SlideShare a Scribd company logo
Kepemimpinan (Leadership) di
Industri Media
Oleh Satrio Arismunandar

Pengantar
Dalam organisasi media, salah satu faktor penting yang mempengaruhi jalannya
organisasi adalah kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan dan manajemen adalah
dua istilah yang sering membingungkan, karena maknanya seolah-olah tumpang tindih.
Menurut John Kotter dari Harvard Business School, manajemen adalah
menangani kompleksitas. Manajemen yang baik membawa keteraturan dan konsistensi,
dengan merancang rencana-rencana formal, mendesain struktur organisasi yang ketat,
dan memantau hasil-hasilnya dibandingkan dengan rencana semula.
Kepemimpinan sebaliknya adalah menangani perubahan. Para pemimpin
menetapkan arah lewat pengembangan sebuah visi ke masa depan. Lalu mereka
menggalang orang dengan mengkomunikasikan visi itu, dan memberi inspirasi pada
orang untuk mengatasi berbagai hambatan.
Para manajer menggunakan otoritas yang melekat pada jabatan hirarkis resmi
mereka untuk memperoleh kepatuhan dari para anggota organisasi. Manajemen terdiri
dari pengimplementasian visi dan strategi yang ditetapkan para pemimpin,
mengkoordinasikan dan mengatur staf organisasi, dan menangani berbagai problem
sehari-hari.
Meski ada definisi yang berbeda antara manajemen dan kepemimpinan, para
peneliti dan manajer sering tidak membedakan dua hal itu. Maka perlu merumuskan
kepemimpinan itu sedemikian rupa, agar mencakup bagaimana ia digunakan dalam teori
dan praktik.
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian tujuan-tujuan. Sumber pengaruh ini bisa bersifat formal, seperti kepemilikan
jabatan manajerial di organisasi. Maka orang bisa saja memegang peran kepemimpinan
karena posisi yang ia pegang di organisasi.
Namun tidak semua pemimpin adalah manajer. Juga, tidak semua manajer adalah
pemimpin. Meski seorang manajer memiliki hak-hak formal tertentu berkat jabatannya,
belum tentu mereka bisa memimpin secara efektif. Ada juga kemampuan mempengaruhi
yang berasal dari luar struktur formal organisasi, yang sama penting bahkan mungkin
lebih penting daripada kepemimpinan formal.
Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat
agar bisa mencapai keefektifan optimal. Dalam dunia yang dinamis sekarang, kita butuh
pemimpin-pemimpin yang bisa menantang status-quo, untuk menciptakan visi bagi masa
depan, dan untuk menginspirasi para anggota organisasi agar berhasrat mencapai visi itu.
Kita juga butuh para manajer untuk merumuskan rencana terinci, menciptakan struktur
organisasi yang efisien, dan mengawasi operasi sehari-hari.
Teori-teori Sifat (Trait Theories)
Teori-teori paling awal yang menonjol tentang kepemimpinan, yang sudah
muncul sejak peralihan zaman ke abad ke-20, adalah teori-teori sifat (trait theories).
Menurut teori ini, ada kualitas-kualitas dan ciri-ciri tertentu yang membedakan antara
―tokoh-tokoh besar dalam sejarah‖ (pemimpin) dan massa pengikutnya (bukan
pemimpin).
Misalnya, ciri-ciri apa yang membedakan tokoh seperti Mao Zedong, Adolf
Hitler, Winston Churchill, Stalin, Iskandar Agung, Jengiz Khan, Salahuddin al-Ayubi,
Bung Karno, dengan para pengikutnya? Ciri-ciri apa yang membedakan antara pemimpin
yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif? Ciri-ciri pembeda itu bisa bersifat
kepribadian, fisik, sosial, atau intelektual.
Lewat pendekatan ini, untuk menjelaskan keberhasilan pemimpin seperti Steve
Jobs, pendiri Apple Computer, misalnya, dikatakan bahwa ia memiliki sifat kecerdasan,
kharismatik, dan entusiastik.
Untuk menjelaskan keberhasilan Jakob Oetama, dalam membesarkan Kelompok
Kompas Gramedia (KKG) --dari sebuah media penerbitan biasa menjadi sebuah
konglomerasi besar—mungkin bisa disebutkan bahwa Jakob Oetama memiliki sifat hatihati, cermat, tekun, menghindari risiko yang tidak perlu, dan sebagainya.
Dari sekian banyak temuan penelitian selama separuh abad tentang sifat-sifat
kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa sifat yang meningkatkan
kemungkinan seseorang akan sukses sebagai pemimpin. Namun, tidak ada satupun dari
sifat-sifat itu yang menjamin kesuksesan sebagai pemimpin.
Pendekatan sifat-sifat ini memiliki keterbatasan. Misalnya, tidak ada sifat-sifat
yang bersifat universal, yang bisa memprediksi keefektifan kepemimpinan di semua
situasi. Oleh karena itu para peneliti mencoba ke pendekatan lain, yaitu teori-teori
perilaku.
Teori-teori Perilaku (Behavioral Theories)
Teori-teori perilaku (behavioral theories) tentang kepemimpinan tidak lagi
berfokus pada sifat-sifat di dalam diri seorang pemimpin, tetapi lebih melihat ke aspek
luar berupa perilaku atau tindakan. Teori perilaku ini menyatakan, ada perilaku-perilaku
spesifik yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin.
Menurut riset di Michigan State University pada akhir 1940-an, ada pola-pola
2
kepemimpinan tertentu yang menghasilkan kinerja efektif. Dari sekian banyak perilaku
yang diamati, diturunkan dua bentuk dasar perilaku pemimpin, yaitu: perilaku pemimpin
yang berpusat pada produksi (production-centred leaders), dan perilaku pemimpin yang
berpusat pada karyawan (employee-centred leaders).
Penyelia (supervisor) yang berpusat pada produksi cenderung lebih menekankan
pada penyelesaian tugas dan pekerjaan, ketimbang pada kesejahteraan karyawan.
Sedangkan penyelia yang berpusat pada karyawan lebih memperhatikan kesejahteraan
karyawannya. Secara umum, penyelia yang berpusat pada karyawan terlihat
menghasilkan kelompok kerja yang lebih produktif ketimbang penyelia yang berfokus
pada produksi.
Perilaku-perilaku ini bisa dipandang sebagai sebuah rentangan, di mana penyelia
yang berpusat pada karyawan berada di satu ujung, dan penyelia yang berpusat pada
produksi berada di ujung yang lain. Kadang-kadang istilah yang lebih umum, seperti
―berorientasi pada hubungan manusiawi‖ dan ―berorientasi pada tugas‖ digunakan untk
menjabarkan perilaku-perlaku alternatif para pemimpin.
Sedangkan menurut riset di Ohio State University, ada dua kategori utama yang
dilekatkan pada seorang pemimpin. Dua dimensi itu adalah memprakarsai struktur
(initiating structure) dan pertimbangan (consideration).
Pemimpin yang menunjukkan perilaku initiating structure yang tinggi, artinya ia
lebih menaruh perhatian terhadap penjabaran persyaratan dan tuntutan tugas, serta
penjelasan aspek-aspek lain yang terkait dengan agenda kerja. Pemimpin ini sangat mirip
dengan jenis pemimpin yang berpusat pada produksi (production-centred leaders).
Sedangkan pemimpin yang menunjukkan consideration yang tinggi, artinya ia
peka terhadap perasaan orang lain (karyawan). Pemimpin ini sangat mirip dengan jenis
pemimpin yang berpusat pada karyawan (employee-centred leaders).
Awalnya, para peneliti percaya bahwa pemimpin yang menunjukkan kehangatan
sosio-emosional akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dari karyawan. Belakangan
disadari, baik memprakarsai struktur maupun pertimbangan sama-sama sangat
dibutuhkan.
Meskipun orientasi pada tugas/produksi dan orientasi pada karyawan ini samasama diakui pentingnya di semua negara dalam menghasilkan kepemimpinan yang
efektif, cara penerapannya bisa berbeda di budaya yang berbeda. Para pemimpin di
Inggris, misalnya, dianggap penuh pertimbangan (berorientasi pada karyawan) jika
mereka menunjukkan pada karyawan tentang cara kerja sebuah peralatan. Sedangkan di
Jepang, manajer yang dianggap punya orientasi pada kayawan adalah yang membantu
memecahkan masalah-masalah pribadi karyawan.
Teori perilaku berimplikasi bahwa kepemimpinan itu bisa dilatih. Orang bisa
belajar bagaimana berperilaku seperti pemimpin. Sedangkan pada teori sifat, kita hanya
bisa menyeleksi orang yang dipandang punya sifat kepemimpinan.
3
Namun, teori perilaku juga punya keterbatasan. Para pemimpin dengan
kecenderungan perilaku yang sama bisa sukses di suatu situasi, namun bisa gagal di
situasi yang berbeda. Tidak ada jaminan bahwa perilaku yang sama akan menjamin
kesuksesan yang sama. Oleh karena itu, para peneliti menduga, faktor lingkungan dan
situasi mungkin punya peran kritis dalam menentukan keberhasilan seorang pemimpin.
Teori-teori atau Perspektif Contingency
Menambahkan ciri-ciri situasional menggarisbawahi fakta bahwa kepemimpinan
itu lebih rumit daripada sekadar mengisolasi sifat-sifat unik atau perilaku-perilaku
tertentu. Inilah yang memunculkan teori-teori contingency (kemungkinan, ketidaktentuan,
ketidakterdugaan, atau tergantung pada situasi).
Menurut perspektif contingency, gaya kepemimpinan yang paling cocok
tergantung pada situasi. Sebagian besar teori contingency mengasumsikan, pemimpin
yang efektif harus penuh wawasan dan luwes. Mereka harus mampu menyesuaikan
perilaku dan gayanya dengan situasi yang dihadapi.
Hal ini tentu tidak mudah karena setiap pemimpin biasanya memiliki gaya
kepemimpinan yang ia sukai. Diperlukan usaha cukup besar dari si pemimpin untuk
memilih dan menerapkan gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda, agar cocok dengan
situasi. Pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional sehingga mereka bisa membaca
lingkungan dan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan situasi itu.
Dari beberapa teori contingency, teori kepemimpinan jalur-tujuan (path-goal
leadership theory) adalah yang relatif paling bertahan menghadapi kritik. Teori ini
berlandaskan pada teori pengharapan (expectancy) tentang motivasi, yang
menghubungkan beberapa gaya kepemimpinan ke contingency situasional dan karyawan
yang spesifik.
Path-Goal theory menyatakan, para pemimpin yang efektif memastikan agar
karyawan yang melakukan pekerjaan dengan baik akan menerima imbalan yang lebih
bernilai ketimbang mereka yang kinerjanya buruk. Pemimpin yang efektif juga
memberikan informasi, dukungan, dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan karyawan
untuk menuntaskan tugas-tugas mereka.
Dengan kata lain, path-goal theory menyarankan kepemimpinan pelayanan
(servant leadership). Pemimpin pelayan ini tidak memandang kepemimpinan sebagai
posisi kekuasaan, sebaliknya mereka memandang pemimpin lebih sebagai pembimbing
dan fasilitator.
Kepemimpinan adalah kewajiban untuk memahami kebutuhan karyawan dan
memfasilitasi kinerja pekerjaan mereka. Pemimpin lebih seperti melayani bawahan
ketimbang sebaliknya. Peran pemimpin adalah menciptakan lingkungan di mana orang
lain dapat melakukan kerja yang baik, dan kemudian menyingkir.
Ada empat gaya kepemimpinan path-goal dan beberapa faktor contingency, yang
menjurus ke tiga indikator keefektifan kepemimpinan. Empat gaya kepemimpinan itu
4
bisa dipilih oleh para pemimpin yang efektif, mana yang paling cocok dengan situasi.
Para pemimpin mungkin secara serempak menggunakan dua atau tiga gaya
kepemimpinan. Empat gaya itu adalah:
Directive: Perilaku pemimpin memberi struktur psikologis pada bawahan.
Pemimpin mengklarifikasi tujuan-tujuan kinerja, cara-cara untuk mencapai tujuan itu,
dan standar yang digunakan untuk menilai kinerja. Ia juga menggunakan iming-iming
imbalan dan langkah pendisiplinan. Ini sama dengan kepemimpinan yang berorientasi
tugas.
Supportive: Perilaku pemimpin memberi dukungan psikologis pada bawahan.
Pemimpin bersikap bersahabat dan bisa didekati, membuat pekerjaan lebih
menyenangkan, memperlakukan karyawan dengan rasa hormat yang sama, serta
menunjukkan perhatian pada keadaan, kebutuhan, dan kesejahteraan karyawan.
Participative: Perilaku pemimpin mendorong dan memfasilitasi keterlibatan
bawahan dalam keputusan-keputusan melampaui aktivitas kerja normal mereka.
Pemimpin berkonsultasi dengan karyawan, menanyakan saran mereka, dan mengambil
gagasan ini untuk dipertimbangkan secara serius sebelum mengambil keputusan.
Achievement-oriented: Pemimpin menekankan pada perilaku yang mendorong
karyawan untuk mencapai kinerja puncak mereka. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan
yang menantang, mengharapkan karyawan untuk memberi kinerja tertinggi, dan terusmenerus mengusahakan pengembangan dalam kinerja karyawan. Pemimpin
menunjukkan kepercayaan yang tinggi bahwa karyawan akan menerima tanggung jawab
dan mencapai tujuan-tujuan yang menantang.

