2. 2
APA ITU TB?
Tuberkulosis (TB = TBC) :
• Penyakit menular langsung
• Disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis).
• Dapat disembuhkan.
• Bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan.
• Bukan penyakit keturunan.
• Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai Porgan atau bagian tubuh lainnya
(misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll).
• TB dapat menyerang siapa saja terutama usia
produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-
anak.
• TB dapat menyebabkan kematian bila tidak diobati
segera.
3. Penularan TB
TB menular melalui
udara
Sumber penularan
adalah “dahak”
penderita
Penderita Orang lain
Dipengaruhi oleh :
Jumlah kuman
Lamanya kontak
Daya tahan tubuh
Batuk
atau
bersin
TB penyakit menular, tetapi bisa diobati sampai sembuh bila minum
obat sampai tuntas
Kuman dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari dan lembab
4. Kuman dan penularan TB
4
Bicara : 0-210 partikel
Batuk : 0-3500 partikel
Bersin : 4500 – 1 juta
partikel
Batuk
Kuman didalam
droplet di udara
Mati oleh sinar matahari
atau tersapu angin
Bertahan diruang gelap dan lembab
sampai bulanan
5.
6. Akselerasi Penemuan Pasien TB
A.Penemuan Pasif Intensif
B. Penemuan Aktif dan masif
berbasis keluarga dan
masyarakat
• Penguatan jejaring
layanan TB melalui
kegiatan PPM di tingkat
Kab/Kota
• Penguatan kolaborasi
layanan melalui
intensifikasi penemuan
kasus TB
• Surveilans batuk
• Investigasi Kontak
• Penemuan pada kondisi
khusus
• Penemuan di tempat khusus
• Penemuan aktif berbasis
keluarga dan masyarakat
7. Akselerasi Penemuan pasien TB
Dinkes Kab/kotaPuskesmas
RSU Daerah
RS Swasta
DPM
RS Paru
BPPM
Klinik
Lab Swasta
Apotik
Penemuan Pasif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)
Labkesda
IDI
IAI
Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyarakat
• Investigasi kontak : 10 – 15 orang
• Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas,
rutan, pengungsi, tempat kerja, sekolah
• Penemuan di masyarakat : penemuan massal
Mandatory
notificatio
n
Cakupan 60%
Cakupan 40%
Kader,
posyandu,
pos TB desa,
Chase survey
Intensif : HIV, DM, PAL,
MTBS,
9. GEJALA TB PARU
• Batuk berdahak
• Batuk bercampur darah
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Badan lemas
• Nafsu makan berkurang
• Berat badan turun
• Rasa kurang enak badan (lemas)
• Demam/ meriang berkepanjangan
• Berkeringat di malam hari walaupun tidak
melakukan kegiatan
Pertimbangkan juga pada orang yang berisiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB,
Imunokompromais (ODHA, DM dll) di tempat khusus (Lapas/Rutan, tempat kerja,
asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo dll).
11. TB Paru
Diagnosis ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis
yaitu
• pemeriksaan mikroskopis langsung,
Pemeriksaan dahak 2 kali yaitu: SP atau SS
S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes.
P (Pagi) : dahak ditampung pagi setelah bangun tidur.
• biakan
• tes cepat TB
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan:
pemeriksaan serologis, atau
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja atau
hanya dengan pemeriksaan uji tuberkulin.
Bagaimana Mengetahui pasti
seseorang kena TB
12. Pengelolaan Contoh Uji untuk Pemeriksaan Laboratorium
Contoh uji dahak dan non dahak
1. Contoh Uji Dahak:
Dikumpulkan ditempat terbuka kena sinar matahari
Gunakan pot dahak diameter 5-6 cm, tutup berulir,
Petugas mendampingi pasien saat mengeluarkan dahak di fasyankes
Dahak dikumpulkan Sewaktu Pagi (SP) atau Sewaktu Sewaktu (SS) dengan
jarak waktu paling cepat 1 jam, dengan kualitas baik
Petugas menilai kualitas dahak
Faskes tidak boleh menunda penegakkan diagnosis
Kasus TB EP kontak TB BTA pos juga harus diperiksa dahaknya
13. Pengelolaan Contoh Uji untuk Pemeriksaan Laboratorium
Untuk mendapatkan kualitas dahak yang baik:
Petugas kesehatan memberi penjelasan mengenai pentingnya
pemeriksaan dahak.
