SlideShare a Scribd company logo
FARMAKOLOGI 
Toksisitas Dr. Afifah B. akut, Sutjiatmo 
subkronis, dan 
Ita Nur Anisa., S. Si., M. Si., Apt 
teratogenik 
1
PENDAHULUAN 
– Toksikologi adalah kajian tentang hakikat 
dan mekanisme efek toksik berbagai bahan 
terhadap makhluk hidup dan sistem biologik 
lainnya (Frank C. Lu; Toksikologi dasar) 
– Ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat 
kimia atas sistem biologi ttt(Loomis, 1978) 
2 
Dosis 
toksikologi 
lebih besar 
dari 
farmakologi
CONTOH PERISTIWA KERACUNAN 
3 
Tempat dan 
tahun 
Toksikan Efek buruk Jumlah yg 
terkena 
Bhopal, India, 
1984 
Metilisosianat 
yang dilepas ke 
udara 
kasus neofatal 200.000 
Eropa barat, 
akhir 1950- 
awal 1960 
Talidomid Fokomelia 10.000 
Detroit, mich, 
1930 
Tri-o-kresil 
fosfat dalam 
ginger jake 
neurotoksisitas 16.000
PENGGOLONGAN TOKSISITAS 
• Toksisitas akut 
Efek yang langsung berhubungan dengan 
pemaparan zat toksik. 
• Toksisitas kronis 
Efek yang diterima tubuh karena adanya zat 
dalam jumlah sedikit dalam jangka waktu yang 
lama sehingga akan terakumulasi mencapai 
konsentrasi toksik dan menyebabkan terjadinya 
gejala keracunan. 
4
UJI 
TOKSISITAS 
Yang perlu diperhatikan pada 
uji toksisitas : 
• Pemilihan species, galur dan 
jumlah hewan uji 
• Cara pemberian zat uji 
• Pemilihan dosis uji 
• Sifat fisika dan kimia zat uji 
• Efek samping zat uji dan 
kespesifikan organ tertentu. 
• Teknik dan prosedur 
pengujian 
Uji untuk 
mendeteksi efek 
toksik suatu zat pada 
sistem biologi dan 
untuk memperoleh 
data pada dosis 
tertentu yang khas 
dari zat uji. 
5
METODE UJI TOKSISITAS 
• Uji toksisitas yang dirancang untuk 
mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu 
senyawa pada hewan eksperimental, uji-uji 
ini diidentifikasi sebagai uji toksisitas akut, 
uji toksisitas subkronis, dan uji toksisitas 
kronis. 
• Uji toksisitas yang dirancang untuk 
mengevalusi dengan rinci tipe toksisitas 
spesifik. 
6
TIPE TOKSISITAS SPESIFIK 
– Uji toksisitas yang menentukan efek 
suatu zat dengan adanya zat-zat 
tambahan yang mungkin secara 
bersama-sama dijumpai, dan dimana 
toksisitas dari satu zat atau yang lain 
diperkuat yaitu uji potensi. 
– Uji toksisitas untuk menentukan efek 
atas janin (fetus) pada hewan hamil 
yakni uji teratogenik. 
– Uji toksisitas untuk menentukan efek 
atas kemampuan reproduktif hewan 
eksperimental yakni uji reproduksi. 
– Uji toksisitas untuk menentukan efek 
pada sistem kode genetika, yakni uji 
mutagenik. 
– Uji toksisitas untuk 
menentukan kemampuan zat 
untuk menimbulkan tumor, 
yakni uji kemampuan 
tumorigenisitas dan 
karsinogenisitas. 
– Uji toksisitas efek lokal untuk 
menentukan bilamana zat-zat 
itu dipakai secara langsung 
pada kulit dan mata. 
– Uji toksisitas untuk 
menentukan efek zat atas 
berbagai macam pola tingkah 
laku hewan, yakni uji perilaku. 
7
SPEKTRUM EFEK TOKSIK 
• Efek lokal dan sistemik 
• Efek reversibel dan ireversibel 
• Efek segera dan tertunda 
• Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi 
• Reaksi alergi dan idiosinkrasi 
• Respon bertingkat dan respon kuantal 
8
Factors influence Toxicity 
• Composition of toxicant 
• Doses and Concentration 
• Route and Site of Exposure 
intra vena > inhalasi > 