5
Kepemimpinan dan Kekuasaan (Power)
Kepemimpinan yang efektif membutuhkan kekuasaan (power). Dalam tingkatan
dan bentuk yang berbeda-beda, setiap orang dalam organisasi baik atasan maupun
bawahan memiliki kekuasaan. Kekuasaan itu perlu digunakan secara tepat sedemikian
rupa, agar bisa mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Menurut Colquitt, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai "the ability to influence
the behavior of others and resist unwanted influence in return" atau kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain dan menolak pengaruh yang tidak diinginkan dari
pihak lain.
Definisi ini memberi kita beberapa hal yang patut dipikirkan:
(1) Bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
tidaklah berarti bahwa mereka akan benar-benar memilih untuk memanfaatkan
pengaruhnya itu. Dalam banyak organisasi, karyawan yang paling banyak berpengaruh
justru tidak menyadari betapa besar pengaruh yang mereka miliki.
(2) Selain itu, kekuasaan juga dapat dipandang sebagai kemampuan untuk
menolak usaha mempengaruhi dari pihak lain. Penolakan ini dapat dilakukan dengan
sekadar menyatakan opini yang berbeda, menolak melakukan perilaku tertentu, atau
mengorganisasikan kelompok penentang dari kalangan sesama karyawan.
6
Kadang-kadang seorang pemimpin perlu menolak pengaruh dari pemimpinpemimpin lain atau pemimpin yang lebih tinggi, untuk melakukan apa yang terbaik bagi
unit kerjanya. Pada waktu lain, seorang pemimpin juga perlu menolak pengaruh dari para
karyawannya sendiri untuk menghindari menjadi orang yang dengan mudah dikontrol,
ketika para karyawan mencoba melakukan sesuatu semau mereka sendiri.
Sedangkan menurut De Janasz, Dowd, dan Schneider, "Power is the ability to get
someone to do something you want done or the ability to make things happen in the way
you want." Dengan kata lain, kekuasaan merupakan kemampuan untuk membuat
seseorang melakukan sesuatu yang Anda ingin itu dilakukan, atau kemampuan untuk
membuat hal-hal tertentu terjadi dengan cara yang Anda inginkan.
Sedangkan Robbins dan Judge mendefinisikan kekuasaan yaitu "A capacity that
A has to influence the behavior of B so that B acts in accordance with A's wishes."
Sebuah kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak
sesuai dengan keinginan-keinginan A. Definisi ini berimplikasi pada adanya suatu
potensi yang tidak perlu diaktualisasikan untuk menjadi efektif, dan adanya hubungan
ketergantungan antara A dan B. Kekuasaan itu mungkin ada, namun tidak dipergunakan.
Karena itulah, ia dinamakan kapasitas atau potensi. Seseorang bisa memiliki kekuasaan
tetapi tidak menggunakannya.
Aspek terpenting kekuasaan adalah fungsi ketergantungan, semakin besar
ketergantungan B pada A, semakin besar pula power A dalam hubungan tersebut.
Ketergantungan pada gilirannya dilandaskan pada adanya alternatif-alternatif, serta arti
penting dari alternatif-alternatif yang dikontrol A itu bagi B, menurut persepsi B.
Sedangkan DuBrin mendefinisikan kekuasaan sebagai "the potential or ability to
influence decisions and control resources." Kekuasaan dalam organisasi dapat diperoleh
dari banyak sumber. Bagaimana seseorang memperoleh kekuasaan tergantung pada
seberapa besar jenis kekuasaan yang ia cari. Karena itu, untuk memahami bagaimana
mekanisme perolehan kekuasaan, orang harus mengerti jenis-jenis kekuasaan yang ada,
dan sumber-sumber serta asal mula jenis-jenis kekuasaan tersebut.
Sedangkan menurut Achua and Lussier dalam bukunya Effective Leadership
mengatakan bahwa "Power is the leader's potential influence over followers. Because
power is the potential to influence, you do not actually have to use power to influence
other".
Dengan demikian, kekuasaan adalah pengaruh potensial dari seorang pemimpin
terhadap para pengikutnya. Karena kekuasaan itu adalah potensi untuk mempengaruhi,
maka seseorang tidak benar-benar harus menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi.
Seringkali adalah persepsi terhadap kekuasaan, ketimbang penggunaan aktual dari
kekuasaan itu sendiri, yang mempengaruhi orang-orang lain. Kekuasaan itu didasarkan
pada kualitas-kualitas atau kapabilitas tertentu, namun kekuasaan itu sendiri bersifat
transaksional dan mengalir keluar dari hubungan-hubungan, baik bersifat nyata ataupun
persepsi.
7
Jack Wood mendefinisikan kekuasaan sebagai: the potential ability to influence
behavior, to change the course of events, to overcome resistance, and to get people to do
things that they would not otherwise do. Politics and influence are the processes, the
actions, the behaviors through which this potential power is utilized and realized.
Kekuasaan merupakan kemampuan potensial untuk mempengaruhi perilaku,
mengubah jalannya peristiwa, untuk mengatasi penolakan, dan untuk membuat orang
mengerjakan hal-hal yang jika bukan karena adanya kemampuan ini tidak akan mereka
lakukan. Kemampuan potensial ini digunakan dan diwujudkan melalui politik dan
pengaruh, yang akan tampak pada berbagai proses, tindakan, dan perilaku.
Schermerhorn merumuskan kekuasaan sebagai "the ability to get someone else to
do something you want done or the ability to make things happen or get things done in
the way you want."
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu
yang Anda ingin itu dilakukan, atau kemampuan untuk membuat sesuatu terjadi atau
sesuatu dikerjakan dengan cara yang Anda inginkan. Jika kekuasaan atau kekuatan yang
digunakan untuk membuat hal-hal tertentu terjadi dengan cara yang diinginkan, influence
adalah yang dimiliki seseorang ketika dia mengerahkan kekuasaan.
McShane mendefinisikan kekuasaan sebagai "The capacity of a person, team or
organization to influence others". Kekuasaan merupakan kapasitas dari diri seseorang,
sebuah tim atau organisasi dalam mempengaruhi pihak-pihak lain. Jadi di sini dapat
dikatakan bahwa kekuasaan bukanlah tindakan mengubah sikap atau perilaku seseorang,
tetapi hanya sebuah potensi untuk melakukan hal tersebut.
Prasyarat dasar utama bagi kekuasaan adalah satu orang atau kelompok itu
percaya ia tergantung pada orang atau kelompok lain atas suatu sumberdaya yang
diperlukan. Walaupun ketergantungan adalah unsur kunci dalam hubungan kekuasaan,
adalah lebih akurat mengatakan pihak-pihak itu saling tergantung satu sama lain.
Pihak A mendominasi hubungan kekuasaan, namun pihak B juga memiliki
kekuasaan, yang cukup untuk membuat pihak A tetap memelihara hubungan pertukaran
ini dan menggunakan kekuatan dominannya secara tidak sewenang-wenang.
Menurut Greenberg, Jerald, dan Baron, kekuasaan didefinisikan sebagai "the
capacity to change the behavior or attitudes of others in a desired manner." Dapat
dikatakan bahwa kekuasaan merupakan kapasitas untuk mengubah perilaku atau sikap
orang lain dalam cara yang diinginkan. Ketika kita melakukan sesuatu yang memberi
dampak pada orang lain, apakah sesuai dengan dampak yang diinginkan ataupun tidak
sesuai, di sini kita mengerahkan pengaruh sosial terhadap orang tersebut.
Kapasitas kita untuk mengerahkan pengaruh terhadap orang lain itulah yang
dikenal sebagai kekuasaan. Penggunaan kekuasaan secara tidak resmi untuk
meningkatkan atau melindungi kepentingan pribadi, yang biasanya dapat merugikan
tujuan organisasi, disebut sebagai politik organisasi.
8
Sedangkan menurut Gibson, "Power is simply the ability to get other to do what
one wants them to do". Jadi, secara sederhana, kekuasaan adalah kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan apa yang seseorang inginkan agar mereka lakukan.
Ditambahkan oleh Gibson, jika digunakan untuk kebaikan organisasi, kekuasaan
itu bisa menjadi kekuatan positif bagi keefektifan organisasi yang lebih tinggi.
Bagaimanapun, ketika kekuasaan digunakan dengan cara-cara yang merusak atau
mementingkan diri sendiri, hal itu secara dramatis dapat memerosotkan moral dan
produktivitas karyawan dalam sebuah organisasi.
Lima Tipe Kekuasaan
Secara khusus, terdapat lima tipe kekuasaan yang dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok: Kekuasaan organisasi (Organizational Power) dan kekuasaan pribadi
(Personal Power). Kekuasaan organisasi terbagi dalam tiga tipe: Legitimate Power,
Reward Power, dan Coercive Power. Sedangkan kekuasaan pribadi terbagi dalam dua
tipe: Expert Power dan Referent Power. Lihat gambar berikut:

