SlideShare a Scribd company logo
REFERAT
TANATOLOGI
Sabtu, 23 November 2019
PEMBIMBING:
dr. Surjit Singh, Sp.F, DFM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2019
2
BAB 1
Pendahuluan
3
Namun, informasi yang memadai sering
tersedia untuk dapat menerka perkiraan
rentang waktu yang meliputi saat kematian
sebenarnya
Menetapkan waktu kematian atau jarak antara
waktu kematian dan ketika tubuh di temukan
(postmortem interval) biasanya tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Kecuali kematian
disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat
ditentukan
4
BAB 2
Pembahasan
5
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang
berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan
yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
DEFENISI
MANFAAAT TANATOLOGI
6
Menetapkan hidup atau
matinya korban
Memperkirakan lama
kematian korban
Menentukan wajar atau tidak
wajarnya kematian korban
• Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu
sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat
menetap.
• Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan
kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem
bersifat sementara
• Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan
tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.
• Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak
yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum
• Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi
kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk
batang otak dan serebelum
7
JENIS-JENIS KEMATIAN
8
CARA MENDETEKSI KEMATIAN
• Sistem saraf : tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada
tonus, dan elektroensefalografi (EEG) mendatar/ flat.
• Sistem kardiovaskuler denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung
berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektrokardiografi (EKG)
mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah
jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat
penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard),
dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.
• Sistem pernapasan : tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi,
tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air
dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes, tidak ada uap
air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut
korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan
lubang hidung atau mulut korban.
Tanda Kematian tidak pasti
• Pernapasan berhenti, dinilai selama
lebih dari 10 menit.
• Terhentinya sirkulasi yang dinilai
selama 15 menit, nadi karotis tidak
teraba.
• Kulit pucat.
• Tonus otot menghilang dan
relaksasi.
• Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi beberapa menit setelah
kematian.
• Pengeringan kornea menimbulkan
kekeruhan dalam waktu 10 menit
yang masih dapat dihilangkan
dengan meneteskan air mata
Tanda Kematian pasti
• ALGOR MORTIS
• RIGOR MORTIS
• LIVOR MORTIS
• DEKOMPOSISI
9
TANDA-TANDA KEMATIAN
ALGOR MORTIS
• Penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis = setelah
kematian) Temperatur oral normal pada individu yang
hidup adalah 37° C (98,7°F) pada rectal suhu lebih tinggi
sekitar 0,5°C dibanding temperatur oral.
• Setelah meninggal suhu tubuh akan menurun secara
signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai dengan
lingkungan sekitar.
• Menggunakan thermometer kimia, ukuran 25 cm dengan
rentang suhu 0°C - 50°C
1. Rectum, 4 inchi di atas anus
2. Daerah sub-hepatic
10
PENILAIAN ALGOR MORTIS
• Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan
penurunan suhu tubuh mayat.
• Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
• Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
• Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
• Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post
mortem.
• Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya
tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan lairnya.
11
RIGOR MORTIS
Mekanisme:
• Kurangnya oksigen berarti bahwa energi tidak dapat
diperoleh dari glikogen melalui glukosa menggunakan
fosforilasi oksidatif sehingga produksi adenosin trifosfat
(ATP) dari proses ini berhenti. (Proses Anoksik sekunder)
• Asam laktat yang merupakan produk sampingan respirasi
anoksik, sitoplasma sel menjadi semakin asam. Dalam
menghadapi jumlah ATP rendah dan keasaman tinggi, aktin
dan miosin berikatan bersama dan membentuk gel.
• Hasil dari perubahan metabolik selular kompleks ini adalah
