SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
STUDI INKLUSIVITAS AJARAN AGAMA
ISLAM dalam PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
PONDOK PESANTREN MODERN
ASSALAAM DI SURAKARTA
Oleh: Minten Ayu Larassati, Bambang Sumarjoko,
Abdulah Aly
Abstrak
Eksklusivisme sistem pendidikan Islam di
Indonesia termasuk pesantren terjadi
dikarenakan terdapat cara pandang yang
bersifat klasik-skolastik yang dimiliki para
pengelolanya. Oleh sebab itu Islam
dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang
ramah, terbuka, inklusif, dan mampu
memberikan solusi terhadap masalah besar
bangsa dan negara. Penelitian Studi Inklusivitas
Ajaran Agama Islam dalam Pendidikan
Multikultural PPMI Assalaam di Surakarta ini
bertujuan mendeskripsikan pola, sikap dan
budaya inklusif multikultural serta metode
pembelajaran PAI agar anak memiliki kesadaran
inklusif multikulturalis. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dilakukan penelitian lapangan
menggunakan studi kasus, pengumpulan data
melalui metode wawancara, observasi dan
dokumentasi. Jenis penelitian adalah field
research. Adapun subyek penelitian meliputi
pola, sikap, budaya dan metode pendidikan.
Obyek yang diteliti adalah pola interaksi yang
terjadi di PPMI Assalaam dan Guru PAI. Data
dari lapangan kemudian dihimpun dan direduksi
dengan memilih berdasarkan kesesuaian dengan
tema agar dapat ditarik kesimpulan dari setiap
rumusan masalah, alur demikian disebut analisis
deskriptif kualitatif. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan menggunakan teori induktif.
Berdasarkan hasil dari analisis, peneliti
memberikan kesimpulan bahwa PPMI Assalaam
adalah lembaga pendidikan dengan karakter
pesantren yang berpola inklusif multikultural
dengan menonjolnya interaksi inklusif
multikulturalis berupa sikap: tâ’at, ukhuwah,
ta’ârâf, birr qiyâm bilqi h, adaptif, hidupṣṭ
moderen (memuat keikhlasan, kedisiplinan,
ketertian, menjaga kebersihan, penuh
kedamaian, penuh keteladanan), maju terhadap
informasi teknologi, mandiri dan tanggung
jawab serta tidak berafiliasi dengan golongan
tertentu, berakhlakul karimah dan bisa hidup
secara berjama’ah. Berupa budaya;
membudayakan Al Qur’an dan As Sunnah
disegala aspek kehidupan, budaya SIMMPATIK,
hidup sebagai pemberi ayoman, assalâm
(kedamaian), bertoleransi, hidup moderen
(emansipatoris), dan visioner. Metode mendidik
adalah dengan menggunakan metode tanya
jawab, diskusi, jigsaw, demostrasi, gallery walk,
penugasan, card sort, small group discussion,
modeling the way, group to group exchange,
reword, keteladanan, dan tindakan langsung
meliputi arahan, perintah serta teguran.
Kata kunci: Inklusif, pendidikan agama Islam,
pendidikan multikultural, pola sikap budaya,
metode pembelajaran.
Abstract
Exclusiveisme Moslem education system in
Indonesia is boarding school because view of
point is different in classic-scholastic character
from manager. Although Moslem develops in
Indonesia is friendly, open, inclusive and giving
problem solving relation notion and country
problems. Research Inclusivity Study study
moslem teaching in education Multiculture
PPMI Assalaam of Surakarta purposes
description pattern, attutide and multiculture
inclusive culture and learning moslem method so
the students have awareness inclusive
multiculture. The reach of the goal uses field
research with study case, collecting data uses
interview, observation and documentation
methods. Type research is field reserach, while
subject of the research is pattern, attutide,
culture and education method. Object
observation is interaction pattern that happen in
PPMI Assalaam and moslem teaches. Data in
field collecting and reducation with chooding
according to appropriate with theme so we can
conclusion from every problem formulation, plot
calling descriptive qualitative analysis.
Conclusion uses inductive theory. According to
result of analysis, the writer gives conslusion if
PPMI Assalam is education institute with
boarding character with multiculture inclusive
pattern with dominant interaction inclusive
multiculture attitude: obedient, ukhuwah,
ta’ârâf, birr qiyâm bilqi h, adaptive, modernṣṭ
live (ikhlas, dicipline, corret, cleaning, full
peace, modeling), up to date in technology
1
informaation, audonomous and responsibility so
it is not afilliation with determination in group,
akhlakul karimah and they live together with
they read AL-Qur’an and As Sunnah for all
aspects in living, culture SIMMPATIK, life gives
protection, assalâm (peace), tolerance,
emansipatoris and visioner. Education method
uses ask answer method, discussion, jigsaw,
demonstration, gallery walk, task, card sort,
small group discussion, modeling the way, group
to group, reward, modeling and direct action are
direction, order and warning.
Keyword: Inclusive, Moslem Education,
Multiculture Education, Pattern Attitude Culture,
learning method.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era multikulturalisme dan pluralisme,
Pendidikan Agama Islam sedang mendapat
tantangan karena ketidak mampuannya dalam
membebaskan peserta didik keluar dari
ekslusivitas beragama.1
Diperlukan upaya-
upaya preventif agar hal ini tidak menjadi
bumerang bagi Islam. Kita ketahui bahwa
Islam adalah agama yang dianut oleh
mayoritas penduduk Indonesia maka Islam
sebenarnya berpeluang besar mempengaruhi
tata hidup kemasyarakatan dan kebangsaan di
tanah air.2
Melihat konteks tersebut, kaum
muslim perlu menyadari bahwa kedudukannya
sebagai umat mayoritas perlu dibarengi
dengan sikap apresiatif dan penghargaan
terhadap hak-hak keagamaan dan apresiasi
sosial-politik kelompok non-Muslim.
Ahmad Syafi’i Ma’arif menegaskan, bahwa
Islam yang mau dikembangkan di Indonesia
adalah sebuah Islam yang ramah; terbuka;
inklusif; dan mampu memberikan solusi
terhadap masalah-masalah besar bangsa dan
negara. Sikap inklusif dalam beragama yakni
1Husniyatus Salamah Zainiyati, Pendidikan
Multikultural Upaya Membangun Keberagamaan Inklusif
Di Sekolah. Jurnal Islamika, (Vol.1, no. 2, Maret 2007),
hlm. 135.
2Mahmud Arif, Pendidikan Agama Islam Inklusif
Multikultural. Jurnal Jurusan Pendidikan Agama Islam,
(Vol. I, no 1, Juni 2012/1433), hlm. 2.
sikap terbuka.3
Ketika seseorang menyadari
dan mengakui kehadiran agama-agama lain, ia
mulai berubah menjadi seorang yang inklusif.
Sikap inklusif memungkinkan seseorang
berdialog dengan agama-agama lain.4
Sikap
terbuka akan berdampak pada relasi sosial
yang bersifat sehat dan harmonis antar sesama
warga masyarakat. Teologi inklusivisme
dilandasi dengan toleransi, tidak berarti bahwa
semua agama dipandang sama. Sikap toleran
hanya suatu sikap penghormatan akan
kebebasan dan hak setiap orang untuk agama,
perbedaan beragama tidak boleh menjadi
penghalang dalam upaya saling menghormati,
menghargai, dan kerjasama.
Tidak seorangpun di dunia ini yang dapat
menolak sebuah kenyataan bahwa alam
semesta adalah plural, beragam, berwarana-
warni dan berbeda-beda. Keberagaman adalah
hukum alam semesta atau sunnatullah.
Dengan kata lain, keberagaman meruapakan
kehendak Allah dalam alam semesta5
, hal ini
dijelaskan dalam QS. Surat: An Nahl, ayat: 93
6
dan QS. Al Hujurāt, ayat: 137
. Merespon
keberagaman budaya, suku, bangsa, bahasa,
agama, Islam menawarkan sebuah konsepsi
berupa toleransi-tasāmuh yang artinya sikap
memberikan, lapang dada, murah hati, dan
suka berderma. Ajaran agama Islam
sesungguhnya lebih bersemangat mengandung
unsur inklusif dari pada eksklusif. Bahkan
Islam melarang pemaksaan dalam beragama,
artinya keberagamaan seseorang harus
dijamin. Umat Islam harus memberikan
kesempatan dan kebebasan yang seluas-
3Yusuf Al Qardawi, Inklusif dan Ekslusif (Jakarta:
Pustaka Al Kaustar, 2001), hlm. 47.
4M. Dawam Rahrjo, Merayakan Kemajemukan
Kebebasan dan Kebangsaan (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 232.
5Andi Rahman Alamsyah (editor), Pesantren
Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi (Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Depak Kerjasama Lbsosio Pusat Kajian
Sosiologi FISIP-UI, 2009), hlm.194.
6 Kementrian Agama RI, 2009. Mushaf Al
Qur’an Terjemah. Surat: An Nahl, ayat: 93. Bandung; Nur
Publishing. Hlm: 277.
7 ibid., surat: Al Hujurat, ayat: 13. Hlm: 517.
2
luasnya kepada orang lain untuk memeluk
agama yang diyakininya. QS Al Mā’idah,
ayat: 48. 8
Sebagai syarat membangun kesadaran
multikultural di tengah arus globalisasi, perlu
adanya proses penyadaran akan ajaran agama
Islam. Dimana Islam adalah bersifat Inklusif
(dalam tataran sosial) dan eksklusif dalam
tataran theology (ketuhanan/tauhid), hal ini
menjadi penting agar tidak ada proses
pengkaburan di salah satu sisi dari ajaran
agama Islam sendiri di tengah era-
multikulturalisme dan pluralisme serta
memposisikan Islam sebagai agama yang
mampu berkembang menjawab perubahan
sosial di negara yang demokratis seperti
negara Republik Indonesia.
Eksklusivisme sistem pendidikan Islam di
Indonesia termasuk pesantren terjadi
dikarenakan terdapat cara pandang yang
bersifat klasik-skolastik yang dimiliki para
pengelolanya. M. Amin Abdullah
menjelaskan, bahwa eksklusivisme
Pendidikan Agama Islam terlihat dari cara
pandang klasik-skolastik. Klasik adalah
keselamatan individu dan skolatik adalah
penekanan pada Tuhannya sebagai titik
tekanan dalam pendidikan Islam selama ini.
Keselamatan sosial yang proses
pencapaiannya melalui hubungan yang baik
antara diri ”individu” dengan ”individu-
individu sesamanya” sangat diabaikan dalam
sistem pendidikan Islam. Sementara menurut
Abdul Munir Mulkhan, eksklusivisme sistem
pendidikan Islam di Indonesia terkait pada
pemaknaan yang spesifik dan ekslusif
terhadap bidang tauhid atau akidah. Selama
ini tauhid atau akidah dipahami secara spesifik
dan eksklusif, karena itu untuk masyarakat
multikultural, tauhid dapat dimaknai secara
substantif; universal; inklusif dan pluralistik.9
Salah satu indikator ekslusivisme
pendidikan Islam di Indonesia dapat dilihat
dari dua hal, pertama, dapat dilihat dari
absennya ruang perbedaan pendapat antara
guru dengan murit dan atau antara murid
8 ibid., surat: Al Ma’idah, ayat: 48. Hlm: 116.
9Abdul Munir Mulkhan, Humanisasi Pendidikan
(Bandung: Mizan, 2000), hlm.19-20.
dengan murid dalam sistem pendidikan Islam,
sehingga proses pembelajaran bersifat
indiktrinatif. Kedua, dapat dilihat dari fokus
pendidikan yang hanya menekankan pada
pencapaian kemampuan ritual dan keyakinan
tauhid, dengan materi ajar pendidikan Islam
yang bersifat tunggal, yaitu benar-salah dan
baik-buruk yang mekanistik. Praktek
pendidikan Islam yang seperti ini akan
menjadikan anak didik kurang begitu sensitif
atau kurang begitu peka terhadap nasib,
penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh
sesama yang kebetulan memeluk agama lain.
Ruang kelas bagaikan sebuah penjara bagi
siswa, karena tidak ada ruang untuk berdialog
tentang kebenaran yang diajarkan oleh guru.10
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 4 bab III
tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan
pada poin pertama; dijelaskan bahwa
pendidikan diselenggarakan secara
demokratis, tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan,
nilai kultural dan kemajemukan bangsa.11
Lebih lanjut dinyatakan, bahwa pendidikan
diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat.12
Selain
itu, undang-undang RI No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 60 poin B,
tentang melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru dan dosen berkewajiban dalam bertindak
objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik
tertentu, atau latar belakang sosio-ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran.13
Peraturan
10Abdul Munir Mulkhan, Humanisasi
Pendidikan Islam dan Tashwirul Afkar. Jurnal Refleksi
Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, (Vol. i. no.11,
2001), hlm.17-18.
11Kementrian Pendidikan RI, Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20
(Surakarta: Kharisma Solo, 2003). hlm. 6.
12 Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran.(Bandung: Refika Aditama, 2001),
hlm. 40.
13Kementrian Pendidikan RI, Undang-Undang
Guru dan Dosen no.14. pasal 60 (Surakarta: Kharisma
Solo, 2005), hlm. 16.
3
tersebut menguatkan bahwa pendidikan
inklusif-multikultural sangat relevan
dilaksanakan dalam mendukung proses
pendidikan Indonesia.
Nilai-nilai seperti demokrasi, tidak
diskriminatif dan menjunjung HAM sangat
compatible dengan pesantren. Apalagi kalau
melihat pesantren sebagai sebuah lembaga
pendidikan tertua di Indonesia dengan tujuan
utamanya adalah mengajarkan ilmu-ilmu
agama dan akhlak mulia bagi para santri.
Karakteristik yang sangat menonjol di
pesantren sebagai lembaga pendidikan bisa
dikatakan multikulturalis.
Sementara wajah Islam yang
ditransmisikan para kiai di pesantren pada
dasarnya adalah Islam inklusif dan
menebarkan kedamaian di muka bumi
(ra matan lil ‘ālamīnḥ ). Para kiai pesantren
biasanya juga meneruskan ajaran para
Walisongo yang selalu mengajarkan sopan
santun, toleran dan menghormati budaya
lokal. Melihat realitas sejarah pada dasarnya
pesantren dilahirkan untuk memberikan
respon terhadap situasi dan kondisi sosial
suatu masyarakat yang tengah dihadapkan
pada runtuhnya sendi-sendi moral melalui
transformasi nilai yang ditawarkanya (amar
ma‘rūf nahī munkar).14
Selain itu, berdirinya
pesantren juga memiliki misi untuk
menyebarluaskan informasi ajaran
universalitas Islam keseluruh pelosok
Nusantara yang berwatak inklusif.
Misi Islam yang menebarkan kedamaian
(ra matan lil ‘ālamīnḥ ) tersebut juga menjadi
tumpuan berdirinya pondok pesantren Islam
modern Assalaam Surakarta dalam
membangun dan mengembangakan
pendidikan yang ada. Hal tersebut tercantum
dalam khi aṭṭ ḥ perjuangan Pondok Pesantren
Modern Assalaam (PPMI Assalaam) sebagai
berikut;
Memotivasi santri agar Islam selalu mampu
memberikan jawaban secara handal terhadap
tantangan kehidupan yang sesuai dengan
14Syamsul Ma’arif, Transformative Learning
dalam Membangun Pesantren Berbasis Multikultural.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi.
(Vol.1, no 1, Juni, 2012), hlm. 59.
tuntutan perkembangan masyarakat.
Menjadikan pesanten sebagai pusat
pendidikan perdamaian dan pemerintah, umat
Islam, masyarakat luas dan pemeluk non
Islam.15
Hal inilah yang menjadi sebab penelitian
ini mengambil fokus pada Studi Inklusifitas
Ajaran Agama Islam dalam Pendidikan
Multikultural PPMI Assalaam di Surakarta.
Pengambilan judul tersebut dikarenakan
terdapat asumsi bahwa pesantren pada
umumnya dan pesanten Assalaam pada
khususnya memiliki karakteristik
multikultural, baik dilihat dari asal daerah
santri, kurikulum, proses pembelajaran
maupun interaksi sosial santri, sehingga
prinsip-prinsip dalam kehidupan bersama
sangat dominan. Adapun prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah demokrasi, adil, tidak
diskriminatif, menjunjung hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.16
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field research,
karena yang diteliti adalah sesuatu yang ada di
lapangan secara langsung. Penelitian lapangan
dalam hal ini bersifat kualitatif dengan metode
studi kasus, yaitu penelitian yang prosedurnya
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku
yang diamati.17
Studi kasus yang dilakukan
untuk memperoleh pengertian secara
mendalam mengenai studi dan makna sesuatu
atau subyek yang diteliti yakni proses-poses
sosial yang terjadi di PPMI Assalaam meliputi
budaya perilaku dan interaksi sosial para
pemimpin, guru, dan siswa, berkenaan dengan
sikap inklusif.
Berkenaan hal tersebut peneliti mengambil
populasi penelitian yaitu guru PAI dan siswa
SMA PPMI Assalaam Surakarta. Adapun
15Keassalaaman, Pedoman Bermuamalah di
Lingkungan Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakrta,
(Tnp Kota Terbit, 2013), hlm. 8.
16Abdullah Aly, Pendidikan Multikultural Pada
Pesantren Assalaam Di Surakarta (Yogyakarta: Universitas
Sunan Kali Jaga, 2007).
17Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualtatif
Edisi Revisi (Bandunng: Rasindo Karya, 2008), hlm. 3.
4
gejala (subyek) penelitiannya adalah
inklusivitas ajaran agama Islam dalam
pendidikan multikultural yaitu pola, sikap dan
budaya serta metode inklusif multikulturalis
yang digunakan oleh guru PAI PPMI
Assalaam Surakarta. Informan utama diambil
dalam penelitian ini meliputi, guru dan siswa
SMA Assalaam Surakarta. Informan
pendukung antara lain kepala sekolah SMA
Assalaam, Kesantrian dan Kepala Pondok.
Untuk mendapatkan data dalam penelitian
ada tiga metode yang digunakan yakni
wawancara Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu yang
mengajukan pertanyaan dan yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.18
Metode
wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur, yaitu semua pertanyaan
dirumuskan dengan cermat dan tertulis
(interview guide). Peneliti menggunakan
daftar pertanyaan tersebut untuk melakukan
interview kepada informan utama guru PAI
dan siswa, informan pendukung sekretaris
PPMI Assalaam dan sekretaris SMA
Assalaam. Wawancara terstruktur digunakan
agar percakapan yang dilakukan dapat
terfokus sehingga tidak melenceng jauh dari
pembahasan.
Observasi yang peneliti laksanakan adalah