Gambar: Tipe-tipe Kekuasaan
Sumber : Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2013. Organizational Behavior:
Improving Performance and Commitment in the Workplace. Third Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Kekuasaan Organisasi (Organizational Power)
Tiga jenis kekuasaan organisasi terutama berasal dari posisi seseorang di dalam
organisasi. Ketiga jenis kekuasaan itu pada hakikatnya dianggap lebih bersifat formal,
yaitu:
Legitimate Power adalah kekuasaan yang berasal dari posisi otoritas di dalam
organisasi dan kadang-kadang disebut sebagai ―otoritas formal.‖ Orang dengan legitimate
power memiliki hak untuk meminta pihak lain untuk melakukan sesuatu, yang dianggap
berada dalam cakupan otoritasnya.
9
Ketika seorang Redaktur Pelaksana di sebuah media online meminta reporter
untuk bekerja lembur, mengerjakan suatu liputan dan bukan liputan yang lain, atau
bekerja lebih cepat, Redaktur Pelaksana itu telah mengerahkan legitimate power yang
dimilikinya. Makin tinggi posisi seseorang di dalam organisasi, makin besar legitimate
power yang dimilikinya. Legitimate power seorang Pemimpin Redaksi lebih tinggi
daripada Redaktur Pelaksana.
Reward Power ada ketika seseorang menguasai kontrol atas sumberdaya atau
imbalan, yang diinginkan orang lain. Misalnya, para manajer umumnya memiliki kontrol
terhadap kenaikan gaji, evaluasi kinerja, pemberian penghargaan, pemilihan tugas yang
disukai, dan sumberdaya yang mungkin dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya secara
efektif. Mereka dengan reward power memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain jika orang yang dipengaruhi tersebut percaya bahwa ia akan mendapat imbalan jika
berperilaku dengan cara tertentu.
Coercive Power ada ketika seseorang memiliki kontrol terhadap hukuman di
dalam organisasi. Coercive power beroperasi terutama dengan prinsip rasa takut.
Coercive power ini ada manakala seorang karyawan percaya bahwa orang lain atau
atasannya memiliki kemampuan untuk menghukumnya, dan ia berkehendak
menggunakan power tersebut.
Misalnya, seorang manajer mungkin memiliki hak untuk memecat, merumahkan,
atau mengurangi gaji seorang karyawan. Coercive power umumnya dianggap sebagai
bentuk kekuasaan yang kurang baik jika digunakan terus-menerus, karena cenderung
menimbulkan perasaan negatif pada mereka yang jadi sasarannya.

