1. Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP
Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Timur
Wakil Ketua Komisi X DPR RI
Hetifah Hetifah Sjaifudian
Hetifah.id Hetifah Sjaifudian
No. 01/01/04
Rapat Kerja Perdana DPR dengan Kemendikbud
Ruang Rapat Komisi X DPR RI
Rabu, 6 November 2019
Nadiem Makarim
Manusia masa depan harus bisa menerima perubahan, karakternya adalah sebagai berikut :
• Adaptabilitas
• Flexibilitas
• Kreativitas
• Kemampuan Berkomunikasi
• Karakter
• Integritas
• Compassion
Kemampuan dan kemauan untuk belajar seumur hidup adalah kompetensi yang terpenting.
Karakter, moralitas, akhlak. Kita harus memikirkan bagaimana kita bisa membuka potensi
pemuda di Indonesia.
Sehari-hari saya melakukan inovasi, mungkin itu sebabnya Presiden memilih saya sebagai
Mendikbud. Perlu adanya lompatan dalam bidang pendidikan kita, tidak bisa dengan
kecepatan seperti sekarang.
Saya sejak dahulu suka mencari hal-hal rumit dan sulit. Menjadi guru adalah tugas tersulit di
negara kita. Dari semua isu, SDM adalah yang kompleksitasnya paling tinggi. Oleh karena itu
saya tertarik untuk bergabung, dan itu memang merupakan passion saya.
Tidak ada visi-misi menteri, yang ada visi misi Presiden. Saya mencoba menterjemahkan
arahan pendidikan Indonesia sebagai berikut :
1. Pendidikan Karakter
• Kita harus mengerti akar masalahnya. Saat ini kita memasuki era Information
overload. Kalau pemuda kita tidak punya karakter kuat, dan kemampuan menganalisa,
dia akan tergerus hoax dan penjajahan pemikiran. Pemuda harus independen, kritis,
dan mempertanyakan informasi yang Ia dapat
• Hampir semua perusahaan komplain ketidakprofesionalan pemuda. Kita harus
mendidik karakter-karakter yang berguna di dunia profesional seperti tepat waktu,
menghargai atasan, kerjasama, dan lain-lain
2. • Intoleransi terjadi dimana-mana. Di negeri yang begitu beragam seperti Indonesia,
perasaan kesamaan identitas harus dibangun
• Saya sebagai millenial, merasa konsep pembangunan karakter harus diterjemahkan
ke dalam konten yang bisa dimengerti millennial. Tidak bisa hanya baca buku atau
mendengarkan seseorang bicara. Itu harus tercermin dalam kegiatan.
• Orangtua dan masyarakat tidak boleh diabaikan. Pendidikan Karakter harus terjadi
juga diluar sekolah karena murid hanya menghabiskan beberapa jam di sekolah,
sisanya di luar
2. Deregulasi dan Debirokratisasi
• Beban administratif pengajar sangat besar. 30-40% waktu dosen dan guru habis untuk
itu. Dampaknya tidak efektif ke pembelajaran murid, harus disederhanakan
• Saya mengerti bahwa kita ingin meningkatkan mutu maka mengeluarkan peraturan.
Namun yang harus dievaluasi adalah apakah di lapangan peraturan tersebut efektif
mencapai tujuan awal?
• Yang penting dalam kurikulum bukan konten, tapi bagaimana konten tersebut
diajarkan di dalam kelas. Apakah siswa dapat berpartisipasi dalam proses belajar
mengajar?
• Kita harus menyederhanakan organisasi dimana kita berkoordinasi dengan unit-unit
pendidikan. Selama ini guru dan dosen mengeluh banyak instansi yang harus mereka
hubungi untuk akreditasi, sertfikasi, dan lain-lain
3. Meningkatkan Investasi dan Inovasi
• Kondisi link and match di Indonesia mohon maaf menurut saya sudah cukup parah.
Banyak kompetensi yang sebenarnya tidak relevan diajarkan, yang penting justru
diabaikan. Kita harus menciptakan lingkungan dimana soft skill dilatih, bukan hanya
konten tapi cara itu diajarkan
• Rapot dari industri masih buruk, mereka adalah user yang menilai. Revitalisasi
pendidikan kejuruan harus segera dilakukan
• Peran kami sebagai kementerian adalah untuk mengempower industri untuk
berpartisipasi dalam pendidikan yang pada akhirnya dampaknya untuk mereka juga,
terutama SMK dan Politeknik
• Kita ingin menggenjot investasi di sektor pendidikan, tapi sekarang regulasi kurang
memadai untuk membuat itu diminati investor. Kita harus membuat regulasi yang
membuat investor tertarik berinvestasi di pendidikan
4. Penciptaan Lapangan Kerja
• Bagaimana kita menciptakan SDM yang bukan hanya terserap lapangan kerja, tapi
juga menjadi pencipta lapangan kerja. Pendidikan entrepreneurship adalah
jawabannya.
• Kreativitas, seni, ekspresi, adalah jiwanya entrepreneurship. Selama ini skill-skill kreatif
seperti musik dan seni seringkali diabaikan
3. 5. Pemberdayaan Teknologi
• Katanya kalau saya jadi menteri semua diganti aplkasi, itu persepsi yang salah.
Pendidikan adalah apa yang terjadi di ruang kelas dan di rumah. Teknologi tidak
mungkin menggantikan koneksi itu. Harus ada koneksi batin agar trust tercipta dan
proses belajar mengajar akan efektif
• Teknologi untuk apa?
- Efisiensi budget dan waktu
- Transparansi, berbasis data. Kalau data tidak tepat, real time, terstruktur,
keputusan tidak akan baik
- Teknologi memberikan fleksibilitas. Personalisasi, segmentasi. Tiap sekolah
memiliki kebutuhan yang berbeda.
- Transparansi keuangan dan penggunaan anggaran. 20% anggaran tidak hanya
sent tapi juga delivered.
Terakhir, saya mohon bantuan Bapak Ibu untuk belajar, karena saya masih baru di bidang
ini. Mohon kesabaran kalau saya masih kaku-kaku, tidak mengerti protokol. Mohon
dukungan Bapak Ibu, saya mewakili generasi millenial disini, semoga tidak mengecewakan
dan bisa menginspirasi generasi millenial lainnya.