SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
SOCIAL EVIDENCE BASED PRACTICE SEBAGAI 
PARADIGMA BARU SISTEM PEMBELAJARAN 
(Pujiriyanto)1 
Abstract 
Education paradigm is necessary to be changed in the global era as part of education 
reform in Indonesia. The educational system is influenced by the social system at 
macro, meso, and micro level so that the education system must be responsive and 
actively adapt to social system changes. The concept of work, family, and 
community are changes systematically. Industrial age is shifted to the information 
age so the community will appear with different unique characteristics. There are 
two important aspects to be concerned that are the management and the teaching 
methods. Education management should more open to the network for knowledge 
sharing. Learning methods should be changed, in order to support learners become 
knowledge creators and participants who are actively involved in the learning 
process. Educational institutions must develop partnerships and networks with other 
agencies around the world. 
Keywords: management, learning methods, new paradigm, social system 
Pendahuluan 
Pendidikan merupakan suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem 
lain di luar dirinya dengan proses pembelajaran di dalamnya sebagai sub sistemnya. 
Pengalaman historis menunjukkan standar proses pembelajaran masih jauh dari 
dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik akan kebutuhan belajar bermakna 
yang akhirnya memenuhi ekspetasi masyarakat akan hadirnya lulusan yang memiliki 
kualifikasi memadai. Kebijakan pendidikan nasional sebagai acuan proses 
pembelajaran seringkali justeru tidak konsisten dan terlalu pragmatis, bahkan 
bersifat kontra produktif dan mendistorsi standar proses. Misalnya kebijakan UAN 
bagaimanapu telah menyebabkan beroperasinya paradigma lama dalam sistem 
pembelajaran di banyak lembaga pendidikan khususnya sekolah. 
Sistem pembelajaran pendidikan paradigma lama menempatkan siswa sebagai 
objek pembelajaran bukan individu yang aktif mengkontruksi pengetahuan dan 
menemukan makna belajarnya sendiri. Sekolah seolah menjadi institusi pendidikan 
1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan FKIP UNS
yang memiliki batas sistem sangat jelas dan bersifat tertutup. Pengalaman dan 
keluasan sumber belajar direduksi dalam teks-teks yang terstruktur yang 
mengkooptasi pemikiran pendidik dan peserta didik, yang miskin aktivitas falsifikasi 
teori dan konsep. Kelas-kelas seharusnya produktif menghasilkan knowledge creator 
berdasar pemikiran kritis menjadi knowledge recontruction bukan knowledge 
production. Falsifikasi seolah menjadi menjadi tabu, karena pada akhirnya sistem 
menuntut kembali menjadi para penghafal konsep dan teori. Peserta didik cenderung 
mengalami cognitive load karena dominasi content transmission yang tidak bisa 
digeneralisasi dan dioperasikan dalam gelanggang kehidupan karena lepas kontek. 
Praktek-praktek ilmiah diredusir dalam nuansa pengabaran teori yang miskin aksi 
berdasarkan fakta lapangan yang bisa mengantarkan peserta didik pada “AHA”. 
Adam (2009; 180) menyatakan di dunia luar banyak praktek-praktek ilmiah yang 
bisa menjadi sumber belajar bahkan dikontruksi menjadi teori-teori yang bisa 
dipelajari. Adam menyatakan pentingnya evidence based practice sebagai kerja 
sosial pendidikan. Konsekwensinya institusi pendidikan harus menjadi sistem yang 
lebih berani terbuka sebagai paradigma baru dalam implementasi pembelajaran. 
Fenomena perubahan sistem sosial yang ada di masyarakat baik pada level 
makro, meso maupun mikro seringkali luput dari perhatian insititusi pendidikan 
seolah merepresentasikan diri sebagai sistem yang tertutup. Faktanya mayoritas 
peserta didik mempelajari fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan beragam 
pengetahuan yang jauh dari dunia nyata dengan dominasi metode-metode 
pengabaran buku teks (content transmission) dibanding kontruksi secara induktif. 
Peserta didik jarang memiliki otonomi atau kontrol terhadap proses belajarnya 
sendiri, terpola mengikuti aturan dan kebijakan dalam format disiplin yang kaku. 
Orientasi belajar adalah mengejar prestasi kognitif yang keberhasilannya diukur 
dengan tolok ukur kuantitatif, sementara idealisme pendidik dipasung dalam 
kepentingan administratif. Fiksasi dan marjinalisasi terhadap proses pendidikan 
telah, sedang, dan mungkin masih terus akan terjadi. Cole dalam Luis C. Moll 
(1990: 106) menegaskan bahwa pendidikan merupakan perangkat intelektual, 
namun tanpa konteks bagaimana diaplikasikan perangkat ini akan gagal.
Interaksi budaya dalam proses pembelajaran seolah menjadi blackbox atau 
kotak masif yang tabu untuk dibuka bahkan ditinjau kembali untuk menemukan 
kesadaran perlunya reorientasi paradigma dalam otoritas pendidik. Pemenuhan 
standar proses pembelajaran seolah menjadi lapis kedua yang seringkali luput dari 
dialog pengawas sekolah dengan para guru karena masing-masing masih melayani 
kepentingan penilaian administratif. Di perguruan tinggi saja masih hangat 
bagaimana akreditasi dilakukan BAN menggunakan instrumen generik untuk 
beragam prodi sehingga diagnosis menjadi tidak akurat. Beruntung hal ini sudah 
diperbaiki meskipun spirit administratif masih tetap mendominasi. 
Eksistensi dominasi metode-metode pembelajaran berpusat pada pendidik 
secara linear bisa dikorelasikan dengan keengganan untuk merubah dan berinovasi 
dengan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada peserta didik. Metode 
yang memenuhi kebutuhan perkembangan dan kebutuhan belajar peserta didik ideal 
menjadi paradigma dasar dalam memilih dan menetapkan metode. Reigeluth 
(1983:19) dalam taksonomi variabel pembelajaran telah jelas memposisikan 
karakteristik siswa sebagai fokus utama manipulasi metode pembelajaran disamping 
karakteristik bidang studi dan tujuan pembelajaran. Pola relasi kuasa antara peserta 
didik dan pendidik dalam struktur kelas masih dominan, otoritas yang dimiliki 
pendidik cenderung dipakai untuk mendukung eksistensi kewibawaan namun 
mengalahkan kemaslahatan bagi peserta didik. 
Hal ini diperparah dengan kebiasaan kebijakan pendidikan yang justeru 
memperkuat struktur relasi yang timpang dengan kuatnya pembakuan instrumentasi 
dalam mengontrol aktifitas pembelajaran. Data produk instrumentasi justeru dipakai 
sebagai rujukan bagi penyelesaian masalah pembelajaran semakin menyebabkan 
fiksasi terhadap program pengembangan kualitas pembelajaran dan kualitas guru 
oleh pemerintah. Diagnosis riil atas dasar praktek, tacit knowledge, dan suara hati 
pendidik serta peserta didik sulit teraktualisasikan dan diakomodasi dalam 
perumusan kebijakan pendidikan. 
Instrumentasi di beberapa perguruan tinggi juga masih nampak masih mensub-ordinatkan 
kepentingan akademik yang lambat laun mematikan kreatifitas dan 
menyebabkan pembusukan akademik (academic decay). Contoh nyata sebelum
adanya tenaga administrasi di prodi banyak aktifitas ketua prodi lebih menonjol 
dalam tugas, fungsi dan jebakan administratif daripada yang seharusnya melakukan 
pengembangan akademik. 
Fenomena masalah-masalah di atas bisa menjadi faktor penyebab stagnasi 
dunia pendidikan yang seringkali menjadi gagap dan beroperasi dalam mode-mode 
“discharge” berbau proyek. Hal ini bisa dianalogkan bahwa sistem pendidikan 
beroperasi dalam deret hitung sedangkan perubahan sistem sosial beroperasi dalam 
deret ukur. Lulusan dunia pendidikan sering mengalami stigmatisasi “produk gagal” 
atas dasar fakta pengangguran terdidik justeru terus meningkat. Era reformasi tidak 
berdaya dalam mentransformasi paradigma karena kenyataan digerus oleh politisasi 
bidang pendidikan dengan kebijakan pemerintah yang lebih bersifat “deklaratif” 
atau boleh disebut “kebijakan wacana” tanpa komitmen jelas. Contohnya kebijakan 
20% anggaran pendidikan merupakan bentuk kebohongan terhadap publik dengan 
memasukkan unsur gaji dan tunjangan tenaga kependidikan yang berarti 
mengabaikan peningkatan mutu pendidikan. 
Perubahan sosial dan implikasi terhadap perubahan paradigma 
Paradigma seperti apakah yang diperlukan dan seperti apakah paradigma baru 
serta implikasi dari paradigma baru tersebut? Untuk menjawab hal tersebut perlu 
dianalisis dua proses perubahan besar akibat perubahan sosial, yaitu; 
1. Proses pertama dimulai adanya upaya untuk merubah namun parsial, dan adanya 
kegiatan berpikir akan perubahan paradigma (sebatas pemikiran), memodifikasi, 
dan melakukan penyesuaian 
2. Proses kedua adalah perubahan secara sistemik diikuti pergeseran paradigma dan 
transformasi. 
Perubahan sistem pendidikan diperlukan karena lingkungan dari sistem 
berubah secara dramatis. Alvin Toffler’s (1970) memetakan ada tiga gelombang 
perubahan yaitu; 1. Pengembangan agrikultur, 2. Revolusi industri (kemampuan 
fisik), dan 3. Revolusi informasi (kemampuan mental). Gelombang perubahan ini 
telah mempengaruhi kehidupan terutama keluarga, dunia bisnis, transportasi, dan 
pendidikan yang bisa digambarkan sebagai berikut:. 
Gelombang Agraris Industri Informasi
perubahan 
Keluarga Keluarga besar 
(extended family) 
Keluarga inti Orangtua yang bekerja 
Bisnis Keluarga Birokrasi Tim 
Transportasi Kuda Kereta Pesawat dan mobil 
Pendidikan Sekolah terbatas 
pada ruang 
Sistem saat ini Bagaimana menyamakan 
perbedaan (fenomena 
muncul suku-suku virtual) 
Reish dan Kohde (2000: 201) menyatakan ada 6 perubahan besar yang 
membentuk praktek kerja sosial dan pendidikan yaitu; globalisasi ekonomi, 
perubahan iklim politik, perkembangan penggunaan teknologi, pergeseran 
demografi dan dampaknya terhadap kota-kota, perubahan layanan agen sosial, dan 
perubahan yang terjadi di universitas. Perubahan ini nampaknya akan berdampak 
secara sistemik. 
Perubahan sistemik merupakan transformasi yang fundamental dan merupakan 
perubahan besar di masyarakat yang memerlukan perubahan seluruh sistem sosial 
secara sistemik. Pendidikan sebagai suatu sistem sangat dipengaruhi oleh perubahan 
sistem yang menjadi lingkungannya baik ada level mikro, mezzo, maupun 
lingkungan makro. Realitas dunia pendidikan (nasional) dalam posisi tertinggal 