Kekuasaan Pribadi (Personal Power)
Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain tidak cuma berasal dari posisi resmi
di dalam organisasi, tetapi juga bisa berasal dari sunber-sumber lain. Sumber-sumber lain
yang tercakup dalam kekuasaan pribadi, yaitu:
Expert Power adalah kekuasaan yang berasal dari keahlian, keterampilan, atau
pengetahuan yang dimiliki seseorang, di mana pihak lain tergantung pada kemampuan
yang dimiliki orang tersebut. Ketika seseorang dikenal memiliki prestasi kinerja yang
tinggi, kemampuan untuk memecahkan persoalan, atau pengetahuan spesifik yang
dibutuhkan untuk menuntaskan tugas-tugas, mereka akan mampu mempengaruhi orang
lain yang membutuhkan keterampilan tersebut.
Di media berita, misalnya, kita mengenal jurnalis yang sangat ahli dalam
melakukan liputan investigatif, atau fotografer yang sangat piawai dalam mengambil
gambar-gambar menawan untuk dimuat di halaman 1 suratkabarnya. Meski tidak punya
jabatan tinggi di medianya, mereka punya pengaruh yang muncul dari keahlian
khususnya.
Referent Power ada ketika orang-orang memiliki hasrat untuk
mengidentifikasikan dan diasosiasikan dengan seseorang. Hasrat ini umumnya muncul
10
dari afeksi, kekaguman, atau kesetiaan terhadap individu tertentu. Walaupun fokus kita
adalah pada individu di dalam organisasi, banyak contoh pemimpin politik, selebritis, dan
tokoh olahraga yang memiliki tingkatan referent power yang tinggi. Seperti Bung Karno,
Barack Obama, atau Nelson Mandela. Artis atau musisi seperti Iwan Fals, Agnes Monica,
Slank, juga memiliki tingkatan kekuasaan referent yang tinggi.
Hal yang sama berlaku pada para pemimpin di dalam organisasi yang memiliki
reputasi yang baik, kualitas pribadi yang atraktif, atau tingkatan kharisma tertentu.
Tokoh-tokoh media seperti Mochtar Lubis, pemimpin redaksi suratkabar Indonesia Raya
yang berprinsip teguh dalam memberitakan kasus-kasus korupsi, termasuk di antaranya.
Tentu saja, dimungkinkan bagi seseorang untuk memiliki seluruh bentuk kekuasaan itu
sekaligus pada waktu yang sama.
Dari sudut pandang bawahan atau pengikut, kadang-kadang sulit untuk meraba,
jenis kekuasaan mana yang paling penting. Seringkali kita tidak tahu persis apa jenis
kekuasaan yang dimiliki para pemimpin sampai mereka mengerahkan kekuasaan
tersebut.
Secara umum, bentuk-bentuk personal dari kekuasaan memiliki hubungan yang
lebih kuat terhadap komitmen organisasi dan kinerja pekerjaan dibandingkan bentukbentuk kekuasaan yang bersifat organisasional. Jika kita membayangkan tentang atasan
kepada siapa karyawan mau bekerja paling keras, para atasan itu kemungkinan adalah
mereka yang memiliki sebentuk keterampilan atau kharisma, bukan sekadar kemampuan
untuk menghukum atau memberi imbalan.

Jakarta, 23 Desember 2013

Referensi:
Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2013. Organizational
Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Third
Edition. New York: McGrfaw-Hill/Irwin.
Suzanne C. De Janasz, Karen O Dowd, Ph.D dan Beth Z.Schneider. 2012. Interpersonal
Skill in Organization. New York: McGraw-Hill.
John R. Schermerhorn, Et.al. 2012. Organizational Behavior, International Student
Version. Denvers: John Wiley & Sons.
McShane, Olekalns dan Travaglione. 2013. Organisational Behavior: Emerging
Knowledge, Global Insights. New York: McGraw-Hill.
Greenberg, Jerald, dan Robert A. Baron. 2000. Behavior in Organizations. Seventh
Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
James L. Gibson et al. 2012. Organizations: Behavior, Structure, Processes. Fourteenth
Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc..
Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2011. Organizational Behavior.14th Edition.
Harlow: Pearson Education Limited.
11
DuBrin, Andrew J. 2010. Principles of Leadership. Sixth Edition. (South-Western:
Cencage Learning.
Achua, Christopher F., dan Robert N. Lussier. 2010. Effective Leadership. Fourth
Edition. Canada: South-Western Cencage Learning.
Wood, Jack, et al. 2013. Organisational Behavior. Core Concepts and Applications.
Milton: John Wiley and Sons Australia, Ltd.

Biodata Penulis:
* Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994),
Sekjen AJI (1995-97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP
Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (198688), Kompas (1988-1995), Majalah D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret
2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV (Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior
Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013). Alumnus Program S2 Pengkajian Ketahanan
Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia) 2002-2011.
Kontak Satrio Arismunandar:
E-mail: satrioarismunandar@yahoo.com; arismunandar.satrio@gmail.com
Blog pribadi: http://satrioarismunandar6.blogspot.com
Mobile: 081286299061

12

More Related Content

What's hot

Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinan
Emelia Ginting
 
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
KUSWANDI PAKPAHAN
 
Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi
Joel mabes
 
PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)
PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)
PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)
TutorialKarir
 
kepemimpian situasional
kepemimpian situasionalkepemimpian situasional
kepemimpian situasional
Somewhere
 
Kelompok 5 : Gaya Kepemimpinan
Kelompok 5 : Gaya KepemimpinanKelompok 5 : Gaya Kepemimpinan
Kelompok 5 : Gaya Kepemimpinan
Vonny Effendi
 
Studi pendekatan kepemimpinan
Studi pendekatan kepemimpinanStudi pendekatan kepemimpinan
Studi pendekatan kepemimpinan
Ahmad Fajar
 
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpointPsikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
frahmawati528
 
P.1. leadership n management
P.1. leadership n managementP.1. leadership n management
P.1. leadership n managementdikawati
 
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASIDIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
nurul khaiva
 
kepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpointkepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpointMalang
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalNovri To Day
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARAPLUR
 
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
Lusi Efrenti
 
Definisi Pengorganisasian
Definisi PengorganisasianDefinisi Pengorganisasian
Definisi Pengorganisasian
Rizal Bayu
 
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptx
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptxKEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptx
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptx
Nj _mole07
 
Teori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinanTeori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinan
Frans Dione
 
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajerTingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajermochammad rasyiid
 

What's hot (20)

Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinan
 
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
Tugas msdm leadership(kepemimpinan)
 
Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi
 
PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)
PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)
PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Effective Leader)
 
kepemimpian situasional
kepemimpian situasionalkepemimpian situasional
kepemimpian situasional
 
Kelompok 5 : Gaya Kepemimpinan
Kelompok 5 : Gaya KepemimpinanKelompok 5 : Gaya Kepemimpinan
Kelompok 5 : Gaya Kepemimpinan
 
Studi pendekatan kepemimpinan
Studi pendekatan kepemimpinanStudi pendekatan kepemimpinan
Studi pendekatan kepemimpinan
 
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpointPsikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
 
P.1. leadership n management
P.1. leadership n managementP.1. leadership n management
P.1. leadership n management
 
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASIDIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
 
Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan VisionerKepemimpinan Visioner
Kepemimpinan Visioner
 
kepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpointkepemimpinan .powerpoint
kepemimpinan .powerpoint
 
Pendekatan pendekatan-dasar-kepemimpinan
Pendekatan pendekatan-dasar-kepemimpinanPendekatan pendekatan-dasar-kepemimpinan
Pendekatan pendekatan-dasar-kepemimpinan
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsional
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
 
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
 
Definisi Pengorganisasian
Definisi PengorganisasianDefinisi Pengorganisasian
Definisi Pengorganisasian
 
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptx
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptxKEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptx
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (1).pptx
 
Teori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinanTeori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinan
 
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajerTingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
 

Similar to Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media

Bab 12
Bab 12Bab 12
Siti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdf
Siti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdfSiti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdf
Siti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdf
SitiShoimah2
 
Kepemimpinan dalam perilaku organisasi
Kepemimpinan dalam perilaku organisasiKepemimpinan dalam perilaku organisasi
Kepemimpinan dalam perilaku organisasi
SintaYuliyana
 
Leadership versus management
Leadership versus managementLeadership versus management
Leadership versus managementDarwin Kadarisman
 
Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...
Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...
Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...Netta Samosir
 
Kepemimpinan Teori Organisasi Umum
Kepemimpinan Teori Organisasi UmumKepemimpinan Teori Organisasi Umum
Kepemimpinan Teori Organisasi Umum
Surya Pratama
 