otot-otot yang menjadi kaku
12
• Rigor berkembang merata di seluruh tubuh
tetapi umumnya pertama didapatkan pada
kelompok otot yang lebih kecil seperti otot di
sekitar mata dan mulut, rahang dan jari-jari.
• Kekakuan biasanya terlihat pertama di rahang,
maka siku dan akhirnya lutut.
• Tubuh dikatakan dalam kekakuan lengkap atau
penuh ketika rahang, siku dan lutut sendi yang
tidak bergerak.
13
• Dalam kondisi beriklim sedang rigor umumnya dapat
terdeteksi di wajah antara sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada
tungkai antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah kematian,
dengan kekuatan rigor meningkat menjadi maksimal sekitar
18 jam setelah kematian
• Tubuh akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu yang sama
ini sebelum dekomposisi menyebabkan otot-otot untuk mulai
lumayan melonggarkan. Setelah terjadi, rigor akan menetap
sampai sekitar 50 jam setelah kematian sampai autolisis dan
dekomposisi sel-sel otot mengintervensi dan otot menjadi
flaksid lagi
14
LIVOR MORTIS
Livor Mortis (Postmortem Lividity, Postmortem Stains,
Postmortem Hypostatis, Postmortem Suggillation,
Postmortem Vibices, lebam mayat) yaitu warna ungu
kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh
akibat akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah
kecil di bagian tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi
Livor Mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong
berat badan tubuh seperti bahu, punggung, bokong, betis
pada saat terbaring diatas permukaan yang keras.
15
• Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska
kematian, semakin lama intensitasnya bertambah
kemudian menetap setelah 8-12 jam
• Dengan demikian penekanan pada daerah
terbentuknya livor mortis yang dilakukan setelah 8-
12 jam tidak akan menghilang.
• Hilangnya livor mortis pada penekanan dengan ibu
jari memberi indikasi bahwa livor mortis belum
terfiksasi secara sempurna.
• Lebam mayat dikatakan sempurna ketika area lebam
tidak menghilang jika ditekan (misalnya dengan ibu
jari) selama 30 detik.
16
WARNA LIVOR MORTIS
• Warna lebam dapat menentukan penyebab
kematian, misalnya merah terang pada keracunan
karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta
kecokelatan pada keracunan aniline, nitrit, atau
sulfonal
17
KEPENTINGAN MEDIKOLEGEAL
• Sebagai tanda pasti kematian
• Estimasi waktu kematian dapat ditentukan
• Distribusi terbentuknya lebam mayat, dapat membantu posisi tubuh
mayat saat kematian
• Penyebab kematian – diketahui dari warna lebam mayat yang terbentuk
• Lebam mayat mungkin dapat ditemukan di jaringan bawah kuku jika
memang berada dalam posisi yang lebih rendah dan menetap. Hal ini
penting jika sulit membedakan dengan sianosis.
• Lebam mayat mungkin sulit dibedakan dengan memar
• Bintik perdarahan mungkin sulit dibedakan dengan lebam mayat
• Keadaan dibawah suhu lingkungan, membuat warna keunguan pada
lebam mayat akan terlihat merah terang atau merah muda karena
resaturasi hemoglobin dengan oksigen. Hal ini penting untuk
membedakannya dengan keracunan karbon monoksida
18
DEKOMPOSISI
• Dekomposisi adalah kehancuran jaringan tubuh setelah
meninggal. Bagaimanapun, dibawah kondisi lingkungan
spesifik tertentu, modifikasi dekomposisi tubuh yag mati
terjadi dan kasus tersebut tidak mudah dan total penghacuran
tubuh mati, adalah dibutuhkan waktu yang cukup.
• Modifikasi dekomposisi tersebut dapat terjadi jika
pembentukan mumifikasi dan adipocere.
• Kategori dan tahap dari dekomposisi
1. Early dekomposisi
2. Advanced dekomposisi
3. Partial skeletonization
4. Skeletonization
19
MEKANISME DEKOMPOSISI
1. Autolisis.
• Penghancuran pada jaringan tubuh oleh pelepasan
enzim dari penghancuran sel.
2. Pembusukan.
• Ini adalah perubahan yang dihasilkan oleh aksi bakteri
dan mikroorganisme lain berkembang pada tubuh
3. Jenis postmortem yang ketiga
• Penghancuran bisa diidentifikasi pada beberapa tubuh
yang tidak dibuang. Seperti keancuran postmortem
tersebut dibawa keluar karena serangan berbagai jenis
hewan seperti serangga, tikus, rubah, srigala, burung
pemakan bangkai, ikan, dan lainlain.
20
PERUBAHAN DEKOMPOSISI
21
Tanda eksternal:
• Tanda eksternal pertama dari pembusukan (dekomposisi)
adalah perubahan sebuah warna kehijauan dari sisi kanan perut
atas wilayah caecum tepat. Secara bertahap warna menyebar ke
seluruh perut, dan di dada dan saat ini bau busuk menjadi
semu.
• Sebagai proses berlangsung dekomposisi, bau aneh yang
dipancarkan oleh tubuh menarik serangga. Setelah invasi tubuh