mengikuti perkembangan dan perubahan sistem dari yang seharusnya berjalan. 
Sistem pendidikan selalu lambat bereaksi karena minimnya kepemimpinan dan 
kecenderungan sistem yang dibangun dijiwai kepentingan kestabilan dan 
kemudahan pengelolaan administratif terhadap kinerja. Orientasi rendah kepada 
human investment sebagai modal utama dianggap tidak mendukung social glamour 
menyebabkan keengganan untuk masuk ke dalam sikap visioner. 
Universitas seharusnya menjadi katalisator perubahan sistemik, namun 
terjebak pada perlombaan ikon-ikon social glamour seperti universitas kelas dunia, 
namun tidak siap dengan mereformasi diri dari involusi akademik. Rendahnya 
apresiasi akademik dan dominasi anggaran untuk pembangunan fisik masih 
berkiblat sebatas demi kelancaran dan peningkatan kualitas belajar mengajar 
(teaching university) namun masih rendah apresiasi untuk kepentingan riset 
(research university) dan investasi terhadap sumber daya manusia. Involusi yang 
panjang ini akhirnya menyebabkan investasi sumber daya yang tidak jelas
pemakaiannya. Pernyataan diri sebagai world class university (WCU) masih bersifat 
deklaratif yang tidak didukung komitmen jelas. 
Tantangan globalisasi di semua sektor mendorong perlunya perubahan 
paradigma terhadap sistem pendidikan yang baru. Nampak bahwa sense of 
belonging menjadi kunci penting perubahan, melibatkan kesadaran seluruh 
masyarakat bahwa sesuatu yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Spirit, 
keinginan politik, dan komitmen yang kuat dari masyarakat yang menjadi kekuatan 
paradigma sistem pendidikan yang baru karena masih sulit bisa mengharapkan 
pemerintah yang selalu sibuk dengan dunia politik. 
Paradigma baru sistem pendidikan yang diperlukan 
Menjawab tantangan dan kebutuhan global dua aspek dalam sistem 
pendidikan yang memerlukan perubahan dan pengkajian untuk ditransformasikan ke 
dalam paradigma baru yaitu metode pembelajaran dan manajemen pengelolaaan 
pendidikan. 
1. Aspek metode pembelajaran 
Metode pembelajaran harus bergerak dari pola komunikasi pembelajaran 
satu arah (jarum hipodermis) menjadi multi arah. Pendidik bukanlah satu-satunya 
sumber belajar namun semua adalah sumber belajar. Pendidik yang baik adalah 
yang belajar dan mengajar demikian peserta didik yang baik adalah yang belajar 
dan mengajar. Posisi pendidik dan peserta didik bersifat egaliter, pendidik 
menjadi kolaborator sumber daya dan mitra belajar. Posisi pendidik memang 
tidak tergantikan meskipun kemajuan teknologi sudah memungkinkan 
terlaksananya pola interaksi multi arah. Pembelajaran adalah pertemuan budaya 
(idiosyncratic response) tidak mungkin semua bisa diperankan oleh teknologi 
layaknya interaksi antara manusia, meskipun postmodernisme menelurkan 
gagasan munculnya machinic phylum2. 
Pembelajaran harus meletakkan otonomi dan kontrol belajar pada peserta 
didik dan membumikan tanggung jawab untuk menjadi generasi yang mampu 
belajar berkelanjutan. Pendidik harus mau terus belajar dari praktek empiris 
2 Robert Pepperell menyebutnya sebagai machinic phylum meminjam istilah Gilles Deleuze 
(2009), pg. 04 atau disebut mesin-mesin otonom yang mobile
(continuous professional authentic learning) yang terproyeksikan oleh peserta 
didik. Paradigma ini merupakan cara pandang dan orientasi baru terhadap 
keyakinan epistimologis bahwa pengetahuan dan ketrampilan lebih bermakna 
apabila individu belajar terlibat aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri. 
Pada perjalanannya bukan berarti meninggalkan metode-metode di bawah payung 
behavioristik namun pendidik perlu mengorientasikan diri dalam 
mengembangkan otonomi belajar. 
Alasan lain adalah fakta neo behavioristik telah mencapai psikologi 
transendental dalam upaya meletakkan kontrol diri pada peserta didik dalam 
merespon lingkungan dan melakukan adaptasi berdasar pengalaman spiritual 
pribadinya. Metode pembelajaran layak dipilih yang menumbuhkan kepercayaan 
diri dan konsep diri yang baik, proaktif, saling berbagi informasi, meningkatkan 
keterampilan kerjasama dan berkomunikasi, berpikir kritis, berempati, 
memahami, menghormati perbedaan pendapat dan banyak harapan positif 
lainnya. Hal seperti ini diharapkan memberikan kemampuan peserta didik untuk 
menghadapi realitas kehidupan dalam konteks kesehariannya. 
2. Aspek manajemen lembaga pendidikan 
Manajemen itu sendiri bergerak dari yang beroperasi sendiri berubah 
kepada upaya membangun jaringan3. Orientasi-orientasi lembaga pendidikan 
yang hanya berada pada red ocean (bermain pada area persaingan yang sama) 
akan menyebabkan in-efisiensi karena pengaruh struktur birokrasi. Lembaga 
pendidikan harus membangun lompatan dengan memanfaatkan teknologi 
informasi dalam menyuarakan sebagaimana cara kerja Steve Jobs4 dimana nilai-nilai 
yang merupakan karakteristik lokal dibangun oleh institusi pendidikan 
tersebut. Pada tataran ini institusi pendidikan masuk pada blue ocean 
(penambahan nilai), dan diteruskan dengan perspektif global untuk 
mengembangkan local wisdom. 
3 EMIS (Education Management Information System) merupakan contoh embrio manajemen 
berbasis jaringan 
4 Tiga cara mengkomunikasikan nilai-nilai diajukan Steve Jobs dalam Carmine Gallo “The innovation 
secrets of Steve Jobs” 2011, pg. 211-212
Sumber-sumber belajar online dalam bentuk jaringan pengetahuan, portal 
pengetahuan, telelearning, kelas maya, dan bentuk lain akan menggerakkan setiap 
insitusi menjadi knowledge creator yang produktif, terutama hasil riset. Insitusi 
pendidikan tidak perlu memandang institusi lain sebagai kompetitor atau rival 
tetapi sebagai mitra yang saling menghormati keunikan masing-masing. 
Pemerintah sebagai pengelola pendidikan sebaiknya menempatkan diri sebagai 
fasilitator untuk menjaga identitas profesionalisme institusi pendidikan dan SDM 
kependidikan sesuai karakter bangsa bukan justru mendistorsi melalui beragam 
program dengan pendekatan proyek. 
Implementasi tidaklah semudah membalik telapak tangan, karena melibatkan 
dukungan banyak pihak dan banyak ekses yang ditimbulkan seperti perubahan peran 
baik lembaga pendidikan maupun peran pendidik, peserta didik serta orang-orang 
yang termasuk dalam sistem pendidikan. Namun, sikap visioner melalui konteks 
perubahan ini akan memberikan kejelasan arah bagaimana sektor pendidikan dapat 
bersinergi seiring kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan, dunia 
usaha, dan perubahan sosial masyarakat dengan output pendidikan lebih berkualitas. 
Bagaimana langkahnya? 
Perubahan paradigma sistem pendidikan tersebut harus dimulai dari 
pemahaman mengenai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat informasi sehingga 
proses pendidikan dan pelatihan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Berikut 
perubahan beberapa aspek akibat pergeseran dari masyarakat industri ke masyarakat 
informasi. 
Industrial age Information age 
Bureaucratic organization 
Autocratic leadership 
Centralized control 
Adversarial relationships 
Mass production, etc 
Compliance 
Conformity 
One-way communications 
Compartmentalization 
Division of labor 
Team organization 
Shared leadership 
Autonomy, accountability 
Cooperative relationships 
Customized production, etc. 
Initiative 
Diversity 
Networking 
Holism 
Integration of tasks
Perubahan di atas menyebabkan perubahan konsep tentang tempat kerja, 
keluarga, dan masyarakat namun penulis akan membahas perubahan konsep tempat 
kerja dan keluarga dalam kaitan dengan pendidikan5. 
a. Konsep tempat kerja (work place) dan pendidikan 
Tempat kerja berubah dari suatu aktifitas individual (berpikir dan 
bertindak sendiri) menjadi suatu tempat untuk saling bekerjasama dan bahkan 
suatu tempat untuk berinisiatif. Kerjasama bisa dilakukan di era teknologi dan 
bahkan menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi. Tempat kerja bahkan menurut 
Webster (2011: 714) menggunakan istilah “workplace learning” menekankan 
seorang profesional yang “belajar” bukan pada terminologi “pengembangan” 
karena “pengembangan” bersifat embbeded dalam aktifitas belajar bukan 
sekedar partisipasi dalam program yang bersifat isidental dalam pengembangan 
diri6. Identitas profesional dikenali dari aktifitas bekerja sambil belajar. Don 
Tapscott dalam Macrowikinomic (2010: 07-09) menyatakan adanya lompatan 
baru dunia dari ekonomi mikro ke ekonomi makro dan teknologi nampak bisa 
menjadi basis pengembangan profesionalisme. 
Dunia pendidikan tentu harus menyesuaikan dengan melakukan 
perubahan kurikulum, namun kenyataan peserta didik tidak mendapatkan 
kondisi cukup belajar bermakna karena adanya peningkatan biaya pendidikan. 
Secara implisit nampak ada kebutuhan dalam bentuk hidden curriculum yang 
bisa memfasilitasi laju dan kebutuhan belajar setiap individu secara fleksibel 
dengan bantuan teknologi. Implikasinya perlu perubahan paradigma tentang 
belajar yaitu; 
Belajar 
Time-based Attainment-based 
Group-based Person-based 
Teacher-based Resource-based 
5 Lingkungan terdekat dan banyak memiliki implikasi langsung 
6 Sejalan life long education
Konsep utama yang ingin dipenuhi adalah belajar tuntas yang 
memberikan penekanan-penekanan pada kemajuan belajar secara berkelanjutan 
(continuous progress), perencanaan belajar atas kebutuhan individu (personal 
learning plans customized), penilaian berbasis kinerja (performance-based 
assessment (PBA), dan belajar berbasis kinerja (performance-based learning 
(PBL). Selain itu proses belajar lebih bersifat kerjasama (cooperative 
learning/teams), penggunaan teknologi sebagai alat, menempatkan guru sebagai 
pelatih atau fasilitator, mengajarkan ketrampilan berpikir, dan membuat makna 
serta mengembangkan ketrampilan interpersonal. Konsep ini mengisyaratkan 
bahwa belajar dan aktifitas pendidikan7 arenanya jauh melampaui insitusi 
sekolah dan atau pendidikan. Brown (2000: 348) mengatakan arena pendidikan 
meliputi arena ekonomi untuk mempertahankan keterampilan di dunia kerja, 
politik untuk pendidikan politik, dan kristalisasi mobilisasi komunitas, dan 
teknis belajar menggunakan media generasi terbaru. Reigeluth (2009: 14) 
bahkan menyatakan tanpa perubahan paradigma reformasi yang dilakukan tidak 