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.pptPertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
AjengGrandis1
 
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.pptPertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
BotimCctv1
 
Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)
Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)
Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)
SMKN 36 JAKARTA UTARA
 
Kepemimpinan Presentasi
Kepemimpinan PresentasiKepemimpinan Presentasi
Kepemimpinan Presentasiyoulhee82
 
Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)
Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)
Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)
dulkarin26
 
Kepemimpina nmakalah wors
Kepemimpina nmakalah worsKepemimpina nmakalah wors
Kepemimpina nmakalah worsEri Azis
 
KEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOH
KEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOHKEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOH
KEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOH
sitimasyriqoh
 
TEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptx
TEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptxTEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptx
TEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptx
ashrafkhairulAzam
 

Similar to Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media (20)

3 kepemimpinan
3 kepemimpinan3 kepemimpinan
3 kepemimpinan
 
Bab 12
Bab 12Bab 12
Bab 12
 
Siti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdf
Siti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdfSiti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdf
Siti Shoimah - Kepemimpinan Kelompok dan Organisasi.pdf
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 
Bab Empat Leadership
Bab Empat LeadershipBab Empat Leadership
Bab Empat Leadership
 
Teori kepemimpinan
Teori kepemimpinanTeori kepemimpinan
Teori kepemimpinan
 
Kepemimpinan dalam perilaku organisasi
Kepemimpinan dalam perilaku organisasiKepemimpinan dalam perilaku organisasi
Kepemimpinan dalam perilaku organisasi
 
Leadership versus management
Leadership versus managementLeadership versus management
Leadership versus management
 
Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...
Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...
Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPRO...
 
Kepemimpinan Teori Organisasi Umum
Kepemimpinan Teori Organisasi UmumKepemimpinan Teori Organisasi Umum
Kepemimpinan Teori Organisasi Umum
 
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.pptPertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
 
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.pptPertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
Pertemuan 7 dan 8 Kepemimpinan.ppt
 
Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)
Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)
Kepemimpinan kepala sekolah unggulan (2)
 
Kepemimpinan Presentasi
Kepemimpinan PresentasiKepemimpinan Presentasi
Kepemimpinan Presentasi
 
Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)
Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)
Kepemimpinan (Teori Organisasi Umum 2)
 
Kepemimpina nmakalah wors
Kepemimpina nmakalah worsKepemimpina nmakalah wors
Kepemimpina nmakalah wors
 
KEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOH
KEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOHKEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOH
KEPEMIMPINAAN KEPALA SEKOLAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SITI MASYRIQOH
 
TEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptx
TEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptxTEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptx
TEORI-KEPEMIMPINAN-DAN-MANAGEMENT (1).pptx
 
Makalah manajemen kepemimpinan
Makalah manajemen kepemimpinanMakalah manajemen kepemimpinan
Makalah manajemen kepemimpinan
 
Makalah manajemen kepemimpinan (2)
Makalah manajemen kepemimpinan (2)Makalah manajemen kepemimpinan (2)
Makalah manajemen kepemimpinan (2)
 

More from Satrio Arismunandar

Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri MediaMemahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Satrio Arismunandar
 
Mass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic ConceptsMass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic Concepts
Satrio Arismunandar
 
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Satrio Arismunandar
 
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - IsraelTerciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Satrio Arismunandar
 
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
Satrio Arismunandar
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Satrio Arismunandar
 
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
Satrio Arismunandar
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Satrio Arismunandar
 
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak ModernSejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Satrio Arismunandar
 
Sejarah Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat YunaniSejarah Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat Yunani
Satrio Arismunandar
 
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab SaudiRetaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Satrio Arismunandar
 
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan SimbolikPierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Satrio Arismunandar
 
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisPemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Satrio Arismunandar
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Satrio Arismunandar
 
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasIndonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Satrio Arismunandar
 
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Satrio Arismunandar
 
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia LagiKetika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Satrio Arismunandar
 
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami IPertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Satrio Arismunandar
 
Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah PublikJurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
Satrio Arismunandar
 
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RIHati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Satrio Arismunandar
 

More from Satrio Arismunandar (20)

Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri MediaMemahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
 
Mass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic ConceptsMass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic Concepts
 
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
 
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - IsraelTerciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
 
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
 
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
 
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak ModernSejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
 
Sejarah Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat YunaniSejarah Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat Yunani
 
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab SaudiRetaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
 
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan SimbolikPierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
 
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisPemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
 
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasIndonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
 
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
 
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia LagiKetika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
 
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami IPertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
 
Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah PublikJurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
 
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RIHati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
 

Recently uploaded

PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
MiscoTamaela1
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
indrioktuviani10
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
AzisahAchmad
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
arda89
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
Alfaiz21
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hanhan140379
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
EchaNox
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
13FitriDwi
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
MuhammadIqbal24956
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
helenenolaloren
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
PavingBlockBolong
 

Recently uploaded (20)

PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 

Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media

  • 1. Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media Oleh Satrio Arismunandar Pengantar Dalam organisasi media, salah satu faktor penting yang mempengaruhi jalannya organisasi adalah kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan dan manajemen adalah dua istilah yang sering membingungkan, karena maknanya seolah-olah tumpang tindih. Menurut John Kotter dari Harvard Business School, manajemen adalah menangani kompleksitas. Manajemen yang baik membawa keteraturan dan konsistensi, dengan merancang rencana-rencana formal, mendesain struktur organisasi yang ketat, dan memantau hasil-hasilnya dibandingkan dengan rencana semula. Kepemimpinan sebaliknya adalah menangani perubahan. Para pemimpin menetapkan arah lewat pengembangan sebuah visi ke masa depan. Lalu mereka menggalang orang dengan mengkomunikasikan visi itu, dan memberi inspirasi pada orang untuk mengatasi berbagai hambatan. Para manajer menggunakan otoritas yang melekat pada jabatan hirarkis resmi mereka untuk memperoleh kepatuhan dari para anggota organisasi. Manajemen terdiri dari pengimplementasian visi dan strategi yang ditetapkan para pemimpin, mengkoordinasikan dan mengatur staf organisasi, dan menangani berbagai problem sehari-hari. Meski ada definisi yang berbeda antara manajemen dan kepemimpinan, para peneliti dan manajer sering tidak membedakan dua hal itu. Maka perlu merumuskan kepemimpinan itu sedemikian rupa, agar mencakup bagaimana ia digunakan dalam teori dan praktik. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan-tujuan. Sumber pengaruh ini bisa bersifat formal, seperti kepemilikan jabatan manajerial di organisasi. Maka orang bisa saja memegang peran kepemimpinan karena posisi yang ia pegang di organisasi. Namun tidak semua pemimpin adalah manajer. Juga, tidak semua manajer adalah pemimpin. Meski seorang manajer memiliki hak-hak formal tertentu berkat jabatannya, belum tentu mereka bisa memimpin secara efektif. Ada juga kemampuan mempengaruhi yang berasal dari luar struktur formal organisasi, yang sama penting bahkan mungkin lebih penting daripada kepemimpinan formal.
  • 2. Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat agar bisa mencapai keefektifan optimal. Dalam dunia yang dinamis sekarang, kita butuh pemimpin-pemimpin yang bisa menantang status-quo, untuk menciptakan visi bagi masa depan, dan untuk menginspirasi para anggota organisasi agar berhasrat mencapai visi itu. Kita juga butuh para manajer untuk merumuskan rencana terinci, menciptakan struktur organisasi yang efisien, dan mengawasi operasi sehari-hari. Teori-teori Sifat (Trait Theories) Teori-teori paling awal yang menonjol tentang kepemimpinan, yang sudah muncul sejak peralihan zaman ke abad ke-20, adalah teori-teori sifat (trait theories). Menurut teori ini, ada kualitas-kualitas dan ciri-ciri tertentu yang membedakan antara ―tokoh-tokoh besar dalam sejarah‖ (pemimpin) dan massa pengikutnya (bukan pemimpin). Misalnya, ciri-ciri apa yang membedakan tokoh seperti Mao Zedong, Adolf Hitler, Winston Churchill, Stalin, Iskandar Agung, Jengiz Khan, Salahuddin al-Ayubi, Bung Karno, dengan para pengikutnya? Ciri-ciri apa yang membedakan antara pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif? Ciri-ciri pembeda itu bisa bersifat kepribadian, fisik, sosial, atau intelektual. Lewat pendekatan ini, untuk menjelaskan keberhasilan pemimpin seperti Steve Jobs, pendiri Apple Computer, misalnya, dikatakan bahwa ia memiliki sifat kecerdasan, kharismatik, dan entusiastik. Untuk menjelaskan keberhasilan Jakob Oetama, dalam membesarkan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) --dari sebuah media penerbitan biasa menjadi sebuah konglomerasi besar—mungkin bisa disebutkan bahwa Jakob Oetama memiliki sifat hatihati, cermat, tekun, menghindari risiko yang tidak perlu, dan sebagainya. Dari sekian banyak temuan penelitian selama separuh abad tentang sifat-sifat kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa sifat yang meningkatkan kemungkinan seseorang akan sukses sebagai pemimpin. Namun, tidak ada satupun dari sifat-sifat itu yang menjamin kesuksesan sebagai pemimpin. Pendekatan sifat-sifat ini memiliki keterbatasan. Misalnya, tidak ada sifat-sifat yang bersifat universal, yang bisa memprediksi keefektifan kepemimpinan di semua situasi. Oleh karena itu para peneliti mencoba ke pendekatan lain, yaitu teori-teori perilaku. Teori-teori Perilaku (Behavioral Theories) Teori-teori perilaku (behavioral theories) tentang kepemimpinan tidak lagi berfokus pada sifat-sifat di dalam diri seorang pemimpin, tetapi lebih melihat ke aspek luar berupa perilaku atau tindakan. Teori perilaku ini menyatakan, ada perilaku-perilaku spesifik yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin. Menurut riset di Michigan State University pada akhir 1940-an, ada pola-pola 2
  • 3. kepemimpinan tertentu yang menghasilkan kinerja efektif. Dari sekian banyak perilaku yang diamati, diturunkan dua bentuk dasar perilaku pemimpin, yaitu: perilaku pemimpin yang berpusat pada produksi (production-centred leaders), dan perilaku pemimpin yang berpusat pada karyawan (employee-centred leaders). Penyelia (supervisor) yang berpusat pada produksi cenderung lebih menekankan pada penyelesaian tugas dan pekerjaan, ketimbang pada kesejahteraan karyawan. Sedangkan penyelia yang berpusat pada karyawan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Secara umum, penyelia yang berpusat pada karyawan terlihat menghasilkan kelompok kerja yang lebih produktif ketimbang penyelia yang berfokus pada produksi. Perilaku-perilaku ini bisa dipandang sebagai sebuah rentangan, di mana penyelia yang berpusat pada karyawan berada di satu ujung, dan penyelia yang berpusat pada produksi berada di ujung yang lain. Kadang-kadang istilah yang lebih umum, seperti ―berorientasi pada hubungan manusiawi‖ dan ―berorientasi pada tugas‖ digunakan untk menjabarkan perilaku-perlaku alternatif para pemimpin. Sedangkan menurut riset di Ohio State University, ada dua kategori utama yang dilekatkan pada seorang pemimpin. Dua dimensi itu adalah memprakarsai struktur (initiating structure) dan pertimbangan (consideration). Pemimpin yang menunjukkan perilaku initiating structure yang tinggi, artinya ia lebih menaruh perhatian terhadap penjabaran persyaratan dan tuntutan tugas, serta penjelasan aspek-aspek lain yang terkait dengan agenda kerja. Pemimpin ini sangat mirip dengan jenis pemimpin yang berpusat pada produksi (production-centred leaders). Sedangkan pemimpin yang menunjukkan consideration yang tinggi, artinya ia peka terhadap perasaan orang lain (karyawan). Pemimpin ini sangat mirip dengan jenis pemimpin yang berpusat pada karyawan (employee-centred leaders). Awalnya, para peneliti percaya bahwa pemimpin yang menunjukkan kehangatan sosio-emosional akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dari karyawan. Belakangan disadari, baik memprakarsai struktur maupun pertimbangan sama-sama sangat dibutuhkan. Meskipun orientasi pada tugas/produksi dan orientasi pada karyawan ini samasama diakui pentingnya di semua negara dalam menghasilkan kepemimpinan yang efektif, cara penerapannya bisa berbeda di budaya yang berbeda. Para pemimpin di Inggris, misalnya, dianggap penuh pertimbangan (berorientasi pada karyawan) jika mereka menunjukkan pada karyawan tentang cara kerja sebuah peralatan. Sedangkan di Jepang, manajer yang dianggap punya orientasi pada kayawan adalah yang membantu memecahkan masalah-masalah pribadi karyawan. Teori perilaku berimplikasi bahwa kepemimpinan itu bisa dilatih. Orang bisa belajar bagaimana berperilaku seperti pemimpin. Sedangkan pada teori sifat, kita hanya bisa menyeleksi orang yang dipandang punya sifat kepemimpinan. 3
