2. Teori belajar behavioristik adalah teori belajar
yang mengedepankan perubahan perilaku siswa
sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya
perubahan tingkah laku siswa ini diakibatkan
oleh adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, teori belajar
behavioristik atau teori behaviorisme ini
berorientasi pada perilaku yang lebih baik. Jika
siswa tidak menunjukkan perubahan setelah
diberikan pelajaran, maka menurut teori ini
siswa tersebut tidak dapat dikatakan telah
belajar dengan baik.
3. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon .
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
4. 1. Teori Belajar MenurutThorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu
yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori
koneksionisme. Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut
Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum
kesiapan Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu
dapat memperkuat respon.
5. Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, namun dia menganggap faktor
tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman
empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan
diukur
6. Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia
sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull,
seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup.
Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan
pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting
dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga
dikaitkan dengan kondisi biologis
7. Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi
stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat
lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada
saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.
Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin
diabaikan oleh anak
8.
9.
10. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon
yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.
Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi
munculnya perilaku Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi
adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru
memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan
lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. .
Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
11. Analisis tentang teori behavior :
Pengertian.
Behaviorisme merupakan penelitian yang mengkaji perilaku individu
terhadap setiap aktivitasnya.
pendahuluan
JohnA. Laska dalam Knight (1982), pendidikan dikatakan sebagai sebuah
usaha yang terencana oleh pelajar atau oleh orang lain untuk mengontrol
(memberi panduan, mengarahkan, atau mempengaruhi atau mengatur)
suatu situasi belajar untuk mencapai tujuannya. Pendidikan dilihat dari
sudut pandang ini tidak terbatas di sekolah, kurikulum atau metode
sekolah yang tradisional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu
proses belajar seumur hidup yang dilaksanakan secara terarah dan
terencana. Sedangkan proses pembelajaran menurut Corey (1982) dalam
Sagala (2003) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu.
12. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang
masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan
kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian
kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian,
bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana
sampai yang komplek (Suparno, 1997).
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini
bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu
membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses
belajar.
13. Aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran:
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang
belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan.Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
15. STIMULUS
• apa saja yang diberikan guru kepada
siswa misalnya alat peraga, gambar atau
charta tertentu dalam rangka membantu
belajarnya.
RESPONS
• reaksi siswa terhadap stimulus yang telah
diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini
haruslah dapat diamati dan diukur.
16. Konsekuensi yang menyenangkan akan
memperkuat perilaku disebut penguatan
(reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut
dengan hukuman (punishment).
18. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
TEORI BEHAVIORISTIK
Kelebihan
• Guru akan terbiasa untuk bersikap teliti
dan peka saat kondisi belajar mengajar.
• Guru lebih sering membiasakan
muridnya untuk belajar mandiri, tetapi
ketika murid kesulitan baru bertanya
kepada guru.
• Dapat mengganti cara mengajar
(stimulus) yang satu dengan stimulus
lainnya hingga mendapatkan apa yang
diterima oleh murid (respon).
• Dengan teori belajar ini sangat cocok
untuk mendapatkan kemampuan yang
mengandung unsur-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan.
• T eori ini bisa membentuk perilaku
yang diinginkan
kekurangan
• Tidak semua pelajaran dapat memakai
teori belajar behavioristik.
• Guru diharuskan untuk menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap.
• Murid cenderung diarahkan untuk
berpikir linier, konvergen, tidak kreatif,
dan memposisikan murid sebagai
murid pasif.
• Dalam proses belajar mengajar, murid
hanya bisa mendengar dan menghafal
yang didengarkan.
• Murid membutuhkan motivasi dari luar
dan sangat bergantung pada guru.
19. Penerapan pendekatan behavior memiliki paradigma yang berbeda
dengan perspektif Kristen dalam memandang siswa. Menurut Tung
memandang pendekatan behavior dari akar filsafatnya dan
beragam penelitiannya jelas bertentangan dengan pandangan
Kristen karena menggunakan hewan sebagai subjek penelitian. Hal
ini tentu tidak dapat disamakan dengan menggunakan subjek siswa
yang sejatinya adalah manusia. Tung juga menambahkan bahwa
membandingkan siswa dengan hewan sebagai subjek penelitian
adalah suatu kesalahan, mengingat Alkitab menuliskan bahwa
manusia adalah gambaran dan rupa Allah (Kej. 1: 26-27).
Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan behavior masih
kurang tepat jika melihat dan memperlakukan siswa selayaknya hewan.
20. Perspektif Kristen kembali menilai bahwa manusia sejatinya adalah
gambar dan rupa Allah, pada Kej. 1: 26-27 Allah dengan jelas
menyatakan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa
dengan-Nya. Sejalan dengan hal tersebut, Grudem menyatakan
bahwa gambar dan rupa Allah bukan berarti memiliki bentuk
yang sama dengan Allah tetapi merepresentasikan Allah dalam diri
manusia, artinya siswa juga adalah gambar dan rupa Allah. Hal ini
merujuk pada representasi Allah di kelas. Melalui penerapan
pendekatan behavior dengan memandang siswa sebagai gambar
dan rupa Allah, guru membuktikan bahwa pendekatan ini memiliki
dampak positif dan sejalan dengan perspektif Kristen. Pendekatan
behavior ini pada dasarnya serupa dengan ajaran Amsal 13: 24,
jika kita mengasihi siswa maka kita akan ada waktu untuk
“menghajarnya”. Artinya, saat guru memiliki kasih untuk siswanya
ia tidak akan membiarkan siswa terjebak dalam kesalahannya. Maka
dari itu, guru memilih menerapkan pendekatan ini karena memiliki
tujuan utama yang sesuai dengan pandangan Kristen dalam hal
mendidik.
21. Ketidaksesuaian antara pandangan para behaviorist dan Alkitab
mengenai penerapan pendekatan ini nyatanya tetap memiliki dampak
yang luar biasa. Sejak awal, diketahui jika penerapan pendekatan ini
menekankan pada pemberian stimulus berupa hadiah, motivasi,
pujian, dan konsekuensi. Pemberian konsekuensi juga memiliki
dampak yang baik untuk mengajarkan siswa mempergunakan
kebebasan memilihnya. Pada penerapan pendekatan ini, guru
terlebih dahulu mengingatkan atau memperingatkan siswa akan
tugasnya, tidak langsung memberi konsekuensi. Menurut Alizamar
dalam Anjariesta dengan adanya konsekuensi dapat mengurangi
perilaku tidak disiplin dan memperkuat perilaku disiplin siswa.
Sisi perspektif Kristen, Bavinck menyebutkan bahwa Allah dalam
memberikan konsekuensi telah memperingatkan terlebih dahulu.
Saat manusia jatuh dalam dosa, sebelumnya Allah telah
memperingatkan untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
(Kej. 2: 16 -17) karena akan ada konsekuensi kematian.
22. Guru juga dengan hikmat dan penuh tanggung jawan
memberikan konsekuensi saat siswa masih belum
mengerjakan tugas. Pemberian hadiah, motivasi, pujian, dan
konsekuensi sejalan dengan hal yang disampaikan Paulus
dalam 1 Kor. 3: 6-7. Guru menanamkan kebiasaan dan terus
membantu pertumbuhan siswa melalui penerapan pendekatan
behavior (pemberian hadiah, motivasi, pujian, dan
konsekuensi) serta pengenalan akan Allah dalam tiap
pembelajarannya. Allah melalui Roh Kudus akan mengetuk
hati siswa dan memberikan pertumbuhan setiap harinya.