Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan kepemimpinan dengan manajemen.
Meringkaskan kesimpulan-kesimpulan dari teori sifat kepemimpinan.
Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama dan keterbatasan pokok dari teori-tori mengenai perilaku.
Menilai teori kontingensi kepemimpinan dengan level pendukung mereka.
Dalam organisasi media, salah satu faktor penting yang mempengaruhi jalannya organisasi adalah kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan dan manajemen adalah dua istilah yang sering membingungkan, karena maknanya seolah-olah tumpang tindih. Manajemen adalah menangani kompleksitas. Manajemen yang baik membawa keteraturan dan konsistensi, dengan merancang rencana-rencana formal, mendesain struktur organisasi yang ketat, dan memantau hasil-hasilnya dibandingkan dengan rencana semula. Kepemimpinan sebaliknya adalah menangani perubahan.
MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
(Studi Kasus di MTs Negeri 3 Rokan Hulu)
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
3. Teori Sifat Kepemimpinan
Menurut Edwin Ghiselli, ada 6 sifat
kepemimpinan yang efektif
Kemampuannya dalam
kedudukannya sebagai pengawas
Kebutuhan akan prestasi dalam
pekerjaan
Kecerdasan
Ketegasan
Kepercayaan diri
Inisiatif
4. GROUP & EXCHANGE THEORY
Hubungan antara pemimpin dan
pengikut pada dasarnya bersifat
“exchange” pertimbangan untung/rugi.
Komitmen akan muncul dari pengikut
jika pemimpin memberikan exchange
positif (rewards).
Pemimpin harus lebih banyak
memberikan rewards daripada beban
(cost).
5. LEADER-MEMBER EXCHANGE THEORY
(SASHKIN)
Didasarkan gagasan bahwa kepemimpinan
merupakan hubungan dua orang (dyadic).
Hubungan akan efektif apabila pemimpin
mempertukarkan suatu imbalan kerja
(sesuatu yang diinginkan).
Setiap pemimpin-pengikut menyepakati
suatu “janji”.
6. TEORI KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth
H. Blanchard (1977) dengan mendasarkan
kepada teori-teori kepemimpinan sebelumnya.
Teori ini berasumsi bahwa hubungan antara
pemimpin – bawahan yang efektif tergantung
kepada tingkat kematangan bawahan dan
kemauan pemimpin untuk menyesuaikan
orientasinya (baik orientasi tugas ataupun
hubungan antar manusia).
Ingat bahwa Pendekatan situasional : Menggambarkan bahwa
gaya yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor
seperti situasi, karyawan, tugas organisasi, variabel lingkungan
lainnya.
7. Lanjutan…
Makin matang si terpimpin/bawahan, pemimpin harus
mengurangi tingkat struktur tugas dan menambah orientasi
hubungannya.
Pada saat seseorang atau kelompok (terpimpin) bergerak dan
mencapai tingkat rata-rata kematangan, pemimpin harus
mengurangi baik hubungan maupun orientasi tugasnya.
Keadaan ini berlangsung sampai terpimpin (bawahan) mencapai
tingkat kematangan penuh, di mana bawahan sudah dapat
mandiri baik dilihat dari kematangan kerjanya, atau
psikologisnya. Supervisi yang ketat tidak lagi diperlukan, dan
pemimpin sudah dapat mendelegasikan wewenangya kepada
bawahan.
8. TEORI-TEORI KONTINGENSI
Model Fiedler
Kinerja kelompok yang efektif tergantung
pada perpaduan yang memadai antara gaya
interaksi pemimpin dengan bawahannya dan
situasi yang memungkinkan pemimpin itu
mengendalikan dan mempengaruhi.
Asumsi:
Gaya kepemimpinan akan sangat efektif
dalam situasi-situasi yang berbeda.
9. TEORI JALAN KECIL – TUJUAN (SASARAN)
Tugas pemimpin adalah membantu pengikut-
pengikutnya mencapai sasaran mereka
memberikan arahan dan dukungan yang perlu
guna menjamin agar sasaran mereka sesuai
dengan tujuan keseluruhan organisasi.
Pemimpin diasumsikan gaya kepemimpinan
berbeda di waktu yang berbeda tergantung dengan
situasi:
Pemimpin yang Mengarahkan
Pemimpinan yang Membantu
Pemimpin yang Partisipatif
Pemimpin yang Berorientasi Prestasi
10. PATH – GOAL THEORY
Dalam pendekatan teori path-goal
mempergunakan kerangka teori motivasi.
Hal ini merupakan pengembangan yang
sehat karena kepemimpinan di satu pihak
sangat dekat, berhubungan dengan
motivasi kerja dan pihak lain berhubungan
dengan kekuasaan.
11. PENDEKATAN SOCIAL LEARNING
DALAM KEPEMIMPINAN
Teori yang dapat memberikan suatu model yang
menjamin kelangsungan, interaksi timbal balik antar
pemimpin, lingkungan dan perilakunya sendiri.
Antara pemimpin dan bawahan mempunyai kesempatan
untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang
timbul.
Pimpinan dan bawahan mempunyai hubungan interaksi
yang hidup dan mempunyai kesadaran untuk
menemukan bagaiman caranya menyempurnakan prilaku
masing-masing dengan memberikan penghargaan-
penghargaan yang diinginkan.
12. Pemimpin dengan Kecerdasan Emosi
(Emotional Quetiont)
Recognition Of Emotion
Expression Of Emotion
Management Of Emotion
(Daniel Goleman)