menurut Baron & Byrne (dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1999: 109-112) dapat bersumber dari beberapa hal, yakni: 1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental attribution error) Ketika seseorang mencoba membuat penjelasan mengenai perilaku orang lain, ia akan menunjukkan adanya bias yang umum terjadi, yaitu ia akan cenderung melebih-lebihkan pengaruh sifat kepribadian dan meremehkan kekuatan faktor situasi (Forgas, 1998; Nisbett & Ross, 1980). Dalam pengertian teori atribusimereka cenderung mengabaikan atribusi situasi dan lebih mementingkan atribusi disposisional. Apakah seratus orang yang mengikuti perintah ekperimenter dalam penelitian Milgram memiliki sifat dasar untuk menjadi orang yang sadis? Apakah para sipir penjara dalam penelitian penjara dan tahanan, 15 | P a g e
  • 16. memang kejam? Sedangkan para pelajar yang berperan sebagai tahanan menjadi penakut karena memang temperamen mereka seorang penakut? Mereka yang berpikir seperti itu berarti menunjukkan bahwa mereka sedang melakukan kesalahan atribusi mendasar. Dorongan untuk menjelaskan tindakan orang lain dari kepribadian yang begitru kuat, bahkan ketika kita tahu orang tersebut dipaksa untuk melakukan tindakan tersebut (Yzerbyt, dkk:2001). Orang-orang cenderung mengabaikan atribusi situasional, terutama bila suasana hati mereka sedang baik dan tidak akan berpikir lebih jauh dan kritis mengenai motif-motif orang-orang tersebut, atau ketika mereka sibuk dan teralihkan pikirannya sehingga tidak punya waktu untuk sejenak berhenti dan mempertanyakan kepada diri mereka sendiri, “Mengapa suasana hati Aurelia tidak baik hari ini?”. Sebaliknya seringkali orang langsung berupaya menjelaskan kejadian tersebut dengan penjelasan yang paling mudah yaitu menganggapnya sebagai sifat bawaan: Karena dia memang orang yang menyebalkan (Forgas, 1998). Mereka cenderung tidak berupaya untuk mengetahui apakah Aurelia baru saja bergabung dengan kelompok orang yang medukung perilaku yang demikian kejam, atau apakah dia berada dalam kondisi luar biasa tertekanyang membuatnya menjadi begitu mudah marah dan kejam pada saat itu. (dapat menyebabkan terjadinya) 16 | P a g e “Mengapa Aurelia begitu mudah marah dan menyebalkan belakangan ini?” Kesalahan Atribusi Mendasar
  • 17. 2. Efek pelaku-pengamat (the actor-observer effect) Proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam hubungan antar pribadi, melainkan juga terjadi dalam hubungan antar kelompok, karena pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat individu dapat digeneralisasikan ke tingkat antar kelompok. Kesalahan ini adalah kecenderungan mengatribusi perilaku kita yang disebabkan oleh faktor eksternal, sedangkan perilaku orang lain disebabkan oleh faktor internal. Misalnya, jika ada orang lain yang terjatuh, kita akan katakan bahwa dia tidak hati-hati. Akan tetapi, jika kita sendiri yang terpeleset dan terjatuh kita akan katakan bahwa lantainya yang licin. Contohnya lagi hubungan antara seorang guru dengan siswa. Ketika suatu saat guru memberi nilai jelek pada hasil karangan murid, kedua orang ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai kegagalan. Bagi murid kegagalan tersebut disebabkan oleh kesibukannya, gangguan dari teman, ruang yang panas, atau yang lain. Sedangkan guru cenderung menimpakan keadaan ini kepada kondisi murid itu sendiri, misalnya kurang membaca bahan, kurang teliti, kurang ada kemauan dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kita memang cenderung lebih sadar pada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku kita daripada yang mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena itu kita cenderung menilai perilaku-perilaku kita disebabkan oleh faktor ekternal daripada internal. 3. Pengutamaan diri sendiri (the self-serving bias) Kecenderungan dalam menjelaskan perilaku diri mereka sendiri; mengakui kesuksesan pribadi sebagai usahanya sendiri, dan merasionalisasikan kesalahan dirinya pada faktor lingkungan. Atau kata lain, setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Bila orang mengalami keberuntungan, maka orang akan mengatakan itu disebabkan faktor internal, sedangkan kegagalan dirinya disebabkan faktor eksternal. 17 | P a g e Mengabaikan pengaruh situasi pada perilaku dan menekankan pada faktor sifat kepribadian semata
