SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi.
Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu
gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh
kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka
hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi. Inovasi baru merujuk kepada
persepsi tentang suatu kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat mengalami
perubahan pula. Yang diperlukan langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu
dengan analisa situasi yang dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara
lain peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum dan lainnya.
Dengan adanya inovasi pada kurikulum yang dibuat, diharapkan ada
kemajuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang direncanakan.
Guru juga dituntut agra bisa memompa semangat belajar siswa agar lebh giat lagi.
Selain itu, seorang pendidik harus bisa memanfaatkan media yang telah maju
untuk dipakai dalam pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan tidak monoton.
Kebutuhan masyarakat belajar mengalami perubahan. Yang diperlukan
langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu dengan anlisa situasi yang
dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara lain peserta didik, guru,
sarana prasarana, kurikulum dll. Kurikulum bersifat dinamis, selalu berubah untuk
menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat
diperlukan dalam perkembangan peserta pembelajaran.
Kurikulum bersifat dinamis, selalu berubah untuk menyesuaikan diri
dengan kebutuhan mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat penting dan
dibutuhkan karena dapat membantu guru dalam mengajar peserta didik dan
mempermudah cara belajar peserta didik.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa itu inovasi kurikulum?
2. Bagaimana latar belakang munculnya inovasi kurikulum?
3. Apa saja macam-macam inovasi di sekolah dasar?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca dapat
memahami tentang inovasi kurikulum. Mengetahui bagaimana latar belakang
munculnya inovasi kurikulum serta pengembangan kurikulum di Indonesia dan
pembaca juga bisa tahu apa saja macam-macam dari inovasi kurikulum yang ada
dan bisa digunakan di sekolah dasar.
2
BAB II
P E M B A H A S A N
A. Pengertian Inovasi Kurikulum
Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi.
Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu
gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh
kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka
hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi.
Sedangkan pengertian kurikulum menurut Hilda Taba adalah sebuah
rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal
mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu.
Jadi, inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan
pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.
B. Latar Munculnya Inovasi
Untuk kurikulum perlu dan harus senantiasa dikembangkan, diperbarui
dan disempurnakan. Penginovasian dilakukan pada masalah relevansi pendidikan,
masalah mutu pendidikan, masalah efesiensi, dan masalah pemerataan pendidikan.
Dewasa ini, kesadaran masyarakat atas pentingya pendidikan semakin
baik, pendidikan yang tadinya dianggap sebelah mata oleh kalangan menengah
kebawah sekarang telah menjadi kebutuhan hidup, hal ini mendorong lembaga
pendidikan khusunya sekolah formal untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikanya.
Beberapa hal yang melatar belakangi timbulnya inovasi pendidikan
antara lain :
1. Relevansi Pendidikan
3
Tuntutan kehidupan di era modern ini semakin tinggi dan kompleks
sehingga menyebabkan munculnya persyaratan tertentu bagi individu agar
dapat memasuki dunia kerja, dimana tuntutan itu merupakan dampak
kemajuan yang telah dicapai. Dalam hal ini agar sekolah dapat
menyesuaikan pendidikan dengan berbagai tuntutan pendidikan, maka isi
kurikulum yang berupa inovasi dalam mengembangkan kurikulum di
sekolah harus memperhatikan berbagai kenyataan yang terjadi di
lingkungan masyarakat.
Dari pernyataan tersebut perlu dicarikan suatu inovasi dalam
kurikulum untuk membekali lulusan agar dapat memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang serasi dengan masyarakat sekitar tanpa
mengabaikan kurikulum yang berlaku secara nasional. Pemerintah
melalaui Keputusan Menteri Pendidikaan dan Kebudayaan nomor
0412/U/1987, secara tersirat menyantumkan pengertian muatan local.
Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, social, budaya, dan
kebutuhan daerah yang perlu dipelajari murid. (Y. Padmono, 2010 : 11)
2. Mutu Pendidikan
Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di
mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan
semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik
(leaners). Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan
kebutuhan hasil pendidikan (output) yang berkaitan dengan kemajuan ilmu
dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber
daya manusia.
Mutu dalam proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses
disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (di tingkat sekolah),
proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar
4
mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa
proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan
proses- proses lainnya.
Suatu proses dikatakan bermutu tinggi apabila ada pengkoordinasian
dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum,
uang, peralatan dsb) yang dilakukan secara harmonis, sehingga mampu
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable
learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar
mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung
arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang
diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah
menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar
secara terus menerus.Sedangkan yang dimaksud dengan mutu dalam
konteks "hasil pendidikan" merupakan kinerja sekolah yang mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh lembaga tersebut.
Masyarakat sebagai konsumen lulusan sekolah menuding lulusan
banyak yang bermutu rendah, hal ini harus ditanggapi secara positif
sebagai cambuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan , dengan
perbaikan kurikulum, perbaikan manajemen, perbaikan kualitas tenaga
pengajar, revitalisasi fungsi pengawasan, check and balances.
Dibutuhkan sinergi yang baik dari berbagai kalangan pendidikan,
baik guru, orang tua murid, komite sekolah, pejabat terkait, dan kalangan
akademisi atau praktisi pendidikan untuk benar-benar mendedikasikan
dirinya demi kemajuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu
untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan.
Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan
lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan
untuk menjalankan pendidikan. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi
5
adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas.
Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian
dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan
tidak dapat dimonitor secara objektif dan teratur. Uji banding antara mutu
pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai
dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum
berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan
beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik.
Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas
siswa untuk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang
ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan
pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari
pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang
fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan
masyarakat.
Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada
penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu
dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan
lebih peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh
rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi
belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara
berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di
Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.
Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama
antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat.
Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan.
3. Efesiensi
6
Efisiensi adalah usaha untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana
yang ada dengan hemat, akan tetapi mendapatkan hasil yang optimal,
