- Tanatologi mempelajari perubahan yang terjadi pada mayat setelah kematian dan faktor yang mempengaruhinya
- Tanda kematian awal meliputi berhentinya nafas dan sirkulasi darah, kulit pucat, hilangnya tonus otot
- Perubahan lanjut meliputi livor mortis, rigor mortis, dan penurunan suhu tubuh
Dokumen tersebut membahas tentang thanatologi, ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dibahas pula definisi istilah kematian, diagnosis mati, tanda-tanda kematian, dan proses yang terjadi setelah kematian seperti algor mortis dan livor mortis."
Bab 11 membahas mengenai berbagai jenis keracunan dan tindakan pertolongan darurat yang sesuai. Keracunan dapat terjadi melalui penelanan, kontak kulit, pernapasan, gigitan atau sengatan. Gejala umum meliputi muntah darah, lemah, dan botol kosong di tempat kejadian. Langkah awal adalah mencegah mangsa muntah, memastikan saluran napas terbuka, dan memanggil ambulans. Berbagai jenis racun
- Tanatologi mempelajari perubahan yang terjadi pada mayat setelah kematian dan faktor yang mempengaruhinya
- Tanda kematian awal meliputi berhentinya nafas dan sirkulasi darah, kulit pucat, hilangnya tonus otot
- Perubahan lanjut meliputi livor mortis, rigor mortis, dan penurunan suhu tubuh
Dokumen tersebut membahas tentang thanatologi, ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dibahas pula definisi istilah kematian, diagnosis mati, tanda-tanda kematian, dan proses yang terjadi setelah kematian seperti algor mortis dan livor mortis."
Bab 11 membahas mengenai berbagai jenis keracunan dan tindakan pertolongan darurat yang sesuai. Keracunan dapat terjadi melalui penelanan, kontak kulit, pernapasan, gigitan atau sengatan. Gejala umum meliputi muntah darah, lemah, dan botol kosong di tempat kejadian. Langkah awal adalah mencegah mangsa muntah, memastikan saluran napas terbuka, dan memanggil ambulans. Berbagai jenis racun
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala, meliputi pengertian trauma kepala, jenis-jenis cedera kepala seperti kontusi, hematoma epidural dan subdural, pemeriksaan diagnostik seperti CT-Scan dan MRI, serta penatalaksanaan seperti observasi, kraniotomi, ventrikulostomi, dan kranioplasti.
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptxTeguhSetiawan64
Perawatan jenazah merupakan tindakan penting yang harus dilakukan oleh perawat setelah kematian pasien. Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan tubuh jenazah dari peralatan medis, menghormati jenazah, dan mencegah penyebaran infeksi. Perawatan jenazah meliputi melepaskan peralatan medis, membersihkan tubuh, memakaikan label identitas, serta merapikan penampilan jenazah sebelum diserahkan kep
Kerusakan pada vertebrae setinggi xiphoid proses dapat menyebabkan kerusakan pada saraf bawahnya dan kelemahan otot. Spondilitis TB atau penyakit Pott merupakan infeksi tulang belakang akibat Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinis meliputi nyeri punggung, deformitas tulang belakang, dan paraplegi. Pemeriksaan laboratorium, histopatologi, kultur, PCR, dan ICT dapat membantu diagnosis.
Dokumen tersebut membahas sistem ekskresi pada manusia dan ikan. Pada manusia, organ ekskresi utama adalah ginjal, hati, kulit, dan paru-paru. Sedangkan pada ikan, organ ekskresi berupa sepasang ginjal opistonefros. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai gangguan pada sistem ekskresi manusia seperti batu ginjal, radang ginjal, dan hepatitis.
Dokumen tersebut membahas tentang asfiksia atau kematian akibat kekurangan oksigen, termasuk penjelasan mengenai etiologi, bentuk, tanda-tanda, dan pemeriksaan jenazah pada korban asfiksia."
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala, meliputi pengertian trauma kepala, jenis-jenis cedera kepala seperti kontusi, hematoma epidural dan subdural, pemeriksaan diagnostik seperti CT-Scan dan MRI, serta penatalaksanaan seperti observasi, kraniotomi, ventrikulostomi, dan kranioplasti.
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptxTeguhSetiawan64
Perawatan jenazah merupakan tindakan penting yang harus dilakukan oleh perawat setelah kematian pasien. Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan tubuh jenazah dari peralatan medis, menghormati jenazah, dan mencegah penyebaran infeksi. Perawatan jenazah meliputi melepaskan peralatan medis, membersihkan tubuh, memakaikan label identitas, serta merapikan penampilan jenazah sebelum diserahkan kep
Kerusakan pada vertebrae setinggi xiphoid proses dapat menyebabkan kerusakan pada saraf bawahnya dan kelemahan otot. Spondilitis TB atau penyakit Pott merupakan infeksi tulang belakang akibat Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinis meliputi nyeri punggung, deformitas tulang belakang, dan paraplegi. Pemeriksaan laboratorium, histopatologi, kultur, PCR, dan ICT dapat membantu diagnosis.
