Dokumen tersebut merangkum model pengembangan kurikulum menurut Oliva yang terdiri atas 12 komponen saling terkait, mulai dari penetapan filsafat hingga evaluasi kurikulum. Model ini juga menjelaskan hubungan antara kurikulum dan pengajaran dalam empat model.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangngan jaman yang pesat dan majunya teknologi
membuat perkembangan kurikulum semakin pesat. Banyak model-model
kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan
siswa dan mengembangkan potensi siswa maka di buat sebuah kurikulum.
Dalam pemilihan model kurikulum pengguna harus melihat kondisi siswa,
peralatan atau fasilitas dan lingkungan. Menurut Nadler model yang baik
adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan
memahami suatu proses secara mendasar dan menyuluruh. Hal ini berarti
model pengembangan kurikulum yang baik adalah model yang dapat
membantu para pengembang kurikulum dalam mengembangkan kurikulum
dilapangan. Tetapi pada kenyataannya banyak model yang terlalu tinggi
gradenya sehingga siswa tidak dapat mengikuti alur kurikulum yang telah
diterapkan.
Sejalan dengan itu, ada beberapa model pengembangan kurikulum. Model
pengembangan kurikulum adalah proses untuk membuat keputusan dan untuk
merevisi suatu program kurikulum. Pada makalah ini akan dibahas model
pengembangan Oliva, Model kurikulum yang simple, komprehensif dan
sistematik ( bisa di bilang sederhana ) akan mudah untuk diterapkan.
Mesikipun sederhana tetapi banyak komponen yang saling terkait dan banyak
pokok-pokok yang mampu menunjang dalam pengembangan potensi siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum menurut Oliva?
2. Apa saja tipe dan prinsip pengembangan kurikulum menurut Oliva?
3. Bagaimana hubungan antara kurikulum dan pembelajaran menurut
Oliva?
2. 2
4. Bagaiamana model pengembangan kurikulum menurut Oliva
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum menurut Oliva.
2. Untuk mengetahui Tipe dan Prinsip pengembangan kurikulum
menurut Oliva.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kurikulum dan pembelajaran
menurut Oliva.
4. Untuk mengetahui Model pengembangan kurikulum Menurut Oliva
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan
yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi
pada diri siswa. Sedangkan kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan
yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan,
dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi
bahwa semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa
sesungguhnya adalah ”kurikulum itu sendiri”. Oleh karena itu dalam memahami
pengembangan kurikulum dengan lebih baik lagi guru dapat terlebih dahulu
mempelajari model-model pengembangan kurikulum agar lebih mudah
mempelajari bagaimana cara mengembangkan kurikulum tersebut.
Kurikulum menurut Oliva (dalam Ansyar:1989) “Curriculum is the plan
or program for all experiences which the learner encounters under the
direction of the school”. Kurikulum adalah suatu program atau rencana
yang dikembangkan oleh lembaga (sekolah) untuk memberikan berbagai
pengalaman belajar bagi siswa. Definisi tersebut mengandung dua hal penting
yang harus dipahami. Pertama, bahwa kurikulum adalah merupakan program atau
rencana yang memuat proyeksi yang akan dilakukan oleh lembaga pendidikan.
Kedua, kurikulum merupakan seluruh pengalaman (all experiences). Batasan
kedua ini mengisyaratkan bahwa kurikulum memiliki makna yang lebih luas
daripada pengertian yang pertama, artinya selain sebagai rencana, kurikulum
juga merupakan seluruh pengalaman atau aktivitas yang terjadi sebagai realisasi
dari program atau rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Terdapat berbagai macam model-model pengembangan kurikulum. Salah
satunya adalah pengembangan kurikulum Oliva. Simple, komprehensif dan
sistematik. Meskipun model ini menggambarkan beberapa proses yang berasumsi
pada model sederhana tetapi model ini terdiri dari dua belas komponen yang
saling terkait satu dengan yang lain.
4. 4
B. Sumber dan Prinsip pengembangan Kurikulum
Ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum menurut Oliva
(dalam Arifin: 2011:28), yaitu :
1. Data empiris (empirical data)
2. Data eksperimen (experiment data)
3. Cerita/legenda yamh hidup di masyarakat (folklore of curriculum)
4. Akal sehat (common sense)
Data empiris menunjukkan adanya pengalaman yang terdokumentasi dan
terbukti afektif,
Data eksperimen berkaitan dengan temuan temuan hasil penelitian.