observasi langsung, yaitu cara pengambilan
data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan
tersebut.19
Metode ini dipakai untuk
mengumpulkan data-data yang mudah
dipahami dan diamati secara langsung,
sebagaimana rangkaian kegiatan belajar
mengajar yang didalamnya meliputi observasi
proses KBM dan penggunaan metode
mengajar, observasi lingkungan pondok
meliputi masjid, resto (tempat makan), area
kamar, dan opservasi kegiatan ekstra kulikuler
yang ada di Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam Surakarta.
18 Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: CV Remaja Karya. Hlm: 148.
19Muhammad Nasir,1983. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 212.
Objek penelitian dalam penelitian kualitatif
yang diobservasi menurut Spradly dinamakan
situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen,
yaitu place atau tempat dimana interaksi
dalam situasi sosial sedang berlangsung.
Space ruang yang digunakan dalam aspek
fisik dalam hal ini adalah lokasi penelitian
yakni di Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam Surakarta . Actor, semua orang yang
terlibat dalam situasi sosial, misalnya guru,
kepala sekolah, murid dan orang yang ada di
dalam lingkungan Pondok Pesantren Modern
Islam Assalaam Surakarta . Activiti atau
kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam
situasi sosial yang sedang berlangsung,
misalnya kegiatan belajar mengajar,
pelaksanaan manajemen sekolah, komunikasi
sekolah dengan lingkungan interaksi siswa-
guru, guru-guru, siswa-siswa, di Pondok
Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta
dan lain-lain.20
Metode dokumentasi yaitu metode mencari
data mengenai hal-hal (variabel) yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya.21
Dokumen merupakan sumber informasi yang
bukan manusia (non human resources).
Metode ini digunakan untuk mengambil data
yang berhubungan dengan gambaran umum
yang meliputi; letak geografis, sejarah
berdirinya, visi dan misi, struktur
kepengurusan Pondok Pesantren Modern
Islam Assalaam Surakarta, demografi guru,
demografi siswa, profil SMA Assalaam, denah
sekolahan, serta jadwal kegiatan PPMI
Assalaam.
Data-data yang telah peneliti dapatkan akan
dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan cara pentahapan secara
berurutan, terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu:
pengumpulan data sekaligus reduksi data,
20 Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif R dan D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 229-
230.
21 Suharsimi, Arikunto,1998. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm:
159.
5
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.22
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
menggunakan teori induktif. Teori induktif
adalah metode penyimpulan yang dilakukan
dengan dimulai dari hal-hal yang bersifat
khusus, kemudian ditarik kesimpulan secara
umum.
KERANGKA TEORI
Kajian teoritik dalam penelitian ini
menggambarkan teori studi inklusivitas
Pendidikan Agama Islam dalam pendidikan
multikultural maka akan di jabarkan mengenai
kerangka teori dari inklusivitas dan pendidikan
multikultural sebagai berikut;
Secara etimologi, kata inklusif bentuk kata
jadian yang berasal dari bahasa Inggris inclusive
yang memiliki makna termasuk di dalamnya.
Sedangkan inklusif secara terminologi adalah
pemahaman yang mengakui keberadaan agama
lain dan masih mempercayai bahwa agama yang
dianut adalah benar walaupun bisa melihat
kebenaran yang diusung oleh agama lain. Ketika
seseorang menyadari dan mengakui kehadiran
agama-agama lain, ia mulai berubah menjadi
seorang yang inklusif. Menurut pemahaman
inklusif, bahwa sesungguhnya ajaran Islam lebih
bersemangat serta mengandung unsur inklusif
daripada ekslusif. Bahkan Islam melarang
pemaksaan dalam beragama, artinya
keberagamaan seseorang harus dijamin dan
dilindungi.
Teologi inklusif tidak hanya inklusif bagi
umat Islam saja, tetapi juga bagi agama lain.
Sikap beragama yang bersikap inklusif, memang
sangatlah urgen untuk menghindari claim of
truth dan claim of salvation dalam dunia dewasa
ini yang selalu memiliki pluralitas keagamaan
sebagai akibat dari hancurnya batas-batas
budaya, rasial, bahasa dan geografis. Aksiologi
teologi Islam yang inklusif adalah ajaran
rahmatan lil’ālamîn (rahmat bagi seluruh alam)
teologi tersebut adalah pilar moderatisme Islam.
Disini, ajaran Islam tidak diarahkan kepada
eksklusivisme seperti membenci agama lain,
merendahkan non muslim, atau memusuhi dan
22 M. B Miler dan Haberman.M. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Hlm: 16.
menggunakan kekerasan dalam menyiarkan
kebenaran, bahkan Islam inklusif menyiarkan
toleransi beragama dan juga kerjasama.
Ajaran agama Islam sarat dengan nilai-nilai
yang pada dasarnya bersifat all embracing bagi
penataan sistem kehidupan sosial, politik,
ekonomi dan budaya.23
Pada tahapan konteks ini
Islam disebut sebagai ra matan lil ‘ālamīnḥ ,
rahmat untuk alam semesta, termasuk untuk
kemanusiaan. Islam adalah sebuah humanisme,
agama yang sangat mementingkan kemanusiaan
sebagai tujuan sentral, inilah yang dimaknai
sebagai nilai dasar Islam. Humanise Islam adalah
humanisme teosentrik, artinya Islam merupakan
sebuah agama yang memusatkan dirinya pada
keimanan terhadap Tuhan, tetapi mengarahkan
perjuangannya untuk memuliakan peradaban
manusia. Prinsip humanisme teosentrik inilah
yang kemudian akan ditransformasikan sebagai
nilai yang dihayati dan dilaksanakan sepenuhnya
dalam masyarakat dan budaya.24
Pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang memperhatikan secara sungguh-sungguh
terhadap latar belakang peserta didik baik dari
aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran
kepercayaan) dan budaya (kultur). Musa Asy’ari
menyatakan, bahwa pendidikan multikultural
adalah proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-
tengah masyarakat plural.25
Nilai inti dari pendidikan multikultural yaitu:
pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan
pluralitas budaya di masyarakat. Kedua,
pengakuan terhadap harkat dan hak asasi
manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab
masyarakat dunia. Keempat, pengembangan
tangung jawab manusia terhadap bumi ini juga
bersifat alamiyah dan induktif.
Tujuan yang berkaita dengan nilai-nilai inti
pendidikan multikultural yaitu: Pertama,
mengembangkan perspektif sejarah yang
23 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Integrasi
untuk Aksi (Bandung: Miza, 1994), hlm. 167.
24Ibid., hlm. 167-168.
25Musa Asy’arie, Pendidikan Multikultural dan
Konflik Bangsa, (http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0409/03/opini/1246546, 2004), diakses pada 15
Maret 2012.
6
beragam dari kelompok-kelompok masyarakat
(etnohistorisitas). Kedua, memperkuat kesadaran
budaya yang hidup di masyarakat. Ketiga,
memperkuat kompetisi interkultural dari budaya-
budaya yang hidup di masyarakat. Keempat,
membasmi rasisme, seksisme, kastaisme, dan
berbagai jenis prasangka (prejudice). Kelima,
mengembangkan kesadaran atas kepemilikan
planet bumi. Keenam, mengembangkan
ketrampilan aksi sosial (social action). 26
Secara
sederhana kerangka teori ajaran agama Islam
dalam pendidikan multikultural digambarkan
dalam bagan sebagai berikut
HASIL PENELITIAN
A. Pola Inklusif Multikultural PPMI
Assalam Surakarta
Pola pikir adalah sistem, cara kerja
berfikir orang melalui sudut pandang
tertentu. Secara aksi pola pikir seseorang
terungkap melalui sikap seseorang, yang
tentunya pengambilan sikap memiliki alasan
tersendiri. Pola inklusif multikulturalis PPMI
Assalaam dapat dilihat dari sistem yang ada,
yakni meliputi nilai-nilai keassaaman, tujuan
didirikan organisasi Assalaam, kittah
perjuangan dan prinsip-prinsip yang
digunakan. Berikut adalah latar belakang
pola yang ditemui didalam PPMI Assalaam;
Pertama, pengambilan nama assalām.
PPMI Assalaam mengambil nama Assalaam
sebagai nama lembaga memiliki arti damai.
”Damai” dalam persepektif PPMI Assalaam
adalah pemaknaan bahwasanya Islam
adalah ra matan lil ‘ālamīnḥ , oleh sebab itu
sebagai “ajaran” Islam memberikan
pengayoman yang teduh kepada semua
pihak. Baik muslim maupun non muslim,
serta kepada meraka yang tidak mengganggu
keberlangsungan ajaran dan dakwah Islam.
Kedua, prinsip keassalaman. PPMI
Assalaam menggunakan ajaran ra matan lilḥ
‘ālamīn sebagai prinsip keassalaman. Kata
ra matḥ artinya arrifqu warh- a’arufṭ yang
bermakna kelembutan yang berpadu pada
rasa iba atau kasih sayang. Adapun
ra matan lil ‘ālamīnḥ dimaknai oleh para ahli
26H.A.R Tilaar, Kekusaan dan Pendidikan Suatu
Tinjauan dan Persepektif Studi Kultural (Magelang:
Indonesiatera, 2003), hlm.167.
Tafsir sebagai kasih sayang Allah terhadap
seluruh manusia baik mukmin maupun kafir
dan juga bagi seluruh mahluk yang lain.
Prinsip ini mencerminkan pola interaksi
kepada semua mahluk harus dilakukan
dengan rasa kasih sayang dan tidak
membedakan.
Ketiga, pada tujuan didirikannya PPMI
Assalaam. Pola inklusfi multikultural pada
tujuan didirikan Assalaam yakni senantiasa
mengupayakan dakwah Islam yang damai
dan santun lewat lembaga pendidikan dan
pengajaran model pesantren kepada seluruh
masyarakat.
Kempat, pola terbuka PPMI Assalaam
ditunjukkan dengan pemaknaan agama Islam
yang universal. Keuniversalan dapat dilihat
dari ajarannya yang menyentuh seluruh
umat. Kelima, nilai jalur perjuangan PPMI
Assalaam. Keassalaaman didalamnya
merupakan seperangkat aturan yang
bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah
yang ditetapkan sebagai nilai, etika
(perilaku) dan tata organisasi di yayasan
MPI beserta amal usaha yang ada.
Keenam, nilai-nilai filosofi. Nilai filosofis
yang dikembangkan PPMI Assalam yakni
menjadikan Al Qur’an dan As-sunah sebagi
landasan utama dalam berorganisasi.
Berlandasankan hal tersebut PPMI Assalaam
menciptakan harmonisasi, baik
keharmonisan tata letak kerja, pendorongan
prestasi lembaga, citra pelayanan maupun
keharmonisan seluruh lingkungan pondok
baik didalam maupun diluar.
Ketujuh, kittah perjuangan. Menjadikan
pesanten sebagai pusat pendidikan
perdamaian kepada pemerintah, umat Islam,
masyarakat luas dan pemeluk non Islam.
Kedelapan, PPMI Assalaam meiliki cara
pandang futurisik terhadap perjuangan Islam
yakni santri ditanamkan untuk bisa hidup
berdiri diatas semua golongan. Untuk
memperjelas pola tersebut akan disajikan
dalam matrik pola inklusif multikultural di
PPMI Assalaam Surakarta
Matrik 1. Latar Belakang Pola inklusfi
Multikultural Pondok Pesantren Modren Islam
Assalaam Surakarta.
7
Aspek Inklusif Multikultural
Pengambila
n nama
Latar belakang pengambilan nama Assalaam berarti
damai.
27
Prinsip PPMI Assalaam menggunakan ajaran ra matan lilḥ
‘ālamīn sebagai prinsip ke-Assalaaman.
28
Tujuan Didirikan PPMI Assalaam bertujuan untuk dakwah
damai dan santun.
29
Pemaknaan
ajaran
Ajaran agama Islam dipahami dengan konsep
universal yang menyentuh seluruh umat manusia.
30
Landasan Al Qur’an dan As Sunnah digunkan sebagai landasan
mengatur pola organisasi Assalaam, jika terjadi
perbedaan pendapat maka dikembalikan kembali ke
Al Qur’an dan As Sunnah bukan berdasar pendapat
orang tertentu.
31
Manajemen
lembaga
Nilai filosofis dari Al Qur’an dan As Sunnah
digunakan untuk menciptakan harmonisasi, tata kerja,
prestasi pendorong dan citra PPMI Assalaam baik di
luar maupun di dalam pondok.
32
Kittah
perjuangan
Kittah perjuangan pesantren sebagai pusat lembaga
pendidikan yang damai kepada pemerintah, umat
Islam, masyarakat luas, dan pemeluk agama non
muslim.
33
Cara
pandang
Cara pandang futuristik yakni berdiri atas semua
golongan.
34
Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh
peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan
observasi.
Analisis delapan kategori karakteristik
pola organisasi inklusif multikulturalis
tersebut menunjukkan bahwa PPMI
Assalaam adalah lembaga pendidikan
dengan karakter pesantren yang berpola
inklusif multikultural. Cerminan Pola
inklusif multikultural PPMI Assalaam dapat
di lihat pada langkah dakwah, sistem
organisasi pondok, sikap seluruh penghuni
27Wawancara, Sekretaris PPMI Assalaam
Arkaman Budiyanto 12 Juli 2014.
28Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah,
Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI
Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli
2014.
29Dokumentasi, diambil pada 12 Mei 2014.
30Wawancara, Guru PAI Siti Arofah diambil pada
tanggal 22 Mei 2014.
31Dokumentasi, loc.cit.
32Wawancara Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah dan
dokumentasi, diambil pada tanggal 12-22 Mei 2014.
33Dokumentasi, diambil pada 12 Mei 2014.
34Wawancara, Guru PAI Siti Arofah diambil pada
tanggal 22 Mei 2014.
pondok dan budaya yang ada di lingkungan
pondok. Hal ini sesuai pada bab II tentang
muatan Islam multikultural yakni pada nilai
utama Tauhid, ummah, ra mahḥ dan al
musawah.
B. Sikap Inklusif Multikultural PPMI
Assalam Surakarta
Sikap inklusif-multikultural adalah
perbuatan perilaku, atau etika yang
berparadigma inklusif multikultural. Orang
yang bersikap inklusif multikultural akan
memiliki kesediaan menerima dan mau
berkerja sama dengan kelompok lain secara
sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan
perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa,
ataupun agama.
Langkah mewujudkan kedamaian seluruh
pengelola, santri, alumni dan semua orang
yang berada di lingkungan pendidikan PPMI
Assalaam menerapkan etika atau sikap yang
inklusif multikultural; berikut adalah sikap
yang peneliti temukan di dalam lingkungan
PPMI Assalaam;
Pertama, sikap PPMI Assalaam yang
damai dengan pemerintah ( a’aṭ ṭ) diterangkan
dalam QS. An Nisa’ ayat 59 dan diwujudkan
dengan PPMI Assalaam dengan senantiasa
berdamai dengan pemerintah. Damai dengan
pihak pemerintah yakni dalam penerapan
kurikulum dan KBM mengacu pada
kementrian pendidikan nasional dan
kementrian agama. Selain kurikulum juga
sikap menerima bantuan dari pemerintah
adalah bentuk damai kepada pemerintah
Republik Indonesia.
Kedua, sikap damai PPMI Assalaam
dengan sesama orang Islam (ukhūwah) yang
diterangkan dalam QS. Al Hujurāt ayat 11.
PPMI Assalaam merupakan rumah bagi
berbagai aliran Islam ahlus sunnah, santri
dengan latar belakang keislaman yang
berbeda diterima dengan baik oleh PPMI
Assalaam.
Ketiga, sikap damai dengan masyarakat (t
ta’ārūf) diterangkan dalam surat Al Hujurāt
ayat 13. Di tengah masyarakat yang plural
multikultural PPMI Assalammengajak untuk
memiliki kesadaran bahwa Allah
menciptakan manusia di dunia ini bersuku-
8
suku dan berbangsa-bangsa agar mereka
saling mengenal.
Keempat, sikap damai PPMI Assalaam
dengan sesama manusia dan pemeluk agama
lain (birr dan qiyām bilqi iṣṭ ) yang
diterangkan dalam surat Al Mumtahanah
ayat 8. Assalaam sangat menyadari
perbedaan keyakinan terhadap Tuhan di
lingkungan masyarakat, hal ini tidak menjadi
alasan Assalaam menutup diri (ekslusif)
terhadap mereka yang berbeda.
Kelima, sikap adaptif terhadap
perkembangan zaman. Islam membolehkan
mengambil yang baik dari umat lain.
Diantara yang menunjukkan ingklusivitas
kebudayaan ini adalah bolehnya mengambil
adat, peraturan, atau segala sesuatu yang
dilakukan oleh orang atau umat lain yang
memberi manfaat bagi kaum muslim selama
tidak bertentangan dengan akidah atau
syariat Islam.
Keenam, sikap hidup modern, Sikap
hidup modern dalah sikap hidup yang bisa
mengikuti perkembangan zaman dengan
berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah.
Sikap hidup modern dilakukan dengan
keikhlasan, kedisiplinan, ketertiban,
kebersihan, kedamaian dan keteladanan yang
tercantum dalam tujuan PPMI Assalaam.
Ketujuh, sikap terbuka terhadap kemajuan
teknologi dan informasi. Perkembagan
teknologi dan informasi disikapi dengan
memanfaatkan secara arif dan bijak. Melek
teknologi dan informasi bagi siswa berlatar
belakang pondok menjadikan generasi Islam
senantiasa selalu berkembang dan
mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi dibelahan dunia manapun.
Kedelapan, sikap mandiri dan bertangung
jawab serta tidak berafiliasi kepada golongan
tertentu. Prinsip ini menghindarkan santri
dari sifat dan sikap; fanatisme golongan
yang dapat menutup kebenaran dari selain
kelompoknya. Ekslusivitas beragama yang
menafikkan dialog dengan kelompok agama
yang lain, sifat sektaria yang hanya berjuang
untuk kelompok bukan untuk kemajuan
umat.
Kesembilan, sikap ber-tafakkuh fī addīn
bertujuan agar dapat menghindarkan santri
dari sifat dan sikap mudah menyeleweng
dari garis hidup yang Islami, materialistik-
skuleristik yang mempertuhankan materi dan
kekuasaan atau duniawiyah.
Kesepuluh, Sikap akhlakul karimah, akhlakul
karimah mampu menampilkan perilaku
toleransi dan menghormati perbedaan tidak
bersifat ekslusif dan ekstrim sehingga
memberi kemashlatan bagi agama, umat dan
negara. Kesebelas, sikap mau hidup secara
berjama’ah. di lingkungan pondok yang
banyak terdapat anak yang memiliki karakter
yang berbeda-beda harus bisa hidup secara
bersama-sama baik saat belajar atau kegiatan
harian di pondok. Sikap inklusif
multikulturalis tersebut akan di sajikan dalam
matrik sikapa inklusif multikultural PPMI
Assalaam Surakarta berikut ini;
Matrik 2. Sikap Inklusif Multikultural