banyak aspek yang harus dibenahi dalam pendidikan di indonesia, antara
lain adalah tidak efisiensinya waktu, tenanga pengajar, dan biaya, untuk
mengatasi hal ini dibutuhkan regulasi yang akomodatif terhadap kemajuan
pendidikan dan dapat dipahami semua pihak.
Efesiensi berkaitan dengan usaha yang dilakukan diharapkan
dengan biaya tenaga, waktu seminimal mungkin dan diharapkan
menghasilkan hasil yang maksimal. Beberapa hal yang menunjukan
kurang efesiensinya pendidikan misalnya : banyak waktu terbuang untuk
hal-hal yang kurang berkaitan dengan pendidikan (menanti pejabat
penting, ditinggal rapat, dll). Hal tersebut perlu dicarikan alternatif agar
waktu belajar tidak terganggu.
Selain dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan agar tidak
banyak waktu terbuang untuk menerangkan hal-hal yang sebenarnya
sebenarnya dapat dipelajari murid di luar jam tatap muka. Hal tersebut
perlu pula diterapkan dalam mengatur agar tidak terjadi pemborosan
tenaga guru, anggaran peralatan, sehingga pendidikan dapa dicapai dengan
efesien.
4. Pemerataan Pendidikan
Hasil lokal karya nasional UNESCO 5-9 Juli1988 dengan tema
“National Workshop on University Primary Education dor the
Disadvantage Population Group”. Inti workshop adalah mencari upaya
berbagai bentuk pendidikan yang mungkin dilakukan untuk memberi
kesempatan sekelompok penduduk yang belum mengenyam pendidikan.
Di Indonesia anak usia 7-12 tahun baru 97% yang baru menikmati
layanan pendidikan, itupun tidak tuntas lulus SD. Terdapat 26,5 juta anak
yang dpat menikmati pendidikan, sedangkan yang 3 % nya belum
terjangkau pendidikan, antara lain mereka adalah penduduk sulit
dijangkau, berpindah-pindah, bermukim di perahu, penduduk
berkebudayaan ekslusif dan terasing, penduduk lahir berkelainan.
7
Pemerataan dapat terlaksana bila pendidikan bersifat luwes dan perlunya
konsep desentralisasi pendidikan.
Angka putus sekolah dan tidak sekolah di indonesia masih
memprihatinkan, baik yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, maupun
karena tidak tersedianya lembaga pendidikan formal didaerah tertentu dan
untuk penduduk yang berkelainan. Kenyataan ini harus disikapi serius oleh
pemerintah dengan terus meningkatkan anggaran pendidikan baik dari
APBN maupun APBD yang lebih dialokasikan untuk memberikan bantuan
pembiayaan bagi anak-anak yang putus sekolah dan tidak bersekolah
karena masalah tekanan ekonomi.
Pembangunan sarana pendidikan, penyediaan tenaga pengajar, dan
sistem pendidikan yang luwes bagi kondisi masyarakat setempat
diperlukan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan.
Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan
industri, kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan ekonomi,
serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan
teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan
SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu
ditingkatkan hingga ke pelosok negeri.
Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam
mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf
adalah masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna
mengatasi hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan
konvensional atau tatap muka ini perlu ditempuh strategi yang
memanfaatkan potensi dan kemajuan teknologi baru.
Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah
peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat
miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total
penduduk. Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam
mendapatkan akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa
8
yang masih tertinggal juga harus mendapat perhatian guna mencegah
munculnya kecemburuan sosial.
Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka
yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan
pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional.
Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan
teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi,
informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan
biaya yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih
merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di
samping itu, sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau
serta dapat menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang
terlupakan tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi
tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan.
Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh
yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat
transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka
terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang
kurang beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak
ini yang menjadi sasaran kita dengan menyediakan pendidikan yang lebih
berkualitas; lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus
diciptakan dengan memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional.
Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah
geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur
Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat
pendapatan penduduk ataupun antargender.
C. Macam Inovasi di Sekolah Dasar
9
1. Struktur Materi
a. Hubungan Vertikal
Pengajaran akan berhasil dengan baik apabila materi pengajaran
berkaitan satu sama lain antar waktu yaitu materi pelajaran yang lebih
rendah berkaitan dan dikembangkan lebih luas dalam materi kelas-kelas
yang lebih tinggi. Hal tersebut akan menjaga materi pelajaran tidak terjadi
perulangan, perbedaan dan pertentangan.
Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan
kurikulum sekolah: (1) penggunaan sistem kelas atau tanpa kelas pada
dalam pelaksanaan kurikulum; (2) sistem unit waktu yang digunakan, (3)
pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi dan pokok bahasan.
Kesinambungan kurikulum secara vertikal yaitu kesinambungan antara
berbagai tingkat kelas maupun jenjang sekolah yang menyangkut beberapa
hal berikut :
a) Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar
lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi sudah
diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.
b) Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan
yang lebih rendah tidak diajarkan lagi pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan demikian, ketumpang-tindihan dan
keberulangan bahan pelajaran yang tidak perlu dapat dihindari.
Contoh penerapannya: Kurikulum muatan lokal di suatu SD
dikembangkan secara berkesinambungan sesuai tahapannya masing-
masing. Hal ini terlihat dalam pengembangan mata pelajaran bahasa
inggris di sekolah ini. Penyampaian materi bahasa inggris dimulai
sejak kelas I, padahal sebenarnya tidak ada kurikulum bahasa inggris
bagi kelas I. Jadi, saat diadakan ujian akhir, siswa kelas I-III tidak
mengikuti ujian akhir untuk mata pelajaran bahasa Inggris.
Penyampaian materi bahasa inggris yang dimulai sejak dini ini,
dikarenakan para peserta didik telah mendapatkan pengenalan materi
ini sejak usia prasekolah. Karenanya, sekolah meneruskan tahapan
10
pengembangan mata pelajaran bahasa inggris dimulai dari kelas I
hingga kelas VI secara bertahap agar pemahaman siswa dapat
bertahan dan mereka memiliki pemahaman yang utuh.
b. Hubungan Horizontal
Penyajian materi pelajaran yang sama hendaknya saling berkaitan
antara materi-materi pelajaran. Adanya kaitan hubungan horizontal
pengajaran akan lebih bermakna dan saling dukung dan tidak terjadi
perbadaan dan pertentangan, serta menumbuhkan pengalaman belajar
murid yang lebih menyeluruh dan menyatu.
Struktur horizontal dalam kurikulum berkaitan dengan bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan diberikan pada peserta didik.
Kesinambungan secara horizontal mempunyai makna bahwa ada
kesinambungan antara berbagai bidang studi, yang berkaitan dengan
hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Bahan yang
diajarkan dalam berbagai bidang studi sering menyampaikan hubungan
satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutan dalam penyajian
berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar
hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.
Misalnya, untuk mengubah angka temperatur Skala Celcius ke
skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian
pecahan (Matematika). Karena itu, pelajaran mengenai bilangan pecahan
tersebut hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara
mengubah temperatur.
Dalam prinsip kontinuitas ini Isi program dan penerapan kurikulum
di setiap lembaga pendidikan harus memberi bekal bagi setiap siswa untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya secara