Data temuan hasil penelitian merupakan data yang di pandang valid dan
relibel sehingga tingkat kebenaran dan akurasinya lebih meyakinkan untuk di
jadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
Dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian itu sifatnya sangat terbatas =,
banyak data data lainnya yang di peroleh bukan dari hasil penelitian, tetapi
terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang
kompleks, di antaranya adat kebiasaan yang hidup di masyarakat ( folklore of
currilum ), hasil pertimbangan dari penilaian akal pikiran (common sense).
Bahkan data yang di peroleh dari penelitian sendiri di gunakan setelah melalui
proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.
Folklore adalah sebagian dari kebudayaan yang berbentuk lisan, buka
tertulis, seperti cerita-cerita dan legenda. Menurut Bruvand. Folklore dapat di
bagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
(1) folklore lisan, seperti dialek, julukan, titel, peribahasa, teka teki, syair
rakyat, cerita rakyat, mitos, legenda, dongeng, dan nyanyian rakyat
(2) folklore setengah lisan, seperti kepercayaan rakyat dan tahayul. Aspek
kebudayaan seperti ini bukan saja lisan, tetapi juha berupa perbuatan , seperti
permainan rakyat, drama, wayang, ludruk, tari adat, upacara, dan pesta.
5. 5
(3) Folklore yang bukan lisan, baik materil (arsitektur, kerajinan tangan,
pakaian, perhiasaan, seni, masak, obat-obatan) maupun bukan materil (gerak,
isyarat, music rakyat).
Folklore, mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai bahan hiburan, sebagai
bahan pendidikan, sebagai social pressure and social control, dengan demikian,
semua jenis, data tersebut sangat berguna bagi kegiatan pengembangan
kurikulum, sebagai sumber prinsip yang akan di jadikan
Oliva mengemukakan sepuluh prinsip pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat di hindarkan karena
sangat di perlukan
b. Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan
c. Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat persamaan bahkan
tumpanng tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi masa kini
d. Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai dampak dari
perubahan pada orang orang atau masyarakat
e. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok
f. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan
dari sekian alternative yang ada
g. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir
h. Pengembangan kurikulum akan berhasil jika di lakukan secara
komperehensif, buka aktivitas bagian perbagian yang terpisah
i. Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika di lakukan dengan
mengikuti suatu proses yang sistematis, dan
j. Pengembangan kurikulum di lakukan dengan bertitik tolak dari kurikulum
yang ada.
Apabila prinsip-prinsip di atas di simak kembali, ternyata prinsip-prinsip
itu berasal dari bermacm-macam sumber pandangan, seperti psikologi
sosiologi, manajemen, ekonomi, pendidikan, filsafat, politik dan sebagainya.
6. 6
C. Hubungan Kurikulum dan Pengajaran (Instruction)
Mungkin timbul pertanyaan bagaimana hubungan antara kurikulum
dengan pengajaran. Secara sederhana dapat dikatakan kurikulum berkaitan dengan
apa yang diajarkan atau akan diajarkan dan pengajaran menyangkut kegiatan
menyajikan bahan atau mengelola yang akan diajarkan.
Dengan singkat, kurikulum berhubungan dengan sebuah program, sebuah
perencanaan, isi atau materi pelajaran serta pengalaman belajar, sedangkan
pengajaran berkaitan dengan metode, tindakan mengajar, implementasi dan
presentasi.
Dalam hubungan ini, kurikulum mendahului pengajaran. Kurikulum
bersifat progamis sedangkan pengajaran bersifat metodologis.
Oliva (dalam Efendi, 2009:58) menunjukkan berbagai kemungkinan hubungan
antara kurikulum dan pengajaran dalam beberapa model sebagai berikut :
1. Model dualistis
Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya tidak bertemu.