akan berarti dan tetap akan membuang banyak anak-anak potensial di sekolah. 
b. Konsep keluarga dan pendidikan 
Pada sisi keluarga juga terjadi pergeseran bahwa pada era sekarang 
banyak keluarga sebagai institusi sosial mengalami masalah kurangnya 
komunikasi sesama anggota keluarga, kebutuhan emosional dan fisik kurang 
terpenuhi, kurangnya disiplin, lebih suka mengontrol secara fisik dan mental 
terhadap orang lain, dan kurang peduli satu sama lain. 
Dunia pendidikan perlu merubah paradigma sistem pendidikan yang 
hanya berorientasi pada pencapaian target tanpa memperhatikan lingkungan 
sebagai konteks berlangsungnya proses pendidikan terutama keluarga. Dewey 
dalam Alan Orstein (1985: 133) menekankan pentingnya sekolah 
memperkenalkan siswa kepada masyarakat dan budayanya sesuai minat, bakat, 
dan masalah. Secara spesifik Stephen N. Elliot (2000: 18) menegaskan keluarga 
khususnya orangtua memiliki dampak pencapaian belajar anak terutama; 1. 
7 Belajar lebih menekankan pengalaman individu dan aktifitas pendidikan lebih merupakan aktifitas 
sosial
kesan terhadap sekolah, guru, dan belajar , 2. Aktifitas dan keterlibatan orangtua 
dalam aktifitas sekolah terproyeksikan oleh anak, dan 3. Pola asuh 
mempengaruhi keterlibatan anak di sekolah. 
Pendidikan nampak perlu memperhatikan lingkungan, menjaga 
komunikasi dengan para orangtua, dan konsen pada masa anak-anak secara 
keseluruhan8 yang relatif merupakan generasi terbaru. Konsekwensi dari hal ini 
maka; 
a) Pendidik perlu memperhatikan fokus tanggung jawab pada pendidikan usia 
dini terutama selama masa usia penting. 
b) Pendidik berorientasi untuk bertanggungjawab mendidik kepada seluruh 
anak secara keseluruhan, bukan hanya yang ada dalam sistem persekolahan 
c) Setiap sekolah hendaknya membatasi diri akan jumlah siswa atau class size 
untuk menjaga efektifitas agar tercipta lingkungan yang kondusif dan 
perlakuan individu. 
d) Setiap peserta didik seharusnya mengembangkan kontrak belajar (baik 
karakter9 maupun subtansi) dengan guru dan orangtua untuk memberikan 
dukungan konteks. 
Fokus belajar nampak bergeser sehingga diperlukan perubahan-perubahan 
fundamental sistem pendidikan. Ada isu-isu umum yang muncul terkait perubahan 
paradigma yaitu paradigma tentang mengajar harus fokus kepada kemaslahatan 
peserta didik dan diperlukannya struktur organisasi yang lebih fleksibel, banyak 
pilihan, dan bersifat suportif (pendukung) bukan kontrol kekuasaan. Fisher dalam 
Scrimshaw (1993: 08) bahkan sampai pada kesimpulan bahwa belajar secara efektif 
bisa benar-benar terjadi jika terjadi pertukaran pengalaman tanpa input dari sumber 
yang lebih berpengetahuan, guru bisa berdiri di belakang atau membiarkan pebelajar 
untuk untuk bereksplorasi dengan situasi menurut kebebasan, atau mencari situasi 
tertentu di mana peserta didik dan pendidik merupakan mitra dalam posisi egaliter. 
Kesimpulannya institusi pendidikan harus menjadi suatu sistem pembelajaran 
yang meletakkan orientasinya pada pemberian pengalaman belajar dengan dukungan 
administrasi dan tata kelola yang baik. Institusi pendidikan harus bisa menjadi agen 
8 Teori struktural fungsionalis menekankan pendidikan universal untuk mengurangi social diss-order 
9 Pelibatan keluarga khususnya dan masyarakat dalam pelaksanaan secara interaktif dialektis
bagi terjadinya transformasi kultur belajar. Masyarakat perlu dilibatkan dalam 
mendesain ulang sistem pembelajaran institusi pendidikan dengan proses 
perancangan yang lebih etis (bebas kepentingan politik) dan perkuatan masyarakat 
sekolah untuk merancang masa depan sendiri. Otonomi institusi pendidikan dan 
kewenangan lebih luas bisa menjadi momentum dari keperluan ini. 
Implikasi terhadap layanan 
Institusi pendidikan sebagai suatu sistem layanan kependidikan harus lebih 
terbuka untuk kerjasama yang melibatkan interdisiplin (interdisciplinary 
collaboration), secara intensif mempertahankan usaha-usaha sekolah berkelanjutan 
dan kemungkinan menyongsong otonomi yang lebih besar menjadi sekolah mandiri 
baik dalam kebijakan maupun menjadi sekolah atau guru yang menginspirasi 
masyarakat. 
Tuntutan ini berimplikasi kepada penyelenggaraan calon guru atau tenaga 
kependidikan baik dari sisi metode pendidikan dan latihan guru dalam jabatan 
maupun pra jabatan. Mulai dari input sampai dengan proses pendidikan dan 
penempatan. Regulasi yang tepat dan mandat yang jelas kepada LPTK. LPTK perlu 
diperkuat dalam menyelenggarakan inservice training baik penguatan kapasitas 
lembaga, SDM penyelenggara pendidikan dan latihan guru, juga dari sisi 
pengembangan riset di bidang kependidikan. 
Implementasi paradigma baru Sisdiknas 
Output yang bagaimana yang dapat kita harapkan dari suatu proses perubahan 
pendidikan dalam menuju kearah peningkatan kualitas adalah tergantung dari 
bagaimana kita mengimplemantasikan, dengan tetap berkomitmen dan berpegang 
pada aspek perubahan paradigma baru sistem pendidikan dan stressing nya 
difokuskan terhadap hal-hal berikut: 
a. Sistem pendidikan harus diimplementasikan dengan berpegang pada prinsip 
“muatan lokal, orientasi global” sebagaimana ide Don Tapscott dalam 
Macrowikonomic. 
b. Kandungan dan muatan kurikulum berbasis penciptaan kompetensi secara 
holistik (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan mengeliminasi terjadinya 
proses fiksasi sehingga perlu ada pengkajian ulang UAN.
c. Proses belajar mengajar harus berorientasi pada pemecahan masalah riil dalam 
kehidupan, tidak sekedar pengkabaran buku teks penyebab cognitive load dan 
menghasilkan un-school mind. Proyek-proyek pengadaan buku yang otoriter 
perlu dihapuskan, arahkan ke publikasi digitalisasi dan buku murah dengan 
dukungan dana pemerintah. 
d. Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan harus mempunyai 
kemampuan merangsang dan mengembangkan kecerdasan majemuk peserta 
didik (group based ke person based), biarkan suku-suku maya berkembang 
sebatas pada aktifitas keilmuan. Pusatkan peran sebagai kolaborator 
interdisipliner. 
e. Aksesibilitas terhadap teknologi informasi ditingkatkan agar dapat tercipta 
jejaring pendidikan antar sekolah dan lembaga lainnya baik melalui pengurangan 
kesenjangan digital maupun pengembangan melek TIK. 
f. Manajemen pendidikan harus berbasis sekolah yang mengintegrasikan sistem 
informasi terpadu (EMIS) untuk menunjang proses administrasi yang bernilai 
strategis 
g. Otoritas pemerintah daerah diharapkan lebih berperan dalam menunjang 
infrastruktur pendidikan sesuai strategi otonomi daerah yang diterapkan secara 
nasional. Pemerintah pusat berikan contoh penerapan 20 % anggaran APBN 
secara riil bukan deklaratif. 
Penutup 
Ada kesepakatan bahwa “nasib” keberhasilan anak bangsa ini untuk dapat 
berkompetisi dan berhasil memenangkan persaingan di segala sektor di era global 
ini berada pada institusi pendidikan yang didukung oleh sistem pendidikan yang 
berparadigma baru. Keunggulan kompetitif memerlukan dukungan masyarakat 
berpartisipasi dalam menumbuhkan dan menciptakan inovasi yang berharga bagi 
perkembangan dunia pendidikan. Tiadanya inovasi menyebabkan ketertinggalan 
dunia pendidikan akan tuntutan masyarakat terlebih tuntutan masyarakat global. 
Indonesia tidak seharusnya menghasilkann lulusan yang kurang percaya diri, tidak 
mandiri, dan selalu tergantung pada pihak lain. Perspektif masyarakat terhadap 
pendidikan harus mampu menjembatani dan mengatasi kesenjangan antara proses,
hasil, dan pengalaman selama di bangku sekolah dengan kenyataan tuntutan hidup 
yang riil. Konsep pendidikan menjadi pendidikan tidak terbatas (waktu, lokasi). 
Marginalisasi diri harus dicegah dengan perubahan paradigma akan sistem 
pendidikan yang menuju keinginan untuk melakukan suatu perubahan kearah 
perbaikan. 
DAFTAR PUSTAKA 
Adams., Betts, K., Matto, H., Lecroy., & Winston, C. (2009). Limitations of 
Evidence-Based Practice for Social Work Education: Journal of social work 
education; spring 2009; 45, 2; proquest sociology pg. 165 
Bown, Lalage (2000). Lifelong learning: Ideas and achievements at the threshold 
of the twenty-first century. Compare; Oct 2000; 30, 3; ProQuest Research 
Library 
Elliot, Stephen N., Kratochwill, TR., Cook, JL., & Travers, JF (2000). Educational 
Psychology (3rd). Effective teaching, effective learning. Boston: Mc. 
Grawhill 
Gallo, Carmine (2011). The Innovation Secrets of Steve Jobs. Insanely Different 
Principles to Breaktrough Success. New York: Mc. Grawhill. 
Michael, Reish; Jarman-Rohde, Lily (2000). The Future of Social Work in the 
United States: Implications for Field Education. Journal of Social Work 
Education; Spring/Suhmmer 2000; 36, 2; ProQuest Sociology pg. 201 
Moll, Luis C. (1990). Vygotsky and Education. Instructional implications and 
applications of sociohistorical psychocology. Australia: Cambridge 
University Press. 
Ornstein, Alan C., & Levine, Daniel L. (1984). An Introduction to the Foundations 
on Education. Boston: Hounghton Mifflin Company. 
Pepperell, Robert (2009). Posthuman (kompleksitas dan kesadaran, manusia dan 
teknologi). Yogyakarta: Kreasi Wacana. 
Reigeluth, Charles M (1983). Instructional Design- Theories and Models. An 
overview of their current status. London: LEA Publisher 
Reigeluth, Charles M., & Carr-Chellman, Alison A,. (2009). Instructional Design- 
Theories and Models. Building a common knowledge base (3rd). New York 
and London: Routledge Tailor and Francis Publisher
Sarvage, Laura (2009). Who is the “Professional” in a Professional Learning 
Community? An Exploration of Teacher Professionalism in Collaborative 
Professional Development Settings. Canadian Journal Of Education 32, 1 
(2009): 149-171 
Scrimshaw, Peter. (1993). Language, Classroom and Computers. London: 
Routledge. 
Tapscott, Don & William, D. Anthony (2010). Macrowikinomics. Rebooting 
Business and the World. London: Penguin Group 
Toffler, Alvin (1970). The Future Shock. USA: Random House 
Webster-Wright, Ann (2009). “Reframing Professional Development Through 
Understanding Authentic Professional Learning” Journal of Education, 
June 2009 pg. 702-739
Social evidence based practice

