Dokumen tersebut memberikan panduan untuk membuat konten media sosial yang efektif dengan mempertimbangkan target audiens, topik yang relevan, dan pengukuran kinerja. Konten harus memberikan informasi, hiburan, atau interaksi, sesuai karakteristik channel dan minat pengguna. Pengukuran utama adalah pertumbuhan pengikut, tingkat keterlibatan, posting teratas dan terendah, serta sentimen komentar.
3. Masalah
Media Sosial
Media sosial sering diperlakukan seperti media konvensional lainnya, misalnya
menyebar brosur. Isinya jualan semua, posting berkali-kali dalam sehari, dan asyik
sendiri (one way communication).
Efeknya adalah engagement ratenya rendah dan follower growth juga akan stagnan
(tetap/tidak bergerak).
?
Yudhie Setiawan, M.Si
4. Media Sosial (1)
Who’s your target audience?
Kembali ke namanya, Media Sosial, berarti kita harus bersosialisasi dengan sesama
pengguna (terjadi engagement, two way communication), bukannya bicara dan asyik
sendiri. Maka poin utamanya adalah, kenali siapa diri kita dan target audience kita siapa.
Lalu ciptakan komunikasi dua arah dengan mereka sehingga diharapkan bisa terjadi
engagement (keterlibatan) melalui tersebut.
Yudhie Setiawan, M.Si
5. Media Sosial (2)
Media Komunikasi yang digunakan Target Audience (TA).
Kalau sudah tahu siapa yang akan kita ajak berkomunikasi, tetapkan media komunikasi
yang akan digunakan dan relevan dengan TA. Setiap media komunikasi (channel) punya
karakteristik masing-masing, sehingga bentuk komunikasinya tentu disesuaikan dengan
karakteristik tersebut.
Orang yang main Facebook jika boleh digeneralisir adalah orang yang suka cerita yang
agak panjang (story telling). Orang yang suka Instagram adalah mereka yang suka
dengan bahasa visual (foto) atau design foto yang bagus. Anak Twitter adalah mereka
yang suka sahut-sahutan dan diskusi. Orang Tiktok adalah mereka yang suka dengan
‘playful dance’ dan orang YouTube adalah mereka yang suka dengan video-video yang
seru atau bermanfaat.
Yudhie Setiawan, M.Si
6. Media Sosial (3)
Mengembangkan topik konten media sosial.
Mengembangkan konten media sosial sesuai dengan karakteristik dan target
audiencenya. Sebagai contoh, bila ingin menjual multivitamin, sementara target
audience memerlukan multivitamin biar mereka tetap fokus pada saat kerja. Maka
pemilik merk bisa mengangkat cerita yang menarik - misal tentang cara agar bisa tetap
fokus pada saat kerja di rumah sebelum menawarkan multivitaminnya. Jadi tidak
langsung menempelkan brosur di depan target audience (hard selling communication),
tapi mengobrol dahulu, setelah dekat baru memberikan penawaran penjualan. Inilah yang
dinamakan dengan soft selling communication.
Yudhie Setiawan, M.Si
8. 8
Introduction
This is example for a subtitle
Baseman
Social Media Content
Gary Vee
ü Encouraged people to generate content, either entertainment or information, to
grow and build audiences.
ü Gary Vee criticized people who wants fast results and get caught up by how
many people like their Instagram posts. “You are not in the business of getting
likes on Instagram, your business (is) to create awareness of whatever you
want”.
Entertaining Informative
And/Or
10. 10
Based on the Concept of Content above (1)
Seharusnya tidak ada lagi posting seperti berikut ini (Ilustrasi jelang Lebaran 2021):
”Untuk yang lagi
#DiRumahAja dan
nggak bisa pulang
mudik, kalau kamu
mau menghubungi
Ibumu hari ini untuk
menyapanya, kamu
mau bilang apa?”
Karena posting ini tidak termasuk ke informatif, emosional ataupun interactive. Tapi bisa diedit
menggunakan sudut pandang emosional, heart warming seperti berikut ini;
“Halo Selamat Pagi! Semangat ya hari ini, meski nggak mudik”.
Yudhie Setiawan, M.Si
Momentumnya dapat, isunya relevan.
Orang jadi tergerak hatinya untuk minimal
memberikan likes dan/atau komen.
11. 11
Based on the Concept of Content above (2)
Seharusnya tidak ada lagi posting seperti berikut ini (Ilustrasi akun media sosial saat bulan Ramadhan sebuah Supermarket):
Bu, mumpung lagi kumpul
#DiRumahAja ini, masak enak yuk
buat anak dan suami. Kayaknya
masak sop daging enak ini Bu
buat buka puasa. Kuahnya kental,
gurih, dagingnya empuk. Wah
mantap Bu. Ini saya/kami kasih
resepnya ya. [insert recipe here].
Nah kebetulan, lagi ada promo ini
Bu, biasa diantar ke rumah. WA
saja disini ya Bu”.
Si Ibu yang baca postingan ini akan bilang, “Ya udah tahu keles”. Bunyi
pesan postingan tersebut dirasakan hambar/basi oleh penerima pesan
(komunikan). Tapi bila diedit seperti berikut akan memberikan efek
komunikasi yang berbeda;
“Bu, banyak makan daging dan sayur itu
menyehatkan lho. Yuk beli (bikin)”
Yudhie Setiawan, M.Si
Jadi dengan pendekatan pesan
komunikasi ini, diharapkan ibu-ibu akan
lebih sayang sama Miminnya karena
tidak sekedar jualan, tapi memberikan
manfaat berupa informasi resep dan para
ibu juga tidak usah repot mencatat resep.