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Surakarta
Ragam Keterangan
a’aṭ ṭ
Sikap PPMI Assalaam yang damai dengan pemerintah ( a’aṭ ṭ).
35
ukhūwah Sikap damai PPMI Assalaam dengan sesama orang Islam
(ukhūwah).
36
ta’ārūf Sikap damai PPMI Assalaam umat Islam dengan masyarakat
(ta’ārūf).
37
birr dan qiyām
bilqi iṣṭ
Sikap damai PPMI Assalaam dengan sesama manusia dan pemeluk
agama lain (birr dan qiyām bilqi i).ṣṭ
38
Adaptif
Sikap adaptif terhadap perkembangan zaman.
39
Moderen Sikap hidup modern berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah dalam:
Bersikap dalam ikhlasan, bersikap disiplin, bersikap tertib, bersikap
menjaga kebersihan, bersikap penuh kedamaian, bersikap penuh
keteladanan.
40
Maju informasi
dan teknologi
Sikap terbuka terhadap kemajuan teknologi dan informasi dengan
menafaatkan secara arif dan bijak.
41
Mandiri dan
tanggung jawab
Sikap mandiri dan bertangung jawab serta tidak berafiliasi kepada
golongan tertentu.
42
35Wawancara, Guru PAI Istianah, diambil pada
tanggal 22 Mei 2014.
36 Ibid.,
37Ibid.,
38Ibid.,
39Dikumentasi, di ambil pada tanggal 15 Mei
2014.
40Wawancara , Santri Tri Wahyu Aji diambil pada
tanggal 13 Mei 2014.
41Dikumentasi, di ambil pada tanggal 15 Mei
2014.
9
tafakkuh fī addīn Sikap tafakkuh fī addīn agar dapat menghindarkan santri dari sifat
dan sikap mudah menyeleweng dari garis hidup yang Islami,
materialistik-skuleristik.
43
akhlāqul
kārimah
Sikap akhlāqul kārimah mampu menampilkan perilaku yang
memberi kemaslahatan bagi agama, umat dan negara, toleransi dan
menghormati salah satu dari akhlāqul kārimah.
44
Berjama’ah Sikap mau hidup secara berjama’ah, di lingkungan pondok yang
banyak terdapat anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda
harus bisa hidup secara bersama-sama baik saat belajar atau kegiatan
kemahslahatan bersama. Organisai PPMI Assalaam menjadikan Al
Qur’an dan As-harian di pondok.
45
Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh
peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan
observasi.
Bedasarkan analisis sikap inklusif
multikultural pada PPMI Assalaam maka
PPMI Assalaam menunjukkan ajaran agama
Islam secara damai, menghargai sesama
walau berbeda agama, ekonomi, ras, budaya
melalui para pengelola, santri, alumni dan
semua yang berada di lingkungan
pendidikan PPMI Assalaam. Hal ini sesuai
nilai ajaran agama Islam inklusif
multikulturalis yang mengutamakan
persatuan dan persauadaraan, antar sesama
agama (ukhūwah islāmiyyah), antar sesama
(ukhūwah wa āniyyahṭ ), persauadaraan antar
sesama manusia (ukhūwah basyāriyah).
C. Budaya Inklusif Multikultural PPMI
Assalam Surakarta
Budaya merupakan sekumpulan nilai
yang dipercaya dan diyakini sebagai etika
didalam berfikir dan berperilaku yang
ditetapkan dan disepakati serta diterima oleh
seluruh anggota dalam lingkungan tertentu.
Berikut adalah budaya inklusif
multikulturalis di lingkungan PPMI
Assalaam;
42Wawancara Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah dan
dokumentasi, diambil pada tanggal 12 dan 22 Mei 2014.
43Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah,
Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI
Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli
2014.
44Wawancara, Guru PAI Siti Arofah diambil pada
tanggal 22 Mei 2014.
45Observasi Lingkungan Pondok, diambil pada
tanggal 14 Mei 2014.
Pertama, Membudayakan Al Qur’an dan
As Sunnah disegala aspek untuk sunah
sebagi landasan utama dalam berorganisasi
sehingga PPMI Assalaam mampu
menciptakan suasana yang harmonisasi.
Baik keharmonisan tata letak kerja,
pendorongan prestasi lembaga, citra
pelayanan maupun keharmonisan seluruh
lingkungan pondok baik didalam maupun
diluar. Jika terjadi perbedaan baik dari sisi
ibadah maupun muamalah di civitas
akademika PPMI Assalaam, dikembalikan
lagi kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Kedua, membudayakan slogan
SIMMPATIK (Sinergi, Integritas,
Memberikan rasa hormat, Memiliki
tanggung jawab, Profesionalisme, Arif,
Terpercaya, Inovasi, Kejuangan) sebagai
budaya berorganisasi. Ketiga,
Membudayakan hidup sebagai pemberi
ayoman yang teduh kepada semua pihak
(ra matan lil ‘ālamīnḥ ) dimanapun berada
menjadikan Assalam mampu berdiri diantara
semua golongan. Pengayoman bagi semua
golongan dengan sendirinya akan membasmi
rasisme, seksisme, kastaisme, dan berbagai
jenis prasangka (prejudice).
Keempat, Membudayakan kedamaian.
Pemahaman tentang makna Islam akan
menggugah kesadaran batin manusia untuk
menghadirkan kedamaian dalam kehidupan
manusia dan alam seluruhnya. Oleh sebab
itu budaya kedamaian diterapkan didalam
lingkungan PPMI Assalaam maupun diluar
pondok oleh pengelola, santri, alumni dan
semua orang yang berada di lingkungan
Assalaam. Islam yang berasal dari kata
salaam memiliki arti dasar suatu kedamaian
yang sempurna dan penyerahan diri, tunduk
dan pasrah kepada Allah secara tulus.
Pemahaman tentang makna assalaam akan
menggugah kesadaran batin manusia untuk
menghadirkan kedamaian dalam kehidupan
manusia dan alam seluruhnya.
Kelima, Budaya saling bertoleransi dan
menghormati perbedaan tidak bersifat
ekslusif dan ekstrim. Keenam,
Membudayakan hidup modern menuntut
pola kerja (manajemen) pondok yang tidak
lagi didasarkan atas tuntutan emansipatoris
10
yang didorong oleh perasaan emosional dan
sentimen keagamaan, melainkan dibangun
atas dasar logika kelembagaan agama yang
sehat dan berorientasi masa depan (visioner).
Ketujuah, Budayakan visioner. visioner
menjadikan pemeluk Islam senantiasa selalu
berkembang dan mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi dibelahan dunia
manapun. Kedelapan, membudayakan hidup
mandiri dan tanggung jawab serta tidak
berafiliasi kepada golongan tertentu. Prinsip
ini bertujuan agar santri terhindar dari sifat
dan bersikap fanatisme golongan, ekslusif
dalam beragama dan sifat sektaria. Santri
didik untuk dapat menerima kebenaran dari
manapun datangnya kebenaran itu dan tidak
menutup diri hanya karena berbeeda
golongan. Kedelapan budaya tersebut
peneliti sajikan dalam bentuk matrik budaya
inklusif multikultural Pondok Pesantren
Modern Assalaam Surakarta.
Matrik 3 Budaya Inklusfi Multikulturalis
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Surakarta
Ragam Ragam Budaya Inklusif Multikultural
Budaya
Qurani dan
Hadisi
Membudayakan Al Qur’an dan As Sunnah di
segala aspek untuk kemaslahatan bersama.
46
SIMPATI
K
Membudayakan slogan SIMMPATIK.
47
Pengayom
dan
Ra mahḥ
Membudayakan hidup sebagai pemberi ayoman
yang teduh kepada semua pihak (ra matan lilḥ
‘ālamīn) di manapun berada menjadikan
Assalaam mampu berdiri di antara semua
golongan.
48
Damai Membudayakan assalām (kedamaian).
Pemahaman tentang makna assalām akan
menggugah kesadaran batin manusia untuk
menghadirkan kedamaian dalam kehidupan
manusia dan alam seluruhnya.
49
Tasāmuh Budaya saling bertoleransi dan menghormati
perbedaan tidak bersifat eksklusif dan ekstrim.
50
46 Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah,
Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI
Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli
2014.
47 Dokumentasi, di ambil pada tanggal 15 Mei
2014.
48 Wawancara, loc.cit.
49 Wawancara Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah
dan dokumentasi, diambil pada tanggal 12 dan 22 Mei
2014.
Modern Membudayakan hidup moderen dengan kerja
pondok yang tidak lagi didasarkan atas tuntutan
emansipatoris yang didorong oleh perasaan
emosional dan sentimen keagamaan, melainkan
dibangun atas dasar logika kelembagaan agama
yang sehat.
51
Visioner Membudayakan visioner senantiasa selalu
berkembang dan mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi di belahan dunia
manapun.
52
Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh
peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan
observasi.
Budaya yang tersebut diatas diterapkan di
lingkungan pesanten maupun di luar
pesantren oleh semua civitas akademika
PPMI Assalaam agar seluruh peserta didik
dan tenaga pendidik hidup damai ditengah
masyarakat. Dengan hal tersebut, maka
peneliti memberikan analisis bahwa PPMI
Assalaam adalah lembaga pendidikan yang
mencerminkan sikap Inklusif Multikulturalis
hal ini dibuktikan dengan diterapkannya
budaya hidup berdasar pada Al Qur’an dan
sunnah, disiplin berorganisai, ramah, damai,
toleran dan visioner sehingga dapat hidup
sebagai pengayom bagi siapapun dan di
manapun baik muslim maupun non muslim.
Selain itu budaya inklusif multikultural
tersebut akan membekali anak setelah selesai
mengenyam pendidikan di pondok untuk
siap berinteraksi dengan budaya yang baru di
luar pondok, yang pasti dan mungkin akan
berinteraksi dengan orang lain yang berbeda
agama, budaya, ras dan latar belakang sosio
ekonomi.
D. Metode Pendidikan agama Islam
Inklusif Multikultural PPMI Assalaam
Surakarta
50 Wawancara , Santri Tri Wahyu Aji, Muhammad
ridwan Akbar, Ghoris, Muhammad Ericson Ziad, Akhmad
Fauzi H, Annisa Qonita, Annis Waturodiah, Siti Z, diambil
pada tanggal 13 Mei 2014.
51 Wawancara, Sekretaris PPMI Assalaam
Arkaman Budiyanto, diambil pada tanggal12 Juli 2014.
52 Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah,
Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI
Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli
2014.
11
Agar peserta didik memiliki kesadaran
beragama inklusif dan terhindar dari claim
of truth dan claim of salvation dalam
kepluralitas keagamaan, guru berperan
dalam menanamkan siswa agar memiliki
kemampuan menilai dan menghargai
keberagaman agama. Untuk mencapai tujuan
pendidikan inklusif multikulturalis tugas
pendidik yakni salah satunya memilih
metode dan strategi yang sesuai dalam
rangka melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Sebelum mencari metode apa saja yang
digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kesadaran inklusif multikulturalis, akan
dijabarkan tentang kegiatan pendidikan dan
pengajaran di PPMI Assalaam. PPMI
Assalaam melaksanakan kegitan belajar
mengajar dibagi menjadi dua yakni unit
pendidikan kesantrian dan pendidikan
sekolah formal. Jadi metode yang digunakan
haruslah sesui dengan kebutuhan karena
metode pendidikan selalu terkait dengan
bagaimana dan di mana proses pendidikan
berlangsung.
Kurikulum 2013 mewajibkan guru untuk
melakukan proses belajar yang saintifik, hal
ini diterapkan guru PAI Assalaam dengan
menggunakan metode-metode mengajar
yang bernuansa cooperative learning.
Strategi pembelajaran cooperative learning
adalah strategi pembelajaran yang dalam
proses pembelajaran dilakukan secara
bersama-sama. Pembelajaran kooperatif
dalam pendekatan saintifik akan menyentuh
tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Cooperative
learning digunakan untuk menandai adanya
perkembangan kemampuan siswa dalam
belajar bersama-sama mensosialisasikan
konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya
dalam komunitas belajar bersama teman.
Dalam tataran belajar dengan pendekatan
multikultural, penggunaan strategi
cooperative learning, diharapkan mampu
meningkatkan kadar partisipasi siswa dalam
melakukan rekomendasi nilai-nilai lokal
serta membangun cara pandang kebangsaan.
Berdasarkan himpunan keterangan dari bab
III yang diambil dari wawancara,
dokumentasi dan observasi metode
pendidikan Agama Islam yang dapat
meningkatkan kesadaran inklusif
multikulturalis adalah;
Pertama, Ceramah. Siswa mendengarkan
penjelasan pengajar, Pengetahuan yang
diperoleh tergantung daya tangkap yang
dimiliki siswa. Metode ceramah dalam
pembelajaran komparatif learning kurang
begitu mendukung, karena dalam ceramah
pendidikan berpusat pada guru.
Kedua, tanya jawab. Metode tanya jawab
adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan mengahasilkan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan siswa
memahami materi. Metoda tanya jawab
menjadi efektif bila materi yang menjadi
topik bahasan menarik, menantang dan
memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan
yang diajukan bervariasi, meliputi
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang
jawabannya hanya satu kemungkinan) dan
pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan
banyak kemungkinan jawaban), serta
disajikan dengan cara yang menarik. Metode
tanya jawab jika digunaka dalam suasana
inklusif multikulturalis akan memberikan
ruang yang segar untuk saling bertukar
informasi mengenai keanekaragaman lokal
yang dimiliki masing masing anak, baik
berupa pengetahuan maupun pengalaman
yang dimiliki.
Ketiga, diskusi. Diskusi adalah suatu cara
mengelola pembelajaran dengan penyajian
materi melalui pemecahan masalah, atau
analisis. Diskusi membuka suasa utnuk
berdialog dan bertukar informasi yang
dimiliki. Penggunaan metode diskusi dalam
suasana pembelajaran yang multikultural
akan membagun rasa toleransi dan saling
menghargai perbedaan pendapat.
Keempat, information search.
Information search yaitu suatu cara yang
digunakan guru dengan maksud meminta
peserta didik untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan baik oleh pendidik
maupun peserta didik sendiri, kemudian
mencari informasi jawaban lewab membaca
untuk menemukan informasi yang akurat.
Metode ini diterapkan secara berkelompok
12
akan membangun kesadaran untuk saling
kerjasama dan saling membantu antar
individu.
Kelima, jigsaw yaitu strategi kelompok
yang terstruktur didasarkan pada kerjasama
dan tanggung jawab, strategi ini menjamin
setiap peserta didik memikul tanggung
jawab yang siknifikan dalam kelompok.
Metode jigsaw sangat mendukung dalam
rangka proses pendidikan agama Islam yang
inklusif multikulturalis karena melibatkan
interaksi yang kuat didalam kelas dan saling
percaya satu sama-lain.
Keenam, reading aloud atau disebut juga
membaca lantang. Membaca keras dapat
memfokuskan mental serata perhatian,
menimbulkan pertanyaan pertanyaan dan
merangsang untuk berdiskusi. Memusatkan
perhatian dan membuat suatu kelompok
kohesif. Ketujuh, demostrasi. Demostrasi
adalah metode pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan suatu
proses, situasi, benda, atau cara kerja
mengenai materi sedang dipelajari.
Demontrasi dapat dilakukan dengan
menunjukkan benda baik yang sebenarnya,
model, maupun tiruannya dan disertai
dengan penjelasan lisan.
Kedelapan, gallery walk (galeri belajar).
Galeri belajar merupakan suatu cara untuk
menilai dan mengingat apa yang telah
dipelajari siswa selama berlangsungnya
pembelajaran. Metode ini baik digunakan
untuk membangun kerja sama, membuat
suasana aktif, saling memberi apresiasi dan
koreksi dalam kegiatan belajar. Metode ini
dalam tujuannya sangat membantu anak
untuk menumbuhkan kesadaran inklusif
multikulturalis.
Kesembilan, penugasan Kelompok.
Metode penugasan adalah cara mengajar
atau penyajian materi melalui tugas siswa
untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pemberian tugas dapat secara individual atau
kelompok. Penugasan secara kelompok
membuat anak dapat saling bekerjasama dan
saling percaya dengan tugas tanggung jawab
yang dibagi di dalam kelompoknya. Apabila
penugasan dikerjakan diluar jam kelas akan
menimbulkan kedekatan psikologis,
kedekatan ini yang nantinya dapat
membangkitkan siswa untuk saling
menguatkan antar individu dalam kelompok.
Kesepuluh, card sort. Card sort adalah
metode aktifitas kolaboratif yang digunakan
untuk mengajarkan konsep, karakteristik
klasifikasi, fakta tetang objek atau mereview
informasi. Metode ini meminta masing-
masing kelompok siswa memepresentasikan
isi kartu yang ada di kelompokknya. Metode
card sort sangat baik diterapkan dalam
pendidikan inklusif multikultural karena
melibatkan ineraksi antar siswa.
Kesebelas, smal group discussion. Smal
group discussion adalah proses pembelajaran
peserta didik dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil guna memecahkan dan
mendiskusikan beberapa topik
permasalahan. Topik yang didiskusikan
berupa materi yang sesuwi dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Penggunaan model diskusi adalah untuk
mendorong (memotivasi) dan memberi
stimulasi (rangsangan) kepada peserta didik
agar berfikir dengan renungan yang dalam
(refflective thinking). Metode ini baik
digunakan dalam suasana inklusif
multikulturalis karena akan memunculkan
suasana dialog partisipatoris yang
menyenagkan.
Kedua belas, modeling the way (membuat
contoh praktek). Modeling the way adalah
strategi pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk
mempraktekkan keterampilan spesifik yang
dipelajari di kelas melalui demonstrasi.
Peserta didik diberi waktu untuk
menciptakan skenario sendiri dan
menentukan bagaimana mereka
mengilustrasikan keterampilan dan teknik
yang baru saja dijelaskan. strategi modeling
the way termasuk strategi belajar aktif yang
berfungsi untuk memaksimalkan potensi
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
belajar menjadi aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Ketiga belas, group to group exchange.
Group to group exchange adalah salah satu
model belajar aktif yang menuntut siswa
untuk berpikir tentang apa yang dipelajari,
13
berkesempatan untuk berdiskusi dengan
teman, bertanya dan membagi pengetahuan
yang diperoleh kepada yang lainnya. Group
