2. DEFINISI
Berasal dari kata thanatos (kematian) dan logos (ilmu)
Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi
setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
Fungsi thanatology
• Menegakkan diagnosis mati
• Memperkirakan waktu kematian
• Menentukan cara kematian
• Mengetahui sebab kematian
3. ISTILAH KEMATIAN
Mati somatic / mati klinis
• Berhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan secara
menetap (irreversible)
• Sistem saraf pusat, system kardiovaskular, system pernapasan
Mati suri / apparent death / suspended animation
• Penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang reversible
• Berhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan menurut alat
kedokteran sederhana Dengan alat kedokteran modern, ketiga
system tersebut masih berfungsi
• Misalnya pada keracunan obat tidur, sengatan listrik, tenggelam
4. Mati seluler / mati molecular
• Kematian sel dari organ atau jaringan yang muncul beberapa saat
setelah mati somatic
• Daya tahan hidup setiap organ atau jaringan berbeda sehingga mati
seluler tidak terjadi bersamaan
Mati serebral
• Kerusakan kedua hemispherium cerebri secara irreversible, kecuali
batang otak dan cerebellum
• System pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan
bantuan alat Seperti mayat hidup
5. Mati batang otak / mati otak
• Kerusakan semua neuron intracranial secara irreversible termasuk
batang otak dan cerebellum
• Secara keseluruhan, tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga
penggunaan alat bantu dapat dihentikan
6. DIAGNOSIS MATI BATANG OTAK
Tahap pertama
• Memastikan bahwa penyebab koma adalah kerusakan struktural otak
yang irreversible seperti hipoksia, trauma, keracunan
Tahap kedua
• Menyingkirkan penyebab koma yang reversible
• Hipotermia berat (< 320C), penggunaan obat sedatif-hipnotik,
gangguan metabolic atau endokrin, dan intoksikasi alkohol
Tahap ketiga Lihat kriteria diagnosis
• Menunjukkan bahwa sudah tidak terdapat reflex batang otak dan
pasien tidak bernapas meskipun diberikan stimulus yang kuat
7. KRITERIA DIAGNOSIS
Koma
Tidak terdapat sikap abnormal seperti dekortikasi atau deserebrasi
Tidak terdapat reflex batang otak Kelima reflex harus negatif
• Refleks pupil (aff N. II eff N. III)
• Refleks kornea (aff N. V eff N. VII)
• Refleks vestibule-ocular (aff N. VIII eff N. V, N. VI) dengan tes kalori
• Refleks grimace (aff N. V eff N. VII)
• Refleks batuk atau muntah (aff N. IX eff N. X)
Tidak bernapas spontan
• Tes apnea negatif
8. CARA, SEBAB, DAN MEKANISME
Cara kematian / manner of death Jenis kejadian
• Wajar : Hanya karena penyakit
• Tidak wajar : Pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan
Sebab kematian / cause of death
• Penyakit
• Trauma
• Keracunan
Mekanisme kematian / mechanism of death Gangguan fisiologi
• Asfiksia, pendarahan, emboli, kerusakan organ vital, reflex vagal
9. TANDA KEMATIAN
Fase awal / tanda tidak pasti
• Berhentinya system
pernapasan (10 menit)
• Berhentinya system
kardiovaskular (15 menit)
• Perubahan pada mata
• Kepucatan pada kulit
• Relaksasi primer
Fase lanjut / tanda pasti
• Algor mortis (penurunan suhu)
• Livor mortis (lebam mayat)
• Rigor mortis (kaku mayat)
• Putrefaction (pembusukan)
• Maserasi
• Mumifikasi (pengeringan)
• Adiposera (saponifikasi)
11. BERHENTINYA SISTEM PERNAPASAN
Inspeksi : Gerakan dinding dada (-/-)
Palpasi : Pengembangan dinding dada (-/-)
Auskultasi : Suara dasar vesicular (-/-)
Pemeriksaan khusus
• Tes Winslow : Tidak terdapat getaran air saat baskom yang berisi air
diletakkan di atas dada atau perut
• Tes bulu : Bulu burung tidak bergerak saat diletakkan di depan lubang