More Related Content

What's hot

TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKATTAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKATDede Sutisna
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatAinur
 
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial pptManusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial pptJaya Purnama
 
Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)
Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)
Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)Johanes Rionaldo Sitinjak
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan Dadang Solihin
 
Identifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencana
Identifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencanaIdentifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencana
Identifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencanaPekerja Sosial Masyarakat
 
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank SampahProses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank SampahSidi Rana Menggala
 
Peranan petugas pengembangan masyarakat
Peranan petugas pengembangan masyarakatPeranan petugas pengembangan masyarakat
Peranan petugas pengembangan masyarakatAnank Clalu Stia
 
Psikologi Keluarga
Psikologi KeluargaPsikologi Keluarga
Psikologi KeluargaElvira Ulni
 
Administrasi kesejahteraan sosial
Administrasi kesejahteraan sosialAdministrasi kesejahteraan sosial
Administrasi kesejahteraan sosialsybillanavara
 
Praktik pekerja sosial dengan klien
Praktik pekerja sosial dengan klienPraktik pekerja sosial dengan klien
Praktik pekerja sosial dengan klienHIMA KS FISIP UNPAD
 
Sepuluh Tantangan Utama di Masa Depan
Sepuluh Tantangan Utama di Masa DepanSepuluh Tantangan Utama di Masa Depan
Sepuluh Tantangan Utama di Masa DepanNur Angraini
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 

What's hot (20)

Kebijakan Publik
Kebijakan PublikKebijakan Publik
Kebijakan Publik
 
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKATTAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHAPAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
 
Perspektif pekerjaan sosial
Perspektif pekerjaan sosialPerspektif pekerjaan sosial
Perspektif pekerjaan sosial
 
Kesejahteraan sosial dasar
Kesejahteraan sosial dasarKesejahteraan sosial dasar
Kesejahteraan sosial dasar
 
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial pptManusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
 
Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)
Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)
Contoh Penerapan Intervensi Pekerja Sosial dengan Kelompok (Group Work)
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Evaluasi Kinerja Kebijakan
 
Peran fasilitator dalam peld
Peran fasilitator dalam peldPeran fasilitator dalam peld
Peran fasilitator dalam peld
 
Konsep masyarakat
Konsep masyarakatKonsep masyarakat
Konsep masyarakat
 
Identifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencana
Identifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencanaIdentifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencana
Identifikasi dan pengkajian potensi dan sumber kebutuhan korban bencana
 
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank SampahProses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
 
Ppt pekerjaan sosial
Ppt pekerjaan sosialPpt pekerjaan sosial
Ppt pekerjaan sosial
 
Peranan petugas pengembangan masyarakat
Peranan petugas pengembangan masyarakatPeranan petugas pengembangan masyarakat
Peranan petugas pengembangan masyarakat
 
Psikologi Keluarga
Psikologi KeluargaPsikologi Keluarga
Psikologi Keluarga
 
Administrasi kesejahteraan sosial
Administrasi kesejahteraan sosialAdministrasi kesejahteraan sosial
Administrasi kesejahteraan sosial
 
Praktik pekerja sosial dengan klien
Praktik pekerja sosial dengan klienPraktik pekerja sosial dengan klien
Praktik pekerja sosial dengan klien
 
Sepuluh Tantangan Utama di Masa Depan
Sepuluh Tantangan Utama di Masa DepanSepuluh Tantangan Utama di Masa Depan
Sepuluh Tantangan Utama di Masa Depan
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 

Viewers also liked

Тигран Гукасян. Качество vs Расходы
Тигран Гукасян. Качество vs РасходыТигран Гукасян. Качество vs Расходы
Тигран Гукасян. Качество vs РасходыWikimart
 