oleh lalat, mereka bertelur di 18 sampai 36 jam tergantung pada
kondisi lingkungan. Mereka biasanya bertelur di dekat lubang.
Telur menetas dalam waktu 12-24 jam untuk larva. Larva juga
disebut sebagai belatung.
TANDA INTERNAL
Skeletonikasi
• Skeletonikasi akan tergantung pada banyak faktor, termasuk iklim dan
lingkungan mikro seluruh tubuh. Ini akan terjadi lebih cepat dalam tubuh
pada permukaan tanah dari di salah satu yang dimakamkan. Secara
umum, dalam tubuh yang terkubur, jaringan lunak akan hilang 2 tahun.
Tendon, ligamen, rambut dan kuku akan diidentifikasi untuk beberapa
waktu setelah itu. Pada sekitar 5 tahun, tulang akan telanjang.
1. Komplit - semua jaringan lunak dihapus
2. Partial - di sini hanya bagian dari tulang yang terkena kulit, otot,
jaringan lunak dan organ mungkin kehilangan sebelum kerangka menjadi
terpisah. Pisahan itu biasanya berlangsung dari kepala ke bawah (untuk
memisahkan misalnya mandibula dari tengkorak, tengkorak memisahkan
dari tulang belakang leher).
22
Adipocere
• Istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti "lemak"
(adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras
yang terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan jarang terjadi,
terutama terkubur selama waktu dingin, lingkungan yang lembab dan
paling sering terlihat setelah mayat telah terendam air selama musim
dingin. Tidak semua badan memiliki adipocere ditemukan dalam air.
• Misalnya, mayat yang ditemukan dalam kantong plastik yang menyediakan
lingkungan yang lembab juga dapat mengalami perubahan ini.
Pembentukan zat ini membutuhkan lemak. Jaringan lemak di bawah kulit
mulai berubah menjadi sabun. Umumnya, wanita dan anak-anak
membentuk adipocere lebih mudah karena mereka memiliki kandungan
lemak yang lebih tinggi. Pengerasan biasanya membutuhkan waktu
beberapa bulan untuksepenuhnya berkembang tapi jarang dapat
sepenuhnya berkembang dalam waktu 4 minggu.
23
Mummifikasi
• Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna
hitam kecoklatan dan perkamen. Mummifikasi menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki
dalam keadaan kering, keras dan layu.
• Pengeringan dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dapat menyebabkan
penyusutan kulit dan karena menyusut dan meregangan, menyebabkan
perpecahan besar terutama perpecahan ini umum dipangkal paha, leher dan
ketiak.
• Lemak subkutan mejadi cair selama mummifikasi.
• Organ internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin
tidak mudah diindentifikasi.
• Penghancuran tubuh mumifikasi terjadi akhir. Jaringan diubah menjadi debu.
• Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat dinyatakan
bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti dibahas di bawah.
Peripheral mummifikasi adalah fenomena yang cukup umum dengan ekstremitas
distal, terutama jari-jari dan jari-jari kaki dalam waktu 2 sampai 3 hari. Dalam
kondisi lingkungan, perubahan dapat terjadi antara kira-kira 3 minggu sampai 3
bulan.
24
KESIMPULAN
25
26
• Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika tubuh di
temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Kecuali kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat ditentukan.
• Estimasi waktu setelah kematian yang paling mendekati adalah melalui
pertimbangan semua data investigasi, termasuk pemeriksaan tubuh di tempat
kematian. Awal timbulnya Livor mortis, rigor mortis, dan postmortem lainnya.
Tanda kematian ada yang tidak pasti seperti pernafasan berhenti berhenti, dinilai
selama lebih dari 10 menit, terhentinya sirkulasi dinilai dalam 15 menit dengan
nadi karotis tidak teraba, kulit pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi,
pembuluh darah retina mengalami segmentasi, dan terjadi pengeringan kornea.
• Tanda kematian pasti yang terdiri dari livor mortis yang dapat ditemukan pada
bagian terendah tubuh dipengaruji oleh gaya gravitasi yang mulai muncul 2-4 jam
setelah kematian dan tidak menghilang dengan penekanan setelah 8-12 jam
setelah kematian. Algor mortis dapat disebut penurunan suhu tubuh dimana Pada
beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid kemudian setelah itu suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga
mencapai suhu yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Rigor mortis atau kaku
mayat mulai terjadi 1-6 jam setelah kematian dan lengkap pada 10-12 jam, dan
menghilang 12-36 jam. Dekomposisi atau pembusukan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, dapat muncul setelah 24 jam kematian.
27
THANK YOU