berkesinambungan dan berkelanjutan (kontinuitas). Perkembangan anak
dan proses belajarnya terus berjalan tanpa batas. Oleh karena itu program
dan pengalaman belajar di setiap sekolah harus memberi inspirasi bagi
setiap anak untuk maju keberlanjutan sehingga mencapai ketuntasan.
11
Keberlanjutan harus terjadi secara paralel antar kelas pada satu
jenjang pendidikan, keberlanjutan antar jenjang pendidikan, maupun
keberlanjutan antara jenjang pendidikan dengan tugas-tugas kehidupan di
masyarakat (life skill). Oleh karena itu ketika setiap satuan pendidikan
mengembangkan kurikulum, harus membaca dan mengetahui bagaimana
program kurikulum di satuan pendidikan yang lainnya (horizontal maupun
vertikal).
c. Kriteria Struktur Materi
Kriteria untuk menjaga struktur materi yaitu (1)
Berkesinambungan artinya menyangkut hubungan vertical atau
pengulangan. Contohnya jika jika pelajaran membaca merupakan tujuan
yang penting yang harus mendapatkan kesempatan terus menerus dan
berkelanjutan untuk memberi kesempatan mempraktekan dan
mengembangkan kemampuan hal tersebut akan menunjukan
pengembangansuatu kemampuanyang telah diperoleh sebelumnya.dan
struktur materi lebih efektif.
(2) Berurutan, mengisyaratkan pengajaran tidak terjadi
pengulangan yang sama dalam tingkat kesukaran akibatnya terjadi
replikasi. Berurutan menunjuk pada terpeliharangya komunitas, kedalaman
dan keluesan materi dengan jalan membuat materi makin lama, luas dan
dalam disbanding materi sebelumnya.
(3) Integrasi atau keterpaduan merupakan usaha terpeliharanya
hubungan horizontal antara materi pokok bantuan, tema yang diajarkan
pada mata pelajaran serumpun (terkait).
2. Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran
Inovasi yang dilakukan agar seseorang berhasil dalam belajar sesuatu bila
subjek melakukan / memahami apa yang dipelajari dan tidak hanya sekedar
mendengar atau mencatat, antara lain :
a. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar terjadi apabila siswa dapat menangkap dan
mengembangkan sendiri materi yang di sampaikan guru. Sehingga dapat
12
disimpulkann pengalaman belajar dimaksudkan aktivitas belajar murid
bukan aktivitas mengajar guru.
Pengalaman belajar tidak dapat disamakan dengan materi belajar
ataupun kegiatan guru dalam mengajar. Pengalaman belajar merupakan
hasil daripada sebuah aktivitas belajar murid di sekolah bukan aktivitas
guru. Anak tersebut dapat menangkap dan mampu mengembangkan sendiri
materi yang disampaikan oleh guru. maka anak telah mengalami belajar
atau berpengalaman dalam belajar.
Hal ini jelas berbeda baik ditinjau dari proses dan hasil belajar dari
siswa yang hanya mencatat dan menghafal materi dari guru.
b. Cara Belajar Aktif
Terdapat 2 istilah yang saling berkaitan yaitu kegiatan belajar dan
pengalaman belajar. Perbedan kedua istilah tersebut adalah pada
perencanaan kurikulum kita menetapkan kegiatan belajar,, sedangkan pada
evaluasi kita melihat apakah murid memiliki pengalaman belajar sebagai
hasil memepelajari materi pelajaran melalui keaktifan belajar.
Untuk dapat menunjang pengalaman belajar, maka harus
diupayakan aktivitas siswa berangsur berubah dari posisi obyek pengajaran
maenjadi subyek pengajaran, murid diharapkan berperan aktif (sebagai
subyek).
Keaktifan murid mencakup : (1) keaktifan mental, artinya murid
terlibat dalam memperoleh pengalaman, menyenangi materi dan mau secra
sukarela belajar yang pada akhirnya akan merasa bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan. (2) Keaktifan intelektual yaitu dengan
keterkaitan, kemauan dan kebutuhan belajar akan memotivasi diri siswa
untuk berfikir secara maksimal dalam aktivitas belajar. Keaktifan sosial
individu akan senantiasa dan suka bersama-sama melakukan aktivitas
belajar dengan teman. (3) Keaktifan otomatis yaitu otomatis fisik akan ikut
terlibat maksimal.
13
c. Belajar Proses
Belajar dengan menghafal yang disebut sebagai belajar verbal,
berakibat siswa mudah lupa pada materi yang telah dipelajari. Berdasarkan
kenyataan ini siswa perlu diajarkan dengan praktek misalnya
mengobservasi, menghitung, mengukur mengelompokan, mencari saling
hubungan, mengnalisis, menyimpulkan, membuat perkiraan, menyusun
hipotesis.
Belajar proses yang dapat mendorong murid dalam memahami
materi misalnya: murid dilatih mengobservasi, mengelompokkan,
menyimpulkan, dll.
Sebagai catatan, walaupun disarankan pengajaran tidak sekedar
menghafal tetapi proses, namun benyak hal yang setelah proses selesai
perlu dihafal, misalnya perkalian, dan rumus – rumus.
3. Organisasi Kelas
a. Belajar Mandiri
Belajar pada dasarnya bersifat individual, walaupun
terselanggaranya dalam kelas namun kemauan, keterlibatan dalam belajar
berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Kegiatan belajar dapat
dilakukan dengan menyediakan sarana prasana secara lengkap, siswa dapat
dikelompokan pada kelompok besar, kecil, berpasangan atau individu dan
pengelompokan dapat berdasarkan pada kemauan, bakat, minat
kesenangan dan sebagainya.
b. Diskusi Tanya Jawab
Belajar dapat dilakukan dengan Tanya jawab dan guru berperan
sebagai moderator jalannya diskusi Tanya jawab.
c. Role Playing, Simulasi dan Bermain.
Belajar dapat dilakukn dengan bermain peran tentang topik yang
sesuai kebutuhan atau imajinasi murid. Anak bermain peran, ditanggap
teman, dan dicarikan solusi oleh guru ( bila murid merasa kesulitan ).
14
d. SD Kecil
Merupakan sekolah yang ditujukan untuk menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Dimana dalam proses belajar mengajar dapat
dilaksanakan secara fleksible, misal: seorang guru mengasuh dua atau tiga
kelas sekaligus, jumlah siswa bervariasi, siswa pandai dapat membantu
guru.
e. SD Terpadu
Yaitu memberi kesempatan anak tidak normal bersama-sama
duduk di SD biasa.
f. SDLB
Yaitu sekolah yang khusus untuk memberikan kesempatan belajar
kepada anak tidak normal seperti cacat fisik dan mental.
4. Sistem Penyampaian
a. Sistem modul bertujuan agar siswa terbiasa belajar mandiri, guru
berfungsi sebagai pembimbing. Juga memberikan kesempatan anak-anak
daerah terpencil untuk mendapat kesempatan belajar.
b. Paket Belajar bertujuan agar siswa (PLS) mempunyai bekal ketrampilan
sehingga menjadi bekal untuk mandiri bagi mereka.
5. Sistem Penilaian
a. Tes Nonkertas
Dilakukan dengan penilaian hasil karya murid, karangan, tes,
ejaan, tes pidato, tes lisan. Disamping itu terdapat perilaku murid melalui
pengalaman tentang perilaku anak.
b. Tes dalam Kondisi Wajar
Tes non kognitif dapat dilakukan dengan kondisi wajar dimana
siswa tidak menyadari bila mereka sedang dinilai. Misal : pengamatan tata
bahasa anak waktu mengirim surat.
c. Take Home Test
Siswa dapat dites dengan kebebasan membuka kamus, buku, dan
boleh dibawa pulang.
15
d. Perfomance
Penilaian performance ini dilakukan dengan cara menilai
penampilan siswa saat berbicara di depan kelas atau keberanian
menyampaikan pendapatnya.
e. Portofolio
Penilaian diambil berdasarkan tugas-tugas yang dikerjakan seperti
tugas terstruktur.
f. Rubik
Rubrik merupakan alat penilaian yang bersifat subjektif. Ini adalah
satu set kriteria dan standar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran
yang digunakan untuk menilai prestasi pelajar di atas kertas, projek, esay,
dan tugas lain.
16
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan.
Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan
mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta
perkembangan individu (Hilda Taba). Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang
kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah
pendidikan.
Latar belakang munculnya inovasi kurikulum dikarenakan 4 faktor, yaitu
relevansi pendidikan, mutu pendidikan, efisiensi pendidikan dan pemerataan
pendidikan.
Sedangkan macam-macam inovasi di sekolah dasar yaitu yang pertama
struktur materi yang didalamnya terdapat hubungan vertikal, hubungan horizontal
dan kriteria struktur materi. Yang kedua, pendekatan pembelajaran yang
didalamnya terdapat pengalaman belajar, cara belajar dan belajar proses. Yang
ketiga, organisasi kelas yang isinya tentang belajar mandiri, diskusi, role playing,
simulasi dan bermain, SD kecil, SD terpadu dan SDLB. Yang ke empat yaitu
tentang system penyampaian yang dibagai menjadi dua yaitu modul dan paket.
Dan yang terakhir yaitu system penilaian yang dapat dilakukan dengan 6 cara,
yaitu tes nonkertas, tes dalam kondisi wajar, take home set, performance,
portofolio dan rubrik.
B. Saran
Sebagai calon seorang guru, sebaiknya kita dapat memahami lebih baik
lagi tentang kurikulum. Beberpaa inovasi kurikulum sangat bermanfaat untuk
pengajaran dikalangan sekolah dasar agar siswa menjadi tertarik dan tidak merasa
bosan.
17