  • 18. Misalnya seorang anak, Adi berhasil mendapatkan nilai yang bagus, Adi akan menunjukkan bahwa si Bima berhasil karena Bima rajin belajar, intelegensinya tinggi, dan sebagainya. Sebaliknya jika Adi yang mendapatkan nilai yang buruk, Adi akan menunjukkan bahwa nilainya jelek diakibatkan soalnya terlalu sulit, dosennya pelit dan sebagainya. Bab III PENUTUP KESIMPULAN Psikologi Sosial adalah bagian dari ilmu psikologi yang mengkaji tentang hubungan individu dan kelompok dalam berprilaku dan secara kejiwaan. Selain itu, 18 | P a g e
  • 19. psikologi sosial juga mempelajari, bagaimana aktivitas-aktivitas individu yang berhubungan dengan situasi sosial serta hubungan – hubungan sosialnya dimasyarakat seperti: persepsi, atribusi, sikap, kerjasama, konflik dan motivasi. Persepsi dan atribusi sifatnya tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu sendiri. Dalam hal ini persepsi sosial kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-kadang juga berbeda. Proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam hubungan antar pribadi, melainkan juga terjadi dalam hubungan antar kelompok, karena pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat individu dapat digeneralisasikan ketingkat antar kelompok. Adapun menurut terminologi Atribusi adalah proses untuk memahami mengenali perilaku individu dengan cara menarik kesimpulan tentang apa yang mendasari atau melatar-belakangi perilaku tersebut. Dengan kata lain teori ini mencoba menjelaskan proses kognitif yang dilakukan seseorang untuk menjelaskan sebab-sebab dari suatu tindakan. Atribusi merupakan tindakan penafsiran; apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi) dihubungkan kembali pada sumber asalnya. Atribusi dapat dibedakan menjadi: 1) Atribusi internal (disposisional); dan 2) Atribusi eksternal atau lingkungan (situasional). Menurut Heider, sifat-sifat atribusi sosial adalah: abstrak, ambigu dan normatif. Dan beberapa teori yang berkaitan erat dengan teori atribusi ini, yakni teori yang berkembang pada bidang psikologi. Pertama teori Correspondent Inference yang menekankan pada pengkajian intentionality (rencana atau tujuan tindakan seseorang), conscious attentional resources yang menekankan atribusi harus melewati kognisi yang terjadi 3 tahap, yaitu kategorisasi, karakterisasi dan koreksi, dan Covariation Model yang diusung oleh Kelley yang mencoba menjelaskan tindakan seseorang dengan mengajukan pertanyaan sekitar konsensus, konsitensi dan perbedaan/kekhususan (distinctiveness) serta kemampuan untuk mengontrol (controllability) serta teori karna faktor lain dari Baron & Byrne. 19 | P a g e
  • 20. Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Dapat dilihat kesalahan atribusi dapat bersumber dari beberapa hal, seperti: • Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental atribution error) • Efek pelaku pengamat (the actor-observer effect) • Pengutamaan diri sendiri (self-serving bias) 20 | P a g e
  • 21. Daftar Pustaka: Dr. Agus Abdul Rahman, M.Psi. 2013. Psikologi Sosial (Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Carol Wade & Carol Tavris. Psikologi (Edisi kesembilan jilid 1). Jakarta: Erlangga. Jenny Mercer & Debbie Clayton. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Sarlito Wirawan Sarwono. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan teori-teori psikologi Sosial). Jakarta: Balai Pustaka. http://www.wikipedia.org 21 | P a g e