More Related Content

Similar to PPT TANATOLOGI.pptx

Pengurusan Jenazah.pptx
Pengurusan Jenazah.pptxPengurusan Jenazah.pptx
Pengurusan Jenazah.pptx
BugaroIvishikHaha
 
Askep Cedera kepala
Askep Cedera kepalaAskep Cedera kepala
Askep Cedera kepala
Arief Don Alejandro Pokonda
 
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptx
SOP dan definisi  perawatan klien meninggalnew.pptxSOP dan definisi  perawatan klien meninggalnew.pptx
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptx
TeguhSetiawan64
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptx
SitiMutia15
 
Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tb
benyrw
 
Pp dasar (peri heriyanto)
Pp dasar (peri heriyanto)Pp dasar (peri heriyanto)
Pp dasar (peri heriyanto)
PeriHeriyanto1
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
Yosia Adi Setiawan
 
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptxBHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
Odesyafar
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
aishadhiyas
 
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical facultyadam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
BrianYeremia1
 
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi KesihatanLeptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Yonizam Syahrul
 
ASFIKSIA (forensik).pdf
ASFIKSIA (forensik).pdfASFIKSIA (forensik).pdf
ASFIKSIA (forensik).pdf
nursinghealthlessons
 
FISRT AID PRINT.pptx
FISRT AID PRINT.pptxFISRT AID PRINT.pptx
FISRT AID PRINT.pptx
Nuranto4
 
Sistem ekskres
Sistem ekskresSistem ekskres
Sistem ekskres
Pakdhe Kardan
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
Hari sayyber
 
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.docc_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
ipung24
 
Etnografi Kematian dalam Perspektif Budaya Jawa
Etnografi Kematian dalam Perspektif Budaya JawaEtnografi Kematian dalam Perspektif Budaya Jawa
Etnografi Kematian dalam Perspektif Budaya Jawa
Imam Sunarno
 

Similar to PPT TANATOLOGI.pptx (20)

kuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.pptkuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.ppt
 
Pengurusan Jenazah.pptx
Pengurusan Jenazah.pptxPengurusan Jenazah.pptx
Pengurusan Jenazah.pptx
 
Askep Cedera kepala
Askep Cedera kepalaAskep Cedera kepala
Askep Cedera kepala
 
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptx
SOP dan definisi  perawatan klien meninggalnew.pptxSOP dan definisi  perawatan klien meninggalnew.pptx
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptx
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptx
 
Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tb
 
Pp dasar (peri heriyanto)
Pp dasar (peri heriyanto)Pp dasar (peri heriyanto)
Pp dasar (peri heriyanto)
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
 
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptxBHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
 
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical facultyadam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
 
Gerontik 2
Gerontik 2Gerontik 2
Gerontik 2
 
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi KesihatanLeptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
 
Makalah parasitologi
Makalah parasitologiMakalah parasitologi
Makalah parasitologi
 
ASFIKSIA (forensik).pdf
ASFIKSIA (forensik).pdfASFIKSIA (forensik).pdf
ASFIKSIA (forensik).pdf
 
FISRT AID PRINT.pptx
FISRT AID PRINT.pptxFISRT AID PRINT.pptx
FISRT AID PRINT.pptx
 
Sistem ekskres
Sistem ekskresSistem ekskres
Sistem ekskres
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
 