More Related Content

What's hot

Persiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikalPersiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikalneviyarni
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Yang Dibuang
 
Isu-isu falsafah pendidikan negara
Isu-isu falsafah pendidikan negaraIsu-isu falsafah pendidikan negara
Isu-isu falsafah pendidikan negaraAnyu 1996
 
perubahan kurikulum
perubahan kurikulumperubahan kurikulum
perubahan kurikulumumiefatiya
 
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahNuruddin Arranirri
 
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan PelaksanaannyaInovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan PelaksanaannyaNovita Widianingsih
 
Efektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran
Efektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaranEfektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran
Efektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaranEdiYuversa
 
Pembelajaran inovatif 1
Pembelajaran inovatif 1Pembelajaran inovatif 1
Pembelajaran inovatif 1Hendri Saputra
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulumsyahriani612
 
1.2 elemen perubahan kurikulum rev
1.2 elemen perubahan kurikulum rev1.2 elemen perubahan kurikulum rev
1.2 elemen perubahan kurikulum revAmrizal Ahmad
 
PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21
PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21
PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21Kau Ilhamku
 
Kurikulum 2013 materi pelatihan
Kurikulum 2013 materi pelatihanKurikulum 2013 materi pelatihan
Kurikulum 2013 materi pelatihanBudhi Emha
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Santos Tos
 
Asgmnt abad 21 full
Asgmnt abad 21 fullAsgmnt abad 21 full
Asgmnt abad 21 fullazryna81
 
Ktsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falahKtsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falahSmkn1yembun
 
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21 PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21 Paulus Robert Tuerah
 

What's hot (20)

Persiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikalPersiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikal
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
 
Isu-isu falsafah pendidikan negara
Isu-isu falsafah pendidikan negaraIsu-isu falsafah pendidikan negara
Isu-isu falsafah pendidikan negara
 
perubahan kurikulum
perubahan kurikulumperubahan kurikulum
perubahan kurikulum
 
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
 
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan PelaksanaannyaInovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013
 
Efektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran
Efektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaranEfektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran
Efektivitas kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran
 