hidung atau mulut
• Tes cermin : Tidak tampak uap air pada kaca saat diletakkan di depan
lubang hidung atau mulut
12. BERHENTINYA SISTEM
KARDIOVASKULAR
Palpasi
• Denyut a. radialis, a. brachialis, a. femoralis, dan a. carotis tidak
teraba selama minimal 15 menit
Auskultasi
• Suara jantung (-) selama minimal 10 menit
• Tekanan darah tidak terukur dengan stetoskop atau per palpasi
EKG
• Flat atau asystole
13. Pemeriksaan khusus
Cara Pemeriksaan Hidup Meninggal
Tes Diaphanous
Di ruangan yang gelap,
sorotkan lampu pada
jaringan interdigitalis
Merah translusent Kuning pucat
Tes Magnus
Ikat pangkal jari sedemikian
rupa sampai menghambat
aliran vena tanpa
menghambat aliran arteri
Sianosis dan edema Tidak berubah
Tes Icard Injeksi zat fluoresen 1 ml SC Kulit tampak hijau Tidak berubah
Cut test Insisi a. radialis Keluar darah pulsatil Darah tidak keluar
14. BERHENTINYA SISTEM SARAF
Semua reflex fisiologis (-/-)
Refleks batang otak (-)
Gerakan tubuh (-)
Tonus otot (-)
EEG mendatar
15. KEPUCATAN PADA KULIT
Disebabkan oleh aliran darah berhenti dan darah turun ke bagian yang
lebih rendah di pembuluh darah
16. RELAKSASI OTOT PRIMER
Sistem saraf pusat berhenti Tidak dapat menghantarkan impuls ke
otot Tidak terdapat potensial aksi Otot relaksasi (flaccid)
Ditandai oleh
• Relaksasi otot wajah menyebabkan jenazah tampak lebih muda
• Rahang turun sehingga mulut akan terbuka
• Dinding dada collapse
• Ekstremitas terasa lebih berat saat diangkat
• Pendataran bagian tubuh yang tertekan, misalnya bokong
17. PERUBAHAN MATA
Pandangan mata kosong dan hanya terfiksasi pada satu titik
Tonus otot hilang sehingga mata biasanya menutup
Perubahan sklera : Tache Norie sclerotiques
• Sklera berwarna coklat kehitaman seperti hematoma
• Muncul dalam waktu 8 – 10 jam post mortem
Perubahan kornea
• Kornea menjadi keruh dalam waktu 10 – 12 jam post mortem
• Kekeruhan awalnya dapat hilang dengan air tetapi lama – kelamaan
tidak dapat hilang dengan air
• Refleks kornea negatif
18. Perubahan pupil
• Fixed and dilated pupil
• Refleks pupil negatif
• Diameter pupil tidak berhubungan dengan waktu kematian
Tekanan intraocular menurun sehingga bola mata menjadi lunak,
mengerut, dan tampak tenggelam
19. PERUBAHAN RETINA
Gambaran Fundoskopi
Segera Segmentasi vena (truckling phenomenon)
2 jam
• Retina tampak pucat
• Daerah di sekitar discus opticus tampak kuning
• Pola vascular koroid masih tampak
3 jam Koroid tampak pucat secara bertahap
5 jam Koroid tampak homogeny dan lebih pucat
6 jam
• Batas discus opticus tampak kabur
• Segmentasi pembuluh darah besar
• Pembuluh darah kecil tidak tampak
12 jam Discus opticus hanya diketahui melalui konvergensi pembuluh darah
15 jam Hanya tampak macula yang berwarna coklat gelap
22. DEFINISI
Penurunan suhu tubuh setelah kematian karena proses perpindahan
panas melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi
Grafik penurunan suhu berbentuk sigmoid atau seperti huruf S
Penyebab
• Perbedaan suhu antara jenazah dengan lingkungan
• Metabolisme tubuh berhenti sehingga tidak terjadi thermogenesis
• Tidak terdapat aliran darah untuk meratakan panas
24. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Perbedaan suhu antara jenazah dengan lingkungan
• Semakin besar, maka penurunan suhu semakin cepat
Suhu tubuh saat meninggal
• Suhu tubuh yang tinggi memperlambat penurunan suhu
Aliran udara
• Aliran udara yang baik mengalirkan lebih banyak udara dingin
sehingga mempercepat penurunan suhu
Kelembapan udara
• Semakin tinggi, maka penurunan suhu semakin lambat
25. Komposisi tubuh
• Penurunan suhu lebih cepat pada anak – anak karena memiliki luas