Petugas kesehatan memberi penjelasan tentang cara batuk yang benar .
Dahak yang baik kental berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen)
dengan volume 3-5 ml. Apabila mutu dahak tidak memenuhi syarat (air
liur), petugas minta terduga mengulang pengeluaran dahak;
Jika tidak ada dahak yang keluar, pot dahak dianggap sudah
terpakai dan harus dimusnahkan sesuai prosedur keamanan dan
keselamatan kerja di laboratorium TB
15. Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat dengan
pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya
TERDUGA TB
Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat kontak
erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
Memiliki akses untuk TCM TBTidak memiliki akses untuk TCM TB
Pemeriksaan Mikroskopis BTA Pemeriksaan TCM TB
Tidak bisa
dirujuk
Mendukung
TB
(- -)
(+ +) (+ -)
Tidak Mendukung
TB
Foto Toraks Antibiotika
Non OAT
Ada Perbaikan
Klinis
Tidak Ada Perbaikan
Klinis, ada faktor risiko
TB, dan atas
pertimbangan dokter
Bukan TB;
TB Terkonfirmasi Klinis
Pengobatan TB Lini 1
TB Pre XDR TB XDRTB RR; TB MDR
MTB Pos, Rif
Sensitive
MTB Pos, Rif
Resistance
MTB NegMTB Pos, Rif
Indeterminate
Lanjutkan Pengobatan TB RO Pengobatan TB RO dengan Paduan Baru
Foto Toraks Mengikuti alur
yang sama dengan alur pada
hasil pemeriksaan mikrokopis
BTA negatif (- -)
TB RRUlangi pemeriksaan TCM
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan Biakan dan Uji
Kepekaan OAT Lini 1 dan Lini 2
TB Terkonfirmasi
Bakteriologis
17. Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB
Pemeriksaan mikroskopis/TCM
Positif Negatif Spesimen tidak dapat diambil
Tidak ada akses foto
rontgen toraks dan uji
tuberkulin
Ada akses foto rontgen toraks dan/atau uji
tuberkulin*)
Tidak ada/tidak jelas kontak
pasien TB paru**)
Skor < 6Skor ≥6
Uji tuberkulin (+) dan/atau
ada kontak TB paru**)
TB anak
terkonfirmasi
bakteriologis
Skoring sistem
Ada kontak TB
paru**)
Observasi gejala selama 2 minggu
Uji tuberkulin (-) dan Tidak
ada kontak TB paru**)
TB anak
klinis
Terapi OAT***)
MenghilangMenetap Bukan TB
Gejala TB pada anak:
Batuk ≥ 2 minggu
Demam ≥ 2 minggu
BB turun atau tidak naik dalam 2
bulan sebelumnya
Malaise ≥ 2 minggu
Gejala tsb menetap walau sudah
diberikan terapi yang adekuat
18. Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga, BTA
(-) / BTA tidak
jelas/ tidak tahu
BTA (+)
Uji tuberkulin
(Mantoux)
Negatif - - Positif (≥10 mm atau ≥5
mm pada
imunokompromais)
Berat Badan/ Keadaan Gizi - BB/TB<90% atau
BB/U<80%
Klinis gizi buruk atau
BB/TB<70%
atau BB/U<60%
-
Demam yang tidak diketahui
penyebabnya
- ≥2 minggu - -
Batuk kronik - ≥2 minggu - -
Pembesaran kelenjar limfe
kolli, aksila, inguinal
- ≥1 cm, lebih dari 1
KGB, tidak nyeri
- -
Pembengkakan tulang
/sendi panggul, lutut, falang
- Ada pembengkakan - -
Foto toraks Normal/
Kelainan
tidak jelas
Gambaran sugestif
(mendukung) TB
- -
Skor Total
Sistem skoring TB Anak
19. Bagaimana diagnosa TB?
TB Ekstra Paru
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh
uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.
Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukan keluhan dan gejala yang
sesuai, untuk menemukan kemungkinan adanya TB paru.
20. Identifikasi Terduga TB Resistan Obat
Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi resistan terhadap OAT, yaitu
pasien yang mempunyai gejala TB yang memiliki riwayat satu atau lebih di bawah ini:
1) Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2.
2) Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan.
3) Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta
menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.
4) Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.
5) Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2 bulan pengobatan.
6) Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT kategori 1 dan
kategori 2.
7) Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default).
8) Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB- RO (warga
binaan yang ada di Lapas/Rutan, hunian padat seperti asrama, barak.
9) Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara bakteriologis maupun klinis
terhadap pemberian OAT
21. Definisi Kasus
1. Pasien TB Terkonfirmasi Bakteriologis
• Pasien TB Paru BTA Positif
• Pasien TB Paru TCM MTb positif
• Pasien TB Paru hasil biakan MTb positif
• Pasien TB Ekstra Paru terkonfirmasi Bakteriologis BTA, Biakan, Tes
Cepat
• TB Anak terdiagnosis secara bakteriologis.
2. Pasien TB Terdiagnosis secara Klinis
a. Pasien TB Paru BTA neg atau TCM MTb neg hasil foto toraks
mendukung TB
b. Pasien TB Paru BTA neg atau TCM MTb neg tidak ada perbaikan pasca
pemberian Antibiotik non OAT
c. Pasien TB ekstra Paru terdiagnosis secara
klinis/laboratoris/histopatologis tanpa ada konfirmasi bakteriologis
d. TB Anak terdiagnosis dengan sistem skoring
22. Klasifikasi Pasien TB
• TB paru
• TB ekstra paru
1. Lokasi
Anatomi
• pasien baru
• pasien kambuh
• pasien diobati kembali
setelah gagal
• pasien diobati kembali
setelah putus obat
• riwayat pengobatan
sebelumnya tidak diketahui
• lain-lain
2. Riwayat
Pengobatan
Sebelumnya
Tujuan agar dapat
tercapai kualitas:
Pencatatan dan
pelaporan pasien
Penetapan paduan
pengobatan
Standarisasi
pengumpulan data
Analisis kohort hasil
pengobatan
Pemantauan kemajuan
dan evaluasi efektifitas
program TB.
23. Pengobatan TB
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan TB di Indonesia:
Kategori 1 diberikan kepada pasien baru TB paru BTA positif, Pasien TB
paru BTA negatif rontgen positif dan pasien TB ekstra paru
Kategori 2 diberikan kepada pasien TB BTA positif yang telah diobati
sebelumnya (pasien kambuh, pasien gagal dan pasien pengobatan
setelah putus berobat)
Kategori Anak diberikan kepada pasien TB anak
26. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Definisi:
Seseorang yang secara sukarela membantu
pasien TB dalam masa pengobatan hingga
sembuh
Kriteria PMO
1. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca
tulis
2. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
3. Tinggal dekat dengan pasien
4. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
5. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
6. Bersedia dilatih dan atau mendapat
penyuluhan bersama-sama dengan pasien
Tugas :
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan
sejak awal pengobatan sampai sembuh.
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral
kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara lengkap dan teratur.
3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan
periksa ulang dahak sesuai jadwal.
4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek
samping OAT dan merujuk ke Sarana Pelayanan
Kesehatan.
5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai
petunjuk (petunjuk terdapat di sudut bawah kartu
kontrol).
6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada
keluarga pasien atau orang yang tinggal serumah
30. Bahaya Pengobatan Tidak Tuntas /
Melalaikan Pengobatan
• Pasien akan berisiko :
1. Penyakit tidak sembuh dan tetap menularkan ke orang lain
2. Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian
3. Obat Anti TB (OAT) biasa tidak dapat membunuh kuman, sehingga
pasien tidak bisa disembuhkan, harus menggunakan penanganan yang
lebih mahal dan waktu pengobatan lebih lama.
Ingat :
Saat ini biaya pengobatan dengan kebal obat hampir 200X lipat
dibandingkan dengan pengobatan TB yang tidak kebal obat.
31. BAGAIMANA MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT TB?
Minumlah OAT secara lengkap
dan teratur sampai sembuh.
Pasien TB harus menutup mulutnya
pada waktu bersin dan batuk.
Tidak membuang dahak di sebarang tempat, tetapi
dibuang pada tempat khusus dan tertutup.