to group exchange memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertindak sebagai guru
bagi siswa lainnya. Metode ini dapat
mensituman anak untuk dapat menghargai
ditengah perbedaan pola dan sudut perfikir
setiap individu.
Keempat belas, reword dan panisme
dalam melakukan proses kegiatan belajar
mengajar agar siswa. Reword disini diartikan
sebagai cara menghargai setiap aktivitas
positif siswa juga pemberian penghargaan
setiap keunikan dan kearifan yang dimiliki
anak. Tentunya keunikan dan kearifan anak
sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial
dan kulturnya.
Kelima belas, keteladanan. Guru dalah
vigur bagi murit-muritnya, sehingga
menggunakan metode keteladanan dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar dipilih
oleh guru PPMI Assalaam, agar anak
memiliki kesadaran inklusif maka terlebih
dahulu seorang guru menampakkan sifat
inklusif. Guru yang inklusif akan menjadi
contoh tidak langsung mengenai manfaat
memiliki kesadaran inklusif multikulturalis
dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari.
Kelima belas, pemutaran vidio.
Pemutaran vidio digunakan sebagai metode
pembelajaran sangat mudah diterapkan
sekaligus prosesnya menyenangkan karena
mencakup audio, vidio dan visual.
Pemutaran vidio juga dapat memberikan
hiburan sekaligus pelajaran bagi siswa
sehingga anak tidak mengalami kejenuhan
selama proses belajar mengajar.
Metrik 4 Metode Pendidikan Inklusif
Multikulturalis PPMI Assalaam Surakarta.
Jenis Diterapkan untuk Meningkatkan
Kedasaran Inklusfi Multikulturalis
Ceramah Lemah, karena tidak melibatkan interaksi
siswa.
53
Tanyajawab Kuat, karena membangun dialog dua arah.
54
Diskusi Kuat, karena selain dialog siswa juga dapat
bertukar informasi.
55
Information
Search
Lemah, karena tidak melibatkan interaksi
siswa kecuali dilakukan secara
berkelompok.
56
Jigsaw Kuat, karena di dalam jigsau dapat
membangun saling kepercayaan antar
individu.
57
Reading Aloud Lemah, karena interaksi antar siswa kurang
begitu kental.
58
Demonstrasi Demonstrasi dapat secara kuat mendukung
proses pembelajaran inklusif jika dilakukan
kelompok, karena dalam demonstrasi siswa
akan saling berdiskusi dalam rangka
pendemonstrasian.
59
Gallery Walk Kuat, karena siswa dapat berinteraksi dengan
bebas.
60
Penugasan Kuat, karena dapat meningkatkan kedekatan
antar siswa dengan catatan penugasan
dilakukan secara berkelompok.
61
Card Sort Kuat, karena dalam proses pembelajaran
siswa saling berinteraksi dan diskusi.
62
Small Group
Discussion
Kuat, karena dapat membangun motivasi,
merangsang dan merefleksi setiap argumen
dalam diskusi.
63
Modeling The
Way
Kuat, apabila dilakukan secara kelompok
karena anak akan dapat mengetahui potensi
yang dimiliki temannya.
64
53Dokumentasi, RPP guru PAI diambil pada
tanggal 23 Mei 2014.
54Observasi, Metode pembelajaran diambil pada
tanggal 10 Mei 2014.
55Ibid.,
56Wawancara, Siti Arofah diambil pada tanggal
22 Mei 2014
57Dokumentasi, RPP guru PAI diambil pada
tanggal 23 Mei 2014.
58Ibid.,
59Ibid.,
64Ibid.,
63Ibid.,
14
Group to
Group
Exchange
Kuat, karnea dapat menstimulan rasa
menghormati di tengah suasana diskusi yang
berbeda sudut dan pola berfikir.
65
Reword dan
Panisme
Kuat, karena anak dapat saling menghargai
di tengah perbedaan. Untuk panishment
lebih baik dihindari dalam suasana
multikultural.
66
Keteladanan Kuat, karena memberikan contoh inklusif
secara langsung dapat membuat anak
termotivasi untuk melakukan hal yang sama
juga.
67
Pemutaran
vidio
Kuat, karena dapat secara langsung
memvisualisasikan sifat inklusif
multikultural.
68
Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh
peneliti melalui wawancara, dokumentasi
dan observasi
Metode-metode tersebut di atas termasuk
dalam metode active learning. Berdasarkan
analisis, peneliti memahami bahwa metode
pembelajaran aktif dapat mengasah dan
meningkatkan kreativitas siswa sehingga
memicu anak untuk senantiasa berkembang
dan membuka diri ketika di dalam
lingkungan kelas. Metode active learning
yang tertera dalam matrik di atas tidak
semua dapat secara maksimal menanamkan
kesadaran inklusif multikultural. Misalnya
penggunaan metode ceramah, information
search, reading aloud. Ceramah merupakan
metode pembelajaran yang berpusat pada
guru sehingga anak hanya mendengarkan
kurang melakukan aktivitas, kurangnya
interaksi antar anak membuat metode ini
kurang support untuk menanamkan
kesadaran inklusif multikultural. Reading
aloud atau membaca keras menurut analisis
62Dokumentasi, loc.cit.
61Observasi, Metode pembelajaran diambil pada
tanggal 10 Mei 2014.
60Ibid.,
65Ibid.,
66Wawancara, Siti Arofah diambil pada tanggal
22 Mei 2014.
67Ibid.,
68Observasi, Metode pembelajaran diambil pada
tanggal 22 Mei 2014.
peneliti hanya mampu mengalihkan
perhatian siswa dan memicu pertanyaan
sehingga kurang mengantarkan anak untuk
berinteraksi secara langsung. Begitu pula
dengan information search, fokus anak akan
tersita pada mencari jawaban yang akurat
sehingga anak tidak memiliki kesempatan
untuk berinteraksi aktif dengan temannya.
Metode active learning dan cooparative
learning ini dalam pendekatan saintifik
berdasar kurikulum 2013 mengharuskan
guru untuk melakukan budidaya anak.
Budidaya artinya melakukan pengembangan
nalar berfikir peserta didik. Dalam suasana
multikultural pengembangan nalar berfikir
akan meningkatkan dialog di tengah
perbedaan yang ada, sehingga anak bisa
secara bersama-sama untuk menarik
kesimpulan berdasar kebenaran yang
diyakini.
Selain dengan metode pendidikan dan
pemberian materi secara formal guru PAI
Assalaam juga memberikan arahan kepada
siswa untuk senantiasa memilki kesadaran
inklusif dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari. Adapun arahan yang dimaksud
oleh informan adalah tindakan pendidik
kepada peserta didik misalanya, perintah,
larangan, teguran.
Pertama; Mengaplikasikan ketakwaan
dengan pemahaman yang benar, bahwa
semua manusia itu bersaudara dan mendapat
perlakukan yang sama di hadapan Allah.
Kedua, Penekanan tentang makna ajaran
agama Islam yang merupakan rahmat bagi
seluruh manusia dan alam. Bahkan ajaran
agama Islam telah diakui oleh orang non
muslim bahwa ajaran Islam memiliki
kecocokan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Ketiga, Memberi
penegasan tentang toleransi beragama itu
berbeda dengan toleransi agama. Keempat,
Menerangkan tentang pentingnya bersikap
inklusif kepada anak. PAI Inklusif sangat
dibutuhkan di lingkungan masyarakat
dengan bersikap inklusif muncul rasa
menghargai dan memahami orang lain.
Kelima, Mengarahkan siswa agar memahami
makna kehidupan multikultural dalam
lingkungan pondok, pemaknaan tentang
15
Pertama; Mengaplikasikan ketakwaan
dengan pemahaman yang benar, bahwa
semua manusia itu bersaudara dan mendapat
perlakukan yang sama di hadapan Allah.
Kedua, Penekanan tentang makna ajaran
agama Islam yang merupakan rahmat bagi
seluruh manusia dan alam. Bahkan ajaran
agama Islam telah diakui oleh orang non
muslim bahwa ajaran Islam memiliki
kecocokan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Ketiga, Memberi
penegasan tentang toleransi beragama itu
berbeda dengan toleransi agama. Keempat,
Menerangkan tentang pentingnya bersikap
inklusif kepada anak. PAI Inklusif sangat
dibutuhkan di lingkungan masyarakat
dengan bersikap inklusif muncul rasa
menghargai dan memahami orang lain.
Kelima, Mengarahkan siswa agar memahami
makna kehidupan multikultural dalam
lingkungan pondok, pemaknaan tentang
pendidikan multikultur sangat dibutuhkan
agar tidak terjadi konflik dan dapat hidup
damai di tengah keberagaman santri dan
guru.
.Kelima metode tersebut akan dirangkum
dalam matrik metode penggunaan tindakan
sebagain metode meningkatkan kesadaran
inklusif multikultuiral PPMI Assalaam
berikut ini;
Matrik 5 Penggunaan tindakan sebagai
metode Inklusif Multikultural Pondok
Pesantren Islam Modern Assalaam
Surakarta.
Macam Definisi
Arahan
- Mengaplikasikan ketakwaan dengan benar,
bahwa semua manusia bersaudara walau
berbeda jenis kelamin, warna kulit,
agama.
69
- Memahami makna kehidupan multikultural
dalam lingkungan di pondok.
70
Perintah
- Memaknai ajaran Islam sebagai rahmat
adalah perwujutan sifat Allah pengasih dan
penyayang untuk berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain atas dasar
semangat saling mengasihi dan perduli.
71
69 Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah, diambil
pada tanggal 22 Mei 2014.
70 Ibid.,
- Bersikap inklusif, bersikap inklusif akan
muncul rasa menghargai dan memahami
orang lain.
72
Teguran Memaknai toleransi dengan benar, bahwa
toleransi agama itu berbeda dengan toleransi
antar umat beragama.
73
Sumber: berbagai sumber dari peneliti
melalui wawancara, dokumentasi dan
observasi.
Berdasar pada penggunaan tindakan
sebagai metode belajar oleh guru yang
berupa arahan, perintah dan teguran tersebut
di atas maka dapat dianalisis bahwa
pemberian tindakan langsung dapat secara
langsung meningkatkan kesadaran inklusif
multikulturalis kepada siswa. Antara lain
siswa akan lebih mengerti pentingnya
mengaplikasikan ketakwaan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari ketakwaan
akan membekali siswa ketika berinteraksi
dengan orang yang berbeda jenis kelamin,
warna kulit, agama. Selain itu, siswa yang
memaknai ajaran Islam sebagai rahmat
berdampak pada akhlaknya yang santun saat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain sehingga muncul rasa saling
mengasihi dan perduli terhadap sesama.
Sedangkan guru yang memberikan
pengarahan kepada siswanya untuk
memaknai toleransi dengan benar tidak akan
mudah terpengaruh pada paham keagamaan
yang melenceng. Kesadaran inklusif perlu
diarahkan guru baik dalam KBM atau diluar
KBM agar dalam diri anak muncul rasa
menghargai dan memahami orang lain di
lingkungan yang multikultur seperti di
lingkungan pondok pesantren Assalaam.
KESIMPULAN
Berdasar hasil penelitian maka
kesimpulannya adalah
PPMI Assalaam adalah lembaga
pendidikan dengan karakter pesantren yang
71 Ibid.,
72 Ibid.,
73 Ibid.,
16
berpola inklusif multikultural, hal ini
didasarkan pada delapan aspek yakni;
pertama, pengambilan nama assalām
sebagai nama lembaga yang bermakna
damai. Kedua, prinsip ra matan lil ‘ālamīnḥ
sebagai prinsip keAssalaam. Ketiga, tujuan
didirikan PPMI Assalaam adalah dakwah
damai dan santun. Keempat, pemaknaan
ajaran agama Islam dengan konsep
keuniversalan ajaran. Kelima, landasan
keAssalaaman adalah Al Qur’an dan As
sunnah. Keenam, nilai-nilai filosofis dari Al
Qur’an dan As Sunnah merupakan nilai yang
digunakan dalam manajemen kelembagaan.
Ketujuh, kittah perjuangan yang damai pada
sesama dan kedelapan, cara pandang
futuristik yang membuat PPMI Assalaam
dapat berdiri di atas semua golongan.
Sikap inklusif multikulturalis di PPMI
Assalaam yakni; a’āt,ṭ ukhūwah, ta’ārūf,
birr dan qiyām bilqi iṣṭ , adaptif, hidup
moderen (memuat keikhlasan, kedisiplinan,
ketertian, menjaga kebersihan, penuh
kedamaian, penuh keteladanan), maju
terhadap informasi teknologi, mandiri dan
tanggung jawab, serta tidak berafiliasi
dengan golongan tertentu, tafakkuh fī addīn,
akhlāqul kārimah dan bisa hidup secara
berjama’ah.
Budaya inklusif multikulturalis PPMI
Assalaam yakni; membudayakan Al Qur’an
dan As Sunnah di segala aspek kehidupan,
budaya SIMMPATIK, hidup sebagai pemberi
ayoman, Assalaam (kedamaian),
bertoleransi, hidup moderen (emansipatoris),
dan visioner.
Agar peserta didik memiliki kesadaran
inklusif dan terhndar dari claim of truth,
claim of salvation di lingkungan yang plural
seorang pendidik berperan mengarahkan
siswa agar memiliki kemampuan menilai dan
menghargai keberagaman yang ada. Untuk
mencapai hal tersebut, tugas seorang
pendidik salah satunya adalah memilih
metode dan strategi yang sesuai dalam rangka
melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang inklusif multikulturalis.
Metode yang digunakan guru pendidikan
agama Islam di PPMI Assalaam dalam
melaksanakan KBM perspektif inklusif
multikulturalis adalah tanya jawab, diskusi,
jigsaw, demostrasi, gallery walk, penugasan,
card sort, small group discussion, modeling
the way, group to group exchange, reword,
keteladanan, dan tindakan langsung meliputi
arahan, perintah serta teguran.
Kesadaran beragama Islam inklusif
(terbuka) memiliki banyak manfaat dalam
berkehidupan, karena dengan keterbukaan
akan berdampak pada sikap saling
menghormati, menyayagi, toleransi, damai,
harmonis dan masih banyak lagi. Sikap
inklusif dalam suasana multikultural seperti
di Indonesia sangat dibutuhkan untuk
menjaga kesatuan bangsa, karena pentingnya
sikap inklusif multikulturalis akan menjadi
sebuah kebutuhan di masyarakat Indonesia.
Lembaga pendidikan seperti sekolah dan
pesantren sebagai wadah untuk menanamkan
persatuan dan kesatuan bangsa tentunya
sangat penting untuk mendidik anak agar
berkesadaran inklusif multikulturalis.
Mengingat pentingnya kajian inklusivitas
ajaran agama islam dalam masyarakat yang
multikultural, maka peneliti memberikan
beberapa saran rekomendasi bagi pemerhati,
praktisi pendidikan dalam menentukan
kebijakan selanjutnya, antara lain:
Bagi Pelaksanaan pendidikan
multikultural di lembaga pendidikan formal
dan pesantren dapat diinterigasikan dalam
sistim pendidikan melalui pemilihan metode
pembelajaran yang mendukung.
Berkesadaran inklusif dalam pendidikan
multikultural seyogyanya menjadi bagian dari
sistem pendidikan yang diprogramkan baik
sebagai muatan lokal ataupun sebagai
pengembangan kepribadian dalam wujud
berbagai kegiatan untuk memperkuat pola
sikap dan budaya inklusif multikultural.
Praktisi pendidikan seperti guru, dosen,
ustadh, dan staf pengajar hendaknya
menanamkan nilai-nilai inklusif
multikulturallisme dalam proses belajar
mengajar. Penanamannya dapat melalui pola,
sikap, budaya inklusif multikultural menjadi
aturan berkehidupan di lingkungan
pendidikan. Pemberian pemahaman tentang
realitas multikultural diteruskan dengan
mempraktekkan dalam kehidupan nyata akan
17
berdampak pada kompetensi nilai-nilai
inklusif multikulturalisme dalam diri peserta
didik. Kesadaran inklusifitas beragama
akhirnya akan dapat diimplementasikan
dalam berbagai dimensi. Tidak lagi melalui
pendidikan formal semata namun juga
diimplementasikan dalam kehidupan
masyarakat dan keluarga. Selain itu perlu
diadakan berbagai kajian seperti workshop,
seminar atau pelatihan berkesadaran inklusif
dalam ajaran agama Islam dan pendidikan
multikultural untuk guru, para pengambil
kebijakan baik di pusat dan di daerah.
Demikian penelitian ini disampaikan semoga
dapat menjadi sumbagan bagi kemajuan
pendidikan agama Islam, dibutuhkan kritik
dan masukan untuk semakin mengiatkan
penelitan mengenai inklusivitas dan
pendidikan multikultural.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly, 2007. Pendidikan Multikultural Pada
Pesantren Assalaam Di Surakarta. Disertasi.
Universitas Sunan Kali Jaga, Yogyakarta.
Andi Rahman Alamsyah (editor), 2009. Pesantren
Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi. Jakarta:
Badan Litbang dan Diklat Depak Kerjasama
Lbsosio Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI.
H.A.R Tilaar, 2003. Kekusaan dan Pendidikan Suatu
Tinjauan dan Persepektif Studi Kultural.
Magelang: Indonesiatera.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, 2001. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Kementrian Agama RI, 2009. Mushaf Al Qur’an
Terjemah. Bandung; Nur Publishing.
Kementrian Pendidikan RI, 2003 .Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20.
Surakarta: Kharisma Solo.
_____, 2005 .Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) no.14. Surakarta:
Kharisma Solo.
Kuntowijoyo, 1994. Paradigma Islam Integrasi untuk Aksi.
Bandung: Mizan.
Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV Remaja Karya.
Lexy J. Moleong, 2008. Metode Penelitian Kualtatif. Edisi
Revisi. Bandunng: Rasindo Karya.
M. B Miler dan Haberman.M. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
M. Dawam Rahrjo, 2010. Merayakan Kemajemukan
Kebebasan dan Kebangsaan. Jakarta: Kencana.
Muhammad Nasir,1983. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Munir Mulkhal, 2000. Humanisasi Pendidikan. Bandung:
Mizan.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif R dan D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto,1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf Al Qardawi, 2001. Inklusif dan Ekslusif. Jakarta:
Pustaka Al Kaustar.
Jurnal:
Abdul Munir Mulkhan, 2001. Humanisasi Pendidikan
Islam dan Tashwirul Afkar. Jurnal Refleksi
Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, edisi
no.11.
Husniyatus Salamah Zainiyati. Pendidikan Multikultural
Upaya Membangun Keberagamaan Inklusif Di
Sekolah. Jurnal Islamica, vol. 1, no. 2, Maret
2007.
Mahmud Arif, Pendidikan Agama Islam Inklusif
Multikultural. Jurnal Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Volume i, no 1, Juni 2012/1433.
Musa Asy’arie, 2004. Pendidikan Multikultural dan
Konflik Bangsa, [artikel]
http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0409/03/opini/1246546
Sayamsul Ma’arif,2012. Transformative Learning dalam
Membangun Pesantren Berbasis Multikultural.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan
Aplikasi. Volume 1, no 1, juni, 2012.
18

