Peserta mampu memahami konsep komunikasi massa, media massa, menyusun strategi komunikasi organisasi, dan mengembangkan media massa untuk penyebarluasan informasi organisasi.
Manajemen isu: Bagaimana membangun relasi ideal antara Lembaga Publik da Medi...Wahyu Dhyatmika
Manajemen Isu seharusnya menjadi bagian dari tugas Lembaga Publik untuk memastikan diseminasi informasi kepada publik bisa berlangsung efektif melalui media massa.
Manajemen isu: Bagaimana membangun relasi ideal antara Lembaga Publik da Medi...Wahyu Dhyatmika
Manajemen Isu seharusnya menjadi bagian dari tugas Lembaga Publik untuk memastikan diseminasi informasi kepada publik bisa berlangsung efektif melalui media massa.
Modul ini membahas strategi perancangan pelatihan untuk melakukan pemberdayaan sehingga penulis modul menempatkan proses pelatihan sebagai strategi perubahan sosial—dari pemikiran tertutup menuju pemikiran yang terbuka, dari pesimisme menuju optimisme, dari organisasi
yang stagnan menuju organisasi yang dinamis dan penuh semangat belajar (learning organization).
Ketiga-tiga peralatan ini mempuyai fungsi yang seakan sama.Cuma berbeza pada cara bekerja dan cara beroperasi dan rupa bentuk dan peralatan dalaman.
Kebanyakan perbezaan antara peralatan ini ialah pada spec dan bentuk sahaja.
Fungsi-fungsi terdapat yang sama dan seaakan-akan sama.
bahan tayang ini diperuntukkan bagi peserta pelatihan Manajemen Media Kehumasan Diklat Pembentukan Jabatan Pranata Humas , di Pusdiklat Kemkominfo Kelapa Dua Jakarta Barat, 30 Agustus 2017, dengan narasumber Dr Indiwan Seto Wahjuwibowo MSi, dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara . Narasumber bisa dihubungi via WA 082112297660
Hoke jadi kita sebagai orang yang membuat kebijakan (sometimes i feel hopeless mengingat banyaknya konspirasi atas kebijakan-kebijakan yang memihak rakyat yang ada di negeri kita yang belum digdaya ini), perlu buat menyosialisasikan kebijakan tsb. Bisa berupa info, ajakan, dll. Untuk menyosialisasikan itu, kita butuh media. Medianya bisa berupa: poster dan film. Dalam menyajikan pesan-pesan yang mau kita sampaikan melalui media-media itu, ga bisa asal. Ada ilmu buat menyajikannya. Dan itulah intisari matkul ini *wink*. Disini kreatifitas dan seni dibutuhin supaya hasilnya kekinian dan chethar.
Begitulah ya. Selamat Berkreasi !
Kurikulum Bimbingan Teknis Program Inkubasi Bisnis 2019Yossy Suparyo
Subdit Inovasi dan Penerapan Teknologi (Inovtek), Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia tengah menyiapkan modul dan bahan ajar untuk Program Inkubasi Bisnis 2019.
Peta Jalan Reformasi Tenurial Hutan di IndonesiaYossy Suparyo
Kehutanan Indonesia masih dihadapkan pada persoalan tenurial, di mana ketidakpastian dan ketimpangan penguasaan kawasan hutan telah menimbulkan konflik sosial dan menghambat pencapaian efektifitas pengelolaan hutan untuk kesejahteraa masyarakat dan kelestarian sumberdaya hutan. Persoalan tenurial kehutanan tidak hanya berkaitan dengan masyarakat adat ataupun masyarakat lokal tetapi juga kalangan bisnis kehutanan dan pemerintah. Tumpang tindih klaim atas kawasan hutan, pemberian izin yang tidak terkoordinasi, tidak adanya pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal telah memicu konflik-konflik tenurial di kawasan hutan.
Reformasi kebijakan tenurial tanah dan hutan telah dimandatkan melalui Ketetapan MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, UU NO. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria dan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, namun dalam implementasinya masih jauh dari harapan. Diperlukan arah perubahan kebijakan penguasaan kawasan huan yang jelas yang mencerminkan suatu kepastian dan keadilan, yaitu adanya sistem hukum dan kebijakan yang jelas untuk memberikan hak bagi pengguna hutan, dan memberikan hak dan akses bagi masyarakat yang hidupnya tergantung pada sumberdaya hutan.
Reformasi kebijakan tenurial kehutanan telah mendapatkan momentumnya dari konferensi internasional Penguasaan Hutan, Tata Kelola dan Usaha Kehutanan di Lombok pada 11-15 Juli 2011, di mana Kementerian Kehutanan dan UKP4 (Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan) telah menekankan pentingnya penyelesaian terhadap persoalan-persoalan tenurial kehutanan di Indonesia. Sebagai tindak lanjut hal itu, Kelompok Masyarakat Sipil Indonesia yang terdiri dari Epistema Institute, HuMa, FKKM, WG Tenure, KPA, KpSHK, Karsa,AMAN,Pusaka, JKPP, Sains, Kemitraan, KKI Warsi, Javlec, Scale Up, The Samdhana Institute dan Bioma dan sejumlah individu peneliti dan akademisi telah menyiapkan naskah peta jalan perubahan kebijakan tenurial hutan. Kelompok masyarakat sipil Indonesian mengusulkan tiga ranah perubahan sebagai cara untuk mereformasi kebijakan penguasaan tanah dan hutan. Ketiganya adalah: (1) Perbaikan kebijakan dan percepatan proses pengukuhan kawasan hutan; (2) Penyelesaian konflik kehutanan; (3) Perluasan wilayah kelola rakyat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya.