  • 4. Namun, teori perilaku juga punya keterbatasan. Para pemimpin dengan kecenderungan perilaku yang sama bisa sukses di suatu situasi, namun bisa gagal di situasi yang berbeda. Tidak ada jaminan bahwa perilaku yang sama akan menjamin kesuksesan yang sama. Oleh karena itu, para peneliti menduga, faktor lingkungan dan situasi mungkin punya peran kritis dalam menentukan keberhasilan seorang pemimpin. Teori-teori atau Perspektif Contingency Menambahkan ciri-ciri situasional menggarisbawahi fakta bahwa kepemimpinan itu lebih rumit daripada sekadar mengisolasi sifat-sifat unik atau perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang memunculkan teori-teori contingency (kemungkinan, ketidaktentuan, ketidakterdugaan, atau tergantung pada situasi). Menurut perspektif contingency, gaya kepemimpinan yang paling cocok tergantung pada situasi. Sebagian besar teori contingency mengasumsikan, pemimpin yang efektif harus penuh wawasan dan luwes. Mereka harus mampu menyesuaikan perilaku dan gayanya dengan situasi yang dihadapi. Hal ini tentu tidak mudah karena setiap pemimpin biasanya memiliki gaya kepemimpinan yang ia sukai. Diperlukan usaha cukup besar dari si pemimpin untuk memilih dan menerapkan gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda, agar cocok dengan situasi. Pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional sehingga mereka bisa membaca lingkungan dan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan situasi itu. Dari beberapa teori contingency, teori kepemimpinan jalur-tujuan (path-goal leadership theory) adalah yang relatif paling bertahan menghadapi kritik. Teori ini berlandaskan pada teori pengharapan (expectancy) tentang motivasi, yang menghubungkan beberapa gaya kepemimpinan ke contingency situasional dan karyawan yang spesifik. Path-Goal theory menyatakan, para pemimpin yang efektif memastikan agar karyawan yang melakukan pekerjaan dengan baik akan menerima imbalan yang lebih bernilai ketimbang mereka yang kinerjanya buruk. Pemimpin yang efektif juga memberikan informasi, dukungan, dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan karyawan untuk menuntaskan tugas-tugas mereka. Dengan kata lain, path-goal theory menyarankan kepemimpinan pelayanan (servant leadership). Pemimpin pelayan ini tidak memandang kepemimpinan sebagai posisi kekuasaan, sebaliknya mereka memandang pemimpin lebih sebagai pembimbing dan fasilitator. Kepemimpinan adalah kewajiban untuk memahami kebutuhan karyawan dan memfasilitasi kinerja pekerjaan mereka. Pemimpin lebih seperti melayani bawahan ketimbang sebaliknya. Peran pemimpin adalah menciptakan lingkungan di mana orang lain dapat melakukan kerja yang baik, dan kemudian menyingkir. Ada empat gaya kepemimpinan path-goal dan beberapa faktor contingency, yang menjurus ke tiga indikator keefektifan kepemimpinan. Empat gaya kepemimpinan itu 4
  • 5. bisa dipilih oleh para pemimpin yang efektif, mana yang paling cocok dengan situasi. Para pemimpin mungkin secara serempak menggunakan dua atau tiga gaya kepemimpinan. Empat gaya itu adalah: Directive: Perilaku pemimpin memberi struktur psikologis pada bawahan. Pemimpin mengklarifikasi tujuan-tujuan kinerja, cara-cara untuk mencapai tujuan itu, dan standar yang digunakan untuk menilai kinerja. Ia juga menggunakan iming-iming imbalan dan langkah pendisiplinan. Ini sama dengan kepemimpinan yang berorientasi tugas. Supportive: Perilaku pemimpin memberi dukungan psikologis pada bawahan. Pemimpin bersikap bersahabat dan bisa didekati, membuat pekerjaan lebih menyenangkan, memperlakukan karyawan dengan rasa hormat yang sama, serta menunjukkan perhatian pada keadaan, kebutuhan, dan kesejahteraan karyawan. Participative: Perilaku pemimpin mendorong dan memfasilitasi keterlibatan bawahan dalam keputusan-keputusan melampaui aktivitas kerja normal mereka. Pemimpin berkonsultasi dengan karyawan, menanyakan saran mereka, dan mengambil gagasan ini untuk dipertimbangkan secara serius sebelum mengambil keputusan. Achievement-oriented: Pemimpin menekankan pada perilaku yang mendorong karyawan untuk mencapai kinerja puncak mereka. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mengharapkan karyawan untuk memberi kinerja tertinggi, dan terusmenerus mengusahakan pengembangan dalam kinerja karyawan. Pemimpin menunjukkan kepercayaan yang tinggi bahwa karyawan akan menerima tanggung jawab dan mencapai tujuan-tujuan yang menantang. 5
  • 6. Kepemimpinan dan Kekuasaan (Power) Kepemimpinan yang efektif membutuhkan kekuasaan (power). Dalam tingkatan dan bentuk yang berbeda-beda, setiap orang dalam organisasi baik atasan maupun bawahan memiliki kekuasaan. Kekuasaan itu perlu digunakan secara tepat sedemikian rupa, agar bisa mencapai tujuan-tujuan organisasi. Menurut Colquitt, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai "the ability to influence the behavior of others and resist unwanted influence in return" atau kemampuan untuk mempengaruhi perilaku pihak lain dan menolak pengaruh yang tidak diinginkan dari pihak lain. Definisi ini memberi kita beberapa hal yang patut dipikirkan: (1) Bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain tidaklah berarti bahwa mereka akan benar-benar memilih untuk memanfaatkan pengaruhnya itu. Dalam banyak organisasi, karyawan yang paling banyak berpengaruh justru tidak menyadari betapa besar pengaruh yang mereka miliki. (2) Selain itu, kekuasaan juga dapat dipandang sebagai kemampuan untuk menolak usaha mempengaruhi dari pihak lain. Penolakan ini dapat dilakukan dengan sekadar menyatakan opini yang berbeda, menolak melakukan perilaku tertentu, atau mengorganisasikan kelompok penentang dari kalangan sesama karyawan. 6
  • 7. Kadang-kadang seorang pemimpin perlu menolak pengaruh dari pemimpinpemimpin lain atau pemimpin yang lebih tinggi, untuk melakukan apa yang terbaik bagi unit kerjanya. Pada waktu lain, seorang pemimpin juga perlu menolak pengaruh dari para karyawannya sendiri untuk menghindari menjadi orang yang dengan mudah dikontrol, ketika para karyawan mencoba melakukan sesuatu semau mereka sendiri. Sedangkan menurut De Janasz, Dowd, dan Schneider, "Power is the ability to get someone to do something you want done or the ability to make things happen in the way you want." Dengan kata lain, kekuasaan merupakan kemampuan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu yang Anda ingin itu dilakukan, atau kemampuan untuk membuat hal-hal tertentu terjadi dengan cara yang Anda inginkan. Sedangkan Robbins dan Judge mendefinisikan kekuasaan yaitu "A capacity that A has to influence the behavior of B so that B acts in accordance with A's wishes." Sebuah kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan-keinginan A. Definisi ini berimplikasi pada adanya suatu potensi yang tidak perlu diaktualisasikan untuk menjadi efektif, dan adanya hubungan ketergantungan antara A dan B. Kekuasaan itu mungkin ada, namun tidak dipergunakan. Karena itulah, ia dinamakan kapasitas atau potensi. Seseorang bisa memiliki kekuasaan tetapi tidak menggunakannya. Aspek terpenting kekuasaan adalah fungsi ketergantungan, semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula power A dalam hubungan tersebut. Ketergantungan pada gilirannya dilandaskan pada adanya alternatif-alternatif, serta arti penting dari alternatif-alternatif yang dikontrol A itu bagi B, menurut persepsi B. Sedangkan DuBrin mendefinisikan kekuasaan sebagai "the potential or ability to influence decisions and control resources." Kekuasaan dalam organisasi dapat diperoleh dari banyak sumber. Bagaimana seseorang memperoleh kekuasaan tergantung pada seberapa besar jenis kekuasaan yang ia cari. Karena itu, untuk memahami bagaimana mekanisme perolehan kekuasaan, orang harus mengerti jenis-jenis kekuasaan yang ada, dan sumber-sumber serta asal mula jenis-jenis kekuasaan tersebut. Sedangkan menurut Achua and Lussier dalam bukunya Effective Leadership mengatakan bahwa "Power is the leader's potential influence over followers. Because power is the potential to influence, you do not actually have to use power to influence other". Dengan demikian, kekuasaan adalah pengaruh potensial dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya. Karena kekuasaan itu adalah potensi untuk mempengaruhi, maka seseorang tidak benar-benar harus menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi. Seringkali adalah persepsi terhadap kekuasaan, ketimbang penggunaan aktual dari kekuasaan itu sendiri, yang mempengaruhi orang-orang lain. Kekuasaan itu didasarkan pada kualitas-kualitas atau kapabilitas tertentu, namun kekuasaan itu sendiri bersifat transaksional dan mengalir keluar dari hubungan-hubungan, baik bersifat nyata ataupun persepsi. 7
  • 8. Jack Wood mendefinisikan kekuasaan sebagai: the potential ability to influence behavior, to change the course of events, to overcome resistance, and to get people to do things that they would not otherwise do. Politics and influence are the processes, the actions, the behaviors through which this potential power is utilized and realized. Kekuasaan merupakan kemampuan potensial untuk mempengaruhi perilaku, mengubah jalannya peristiwa, untuk mengatasi penolakan, dan untuk membuat orang mengerjakan hal-hal yang jika bukan karena adanya kemampuan ini tidak akan mereka lakukan. Kemampuan potensial ini digunakan dan diwujudkan melalui politik dan pengaruh, yang akan tampak pada berbagai proses, tindakan, dan perilaku. Schermerhorn merumuskan kekuasaan sebagai "the ability to get someone else to do something you want done or the ability to make things happen or get things done in the way you want." Kekuasaan merupakan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang Anda ingin itu dilakukan, atau kemampuan untuk membuat sesuatu terjadi atau sesuatu dikerjakan dengan cara yang Anda inginkan. Jika kekuasaan atau kekuatan yang digunakan untuk membuat hal-hal tertentu terjadi dengan cara yang diinginkan, influence adalah yang dimiliki seseorang ketika dia mengerahkan kekuasaan. McShane mendefinisikan kekuasaan sebagai "The capacity of a person, team or organization to influence others". Kekuasaan merupakan kapasitas dari diri seseorang, sebuah tim atau organisasi dalam mempengaruhi pihak-pihak lain. Jadi di sini dapat dikatakan bahwa kekuasaan bukanlah tindakan mengubah sikap atau perilaku seseorang, tetapi hanya sebuah potensi untuk melakukan hal tersebut. Prasyarat dasar utama bagi kekuasaan adalah satu orang atau kelompok itu percaya ia tergantung pada orang atau kelompok lain atas suatu sumberdaya yang diperlukan. Walaupun ketergantungan adalah unsur kunci dalam hubungan kekuasaan, adalah lebih akurat mengatakan pihak-pihak itu saling tergantung satu sama lain. Pihak A mendominasi hubungan kekuasaan, namun pihak B juga memiliki kekuasaan, yang cukup untuk membuat pihak A tetap memelihara hubungan pertukaran ini dan menggunakan kekuatan dominannya secara tidak sewenang-wenang. Menurut Greenberg, Jerald, dan Baron, kekuasaan didefinisikan sebagai "the capacity to change the behavior or attitudes of others in a desired manner." Dapat dikatakan bahwa kekuasaan merupakan kapasitas untuk mengubah perilaku atau sikap orang lain dalam cara yang diinginkan. Ketika kita melakukan sesuatu yang memberi dampak pada orang lain, apakah sesuai dengan dampak yang diinginkan ataupun tidak sesuai, di sini kita mengerahkan pengaruh sosial terhadap orang tersebut. Kapasitas kita untuk mengerahkan pengaruh terhadap orang lain itulah yang dikenal sebagai kekuasaan. Penggunaan kekuasaan secara tidak resmi untuk meningkatkan atau melindungi kepentingan pribadi, yang biasanya dapat merugikan tujuan organisasi, disebut sebagai politik organisasi. 8