permukaan tubuh yang luas
• Penurunan suhu lebih lambat pada orang gemuk karena lemak
berfungsi sebagai isolator dan mempertahankan panas
Aktivitas sebelum meninggal
• Aktivitas berat dapat memperlambat penurunan suhu
Sebab kematian
• Sepsis atau bakteremia menyebabkan suhu tubuh meningkat saat
meninggal dan memperlambat penurunan suhu
26. Pakaian
• Pakaian yang tipis mempercepat penurunan suhu
Media pembuangan (hukum Casper)
• Rasio kecepatan penurunan suhu pada air : udara : tanah = 4 : 2 : 1
Posisi tubuh saat meninggal
• Posisi telentang mempercepat penurunan suhu
27. SKALA WAKTU
Perkiraan waktu kematian = 370C – suhu rectal jenazah + 3
Misalnya suhu rectal jenazah 350C
• Perkiraan waktu kematian = 37 – 35 + 3 = 5 jam
• Jadi jenazah sudah meninggal sejak 5 jam yang lalu
28. LIVOR MORTIS
LEBAM MAYAT / POST MORTEM LIVIDITY / HYPOSTASIS /
POST MORTEM SUGGILATION / STAINNING
29. PATOFISIOLOGI
Aliran darah berhenti Stagnasi aliran darah Eritrosit menempati
bagian terbawah karena gaya gravitasi Membentuk bercak berwarna
merah kebiruan (livide)
Lokasi
• Bagian terbawah tubuh, kecuali bagian yang tertekan alas keras dan
tertekan oleh pakaian
• Jika terdapat penekanan, maka pembuluh darah akan menutup
sehingga tidak terisi oleh eritrosit
30. SKALA WAKTU
Mulai muncul : 20 – 30 menit post mortem
• Dimulai dengan bercak – bercak berwarna ungu
• Semakin lama, intensitasnya semakin kuat dan saling bergabung
Lebam hilang dengan penenakan : 30 menit – 8 jam post mortem
• Lebam masih dapat berpindah apabila posisi jenazah berubah
• Disebabkan oleh kapiler di bagian terbawah belum terisi semuanya
oleh darah Eritrosit bergerak ke bagian tersebut
31. Lebam tidak hilang dengan penekanan : 8 – 12 post mortem
• Lebam sudah menetap dan tidak dapat berpindah apabila posisi
jenazah berubah (terfiksasi)
• Disebabkan oleh kapiler sudah terisi penuh oleh darah dan kekakuan
dinding pembuluh darah Eritrosit sulit bergerak
32.
33. LOKASI LEBAM MAYAT
Posisi telentang
• Bagian belakang kepala, bagian ekstensor lengan, punggung, bagian
fleksor tungkai, ujung jari di bawah kuku
• Tidak terdapat di daerah scapula, bokong, dan bekas tempat dasi
Posisi tengkurap
• Dahi, pipi, dagu, dada, bagian fleksor lengan, bagian ekstensor tungka
Posisi menggantung
• Bagian distal tangan dan kaki (glove and stocking), organ genital luar
34. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Posisi tubuh
• Fixed and undisturbed position is essential for formation of lividity
Pendarahan dan anemia
• Lebam mayat tidak terlalu jelas karena kadar Hb rendah
Viskositas darah
• Semakin kental, maka lebam mayat muncul semakin cepat
Suhu
• Suhu dingin menghambat fiksasi lebam mayat sehingga tidak akurat
untuk memperkirakan waktu kematian
36. WARNA KHUSUS
Warna Mekanisme
Karbon monoksida Merah terang Karboksihemoglobin
Sianida, fluoroasetat Merah terang
Inhibitor sitokrom oksidase Oksigen
tidak dapat masuk ke dalam sel
Suhu dingin Merah terang
• Disosiasi oksiHb terhambat
• Retensi oksiHb di jaringan
Fosfor, klorat, nitrat,
nitrit, anilin
Coklat gelap Methemoglobin
Hidrogen sulfida Hijau kebiruan Sulfhemoglobin
Karbon dioksida Biru Deoksihemoglobin
Asfiksia Biru gelap
Opium Hitam
39. PATOFISIOLOGI
Relaksasi primer
• Sistem saraf pusat berhenti Tidak dapat menghantarkan impuls ke
otot Tidak terdapat potensial aksi Otot relaksasi (flaccid)
• Masih terdapat glikogen untuk sintesis ATP
Rigor mortis
• Glikogen habis ATP tidak terbentuk Ikatan aktin-myosin tidak
terlepas Kontraksi otot terus – menerus
Relaksasi sekunder
• Disebabkan oleh destruksi protein otot dan dekomposisi
40.