More Related Content

What's hot

1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewataraamin-mipa
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanSiwi Danar
 
Mewujudkan Toleransi di Satuan Pendidikan
Mewujudkan Toleransi di Satuan PendidikanMewujudkan Toleransi di Satuan Pendidikan
Mewujudkan Toleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
 
Pengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanPengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanFauzi Din
 
Rangkuman materi admin progsus
Rangkuman materi  admin progsusRangkuman materi  admin progsus
Rangkuman materi admin progsusfery_antini
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasRizmanz Rizky
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiAnang Sarbaini
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...Rahma Siska Utari
 
Pembinaan Toleransi di Satuan Pendidikan
Pembinaan Toleransi di Satuan PendidikanPembinaan Toleransi di Satuan Pendidikan
Pembinaan Toleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
 
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanPpt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanfikinurularifin123
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikananitaairhi
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamAli Murfi
 
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanPpt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanfikinurularifin123
 
Pentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikanPentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikanmgganeswara86
 
Intoleransi di Satuan Pendidikan
Intoleransi di Satuan PendidikanIntoleransi di Satuan Pendidikan
Intoleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
 

What's hot (20)

Pendidikan holistik
Pendidikan holistikPendidikan holistik
Pendidikan holistik
 
1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara
 
Pembelajaran Holistik
Pembelajaran HolistikPembelajaran Holistik
Pembelajaran Holistik
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
Mewujudkan Toleransi di Satuan Pendidikan
Mewujudkan Toleransi di Satuan PendidikanMewujudkan Toleransi di Satuan Pendidikan
Mewujudkan Toleransi di Satuan Pendidikan
 
Pengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanPengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikan
 
Rangkuman materi admin progsus
Rangkuman materi  admin progsusRangkuman materi  admin progsus
Rangkuman materi admin progsus
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilai
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
 
Pembinaan Toleransi di Satuan Pendidikan
Pembinaan Toleransi di Satuan PendidikanPembinaan Toleransi di Satuan Pendidikan
Pembinaan Toleransi di Satuan Pendidikan
 
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanPpt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
 
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanPpt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
 
1792 1426574560
1792 14265745601792 1426574560
1792 1426574560
 
Pentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikanPentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikan
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 
Intoleransi di Satuan Pendidikan
Intoleransi di Satuan PendidikanIntoleransi di Satuan Pendidikan
Intoleransi di Satuan Pendidikan
 

Similar to INKLUSIF

Resensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikulturalResensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikulturalsitirohmah71
 
SITI ROHMAH
SITI ROHMAHSITI ROHMAH
SITI ROHMAHSafitri
 
Ppt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islam
Ppt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islamPpt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islam
Ppt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islamMuhamadRusyaid
 
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudayaImplikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudayaPensil Dan Pemadam
 
Positive Pluralism
Positive Pluralism Positive Pluralism
Positive Pluralism MieBengis
 
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdfSaddamSevenmatika1
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaYhana Hadayana
 
Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)
Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)
Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)yuanitaandriani
 
Pengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptx
Pengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptxPengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptx
Pengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptxHeri353680
 
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...abuzaf
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docxAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docxZukét Printing
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdfAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdfZukét Printing
 
Dinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbDinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbahmad al haris
 
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...agyana_nadian
 
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptxModernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptxZaidaturR
 
antropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsa
antropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsaantropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsa
antropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsaHana Hafifah
 

Similar to INKLUSIF (20)

Resensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikulturalResensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikultural
 
SITI ROHMAH
SITI ROHMAHSITI ROHMAH
SITI ROHMAH
 
Ppt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islam
Ppt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islamPpt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islam
Ppt Kedudukan dan urgensi metode pengajaran agama islam
 
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudayaImplikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya
 
Positive Pluralism
Positive Pluralism Positive Pluralism
Positive Pluralism
 
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
 
Assignment edu 2
Assignment edu 2Assignment edu 2
Assignment edu 2
 
Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)
Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)
Aliran pendidikan (PENGANTAR PENDIDIKAN)
 
Pengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptx
Pengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptxPengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptx
Pengantar_Filsafat_Pendidikan_Islam.pptx
 
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docxAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdfAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
 
Dinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbDinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pb
 
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
 
Bai
BaiBai
Bai
 
Bai
BaiBai
Bai
 
IPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptxIPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptx
 
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptxModernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
 
antropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsa
antropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsaantropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsa
antropologi pendidikan dalam konteks pendidikan bangsa
 

