SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
NAMA : NURHIDAYAH 
NIM : 061011381419055 
PENDIDIKAN KIMIA PALEMBANG 
UTS TAKEHOME PENGANTAR PENDIDIKAN 
SEMESTER 1 (GANJIL) 
1. Dunia pendidikan mempelajari hakikat perkembangan manusia, 
jelaskan mengapa ? 
Hakikat Manusia 
Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari 
berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling 
mulia dan memiliki berbagai kelebihan. 
Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain memiliki 
insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki 
beberapa kemampuan antara nafsu, berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, 
menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan 
kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan 
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain 
memiliki insting manusia juga mampu berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan 
menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih 
dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious. 
Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan 
tentang hakikat manusia sebagai berikut: 
1 Pandangan psikoanalitik 
a) Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia 
[ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat 
instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang 
sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk 
memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya. 
b) Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari 
tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan 
berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia. 
2 Pandangan Humanistik 
a) Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa 
manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control 
terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu
memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu 
rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri. 
b) Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh 
dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab 
social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu. 
3 Pandangan Martin Buber 
Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa 
manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia 
merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada 
kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan 
yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang 
akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi 
pusat ketakterdugaan dunia. 
4 Pandangan Behaviouristik 
Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya 
adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari 
luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian 
kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu 
dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori 
pembiasaan (conditing) dan peniruan. 
Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa 
pengertian bahwa: 
1) Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan hidupnya 
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 
2) Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas 
tingkah laku social dan rasional individu. 
3) Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan 
mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri. 
4) Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai. 
5) Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan 
dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati. 
6) Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan 
ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.
7) Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. 
8) Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini 
merupakan wujud kepribadian manusia. 
Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya 
Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial yang 
ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia sebagai 
mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia tersebut 
diatas dapat dijabarkan sebagai berikut: 
1) Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being) 
Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu 
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai 
pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita, 
kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda. 
Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial 
dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan diatas 
secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui 
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, 
benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya 
sesuatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak 
memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama 
pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau 
menemukan kepribadiannya sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang 
cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas 
sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas 
(misalnya yang bersifat otoriter ) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis 
2) Manusia sebagai mahluk social / dimensi social 
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling 
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan 
dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada 
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin 
bertemu dengan sesamanya. 
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam 
interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, 
mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta 
menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, 
dalam saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati 
kemanusiaanya.
3) Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan 
Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi 
didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika 
didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean 
itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah 
yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) 
dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. 
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya 
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta 
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila. 
Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia 
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi 
hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik 
tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya 
disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu: 
5 Pengembangan yang utuh 
Tingkst krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, 
yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang 
disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. 
Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu: 
a) Dari wujud dimensinya 
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian, 
sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik. 
Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat 
pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, 
kesosialan,kesusilaan dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut 
mendapatkan layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. 
Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya 
mendapat pelayanan yang berimbang. 
b) Dari arah pengembangan 
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada pengembangan 
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara terpadu. Dapat 
disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh diartikan sebagai 
pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal (yang 
menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian 
martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh. 
6 Pengembangan yang tidak utuh 
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam 
proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk 
ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi 
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oelh pengembangan dimensi 
keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. 
Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya. 
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan 
tidak mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis. 
Sosok Manusia Indonesia 
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai arah 
pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di 
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh 
masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar 
kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan 
batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung 
jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara 
kedua sekaligus batiniah. 
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan 
hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai 
keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara 
manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa 
dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat. 
2. Jelaskan landasan dan asas pendidikan di Indonesia ? 
Landasan Pendidikan di Indonesia 
Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik 
agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua 
tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan 
berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang 
diakui. Dalam pernyataan di atas tersurat dan tersirat bahwa pendidikan berfungsi untuk 
memanusiakan manusia, bersifat normatif, dank arena itu mesti daapt
dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh 
dilaksanakan secara sembarang, sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan 
terencana. Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas 
dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara 
pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen berpikir 
dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek 
pendidikan. Sebelum melaksanakan prakterk pendidikan, diantaranya mengenai landasan-landasannya. 
Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. 
Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, 
memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek 
pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul 
akan dapat dipertanggungjawabkan. 
3.1.1. Landasan Filosofi Pendidikan 
Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan 
dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik 
dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin 
meningkatnya peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui 
interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung 
melalui interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi 
menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan. 
Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga 
penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam 
memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk 
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan 
tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya 
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami 
perkembangan yang pesat. Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan 
terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir 
pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia. Pendidikan sebagai ilmu bersifat 
multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis) 
maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat 
penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus 
dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai 
bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan 
pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi 
sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan 
semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan 
untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal 
ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang 
mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Menurut Wen (2003), di 
zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga 
berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah 
lewat kerja fisik, zaman industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas
dan talenta individual, dan zaman 
internet adalah zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual 
yang seringkali tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas 
pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi pendidikan 
beraspek multi. Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan 
tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian 
yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan 
menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, 
epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis 
bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan 
terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan 
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. 
Landasan Sosiologis 
Pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh 
masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan 
meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebt, maka lahirlah cabang 
sosiologi pendidikan. Masyarakat indonesia adalah sebagai landasan sosiologis dalam 
pendidikan. Masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi antar sesama, adanya 
saling tergantung dan terikat oleh norma dan nilai yang dipatuhi bersama, menempati 
suatu wilayah dan saling bersosialisasi. Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup 
memiliki ciri utama, yaitu: 1. Ada interaksi antar bangsa 2. Pola tingkah laku warganya 
diatur oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang khas. 3. Ada rasa 
identitas kuat yang mengikat pada warganya. Masyarakat indonesia adalah masyarakat 
majemuk, dan telah banyak mengalami perubahan, komunitasnya memiliki karakteristik 
unik baik secara horizontal maupun vertikal. Melalui berbagai jalur pendidikan termasuk 
jalur pendidikan sekolah atau formal, diupayakan untuk menumbuhkan persatuan dan 
kesatuan bangsa seperti pendidikan moral pancasila atau PPKN dan sebagainya. 
3.1.3. Landasan Kultural 
Pendidikan tidak mungkin terpisah dari manusia, ia selalu terkait dengan manusia, dan 
setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya tertentu. Kebudayaan 
sebagai gagsan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu selalu terkait dengan 
pendidikan utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud: 
 