intraperitonial > sub kutan > 
intra muskular > intra dermal > 
oral > topikal 
• Duration and Frequency of 
Exposure 
Acute (less than 24 h), Sub 
chronic (1 month or less), 
Chronic (more then 3 months) 
• Sex 
• Metabolism 
• Health status 
• Age 
→ pediatrie and geriatrie 
• Nutrition status and food 
factors 
• Genetic 
• Environmental 
– Temperature 
– Occupation 
– Living condition 
9
ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSRESI 
- Suatu toksikan melewati membran sel melalui 4 
mekanisme : difusi pasif, filtrasi lewat pori-pori 
membran, transpor dengan bantuan protein 
carier, endositosis. 
– Jalur utama absorpsi toksikan adalah 
10
ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSRESI 
– Distribusi : laju distribusi ke tiap bagian tubuh 
berhubungan dengan aliran darah di bagian 
tersebut, mudah tidaknya zat kimia itu melewati 
dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas 
komponen bagian tubuh terhadap zat kimia itu. 
– Eksresi : toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, 
metabolit, atau konjugat. Jalur utama eksresi 
adalah urin, bisa juga hati dan paru. 
11
BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN 
• Biotransformasi suatu proses yang 
mengubah senyawa asal menjadi metabolit, 
kemudian membentuk konjugat. 
• William membagi mekanisme biotransformasi 
dalam 2 jenis utama : 
- reaksi fase 1 melibatkan reaksi oksidasi, reduksi 
dan hidrolisis. 
- reaksi fase 2 merupakan produksi suatu senyawa 
melalui konjugasi toksikan atau metabolitnya 
dengan suatu metabolit endogen. 
12
PENANGANAN KERACUNAN 
• Menjaga fungsi vital (respirasi, SSP, 
kardiovaskular & sistem vital lain) 
• Menghambat absorpsi racun 
• Pemberian antidot 
• Mempercepat eliminasi racun 
13
UJI TOKSISITAS 
– Uji toksisitas akut: suatu pengujian untuk mendeteksi efek 
toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian 
zat uji dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang 
diberikan dalam jangka waktu 24 jam. 
– Uji toksisitas subkronis : suatu pengujian untuk 
mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian zat 
uji dengan dosis berulang pada hewan uji selama sebagian 
umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur 
hewan. 
– Uji toksisitas kronis :suatu pengujian untuk mendeteksi 
efek toksik yang muncul setelah pemberian zat uji secara 
berulang sampai seluruh umur hewan. 
14
TOKSISITAS AKUT 
• Prinsip uji toksisitas : Zat uji dalam beberapa tingkat 
dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji, 
satu dosis per kelompok, selanjutnya dilakukan 
pengamatan terhadap adanya efek toksik dan 
kematian. 
• Tujuan uji toksisitas akut : mendeteksi toksisitas 
instrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran dan 
kepekaan species, memperoleh informasi bahaya 
setelah pemaparan suatu senyawa secara akut, 
memperoleh informasi awal untuk menetapkan 
tingkat dosis, menetapkan LD50, dan merancang 
untuk uji toksisitas selanjutnya. 
15
PROSEDUR UJI TOKSISITAS AKUT 
– Kondisi ruangan dan pemeliharaan hewan uji 
Untuk hewan pengerat digunakan ruangan dengan 
suhu 22ºC (+3º), kelembaban relatif 30-70%, dan 
penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap. 
– Dosis dan batas uji 
Digunakan 5 – 10 kelompok dosis dan 1 kelompok kontrol. 