41. SKALA WAKTU : RULE OF 12
Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam post mortem
• Sentripetal : Dimulai dari otot kecil kemudian ke otot besar
• Craniocaudal : Menyebar dari atas ke bawah
Dipertahankan selama 12 jam
Menghilang 12 jam kemudian (24 – 36 jam post mortem)
• Dengan urutan yang sama seperti kemunculannya
42.
43. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Umur
• Janin, anak – anak, usia lanjut : Muncul cepat, hilang cepat, dan
intensitas lemah karena glikogen sedikit
• Dewasa : Muncul lambat dan hilang lama
Kondisi fisik
• Otot besar dan gizi baik : Muncul lambat dan hilang lama
• Otot kecil dan gizi buruk : Muncul cepat dan hilang cepat
Iklim dan cuaca
• Cuaca panas : Muncul cepat dan hilang cepat
• Cuaca dingin : Muncul lambat dan hilang lama
44. Sebab kematian
• Muncul cepat dan hilang cepat : Tersambar petir dan wasting disease
seperti kanker, uremia, kejang, gagal ginjal kronis, hiperpireksia
• Muncul lambat : Asfiksia, stroke, hipotermia
• Muncul cepat dan hilang lama : Keracunan striknin dan HCN
Kondisi otot sebelum meninggal
• Relaksasi : Muncul lambat dan hilang lama
• Kontraksi dan exhausted : Muncul cepat dan hilang cepat
45. CADAVERIC SPASM
Kekakuan otot yang sangat kuat tanpa didahului relaksasi primer
Hanya melibatkan sekelompok otot terutama otot anggota gerak
Berhubungan dengan kematian yang tragis (violent death)
Dapat menunjukkan cara kematian misalnya
• Jari tangan mengenggam tumbuhan air saat tenggelam
• Jari tangan mengenggam senjata untuk bunuh diri
• Jari tangan mengenggam rumput dan ranting saat jatuh dari gunung
46.
47. HEAT STIFFENING
Paparan suhu tinggi (> 750C) atau sengatan listik Koagulasi protein
otot Kontraksi otot dan otot menjadi kaku
Disertai tanda – tanda trauma panas
• Luka lecet, bullae, luka bakar, current mark
• Pugilistic attitude pada kasus mati terbakar
48. COLD STIFFENING
Paparan suhu dingin Pembekuan cairan tubuh dan lemak Otot
menjadi kaku seperti rigor mortis
Jika sendi ditekuk, maka akan terdengar suara seperti es yang pecah
Jika dipindahkan ke tempat yang hangat, maka kaku otot akan hilang
secara bertahap dan diikuti oleh rigor mortis
50. PATOFISIOLOGI
Proses degradasi jaringan akibat autolisis dan aktivitas bakteri
Autolisis
• Perlunakan dan pencairan jaringan dalam kondisi steril
• Disebabkan oleh enzim yang dilepaskan oleh sel setelah mati
• Hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan
Aktivitas bakteri
• Sebagian besar berasal dari usus besar, terutama Clostridium welchii
• Menghasilkan gas alkane, H2S, HCN, CO2, amonia
51. SKALA WAKTU
24 jam post mortem
• Bakteri masuk ke pembuluh darah Destruksi eritrosit Hb
bergabung dengan H2S membentuk sulfmetHb Warna hijau
• Pertama kali muncul bercak hijau pada caecum (perut kanan bawah)
karena terletak paling dekat dengan kulit dan paling banyak
mengandung bakteri
• Bercak hijau kemudian menyebar ke semua dinding abdomen, organ
genital, dan dada Tercium bau busuk
52. 36 – 48 jam post mortem
• Bakteri masuk ke vena Hemolisis dan produksi gas Dilatasi
pembuluh darah dan marbelisasi
• Marbelisasi : Tampak garis berwarna merah kehijauan gelap terutama
sepanjang pembuluh darah perut, bahu, dada, dan paha
12 – 24 jam post mortem
• Pembentukan gas di lambung dan usus Perut distended dan
tegang, keluar cairan merah dari mulut dan hidung
53. 24 – 48 jam post mortem