Ideal, seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya 
 
Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
 
Fisik, yakni benda hasil karya (Koentjraningrat, 1975) Kebudayaan dapat dibentuk, 
dilestarikan dan dikembangkan melalui pendidikan baik kebudayaan yang berwujud ideal 
atau kelakuan maupun teknologi (hasil karya). Pada dasarnya ada tiga yang sifatnya 
umum yang dapat diidentifikasikan dalam menurunkan kebudayaan kepada generasi 
mendatang, yaitu melalui pendidikan informal (biasanya terjadi di dalam keluarga), non 
formal (dalam masyarakat secara trprogram dan berkelanjutan serta berlengsung dalam 
kehidupan masyarakat), dan formal (melibatkan lembaga khusus sekolah) yang dirancang 
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Transmisi kebudayaan oleh masyarakat tidak akan 
memperoleh kemajuan, sehingga perlu dirancang usaha yang sistematis dalam 
mengembangkan kebudayaan, dalam hal ini yang paling efektif ialah lembaga sekolah. 
Kebudayaan nasional sebagai landasan pendidikan nasional adalah bahwa masyarakat 
indonesia sebagai pendudkung kebudayaan masyarakat mejemuk, maka kebudayaan 
indonesia lebih tepat disebut dengan kebudayaan nusantara yang beragam. Keragaman 
sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata krama 
pergaulan, kesenian, bahasa, dan sastra daerah di suatu daerah tertentu sejak sebelum dan 
sesudah kemerdekaan. 
Landasan Psikologis 
Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang pribadi manusia pada umumnya. 
Serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Setiap individu memiliki bakat, 
kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan irama perkembangan yang 
berbeda antara seorang dengan yang lainnya. Individu yang satu dengan yang lainnya, 
perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu 
itu sendiri, baik yang berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman 
dan tingkat perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan. 
Manusia dilahirkan dengan memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang harusa 
dikembangkan, kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kemampuan mereka 
menerimanya. Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan, yaitu: 1. 
Kebutuhan psikologis 2. Kebutuhan rasa aman 3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan 4. 
Kebutuhan harga diri 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri 6. Kebutuhan untuk mengetahui 
dan memahami Alexander mengemukakan ada tida faktor uta yang bekerja dalam 
menentukan pola kepribadian, yaitu: 1. Bakat/hereditas individu 2. Pengalaman awal di 
keluarga 3. Peristiwa penting dalam hidupnmya diluar lingkungan keluarga. 
3.1.5. Landasan Ilmiah 
Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma 
“belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara ke 
lompok yang memiliki pola pendekatan diantaranya sebagai berikut : 
1. Isomeristik:
yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling berkaitan dan 
membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna 
2. Sistematik: 
yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut. 
3. Sistemik: 
Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif. Landasan ilmiah yang 
menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa 
paham seperti berikut ini. 1. A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan 
aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu: a. ilmu fisika b. rekayasa mekanik, optic, electro 
dan elektronik c. teknologi komunikasi & telekomunikasi d. ilmu perilaku e. ilmu 
komunikasi f. ilmu ekonomi 2. Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama 
yang menjadi fondasi teknologi pendidikan a. ilmu perilaku b. ilmu komunikasi c. ilmu 
manajemen 3. Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar 
dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang 
memberikan kontribusi adalah : a. basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, 
evaluasi dan menajemen b. related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi 
kognisi, psikologi social, media, system dan penilaian kebutuhan. 4. Barbara B. Seels & 
Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain 
meliputi: a. psikologi b. rekayasa c. komunikasi d. ilmu computer 
e. bisnis f. pendidikan Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan 
bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau 
sudut pandang. 
3.1.6. Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia 
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan 
yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang- 
Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan 
MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan 
pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan 
Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain. Kata landasan dalam hukum berarti melandasi 
atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan 
baku yang patut ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku 
sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan 
pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan antara 
lain : 1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31 2. Undang-Undang Nomor 22 
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang 
Sistem Pendidikan Nasional 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan 
Dosen 5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 6. PP Nomor 48 
tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan 7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru 8. 
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. 9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 10. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 
tentang Pelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. 
Asas Pendidikan 14 
3.2.1. Asas Tut Wuri Handayani 
Pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, 
pada medio 1922, semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas 
Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, 
semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang 
berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan 
mengingat tertibnya per 
satuan dalam peri kehidupan.” 
Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari 
pembelajaran ala Taman Siswa 
– 
dan pendidikan di Indonesia pada umumnya 
– 
adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai 
(Tata dan Tenteram, Orde on 
Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan 
Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk 
mengubah sistem pendidikan model lama 
– 
yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman 
–
dengan “Sistem Among” kh 
as ala Perguruan Taman Siswa. 
Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan 
semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung 
menjadi navigator peserta d 
idik yang “diberi kesempatan untuk berjalan 
sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipak 
sa” (Tirtarahardja, 
1994: 120). Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang 
tercantum dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri 
Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan 
Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan 
karena adanya 
pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teache 
r oriente 
d” kepada “student oriented.” 
Dalam KTSP, guru bukan lagi 
sekedar “ 
penceramah 
” melainkan pemberi 
dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum 
yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau 
motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya 
akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada 15 
semangat yang kuat dari para peserta didikuntuk mengembangkan dirinya melalui 
pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi 
dari asas pendidikan Indonesia
“Kemandirian dalam Belajar.” 
3.2.2. Asas Kemandirian dalam Belajar 
Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang 
menjadi agenda besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para 
peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan sendiri” 
tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam 
Belajar bermakna “menghindari campur tanga 
n guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila diperluka 
n” (Tirtarahardja, 1994: 123). 
Kurikulum KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan Asas 
Kemandirian dalam Belajar. Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut 
mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai 
pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator 
(Tirtarahardja, 1994: 123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam 
Belajar bukan hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler 
dan ekstra kurikuler 
– 
sedang dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan 
kegiatan terstruktur dan mandiri. 
Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) 
berpendapat bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham 
“Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan 
guru „privat ‟ (Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak 
mewujudkan kemandirian peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman 
yang membantu kepada siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah 
dengan pengalaman dan pengetahuan mereka 
sebelumnya. Sebagai seorang guru „privat,‟ seorang guru biasany 
a akan memantau siswa dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar mereka untuk 
membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009). Lebih lanjut 
Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik,
maka para peserta didikakan mampu membuat pilihan-pilihan 
positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauandalam 
kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau 
Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia 
untuk tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.” 
3.2.3. Asas Belajar sepanjang Hayat 
Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang 
belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan 
dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan 
PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Menurut Cropley (1970: 2-3, Sulo 
Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121), belajar sepanjang hayat 
merupakan pendidikan yang harus : 
meliputi seluruh hidup setiap individu 
mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara 
sistematis 
tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu ; 
mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi. Jika 
diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat 
mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui 
pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks 
pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit 
banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat 
Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP 
yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang 
Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program 
pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga 
program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan 
keluargatentunya.
3. Jelaskan komponen pendidikan ? 
PENGERTIAN KOMPONEN PENDIDIKAN 
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam 
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen 
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan 
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan 
bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan 
komponen-komponen tersebut. 
KOMPONEN PENDIDIKAN 
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau 
terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni: 
1) Tujuan Pendidikan 
2) Peserta Didik 
3) Pendidik 
4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik 
5) Isi Pendidikan 
6) Lingkungan pendidikan 
1) TujuanPendidikan 
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada
tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai 
pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari 
oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu 
pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma 
dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan 
oleh manusia. 
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik 
maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku 
perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh 
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah,1981). 
Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai 
tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir 
pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. 
Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah 
laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia. 
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, 
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi 
yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan 
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. 
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan 
umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan 
perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas 
dan sempit tujuan yang ingin dicapai. 
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan 
yang terjabar mulai dari : 
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 
4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau 
kuliah), dan 
5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional 
umum dan tujuan instruksional khusus. 
Dengandemikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai 
guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional 
yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan 
UUD 1945. 
2) Peserta Didik 
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia 
sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau 
dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia 
sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga 
didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas 
maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di 
atas. 
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau 
sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut: 
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak 
memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat 
kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan 
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat 
manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai
makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk 
yang harus dididik dan mendidik. 
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 
mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan 
dalam pendidikan. 
Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat 
peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan 
apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan 
bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan 
tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan 
individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan 
penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik. 
3) Pendidik 
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan 
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah beberapa 
individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam 
lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, 
dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik 
dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah 
(1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, 
yang termasuk kategori pendidik adalah: 
a) Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian 
orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah 
sebagai berikut : 
1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang 
pasti dan tetap 
2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup 
tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik 
3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau 
perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan 
sendiri. 
4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara 
konstruktif dan aktif penuh inisiatif 
5) manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 
tahun 
6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat 
7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga 
8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat. 
b) Orang tua 
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang 
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik 
utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih 
bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah 
pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan 
pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang 
tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik. 
c) Guru/pendidik 
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun tidak 
langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk 
melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai 
pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan 
pribadi maupun persyaratan jabatan. 
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan 
nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan 
emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan 
yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin 
disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat 
pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. 
d) Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan 
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan 
pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin 
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin 
dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang 
dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada 
aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, 
yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik 
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara 
komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan 
anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk 
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan 
pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan 
kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan 
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam 
peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan 
pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan 
terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan 
peringatan atau menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan 
berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan 
kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk 
mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) 
(Syaifullah, 1982). 
Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang 
dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk 
melaksanakan tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan 
hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali
dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang 
menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan 
yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu 
hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan 