Dosis uji dengan dosis tertinggi yang menyebabkan 0% 
kematian dan dosis terendah yang menyebabkan 100% 
kematian. Batas uji 15.000 mg/kg BB tidak perlu dinaikan 
lagi. 
16
PROSEDUR UJI TOKSISITAS AKUT 
– Hewan uji 
biasanya digunakan tikus atau mencit, harus sehat, 
dewasa, 2 jenis kelamin, umur 5 – 6 minggu. Masing-masing 
perkelompok 5-10 ekor hewan untuk setiap 
jenis kelamin. 
– Cara pemberian zat uji 
sesuai dengan pemberian pada manusia, diberikan 
dalam dosis tunggal. 
– periode pengamatan 
dilakukan 14 hari. 
17
PROSEDUR UJI TOKSISITAS AKUT 
Hewan uji di aklimatisasi dlm ruangan percobaan + 7 hari,kelompokkan 
secara acak. 
Bila diberikan zat uji diberikan secara oral, hewan uji dipuasakan selama 
16-18 jam 
Dilakukan pengamatan pada T0 sebelum diberikan zat uji, setelah diberikan zat uji 
diamati parameter uji perilaku pada T30, T60, T120 dan T240. 
Amati selama 14 hari, dan tiap hari ditimbang. 
Setalah 14 hari, dipuasakan kemudian dibedah, dan di 
18 
timbang organnya.
SKEMA ALAT UJI TOKSISITAS AKUT 
19
EVALUASI PENGAMATAN TOKSISITAS AKUT 
• Parameter uji perilaku 
• Pengamatan bobot badan 
• Indeks organ 
% bobot organ = bobot organ/bobot badan X 100% 
• Kematian 
• Penemuan makroskopis dan mikroskopis 
20
PARAMETER PENGAMATAN PERILAKU UJI TOKSISITAS 
AKUT 
• jumlah jengukan : naik dan 
turun(hipnotik dan 
neuroleptik) 
• aktivitas motorik : normal, 
naik atau turun 
• fenomena straub 
• Piloereksi (+ = 
Simpatomimetik) 
• Ptosis (simpatolitik) 
• refleks korneal(transquilizer, 
relaksan otot) 
• refleks pineal 
• Lakrimasi(parasimpatomi 
metika) 
• vasodilatasi 
• katalepsi 
• Gelantung(membedakan 
neuroleptik dan hipnotik) 
• retablishment 
• jalan mundur 
21
• jalan melingkar 
• fleksi 
• Haffner(analgetika 
narkotika) 
• geliat 
• grooming 
• tremor 
• gemetar badan 
• vokalisasi 
• urinasi 
• defekasi 
• denyut jantung 
• salivasi 
• mortalitas 
• sikap tubuh 
• nafas 
22
PENGAMATAN GEJALA TOKSIK 
Sistem Tanda toksik 
Autonomik Salivasi, diare, keluar air seni, piloereksi, hipersekresi hidung 
perilaku Posisi duduk kepala ke atas, kepala tertunduk, aktivitas aneh 
sensorik Refleks korneal, refleks pineal, peka terhadap nyeri 
neuromuskular Aktivitas meningkat atau berkurang, ekor melengkung ke atas 
23 
membentuk huruf S(tanda straub), kematian. 
kardiovaskular Denyut jantung meningkat atau berkurang, vasodilatasi, 
vasokonstriksi. 
pernafasan Sifat dan kecepatan pernafasan 
mata Lakrimasi, ptosis, 
pencernaan Defekasi, urinasi, 
kulit Piloereksi
MEKANISME TOKSISITAS AKUT 
• Narkosis 
• Asetilkolinesterase inhibitor 
• Ion chanel modulator 
• Inhibitor of cellular respiration 
24
LD50 
LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik 
membunuh 50% hewan percobaan 
Kegunaan LD50 : 
• Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya 
• Evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja 
• Perencanaan toksisitas subkronis dan kronis 
• Memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas, 
pengaruh umur, jenis kelamin, variasi respon antar 
species/hewan. 
• Memberikan informasi tentang reaktivitas populasi hewan 
• Memberikan informasi dalam merencanakan pengujian 
obat pada manusia 
• Deteksi pencemaran toksik dan perubahan fisisk yang 