Dokumen tersebut membahas sistem ekskresi pada manusia dan ikan. Pada manusia, organ ekskresi utama adalah ginjal, hati, kulit, dan paru-paru. Sedangkan pada ikan, organ ekskresi berupa sepasang ginjal opistonefros. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai gangguan pada sistem ekskresi manusia seperti batu ginjal, radang ginjal, dan hepatitis.
Dokumen tersebut membahas tentang asfiksia atau kematian akibat kekurangan oksigen, termasuk penjelasan mengenai etiologi, bentuk, tanda-tanda, dan pemeriksaan jenazah pada korban asfiksia."
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. 3
Namun, informasi yang memadai sering
tersedia untuk dapat menerka perkiraan
rentang waktu yang meliputi saat kematian
sebenarnya
Menetapkan waktu kematian atau jarak antara
waktu kematian dan ketika tubuh di temukan
(postmortem interval) biasanya tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Kecuali kematian
disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat
ditentukan
5. 5
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang
berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan
yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
DEFENISI
7. • Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu
sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat
menetap.
• Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan
kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem
bersifat sementara
• Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan
tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.
• Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak
yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum
• Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi
kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk
batang otak dan serebelum
7
JENIS-JENIS KEMATIAN
8. 8
CARA MENDETEKSI KEMATIAN
• Sistem saraf : tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada
tonus, dan elektroensefalografi (EEG) mendatar/ flat.
• Sistem kardiovaskuler denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung
berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektrokardiografi (EKG)
mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah
jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat
penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard),
dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.
• Sistem pernapasan : tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi,
tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air
dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes, tidak ada uap
air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut
korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan
lubang hidung atau mulut korban.
9. Tanda Kematian tidak pasti
• Pernapasan berhenti, dinilai selama
lebih dari 10 menit.
• Terhentinya sirkulasi yang dinilai
selama 15 menit, nadi karotis tidak
teraba.
• Kulit pucat.
• Tonus otot menghilang dan
relaksasi.
• Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi beberapa menit setelah
kematian.
• Pengeringan kornea menimbulkan
kekeruhan dalam waktu 10 menit
yang masih dapat dihilangkan
dengan meneteskan air mata
Tanda Kematian pasti
• ALGOR MORTIS
• RIGOR MORTIS
• LIVOR MORTIS
• DEKOMPOSISI
9
TANDA-TANDA KEMATIAN
10. ALGOR MORTIS
• Penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis = setelah
kematian) Temperatur oral normal pada individu yang
hidup adalah 37° C (98,7°F) pada rectal suhu lebih tinggi
sekitar 0,5°C dibanding temperatur oral.
• Setelah meninggal suhu tubuh akan menurun secara
signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai dengan
lingkungan sekitar.
• Menggunakan thermometer kimia, ukuran 25 cm dengan
rentang suhu 0°C - 50°C
1. Rectum, 4 inchi di atas anus
2. Daerah sub-hepatic
10
11. PENILAIAN ALGOR MORTIS
• Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan
penurunan suhu tubuh mayat.
• Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
• Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
• Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
• Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post
mortem.
• Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya
tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan lairnya.
11
12. RIGOR MORTIS
Mekanisme:
• Kurangnya oksigen berarti bahwa energi tidak dapat
diperoleh dari glikogen melalui glukosa menggunakan
fosforilasi oksidatif sehingga produksi adenosin trifosfat
(ATP) dari proses ini berhenti. (Proses Anoksik sekunder)
• Asam laktat yang merupakan produk sampingan respirasi
anoksik, sitoplasma sel menjadi semakin asam. Dalam
menghadapi jumlah ATP rendah dan keasaman tinggi, aktin
dan miosin berikatan bersama dan membentuk gel.
• Hasil dari perubahan metabolik selular kompleks ini adalah
otot-otot yang menjadi kaku
12
13. • Rigor berkembang merata di seluruh tubuh
tetapi umumnya pertama didapatkan pada
kelompok otot yang lebih kecil seperti otot di
sekitar mata dan mulut, rahang dan jari-jari.
• Kekakuan biasanya terlihat pertama di rahang,
maka siku dan akhirnya lutut.
• Tubuh dikatakan dalam kekakuan lengkap atau
penuh ketika rahang, siku dan lutut sendi yang
tidak bergerak.