alat itu (pendidik).Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, 
hukuman, ganjaran, dan perintah. 
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana 
pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam 
mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis 
(Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang 
menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh 
faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini 
menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan 
segalanya. 
Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang 
berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan 
oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri 
manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu 
banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak 
berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal. 
Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang 
mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari 
dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat 
menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. 
Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam 
proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro 
melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu 
Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada 
artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-
kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang 
harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan. 
5) Isi Pendidikan 
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. 
Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta 
didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman 
penyelengaraan kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum 
dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri 
dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan 
sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan 
jasmani. 
6) Lingkungan Pendidikan 
Lingkunganpendidikanmerupakan suatu tempat di mana suatu 
pendidikan dilaksanakan. 
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. 
Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan 
kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan 
sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, 
dan lingkungan iklim geographis. 
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR KOMPONEN PENDIDIKAN 
Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan diatas merupakan satu kesatuan yang 
saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Input
mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, 
pendidik, input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi 
keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat 
mempengaruhi proses pendidikan. Sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan secara 
optimal dapat ditempuh melalui proses berkomunikasi yang intensif. 
4. Jelaskan lingkungan yang bagaimana yang mendukung pelaksanaan 
K 13 ? 
Kegiatan Pendahuluan pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 
Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat Kurikulum 
2013 adalah: 
1. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan pendahuluan di 
dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan siswa baik psikis maupun fisik 
agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 
2. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait materi 
pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta materi-materi yang akan mereka 
pelajari dalam proses pembelajaran tersebut. 
3. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa untuk 
mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan sehingga dengan 
demikian mereka akan belajar tentang suatu materi, kemudian langsung dilanjutkan 
dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada 
pembelajaran tersebut. 
4. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline cakupan materi 
serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa untuk 
menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan. 
B. Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 
Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan yang 
ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan cara-cara 
yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar 
dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan 
kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan 
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Metode yang digunakan dalam kegiatan inti harus bersesuaian dengan karakteristik siswa 
dan mata pelajaran. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1) melakukan 
observasi; (2) bertanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasikan informasi-informasi 
yang telah diperoleh; (5) dan mengkomunikasikan hasilnya. Pada proses 
pembelajaran yang terkait dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, 
guru memfasilitasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan pengamatan 
terhadap pemodelan/demonstrasi yang diberikan guru atau ahli, siswa menirukannya, 
selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan 
kepada siswa. 
Di tiap kegiatan pembelajaran seharunya guru memperhatikan kompetensi yang terkait 
dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai 
pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan pada silabus dan RPP (Rencana 
Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang dilakukan berkaitan dengan proses 
pengumpulan data (informasi) diusahakan sedemikian rupa sehingga relevan dengan jenis 
data yang sedang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, 
museum, dan lain-lain. Sebelum menggunakan informasi atau data yang telah 
dikumpulkan dan diperoleh siswa mesti tahu dan kemudian berlatih, lalu dilanjutkan 
dengan menerapkannya pada berbagai situasi. 
Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada proses 
pembelajaran 
1. Melakukan observasi (melakukan pengamatan) 
Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan bervariasi 
kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti: 
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk 
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, 
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. 
2. Bertanya 
Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka 
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai apapun 
yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi guru untuk 
memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang 
dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari hasil pengamatan objek yang konkrit 
sampai kepada yang abstrak baik berupa fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang 
lebih abstrak. Pertanyaan dapat pula yang bersifat faktual hingga pada pertanyaan yang 
bersifat hipotetik. 
Berawal situasi siswa diajak untuk berlatih menggunakan pertanyaan dari guru 
diusahakan agar terus meningkat kualitas tahapan ini sehingga pada akhirnya siswa 
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan bertanya ini akan 
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Kegiatan bertanya dimaksudkan juga agar siswa dapat
mengembangkan rasa ingin tahunya. Pada prinsipnya, semakin terlatih siswa untuk 
bertanya maka rasa ingin tahu mereka akan semakin berkembang. 
Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari 
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang telah 
ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang ditentukan oleh 
siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. 
3. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi 
Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah 
menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan bermacam cara. 
Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak, mengamati fenomena atau 
objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan eksperimen. Berdasarkan kegiatan-kegiatan 
inilah pada akhirnya akan dikumpulkan banyak informasi. 
Informasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan berikutnya 
yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan menemukan suatu 
keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari 
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang 
ditemukan. 
4. Mengkomunikasikan hasil 
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita tentang apa-apa 
saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan 
dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai 
hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. 
C. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 
Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat 
rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan 
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik 
terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam 
bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau 
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar 
peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 
Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam 4 (empat) KI (Kompetensi Inti). 
· KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
· KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. 
· KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar 
· KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. 
KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran 
setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata pelajaran. KI-1 dan
KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi menggunakan proses pembelajaran yang bersifat 
indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.