mempengaruhi bioavaibilitas. 
25
MENGHITUNG LD50 
Grafik manual 
• buat tabel antara dosis, log 
dosis, kematian, %kematian 
dan probit. 
• Masukkan dalam program 
excel antara log dosis dan 
probit 
• Akan di dapat kurva antara 
log dosis(X) dan probit(Y) 
serta persamaan regresi (y = 
bx+a) 
• Y = 5, X yang dicari 
• Hasilnya adalah log dosis, 
maka di anti log kan itulah 
LD50. 
SPSS 
• Klik spss statistik, klik variabel 
view. 
• Klik name : dosis enter, respon 
enter, total enter. 
• Klik data view : dosis dan respon 
di isi, total diisi semua 100. 
• Klik analysis regression, klik 
probit 
• Tampilan pada layar komputer : 
probit analysis 
dosis dimasukkan ke co variate 
respon dimasukkan ke respon 
frequency 
total dimasukkan ke total 
observeed 
26 
• Lihat transform : klik log base 10
CONTOH TABEL 
PROBIT 
27
CONTOH GRAFIK 
PROBIT 
28
NILAI LD50 
Kategori LD50 
supertoksik 5 mg/kg atau kurang 
Amat sangat toksik 5 - 50 mg/kg 
Sangat toksik 5 - 500 mg/kg 
Toksik sedang 0,5 – 5 g/kg 
Toksik ringan 5 – 15 g/kg 
Praktis tidak toksik > 15 g/kg 
29
CONTOH NILAI LD50 
Zat species LD50(mg/kg BB) 
etanol mencit 10.000 
Natrium klorida mencit 4.000 
Fero sulfat tikus 1.500 
Morfin sulfat tikus 900 
fenobarbital tikus 150 
Nikotin tikus 1 
Toksin botulinum tikus 0,00001 
30
PRINSIP UJI TOKSISITAS SUBKRONIS 
• zat uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan 
setiap hari, pada beberapa kelompok hewan uji, 
satu dosis per kelompok, selama 28 hari sampai 
10% dari seluruh umur hewan (90 hari). Pada 
akhir percobaan, hewan yang masih hidup 
dipuasakan + 18 jam (bila pemberian zat uji di 
oral) dan dibedah, dilakukan pengujian 
hematologi, biokimia darah, profil urin, uji 
perilaku, dan histologi. 
31
TUJUAN UJI TOKSISITAS SUBKRONIS 
• Memperoleh informasi tentang efek toksik zat 
yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut 
• Memperoleh informasi adanya efek toksik setelah 
pemaparan zat kimia secara berulang dalam 
jangka waktu tertentu. 
• Memperoleh informasi dosis yang tidak 
menimbulkan efek toksik. 
• Mempelajari adanya efek kumulatif dan efek 
reversibilitas 
32
TOKSISITAS SUBKRONIS 
• Jumlah dan hewan uji 
digunakan 2 jenis hewan yaitu pengerat dan 
bukan pengerat biasanya tikus dan anjing, dari 
2 jenis kelamin, sehat, dewasa, umur 5-6 
minggu untuk tikus dan 4-6 bulan untuk anjing. 
Masing-masing 10 ekor untuk pengerat dan 4 
ekor untuk non pengerat 
33
TOKSISITAS SUBKRONIS 
– Kondisi ruangan dan pemeliharaan hewan uji 
Untuk hewan pengerat digunakan ruangan dengan suhu 
22ºC (+3º), kelembaban relatif 30-70%, dan penerangan 12 
jam terang dan 12 jam gelap. 
– Dosis uji 
Digunakan tiga kelompok dosis dan satu kelompok kontrol 
untuk setiap jenis kelamin. Dosis dan jumlah kelompok dosis 
harus cukup, hingga dapat diperoleh dosis toksik dan dosis 
tidak berefek 
34
TOKSISITAS SUBKRONIS 
– Cara pemberian zat uji 
zat uji harus diberikan sesuai dengan cara 
pemberian atau pemaparan yang diharapkan pada 
manusia 
– Lama pemberian zat uji 
Lama pemberian zat uji selama 28 sampai 90 hari 
atau 10% dari seluruh umur hewan 
35
EVALUASI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS 
– Parameter hematologi : eritrosit, leukosit, platelet, 