Recently uploaded

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 

Recently uploaded (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

INKLUSIF

  • 1. STUDI INKLUSIVITAS AJARAN AGAMA ISLAM dalam PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PONDOK PESANTREN MODERN ASSALAAM DI SURAKARTA Oleh: Minten Ayu Larassati, Bambang Sumarjoko, Abdulah Aly Abstrak Eksklusivisme sistem pendidikan Islam di Indonesia termasuk pesantren terjadi dikarenakan terdapat cara pandang yang bersifat klasik-skolastik yang dimiliki para pengelolanya. Oleh sebab itu Islam dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, terbuka, inklusif, dan mampu memberikan solusi terhadap masalah besar bangsa dan negara. Penelitian Studi Inklusivitas Ajaran Agama Islam dalam Pendidikan Multikultural PPMI Assalaam di Surakarta ini bertujuan mendeskripsikan pola, sikap dan budaya inklusif multikultural serta metode pembelajaran PAI agar anak memiliki kesadaran inklusif multikulturalis. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan penelitian lapangan menggunakan studi kasus, pengumpulan data melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Jenis penelitian adalah field research. Adapun subyek penelitian meliputi pola, sikap, budaya dan metode pendidikan. Obyek yang diteliti adalah pola interaksi yang terjadi di PPMI Assalaam dan Guru PAI. Data dari lapangan kemudian dihimpun dan direduksi dengan memilih berdasarkan kesesuaian dengan tema agar dapat ditarik kesimpulan dari setiap rumusan masalah, alur demikian disebut analisis deskriptif kualitatif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan teori induktif. Berdasarkan hasil dari analisis, peneliti memberikan kesimpulan bahwa PPMI Assalaam adalah lembaga pendidikan dengan karakter pesantren yang berpola inklusif multikultural dengan menonjolnya interaksi inklusif multikulturalis berupa sikap: tâ’at, ukhuwah, ta’ârâf, birr qiyâm bilqi h, adaptif, hidupṣṭ moderen (memuat keikhlasan, kedisiplinan, ketertian, menjaga kebersihan, penuh kedamaian, penuh keteladanan), maju terhadap informasi teknologi, mandiri dan tanggung jawab serta tidak berafiliasi dengan golongan tertentu, berakhlakul karimah dan bisa hidup secara berjama’ah. Berupa budaya; membudayakan Al Qur’an dan As Sunnah disegala aspek kehidupan, budaya SIMMPATIK, hidup sebagai pemberi ayoman, assalâm (kedamaian), bertoleransi, hidup moderen (emansipatoris), dan visioner. Metode mendidik adalah dengan menggunakan metode tanya jawab, diskusi, jigsaw, demostrasi, gallery walk, penugasan, card sort, small group discussion, modeling the way, group to group exchange, reword, keteladanan, dan tindakan langsung meliputi arahan, perintah serta teguran. Kata kunci: Inklusif, pendidikan agama Islam, pendidikan multikultural, pola sikap budaya, metode pembelajaran. Abstract Exclusiveisme Moslem education system in Indonesia is boarding school because view of point is different in classic-scholastic character from manager. Although Moslem develops in Indonesia is friendly, open, inclusive and giving problem solving relation notion and country problems. Research Inclusivity Study study moslem teaching in education Multiculture PPMI Assalaam of Surakarta purposes description pattern, attutide and multiculture inclusive culture and learning moslem method so the students have awareness inclusive multiculture. The reach of the goal uses field research with study case, collecting data uses interview, observation and documentation methods. Type research is field reserach, while subject of the research is pattern, attutide, culture and education method. Object observation is interaction pattern that happen in PPMI Assalaam and moslem teaches. Data in field collecting and reducation with chooding according to appropriate with theme so we can conclusion from every problem formulation, plot calling descriptive qualitative analysis. Conclusion uses inductive theory. According to result of analysis, the writer gives conslusion if PPMI Assalam is education institute with boarding character with multiculture inclusive pattern with dominant interaction inclusive multiculture attitude: obedient, ukhuwah, ta’ârâf, birr qiyâm bilqi h, adaptive, modernṣṭ live (ikhlas, dicipline, corret, cleaning, full peace, modeling), up to date in technology 1
  • 2. informaation, audonomous and responsibility so it is not afilliation with determination in group, akhlakul karimah and they live together with they read AL-Qur’an and As Sunnah for all aspects in living, culture SIMMPATIK, life gives protection, assalâm (peace), tolerance, emansipatoris and visioner. Education method uses ask answer method, discussion, jigsaw, demonstration, gallery walk, task, card sort, small group discussion, modeling the way, group to group, reward, modeling and direct action are direction, order and warning. Keyword: Inclusive, Moslem Education, Multiculture Education, Pattern Attitude Culture, learning method. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era multikulturalisme dan pluralisme, Pendidikan Agama Islam sedang mendapat tantangan karena ketidak mampuannya dalam membebaskan peserta didik keluar dari ekslusivitas beragama.1 Diperlukan upaya- upaya preventif agar hal ini tidak menjadi bumerang bagi Islam. Kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia maka Islam sebenarnya berpeluang besar mempengaruhi tata hidup kemasyarakatan dan kebangsaan di tanah air.2 Melihat konteks tersebut, kaum muslim perlu menyadari bahwa kedudukannya sebagai umat mayoritas perlu dibarengi dengan sikap apresiatif dan penghargaan terhadap hak-hak keagamaan dan apresiasi sosial-politik kelompok non-Muslim. Ahmad Syafi’i Ma’arif menegaskan, bahwa Islam yang mau dikembangkan di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah; terbuka; inklusif; dan mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara. Sikap inklusif dalam beragama yakni 1Husniyatus Salamah Zainiyati, Pendidikan Multikultural Upaya Membangun Keberagamaan Inklusif Di Sekolah. Jurnal Islamika, (Vol.1, no. 2, Maret 2007), hlm. 135. 2Mahmud Arif, Pendidikan Agama Islam Inklusif Multikultural. Jurnal Jurusan Pendidikan Agama Islam, (Vol. I, no 1, Juni 2012/1433), hlm. 2. sikap terbuka.3 Ketika seseorang menyadari dan mengakui kehadiran agama-agama lain, ia mulai berubah menjadi seorang yang inklusif. Sikap inklusif memungkinkan seseorang berdialog dengan agama-agama lain.4 Sikap terbuka akan berdampak pada relasi sosial yang bersifat sehat dan harmonis antar sesama warga masyarakat. Teologi inklusivisme dilandasi dengan toleransi, tidak berarti bahwa semua agama dipandang sama. Sikap toleran hanya suatu sikap penghormatan akan kebebasan dan hak setiap orang untuk agama, perbedaan beragama tidak boleh menjadi penghalang dalam upaya saling menghormati, menghargai, dan kerjasama. Tidak seorangpun di dunia ini yang dapat menolak sebuah kenyataan bahwa alam semesta adalah plural, beragam, berwarana- warni dan berbeda-beda. Keberagaman adalah hukum alam semesta atau sunnatullah. Dengan kata lain, keberagaman meruapakan kehendak Allah dalam alam semesta5 , hal ini dijelaskan dalam QS. Surat: An Nahl, ayat: 93 6 dan QS. Al Hujurāt, ayat: 137 . Merespon keberagaman budaya, suku, bangsa, bahasa, agama, Islam menawarkan sebuah konsepsi berupa toleransi-tasāmuh yang artinya sikap memberikan, lapang dada, murah hati, dan suka berderma. Ajaran agama Islam sesungguhnya lebih bersemangat mengandung unsur inklusif dari pada eksklusif. Bahkan Islam melarang pemaksaan dalam beragama, artinya keberagamaan seseorang harus dijamin. Umat Islam harus memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluas- 3Yusuf Al Qardawi, Inklusif dan Ekslusif (Jakarta: Pustaka Al Kaustar, 2001), hlm. 47. 4M. Dawam Rahrjo, Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 232. 5Andi Rahman Alamsyah (editor), Pesantren Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depak Kerjasama Lbsosio Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI, 2009), hlm.194. 6 Kementrian Agama RI, 2009. Mushaf Al Qur’an Terjemah. Surat: An Nahl, ayat: 93. Bandung; Nur Publishing. Hlm: 277. 7 ibid., surat: Al Hujurat, ayat: 13. Hlm: 517. 2
  • 3. luasnya kepada orang lain untuk memeluk agama yang diyakininya. QS Al Mā’idah, ayat: 48. 8 Sebagai syarat membangun kesadaran multikultural di tengah arus globalisasi, perlu adanya proses penyadaran akan ajaran agama Islam. Dimana Islam adalah bersifat Inklusif (dalam tataran sosial) dan eksklusif dalam tataran theology (ketuhanan/tauhid), hal ini menjadi penting agar tidak ada proses pengkaburan di salah satu sisi dari ajaran agama Islam sendiri di tengah era- multikulturalisme dan pluralisme serta memposisikan Islam sebagai agama yang mampu berkembang menjawab perubahan sosial di negara yang demokratis seperti negara Republik Indonesia. Eksklusivisme sistem pendidikan Islam di Indonesia termasuk pesantren terjadi dikarenakan terdapat cara pandang yang bersifat klasik-skolastik yang dimiliki para pengelolanya. M. Amin Abdullah menjelaskan, bahwa eksklusivisme Pendidikan Agama Islam terlihat dari cara pandang klasik-skolastik. Klasik adalah keselamatan individu dan skolatik adalah penekanan pada Tuhannya sebagai titik tekanan dalam pendidikan Islam selama ini. Keselamatan sosial yang proses pencapaiannya melalui hubungan yang baik antara diri ”individu” dengan ”individu- individu sesamanya” sangat diabaikan dalam sistem pendidikan Islam. Sementara menurut Abdul Munir Mulkhan, eksklusivisme sistem pendidikan Islam di Indonesia terkait pada pemaknaan yang spesifik dan ekslusif terhadap bidang tauhid atau akidah. Selama ini tauhid atau akidah dipahami secara spesifik dan eksklusif, karena itu untuk masyarakat multikultural, tauhid dapat dimaknai secara substantif; universal; inklusif dan pluralistik.9 Salah satu indikator ekslusivisme pendidikan Islam di Indonesia dapat dilihat dari dua hal, pertama, dapat dilihat dari absennya ruang perbedaan pendapat antara guru dengan murit dan atau antara murid 8 ibid., surat: Al Ma’idah, ayat: 48. Hlm: 116. 9Abdul Munir Mulkhan, Humanisasi Pendidikan (Bandung: Mizan, 2000), hlm.19-20. dengan murid dalam sistem pendidikan Islam, sehingga proses pembelajaran bersifat indiktrinatif. Kedua, dapat dilihat dari fokus pendidikan yang hanya menekankan pada pencapaian kemampuan ritual dan keyakinan tauhid, dengan materi ajar pendidikan Islam yang bersifat tunggal, yaitu benar-salah dan baik-buruk yang mekanistik. Praktek pendidikan Islam yang seperti ini akan menjadikan anak didik kurang begitu sensitif atau kurang begitu peka terhadap nasib, penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh sesama yang kebetulan memeluk agama lain. Ruang kelas bagaikan sebuah penjara bagi siswa, karena tidak ada ruang untuk berdialog tentang kebenaran yang diajarkan oleh guru.10 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 4 bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan pada poin pertama; dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.11 Lebih lanjut dinyatakan, bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.12 Selain itu, undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 60 poin B, tentang melaksanakan tugas keprofesionalan, guru dan dosen berkewajiban dalam bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio-ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.13 Peraturan 10Abdul Munir Mulkhan, Humanisasi Pendidikan Islam dan Tashwirul Afkar. Jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, (Vol. i. no.11, 2001), hlm.17-18. 11Kementrian Pendidikan RI, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 (Surakarta: Kharisma Solo, 2003). hlm. 6. 12 Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran.(Bandung: Refika Aditama, 2001), hlm. 40. 13Kementrian Pendidikan RI, Undang-Undang Guru dan Dosen no.14. pasal 60 (Surakarta: Kharisma Solo, 2005), hlm. 16. 3
  • 4. tersebut menguatkan bahwa pendidikan inklusif-multikultural sangat relevan dilaksanakan dalam mendukung proses pendidikan Indonesia. Nilai-nilai seperti demokrasi, tidak diskriminatif dan menjunjung HAM sangat compatible dengan pesantren. Apalagi kalau melihat pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia dengan tujuan utamanya adalah mengajarkan ilmu-ilmu agama dan akhlak mulia bagi para santri. Karakteristik yang sangat menonjol di pesantren sebagai lembaga pendidikan bisa dikatakan multikulturalis. Sementara wajah Islam yang ditransmisikan para kiai di pesantren pada dasarnya adalah Islam inklusif dan menebarkan kedamaian di muka bumi (ra matan lil ‘ālamīnḥ ). Para kiai pesantren biasanya juga meneruskan ajaran para Walisongo yang selalu mengajarkan sopan santun, toleran dan menghormati budaya lokal. Melihat realitas sejarah pada dasarnya pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral melalui transformasi nilai yang ditawarkanya (amar ma‘rūf nahī munkar).14 Selain itu, berdirinya pesantren juga memiliki misi untuk menyebarluaskan informasi ajaran universalitas Islam keseluruh pelosok Nusantara yang berwatak inklusif. Misi Islam yang menebarkan kedamaian (ra matan lil ‘ālamīnḥ ) tersebut juga menjadi tumpuan berdirinya pondok pesantren Islam modern Assalaam Surakarta dalam membangun dan mengembangakan pendidikan yang ada. Hal tersebut tercantum dalam khi aṭṭ ḥ perjuangan Pondok Pesantren Modern Assalaam (PPMI Assalaam) sebagai berikut; Memotivasi santri agar Islam selalu mampu memberikan jawaban secara handal terhadap tantangan kehidupan yang sesuai dengan 14Syamsul Ma’arif, Transformative Learning dalam Membangun Pesantren Berbasis Multikultural. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. (Vol.1, no 1, Juni, 2012), hlm. 59. tuntutan perkembangan masyarakat. Menjadikan pesanten sebagai pusat pendidikan perdamaian dan pemerintah, umat Islam, masyarakat luas dan pemeluk non Islam.15 Hal inilah yang menjadi sebab penelitian ini mengambil fokus pada Studi Inklusifitas Ajaran Agama Islam dalam Pendidikan Multikultural PPMI Assalaam di Surakarta. Pengambilan judul tersebut dikarenakan terdapat asumsi bahwa pesantren pada umumnya dan pesanten Assalaam pada khususnya memiliki karakteristik multikultural, baik dilihat dari asal daerah santri, kurikulum, proses pembelajaran maupun interaksi sosial santri, sehingga prinsip-prinsip dalam kehidupan bersama sangat dominan. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah demokrasi, adil, tidak diskriminatif, menjunjung hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.16 B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah field research, karena yang diteliti adalah sesuatu yang ada di lapangan secara langsung. Penelitian lapangan dalam hal ini bersifat kualitatif dengan metode studi kasus, yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.17 Studi kasus yang dilakukan untuk memperoleh pengertian secara mendalam mengenai studi dan makna sesuatu atau subyek yang diteliti yakni proses-poses sosial yang terjadi di PPMI Assalaam meliputi budaya perilaku dan interaksi sosial para pemimpin, guru, dan siswa, berkenaan dengan sikap inklusif. Berkenaan hal tersebut peneliti mengambil populasi penelitian yaitu guru PAI dan siswa SMA PPMI Assalaam Surakarta. Adapun 15Keassalaaman, Pedoman Bermuamalah di Lingkungan Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakrta, (Tnp Kota Terbit, 2013), hlm. 8. 16Abdullah Aly, Pendidikan Multikultural Pada Pesantren Assalaam Di Surakarta (Yogyakarta: Universitas Sunan Kali Jaga, 2007). 17Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualtatif Edisi Revisi (Bandunng: Rasindo Karya, 2008), hlm. 3. 4
  • 5. gejala (subyek) penelitiannya adalah inklusivitas ajaran agama Islam dalam pendidikan multikultural yaitu pola, sikap dan budaya serta metode inklusif multikulturalis yang digunakan oleh guru PAI PPMI Assalaam Surakarta. Informan utama diambil dalam penelitian ini meliputi, guru dan siswa SMA Assalaam Surakarta. Informan pendukung antara lain kepala sekolah SMA Assalaam, Kesantrian dan Kepala Pondok. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ada tiga metode yang digunakan yakni wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu yang mengajukan pertanyaan dan yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.18 Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu semua pertanyaan dirumuskan dengan cermat dan tertulis (interview guide). Peneliti menggunakan daftar pertanyaan tersebut untuk melakukan interview kepada informan utama guru PAI dan siswa, informan pendukung sekretaris PPMI Assalaam dan sekretaris SMA Assalaam. Wawancara terstruktur digunakan agar percakapan yang dilakukan dapat terfokus sehingga tidak melenceng jauh dari pembahasan. Observasi yang peneliti laksanakan adalah observasi langsung, yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.19 Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data-data yang mudah dipahami dan diamati secara langsung, sebagaimana rangkaian kegiatan belajar mengajar yang didalamnya meliputi observasi proses KBM dan penggunaan metode mengajar, observasi lingkungan pondok meliputi masjid, resto (tempat makan), area kamar, dan opservasi kegiatan ekstra kulikuler yang ada di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta. 18 Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Remaja Karya. Hlm: 148. 19Muhammad Nasir,1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 212. Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradly dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen, yaitu place atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Space ruang yang digunakan dalam aspek fisik dalam hal ini adalah lokasi penelitian yakni di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta . Actor, semua orang yang terlibat dalam situasi sosial, misalnya guru, kepala sekolah, murid dan orang yang ada di dalam lingkungan Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta . Activiti atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, misalnya kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan manajemen sekolah, komunikasi sekolah dengan lingkungan interaksi siswa- guru, guru-guru, siswa-siswa, di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta dan lain-lain.20 Metode dokumentasi yaitu metode mencari data mengenai hal-hal (variabel) yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.21 Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources). Metode ini digunakan untuk mengambil data yang berhubungan dengan gambaran umum yang meliputi; letak geografis, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur kepengurusan Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta, demografi guru, demografi siswa, profil SMA Assalaam, denah sekolahan, serta jadwal kegiatan PPMI Assalaam. Data-data yang telah peneliti dapatkan akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan cara pentahapan secara berurutan, terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, 20 Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R dan D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 229- 230. 21 Suharsimi, Arikunto,1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm: 159. 5
  • 6. penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.22 Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan teori induktif. Teori induktif adalah metode penyimpulan yang dilakukan dengan dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus, kemudian ditarik kesimpulan secara umum. KERANGKA TEORI Kajian teoritik dalam penelitian ini menggambarkan teori studi inklusivitas Pendidikan Agama Islam dalam pendidikan multikultural maka akan di jabarkan mengenai kerangka teori dari inklusivitas dan pendidikan multikultural sebagai berikut; Secara etimologi, kata inklusif bentuk kata jadian yang berasal dari bahasa Inggris inclusive yang memiliki makna termasuk di dalamnya. Sedangkan inklusif secara terminologi adalah pemahaman yang mengakui keberadaan agama lain dan masih mempercayai bahwa agama yang dianut adalah benar walaupun bisa melihat kebenaran yang diusung oleh agama lain. Ketika seseorang menyadari dan mengakui kehadiran agama-agama lain, ia mulai berubah menjadi seorang yang inklusif. Menurut pemahaman inklusif, bahwa sesungguhnya ajaran Islam lebih bersemangat serta mengandung unsur inklusif daripada ekslusif. Bahkan Islam melarang pemaksaan dalam beragama, artinya keberagamaan seseorang harus dijamin dan dilindungi. Teologi inklusif tidak hanya inklusif bagi umat Islam saja, tetapi juga bagi agama lain. Sikap beragama yang bersikap inklusif, memang sangatlah urgen untuk menghindari claim of truth dan claim of salvation dalam dunia dewasa ini yang selalu memiliki pluralitas keagamaan sebagai akibat dari hancurnya batas-batas budaya, rasial, bahasa dan geografis. Aksiologi teologi Islam yang inklusif adalah ajaran rahmatan lil’ālamîn (rahmat bagi seluruh alam) teologi tersebut adalah pilar moderatisme Islam. Disini, ajaran Islam tidak diarahkan kepada eksklusivisme seperti membenci agama lain, merendahkan non muslim, atau memusuhi dan 22 M. B Miler dan Haberman.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Hlm: 16. menggunakan kekerasan dalam menyiarkan kebenaran, bahkan Islam inklusif menyiarkan toleransi beragama dan juga kerjasama. Ajaran agama Islam sarat dengan nilai-nilai yang pada dasarnya bersifat all embracing bagi penataan sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya.23 Pada tahapan konteks ini Islam disebut sebagai ra matan lil ‘ālamīnḥ , rahmat untuk alam semesta, termasuk untuk kemanusiaan. Islam adalah sebuah humanisme, agama yang sangat mementingkan kemanusiaan sebagai tujuan sentral, inilah yang dimaknai sebagai nilai dasar Islam. Humanise Islam adalah humanisme teosentrik, artinya Islam merupakan sebuah agama yang memusatkan dirinya pada keimanan terhadap Tuhan, tetapi mengarahkan perjuangannya untuk memuliakan peradaban manusia. Prinsip humanisme teosentrik inilah yang kemudian akan ditransformasikan sebagai nilai yang dihayati dan dilaksanakan sepenuhnya dalam masyarakat dan budaya.24 Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta didik baik dari aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran kepercayaan) dan budaya (kultur). Musa Asy’ari menyatakan, bahwa pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah- tengah masyarakat plural.25 Nilai inti dari pendidikan multikultural yaitu: pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya di masyarakat. Kedua, pengakuan terhadap harkat dan hak asasi manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Keempat, pengembangan tangung jawab manusia terhadap bumi ini juga bersifat alamiyah dan induktif. Tujuan yang berkaita dengan nilai-nilai inti pendidikan multikultural yaitu: Pertama, mengembangkan perspektif sejarah yang 23 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Integrasi untuk Aksi (Bandung: Miza, 1994), hlm. 167. 24Ibid., hlm. 167-168. 25Musa Asy’arie, Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa, (http://www.kompas.com/kompas- cetak/0409/03/opini/1246546, 2004), diakses pada 15 Maret 2012. 6