More Related Content

What's hot

TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasYuliana Aminulloh
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanWarnet Raha
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifUniversitas Negeri Semarang
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan SingapuraPerbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan SingapuraEmirita Reta
 
Jenis dan karakteristik media
Jenis dan karakteristik mediaJenis dan karakteristik media
Jenis dan karakteristik mediaRiska Ika
 
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDPenalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDRosyidah L
 
Filsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasaFilsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasapramithasari27
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnHariyatunnisa Ahmad
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Model pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulumModel pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulumMitha Ye Es
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
Pendidikan Multikultural di Negara Lain
Pendidikan Multikultural di Negara LainPendidikan Multikultural di Negara Lain
Pendidikan Multikultural di Negara Lainadindawn
 
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusiailmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusiaAprilia putri
 
Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1
Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1
Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1rosesani1
 

What's hot (20)

TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikan
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan SingapuraPerbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
 
Jenis dan karakteristik media
Jenis dan karakteristik mediaJenis dan karakteristik media
Jenis dan karakteristik media
 
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDPenalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
 
Filsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasaFilsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasa
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Model pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulumModel pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulum
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Ktsp (Standar Isi)
Ktsp (Standar Isi)Ktsp (Standar Isi)
Ktsp (Standar Isi)
 
Pendidikan Multikultural di Negara Lain
Pendidikan Multikultural di Negara LainPendidikan Multikultural di Negara Lain
Pendidikan Multikultural di Negara Lain
 
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusiailmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
 
Pengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikanPengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikan
 
Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1
Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1
Resensi artikel jurnal. nama sinta mazarina 1-1
 

Viewers also liked

Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuPendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuisman12345
 
pengantar pendidikan
pengantar pendidikanpengantar pendidikan
pengantar pendidikanibnusofyan
 
Materi pend sbg ilmu penget
Materi  pend sbg ilmu pengetMateri  pend sbg ilmu penget
Materi pend sbg ilmu pengetMumun Mulyana
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistikmaul99
 
PENGANTAR PENDIDIKAN
PENGANTAR PENDIDIKANPENGANTAR PENDIDIKAN
PENGANTAR PENDIDIKANmellisaimell
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatAlexandrya Hening
 
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negaraMakalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negaraNovilaa Fatmasari Fatmasari
 
lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )
lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )
lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )Hary Alam Shalat Alam
 
Lingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptLingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptAisyah Turidho
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)setyawatiDK
 
Pengantar Pendidikan
Pengantar PendidikanPengantar Pendidikan
Pengantar Pendidikanretnoza triee
 
Eksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.pptEksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.pptSulaihah
 
Bab ii hakikat pendidikan
Bab ii hakikat pendidikanBab ii hakikat pendidikan
Bab ii hakikat pendidikanyoulinda
 