Pembelajaran inovatif 1
Pembelajaran inovatif 1Pembelajaran inovatif 1
Pembelajaran inovatif 1
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulum
 
1.2 elemen perubahan kurikulum rev
1.2 elemen perubahan kurikulum rev1.2 elemen perubahan kurikulum rev
1.2 elemen perubahan kurikulum rev
 
PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21
PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21
PENDIDIKAN ISLAM ALAF 21
 
Curriculum design(new)
Curriculum design(new)Curriculum design(new)
Curriculum design(new)
 
Kurikulum 2013 materi pelatihan
Kurikulum 2013 materi pelatihanKurikulum 2013 materi pelatihan
Kurikulum 2013 materi pelatihan
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013
 
Asgmnt abad 21 full
Asgmnt abad 21 fullAsgmnt abad 21 full
Asgmnt abad 21 full
 
PPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
PPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPANPPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
PPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
 
Ktsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falahKtsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falah
 
K13new
K13newK13new
K13new
 
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21 PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
 

Similar to Inovasi Kurikulum

AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptxAKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptxVinkaSriKembarawati
 
Aksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum Merdeka
Aksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum MerdekaAksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum Merdeka
Aksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum MerdekaSyilviIndrayani1
 
Tugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum PembelajaranTugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum Pembelajaranpidiani
 
Kurikulum Pembelajaran
Kurikulum PembelajaranKurikulum Pembelajaran
Kurikulum Pembelajaranpidiani
 
AKSI NYATA PAK AMIR.pdf
AKSI NYATA PAK AMIR.pdfAKSI NYATA PAK AMIR.pdf
AKSI NYATA PAK AMIR.pdfIsalIsal3
 
AKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptxAKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptxIkhsanst2
 
PPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptx
PPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptxPPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptx
PPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptxKarleon07
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitamahmudi moedy
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015anida juita
 
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdf
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdfMengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdf
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdfDwiJayatri
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikanFreddy Indra
 
Manajemen Kurikulum.docx
Manajemen Kurikulum.docxManajemen Kurikulum.docx
Manajemen Kurikulum.docxZukét Printing
 
Makalah Manajemen Kurikulum.docx
Makalah Manajemen Kurikulum.docxMakalah Manajemen Kurikulum.docx
Makalah Manajemen Kurikulum.docxZukét Printing
 
Makalah Manajemen Kurikulum.pdf
Makalah Manajemen Kurikulum.pdfMakalah Manajemen Kurikulum.pdf
Makalah Manajemen Kurikulum.pdfZukét Printing
 
Kania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania Yuliana
 
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Syaidah Ahnur
 

Similar to Inovasi Kurikulum (20)

Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptxAKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
 
Aksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum Merdeka
Aksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum MerdekaAksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum Merdeka
Aksi Nyata Platform Merdeka Mengajar Topik Kurikulum Merdeka
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
Tugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum PembelajaranTugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum Pembelajaran
 
Kurikulum Pembelajaran
Kurikulum PembelajaranKurikulum Pembelajaran
Kurikulum Pembelajaran
 
AKSI NYATA PAK AMIR.pdf
AKSI NYATA PAK AMIR.pdfAKSI NYATA PAK AMIR.pdf
AKSI NYATA PAK AMIR.pdf
 
AKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptxAKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MEDEKA BELAJAR.pptx
 
PPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptx
PPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptxPPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptx
PPT tugas Aksi nyata Kurikulum berubah.pptx
 
MAKALAH
MAKALAHMAKALAH
MAKALAH
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
 
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdf
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdfMengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdf
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah.pdf
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 
Manajemen Kurikulum.pdf
Manajemen Kurikulum.pdfManajemen Kurikulum.pdf
Manajemen Kurikulum.pdf
 
Manajemen Kurikulum.docx
Manajemen Kurikulum.docxManajemen Kurikulum.docx
Manajemen Kurikulum.docx
 
Makalah Manajemen Kurikulum.docx
Makalah Manajemen Kurikulum.docxMakalah Manajemen Kurikulum.docx
Makalah Manajemen Kurikulum.docx
 
Makalah Manajemen Kurikulum.pdf
Makalah Manajemen Kurikulum.pdfMakalah Manajemen Kurikulum.pdf
Makalah Manajemen Kurikulum.pdf
 
Kania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulum
 
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
 

More from Hariyatunnisa Ahmad

Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHariyatunnisa Ahmad
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemHariyatunnisa Ahmad
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeHariyatunnisa Ahmad
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Hariyatunnisa Ahmad
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranHariyatunnisa Ahmad
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Hariyatunnisa Ahmad
 

More from Hariyatunnisa Ahmad (20)

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Membaca
MembacaMembaca
Membaca
 