  • 7. beragam dari kelompok-kelompok masyarakat (etnohistorisitas). Kedua, memperkuat kesadaran budaya yang hidup di masyarakat. Ketiga, memperkuat kompetisi interkultural dari budaya- budaya yang hidup di masyarakat. Keempat, membasmi rasisme, seksisme, kastaisme, dan berbagai jenis prasangka (prejudice). Kelima, mengembangkan kesadaran atas kepemilikan planet bumi. Keenam, mengembangkan ketrampilan aksi sosial (social action). 26 Secara sederhana kerangka teori ajaran agama Islam dalam pendidikan multikultural digambarkan dalam bagan sebagai berikut HASIL PENELITIAN A. Pola Inklusif Multikultural PPMI Assalam Surakarta Pola pikir adalah sistem, cara kerja berfikir orang melalui sudut pandang tertentu. Secara aksi pola pikir seseorang terungkap melalui sikap seseorang, yang tentunya pengambilan sikap memiliki alasan tersendiri. Pola inklusif multikulturalis PPMI Assalaam dapat dilihat dari sistem yang ada, yakni meliputi nilai-nilai keassaaman, tujuan didirikan organisasi Assalaam, kittah perjuangan dan prinsip-prinsip yang digunakan. Berikut adalah latar belakang pola yang ditemui didalam PPMI Assalaam; Pertama, pengambilan nama assalām. PPMI Assalaam mengambil nama Assalaam sebagai nama lembaga memiliki arti damai. ”Damai” dalam persepektif PPMI Assalaam adalah pemaknaan bahwasanya Islam adalah ra matan lil ‘ālamīnḥ , oleh sebab itu sebagai “ajaran” Islam memberikan pengayoman yang teduh kepada semua pihak. Baik muslim maupun non muslim, serta kepada meraka yang tidak mengganggu keberlangsungan ajaran dan dakwah Islam. Kedua, prinsip keassalaman. PPMI Assalaam menggunakan ajaran ra matan lilḥ ‘ālamīn sebagai prinsip keassalaman. Kata ra matḥ artinya arrifqu warh- a’arufṭ yang bermakna kelembutan yang berpadu pada rasa iba atau kasih sayang. Adapun ra matan lil ‘ālamīnḥ dimaknai oleh para ahli 26H.A.R Tilaar, Kekusaan dan Pendidikan Suatu Tinjauan dan Persepektif Studi Kultural (Magelang: Indonesiatera, 2003), hlm.167. Tafsir sebagai kasih sayang Allah terhadap seluruh manusia baik mukmin maupun kafir dan juga bagi seluruh mahluk yang lain. Prinsip ini mencerminkan pola interaksi kepada semua mahluk harus dilakukan dengan rasa kasih sayang dan tidak membedakan. Ketiga, pada tujuan didirikannya PPMI Assalaam. Pola inklusfi multikultural pada tujuan didirikan Assalaam yakni senantiasa mengupayakan dakwah Islam yang damai dan santun lewat lembaga pendidikan dan pengajaran model pesantren kepada seluruh masyarakat. Kempat, pola terbuka PPMI Assalaam ditunjukkan dengan pemaknaan agama Islam yang universal. Keuniversalan dapat dilihat dari ajarannya yang menyentuh seluruh umat. Kelima, nilai jalur perjuangan PPMI Assalaam. Keassalaaman didalamnya merupakan seperangkat aturan yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang ditetapkan sebagai nilai, etika (perilaku) dan tata organisasi di yayasan MPI beserta amal usaha yang ada. Keenam, nilai-nilai filosofi. Nilai filosofis yang dikembangkan PPMI Assalam yakni menjadikan Al Qur’an dan As-sunah sebagi landasan utama dalam berorganisasi. Berlandasankan hal tersebut PPMI Assalaam menciptakan harmonisasi, baik keharmonisan tata letak kerja, pendorongan prestasi lembaga, citra pelayanan maupun keharmonisan seluruh lingkungan pondok baik didalam maupun diluar. Ketujuh, kittah perjuangan. Menjadikan pesanten sebagai pusat pendidikan perdamaian kepada pemerintah, umat Islam, masyarakat luas dan pemeluk non Islam. Kedelapan, PPMI Assalaam meiliki cara pandang futurisik terhadap perjuangan Islam yakni santri ditanamkan untuk bisa hidup berdiri diatas semua golongan. Untuk memperjelas pola tersebut akan disajikan dalam matrik pola inklusif multikultural di PPMI Assalaam Surakarta Matrik 1. Latar Belakang Pola inklusfi Multikultural Pondok Pesantren Modren Islam Assalaam Surakarta. 7
  • 8. Aspek Inklusif Multikultural Pengambila n nama Latar belakang pengambilan nama Assalaam berarti damai. 27 Prinsip PPMI Assalaam menggunakan ajaran ra matan lilḥ ‘ālamīn sebagai prinsip ke-Assalaaman. 28 Tujuan Didirikan PPMI Assalaam bertujuan untuk dakwah damai dan santun. 29 Pemaknaan ajaran Ajaran agama Islam dipahami dengan konsep universal yang menyentuh seluruh umat manusia. 30 Landasan Al Qur’an dan As Sunnah digunkan sebagai landasan mengatur pola organisasi Assalaam, jika terjadi perbedaan pendapat maka dikembalikan kembali ke Al Qur’an dan As Sunnah bukan berdasar pendapat orang tertentu. 31 Manajemen lembaga Nilai filosofis dari Al Qur’an dan As Sunnah digunakan untuk menciptakan harmonisasi, tata kerja, prestasi pendorong dan citra PPMI Assalaam baik di luar maupun di dalam pondok. 32 Kittah perjuangan Kittah perjuangan pesantren sebagai pusat lembaga pendidikan yang damai kepada pemerintah, umat Islam, masyarakat luas, dan pemeluk agama non muslim. 33 Cara pandang Cara pandang futuristik yakni berdiri atas semua golongan. 34 Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis delapan kategori karakteristik pola organisasi inklusif multikulturalis tersebut menunjukkan bahwa PPMI Assalaam adalah lembaga pendidikan dengan karakter pesantren yang berpola inklusif multikultural. Cerminan Pola inklusif multikultural PPMI Assalaam dapat di lihat pada langkah dakwah, sistem organisasi pondok, sikap seluruh penghuni 27Wawancara, Sekretaris PPMI Assalaam Arkaman Budiyanto 12 Juli 2014. 28Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah, Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli 2014. 29Dokumentasi, diambil pada 12 Mei 2014. 30Wawancara, Guru PAI Siti Arofah diambil pada tanggal 22 Mei 2014. 31Dokumentasi, loc.cit. 32Wawancara Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah dan dokumentasi, diambil pada tanggal 12-22 Mei 2014. 33Dokumentasi, diambil pada 12 Mei 2014. 34Wawancara, Guru PAI Siti Arofah diambil pada tanggal 22 Mei 2014. pondok dan budaya yang ada di lingkungan pondok. Hal ini sesuai pada bab II tentang muatan Islam multikultural yakni pada nilai utama Tauhid, ummah, ra mahḥ dan al musawah. B. Sikap Inklusif Multikultural PPMI Assalam Surakarta Sikap inklusif-multikultural adalah perbuatan perilaku, atau etika yang berparadigma inklusif multikultural. Orang yang bersikap inklusif multikultural akan memiliki kesediaan menerima dan mau berkerja sama dengan kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Langkah mewujudkan kedamaian seluruh pengelola, santri, alumni dan semua orang yang berada di lingkungan pendidikan PPMI Assalaam menerapkan etika atau sikap yang inklusif multikultural; berikut adalah sikap yang peneliti temukan di dalam lingkungan PPMI Assalaam; Pertama, sikap PPMI Assalaam yang damai dengan pemerintah ( a’aṭ ṭ) diterangkan dalam QS. An Nisa’ ayat 59 dan diwujudkan dengan PPMI Assalaam dengan senantiasa berdamai dengan pemerintah. Damai dengan pihak pemerintah yakni dalam penerapan kurikulum dan KBM mengacu pada kementrian pendidikan nasional dan kementrian agama. Selain kurikulum juga sikap menerima bantuan dari pemerintah adalah bentuk damai kepada pemerintah Republik Indonesia. Kedua, sikap damai PPMI Assalaam dengan sesama orang Islam (ukhūwah) yang diterangkan dalam QS. Al Hujurāt ayat 11. PPMI Assalaam merupakan rumah bagi berbagai aliran Islam ahlus sunnah, santri dengan latar belakang keislaman yang berbeda diterima dengan baik oleh PPMI Assalaam. Ketiga, sikap damai dengan masyarakat (t ta’ārūf) diterangkan dalam surat Al Hujurāt ayat 13. Di tengah masyarakat yang plural multikultural PPMI Assalammengajak untuk memiliki kesadaran bahwa Allah menciptakan manusia di dunia ini bersuku- 8
  • 9. suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal. Keempat, sikap damai PPMI Assalaam dengan sesama manusia dan pemeluk agama lain (birr dan qiyām bilqi iṣṭ ) yang diterangkan dalam surat Al Mumtahanah ayat 8. Assalaam sangat menyadari perbedaan keyakinan terhadap Tuhan di lingkungan masyarakat, hal ini tidak menjadi alasan Assalaam menutup diri (ekslusif) terhadap mereka yang berbeda. Kelima, sikap adaptif terhadap perkembangan zaman. Islam membolehkan mengambil yang baik dari umat lain. Diantara yang menunjukkan ingklusivitas kebudayaan ini adalah bolehnya mengambil adat, peraturan, atau segala sesuatu yang dilakukan oleh orang atau umat lain yang memberi manfaat bagi kaum muslim selama tidak bertentangan dengan akidah atau syariat Islam. Keenam, sikap hidup modern, Sikap hidup modern dalah sikap hidup yang bisa mengikuti perkembangan zaman dengan berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Sikap hidup modern dilakukan dengan keikhlasan, kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, kedamaian dan keteladanan yang tercantum dalam tujuan PPMI Assalaam. Ketujuh, sikap terbuka terhadap kemajuan teknologi dan informasi. Perkembagan teknologi dan informasi disikapi dengan memanfaatkan secara arif dan bijak. Melek teknologi dan informasi bagi siswa berlatar belakang pondok menjadikan generasi Islam senantiasa selalu berkembang dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dibelahan dunia manapun. Kedelapan, sikap mandiri dan bertangung jawab serta tidak berafiliasi kepada golongan tertentu. Prinsip ini menghindarkan santri dari sifat dan sikap; fanatisme golongan yang dapat menutup kebenaran dari selain kelompoknya. Ekslusivitas beragama yang menafikkan dialog dengan kelompok agama yang lain, sifat sektaria yang hanya berjuang untuk kelompok bukan untuk kemajuan umat. Kesembilan, sikap ber-tafakkuh fī addīn bertujuan agar dapat menghindarkan santri dari sifat dan sikap mudah menyeleweng dari garis hidup yang Islami, materialistik- skuleristik yang mempertuhankan materi dan kekuasaan atau duniawiyah. Kesepuluh, Sikap akhlakul karimah, akhlakul karimah mampu menampilkan perilaku toleransi dan menghormati perbedaan tidak bersifat ekslusif dan ekstrim sehingga memberi kemashlatan bagi agama, umat dan negara. Kesebelas, sikap mau hidup secara berjama’ah. di lingkungan pondok yang banyak terdapat anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda harus bisa hidup secara bersama-sama baik saat belajar atau kegiatan harian di pondok. Sikap inklusif multikulturalis tersebut akan di sajikan dalam matrik sikapa inklusif multikultural PPMI Assalaam Surakarta berikut ini; Matrik 2. Sikap Inklusif Multikultural Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Ragam Keterangan a’aṭ ṭ Sikap PPMI Assalaam yang damai dengan pemerintah ( a’aṭ ṭ). 35 ukhūwah Sikap damai PPMI Assalaam dengan sesama orang Islam (ukhūwah). 36 ta’ārūf Sikap damai PPMI Assalaam umat Islam dengan masyarakat (ta’ārūf). 37 birr dan qiyām bilqi iṣṭ Sikap damai PPMI Assalaam dengan sesama manusia dan pemeluk agama lain (birr dan qiyām bilqi i).ṣṭ 38 Adaptif Sikap adaptif terhadap perkembangan zaman. 39 Moderen Sikap hidup modern berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah dalam: Bersikap dalam ikhlasan, bersikap disiplin, bersikap tertib, bersikap menjaga kebersihan, bersikap penuh kedamaian, bersikap penuh keteladanan. 40 Maju informasi dan teknologi Sikap terbuka terhadap kemajuan teknologi dan informasi dengan menafaatkan secara arif dan bijak. 41 Mandiri dan tanggung jawab Sikap mandiri dan bertangung jawab serta tidak berafiliasi kepada golongan tertentu. 42 35Wawancara, Guru PAI Istianah, diambil pada tanggal 22 Mei 2014. 36 Ibid., 37Ibid., 38Ibid., 39Dikumentasi, di ambil pada tanggal 15 Mei 2014. 40Wawancara , Santri Tri Wahyu Aji diambil pada tanggal 13 Mei 2014. 41Dikumentasi, di ambil pada tanggal 15 Mei 2014. 9
  • 10. tafakkuh fī addīn Sikap tafakkuh fī addīn agar dapat menghindarkan santri dari sifat dan sikap mudah menyeleweng dari garis hidup yang Islami, materialistik-skuleristik. 43 akhlāqul kārimah Sikap akhlāqul kārimah mampu menampilkan perilaku yang memberi kemaslahatan bagi agama, umat dan negara, toleransi dan menghormati salah satu dari akhlāqul kārimah. 44 Berjama’ah Sikap mau hidup secara berjama’ah, di lingkungan pondok yang banyak terdapat anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda harus bisa hidup secara bersama-sama baik saat belajar atau kegiatan kemahslahatan bersama. Organisai PPMI Assalaam menjadikan Al Qur’an dan As-harian di pondok. 45 Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Bedasarkan analisis sikap inklusif multikultural pada PPMI Assalaam maka PPMI Assalaam menunjukkan ajaran agama Islam secara damai, menghargai sesama walau berbeda agama, ekonomi, ras, budaya melalui para pengelola, santri, alumni dan semua yang berada di lingkungan pendidikan PPMI Assalaam. Hal ini sesuai nilai ajaran agama Islam inklusif multikulturalis yang mengutamakan persatuan dan persauadaraan, antar sesama agama (ukhūwah islāmiyyah), antar sesama (ukhūwah wa āniyyahṭ ), persauadaraan antar sesama manusia (ukhūwah basyāriyah). C. Budaya Inklusif Multikultural PPMI Assalam Surakarta Budaya merupakan sekumpulan nilai yang dipercaya dan diyakini sebagai etika didalam berfikir dan berperilaku yang ditetapkan dan disepakati serta diterima oleh seluruh anggota dalam lingkungan tertentu. Berikut adalah budaya inklusif multikulturalis di lingkungan PPMI Assalaam; 42Wawancara Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah dan dokumentasi, diambil pada tanggal 12 dan 22 Mei 2014. 43Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah, Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli 2014. 44Wawancara, Guru PAI Siti Arofah diambil pada tanggal 22 Mei 2014. 45Observasi Lingkungan Pondok, diambil pada tanggal 14 Mei 2014. Pertama, Membudayakan Al Qur’an dan As Sunnah disegala aspek untuk sunah sebagi landasan utama dalam berorganisasi sehingga PPMI Assalaam mampu menciptakan suasana yang harmonisasi. Baik keharmonisan tata letak kerja, pendorongan prestasi lembaga, citra pelayanan maupun keharmonisan seluruh lingkungan pondok baik didalam maupun diluar. Jika terjadi perbedaan baik dari sisi ibadah maupun muamalah di civitas akademika PPMI Assalaam, dikembalikan lagi kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Kedua, membudayakan slogan SIMMPATIK (Sinergi, Integritas, Memberikan rasa hormat, Memiliki tanggung jawab, Profesionalisme, Arif, Terpercaya, Inovasi, Kejuangan) sebagai budaya berorganisasi. Ketiga, Membudayakan hidup sebagai pemberi ayoman yang teduh kepada semua pihak (ra matan lil ‘ālamīnḥ ) dimanapun berada menjadikan Assalam mampu berdiri diantara semua golongan. Pengayoman bagi semua golongan dengan sendirinya akan membasmi rasisme, seksisme, kastaisme, dan berbagai jenis prasangka (prejudice). Keempat, Membudayakan kedamaian. Pemahaman tentang makna Islam akan menggugah kesadaran batin manusia untuk menghadirkan kedamaian dalam kehidupan manusia dan alam seluruhnya. Oleh sebab itu budaya kedamaian diterapkan didalam lingkungan PPMI Assalaam maupun diluar pondok oleh pengelola, santri, alumni dan semua orang yang berada di lingkungan Assalaam. Islam yang berasal dari kata salaam memiliki arti dasar suatu kedamaian yang sempurna dan penyerahan diri, tunduk dan pasrah kepada Allah secara tulus. Pemahaman tentang makna assalaam akan menggugah kesadaran batin manusia untuk menghadirkan kedamaian dalam kehidupan manusia dan alam seluruhnya. Kelima, Budaya saling bertoleransi dan menghormati perbedaan tidak bersifat ekslusif dan ekstrim. Keenam, Membudayakan hidup modern menuntut pola kerja (manajemen) pondok yang tidak lagi didasarkan atas tuntutan emansipatoris 10
  • 11. yang didorong oleh perasaan emosional dan sentimen keagamaan, melainkan dibangun atas dasar logika kelembagaan agama yang sehat dan berorientasi masa depan (visioner). Ketujuah, Budayakan visioner. visioner menjadikan pemeluk Islam senantiasa selalu berkembang dan mengetahui perubahan- perubahan yang terjadi dibelahan dunia manapun. Kedelapan, membudayakan hidup mandiri dan tanggung jawab serta tidak berafiliasi kepada golongan tertentu. Prinsip ini bertujuan agar santri terhindar dari sifat dan bersikap fanatisme golongan, ekslusif dalam beragama dan sifat sektaria. Santri didik untuk dapat menerima kebenaran dari manapun datangnya kebenaran itu dan tidak menutup diri hanya karena berbeeda golongan. Kedelapan budaya tersebut peneliti sajikan dalam bentuk matrik budaya inklusif multikultural Pondok Pesantren Modern Assalaam Surakarta. Matrik 3 Budaya Inklusfi Multikulturalis Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Ragam Ragam Budaya Inklusif Multikultural Budaya Qurani dan Hadisi Membudayakan Al Qur’an dan As Sunnah di segala aspek untuk kemaslahatan bersama. 46 SIMPATI K Membudayakan slogan SIMMPATIK. 47 Pengayom dan Ra mahḥ Membudayakan hidup sebagai pemberi ayoman yang teduh kepada semua pihak (ra matan lilḥ ‘ālamīn) di manapun berada menjadikan Assalaam mampu berdiri di antara semua golongan. 48 Damai Membudayakan assalām (kedamaian). Pemahaman tentang makna assalām akan menggugah kesadaran batin manusia untuk menghadirkan kedamaian dalam kehidupan manusia dan alam seluruhnya. 49 Tasāmuh Budaya saling bertoleransi dan menghormati perbedaan tidak bersifat eksklusif dan ekstrim. 50 46 Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah, Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli 2014. 47 Dokumentasi, di ambil pada tanggal 15 Mei 2014. 48 Wawancara, loc.cit. 49 Wawancara Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah dan dokumentasi, diambil pada tanggal 12 dan 22 Mei 2014. Modern Membudayakan hidup moderen dengan kerja pondok yang tidak lagi didasarkan atas tuntutan emansipatoris yang didorong oleh perasaan emosional dan sentimen keagamaan, melainkan dibangun atas dasar logika kelembagaan agama yang sehat. 51 Visioner Membudayakan visioner senantiasa selalu berkembang dan mengetahui perubahan- perubahan yang terjadi di belahan dunia manapun. 52 Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Budaya yang tersebut diatas diterapkan di lingkungan pesanten maupun di luar pesantren oleh semua civitas akademika PPMI Assalaam agar seluruh peserta didik dan tenaga pendidik hidup damai ditengah masyarakat. Dengan hal tersebut, maka peneliti memberikan analisis bahwa PPMI Assalaam adalah lembaga pendidikan yang mencerminkan sikap Inklusif Multikulturalis hal ini dibuktikan dengan diterapkannya budaya hidup berdasar pada Al Qur’an dan sunnah, disiplin berorganisai, ramah, damai, toleran dan visioner sehingga dapat hidup sebagai pengayom bagi siapapun dan di manapun baik muslim maupun non muslim. Selain itu budaya inklusif multikultural tersebut akan membekali anak setelah selesai mengenyam pendidikan di pondok untuk siap berinteraksi dengan budaya yang baru di luar pondok, yang pasti dan mungkin akan berinteraksi dengan orang lain yang berbeda agama, budaya, ras dan latar belakang sosio ekonomi. D. Metode Pendidikan agama Islam Inklusif Multikultural PPMI Assalaam Surakarta 50 Wawancara , Santri Tri Wahyu Aji, Muhammad ridwan Akbar, Ghoris, Muhammad Ericson Ziad, Akhmad Fauzi H, Annisa Qonita, Annis Waturodiah, Siti Z, diambil pada tanggal 13 Mei 2014. 51 Wawancara, Sekretaris PPMI Assalaam Arkaman Budiyanto, diambil pada tanggal12 Juli 2014. 52 Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah, Siti Kholifah dan Arkaman Budiyanto (Sekretaris PPMI Assalaam), diambil pada tanggal 22 Mei 2014 dan 12 Juli 2014. 11
  • 12. Agar peserta didik memiliki kesadaran beragama inklusif dan terhindar dari claim of truth dan claim of salvation dalam kepluralitas keagamaan, guru berperan dalam menanamkan siswa agar memiliki kemampuan menilai dan menghargai keberagaman agama. Untuk mencapai tujuan pendidikan inklusif multikulturalis tugas pendidik yakni salah satunya memilih metode dan strategi yang sesuai dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebelum mencari metode apa saja yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kesadaran inklusif multikulturalis, akan dijabarkan tentang kegiatan pendidikan dan pengajaran di PPMI Assalaam. PPMI Assalaam melaksanakan kegitan belajar mengajar dibagi menjadi dua yakni unit pendidikan kesantrian dan pendidikan sekolah formal. Jadi metode yang digunakan haruslah sesui dengan kebutuhan karena metode pendidikan selalu terkait dengan bagaimana dan di mana proses pendidikan berlangsung. Kurikulum 2013 mewajibkan guru untuk melakukan proses belajar yang saintifik, hal ini diterapkan guru PAI Assalaam dengan menggunakan metode-metode mengajar yang bernuansa cooperative learning. Strategi pembelajaran cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang dalam proses pembelajaran dilakukan secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif dalam pendekatan saintifik akan menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Cooperative learning digunakan untuk menandai adanya perkembangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisasikan konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Dalam tataran belajar dengan pendekatan multikultural, penggunaan strategi cooperative learning, diharapkan mampu meningkatkan kadar partisipasi siswa dalam melakukan rekomendasi nilai-nilai lokal serta membangun cara pandang kebangsaan. Berdasarkan himpunan keterangan dari bab III yang diambil dari wawancara, dokumentasi dan observasi metode pendidikan Agama Islam yang dapat meningkatkan kesadaran inklusif multikulturalis adalah; Pertama, Ceramah. Siswa mendengarkan penjelasan pengajar, Pengetahuan yang diperoleh tergantung daya tangkap yang dimiliki siswa. Metode ceramah dalam pembelajaran komparatif learning kurang begitu mendukung, karena dalam ceramah pendidikan berpusat pada guru. Kedua, tanya jawab. Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan- pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi. Metoda tanya jawab menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik. Metode tanya jawab jika digunaka dalam suasana inklusif multikulturalis akan memberikan ruang yang segar untuk saling bertukar informasi mengenai keanekaragaman lokal yang dimiliki masing masing anak, baik berupa pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki. Ketiga, diskusi. Diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis. Diskusi membuka suasa utnuk berdialog dan bertukar informasi yang dimiliki. Penggunaan metode diskusi dalam suasana pembelajaran yang multikultural akan membagun rasa toleransi dan saling menghargai perbedaan pendapat. Keempat, information search. Information search yaitu suatu cara yang digunakan guru dengan maksud meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan baik oleh pendidik maupun peserta didik sendiri, kemudian mencari informasi jawaban lewab membaca untuk menemukan informasi yang akurat. Metode ini diterapkan secara berkelompok 12