Presentasi landasan pendidikan
Presentasi landasan pendidikanPresentasi landasan pendidikan
Presentasi landasan pendidikanIbnu Fajar
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptbertha_tandi
 

Viewers also liked (17)

Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuPendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmu
 
pengantar pendidikan
pengantar pendidikanpengantar pendidikan
pengantar pendidikan
 
Materi pend sbg ilmu penget
Materi  pend sbg ilmu pengetMateri  pend sbg ilmu penget
Materi pend sbg ilmu penget
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
PENGANTAR PENDIDIKAN
PENGANTAR PENDIDIKANPENGANTAR PENDIDIKAN
PENGANTAR PENDIDIKAN
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
 
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negaraMakalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
 
lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )
lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )
lingkungan pendidikan( PENGANTAR PENDIDIKAN )
 
Lingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptLingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan ppt
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
 
Pengantar Pendidikan
Pengantar PendidikanPengantar Pendidikan
Pengantar Pendidikan
 
Eksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.pptEksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.ppt
 
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban ManusiaHakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
 
Bab ii hakikat pendidikan
Bab ii hakikat pendidikanBab ii hakikat pendidikan
Bab ii hakikat pendidikan
 
Presentasi landasan pendidikan
Presentasi landasan pendidikanPresentasi landasan pendidikan
Presentasi landasan pendidikan
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan ppt
 
langkah metode ilmiah
langkah metode ilmiahlangkah metode ilmiah
langkah metode ilmiah
 

Similar to OPTIMALKAN HAKIKAT MANUSIA

Hakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan PengembangannyaHakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan PengembangannyaHariyatunnisa Ahmad
 
Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas Jambi
Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas JambiHakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas Jambi
Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas JambiNabilaMaulinanm
 
hakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannyahakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannyaMerlinda Ambinari
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaPujiati Puu
 
Hakikat manusia dan pengembangannya
Hakikat manusia dan pengembangannyaHakikat manusia dan pengembangannya
Hakikat manusia dan pengembangannyaPujiati Puu
 
MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptx
MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptxMANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptx
MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptxsrianggriani2
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanIwanAr
 
P.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhaniP.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhaninilarahmadhani
 
P.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhaniP.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhaninellianjelli
 
Manusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptxManusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptxbambanggunawan39
 
Presentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptxPresentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptxDuliBurak
 
Presentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptxPresentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptxDuliBurak
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarmrlakmono
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikanSarli Arham
 

Similar to OPTIMALKAN HAKIKAT MANUSIA (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Hakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan PengembangannyaHakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan Pengembangannya
 
Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas Jambi
Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas JambiHakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas Jambi
Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan- Universitas Jambi
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
hakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannyahakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannya
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
 
Hakikat manusia dan pengembangannya
Hakikat manusia dan pengembangannyaHakikat manusia dan pengembangannya
Hakikat manusia dan pengembangannya
 
MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptx
MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptxMANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptx
MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL.pptx
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikan
 
P.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhaniP.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhani
 
P.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhaniP.p bab i created nila rahmadhani
P.p bab i created nila rahmadhani
 
Manusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptxManusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Presentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptxPresentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptx
 
Presentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptxPresentation1x (1).pptx
Presentation1x (1).pptx
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Kepribadian makhluk manusia
Kepribadian makhluk manusiaKepribadian makhluk manusia
Kepribadian makhluk manusia
 
BAB I AGAMA.pptx
BAB I AGAMA.pptxBAB I AGAMA.pptx
BAB I AGAMA.pptx
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Individu sosial
Individu sosial Individu sosial
Individu sosial
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