13. 13
Digital Marketing
Social Media
Dilihat berapa kali, diklik berapa kali, direspon berapa kali, dan
berapa persen pertumbuhannya dari waktu ke waktu. Kalau di
media konvensional, hanya bisa diperoleh pengukuran ’kira-
kira’ yang disediakan sama provider channelnya, misal di TV,
dilihat kira-kira berapa orang berdasarkan rating. Kalau di surat
kabar, informasi yang diperoleh hanya berapa eksemplar. Kalau
di Billboard, kira-kira ada berapa kendaraan yang lewat di jalan
tersebut.
Salah satu keunggulan Digital Marketing
dibandingkan dengan pemasaran
konvensional adalah measurable (dapat
diukur), bisa diukur segala variabelnya.
90%
Yudhie Setiawan, M.Si
14. e
b
f
l
s
m
5 Pengukuran Media Sosial paling dasar yang biasa dilakukan di Indonesia
Andin Rahmana, 2020.
]
…
Followers Growth
Engagement Rate
Top Post & Worst Post
Sentiment
Top Issue / FAQ (Frequently Asked
Question)
Yudhie Setiawan, M.Si
15. 15
Followers Growth (1)
Best practice:
Bandingkan persentase (%) bulan ini per channel/akun dibandingkan
dengan:
- Persentase growth bulan lalu
- Persentase growth pesaing (Competitor)
Social Media
Yudhie Setiawan, M.Si
Kenaikan follower selama 1 bulan sebanyak berapa persen.
Rumus:
((Follower akhir bulan - Follower awal bulan) / Follower awal bulan)) x 100.
Misalnya, diketahui:
Follower 1 September = 10.000
Follower 30 September = 12.000
Ditanyakan Berapa % kenaikan followernya?
= (( 12.000 - 10.000) / 10.000)) x 100.
= 20%
16. 16
Engagement Rate (2)
Best practice:
- Bandingkan engagement rate semua Posts, lalu dirata-rata untuk
memperoleh engagement rate Akun secara keseluruhan.
- Bandingkan engagement rate beberapa pesaing (Competitor).
- Bandingkan engagement rate bulan ini vs bulan lalu.
Social Media
Yudhie Setiawan, M.Si
Postingan kita direspon seberapa banyak orang dibandingkan follower kita.
Rumus:
(( Likes + Comment + Share ) / Follower) x 100.
Misalnya, diketahui:
Total Engagement (Likes+Comment+Share) = 300
Follower = 10.000
Ditanyakan Berapa % Engagement Ratenya?
= ( 300 / 10.000) x 100.
= 3%
17. 17
Top Post & Worst Post (3)
Social Media
Yudhie Setiawan, M.Si
Dari semua posting kita dalam sebulan, orang-orang paling suka posting
yang mana? Dan postingan mana yang paling kurang (tidak bagus)
responnya?
Rumus:
Bandingkan Engagement rate dari semua postingan,
Yang tertinggi berarti ‘Top Post’,
Yang terendah berarti ‘Worst Post’.
Hasil learning dari posting yang bagus dan tidak bagus, bisa menjadi strategi
untuk bulan berikutnya.
18. 18
Sentiment (4)
Social Media
Yudhie Setiawan, M.Si
Pengukuran variabel ini bergantung pada penggunaan aplikasi
perangkat lunak Social Media Listening. Comment netizen
kebanyakan sentimennya positif/netral/negatif?
Kalau pakai tools (alat) Social Media Listening seperti
Mediawave/Sonar/NoLimit, bisa langsung keluar persentasenya (%).
Kalau mau dicoba sendiri, silahkan diambil sampel misal 100 komen,
terus dipisah-pisah yang memuji, tidak setuju, dan biasa saja. Misal,
muncul seperti berikut ini:
Total percakapan = 1.200 komentar,
Positif = 12%
Netral (biasa saja) = 68%
Negatif = 20%.
Kalau komentar netizen negatif, jangan didiamkan saja, coba berikan
feedback lagi apa yang membuat mereka tidak nyaman, sebisa
mungkin diajak mengobrol dan diberikan solusi jalan tengah yang
terbaik.
19. 19
Top Issue / FAQ (5)
Social Media
Yudhie Setiawan, M.Si
Apa topik yang paling sering ditanyakan dan dibahas orang di
website Perusahaan. Misal Perusahaan menjual makanan, ternyata
orang-orang paling sering bertanya tentang:
- Awet berapa lama: 230 pertanyaan
- Ongkos kirimnya berapa: 61 pertanyaan
- Dibuat dari bahan apa: 27 pertanyaan
- Dst.
Dari Top Issue ini, kita jadi tahu concern/pertimbangan utama dari
target audience apa, dan supaya tidak berulang-ulang ditanyakan,
Tim media sosial bisa membuat Instagram Story Highlight tentang
FAQ atau membuat postingan langsung di timeline.
20. 20
Cara mengukurnya adalah
dengan melihat di Google
Analytics, seberapa banyak
orang yang datang ke Website
yang berasal dari Media Sosial.
Bila website menggunakan
tambahan aplikasi UTM untuk
lebih jelas melihat apakah
mereka datang dari tiap
channel:
FB/Twitter/Instagram/YouTube ,
dll.
How to Measure
Variabel Tambahan
untuk dipertimbangkan
Media sosial agak sulit untuk menjadi tempat konversi.
Biasanya dari media sosial harus dilanjutkan lagi ke Website,
Direct Message (DM) atau WhatsApp buat bertanya-tanya.
Social Media - Conversion
Yudhie Setiawan, M.Si
Click to Web / DM / WA