Kurikulum yang seharusnya menjadi input dalam menata sistem pengajaran
tidak tampak. Demikian juga pengajaran yang semestinya memberikan
balikan dalam proses penyempurnaan kurikulum tidak terjadi, karena
kurikulum dan pengajaran berjalan sendiri. Hubungan dualistic dapat
digambarakan sebagai berikut :
Model 1. Model Dualistis
7. 7
2. Model berkaitan
Dalam model ini kurikulum dan pengajaran dianggap sebagai suatu sistem
yang keduanya memiliki hubungan. Kurikulum dan pengajaran maupun
sebaliknya pengajaran dan kurikulum ada bagian yang berkaitan, sehingga
keduanya memiliki hubungan. Model kaitan tersebut dapat di gambarkan
sebagai berikut :
Model 2. Model berkaitan
3. Model konsentris
Pada model ini kurikulum dan pengajaran memiliki hubungan dengan
kemungkinan kurikulum bagian dari pengajaran atau pengajaran bagian dari
kurikulum. Di sini ada ketergantungan satu dengan yang lain. Model
konsentris ini divisualisasikan sebagai berikut :
Model 3. Model berkaitan
8. 8
4. Model Sirkuit
Model ini menggambarkan hubungan timbal balik antara kurikulum dan
pengajaran. Keduanya dianggap saling mempengaruhi. Segala yang
ditentukan dalam kurikulum akan menjadi dasar dalam proses pelaksanaan
pengajaran. Sebaliknya yang terjadi dalam pengajaran dapat memengaruhi
keputusan kurikulum selanjutnya. Dalam model ini hubungan keduanya
sangat erat meski kedudukannya terpisah yang berarti dalam analisis juga
terpisah. Model sirkuit dapat divisualisasikan sebagai berikut :
Model 4. Model Siklus.
9. 9
Dari gambar di atas, tampak model pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Olivia, terdiri dari 12 komponen yang harus dikembangkan.
10. 10
- Komponen pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi
lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dai analisis kebutuhan
masyarakat.
- Komponen kedua adalah analisis kebutuhan sekolah di mana sekolah tersebut
berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan
oleh sekolah. Sumber kurikulum dapat dilihat dari komponen I dan II ini.
Komponen I beisi pernyataan-pernyataan yang bersifat umum dan sangat ideal
; sedangkan komponen II sudah mengarah kepada tujuan yang lebih khusus.
- Komponen ketiga dan keempat, berisi tujuan umum dan tujuan khusus
kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum pada
komponen I dan II. Sedangkan dalam komponen lima adalah bagaimana
mengoganisasikan ancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
- Komponen enam dan tujuh mulai menjabakan kurikulum dalam bentuk
perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaan. Apabila tujuan
pembelajaran telah dirumuskan, maka selanjutnya menetapkan strategi
pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan seperti yang terdapat
pada komponen ke delapan. Selama itu pula dapat dilakukan studi awal tentang
kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang digunakan (komponen IX A).
- selanjutnya pengembangan kurikulum diteruskan pada komponen kesepuluh
yaitu mengimplementasikan strategi pembelajaran.
- Setelah strategi diimplementasikan, pengembnag kurikulum kembali pada
komponen kesembilan yaitu komponen IX B untuk menyempurnakan alat atau
teknik penilaian. Teknik penilaian seperti yang telah ditetapkan pada
komponen IX A bisa ditambah atau direvisi setelah mendapat masukan dari
pelaksanaan atau implementasi kurikulum.
- Dari penetapan alat dan teknik itu, maka selanjutnya pada komponen XI dan
XII dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum.
Menurut Oliva model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam
beberapa dimensi. Pertama, untuk penyempurnaan kurikulum dalam bidang-
bidang khusus, misalkan penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu di
sekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum ataupun dalam proses
11. 11
pembelajarannya. Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk membuat
keputusan dalam merancang suatu program kurikulum. Ketiga, model ini dapat
digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara khusus.
12. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
menurut Oliva adalah suatu model kurikulum yang harus simpel,
komprehensif dan sistematik. Terdapat 12 komponen pengembangan
kurikulum yang saling berkaitan dari menetapkan dasar filsafat yang
digunakan sampai mengevaluasi kurikulum.
Oliva juga menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum
dengan pengajaran dalam empat model, yaitu: Model dualistis, Model
berkaitan, Model konsentris, dan Model Siklus.
B. Saran
Penggunaan kurikulum yang terlalu tinggi gradenya akan membuat
perkembangan siswa tidak maksimal. Analisis terhadap kondisi siswa,
fasilitas yang ada dan kondisi lingkungan akan memaksimalkan potensi dan
memudahkan dalam pemilihan kurikulum yang cocok untuk di terapkan.
13. 13
Daftar Pustaka
Ansyar, M. (1989). Dasar-Dasar pengembangan kurikulum . jakarta: Departemen
pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi, proyek
pengembangan lembaga pendidikan tenaga pendidikkan.
Arifin, Z. (2011). Konsep dan model pengembangan kurikulum. Bandung: PT.
Remaja rosda karya.
Kaber, A. (1989). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen pendidikan
dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi proyek pengembangan
lembaga pendidikan .
Efendi M. (2009). Kurikulum dan pembelajaran:pengantar ke arah pemahaman
kbk, ktsp, dan sbi. Malang:Fakultas ilmu pendidikan univesitas negeri malang.