OPTIMALKAN HAKIKAT MANUSIA

  • 1. NAMA : NURHIDAYAH NIM : 061011381419055 PENDIDIKAN KIMIA PALEMBANG UTS TAKEHOME PENGANTAR PENDIDIKAN SEMESTER 1 (GANJIL) 1. Dunia pendidikan mempelajari hakikat perkembangan manusia, jelaskan mengapa ? Hakikat Manusia Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia dan memiliki berbagai kelebihan. Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara nafsu, berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious. Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut: 1 Pandangan psikoanalitik a) Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya. b) Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia. 2 Pandangan Humanistik a) Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu
  • 2. memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri. b) Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu. 3 Pandangan Martin Buber Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia. 4 Pandangan Behaviouristik Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditing) dan peniruan. Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa pengertian bahwa: 1) Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 2) Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku social dan rasional individu. 3) Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri. 4) Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai. 5) Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati. 6) Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.
  • 3. 7) Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. 8) Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan wujud kepribadian manusia. Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial yang ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia sebagai mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being) Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita, kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda. Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan diatas secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter ) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis 2) Manusia sebagai mahluk social / dimensi social Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
  • 4. 3) Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila. Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu: 5 Pengembangan yang utuh Tingkst krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu: a) Dari wujud dimensinya Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian, sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,kesusilaan dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. b) Dari arah pengembangan Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
  • 5. berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh. 6 Pengembangan yang tidak utuh Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oelh pengembangan dimensi keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis. Sosok Manusia Indonesia Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus batiniah. Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat. 2. Jelaskan landasan dan asas pendidikan di Indonesia ? Landasan Pendidikan di Indonesia Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan di atas tersurat dan tersirat bahwa pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normatif, dank arena itu mesti daapt
  • 6. dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan terencana. Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan prakterk pendidikan, diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat dipertanggungjawabkan. 3.1.1. Landasan Filosofi Pendidikan Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan. Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat. Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia. Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Menurut Wen (2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas
  • 7. dan talenta individual, dan zaman internet adalah zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi pendidikan beraspek multi. Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Landasan Sosiologis Pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebt, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan. Masyarakat indonesia adalah sebagai landasan sosiologis dalam pendidikan. Masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi antar sesama, adanya saling tergantung dan terikat oleh norma dan nilai yang dipatuhi bersama, menempati suatu wilayah dan saling bersosialisasi. Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup memiliki ciri utama, yaitu: 1. Ada interaksi antar bangsa 2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang khas. 3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, dan telah banyak mengalami perubahan, komunitasnya memiliki karakteristik unik baik secara horizontal maupun vertikal. Melalui berbagai jalur pendidikan termasuk jalur pendidikan sekolah atau formal, diupayakan untuk menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti pendidikan moral pancasila atau PPKN dan sebagainya. 3.1.3. Landasan Kultural Pendidikan tidak mungkin terpisah dari manusia, ia selalu terkait dengan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya tertentu. Kebudayaan sebagai gagsan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu selalu terkait dengan pendidikan utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud:  Ideal, seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya  Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
  • 8.  Fisik, yakni benda hasil karya (Koentjraningrat, 1975) Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan dan dikembangkan melalui pendidikan baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan maupun teknologi (hasil karya). Pada dasarnya ada tiga yang sifatnya umum yang dapat diidentifikasikan dalam menurunkan kebudayaan kepada generasi mendatang, yaitu melalui pendidikan informal (biasanya terjadi di dalam keluarga), non formal (dalam masyarakat secara trprogram dan berkelanjutan serta berlengsung dalam kehidupan masyarakat), dan formal (melibatkan lembaga khusus sekolah) yang dirancang untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Transmisi kebudayaan oleh masyarakat tidak akan memperoleh kemajuan, sehingga perlu dirancang usaha yang sistematis dalam mengembangkan kebudayaan, dalam hal ini yang paling efektif ialah lembaga sekolah. Kebudayaan nasional sebagai landasan pendidikan nasional adalah bahwa masyarakat indonesia sebagai pendudkung kebudayaan masyarakat mejemuk, maka kebudayaan indonesia lebih tepat disebut dengan kebudayaan nusantara yang beragam. Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa, dan sastra daerah di suatu daerah tertentu sejak sebelum dan sesudah kemerdekaan. Landasan Psikologis Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang pribadi manusia pada umumnya. Serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Setiap individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan irama perkembangan yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya. Individu yang satu dengan yang lainnya, perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu itu sendiri, baik yang berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan. Manusia dilahirkan dengan memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang harusa dikembangkan, kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kemampuan mereka menerimanya. Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan, yaitu: 1. Kebutuhan psikologis 2. Kebutuhan rasa aman 3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan 4. Kebutuhan harga diri 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri 6. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami Alexander mengemukakan ada tida faktor uta yang bekerja dalam menentukan pola kepribadian, yaitu: 1. Bakat/hereditas individu 2. Pengalaman awal di keluarga 3. Peristiwa penting dalam hidupnmya diluar lingkungan keluarga. 3.1.5. Landasan Ilmiah Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara ke lompok yang memiliki pola pendekatan diantaranya sebagai berikut : 1. Isomeristik:
  • 9. yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna 2. Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut. 3. Sistemik: Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif. Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa paham seperti berikut ini. 1. A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu: a. ilmu fisika b. rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik c. teknologi komunikasi & telekomunikasi d. ilmu perilaku e. ilmu komunikasi f. ilmu ekonomi 2. Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan a. ilmu perilaku b. ilmu komunikasi c. ilmu manajemen 3. Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusi adalah : a. basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen b. related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi, psikologi social, media, system dan penilaian kebutuhan. 4. Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi: a. psikologi b. rekayasa c. komunikasi d. ilmu computer e. bisnis f. pendidikan Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. 3.1.6. Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang- Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain. Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan antara lain : 1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan 7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru 8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan