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02BM English Speaking
 
Reorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guru
Reorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guruReorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guru
Reorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guruPuji Riyanto
 
Google Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetrics
Google Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetricsGoogle Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetrics
Google Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetricsWikimart
 
2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights
2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights
2014: Wikimart and the Russian Ecommerce HighlightsWikimart
 
Colgate nirma
Colgate nirmaColgate nirma
Colgate nirmarasharo
 
«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time
«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time
«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief TimeWikimart
 
Роль стантартов в развитии On line торговли
Роль стантартов в развитии On line торговлиРоль стантартов в развитии On line торговли
Роль стантартов в развитии On line торговлиWikimart
 
Онлайн-ритейл в России: Перспективы и действия
Онлайн-ритейл в России: Перспективы и действияОнлайн-ритейл в России: Перспективы и действия
Онлайн-ритейл в России: Перспективы и действияWikimart
 
Tinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulis
Tinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulisTinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulis
Tinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulisPuji Riyanto
 
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02BM English Speaking
 
Sinusitis aguda y crónica- rinitis alérgica
Sinusitis aguda y crónica- rinitis alérgicaSinusitis aguda y crónica- rinitis alérgica
Sinusitis aguda y crónica- rinitis alérgicaMario RodriguezySilva
 
Professional Presentation Skills - BM Seminar Series
Professional Presentation Skills - BM Seminar SeriesProfessional Presentation Skills - BM Seminar Series
Professional Presentation Skills - BM Seminar SeriesBM English Speaking
 
Cosmetics buying behaviour in India
Cosmetics buying behaviour in IndiaCosmetics buying behaviour in India
Cosmetics buying behaviour in Indiarasharo
 
Business English Workshop - BM Seminar Series
Business English Workshop - BM Seminar SeriesBusiness English Workshop - BM Seminar Series
Business English Workshop - BM Seminar SeriesBM English Speaking
 

Viewers also liked (15)

Тигран Гукасян. Качество vs Расходы
Тигран Гукасян. Качество vs РасходыТигран Гукасян. Качество vs Расходы
Тигран Гукасян. Качество vs Расходы
 
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
 
Reorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guru
Reorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guruReorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guru
Reorientasi paradigma kebijakan pengembangan profesionalisme guru
 
Google Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetrics
Google Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetricsGoogle Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetrics
Google Analytics vs Omniture SiteCatalyst vs In-ouse Webanalytics at iMetrics
 
2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights
2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights
2014: Wikimart and the Russian Ecommerce Highlights
 
Colgate nirma
Colgate nirmaColgate nirma
Colgate nirma
 
«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time
«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time
«Викиномика в действии» - Интервью Камиля Курмакаева Chief Time
 
Роль стантартов в развитии On line торговли
Роль стантартов в развитии On line торговлиРоль стантартов в развитии On line торговли
Роль стантартов в развитии On line торговли
 
Онлайн-ритейл в России: Перспективы и действия
Онлайн-ритейл в России: Перспективы и действияОнлайн-ритейл в России: Перспективы и действия
Онлайн-ритейл в России: Перспективы и действия
 
Tinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulis
Tinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulisTinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulis
Tinjauan sosio historis strategi pengembangan kemampuan menulis
 
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
Bmseminar successininterview-ratneshadesai-140729050340-phpapp02
 
Sinusitis aguda y crónica- rinitis alérgica
Sinusitis aguda y crónica- rinitis alérgicaSinusitis aguda y crónica- rinitis alérgica
Sinusitis aguda y crónica- rinitis alérgica
 
Professional Presentation Skills - BM Seminar Series
Professional Presentation Skills - BM Seminar SeriesProfessional Presentation Skills - BM Seminar Series
Professional Presentation Skills - BM Seminar Series
 
Cosmetics buying behaviour in India
Cosmetics buying behaviour in IndiaCosmetics buying behaviour in India
Cosmetics buying behaviour in India
 
Business English Workshop - BM Seminar Series
Business English Workshop - BM Seminar SeriesBusiness English Workshop - BM Seminar Series
Business English Workshop - BM Seminar Series
 

Similar to Social evidence based practice

Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalDesentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalH4llud4l
 
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAdministrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAnggraeni Novita Sari
 
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikPembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikIrma Fitriani
 
Administrasi pendidikan
Administrasi pendidikanAdministrasi pendidikan
Administrasi pendidikanlidya_emilinda
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikanFreddy Indra
 
8. ayu wulandari (06111404008)
8. ayu wulandari (06111404008)8. ayu wulandari (06111404008)
8. ayu wulandari (06111404008)Dewi_Sejarah
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxhasrinafebriani06
 
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarPengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarRomi Dwi Syahri
 
BUDAYA SEKOLAH
BUDAYA SEKOLAHBUDAYA SEKOLAH
BUDAYA SEKOLAHSitti Aysa
 

Similar to Social evidence based practice (20)

Problematika sejarah
Problematika sejarahProblematika sejarah
Problematika sejarah
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan PembelajaranUTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
 
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalDesentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
materi IPS SD
materi IPS SDmateri IPS SD
materi IPS SD
 
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAdministrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
 
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikPembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
 
Materi iv
Materi ivMateri iv
Materi iv
 
Administrasi pendidikan
Administrasi pendidikanAdministrasi pendidikan
Administrasi pendidikan
 
Definisi komuniti pembelajaran
Definisi komuniti pembelajaranDefinisi komuniti pembelajaran
Definisi komuniti pembelajaran
 
Analisis kritis 2
Analisis kritis 2Analisis kritis 2
Analisis kritis 2
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 
8. ayu wulandari (06111404008)
8. ayu wulandari (06111404008)8. ayu wulandari (06111404008)
8. ayu wulandari (06111404008)
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarPengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
BUDAYA SEKOLAH
BUDAYA SEKOLAHBUDAYA SEKOLAH
BUDAYA SEKOLAH
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