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Inovasi Kurikulum

  • 1. BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi. Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi. Inovasi baru merujuk kepada persepsi tentang suatu kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat mengalami perubahan pula. Yang diperlukan langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu dengan analisa situasi yang dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara lain peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum dan lainnya. Dengan adanya inovasi pada kurikulum yang dibuat, diharapkan ada kemajuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Guru juga dituntut agra bisa memompa semangat belajar siswa agar lebh giat lagi. Selain itu, seorang pendidik harus bisa memanfaatkan media yang telah maju untuk dipakai dalam pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan tidak monoton. Kebutuhan masyarakat belajar mengalami perubahan. Yang diperlukan langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu dengan anlisa situasi yang dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara lain peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum dll. Kurikulum bersifat dinamis, selalu berubah untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat diperlukan dalam perkembangan peserta pembelajaran. Kurikulum bersifat dinamis, selalu berubah untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat penting dan dibutuhkan karena dapat membantu guru dalam mengajar peserta didik dan mempermudah cara belajar peserta didik. 1
  • 2. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa itu inovasi kurikulum? 2. Bagaimana latar belakang munculnya inovasi kurikulum? 3. Apa saja macam-macam inovasi di sekolah dasar? C. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca dapat memahami tentang inovasi kurikulum. Mengetahui bagaimana latar belakang munculnya inovasi kurikulum serta pengembangan kurikulum di Indonesia dan pembaca juga bisa tahu apa saja macam-macam dari inovasi kurikulum yang ada dan bisa digunakan di sekolah dasar. 2
  • 3. BAB II P E M B A H A S A N A. Pengertian Inovasi Kurikulum Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi. Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi. Sedangkan pengertian kurikulum menurut Hilda Taba adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu. Jadi, inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. B. Latar Munculnya Inovasi Untuk kurikulum perlu dan harus senantiasa dikembangkan, diperbarui dan disempurnakan. Penginovasian dilakukan pada masalah relevansi pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efesiensi, dan masalah pemerataan pendidikan. Dewasa ini, kesadaran masyarakat atas pentingya pendidikan semakin baik, pendidikan yang tadinya dianggap sebelah mata oleh kalangan menengah kebawah sekarang telah menjadi kebutuhan hidup, hal ini mendorong lembaga pendidikan khusunya sekolah formal untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikanya. Beberapa hal yang melatar belakangi timbulnya inovasi pendidikan antara lain : 1. Relevansi Pendidikan 3
  • 4. Tuntutan kehidupan di era modern ini semakin tinggi dan kompleks sehingga menyebabkan munculnya persyaratan tertentu bagi individu agar dapat memasuki dunia kerja, dimana tuntutan itu merupakan dampak kemajuan yang telah dicapai. Dalam hal ini agar sekolah dapat menyesuaikan pendidikan dengan berbagai tuntutan pendidikan, maka isi kurikulum yang berupa inovasi dalam mengembangkan kurikulum di sekolah harus memperhatikan berbagai kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Dari pernyataan tersebut perlu dicarikan suatu inovasi dalam kurikulum untuk membekali lulusan agar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang serasi dengan masyarakat sekitar tanpa mengabaikan kurikulum yang berlaku secara nasional. Pemerintah melalaui Keputusan Menteri Pendidikaan dan Kebudayaan nomor 0412/U/1987, secara tersirat menyantumkan pengertian muatan local. Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, social, budaya, dan kebutuhan daerah yang perlu dipelajari murid. (Y. Padmono, 2010 : 11) 2. Mutu Pendidikan Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik (leaners). Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan (output) yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. Mutu dalam proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (di tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar 4
  • 5. mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya. Suatu proses dikatakan bermutu tinggi apabila ada pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) yang dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus.Sedangkan yang dimaksud dengan mutu dalam konteks "hasil pendidikan" merupakan kinerja sekolah yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh lembaga tersebut. Masyarakat sebagai konsumen lulusan sekolah menuding lulusan banyak yang bermutu rendah, hal ini harus ditanggapi secara positif sebagai cambuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan , dengan perbaikan kurikulum, perbaikan manajemen, perbaikan kualitas tenaga pengajar, revitalisasi fungsi pengawasan, check and balances. Dibutuhkan sinergi yang baik dari berbagai kalangan pendidikan, baik guru, orang tua murid, komite sekolah, pejabat terkait, dan kalangan akademisi atau praktisi pendidikan untuk benar-benar mendedikasikan dirinya demi kemajuan pendidikan nasional. Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi 5
  • 6. adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara objektif dan teratur. Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan. Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa untuk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat. Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar. Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. 3. Efesiensi 6
  • 7. Efisiensi adalah usaha untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada dengan hemat, akan tetapi mendapatkan hasil yang optimal, banyak aspek yang harus dibenahi dalam pendidikan di indonesia, antara lain adalah tidak efisiensinya waktu, tenanga pengajar, dan biaya, untuk mengatasi hal ini dibutuhkan regulasi yang akomodatif terhadap kemajuan pendidikan dan dapat dipahami semua pihak. Efesiensi berkaitan dengan usaha yang dilakukan diharapkan dengan biaya tenaga, waktu seminimal mungkin dan diharapkan menghasilkan hasil yang maksimal. Beberapa hal yang menunjukan kurang efesiensinya pendidikan misalnya : banyak waktu terbuang untuk hal-hal yang kurang berkaitan dengan pendidikan (menanti pejabat penting, ditinggal rapat, dll). Hal tersebut perlu dicarikan alternatif agar waktu belajar tidak terganggu. Selain dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan agar tidak banyak waktu terbuang untuk menerangkan hal-hal yang sebenarnya sebenarnya dapat dipelajari murid di luar jam tatap muka. Hal tersebut perlu pula diterapkan dalam mengatur agar tidak terjadi pemborosan tenaga guru, anggaran peralatan, sehingga pendidikan dapa dicapai dengan efesien. 4. Pemerataan Pendidikan Hasil lokal karya nasional UNESCO 5-9 Juli1988 dengan tema “National Workshop on University Primary Education dor the Disadvantage Population Group”. Inti workshop adalah mencari upaya berbagai bentuk pendidikan yang mungkin dilakukan untuk memberi kesempatan sekelompok penduduk yang belum mengenyam pendidikan. Di Indonesia anak usia 7-12 tahun baru 97% yang baru menikmati layanan pendidikan, itupun tidak tuntas lulus SD. Terdapat 26,5 juta anak yang dpat menikmati pendidikan, sedangkan yang 3 % nya belum terjangkau pendidikan, antara lain mereka adalah penduduk sulit dijangkau, berpindah-pindah, bermukim di perahu, penduduk berkebudayaan ekslusif dan terasing, penduduk lahir berkelainan. 7