32. BAGAIMANA MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT TB?
• Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat :
Menjemur
alat tidur
Membuka jendela dan pintu setiap pagi
Makan makanan
bergizi
Tidak merokok dan
minum minuman
keras
Olahraga
secara teratur
agar udara dan sinar matahari masuk. Aliran udara (ventilasi)
yang baik dalam ruangan dapat mengurangi jumlah kuman di
udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.
33. Bagaimanakah etika batuk yang benar?
1. Palingkan muka dari orang lain atau makanan
2. Tutup hidung dan mulut dengan tisu/saputangan/lengan
tangan ketika batuk dan bersin
3. Setelah batuk atau bersin segera cuci tangan dengan air
bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol
4. Hindari batuk di tempat keramaian
5. Gunakan masker atau penutup mulut dan hidung bila
sedang batuk/flu
6. Jangan bertukar saputangan atau masker dengan orang
lain
35. INDIA
2.740.000
CINA
889.000
INDONESIA
842.000
FILIPINA
581.000
PAKISTAN
525.000
2
5
POSISI INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Indonesia merupakan negara
dengan triple burden TB
untuk insiden TB, insiden TB RO,
dan TB HIV
1
3
4
5
INDIA
135.0000
CINA
73.000
RUSIA
56.000
PAKISTAN
27.000
FILIPINA
27.000
NIGERIA
24.000
INDONESIA
23.000
UKRAINA
20.000
Pada tahun 2016,
Indonesia peringkat 2 di
dunia, tahun 2017
menjadi peringkat 3
6
7
8
5
4
1
2
3TUBERKULOSIS
TB RO
5
AFRIKA SELATAN
193.000
INDIA
86.000
MOZAMBIQ
66.000
NIGERIA
58.000
TANZANIA
48.000
KENYA
45.000
INDONESIA
36.000
ZAMBIA
36.000
6
7
8
5
4
1
2
3
TB HIV
36. SITUASI TB DI INDONESIA TAHUN 2018
842.000
Estimasi insiden
32%
Missing cases
10.174
TBC HIV positif
569.899 (68%)
Notifikasi kasus TBC
4.413
TBC RO mulai pengobatan
85%
Success rate
40. ELIMINASI TB DI INDONESIA 2020-2030
Visi
• Indonesia mengakhiri epidemi Tuberkulosis di tahun 2050
Misi
• Menuju terwujudnya eliminasi Tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2030
Strategi
• Penguatan kepemimpinan program berbasis kabupaten/kota
• Peningkatan akses layanan Tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien
• Pengendalian infeksi dan optimalisasi pemberian pengobatan pencegahan
Tuberkulosis
• Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis dan tatalaksana
Tuberkulosis
• Peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya dalam
eliminasi Tuberkulosis
• Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan
41. 41
Komitmen Nasional & Global Penanggulangan TBC
SDGs
2030
Moscow
Declaration
2017
RPJMN
2015-2019
1 2
CEO- & Co Founder
3
CEO- & Co Founder
• Tahun 2019: prevalensi TB 245 per
100.000 penduduk
• Persentase angka keberhasilan
pengobatan TB paru BTA positif
(success rate) minimal 85%
• Target 3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi
AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis
yang terabaikan, dan memerangi hepatitis,
penyakit bersumber air, serta penyakit menular
lainnya.
• Target 3.8 mencapai cakupan kesehatan semesta
(UHC), termasuk proteksi resiko finansial,akses
terhadap layanan dasar kesehatan ,obat obatan,
vaksin yang berkualitas, dan terjangkau
• Target 39 3.b Mendukung penelitian dan
pengembangan vaksin dan obat penyakit menular
dan tidak menular yang terutama berpengaruh
terhadap negara berkembang, menyediakan akses
terhadap obat dan vaksin dasar yang terjangkau,
sesuai the Doha
• Melakukan upaya penting
untuk end TB by 2030
UNHLM 2018
3
• Percepatan Eliminasi &
komitmen Indonesia End TB by
2030
42. 42
POTENSI TANTANGAN RPJMN 2020-2024
1. Masih tingginya gap antara penemuan dan pelaporan kasus TB (belum semua
fasyankes melaporkan kasus TBC khususnya RS dan DPM)
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memeriksakan kesehatan apabila ada