  • 9. Sedangkan menurut Gibson, "Power is simply the ability to get other to do what one wants them to do". Jadi, secara sederhana, kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang seseorang inginkan agar mereka lakukan. Ditambahkan oleh Gibson, jika digunakan untuk kebaikan organisasi, kekuasaan itu bisa menjadi kekuatan positif bagi keefektifan organisasi yang lebih tinggi. Bagaimanapun, ketika kekuasaan digunakan dengan cara-cara yang merusak atau mementingkan diri sendiri, hal itu secara dramatis dapat memerosotkan moral dan produktivitas karyawan dalam sebuah organisasi. Lima Tipe Kekuasaan Secara khusus, terdapat lima tipe kekuasaan yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok: Kekuasaan organisasi (Organizational Power) dan kekuasaan pribadi (Personal Power). Kekuasaan organisasi terbagi dalam tiga tipe: Legitimate Power, Reward Power, dan Coercive Power. Sedangkan kekuasaan pribadi terbagi dalam dua tipe: Expert Power dan Referent Power. Lihat gambar berikut: Gambar: Tipe-tipe Kekuasaan Sumber : Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2013. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Third Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Kekuasaan Organisasi (Organizational Power) Tiga jenis kekuasaan organisasi terutama berasal dari posisi seseorang di dalam organisasi. Ketiga jenis kekuasaan itu pada hakikatnya dianggap lebih bersifat formal, yaitu: Legitimate Power adalah kekuasaan yang berasal dari posisi otoritas di dalam organisasi dan kadang-kadang disebut sebagai ―otoritas formal.‖ Orang dengan legitimate power memiliki hak untuk meminta pihak lain untuk melakukan sesuatu, yang dianggap berada dalam cakupan otoritasnya. 9
  • 10. Ketika seorang Redaktur Pelaksana di sebuah media online meminta reporter untuk bekerja lembur, mengerjakan suatu liputan dan bukan liputan yang lain, atau bekerja lebih cepat, Redaktur Pelaksana itu telah mengerahkan legitimate power yang dimilikinya. Makin tinggi posisi seseorang di dalam organisasi, makin besar legitimate power yang dimilikinya. Legitimate power seorang Pemimpin Redaksi lebih tinggi daripada Redaktur Pelaksana. Reward Power ada ketika seseorang menguasai kontrol atas sumberdaya atau imbalan, yang diinginkan orang lain. Misalnya, para manajer umumnya memiliki kontrol terhadap kenaikan gaji, evaluasi kinerja, pemberian penghargaan, pemilihan tugas yang disukai, dan sumberdaya yang mungkin dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Mereka dengan reward power memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain jika orang yang dipengaruhi tersebut percaya bahwa ia akan mendapat imbalan jika berperilaku dengan cara tertentu. Coercive Power ada ketika seseorang memiliki kontrol terhadap hukuman di dalam organisasi. Coercive power beroperasi terutama dengan prinsip rasa takut. Coercive power ini ada manakala seorang karyawan percaya bahwa orang lain atau atasannya memiliki kemampuan untuk menghukumnya, dan ia berkehendak menggunakan power tersebut. Misalnya, seorang manajer mungkin memiliki hak untuk memecat, merumahkan, atau mengurangi gaji seorang karyawan. Coercive power umumnya dianggap sebagai bentuk kekuasaan yang kurang baik jika digunakan terus-menerus, karena cenderung menimbulkan perasaan negatif pada mereka yang jadi sasarannya. Kekuasaan Pribadi (Personal Power) Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain tidak cuma berasal dari posisi resmi di dalam organisasi, tetapi juga bisa berasal dari sunber-sumber lain. Sumber-sumber lain yang tercakup dalam kekuasaan pribadi, yaitu: Expert Power adalah kekuasaan yang berasal dari keahlian, keterampilan, atau pengetahuan yang dimiliki seseorang, di mana pihak lain tergantung pada kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Ketika seseorang dikenal memiliki prestasi kinerja yang tinggi, kemampuan untuk memecahkan persoalan, atau pengetahuan spesifik yang dibutuhkan untuk menuntaskan tugas-tugas, mereka akan mampu mempengaruhi orang lain yang membutuhkan keterampilan tersebut. Di media berita, misalnya, kita mengenal jurnalis yang sangat ahli dalam melakukan liputan investigatif, atau fotografer yang sangat piawai dalam mengambil gambar-gambar menawan untuk dimuat di halaman 1 suratkabarnya. Meski tidak punya jabatan tinggi di medianya, mereka punya pengaruh yang muncul dari keahlian khususnya. Referent Power ada ketika orang-orang memiliki hasrat untuk mengidentifikasikan dan diasosiasikan dengan seseorang. Hasrat ini umumnya muncul 10
  • 11. dari afeksi, kekaguman, atau kesetiaan terhadap individu tertentu. Walaupun fokus kita adalah pada individu di dalam organisasi, banyak contoh pemimpin politik, selebritis, dan tokoh olahraga yang memiliki tingkatan referent power yang tinggi. Seperti Bung Karno, Barack Obama, atau Nelson Mandela. Artis atau musisi seperti Iwan Fals, Agnes Monica, Slank, juga memiliki tingkatan kekuasaan referent yang tinggi. Hal yang sama berlaku pada para pemimpin di dalam organisasi yang memiliki reputasi yang baik, kualitas pribadi yang atraktif, atau tingkatan kharisma tertentu. Tokoh-tokoh media seperti Mochtar Lubis, pemimpin redaksi suratkabar Indonesia Raya yang berprinsip teguh dalam memberitakan kasus-kasus korupsi, termasuk di antaranya. Tentu saja, dimungkinkan bagi seseorang untuk memiliki seluruh bentuk kekuasaan itu sekaligus pada waktu yang sama. Dari sudut pandang bawahan atau pengikut, kadang-kadang sulit untuk meraba, jenis kekuasaan mana yang paling penting. Seringkali kita tidak tahu persis apa jenis kekuasaan yang dimiliki para pemimpin sampai mereka mengerahkan kekuasaan tersebut. Secara umum, bentuk-bentuk personal dari kekuasaan memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap komitmen organisasi dan kinerja pekerjaan dibandingkan bentukbentuk kekuasaan yang bersifat organisasional. Jika kita membayangkan tentang atasan kepada siapa karyawan mau bekerja paling keras, para atasan itu kemungkinan adalah mereka yang memiliki sebentuk keterampilan atau kharisma, bukan sekadar kemampuan untuk menghukum atau memberi imbalan. Jakarta, 23 Desember 2013 Referensi: Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2013. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Third Edition. New York: McGrfaw-Hill/Irwin. Suzanne C. De Janasz, Karen O Dowd, Ph.D dan Beth Z.Schneider. 2012. Interpersonal Skill in Organization. New York: McGraw-Hill. John R. Schermerhorn, Et.al. 2012. Organizational Behavior, International Student Version. Denvers: John Wiley & Sons. McShane, Olekalns dan Travaglione. 2013. Organisational Behavior: Emerging Knowledge, Global Insights. New York: McGraw-Hill. Greenberg, Jerald, dan Robert A. Baron. 2000. Behavior in Organizations. Seventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc. James L. Gibson et al. 2012. Organizations: Behavior, Structure, Processes. Fourteenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.. Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2011. Organizational Behavior.14th Edition. Harlow: Pearson Education Limited. 11
  • 12. DuBrin, Andrew J. 2010. Principles of Leadership. Sixth Edition. (South-Western: Cencage Learning. Achua, Christopher F., dan Robert N. Lussier. 2010. Effective Leadership. Fourth Edition. Canada: South-Western Cencage Learning. Wood, Jack, et al. 2013. Organisational Behavior. Core Concepts and Applications. Milton: John Wiley and Sons Australia, Ltd. Biodata Penulis: * Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI (1995-97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (198688), Kompas (1988-1995), Majalah D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV (Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013). Alumnus Program S2 Pengkajian Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia) 2002-2011. Kontak Satrio Arismunandar: E-mail: satrioarismunandar@yahoo.com; arismunandar.satrio@gmail.com Blog pribadi: http://satrioarismunandar6.blogspot.com Mobile: 081286299061 12