  • 8. Pemerataan dapat terlaksana bila pendidikan bersifat luwes dan perlunya konsep desentralisasi pendidikan. Angka putus sekolah dan tidak sekolah di indonesia masih memprihatinkan, baik yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, maupun karena tidak tersedianya lembaga pendidikan formal didaerah tertentu dan untuk penduduk yang berkelainan. Kenyataan ini harus disikapi serius oleh pemerintah dengan terus meningkatkan anggaran pendidikan baik dari APBN maupun APBD yang lebih dialokasikan untuk memberikan bantuan pembiayaan bagi anak-anak yang putus sekolah dan tidak bersekolah karena masalah tekanan ekonomi. Pembangunan sarana pendidikan, penyediaan tenaga pengajar, dan sistem pendidikan yang luwes bagi kondisi masyarakat setempat diperlukan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan. Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri. Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan potensi dan kemajuan teknologi baru. Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk. Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa 8
  • 9. yang masih tertinggal juga harus mendapat perhatian guna mencegah munculnya kecemburuan sosial. Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional. Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi, informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan biaya yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di samping itu, sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau serta dapat menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan. Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang menjadi sasaran kita dengan menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional. Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat pendapatan penduduk ataupun antargender. C. Macam Inovasi di Sekolah Dasar 9
  • 10. 1. Struktur Materi a. Hubungan Vertikal Pengajaran akan berhasil dengan baik apabila materi pengajaran berkaitan satu sama lain antar waktu yaitu materi pelajaran yang lebih rendah berkaitan dan dikembangkan lebih luas dalam materi kelas-kelas yang lebih tinggi. Hal tersebut akan menjaga materi pelajaran tidak terjadi perulangan, perbedaan dan pertentangan. Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah: (1) penggunaan sistem kelas atau tanpa kelas pada dalam pelaksanaan kurikulum; (2) sistem unit waktu yang digunakan, (3) pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi dan pokok bahasan. Kesinambungan kurikulum secara vertikal yaitu kesinambungan antara berbagai tingkat kelas maupun jenjang sekolah yang menyangkut beberapa hal berikut : a) Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya. b) Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, ketumpang-tindihan dan keberulangan bahan pelajaran yang tidak perlu dapat dihindari. Contoh penerapannya: Kurikulum muatan lokal di suatu SD dikembangkan secara berkesinambungan sesuai tahapannya masing- masing. Hal ini terlihat dalam pengembangan mata pelajaran bahasa inggris di sekolah ini. Penyampaian materi bahasa inggris dimulai sejak kelas I, padahal sebenarnya tidak ada kurikulum bahasa inggris bagi kelas I. Jadi, saat diadakan ujian akhir, siswa kelas I-III tidak mengikuti ujian akhir untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Penyampaian materi bahasa inggris yang dimulai sejak dini ini, dikarenakan para peserta didik telah mendapatkan pengenalan materi ini sejak usia prasekolah. Karenanya, sekolah meneruskan tahapan 10
  • 11. pengembangan mata pelajaran bahasa inggris dimulai dari kelas I hingga kelas VI secara bertahap agar pemahaman siswa dapat bertahan dan mereka memiliki pemahaman yang utuh. b. Hubungan Horizontal Penyajian materi pelajaran yang sama hendaknya saling berkaitan antara materi-materi pelajaran. Adanya kaitan hubungan horizontal pengajaran akan lebih bermakna dan saling dukung dan tidak terjadi perbadaan dan pertentangan, serta menumbuhkan pengalaman belajar murid yang lebih menyeluruh dan menyatu. Struktur horizontal dalam kurikulum berkaitan dengan bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diberikan pada peserta didik. Kesinambungan secara horizontal mempunyai makna bahwa ada kesinambungan antara berbagai bidang studi, yang berkaitan dengan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering menyampaikan hubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutan dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik. Misalnya, untuk mengubah angka temperatur Skala Celcius ke skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian pecahan (Matematika). Karena itu, pelajaran mengenai bilangan pecahan tersebut hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara mengubah temperatur. Dalam prinsip kontinuitas ini Isi program dan penerapan kurikulum di setiap lembaga pendidikan harus memberi bekal bagi setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya secara berkesinambungan dan berkelanjutan (kontinuitas). Perkembangan anak dan proses belajarnya terus berjalan tanpa batas. Oleh karena itu program dan pengalaman belajar di setiap sekolah harus memberi inspirasi bagi setiap anak untuk maju keberlanjutan sehingga mencapai ketuntasan. 11
  • 12. Keberlanjutan harus terjadi secara paralel antar kelas pada satu jenjang pendidikan, keberlanjutan antar jenjang pendidikan, maupun keberlanjutan antara jenjang pendidikan dengan tugas-tugas kehidupan di masyarakat (life skill). Oleh karena itu ketika setiap satuan pendidikan mengembangkan kurikulum, harus membaca dan mengetahui bagaimana program kurikulum di satuan pendidikan yang lainnya (horizontal maupun vertikal). c. Kriteria Struktur Materi Kriteria untuk menjaga struktur materi yaitu (1) Berkesinambungan artinya menyangkut hubungan vertical atau pengulangan. Contohnya jika jika pelajaran membaca merupakan tujuan yang penting yang harus mendapatkan kesempatan terus menerus dan berkelanjutan untuk memberi kesempatan mempraktekan dan mengembangkan kemampuan hal tersebut akan menunjukan pengembangansuatu kemampuanyang telah diperoleh sebelumnya.dan struktur materi lebih efektif. (2) Berurutan, mengisyaratkan pengajaran tidak terjadi pengulangan yang sama dalam tingkat kesukaran akibatnya terjadi replikasi. Berurutan menunjuk pada terpeliharangya komunitas, kedalaman dan keluesan materi dengan jalan membuat materi makin lama, luas dan dalam disbanding materi sebelumnya. (3) Integrasi atau keterpaduan merupakan usaha terpeliharanya hubungan horizontal antara materi pokok bantuan, tema yang diajarkan pada mata pelajaran serumpun (terkait). 2. Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran Inovasi yang dilakukan agar seseorang berhasil dalam belajar sesuatu bila subjek melakukan / memahami apa yang dipelajari dan tidak hanya sekedar mendengar atau mencatat, antara lain : a. Pengalaman Belajar Pengalaman belajar terjadi apabila siswa dapat menangkap dan mengembangkan sendiri materi yang di sampaikan guru. Sehingga dapat 12