Social evidence based practice

  • 1. SOCIAL EVIDENCE BASED PRACTICE SEBAGAI PARADIGMA BARU SISTEM PEMBELAJARAN (Pujiriyanto)1 Abstract Education paradigm is necessary to be changed in the global era as part of education reform in Indonesia. The educational system is influenced by the social system at macro, meso, and micro level so that the education system must be responsive and actively adapt to social system changes. The concept of work, family, and community are changes systematically. Industrial age is shifted to the information age so the community will appear with different unique characteristics. There are two important aspects to be concerned that are the management and the teaching methods. Education management should more open to the network for knowledge sharing. Learning methods should be changed, in order to support learners become knowledge creators and participants who are actively involved in the learning process. Educational institutions must develop partnerships and networks with other agencies around the world. Keywords: management, learning methods, new paradigm, social system Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain di luar dirinya dengan proses pembelajaran di dalamnya sebagai sub sistemnya. Pengalaman historis menunjukkan standar proses pembelajaran masih jauh dari dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik akan kebutuhan belajar bermakna yang akhirnya memenuhi ekspetasi masyarakat akan hadirnya lulusan yang memiliki kualifikasi memadai. Kebijakan pendidikan nasional sebagai acuan proses pembelajaran seringkali justeru tidak konsisten dan terlalu pragmatis, bahkan bersifat kontra produktif dan mendistorsi standar proses. Misalnya kebijakan UAN bagaimanapu telah menyebabkan beroperasinya paradigma lama dalam sistem pembelajaran di banyak lembaga pendidikan khususnya sekolah. Sistem pembelajaran pendidikan paradigma lama menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran bukan individu yang aktif mengkontruksi pengetahuan dan menemukan makna belajarnya sendiri. Sekolah seolah menjadi institusi pendidikan 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan FKIP UNS
  • 2. yang memiliki batas sistem sangat jelas dan bersifat tertutup. Pengalaman dan keluasan sumber belajar direduksi dalam teks-teks yang terstruktur yang mengkooptasi pemikiran pendidik dan peserta didik, yang miskin aktivitas falsifikasi teori dan konsep. Kelas-kelas seharusnya produktif menghasilkan knowledge creator berdasar pemikiran kritis menjadi knowledge recontruction bukan knowledge production. Falsifikasi seolah menjadi menjadi tabu, karena pada akhirnya sistem menuntut kembali menjadi para penghafal konsep dan teori. Peserta didik cenderung mengalami cognitive load karena dominasi content transmission yang tidak bisa digeneralisasi dan dioperasikan dalam gelanggang kehidupan karena lepas kontek. Praktek-praktek ilmiah diredusir dalam nuansa pengabaran teori yang miskin aksi berdasarkan fakta lapangan yang bisa mengantarkan peserta didik pada “AHA”. Adam (2009; 180) menyatakan di dunia luar banyak praktek-praktek ilmiah yang bisa menjadi sumber belajar bahkan dikontruksi menjadi teori-teori yang bisa dipelajari. Adam menyatakan pentingnya evidence based practice sebagai kerja sosial pendidikan. Konsekwensinya institusi pendidikan harus menjadi sistem yang lebih berani terbuka sebagai paradigma baru dalam implementasi pembelajaran. Fenomena perubahan sistem sosial yang ada di masyarakat baik pada level makro, meso maupun mikro seringkali luput dari perhatian insititusi pendidikan seolah merepresentasikan diri sebagai sistem yang tertutup. Faktanya mayoritas peserta didik mempelajari fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan beragam pengetahuan yang jauh dari dunia nyata dengan dominasi metode-metode pengabaran buku teks (content transmission) dibanding kontruksi secara induktif. Peserta didik jarang memiliki otonomi atau kontrol terhadap proses belajarnya sendiri, terpola mengikuti aturan dan kebijakan dalam format disiplin yang kaku. Orientasi belajar adalah mengejar prestasi kognitif yang keberhasilannya diukur dengan tolok ukur kuantitatif, sementara idealisme pendidik dipasung dalam kepentingan administratif. Fiksasi dan marjinalisasi terhadap proses pendidikan telah, sedang, dan mungkin masih terus akan terjadi. Cole dalam Luis C. Moll (1990: 106) menegaskan bahwa pendidikan merupakan perangkat intelektual, namun tanpa konteks bagaimana diaplikasikan perangkat ini akan gagal.
  • 3. Interaksi budaya dalam proses pembelajaran seolah menjadi blackbox atau kotak masif yang tabu untuk dibuka bahkan ditinjau kembali untuk menemukan kesadaran perlunya reorientasi paradigma dalam otoritas pendidik. Pemenuhan standar proses pembelajaran seolah menjadi lapis kedua yang seringkali luput dari dialog pengawas sekolah dengan para guru karena masing-masing masih melayani kepentingan penilaian administratif. Di perguruan tinggi saja masih hangat bagaimana akreditasi dilakukan BAN menggunakan instrumen generik untuk beragam prodi sehingga diagnosis menjadi tidak akurat. Beruntung hal ini sudah diperbaiki meskipun spirit administratif masih tetap mendominasi. Eksistensi dominasi metode-metode pembelajaran berpusat pada pendidik secara linear bisa dikorelasikan dengan keengganan untuk merubah dan berinovasi dengan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada peserta didik. Metode yang memenuhi kebutuhan perkembangan dan kebutuhan belajar peserta didik ideal menjadi paradigma dasar dalam memilih dan menetapkan metode. Reigeluth (1983:19) dalam taksonomi variabel pembelajaran telah jelas memposisikan karakteristik siswa sebagai fokus utama manipulasi metode pembelajaran disamping karakteristik bidang studi dan tujuan pembelajaran. Pola relasi kuasa antara peserta didik dan pendidik dalam struktur kelas masih dominan, otoritas yang dimiliki pendidik cenderung dipakai untuk mendukung eksistensi kewibawaan namun mengalahkan kemaslahatan bagi peserta didik. Hal ini diperparah dengan kebiasaan kebijakan pendidikan yang justeru memperkuat struktur relasi yang timpang dengan kuatnya pembakuan instrumentasi dalam mengontrol aktifitas pembelajaran. Data produk instrumentasi justeru dipakai sebagai rujukan bagi penyelesaian masalah pembelajaran semakin menyebabkan fiksasi terhadap program pengembangan kualitas pembelajaran dan kualitas guru oleh pemerintah. Diagnosis riil atas dasar praktek, tacit knowledge, dan suara hati pendidik serta peserta didik sulit teraktualisasikan dan diakomodasi dalam perumusan kebijakan pendidikan. Instrumentasi di beberapa perguruan tinggi juga masih nampak masih mensub-ordinatkan kepentingan akademik yang lambat laun mematikan kreatifitas dan menyebabkan pembusukan akademik (academic decay). Contoh nyata sebelum
  • 4. adanya tenaga administrasi di prodi banyak aktifitas ketua prodi lebih menonjol dalam tugas, fungsi dan jebakan administratif daripada yang seharusnya melakukan pengembangan akademik. Fenomena masalah-masalah di atas bisa menjadi faktor penyebab stagnasi dunia pendidikan yang seringkali menjadi gagap dan beroperasi dalam mode-mode “discharge” berbau proyek. Hal ini bisa dianalogkan bahwa sistem pendidikan beroperasi dalam deret hitung sedangkan perubahan sistem sosial beroperasi dalam deret ukur. Lulusan dunia pendidikan sering mengalami stigmatisasi “produk gagal” atas dasar fakta pengangguran terdidik justeru terus meningkat. Era reformasi tidak berdaya dalam mentransformasi paradigma karena kenyataan digerus oleh politisasi bidang pendidikan dengan kebijakan pemerintah yang lebih bersifat “deklaratif” atau boleh disebut “kebijakan wacana” tanpa komitmen jelas. Contohnya kebijakan 20% anggaran pendidikan merupakan bentuk kebohongan terhadap publik dengan memasukkan unsur gaji dan tunjangan tenaga kependidikan yang berarti mengabaikan peningkatan mutu pendidikan. Perubahan sosial dan implikasi terhadap perubahan paradigma Paradigma seperti apakah yang diperlukan dan seperti apakah paradigma baru serta implikasi dari paradigma baru tersebut? Untuk menjawab hal tersebut perlu dianalisis dua proses perubahan besar akibat perubahan sosial, yaitu; 1. Proses pertama dimulai adanya upaya untuk merubah namun parsial, dan adanya kegiatan berpikir akan perubahan paradigma (sebatas pemikiran), memodifikasi, dan melakukan penyesuaian 2. Proses kedua adalah perubahan secara sistemik diikuti pergeseran paradigma dan transformasi. Perubahan sistem pendidikan diperlukan karena lingkungan dari sistem berubah secara dramatis. Alvin Toffler’s (1970) memetakan ada tiga gelombang perubahan yaitu; 1. Pengembangan agrikultur, 2. Revolusi industri (kemampuan fisik), dan 3. Revolusi informasi (kemampuan mental). Gelombang perubahan ini telah mempengaruhi kehidupan terutama keluarga, dunia bisnis, transportasi, dan pendidikan yang bisa digambarkan sebagai berikut:. Gelombang Agraris Industri Informasi
  • 5. perubahan Keluarga Keluarga besar (extended family) Keluarga inti Orangtua yang bekerja Bisnis Keluarga Birokrasi Tim Transportasi Kuda Kereta Pesawat dan mobil Pendidikan Sekolah terbatas pada ruang Sistem saat ini Bagaimana menyamakan perbedaan (fenomena muncul suku-suku virtual) Reish dan Kohde (2000: 201) menyatakan ada 6 perubahan besar yang membentuk praktek kerja sosial dan pendidikan yaitu; globalisasi ekonomi, perubahan iklim politik, perkembangan penggunaan teknologi, pergeseran demografi dan dampaknya terhadap kota-kota, perubahan layanan agen sosial, dan perubahan yang terjadi di universitas. Perubahan ini nampaknya akan berdampak secara sistemik. Perubahan sistemik merupakan transformasi yang fundamental dan merupakan perubahan besar di masyarakat yang memerlukan perubahan seluruh sistem sosial secara sistemik. Pendidikan sebagai suatu sistem sangat dipengaruhi oleh perubahan sistem yang menjadi lingkungannya baik ada level mikro, mezzo, maupun lingkungan makro. Realitas dunia pendidikan (nasional) dalam posisi tertinggal mengikuti perkembangan dan perubahan sistem dari yang seharusnya berjalan. Sistem pendidikan selalu lambat bereaksi karena minimnya kepemimpinan dan kecenderungan sistem yang dibangun dijiwai kepentingan kestabilan dan kemudahan pengelolaan administratif terhadap kinerja. Orientasi rendah kepada human investment sebagai modal utama dianggap tidak mendukung social glamour menyebabkan keengganan untuk masuk ke dalam sikap visioner. Universitas seharusnya menjadi katalisator perubahan sistemik, namun terjebak pada perlombaan ikon-ikon social glamour seperti universitas kelas dunia, namun tidak siap dengan mereformasi diri dari involusi akademik. Rendahnya apresiasi akademik dan dominasi anggaran untuk pembangunan fisik masih berkiblat sebatas demi kelancaran dan peningkatan kualitas belajar mengajar (teaching university) namun masih rendah apresiasi untuk kepentingan riset (research university) dan investasi terhadap sumber daya manusia. Involusi yang panjang ini akhirnya menyebabkan investasi sumber daya yang tidak jelas