hematokrit, hemoglobin, diferensiasi leukosit, MCV, 
MCH, MCHC. 
– Parameter urin : pH, bobot jenis, volume urin dan 
endapan. 
– Parameter biokimia darah : Protein total, kreatinin, 
nitrogen urea, glukosa, kolesterol, SGPT, SGOT,dll. 
– Parameter uji perilaku 
– Parameter bobot badan 
– Histologi : jantung, paru-paru, hati, ginjal dan limfa. 
36
ALAT UJI TOKSISITAS SUBKRONIS 
37
38 
Organ atau 
sistem organ 
Pengamatan 
umum 
Uji laboratorium 
klinik pada darah 
Pemeriksaan 
patologi 
hati Perubahan warna SGOT, SGPT, 
kolesterol, 
protein total, 
albumin, 
fosfatase alkaline 
hati 
Sistem saluran 
cerna 
Diare, muntah, 
tinja nafsu 
makan. 
Protein total, 
albumin, 
natrium, 
kalium,globulin 
Lambung, saluran 
cerna. 
Sistem kemih Volume urin, 
konsistensi, 
warna 
BUN, protein 
total, albumin, 
globulin 
Ginjal dan 
kandung kemih 
sistem 
pernafasan 
Frekuensi nafas, 
batuk. 
Protein total, 
albumin, globulin 
Paru dengan 
bronkus besar
39 
Sistem endokrin Kulit,bulu, berat 
badan,sifat urin dan 
tinja 
Glukosa, Na, K, dan 
kolesterol 
Tiroid, adrenal, 
pankreas 
Sistem skeletal Pertumbuhan, 
deformasi, 
kelumpuhan 
Kalsium, fosfor, AP tulang 
kardiovaskular Frekuensi dan sifat 
nadi 
SGOT jantung 
kulit Warna, penampilan, 
bulu 
Protein total, 
albumin, globulin 
Dermal test only
UJI TOKSISITAS KRONIS 
–Tujuan uji toksisitas kronis untuk mengetahui 
profil efek toksik setelah pemberian zat uji 
secara berulang selama waktu yang 
diperpanjang, untuk menetapkan tingkat 
dosis yang tidak menimbulkan efek toksik, 
dosis yg di dapatkan dapat digunakan untuk 
menetapkan jumlah yang dapat dikonsumsi 
setiap hari(ADI) 
40
TOKSISITAS TERATOGENIK 
– Istilah teratogenik berasal dari bahasa Yunani yang 
berarti menghasilkan monster, atau lebih tepat 
disebut dismorfogenik. 
– Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme 
dan manifestasi dari perkembangan yang 
menyimpang dari sifat struktural dan fungsional. 
– Malformasi janin itu disebut terata dan zat kimia yang 
menimbulkan terata disebut zat teratogen atau zat 
teratogenik. 41
Prinsip-prinsip teratologi 
• Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotip 
konseptus dan cara komposisi genetik ini berinteraksi dengan 
lingkungan. 
• Kerentanan terhadap teratogen berbeda-beda menurut stadium 
perkembangan saat paparan. 
• Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis dan 
lamanya paparan terhadap suatu teratogen. 
• Teratogen bekerja dengan cara (mekanisme) yang spesifik pada 
sel-sel dan jaringan yang sedang berkembang untuk memulai 
embriogenesis (Patogenesis) yang abnormal. 
• Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, 
malformasi, keterlambatan pertumbuhan, dan gangguan 42 
fungsi
Rangkaian seluruh uji teratologi 
• Menimbulkan kehamilan 
• Memastikan kehamilan 
dan memberikan zat kimia 
uji 
• Menentukan efek 
teratogenik 
43
Mekanisme teratogen 
• Mutasi 
• Kelainan kromosom 
• Gangguan mitosis 
• Gangguan fungsi asam nukleat 
• Kekurangan nutrisi 
• Perubahan suplai energi 
• Perubahan dalam osmolaritas 
• Perubahan dalam membran sel 
• Perubahan enzim 
44
METODE UJI TERATOGENIK 
• metode in vivo , yaitu pada hewan percobaan tikus betina 
yang telah hamil diberikan larutan uji secara oral dengan 