  • 13. disimpulkann pengalaman belajar dimaksudkan aktivitas belajar murid bukan aktivitas mengajar guru. Pengalaman belajar tidak dapat disamakan dengan materi belajar ataupun kegiatan guru dalam mengajar. Pengalaman belajar merupakan hasil daripada sebuah aktivitas belajar murid di sekolah bukan aktivitas guru. Anak tersebut dapat menangkap dan mampu mengembangkan sendiri materi yang disampaikan oleh guru. maka anak telah mengalami belajar atau berpengalaman dalam belajar. Hal ini jelas berbeda baik ditinjau dari proses dan hasil belajar dari siswa yang hanya mencatat dan menghafal materi dari guru. b. Cara Belajar Aktif Terdapat 2 istilah yang saling berkaitan yaitu kegiatan belajar dan pengalaman belajar. Perbedan kedua istilah tersebut adalah pada perencanaan kurikulum kita menetapkan kegiatan belajar,, sedangkan pada evaluasi kita melihat apakah murid memiliki pengalaman belajar sebagai hasil memepelajari materi pelajaran melalui keaktifan belajar. Untuk dapat menunjang pengalaman belajar, maka harus diupayakan aktivitas siswa berangsur berubah dari posisi obyek pengajaran maenjadi subyek pengajaran, murid diharapkan berperan aktif (sebagai subyek). Keaktifan murid mencakup : (1) keaktifan mental, artinya murid terlibat dalam memperoleh pengalaman, menyenangi materi dan mau secra sukarela belajar yang pada akhirnya akan merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan. (2) Keaktifan intelektual yaitu dengan keterkaitan, kemauan dan kebutuhan belajar akan memotivasi diri siswa untuk berfikir secara maksimal dalam aktivitas belajar. Keaktifan sosial individu akan senantiasa dan suka bersama-sama melakukan aktivitas belajar dengan teman. (3) Keaktifan otomatis yaitu otomatis fisik akan ikut terlibat maksimal. 13
  • 14. c. Belajar Proses Belajar dengan menghafal yang disebut sebagai belajar verbal, berakibat siswa mudah lupa pada materi yang telah dipelajari. Berdasarkan kenyataan ini siswa perlu diajarkan dengan praktek misalnya mengobservasi, menghitung, mengukur mengelompokan, mencari saling hubungan, mengnalisis, menyimpulkan, membuat perkiraan, menyusun hipotesis. Belajar proses yang dapat mendorong murid dalam memahami materi misalnya: murid dilatih mengobservasi, mengelompokkan, menyimpulkan, dll. Sebagai catatan, walaupun disarankan pengajaran tidak sekedar menghafal tetapi proses, namun benyak hal yang setelah proses selesai perlu dihafal, misalnya perkalian, dan rumus – rumus. 3. Organisasi Kelas a. Belajar Mandiri Belajar pada dasarnya bersifat individual, walaupun terselanggaranya dalam kelas namun kemauan, keterlibatan dalam belajar berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Kegiatan belajar dapat dilakukan dengan menyediakan sarana prasana secara lengkap, siswa dapat dikelompokan pada kelompok besar, kecil, berpasangan atau individu dan pengelompokan dapat berdasarkan pada kemauan, bakat, minat kesenangan dan sebagainya. b. Diskusi Tanya Jawab Belajar dapat dilakukan dengan Tanya jawab dan guru berperan sebagai moderator jalannya diskusi Tanya jawab. c. Role Playing, Simulasi dan Bermain. Belajar dapat dilakukn dengan bermain peran tentang topik yang sesuai kebutuhan atau imajinasi murid. Anak bermain peran, ditanggap teman, dan dicarikan solusi oleh guru ( bila murid merasa kesulitan ). 14
  • 15. d. SD Kecil Merupakan sekolah yang ditujukan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dimana dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara fleksible, misal: seorang guru mengasuh dua atau tiga kelas sekaligus, jumlah siswa bervariasi, siswa pandai dapat membantu guru. e. SD Terpadu Yaitu memberi kesempatan anak tidak normal bersama-sama duduk di SD biasa. f. SDLB Yaitu sekolah yang khusus untuk memberikan kesempatan belajar kepada anak tidak normal seperti cacat fisik dan mental. 4. Sistem Penyampaian a. Sistem modul bertujuan agar siswa terbiasa belajar mandiri, guru berfungsi sebagai pembimbing. Juga memberikan kesempatan anak-anak daerah terpencil untuk mendapat kesempatan belajar. b. Paket Belajar bertujuan agar siswa (PLS) mempunyai bekal ketrampilan sehingga menjadi bekal untuk mandiri bagi mereka. 5. Sistem Penilaian a. Tes Nonkertas Dilakukan dengan penilaian hasil karya murid, karangan, tes, ejaan, tes pidato, tes lisan. Disamping itu terdapat perilaku murid melalui pengalaman tentang perilaku anak. b. Tes dalam Kondisi Wajar Tes non kognitif dapat dilakukan dengan kondisi wajar dimana siswa tidak menyadari bila mereka sedang dinilai. Misal : pengamatan tata bahasa anak waktu mengirim surat. c. Take Home Test Siswa dapat dites dengan kebebasan membuka kamus, buku, dan boleh dibawa pulang. 15
  • 16. d. Perfomance Penilaian performance ini dilakukan dengan cara menilai penampilan siswa saat berbicara di depan kelas atau keberanian menyampaikan pendapatnya. e. Portofolio Penilaian diambil berdasarkan tugas-tugas yang dikerjakan seperti tugas terstruktur. f. Rubik Rubrik merupakan alat penilaian yang bersifat subjektif. Ini adalah satu set kriteria dan standar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang digunakan untuk menilai prestasi pelajar di atas kertas, projek, esay, dan tugas lain. 16
  • 17. BAB III P E N U T U P A. Kesimpulan Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan. Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu (Hilda Taba). Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Latar belakang munculnya inovasi kurikulum dikarenakan 4 faktor, yaitu relevansi pendidikan, mutu pendidikan, efisiensi pendidikan dan pemerataan pendidikan. Sedangkan macam-macam inovasi di sekolah dasar yaitu yang pertama struktur materi yang didalamnya terdapat hubungan vertikal, hubungan horizontal dan kriteria struktur materi. Yang kedua, pendekatan pembelajaran yang didalamnya terdapat pengalaman belajar, cara belajar dan belajar proses. Yang ketiga, organisasi kelas yang isinya tentang belajar mandiri, diskusi, role playing, simulasi dan bermain, SD kecil, SD terpadu dan SDLB. Yang ke empat yaitu tentang system penyampaian yang dibagai menjadi dua yaitu modul dan paket. Dan yang terakhir yaitu system penilaian yang dapat dilakukan dengan 6 cara, yaitu tes nonkertas, tes dalam kondisi wajar, take home set, performance, portofolio dan rubrik. B. Saran Sebagai calon seorang guru, sebaiknya kita dapat memahami lebih baik lagi tentang kurikulum. Beberpaa inovasi kurikulum sangat bermanfaat untuk pengajaran dikalangan sekolah dasar agar siswa menjadi tertarik dan tidak merasa bosan. 17