13
14. • Dalam kondisi beriklim sedang rigor umumnya dapat
terdeteksi di wajah antara sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada
tungkai antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah kematian,
dengan kekuatan rigor meningkat menjadi maksimal sekitar
18 jam setelah kematian
• Tubuh akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu yang sama
ini sebelum dekomposisi menyebabkan otot-otot untuk mulai
lumayan melonggarkan. Setelah terjadi, rigor akan menetap
sampai sekitar 50 jam setelah kematian sampai autolisis dan
dekomposisi sel-sel otot mengintervensi dan otot menjadi
flaksid lagi
14
15. LIVOR MORTIS
Livor Mortis (Postmortem Lividity, Postmortem Stains,
Postmortem Hypostatis, Postmortem Suggillation,
Postmortem Vibices, lebam mayat) yaitu warna ungu
kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh
akibat akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah
kecil di bagian tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi
Livor Mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong
berat badan tubuh seperti bahu, punggung, bokong, betis
pada saat terbaring diatas permukaan yang keras.
15
16. • Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska
kematian, semakin lama intensitasnya bertambah
kemudian menetap setelah 8-12 jam
• Dengan demikian penekanan pada daerah
terbentuknya livor mortis yang dilakukan setelah 8-
12 jam tidak akan menghilang.
• Hilangnya livor mortis pada penekanan dengan ibu
jari memberi indikasi bahwa livor mortis belum
terfiksasi secara sempurna.
• Lebam mayat dikatakan sempurna ketika area lebam
tidak menghilang jika ditekan (misalnya dengan ibu
jari) selama 30 detik.
16
17. WARNA LIVOR MORTIS
• Warna lebam dapat menentukan penyebab
kematian, misalnya merah terang pada keracunan
karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta
kecokelatan pada keracunan aniline, nitrit, atau
sulfonal
17
18. KEPENTINGAN MEDIKOLEGEAL
• Sebagai tanda pasti kematian
• Estimasi waktu kematian dapat ditentukan
• Distribusi terbentuknya lebam mayat, dapat membantu posisi tubuh
mayat saat kematian
• Penyebab kematian – diketahui dari warna lebam mayat yang terbentuk
• Lebam mayat mungkin dapat ditemukan di jaringan bawah kuku jika
memang berada dalam posisi yang lebih rendah dan menetap. Hal ini
penting jika sulit membedakan dengan sianosis.
• Lebam mayat mungkin sulit dibedakan dengan memar
• Bintik perdarahan mungkin sulit dibedakan dengan lebam mayat
• Keadaan dibawah suhu lingkungan, membuat warna keunguan pada
lebam mayat akan terlihat merah terang atau merah muda karena
resaturasi hemoglobin dengan oksigen. Hal ini penting untuk
membedakannya dengan keracunan karbon monoksida
18
19. DEKOMPOSISI
• Dekomposisi adalah kehancuran jaringan tubuh setelah
meninggal. Bagaimanapun, dibawah kondisi lingkungan
spesifik tertentu, modifikasi dekomposisi tubuh yag mati
terjadi dan kasus tersebut tidak mudah dan total penghacuran
tubuh mati, adalah dibutuhkan waktu yang cukup.
• Modifikasi dekomposisi tersebut dapat terjadi jika
pembentukan mumifikasi dan adipocere.
• Kategori dan tahap dari dekomposisi
1. Early dekomposisi
2. Advanced dekomposisi
3. Partial skeletonization
4. Skeletonization
19
20. MEKANISME DEKOMPOSISI
1. Autolisis.
• Penghancuran pada jaringan tubuh oleh pelepasan
enzim dari penghancuran sel.
2. Pembusukan.
• Ini adalah perubahan yang dihasilkan oleh aksi bakteri
dan mikroorganisme lain berkembang pada tubuh
3. Jenis postmortem yang ketiga
• Penghancuran bisa diidentifikasi pada beberapa tubuh
yang tidak dibuang. Seperti keancuran postmortem
tersebut dibawa keluar karena serangan berbagai jenis
hewan seperti serangga, tikus, rubah, srigala, burung
pemakan bangkai, ikan, dan lainlain.
20
21. PERUBAHAN DEKOMPOSISI
21
Tanda eksternal:
• Tanda eksternal pertama dari pembusukan (dekomposisi)
adalah perubahan sebuah warna kehijauan dari sisi kanan perut
atas wilayah caecum tepat. Secara bertahap warna menyebar ke
seluruh perut, dan di dada dan saat ini bau busuk menjadi
semu.