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.docc_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
 
Etnografi Kematian dalam Perspektif Budaya Jawa
Etnografi Kematian dalam Perspektif Budaya JawaEtnografi Kematian dalam Perspektif Budaya Jawa
Etnografi Kematian dalam Perspektif Budaya Jawa
 

Recently uploaded

Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 

Recently uploaded (20)

Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 

PPT TANATOLOGI.pptx

  • 1. REFERAT TANATOLOGI Sabtu, 23 November 2019 PEMBIMBING: dr. Surjit Singh, Sp.F, DFM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2019
  • 3. 3 Namun, informasi yang memadai sering tersedia untuk dapat menerka perkiraan rentang waktu yang meliputi saat kematian sebenarnya Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika tubuh di temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan dengan pasti. Kecuali kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat ditentukan
  • 5. 5 Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. DEFENISI
  • 6. MANFAAAT TANATOLOGI 6 Menetapkan hidup atau matinya korban Memperkirakan lama kematian korban Menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban
  • 7. • Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. • Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara • Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. • Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum • Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum 7 JENIS-JENIS KEMATIAN
  • 8. 8 CARA MENDETEKSI KEMATIAN • Sistem saraf : tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada tonus, dan elektroensefalografi (EEG) mendatar/ flat. • Sistem kardiovaskuler denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektrokardiografi (EKG) mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard), dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis. • Sistem pernapasan : tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi, tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes, tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban.
  • 9. Tanda Kematian tidak pasti • Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit. • Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba. • Kulit pucat. • Tonus otot menghilang dan relaksasi. • Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. • Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata Tanda Kematian pasti • ALGOR MORTIS • RIGOR MORTIS • LIVOR MORTIS • DEKOMPOSISI 9 TANDA-TANDA KEMATIAN
  • 10. ALGOR MORTIS • Penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis = setelah kematian) Temperatur oral normal pada individu yang hidup adalah 37° C (98,7°F) pada rectal suhu lebih tinggi sekitar 0,5°C dibanding temperatur oral. • Setelah meninggal suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai dengan lingkungan sekitar. • Menggunakan thermometer kimia, ukuran 25 cm dengan rentang suhu 0°C - 50°C 1. Rectum, 4 inchi di atas anus 2. Daerah sub-hepatic 10
  • 11. PENILAIAN ALGOR MORTIS • Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat. • Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting. • Dahi dingin setelah 4 jam post mortem. • Badan dingin setelah 12 jam post mortem. • Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem. • Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan lairnya. 11
  • 12. RIGOR MORTIS Mekanisme: • Kurangnya oksigen berarti bahwa energi tidak dapat diperoleh dari glikogen melalui glukosa menggunakan fosforilasi oksidatif sehingga produksi adenosin trifosfat (ATP) dari proses ini berhenti. (Proses Anoksik sekunder) • Asam laktat yang merupakan produk sampingan respirasi anoksik, sitoplasma sel menjadi semakin asam. Dalam menghadapi jumlah ATP rendah dan keasaman tinggi, aktin dan miosin berikatan bersama dan membentuk gel. • Hasil dari perubahan metabolik selular kompleks ini adalah otot-otot yang menjadi kaku 12
  • 13. • Rigor berkembang merata di seluruh tubuh tetapi umumnya pertama didapatkan pada kelompok otot yang lebih kecil seperti otot di sekitar mata dan mulut, rahang dan jari-jari. • Kekakuan biasanya terlihat pertama di rahang, maka siku dan akhirnya lutut. • Tubuh dikatakan dalam kekakuan lengkap atau penuh ketika rahang, siku dan lutut sendi yang tidak bergerak. 13