gejala TB
3. Masih tingginya risiko penyebaran infeksi TB di masyarakat
4. Masih belum meratanya akses terhadap layanan TB yang berkualitas , termasuk
terhadap alat diagnostik cepat TB TCM
5. Masih rendahnya perhatian Pemda terhadap masalah TB
6. Belum optimalnya peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam pelayanan TB
7. Pelaporan yang belum real time dari fasyankes pemerintah dan swasta
8. Belum dikelolanya masalah stigma dengan baik.
43. TEROBOSAN PENANGGULANGAN TB
Kampanye TOSS TB : “TEMUKAN TB OBATI SAMPAI SEMBUH”
Meningkatkan notifikasi kasus TB di RS melalui ekspansi penyisiran data (mopping up)
terintegrasi Sistem Informasi Manajemen RS (SIMRS) dan SITT di RS potential
Penyusunan roadmap TB Tahun 2020-2024 termasuk Perhitungan insiden dan target TB sampai
kabupaten/kota
Pengobatan TB RO jangka pendek dari 18-24 bulan menjadi 9-12 bulan
Perluasan layanan TB melalui sinkronisasi JKN TB dan penguatan jejaring Public Private Mix
melalui Koalisi Organisasi Profesi
Ekspansi layanan TB RO di 360 RS dan balai di 34 provinsi (KMK RI no.
HK.01.07/MENKES/350/2017)
Peningkatan Penelitian dan pengembangan TB dengan kerja sama semua lembaga penelitian
termasuk dukungan sumber daya melalui JETSET (Jejaring Riset) TB
Untuk meningkatkan akses layanan yang bermutu dan melihat permasalahan di atas maka salah satu strategi yang diterapkan adalah pembentukan jejaring yang sifatnya internal (antara TB-HIV, TB-DM. TB-KIA, TB-PAL dll) maupun jejaring yang sifatnya eksternal dengan semua fasyankes baik FKTP, FKRTL maupun fasyankes penunjang dalam suatu jejaring yang dibentuk di bawah koordinasi Dinkes Kabupaten/Kota yaitu Distric Based PPM. Diharapkan dengan terbentuknya jejaring ini maka maka semua pasien TB akan mendapa tatalaksana secara standar dan semua kasus TB akan terlaporkan karena TB masuk sebagai salah satu kasus yang harus dilaporkan ( mandatory notification) selain itu penemuan kasus secara aktif dengan pendekatan keluarga merupakan hal yang juga harus dikembangkan. Pukesemas menjadi ujumg tombak dari active case finding dengan melibatkan CSO, kader, TOMA dan TOGA
Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi triple burden TB untuk insiden TB, insiden TB RO, dan TB HIV.
Berdasarkan Global TB Report 2018, Indonesia menduduki peringkat ke-3 untuk insiden, peringkat ke-7 untuk beban TB RO, dan peringkat ke-7 untuk beban TB HIV.
Sebagai perwujudan komitmen Pemerintah RI terhadap resolusi WHA 67.1 tentang End TB Strategy 2016 -2035 dan Kesepakatan Pertemuan Tingkat Menteri di Moscow 2017 maka dipandang perlu untuk menyusun sebuah Peta Jalan Penanggulangan TB Indonesia 2019-2030 sebagai pedoman yang akan memberikan kejelasan arah, tujuan, strategi, target dan pokok-pokok strategi utama pengendalian TB yang berkesinambungan menuju ke arah eliminasi TB pada tahun 2030.
Bersama dengan dokumen RPJMN dan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan maka Peta Jalan Penanggulangan TB ini akan menjadi salah satu acuan utama dalam penyusunan Rencana Aksi Penanggulangan TB periode 5 tahunan sampai tahun 2030 baik di tingkat Nasional maupun daerah. Sebagai sebuah peta jalan maka dokumen ini bersifat terbuka terhadap perubahan situasi maupun perkembangan teknologi serta inovasi dalam penanggulangan TB. Dokumen Peta Jalan Penanggulangan TB 2019-2030 disusun oleh Kementerian Kesehatan RI dengan dukungan dari Komite Ahli TB, Akademisi dan Mitra Teknis Program Nasional Penanggulangan TB.
Target 3.8.1 Cakupan Layanan kesehatan esensial dimana hasil pengobatan TB masuk dalam 16 Indikator tracer : Tuberculosis treatment outcome
Target 3.3.2 angka kejadian TB per 100.000 penduduk