  • 13. akan membangun kesadaran untuk saling kerjasama dan saling membantu antar individu. Kelima, jigsaw yaitu strategi kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan tanggung jawab, strategi ini menjamin setiap peserta didik memikul tanggung jawab yang siknifikan dalam kelompok. Metode jigsaw sangat mendukung dalam rangka proses pendidikan agama Islam yang inklusif multikulturalis karena melibatkan interaksi yang kuat didalam kelas dan saling percaya satu sama-lain. Keenam, reading aloud atau disebut juga membaca lantang. Membaca keras dapat memfokuskan mental serata perhatian, menimbulkan pertanyaan pertanyaan dan merangsang untuk berdiskusi. Memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok kohesif. Ketujuh, demostrasi. Demostrasi adalah metode pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja mengenai materi sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Kedelapan, gallery walk (galeri belajar). Galeri belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah dipelajari siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Metode ini baik digunakan untuk membangun kerja sama, membuat suasana aktif, saling memberi apresiasi dan koreksi dalam kegiatan belajar. Metode ini dalam tujuannya sangat membantu anak untuk menumbuhkan kesadaran inklusif multikulturalis. Kesembilan, penugasan Kelompok. Metode penugasan adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui tugas siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Penugasan secara kelompok membuat anak dapat saling bekerjasama dan saling percaya dengan tugas tanggung jawab yang dibagi di dalam kelompoknya. Apabila penugasan dikerjakan diluar jam kelas akan menimbulkan kedekatan psikologis, kedekatan ini yang nantinya dapat membangkitkan siswa untuk saling menguatkan antar individu dalam kelompok. Kesepuluh, card sort. Card sort adalah metode aktifitas kolaboratif yang digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tetang objek atau mereview informasi. Metode ini meminta masing- masing kelompok siswa memepresentasikan isi kartu yang ada di kelompokknya. Metode card sort sangat baik diterapkan dalam pendidikan inklusif multikultural karena melibatkan ineraksi antar siswa. Kesebelas, smal group discussion. Smal group discussion adalah proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil guna memecahkan dan mendiskusikan beberapa topik permasalahan. Topik yang didiskusikan berupa materi yang sesuwi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penggunaan model diskusi adalah untuk mendorong (memotivasi) dan memberi stimulasi (rangsangan) kepada peserta didik agar berfikir dengan renungan yang dalam (refflective thinking). Metode ini baik digunakan dalam suasana inklusif multikulturalis karena akan memunculkan suasana dialog partisipatoris yang menyenagkan. Kedua belas, modeling the way (membuat contoh praktek). Modeling the way adalah strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan. strategi modeling the way termasuk strategi belajar aktif yang berfungsi untuk memaksimalkan potensi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga belajar menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan. Ketiga belas, group to group exchange. Group to group exchange adalah salah satu model belajar aktif yang menuntut siswa untuk berpikir tentang apa yang dipelajari, 13
  • 14. berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, bertanya dan membagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya. Group to group exchange memberi kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lainnya. Metode ini dapat mensituman anak untuk dapat menghargai ditengah perbedaan pola dan sudut perfikir setiap individu. Keempat belas, reword dan panisme dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar agar siswa. Reword disini diartikan sebagai cara menghargai setiap aktivitas positif siswa juga pemberian penghargaan setiap keunikan dan kearifan yang dimiliki anak. Tentunya keunikan dan kearifan anak sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan kulturnya. Kelima belas, keteladanan. Guru dalah vigur bagi murit-muritnya, sehingga menggunakan metode keteladanan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dipilih oleh guru PPMI Assalaam, agar anak memiliki kesadaran inklusif maka terlebih dahulu seorang guru menampakkan sifat inklusif. Guru yang inklusif akan menjadi contoh tidak langsung mengenai manfaat memiliki kesadaran inklusif multikulturalis dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Kelima belas, pemutaran vidio. Pemutaran vidio digunakan sebagai metode pembelajaran sangat mudah diterapkan sekaligus prosesnya menyenangkan karena mencakup audio, vidio dan visual. Pemutaran vidio juga dapat memberikan hiburan sekaligus pelajaran bagi siswa sehingga anak tidak mengalami kejenuhan selama proses belajar mengajar. Metrik 4 Metode Pendidikan Inklusif Multikulturalis PPMI Assalaam Surakarta. Jenis Diterapkan untuk Meningkatkan Kedasaran Inklusfi Multikulturalis Ceramah Lemah, karena tidak melibatkan interaksi siswa. 53 Tanyajawab Kuat, karena membangun dialog dua arah. 54 Diskusi Kuat, karena selain dialog siswa juga dapat bertukar informasi. 55 Information Search Lemah, karena tidak melibatkan interaksi siswa kecuali dilakukan secara berkelompok. 56 Jigsaw Kuat, karena di dalam jigsau dapat membangun saling kepercayaan antar individu. 57 Reading Aloud Lemah, karena interaksi antar siswa kurang begitu kental. 58 Demonstrasi Demonstrasi dapat secara kuat mendukung proses pembelajaran inklusif jika dilakukan kelompok, karena dalam demonstrasi siswa akan saling berdiskusi dalam rangka pendemonstrasian. 59 Gallery Walk Kuat, karena siswa dapat berinteraksi dengan bebas. 60 Penugasan Kuat, karena dapat meningkatkan kedekatan antar siswa dengan catatan penugasan dilakukan secara berkelompok. 61 Card Sort Kuat, karena dalam proses pembelajaran siswa saling berinteraksi dan diskusi. 62 Small Group Discussion Kuat, karena dapat membangun motivasi, merangsang dan merefleksi setiap argumen dalam diskusi. 63 Modeling The Way Kuat, apabila dilakukan secara kelompok karena anak akan dapat mengetahui potensi yang dimiliki temannya. 64 53Dokumentasi, RPP guru PAI diambil pada tanggal 23 Mei 2014. 54Observasi, Metode pembelajaran diambil pada tanggal 10 Mei 2014. 55Ibid., 56Wawancara, Siti Arofah diambil pada tanggal 22 Mei 2014 57Dokumentasi, RPP guru PAI diambil pada tanggal 23 Mei 2014. 58Ibid., 59Ibid., 64Ibid., 63Ibid., 14
  • 15. Group to Group Exchange Kuat, karnea dapat menstimulan rasa menghormati di tengah suasana diskusi yang berbeda sudut dan pola berfikir. 65 Reword dan Panisme Kuat, karena anak dapat saling menghargai di tengah perbedaan. Untuk panishment lebih baik dihindari dalam suasana multikultural. 66 Keteladanan Kuat, karena memberikan contoh inklusif secara langsung dapat membuat anak termotivasi untuk melakukan hal yang sama juga. 67 Pemutaran vidio Kuat, karena dapat secara langsung memvisualisasikan sifat inklusif multikultural. 68 Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan observasi Metode-metode tersebut di atas termasuk dalam metode active learning. Berdasarkan analisis, peneliti memahami bahwa metode pembelajaran aktif dapat mengasah dan meningkatkan kreativitas siswa sehingga memicu anak untuk senantiasa berkembang dan membuka diri ketika di dalam lingkungan kelas. Metode active learning yang tertera dalam matrik di atas tidak semua dapat secara maksimal menanamkan kesadaran inklusif multikultural. Misalnya penggunaan metode ceramah, information search, reading aloud. Ceramah merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga anak hanya mendengarkan kurang melakukan aktivitas, kurangnya interaksi antar anak membuat metode ini kurang support untuk menanamkan kesadaran inklusif multikultural. Reading aloud atau membaca keras menurut analisis 62Dokumentasi, loc.cit. 61Observasi, Metode pembelajaran diambil pada tanggal 10 Mei 2014. 60Ibid., 65Ibid., 66Wawancara, Siti Arofah diambil pada tanggal 22 Mei 2014. 67Ibid., 68Observasi, Metode pembelajaran diambil pada tanggal 22 Mei 2014. peneliti hanya mampu mengalihkan perhatian siswa dan memicu pertanyaan sehingga kurang mengantarkan anak untuk berinteraksi secara langsung. Begitu pula dengan information search, fokus anak akan tersita pada mencari jawaban yang akurat sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi aktif dengan temannya. Metode active learning dan cooparative learning ini dalam pendekatan saintifik berdasar kurikulum 2013 mengharuskan guru untuk melakukan budidaya anak. Budidaya artinya melakukan pengembangan nalar berfikir peserta didik. Dalam suasana multikultural pengembangan nalar berfikir akan meningkatkan dialog di tengah perbedaan yang ada, sehingga anak bisa secara bersama-sama untuk menarik kesimpulan berdasar kebenaran yang diyakini. Selain dengan metode pendidikan dan pemberian materi secara formal guru PAI Assalaam juga memberikan arahan kepada siswa untuk senantiasa memilki kesadaran inklusif dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Adapun arahan yang dimaksud oleh informan adalah tindakan pendidik kepada peserta didik misalanya, perintah, larangan, teguran. Pertama; Mengaplikasikan ketakwaan dengan pemahaman yang benar, bahwa semua manusia itu bersaudara dan mendapat perlakukan yang sama di hadapan Allah. Kedua, Penekanan tentang makna ajaran agama Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh manusia dan alam. Bahkan ajaran agama Islam telah diakui oleh orang non muslim bahwa ajaran Islam memiliki kecocokan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, Memberi penegasan tentang toleransi beragama itu berbeda dengan toleransi agama. Keempat, Menerangkan tentang pentingnya bersikap inklusif kepada anak. PAI Inklusif sangat dibutuhkan di lingkungan masyarakat dengan bersikap inklusif muncul rasa menghargai dan memahami orang lain. Kelima, Mengarahkan siswa agar memahami makna kehidupan multikultural dalam lingkungan pondok, pemaknaan tentang 15
  • 16. Pertama; Mengaplikasikan ketakwaan dengan pemahaman yang benar, bahwa semua manusia itu bersaudara dan mendapat perlakukan yang sama di hadapan Allah. Kedua, Penekanan tentang makna ajaran agama Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh manusia dan alam. Bahkan ajaran agama Islam telah diakui oleh orang non muslim bahwa ajaran Islam memiliki kecocokan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, Memberi penegasan tentang toleransi beragama itu berbeda dengan toleransi agama. Keempat, Menerangkan tentang pentingnya bersikap inklusif kepada anak. PAI Inklusif sangat dibutuhkan di lingkungan masyarakat dengan bersikap inklusif muncul rasa menghargai dan memahami orang lain. Kelima, Mengarahkan siswa agar memahami makna kehidupan multikultural dalam lingkungan pondok, pemaknaan tentang pendidikan multikultur sangat dibutuhkan agar tidak terjadi konflik dan dapat hidup damai di tengah keberagaman santri dan guru. .Kelima metode tersebut akan dirangkum dalam matrik metode penggunaan tindakan sebagain metode meningkatkan kesadaran inklusif multikultuiral PPMI Assalaam berikut ini; Matrik 5 Penggunaan tindakan sebagai metode Inklusif Multikultural Pondok Pesantren Islam Modern Assalaam Surakarta. Macam Definisi Arahan - Mengaplikasikan ketakwaan dengan benar, bahwa semua manusia bersaudara walau berbeda jenis kelamin, warna kulit, agama. 69 - Memahami makna kehidupan multikultural dalam lingkungan di pondok. 70 Perintah - Memaknai ajaran Islam sebagai rahmat adalah perwujutan sifat Allah pengasih dan penyayang untuk berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain atas dasar semangat saling mengasihi dan perduli. 71 69 Wawancara, Guru PAI Isti’anah, Siti Arofah, diambil pada tanggal 22 Mei 2014. 70 Ibid., - Bersikap inklusif, bersikap inklusif akan muncul rasa menghargai dan memahami orang lain. 72 Teguran Memaknai toleransi dengan benar, bahwa toleransi agama itu berbeda dengan toleransi antar umat beragama. 73 Sumber: berbagai sumber dari peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Berdasar pada penggunaan tindakan sebagai metode belajar oleh guru yang berupa arahan, perintah dan teguran tersebut di atas maka dapat dianalisis bahwa pemberian tindakan langsung dapat secara langsung meningkatkan kesadaran inklusif multikulturalis kepada siswa. Antara lain siswa akan lebih mengerti pentingnya mengaplikasikan ketakwaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari ketakwaan akan membekali siswa ketika berinteraksi dengan orang yang berbeda jenis kelamin, warna kulit, agama. Selain itu, siswa yang memaknai ajaran Islam sebagai rahmat berdampak pada akhlaknya yang santun saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain sehingga muncul rasa saling mengasihi dan perduli terhadap sesama. Sedangkan guru yang memberikan pengarahan kepada siswanya untuk memaknai toleransi dengan benar tidak akan mudah terpengaruh pada paham keagamaan yang melenceng. Kesadaran inklusif perlu diarahkan guru baik dalam KBM atau diluar KBM agar dalam diri anak muncul rasa menghargai dan memahami orang lain di lingkungan yang multikultur seperti di lingkungan pondok pesantren Assalaam. KESIMPULAN Berdasar hasil penelitian maka kesimpulannya adalah PPMI Assalaam adalah lembaga pendidikan dengan karakter pesantren yang 71 Ibid., 72 Ibid., 73 Ibid., 16
  • 17. berpola inklusif multikultural, hal ini didasarkan pada delapan aspek yakni; pertama, pengambilan nama assalām sebagai nama lembaga yang bermakna damai. Kedua, prinsip ra matan lil ‘ālamīnḥ sebagai prinsip keAssalaam. Ketiga, tujuan didirikan PPMI Assalaam adalah dakwah damai dan santun. Keempat, pemaknaan ajaran agama Islam dengan konsep keuniversalan ajaran. Kelima, landasan keAssalaaman adalah Al Qur’an dan As sunnah. Keenam, nilai-nilai filosofis dari Al Qur’an dan As Sunnah merupakan nilai yang digunakan dalam manajemen kelembagaan. Ketujuh, kittah perjuangan yang damai pada sesama dan kedelapan, cara pandang futuristik yang membuat PPMI Assalaam dapat berdiri di atas semua golongan. Sikap inklusif multikulturalis di PPMI Assalaam yakni; a’āt,ṭ ukhūwah, ta’ārūf, birr dan qiyām bilqi iṣṭ , adaptif, hidup moderen (memuat keikhlasan, kedisiplinan, ketertian, menjaga kebersihan, penuh kedamaian, penuh keteladanan), maju terhadap informasi teknologi, mandiri dan tanggung jawab, serta tidak berafiliasi dengan golongan tertentu, tafakkuh fī addīn, akhlāqul kārimah dan bisa hidup secara berjama’ah. Budaya inklusif multikulturalis PPMI Assalaam yakni; membudayakan Al Qur’an dan As Sunnah di segala aspek kehidupan, budaya SIMMPATIK, hidup sebagai pemberi ayoman, Assalaam (kedamaian), bertoleransi, hidup moderen (emansipatoris), dan visioner. Agar peserta didik memiliki kesadaran inklusif dan terhndar dari claim of truth, claim of salvation di lingkungan yang plural seorang pendidik berperan mengarahkan siswa agar memiliki kemampuan menilai dan menghargai keberagaman yang ada. Untuk mencapai hal tersebut, tugas seorang pendidik salah satunya adalah memilih metode dan strategi yang sesuai dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang inklusif multikulturalis. Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam di PPMI Assalaam dalam melaksanakan KBM perspektif inklusif multikulturalis adalah tanya jawab, diskusi, jigsaw, demostrasi, gallery walk, penugasan, card sort, small group discussion, modeling the way, group to group exchange, reword, keteladanan, dan tindakan langsung meliputi arahan, perintah serta teguran. Kesadaran beragama Islam inklusif (terbuka) memiliki banyak manfaat dalam berkehidupan, karena dengan keterbukaan akan berdampak pada sikap saling menghormati, menyayagi, toleransi, damai, harmonis dan masih banyak lagi. Sikap inklusif dalam suasana multikultural seperti di Indonesia sangat dibutuhkan untuk menjaga kesatuan bangsa, karena pentingnya sikap inklusif multikulturalis akan menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat Indonesia. Lembaga pendidikan seperti sekolah dan pesantren sebagai wadah untuk menanamkan persatuan dan kesatuan bangsa tentunya sangat penting untuk mendidik anak agar berkesadaran inklusif multikulturalis. Mengingat pentingnya kajian inklusivitas ajaran agama islam dalam masyarakat yang multikultural, maka peneliti memberikan beberapa saran rekomendasi bagi pemerhati, praktisi pendidikan dalam menentukan kebijakan selanjutnya, antara lain: Bagi Pelaksanaan pendidikan multikultural di lembaga pendidikan formal dan pesantren dapat diinterigasikan dalam sistim pendidikan melalui pemilihan metode pembelajaran yang mendukung. Berkesadaran inklusif dalam pendidikan multikultural seyogyanya menjadi bagian dari sistem pendidikan yang diprogramkan baik sebagai muatan lokal ataupun sebagai pengembangan kepribadian dalam wujud berbagai kegiatan untuk memperkuat pola sikap dan budaya inklusif multikultural. Praktisi pendidikan seperti guru, dosen, ustadh, dan staf pengajar hendaknya menanamkan nilai-nilai inklusif multikulturallisme dalam proses belajar mengajar. Penanamannya dapat melalui pola, sikap, budaya inklusif multikultural menjadi aturan berkehidupan di lingkungan pendidikan. Pemberian pemahaman tentang realitas multikultural diteruskan dengan mempraktekkan dalam kehidupan nyata akan 17
  • 18. berdampak pada kompetensi nilai-nilai inklusif multikulturalisme dalam diri peserta didik. Kesadaran inklusifitas beragama akhirnya akan dapat diimplementasikan dalam berbagai dimensi. Tidak lagi melalui pendidikan formal semata namun juga diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Selain itu perlu diadakan berbagai kajian seperti workshop, seminar atau pelatihan berkesadaran inklusif dalam ajaran agama Islam dan pendidikan multikultural untuk guru, para pengambil kebijakan baik di pusat dan di daerah. Demikian penelitian ini disampaikan semoga dapat menjadi sumbagan bagi kemajuan pendidikan agama Islam, dibutuhkan kritik dan masukan untuk semakin mengiatkan penelitan mengenai inklusivitas dan pendidikan multikultural. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Aly, 2007. Pendidikan Multikultural Pada Pesantren Assalaam Di Surakarta. Disertasi. Universitas Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. Andi Rahman Alamsyah (editor), 2009. Pesantren Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depak Kerjasama Lbsosio Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI. H.A.R Tilaar, 2003. Kekusaan dan Pendidikan Suatu Tinjauan dan Persepektif Studi Kultural. Magelang: Indonesiatera. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, 2001. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Kementrian Agama RI, 2009. Mushaf Al Qur’an Terjemah. Bandung; Nur Publishing. Kementrian Pendidikan RI, 2003 .Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20. Surakarta: Kharisma Solo. _____, 2005 .Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) no.14. Surakarta: Kharisma Solo. Kuntowijoyo, 1994. Paradigma Islam Integrasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Remaja Karya. Lexy J. Moleong, 2008. Metode Penelitian Kualtatif. Edisi Revisi. Bandunng: Rasindo Karya. M. B Miler dan Haberman.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press. M. Dawam Rahrjo, 2010. Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan. Jakarta: Kencana. Muhammad Nasir,1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Munir Mulkhal, 2000. Humanisasi Pendidikan. Bandung: Mizan. Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R dan D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto,1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Yusuf Al Qardawi, 2001. Inklusif dan Ekslusif. Jakarta: Pustaka Al Kaustar. Jurnal: Abdul Munir Mulkhan, 2001. Humanisasi Pendidikan Islam dan Tashwirul Afkar. Jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, edisi no.11. Husniyatus Salamah Zainiyati. Pendidikan Multikultural Upaya Membangun Keberagamaan Inklusif Di Sekolah. Jurnal Islamica, vol. 1, no. 2, Maret 2007. Mahmud Arif, Pendidikan Agama Islam Inklusif Multikultural. Jurnal Jurusan Pendidikan Agama Islam. Volume i, no 1, Juni 2012/1433. Musa Asy’arie, 2004. Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa, [artikel] http://www.kompas.com/kompas- cetak/0409/03/opini/1246546 Sayamsul Ma’arif,2012. Transformative Learning dalam Membangun Pesantren Berbasis Multikultural. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. Volume 1, no 1, juni, 2012. 18