  • 10. Menengah. 9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 10. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. Asas Pendidikan 14 3.2.1. Asas Tut Wuri Handayani Pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922, semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya per satuan dalam peri kehidupan.” Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman Siswa – dan pendidikan di Indonesia pada umumnya – adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan Tenteram, Orde on Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan model lama – yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman –
  • 11. dengan “Sistem Among” kh as ala Perguruan Taman Siswa. Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi navigator peserta d idik yang “diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipak sa” (Tirtarahardja, 1994: 120). Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena adanya pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teache r oriente d” kepada “student oriented.” Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “ penceramah ” melainkan pemberi dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada 15 semangat yang kuat dari para peserta didikuntuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia
  • 12. “Kemandirian dalam Belajar.” 3.2.2. Asas Kemandirian dalam Belajar Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan sendiri” tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar bermakna “menghindari campur tanga n guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila diperluka n” (Tirtarahardja, 1994: 123). Kurikulum KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan Asas Kemandirian dalam Belajar. Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator (Tirtarahardja, 1994: 123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler – sedang dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan guru „privat ‟ (Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak mewujudkan kemandirian peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka sebelumnya. Sebagai seorang guru „privat,‟ seorang guru biasany a akan memantau siswa dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009). Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik,
  • 13. maka para peserta didikakan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauandalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.” 3.2.3. Asas Belajar sepanjang Hayat Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Menurut Cropley (1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121), belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus : meliputi seluruh hidup setiap individu mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu ; mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi. Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan keluargatentunya.
  • 14. 3. Jelaskan komponen pendidikan ? PENGERTIAN KOMPONEN PENDIDIKAN Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. KOMPONEN PENDIDIKAN Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni: 1) Tujuan Pendidikan 2) Peserta Didik 3) Pendidik 4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik 5) Isi Pendidikan 6) Lingkungan pendidikan 1) TujuanPendidikan Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada
  • 15. tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah,1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai. Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari : 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),
  • 16. 2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan 5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Dengandemikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. 2) Peserta Didik Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas. Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut: Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai
  • 17. makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik. Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik. 3) Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah: a) Orang dewasa
  • 18. Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut : 1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap 2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik 3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri. 4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif 5) manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun 6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat 7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga 8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat. b) Orang tua Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
  • 19. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik. c) Guru/pendidik Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. d) Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
  • 20. 4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan atau menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982). Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali
  • 21. dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik).Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah. Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya. Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal. Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-
  • 22. kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan. 5) Isi Pendidikan Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani. 6) Lingkungan Pendidikan Lingkunganpendidikanmerupakan suatu tempat di mana suatu pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR KOMPONEN PENDIDIKAN Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan diatas merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Input
  • 23. mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan. Sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan secara optimal dapat ditempuh melalui proses berkomunikasi yang intensif. 4. Jelaskan lingkungan yang bagaimana yang mendukung pelaksanaan K 13 ? Kegiatan Pendahuluan pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat Kurikulum 2013 adalah: 1. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 2. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait materi pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta materi-materi yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut. 3. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi, kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut. 4. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan. B. Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
  • 24. Metode yang digunakan dalam kegiatan inti harus bersesuaian dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1) melakukan observasi; (2) bertanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasikan informasi-informasi yang telah diperoleh; (5) dan mengkomunikasikan hasilnya. Pada proses pembelajaran yang terkait dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi yang diberikan guru atau ahli, siswa menirukannya, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada siswa. Di tiap kegiatan pembelajaran seharunya guru memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan pada silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang dilakukan berkaitan dengan proses pengumpulan data (informasi) diusahakan sedemikian rupa sehingga relevan dengan jenis data yang sedang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan lain-lain. Sebelum menggunakan informasi atau data yang telah dikumpulkan dan diperoleh siswa mesti tahu dan kemudian berlatih, lalu dilanjutkan dengan menerapkannya pada berbagai situasi. Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada proses pembelajaran 1. Melakukan observasi (melakukan pengamatan) Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. 2. Bertanya Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai apapun yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak baik berupa fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan dapat pula yang bersifat faktual hingga pada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Berawal situasi siswa diajak untuk berlatih menggunakan pertanyaan dari guru diusahakan agar terus meningkat kualitas tahapan ini sehingga pada akhirnya siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan bertanya ini akan dihasilkan sejumlah pertanyaan. Kegiatan bertanya dimaksudkan juga agar siswa dapat
  • 25. mengembangkan rasa ingin tahunya. Pada prinsipnya, semakin terlatih siswa untuk bertanya maka rasa ingin tahu mereka akan semakin berkembang. Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang telah ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang ditentukan oleh siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. 3. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak, mengamati fenomena atau objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan eksperimen. Berdasarkan kegiatan-kegiatan inilah pada akhirnya akan dikumpulkan banyak informasi. Informasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. 4. Mengkomunikasikan hasil Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. C. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam 4 (empat) KI (Kompetensi Inti). · KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. · KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. · KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar · KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata pelajaran. KI-1 dan
  • 26. KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi menggunakan proses pembelajaran yang bersifat indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.