  • 14. • Dalam kondisi beriklim sedang rigor umumnya dapat terdeteksi di wajah antara sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada tungkai antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah kematian, dengan kekuatan rigor meningkat menjadi maksimal sekitar 18 jam setelah kematian • Tubuh akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu yang sama ini sebelum dekomposisi menyebabkan otot-otot untuk mulai lumayan melonggarkan. Setelah terjadi, rigor akan menetap sampai sekitar 50 jam setelah kematian sampai autolisis dan dekomposisi sel-sel otot mengintervensi dan otot menjadi flaksid lagi 14
  • 15. LIVOR MORTIS Livor Mortis (Postmortem Lividity, Postmortem Stains, Postmortem Hypostatis, Postmortem Suggillation, Postmortem Vibices, lebam mayat) yaitu warna ungu kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh akibat akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah kecil di bagian tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi Livor Mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong berat badan tubuh seperti bahu, punggung, bokong, betis pada saat terbaring diatas permukaan yang keras. 15
  • 16. • Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska kematian, semakin lama intensitasnya bertambah kemudian menetap setelah 8-12 jam • Dengan demikian penekanan pada daerah terbentuknya livor mortis yang dilakukan setelah 8- 12 jam tidak akan menghilang. • Hilangnya livor mortis pada penekanan dengan ibu jari memberi indikasi bahwa livor mortis belum terfiksasi secara sempurna. • Lebam mayat dikatakan sempurna ketika area lebam tidak menghilang jika ditekan (misalnya dengan ibu jari) selama 30 detik. 16
  • 17. WARNA LIVOR MORTIS • Warna lebam dapat menentukan penyebab kematian, misalnya merah terang pada keracunan karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta kecokelatan pada keracunan aniline, nitrit, atau sulfonal 17
  • 18. KEPENTINGAN MEDIKOLEGEAL • Sebagai tanda pasti kematian • Estimasi waktu kematian dapat ditentukan • Distribusi terbentuknya lebam mayat, dapat membantu posisi tubuh mayat saat kematian • Penyebab kematian – diketahui dari warna lebam mayat yang terbentuk • Lebam mayat mungkin dapat ditemukan di jaringan bawah kuku jika memang berada dalam posisi yang lebih rendah dan menetap. Hal ini penting jika sulit membedakan dengan sianosis. • Lebam mayat mungkin sulit dibedakan dengan memar • Bintik perdarahan mungkin sulit dibedakan dengan lebam mayat • Keadaan dibawah suhu lingkungan, membuat warna keunguan pada lebam mayat akan terlihat merah terang atau merah muda karena resaturasi hemoglobin dengan oksigen. Hal ini penting untuk membedakannya dengan keracunan karbon monoksida 18
  • 19. DEKOMPOSISI • Dekomposisi adalah kehancuran jaringan tubuh setelah meninggal. Bagaimanapun, dibawah kondisi lingkungan spesifik tertentu, modifikasi dekomposisi tubuh yag mati terjadi dan kasus tersebut tidak mudah dan total penghacuran tubuh mati, adalah dibutuhkan waktu yang cukup. • Modifikasi dekomposisi tersebut dapat terjadi jika pembentukan mumifikasi dan adipocere. • Kategori dan tahap dari dekomposisi 1. Early dekomposisi 2. Advanced dekomposisi 3. Partial skeletonization 4. Skeletonization 19
  • 20. MEKANISME DEKOMPOSISI 1. Autolisis. • Penghancuran pada jaringan tubuh oleh pelepasan enzim dari penghancuran sel. 2. Pembusukan. • Ini adalah perubahan yang dihasilkan oleh aksi bakteri dan mikroorganisme lain berkembang pada tubuh 3. Jenis postmortem yang ketiga • Penghancuran bisa diidentifikasi pada beberapa tubuh yang tidak dibuang. Seperti keancuran postmortem tersebut dibawa keluar karena serangan berbagai jenis hewan seperti serangga, tikus, rubah, srigala, burung pemakan bangkai, ikan, dan lainlain. 20
  • 21. PERUBAHAN DEKOMPOSISI 21 Tanda eksternal: • Tanda eksternal pertama dari pembusukan (dekomposisi) adalah perubahan sebuah warna kehijauan dari sisi kanan perut atas wilayah caecum tepat. Secara bertahap warna menyebar ke seluruh perut, dan di dada dan saat ini bau busuk menjadi semu. • Sebagai proses berlangsung dekomposisi, bau aneh yang dipancarkan oleh tubuh menarik serangga. Setelah invasi tubuh oleh lalat, mereka bertelur di 18 sampai 36 jam tergantung pada kondisi lingkungan. Mereka biasanya bertelur di dekat lubang. Telur menetas dalam waktu 12-24 jam untuk larva. Larva juga disebut sebagai belatung.