  • 6. pemakaiannya. Pernyataan diri sebagai world class university (WCU) masih bersifat deklaratif yang tidak didukung komitmen jelas. Tantangan globalisasi di semua sektor mendorong perlunya perubahan paradigma terhadap sistem pendidikan yang baru. Nampak bahwa sense of belonging menjadi kunci penting perubahan, melibatkan kesadaran seluruh masyarakat bahwa sesuatu yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Spirit, keinginan politik, dan komitmen yang kuat dari masyarakat yang menjadi kekuatan paradigma sistem pendidikan yang baru karena masih sulit bisa mengharapkan pemerintah yang selalu sibuk dengan dunia politik. Paradigma baru sistem pendidikan yang diperlukan Menjawab tantangan dan kebutuhan global dua aspek dalam sistem pendidikan yang memerlukan perubahan dan pengkajian untuk ditransformasikan ke dalam paradigma baru yaitu metode pembelajaran dan manajemen pengelolaaan pendidikan. 1. Aspek metode pembelajaran Metode pembelajaran harus bergerak dari pola komunikasi pembelajaran satu arah (jarum hipodermis) menjadi multi arah. Pendidik bukanlah satu-satunya sumber belajar namun semua adalah sumber belajar. Pendidik yang baik adalah yang belajar dan mengajar demikian peserta didik yang baik adalah yang belajar dan mengajar. Posisi pendidik dan peserta didik bersifat egaliter, pendidik menjadi kolaborator sumber daya dan mitra belajar. Posisi pendidik memang tidak tergantikan meskipun kemajuan teknologi sudah memungkinkan terlaksananya pola interaksi multi arah. Pembelajaran adalah pertemuan budaya (idiosyncratic response) tidak mungkin semua bisa diperankan oleh teknologi layaknya interaksi antara manusia, meskipun postmodernisme menelurkan gagasan munculnya machinic phylum2. Pembelajaran harus meletakkan otonomi dan kontrol belajar pada peserta didik dan membumikan tanggung jawab untuk menjadi generasi yang mampu belajar berkelanjutan. Pendidik harus mau terus belajar dari praktek empiris 2 Robert Pepperell menyebutnya sebagai machinic phylum meminjam istilah Gilles Deleuze (2009), pg. 04 atau disebut mesin-mesin otonom yang mobile
  • 7. (continuous professional authentic learning) yang terproyeksikan oleh peserta didik. Paradigma ini merupakan cara pandang dan orientasi baru terhadap keyakinan epistimologis bahwa pengetahuan dan ketrampilan lebih bermakna apabila individu belajar terlibat aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Pada perjalanannya bukan berarti meninggalkan metode-metode di bawah payung behavioristik namun pendidik perlu mengorientasikan diri dalam mengembangkan otonomi belajar. Alasan lain adalah fakta neo behavioristik telah mencapai psikologi transendental dalam upaya meletakkan kontrol diri pada peserta didik dalam merespon lingkungan dan melakukan adaptasi berdasar pengalaman spiritual pribadinya. Metode pembelajaran layak dipilih yang menumbuhkan kepercayaan diri dan konsep diri yang baik, proaktif, saling berbagi informasi, meningkatkan keterampilan kerjasama dan berkomunikasi, berpikir kritis, berempati, memahami, menghormati perbedaan pendapat dan banyak harapan positif lainnya. Hal seperti ini diharapkan memberikan kemampuan peserta didik untuk menghadapi realitas kehidupan dalam konteks kesehariannya. 2. Aspek manajemen lembaga pendidikan Manajemen itu sendiri bergerak dari yang beroperasi sendiri berubah kepada upaya membangun jaringan3. Orientasi-orientasi lembaga pendidikan yang hanya berada pada red ocean (bermain pada area persaingan yang sama) akan menyebabkan in-efisiensi karena pengaruh struktur birokrasi. Lembaga pendidikan harus membangun lompatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam menyuarakan sebagaimana cara kerja Steve Jobs4 dimana nilai-nilai yang merupakan karakteristik lokal dibangun oleh institusi pendidikan tersebut. Pada tataran ini institusi pendidikan masuk pada blue ocean (penambahan nilai), dan diteruskan dengan perspektif global untuk mengembangkan local wisdom. 3 EMIS (Education Management Information System) merupakan contoh embrio manajemen berbasis jaringan 4 Tiga cara mengkomunikasikan nilai-nilai diajukan Steve Jobs dalam Carmine Gallo “The innovation secrets of Steve Jobs” 2011, pg. 211-212
  • 8. Sumber-sumber belajar online dalam bentuk jaringan pengetahuan, portal pengetahuan, telelearning, kelas maya, dan bentuk lain akan menggerakkan setiap insitusi menjadi knowledge creator yang produktif, terutama hasil riset. Insitusi pendidikan tidak perlu memandang institusi lain sebagai kompetitor atau rival tetapi sebagai mitra yang saling menghormati keunikan masing-masing. Pemerintah sebagai pengelola pendidikan sebaiknya menempatkan diri sebagai fasilitator untuk menjaga identitas profesionalisme institusi pendidikan dan SDM kependidikan sesuai karakter bangsa bukan justru mendistorsi melalui beragam program dengan pendekatan proyek. Implementasi tidaklah semudah membalik telapak tangan, karena melibatkan dukungan banyak pihak dan banyak ekses yang ditimbulkan seperti perubahan peran baik lembaga pendidikan maupun peran pendidik, peserta didik serta orang-orang yang termasuk dalam sistem pendidikan. Namun, sikap visioner melalui konteks perubahan ini akan memberikan kejelasan arah bagaimana sektor pendidikan dapat bersinergi seiring kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan, dunia usaha, dan perubahan sosial masyarakat dengan output pendidikan lebih berkualitas. Bagaimana langkahnya? Perubahan paradigma sistem pendidikan tersebut harus dimulai dari pemahaman mengenai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat informasi sehingga proses pendidikan dan pelatihan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Berikut perubahan beberapa aspek akibat pergeseran dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Industrial age Information age Bureaucratic organization Autocratic leadership Centralized control Adversarial relationships Mass production, etc Compliance Conformity One-way communications Compartmentalization Division of labor Team organization Shared leadership Autonomy, accountability Cooperative relationships Customized production, etc. Initiative Diversity Networking Holism Integration of tasks
  • 9. Perubahan di atas menyebabkan perubahan konsep tentang tempat kerja, keluarga, dan masyarakat namun penulis akan membahas perubahan konsep tempat kerja dan keluarga dalam kaitan dengan pendidikan5. a. Konsep tempat kerja (work place) dan pendidikan Tempat kerja berubah dari suatu aktifitas individual (berpikir dan bertindak sendiri) menjadi suatu tempat untuk saling bekerjasama dan bahkan suatu tempat untuk berinisiatif. Kerjasama bisa dilakukan di era teknologi dan bahkan menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi. Tempat kerja bahkan menurut Webster (2011: 714) menggunakan istilah “workplace learning” menekankan seorang profesional yang “belajar” bukan pada terminologi “pengembangan” karena “pengembangan” bersifat embbeded dalam aktifitas belajar bukan sekedar partisipasi dalam program yang bersifat isidental dalam pengembangan diri6. Identitas profesional dikenali dari aktifitas bekerja sambil belajar. Don Tapscott dalam Macrowikinomic (2010: 07-09) menyatakan adanya lompatan baru dunia dari ekonomi mikro ke ekonomi makro dan teknologi nampak bisa menjadi basis pengembangan profesionalisme. Dunia pendidikan tentu harus menyesuaikan dengan melakukan perubahan kurikulum, namun kenyataan peserta didik tidak mendapatkan kondisi cukup belajar bermakna karena adanya peningkatan biaya pendidikan. Secara implisit nampak ada kebutuhan dalam bentuk hidden curriculum yang bisa memfasilitasi laju dan kebutuhan belajar setiap individu secara fleksibel dengan bantuan teknologi. Implikasinya perlu perubahan paradigma tentang belajar yaitu; Belajar Time-based Attainment-based Group-based Person-based Teacher-based Resource-based 5 Lingkungan terdekat dan banyak memiliki implikasi langsung 6 Sejalan life long education
  • 10. Konsep utama yang ingin dipenuhi adalah belajar tuntas yang memberikan penekanan-penekanan pada kemajuan belajar secara berkelanjutan (continuous progress), perencanaan belajar atas kebutuhan individu (personal learning plans customized), penilaian berbasis kinerja (performance-based assessment (PBA), dan belajar berbasis kinerja (performance-based learning (PBL). Selain itu proses belajar lebih bersifat kerjasama (cooperative learning/teams), penggunaan teknologi sebagai alat, menempatkan guru sebagai pelatih atau fasilitator, mengajarkan ketrampilan berpikir, dan membuat makna serta mengembangkan ketrampilan interpersonal. Konsep ini mengisyaratkan bahwa belajar dan aktifitas pendidikan7 arenanya jauh melampaui insitusi sekolah dan atau pendidikan. Brown (2000: 348) mengatakan arena pendidikan meliputi arena ekonomi untuk mempertahankan keterampilan di dunia kerja, politik untuk pendidikan politik, dan kristalisasi mobilisasi komunitas, dan teknis belajar menggunakan media generasi terbaru. Reigeluth (2009: 14) bahkan menyatakan tanpa perubahan paradigma reformasi yang dilakukan tidak akan berarti dan tetap akan membuang banyak anak-anak potensial di sekolah. b. Konsep keluarga dan pendidikan Pada sisi keluarga juga terjadi pergeseran bahwa pada era sekarang banyak keluarga sebagai institusi sosial mengalami masalah kurangnya komunikasi sesama anggota keluarga, kebutuhan emosional dan fisik kurang terpenuhi, kurangnya disiplin, lebih suka mengontrol secara fisik dan mental terhadap orang lain, dan kurang peduli satu sama lain. Dunia pendidikan perlu merubah paradigma sistem pendidikan yang hanya berorientasi pada pencapaian target tanpa memperhatikan lingkungan sebagai konteks berlangsungnya proses pendidikan terutama keluarga. Dewey dalam Alan Orstein (1985: 133) menekankan pentingnya sekolah memperkenalkan siswa kepada masyarakat dan budayanya sesuai minat, bakat, dan masalah. Secara spesifik Stephen N. Elliot (2000: 18) menegaskan keluarga khususnya orangtua memiliki dampak pencapaian belajar anak terutama; 1. 7 Belajar lebih menekankan pengalaman individu dan aktifitas pendidikan lebih merupakan aktifitas sosial
