Studi ini menganalisis strategi pengembangan kelembagaan Pondok Pesantren Nurul Huda di Desa Kajen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pondok pesantren bertujuan mendidik santri agar memiliki dan menguasai ilmu agama secara mendalam serta mengamalkannya dalam kehidupan. Untuk merealisasikan tujuan ini, pondok pesantren menggunakan tiga pendekatan yaitu disposisi kepribadian, situasi lingkungan, dan interaksi antara
Strategi pengembangan kelembagaan pesantren dalam pembinaan akhlaq sosial
1. STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
PESANTREN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SOSIAL
(Studi Kasus Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kab. Pati)
Penulis : Zainal Arifin
Diresume oleh :
A. Fahmi Zakariya (B72214013)
Ani’atul Wahidah (B02214004)
Kadek Emas Agustin (B72214030)
Dosen Pembimbing :
Airlangga Bramayudha, MM
2. Strategi Pengembangan
Kelembagaan Pesantren
Tujuan strategi pengembangan pesantren adalah
merealisasikan satu atau lebih meliputi
meningkatkan, membimbing dan mengendalikan
terhadap potensi yang tersedia, serta mengelolanya
dengan baik sesuai koridor yang ada dalam
pesantren.
3. Pondok Pesantren
Ialah lembaga pendidikan dan pengajaran
agama islam yang pada umumnya pendidikan
dan pengajaran tersebut diberikan secara
nonklasikal (sistem sorogan) dimana seorang kyai
mengajar para santri berdasarkan kitab-kitab
tertulis dalam bahasa arab, sedangkan santri
disediakan pondok /asrama untuk tempat tinggal.
4. Fungsi Pondok Pesantren
lembaga yang bertujuan mencetak muslim agar
memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama secara
mendalam serta menghayati dan
mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata
ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah
SWT di dalam hidup dan kehidupannya.
5. Komponen Komponen Pondok
Pesantren
1) Masjid
2) Asrama (pondok)
3) Kyai/ustadz
4) madrasah atau sekolah
5) Perpustakaan
6) pengejian kitab-kitab kuning
7) Lapangan (olahraga)
8) santri
9) koperasi
10) Masyarakat lingkungan pedesaan
7. Model Pendekatan disposisi kepribadian
( traits personality approach )
Pendekatan ini biasa dianut dan dikembangkan
oleh penganut behaviorisme dan
conceptualisme. Mereka berasumsi yang menjadi
penyebab perilaku sosial dikarenakan sifat – sifat
kepribadian yang melekat pada diri individu dan
seperti sudah built in dalam diri. Ini bersifat
permanen dan resisten.
8. Model pendekatan situasi lingkungan
(Situational Enviroment Approach )
Pendekatan ini bisanya dianut dan
dikembangkan oleh Empirisme dan Humanisme.
Perilaku berubah dari satu situasi ke situasi yang
lain. Kesimpulannya situasi mendominasi
pengaruh perilaku sosial
9. Model Pendekatan Interaksi
( Interaction Approach )
Pendekatan ini adalah konvergen antara model
pendekatan disposisi kepribadian dan situasi
lingkungan. Dan memberikan win solutions.
Bawaan dan situasi saling berinteraksi sehingga
membentuk kontribusi pengaruh perilaku sosial.
Dan yang mendominasi tergantung intensitas
antara keduannya.