dosis tertentu pada fase implantasi yaitu pada hari ke 3 – 5 
untuk melihat kematian prenatal, fase organogenesis pada 
hari ke 8 – 10 untuk melihat abnormalitas morfologi utama 
dan fase fetus pada hari 15 – 17 untuk melihat cacat fisik. 
• Apusan vagina dilakukan dengan pengamatan secara 
makroskopis untuk melihat siklus estrus tikus. Penetapan 
siklus estrus untuk mengawinkan dan menentukan hari 
pertama kehamilan. Setelah hamil, induk tikus dibedah 
kemudian di ambil fetusnya. Sebelum diamati sepertiga 
fetus itu diawetkan dalam etanol 90 % untuk pengamatan 
kerangka dan sisanya dalam larutan bouin untuk 
pengamatan jaringan lunak. 
45
MENENTUKAN SIKLUS ESTRUS 
• Metode pipet 
• Metode spatula atau kuret 
• Metode kapas atau oles 
46
SKEMA PENGUJIAN TERATOGENIK 
47 
Penentuan siklus 
estrus ditandai 
dengan sel epitel 
bertanduk 
Pembuktian 
pekawinan ditandai 
dengan adanya 
sperma pada masa 
subur 
Tikus dibiarkan hamil 
dan sehari sebelum 
kelahiran tikus 
dianastesi dan 
dibedah 
Sisa 2/3 nya dimasukkan ke 
dalam larutan bouin selama 
10-14 hari untuk 
pengamatan jaringan lunak 
1/3 anak tikus 
dimasukkan ke dalam 
etanol 90% selama 1- 
2 minggu untuk 
pengamatan 
kerangka 
Setelah 
dibedah, anak 
tikus yang 
telah dibedah 
ditimbang 
Untuk pengamatan 
kerangka, fetus dikeringkan 
dan di kuliti 
Setelah dikuliti, kemudian 
diwarnai, dengan KOH 
0,5%, H2O2 1%, pewarna 
alizarin, dan gliserol 5%, 
20%, 40%, 80% @ I minggu. 
Hasilnya disimpan dan 
ditmbahkan kristal timol
• Penentuan siklus estrus ditandai dengan sel epitel bertanduk 
• Pembuktian pekawinan ditandai dengan adanya sperma pada masa 
48 
subur 
• Tikus dibiarkan hamil dan sehari sebelum kelahiran tikus dianastesi 
dan dibedah 
• Setelah dibedah, anak tikus yang telah dibedah ditimbang 
• 1/3 anak tikus dimasukkan ke dalam etanol 90% selama 1-2 minggu 
untuk pengamatan kerangka 
• Sisa 2/3 nya dimasukkan ke dalam larutan bouin selama 10-14 hari 
untuk pengamatan jaringan lunak 
• Untuk pengamatan kerangka, fetus dikeringkan dan di kuliti 
• Setelah dikuliti, kemudian diwarnai, dengan KOH 0,5%, H2O2 1%, 
pewarna alizarin, dan gliserol 5%, 20%, 40%, 80% @ I minggu. 
• Hasilnya disimpan dan ditmbahkan kristal timol
CONTOH HASIL UJI TERATOGENIK 
49
CONTOH HASIL PENGAMATAN 
JARINGAN LUNAK 
50 
Perlakuan 
Fetus 
Total 
Fetus 
Diama 
ti 
Jumlah (%) Fetus Dengan Kelainan Organ yang Diamati Secara Makroskopis 
Hidung 
Cleft Palate 
Mata 
Hidro 
Hati 
Lambung 
Ginjal 
Pankreas 
Limpa 
Usus 
Jantung 
Paru 
Testis 
Ova 
Tangan 
Kaki 
Ekor 
I 26 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 
II 26 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 
III 30 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 
Kontro 
l 
26 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CONTOH HASIL PENGAMATAN 
KERANGKA 
51 
Perlakuan 
Fetus 
Total 
Fetus 
Diamati 
Kelainan 
Vertebra 
Anggota Gerak 
Depan 
Anggota Gerak 
Belakang 
C T L S Distal Proksimal 
Meta 
karpal 
Distal Proksimal 
Meta 
tarsal 
I 26 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 
II 26 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 
III 30 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 
Kontrol 26 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