• Pembentukan gas di bagian tubuh yang lain Teraba derik udara
• Penis, scrotum dan payudara membesar dan tegang
• Pugilistic attitude karena akumulasi gas di rongga sendi
36 – 48 jam post mortem
• Terbentuk bullae pembusukan karena akumulasi gas dan cairan di
antara epidermis dan dermis
• Bau busuk menyebabkan lalat datang Lalat meletakkan telur dalam
waktu 12 – 18 jam Menetas 12 – 24 jam kemudian
• Larva lalat muncul di alis, lubang hidung, dan bibir dalam
54. 48 – 72 jam post mortem
• Bloating face : Wajah menggembung berwarna ungu kehijauan,
kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah
membengkak kadang sampai keluar Wajah sulit dikenali
• Rambut dan kuku mudah dilepas
• Skin slippage : Kulit menjadi licin dan epidermis terkelupas
58. PEMBUSUKAN ORGAN DALAM
Early decomposition
• Otak
• Mukosa trakea dan laring
• Lambung dan usus halus
• Hepar
• Lien
Late decomposition
• Esofagus
• Diafragma
• Jantung
• Paru
• Ginjal
• Kandung kemih
• Uterus
• Prostat
59. FAKTOR INTERNAL
Umur dan jenis kelamin
• Bayi lebih lambat mengalami pembusukan karena jumlah bakteri
masih sedikit dan mudah kehilangan panas tubuh
• Perempuan post partum lebih cepat mengalami pembusukan
Komposisi tubuh
• Semakin banyak jumlah lemak, maka pembusukan semakin cepat
Sebab kematian
• Pembusukan cepat : Sepsis, rhabdomyolisis, overdosis kokain, edema
• Pembusukan lambat : Dehidrasi, pendarahan massif, lingkungan
dingin, embalming
60. FAKTOR EKSTERNAL
Suhu
• Suhu optimal adalah 26,5 – 37,50C
• Semakin tinggi, maka pembusukan semakin cepat
Udara dan kelembapan
• Semakin tinggi, maka pembusukan semakin cepat
Medium pembusukan (hukum Casper)
• Rasio kecepatan pembusukan pada udara : air : tanah = 1 : 2 : 8
• Kondisi jenazah setelah 1 minggu di udara terbuka sama dengan 2
minggu di dalam air sama dengan 8 minggu di dalam tanah
62. PATOFISIOLOGI
Berasal dari kata adipo (lemak) dan cire (lilin)
• Memiliki sifat di antara lemak dan lilin
Terbentuknya bahan seperti lilin pada jenazah
Mekanisme pembentukan
• Lemak dalam tubuh Hidrolisis Asam lemak tidak jenuh
• Hidrogenisasi Asam lemak jenuh Bergabung dengan sisa
jaringan dan otot Adiposera
63. KARAKTERISTIK DAN DISTRIBUSI
Karakteristik
• Awal : Putih pucat, lunak
• Lama : Kuning, kering, rapuh
• Berminyak, berbau tengik
• Mengapung dalam air
• Larut dalam eter dan alcohol
• Mudah terbakar dengan api
berwarna kuning bercahaya
Distribusi
• Pipi, payudara, perut, bokong
Fungsi
• Menghambat pembusukan
• Mempertahankan bentuk
tubuh bagian luar
• Mempertahankan jejas luka
• Mempermudah identifikasi
jenazah dan sebab kematian
64.
65. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor yang mempermudah
• Kelembapan tinggi
• Suhu hangat
• Aliran udara rendah
• Lemak tubuh yang cukup
Faktor yang menghambat
• Kelembapan rendah
• Suhu dingin
• Aliran udara tinggi
• Air yang mengalir
67. PATOFISIOLOGI
Penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cepat Pengeringan
jaringan Menghambat pembusukan
Syarat
• Suhu hangat
• Kelembapan rendah
• Aliran udara baik
• Tubuh mengalami dehidrasi
• Waktu yang lama (12 – 14 minggu)
68. KARAKTERISTIK
Karakteristik
• Bagian tubuh menjadi keras, kering, dan berkeriput
• Berwarna coklat gelap seperti perkamen
Fungsi
• Menghambat pembusukan
• Mempertahankan bentuk tubuh bagian luar
• Mempertahankan jejas luka
• Mempermudah identifikasi jenazah dan sebab kematian