Presentasi GDM untuk Usulan Domain Desa.IDYossy Suparyo
Presentasi Gerakan Desa Membangun (GDM) untuk mengusulkan domain desa.id pada Diskusi Umum Terbuka (DUT) Pandi di Jakarta pada 12 Februari 2013. Kunjungi selengkapnya di http://desa.web.id
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
2. • Notebook dan Proyektor
2.7 Proses Penyajian
Untuk menyajikan materi dalam pokok bahasan ini, maka disusun proses
penyajian berikut ini:
Waktu Tahapan Fasilitasi
5 Menit Fasilitator menjelaskan tujuan, proses, dan hasil yang
diharapkan dari pokok bahasan Strategi Komunikasi Masa.
20 menit Fasilitator mempresentasikan materi dengan bantuan media
tayang atau ceramah.
5 menit Fasilitator membagi peserta menjadi dua kelompok
mengerjakan Lembar Kerja
30 menit Fasilitator mengajak peserta untuk merumuskan strategi
komunikasi massa dengan Lembar Kerja
20 menit Fasilitator mengajak peserta untuk presentasi dan
mengapresiasi hasil kerja kelompok
10 Menit Fasilitator mengucapkan penghargaan atas keterlibatan
peserta dalam pokok bahasan ini. Lalu, fasilitator menutup sesi
ini.
3. Apa situasinya
Sudah tepat
Lembar Kerja 2: Strategi Komunikasi Massa
Tahapan Pihak Terkait Diagram Alir
Mulai
Identifikasi isu
penting dalam
organisasi Anda
Apa media
yang tepat
untuk
menyebarluask
an isu Anda?
Bagaimana
Anda
mengukur
efektivitas
sebaran
informasi?
Apa dampak
perubahan
yang Anda
harapkan
Selesai
START
1. Apa isu yang Anda tawarkan ke publik?
2. Mengapa isu tsb penting dipahami publik?
3. Siapa target sasarannya?
SELESAI
Tidak
Ya
1. Identifikasikan media yang Anda gunakan?
2. Alasan Anda memanfaatkan media itu?
3. Bagaimana Anda mengemas informasi sesuai
dengan target khalayak media
Isu siap
diluncurkan?
Tidak
Ya
1. Cara menghitung jumlah khalayak media?
2. Bagaimana tanggapan mereka atas isu?
Informasi sampai
pada khalayak ?
1. Apa perubahan pandangan, sikap, perilaku
khalayak media?
2. Adakah perubahan regulasi?
Ada perubahan?
6. Dalam komunikasi massa, media massa memerankan posisi penting.
Liliweri (2010: 1920) menjelaskan peran media massa sebagai berikut:
1. Jendela. Media massa senantiasa berusaha menjadi jendela. Dari
jendela itu para komunikan bisa memandang dunia luar, melihat
sejumlah peristiwa di luar jendela.
2. Juru Bahasa. Media massa ibarat juru bahasa yang berperan
menerjemahkan suatu peristiwa dalam suatu makna tertentu.
3. Pembawa/Pengantar. Media massa ibarat tukang pos atau telegram.
Dia membawa informasi yang berbentuk pendapat orang
perorangan, organisasi, dan pemerintah, kepada komunikan.
4. Jaringan interaksi. Media massa dapat menjadi sarana atau jaringan
yang menghubungkan interaksi antarmanusia.
5. Papan petunjuk jalan. Media massa ibarat tanda lalulintas. Dia
memerintah, melarang, memberikan informasi tentang arah yang
boleh dan tidak boleh ditempuh oleh khalayak.
6. Cermin. Media massa ibarat cermin, dari media massa kita dapat
melihat wajah masyarakat.
7. Tirai penutup. Media massa menangkal informas buruk yang datang
dari luar demi tujuan tertentu.
Media Massa
Perkembangan media massa sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dan
teknologi. Literatur media sebelum 2000an didominasi oleh jenis dan cara
produksi media, yaitu media cetak, audio, dan audio visual. Media cetak
berupa suratkabar, majalah, buletin, dan jurnal. Media audio didominasi
oleh radio, sementara, media audiovisual merujuk pada televisi. Organisasi
media berkembang berdasarkan jenis media yang dikelola.
Perkembangan internet membuat organisasi media tidak dapat dibedakan
berdasarkan jenis media lagi. Teknologi internet mampu menjembatani
perkawinan media (media convergence) sehingga perusahaan suratkabar
bukan sematamata menerbitkan koran, tapi juga mengelola layanan portal
online serta audio dan video podcast. Satu liputan harus menghasilkan
berita cetak (foto dan tulisan) dan berita online (foto, tulisan, audio, dan
video). Para jurnalisnya harus mampu bekerja multitalenta karena
Peran Komunikator Massa
Organisasi Media Massa
Masyarakat/Massa
Institusi/Media