More Related Content

What's hot

Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
Taofik Rusdiana
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Indra Gunawan
 
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMPengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Taofik Rusdiana
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
Dokter Tekno
 
Biofarmasetika i
Biofarmasetika iBiofarmasetika i
Biofarmasetika i
husnul khotimah
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
Dokter Tekno
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
CTie Lupy
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
Kopertis Wilayah I
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
Surya Amal
 
Reseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyuReseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyu
Asti Haryani
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Surya Amal
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Bayu Mario
 
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.comEkskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
Cholid Maradanger
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
 
Farmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. AntibiotikaFarmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. Antibiotika
Robby Candra Purnama
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistaminariefitri_14
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
'ekka' Siie Ceweggh Cancerr
 

What's hot (20)

Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMPengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Biofarmasetika i
Biofarmasetika iBiofarmasetika i
Biofarmasetika i
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
 
Emulsi (7)
Emulsi (7)Emulsi (7)
Emulsi (7)
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Reseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyuReseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyu
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
 
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.comEkskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
Farmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. AntibiotikaFarmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. Antibiotika
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 

Viewers also liked

Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic ToxicToxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Alex Bernadi
 
faktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitas
faktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitasfaktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitas
faktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitasFatmawati Fatmawati
 
Laporan praktikum farmakologi ld 50
Laporan praktikum farmakologi ld 50Laporan praktikum farmakologi ld 50
Laporan praktikum farmakologi ld 50
Siska Hermawati
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
Inoy Trisnaini
 
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi LingkunganToksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Nur Angraini
 
Probit analysis in toxicological studies
Probit analysis in toxicological studies Probit analysis in toxicological studies
Probit analysis in toxicological studies
kunthavai Nachiyar
 
Kelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
Kelompok Insektisida Praktis Tidak BeracunKelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
Kelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
himagrotekunud
 
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrinMenentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrinNovi Fachrunnisa
 
Toksikologi industri
Toksikologi industriToksikologi industri
Toksikologi industrimurdiyah
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
srinova uli
 
Uji toksisitas limbah tahu
Uji  toksisitas limbah tahuUji  toksisitas limbah tahu
Uji toksisitas limbah tahuApapunituzar
 
Respiratory system
Respiratory systemRespiratory system
Respiratory system
Dr. Armaan Singh
 
Respiration4
Respiration4Respiration4
Respiration4Burhan Umer
 
Laporan toksikologi
Laporan toksikologiLaporan toksikologi
Laporan toksikologi
Uswatun Khasanah
 
Metabolisme nitrogen
Metabolisme  nitrogenMetabolisme  nitrogen
Metabolisme nitrogen
rona_violita
 
Nitrogen narcosis
Nitrogen  narcosisNitrogen  narcosis
Nitrogen narcosis
Aarti Sareen
 
Dietary assessment
Dietary assessmentDietary assessment
Dietary assessment
Garima Gupta
 
Model probit
Model probitModel probit
Model probitMeina Zubayr
 

Viewers also liked (20)

Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic ToxicToxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
 
faktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitas
faktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitasfaktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitas
faktor-faktoor yang mempengaruhi toksisitas
 
Laporan praktikum farmakologi ld 50
Laporan praktikum farmakologi ld 50Laporan praktikum farmakologi ld 50
Laporan praktikum farmakologi ld 50
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
 
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi LingkunganToksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
 