  • 22. TANDA INTERNAL Skeletonikasi • Skeletonikasi akan tergantung pada banyak faktor, termasuk iklim dan lingkungan mikro seluruh tubuh. Ini akan terjadi lebih cepat dalam tubuh pada permukaan tanah dari di salah satu yang dimakamkan. Secara umum, dalam tubuh yang terkubur, jaringan lunak akan hilang 2 tahun. Tendon, ligamen, rambut dan kuku akan diidentifikasi untuk beberapa waktu setelah itu. Pada sekitar 5 tahun, tulang akan telanjang. 1. Komplit - semua jaringan lunak dihapus 2. Partial - di sini hanya bagian dari tulang yang terkena kulit, otot, jaringan lunak dan organ mungkin kehilangan sebelum kerangka menjadi terpisah. Pisahan itu biasanya berlangsung dari kepala ke bawah (untuk memisahkan misalnya mandibula dari tengkorak, tengkorak memisahkan dari tulang belakang leher). 22
  • 23. Adipocere • Istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti "lemak" (adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras yang terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan jarang terjadi, terutama terkubur selama waktu dingin, lingkungan yang lembab dan paling sering terlihat setelah mayat telah terendam air selama musim dingin. Tidak semua badan memiliki adipocere ditemukan dalam air. • Misalnya, mayat yang ditemukan dalam kantong plastik yang menyediakan lingkungan yang lembab juga dapat mengalami perubahan ini. Pembentukan zat ini membutuhkan lemak. Jaringan lemak di bawah kulit mulai berubah menjadi sabun. Umumnya, wanita dan anak-anak membentuk adipocere lebih mudah karena mereka memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi. Pengerasan biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuksepenuhnya berkembang tapi jarang dapat sepenuhnya berkembang dalam waktu 4 minggu. 23
  • 24. Mummifikasi • Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna hitam kecoklatan dan perkamen. Mummifikasi menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki dalam keadaan kering, keras dan layu. • Pengeringan dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dapat menyebabkan penyusutan kulit dan karena menyusut dan meregangan, menyebabkan perpecahan besar terutama perpecahan ini umum dipangkal paha, leher dan ketiak. • Lemak subkutan mejadi cair selama mummifikasi. • Organ internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin tidak mudah diindentifikasi. • Penghancuran tubuh mumifikasi terjadi akhir. Jaringan diubah menjadi debu. • Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat dinyatakan bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti dibahas di bawah. Peripheral mummifikasi adalah fenomena yang cukup umum dengan ekstremitas distal, terutama jari-jari dan jari-jari kaki dalam waktu 2 sampai 3 hari. Dalam kondisi lingkungan, perubahan dapat terjadi antara kira-kira 3 minggu sampai 3 bulan. 24
  • 26. 26 • Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika tubuh di temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan dengan pasti. Kecuali kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat ditentukan. • Estimasi waktu setelah kematian yang paling mendekati adalah melalui pertimbangan semua data investigasi, termasuk pemeriksaan tubuh di tempat kematian. Awal timbulnya Livor mortis, rigor mortis, dan postmortem lainnya. Tanda kematian ada yang tidak pasti seperti pernafasan berhenti berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit, terhentinya sirkulasi dinilai dalam 15 menit dengan nadi karotis tidak teraba, kulit pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, pembuluh darah retina mengalami segmentasi, dan terjadi pengeringan kornea. • Tanda kematian pasti yang terdiri dari livor mortis yang dapat ditemukan pada bagian terendah tubuh dipengaruji oleh gaya gravitasi yang mulai muncul 2-4 jam setelah kematian dan tidak menghilang dengan penekanan setelah 8-12 jam setelah kematian. Algor mortis dapat disebut penurunan suhu tubuh dimana Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid kemudian setelah itu suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Rigor mortis atau kaku mayat mulai terjadi 1-6 jam setelah kematian dan lengkap pada 10-12 jam, dan menghilang 12-36 jam. Dekomposisi atau pembusukan sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dapat muncul setelah 24 jam kematian.