  • 11. kesan terhadap sekolah, guru, dan belajar , 2. Aktifitas dan keterlibatan orangtua dalam aktifitas sekolah terproyeksikan oleh anak, dan 3. Pola asuh mempengaruhi keterlibatan anak di sekolah. Pendidikan nampak perlu memperhatikan lingkungan, menjaga komunikasi dengan para orangtua, dan konsen pada masa anak-anak secara keseluruhan8 yang relatif merupakan generasi terbaru. Konsekwensi dari hal ini maka; a) Pendidik perlu memperhatikan fokus tanggung jawab pada pendidikan usia dini terutama selama masa usia penting. b) Pendidik berorientasi untuk bertanggungjawab mendidik kepada seluruh anak secara keseluruhan, bukan hanya yang ada dalam sistem persekolahan c) Setiap sekolah hendaknya membatasi diri akan jumlah siswa atau class size untuk menjaga efektifitas agar tercipta lingkungan yang kondusif dan perlakuan individu. d) Setiap peserta didik seharusnya mengembangkan kontrak belajar (baik karakter9 maupun subtansi) dengan guru dan orangtua untuk memberikan dukungan konteks. Fokus belajar nampak bergeser sehingga diperlukan perubahan-perubahan fundamental sistem pendidikan. Ada isu-isu umum yang muncul terkait perubahan paradigma yaitu paradigma tentang mengajar harus fokus kepada kemaslahatan peserta didik dan diperlukannya struktur organisasi yang lebih fleksibel, banyak pilihan, dan bersifat suportif (pendukung) bukan kontrol kekuasaan. Fisher dalam Scrimshaw (1993: 08) bahkan sampai pada kesimpulan bahwa belajar secara efektif bisa benar-benar terjadi jika terjadi pertukaran pengalaman tanpa input dari sumber yang lebih berpengetahuan, guru bisa berdiri di belakang atau membiarkan pebelajar untuk untuk bereksplorasi dengan situasi menurut kebebasan, atau mencari situasi tertentu di mana peserta didik dan pendidik merupakan mitra dalam posisi egaliter. Kesimpulannya institusi pendidikan harus menjadi suatu sistem pembelajaran yang meletakkan orientasinya pada pemberian pengalaman belajar dengan dukungan administrasi dan tata kelola yang baik. Institusi pendidikan harus bisa menjadi agen 8 Teori struktural fungsionalis menekankan pendidikan universal untuk mengurangi social diss-order 9 Pelibatan keluarga khususnya dan masyarakat dalam pelaksanaan secara interaktif dialektis
  • 12. bagi terjadinya transformasi kultur belajar. Masyarakat perlu dilibatkan dalam mendesain ulang sistem pembelajaran institusi pendidikan dengan proses perancangan yang lebih etis (bebas kepentingan politik) dan perkuatan masyarakat sekolah untuk merancang masa depan sendiri. Otonomi institusi pendidikan dan kewenangan lebih luas bisa menjadi momentum dari keperluan ini. Implikasi terhadap layanan Institusi pendidikan sebagai suatu sistem layanan kependidikan harus lebih terbuka untuk kerjasama yang melibatkan interdisiplin (interdisciplinary collaboration), secara intensif mempertahankan usaha-usaha sekolah berkelanjutan dan kemungkinan menyongsong otonomi yang lebih besar menjadi sekolah mandiri baik dalam kebijakan maupun menjadi sekolah atau guru yang menginspirasi masyarakat. Tuntutan ini berimplikasi kepada penyelenggaraan calon guru atau tenaga kependidikan baik dari sisi metode pendidikan dan latihan guru dalam jabatan maupun pra jabatan. Mulai dari input sampai dengan proses pendidikan dan penempatan. Regulasi yang tepat dan mandat yang jelas kepada LPTK. LPTK perlu diperkuat dalam menyelenggarakan inservice training baik penguatan kapasitas lembaga, SDM penyelenggara pendidikan dan latihan guru, juga dari sisi pengembangan riset di bidang kependidikan. Implementasi paradigma baru Sisdiknas Output yang bagaimana yang dapat kita harapkan dari suatu proses perubahan pendidikan dalam menuju kearah peningkatan kualitas adalah tergantung dari bagaimana kita mengimplemantasikan, dengan tetap berkomitmen dan berpegang pada aspek perubahan paradigma baru sistem pendidikan dan stressing nya difokuskan terhadap hal-hal berikut: a. Sistem pendidikan harus diimplementasikan dengan berpegang pada prinsip “muatan lokal, orientasi global” sebagaimana ide Don Tapscott dalam Macrowikonomic. b. Kandungan dan muatan kurikulum berbasis penciptaan kompetensi secara holistik (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan mengeliminasi terjadinya proses fiksasi sehingga perlu ada pengkajian ulang UAN.
  • 13. c. Proses belajar mengajar harus berorientasi pada pemecahan masalah riil dalam kehidupan, tidak sekedar pengkabaran buku teks penyebab cognitive load dan menghasilkan un-school mind. Proyek-proyek pengadaan buku yang otoriter perlu dihapuskan, arahkan ke publikasi digitalisasi dan buku murah dengan dukungan dana pemerintah. d. Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan harus mempunyai kemampuan merangsang dan mengembangkan kecerdasan majemuk peserta didik (group based ke person based), biarkan suku-suku maya berkembang sebatas pada aktifitas keilmuan. Pusatkan peran sebagai kolaborator interdisipliner. e. Aksesibilitas terhadap teknologi informasi ditingkatkan agar dapat tercipta jejaring pendidikan antar sekolah dan lembaga lainnya baik melalui pengurangan kesenjangan digital maupun pengembangan melek TIK. f. Manajemen pendidikan harus berbasis sekolah yang mengintegrasikan sistem informasi terpadu (EMIS) untuk menunjang proses administrasi yang bernilai strategis g. Otoritas pemerintah daerah diharapkan lebih berperan dalam menunjang infrastruktur pendidikan sesuai strategi otonomi daerah yang diterapkan secara nasional. Pemerintah pusat berikan contoh penerapan 20 % anggaran APBN secara riil bukan deklaratif. Penutup Ada kesepakatan bahwa “nasib” keberhasilan anak bangsa ini untuk dapat berkompetisi dan berhasil memenangkan persaingan di segala sektor di era global ini berada pada institusi pendidikan yang didukung oleh sistem pendidikan yang berparadigma baru. Keunggulan kompetitif memerlukan dukungan masyarakat berpartisipasi dalam menumbuhkan dan menciptakan inovasi yang berharga bagi perkembangan dunia pendidikan. Tiadanya inovasi menyebabkan ketertinggalan dunia pendidikan akan tuntutan masyarakat terlebih tuntutan masyarakat global. Indonesia tidak seharusnya menghasilkann lulusan yang kurang percaya diri, tidak mandiri, dan selalu tergantung pada pihak lain. Perspektif masyarakat terhadap pendidikan harus mampu menjembatani dan mengatasi kesenjangan antara proses,
  • 14. hasil, dan pengalaman selama di bangku sekolah dengan kenyataan tuntutan hidup yang riil. Konsep pendidikan menjadi pendidikan tidak terbatas (waktu, lokasi). Marginalisasi diri harus dicegah dengan perubahan paradigma akan sistem pendidikan yang menuju keinginan untuk melakukan suatu perubahan kearah perbaikan. DAFTAR PUSTAKA Adams., Betts, K., Matto, H., Lecroy., & Winston, C. (2009). Limitations of Evidence-Based Practice for Social Work Education: Journal of social work education; spring 2009; 45, 2; proquest sociology pg. 165 Bown, Lalage (2000). Lifelong learning: Ideas and achievements at the threshold of the twenty-first century. Compare; Oct 2000; 30, 3; ProQuest Research Library Elliot, Stephen N., Kratochwill, TR., Cook, JL., & Travers, JF (2000). Educational Psychology (3rd). Effective teaching, effective learning. Boston: Mc. Grawhill Gallo, Carmine (2011). The Innovation Secrets of Steve Jobs. Insanely Different Principles to Breaktrough Success. New York: Mc. Grawhill. Michael, Reish; Jarman-Rohde, Lily (2000). The Future of Social Work in the United States: Implications for Field Education. Journal of Social Work Education; Spring/Suhmmer 2000; 36, 2; ProQuest Sociology pg. 201 Moll, Luis C. (1990). Vygotsky and Education. Instructional implications and applications of sociohistorical psychocology. Australia: Cambridge University Press. Ornstein, Alan C., & Levine, Daniel L. (1984). An Introduction to the Foundations on Education. Boston: Hounghton Mifflin Company. Pepperell, Robert (2009). Posthuman (kompleksitas dan kesadaran, manusia dan teknologi). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Reigeluth, Charles M (1983). Instructional Design- Theories and Models. An overview of their current status. London: LEA Publisher Reigeluth, Charles M., & Carr-Chellman, Alison A,. (2009). Instructional Design- Theories and Models. Building a common knowledge base (3rd). New York and London: Routledge Tailor and Francis Publisher
  • 15. Sarvage, Laura (2009). Who is the “Professional” in a Professional Learning Community? An Exploration of Teacher Professionalism in Collaborative Professional Development Settings. Canadian Journal Of Education 32, 1 (2009): 149-171 Scrimshaw, Peter. (1993). Language, Classroom and Computers. London: Routledge. Tapscott, Don & William, D. Anthony (2010). Macrowikinomics. Rebooting Business and the World. London: Penguin Group Toffler, Alvin (1970). The Future Shock. USA: Random House Webster-Wright, Ann (2009). “Reframing Professional Development Through Understanding Authentic Professional Learning” Journal of Education, June 2009 pg. 702-739