• Sebagai proses berlangsung dekomposisi, bau aneh yang
dipancarkan oleh tubuh menarik serangga. Setelah invasi tubuh
oleh lalat, mereka bertelur di 18 sampai 36 jam tergantung pada
kondisi lingkungan. Mereka biasanya bertelur di dekat lubang.
Telur menetas dalam waktu 12-24 jam untuk larva. Larva juga
disebut sebagai belatung.
22. TANDA INTERNAL
Skeletonikasi
• Skeletonikasi akan tergantung pada banyak faktor, termasuk iklim dan
lingkungan mikro seluruh tubuh. Ini akan terjadi lebih cepat dalam tubuh
pada permukaan tanah dari di salah satu yang dimakamkan. Secara
umum, dalam tubuh yang terkubur, jaringan lunak akan hilang 2 tahun.
Tendon, ligamen, rambut dan kuku akan diidentifikasi untuk beberapa
waktu setelah itu. Pada sekitar 5 tahun, tulang akan telanjang.
1. Komplit - semua jaringan lunak dihapus
2. Partial - di sini hanya bagian dari tulang yang terkena kulit, otot,
jaringan lunak dan organ mungkin kehilangan sebelum kerangka menjadi
terpisah. Pisahan itu biasanya berlangsung dari kepala ke bawah (untuk
memisahkan misalnya mandibula dari tengkorak, tengkorak memisahkan
dari tulang belakang leher).
22
23. Adipocere
• Istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti "lemak"
(adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras
yang terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan jarang terjadi,
terutama terkubur selama waktu dingin, lingkungan yang lembab dan
paling sering terlihat setelah mayat telah terendam air selama musim
dingin. Tidak semua badan memiliki adipocere ditemukan dalam air.
• Misalnya, mayat yang ditemukan dalam kantong plastik yang menyediakan
lingkungan yang lembab juga dapat mengalami perubahan ini.
Pembentukan zat ini membutuhkan lemak. Jaringan lemak di bawah kulit
mulai berubah menjadi sabun. Umumnya, wanita dan anak-anak
membentuk adipocere lebih mudah karena mereka memiliki kandungan
lemak yang lebih tinggi. Pengerasan biasanya membutuhkan waktu
beberapa bulan untuksepenuhnya berkembang tapi jarang dapat
sepenuhnya berkembang dalam waktu 4 minggu.
23
24. Mummifikasi
• Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna
hitam kecoklatan dan perkamen. Mummifikasi menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki
dalam keadaan kering, keras dan layu.
• Pengeringan dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dapat menyebabkan
penyusutan kulit dan karena menyusut dan meregangan, menyebabkan
perpecahan besar terutama perpecahan ini umum dipangkal paha, leher dan
ketiak.
• Lemak subkutan mejadi cair selama mummifikasi.
• Organ internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin
tidak mudah diindentifikasi.
• Penghancuran tubuh mumifikasi terjadi akhir. Jaringan diubah menjadi debu.
• Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat dinyatakan
bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti dibahas di bawah.
Peripheral mummifikasi adalah fenomena yang cukup umum dengan ekstremitas
distal, terutama jari-jari dan jari-jari kaki dalam waktu 2 sampai 3 hari. Dalam
kondisi lingkungan, perubahan dapat terjadi antara kira-kira 3 minggu sampai 3
bulan.
24
26. 26
• Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika tubuh di
temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Kecuali kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat ditentukan.
• Estimasi waktu setelah kematian yang paling mendekati adalah melalui
pertimbangan semua data investigasi, termasuk pemeriksaan tubuh di tempat
kematian. Awal timbulnya Livor mortis, rigor mortis, dan postmortem lainnya.
Tanda kematian ada yang tidak pasti seperti pernafasan berhenti berhenti, dinilai
selama lebih dari 10 menit, terhentinya sirkulasi dinilai dalam 15 menit dengan
nadi karotis tidak teraba, kulit pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi,
pembuluh darah retina mengalami segmentasi, dan terjadi pengeringan kornea.
• Tanda kematian pasti yang terdiri dari livor mortis yang dapat ditemukan pada
bagian terendah tubuh dipengaruji oleh gaya gravitasi yang mulai muncul 2-4 jam
setelah kematian dan tidak menghilang dengan penekanan setelah 8-12 jam
setelah kematian. Algor mortis dapat disebut penurunan suhu tubuh dimana Pada
beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid kemudian setelah itu suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga
mencapai suhu yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Rigor mortis atau kaku
mayat mulai terjadi 1-6 jam setelah kematian dan lengkap pada 10-12 jam, dan
menghilang 12-36 jam. Dekomposisi atau pembusukan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, dapat muncul setelah 24 jam kematian.