Probit analysis in toxicological studies
Probit analysis in toxicological studies Probit analysis in toxicological studies
Probit analysis in toxicological studies
 
Kelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
Kelompok Insektisida Praktis Tidak BeracunKelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
Kelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
 
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrinMenentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
 
Toksikologi industri
Toksikologi industriToksikologi industri
Toksikologi industri
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Uji toksisitas limbah tahu
Uji  toksisitas limbah tahuUji  toksisitas limbah tahu
Uji toksisitas limbah tahu
 
Respiratory system
Respiratory systemRespiratory system
Respiratory system
 
Respiration4
Respiration4Respiration4
Respiration4
 
Laporan toksikologi
Laporan toksikologiLaporan toksikologi
Laporan toksikologi
 
Shivani - Nitrogen
Shivani - NitrogenShivani - Nitrogen
Shivani - Nitrogen
 
Intoksikasi
IntoksikasiIntoksikasi
Intoksikasi
 
Metabolisme nitrogen
Metabolisme  nitrogenMetabolisme  nitrogen
Metabolisme nitrogen
 
Nitrogen narcosis
Nitrogen  narcosisNitrogen  narcosis
Nitrogen narcosis
 
Dietary assessment
Dietary assessmentDietary assessment
Dietary assessment
 
Model probit
Model probitModel probit
Model probit
 

Similar to Farmakologi(1)

Uji praklinik obat baru
Uji praklinik  obat  baruUji praklinik  obat  baru
Uji praklinik obat baru
Habib Assinjiy
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
Fadhol Romdhoni
 
12. Toksikologi Industri.pdf
12. Toksikologi Industri.pdf12. Toksikologi Industri.pdf
12. Toksikologi Industri.pdf
Yochananmeisandro
 
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).pptMATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
AgusSudrajat19
 
uji toksik.pdf
uji toksik.pdfuji toksik.pdf
uji toksik.pdf
RodhiRestino
 
410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt
410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt
410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt
DPDPPNIPamekasan
 
Farmakologi Dasar
Farmakologi DasarFarmakologi Dasar
Farmakologi Dasar
Sainal Edi Kamal
 
Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN ilmu mengenai racun termasuk mendetek...
Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN  ilmu mengenai racun termasuk mendetek...Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN  ilmu mengenai racun termasuk mendetek...
Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN ilmu mengenai racun termasuk mendetek...
NurJayaMarzuki
 
Toksisitas Makanan/Food Toxicity
Toksisitas Makanan/Food ToxicityToksisitas Makanan/Food Toxicity
Toksisitas Makanan/Food Toxicity
Rohmad Joni Pranoto
 
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docxPenanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
CPuspitaSalsabilaSya
 
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologiMakalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologizipiklan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
RoniAlfaqih2
 
Toksikologi er-2010f
Toksikologi er-2010fToksikologi er-2010f
Toksikologi er-2010fAfrisari Toory
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.ppt
Said878643
 
Sejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatSejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatNina Vianti
 
Makalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologiMakalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologi
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologi
DinaMaulina7
 

Similar to Farmakologi(1) (20)

Uji praklinik obat baru
Uji praklinik  obat  baruUji praklinik  obat  baru
Uji praklinik obat baru
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
12. Toksikologi Industri.pdf
12. Toksikologi Industri.pdf12. Toksikologi Industri.pdf
12. Toksikologi Industri.pdf
 
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).pptMATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
 
uji toksik.pdf
uji toksik.pdfuji toksik.pdf
uji toksik.pdf
 
410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt
410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt
410525124-ASKEP-GADAR-KERACUNSN-DAN-OVERDOSIS-OBAT-ppt.ppt
 
Toksikologi b
Toksikologi bToksikologi b
Toksikologi b
 
Farmakologi Dasar
Farmakologi DasarFarmakologi Dasar
Farmakologi Dasar
 
Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN ilmu mengenai racun termasuk mendetek...
Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN  ilmu mengenai racun termasuk mendetek...Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN  ilmu mengenai racun termasuk mendetek...
Pengantar Toksikologi Dasar. KERACUNAN ilmu mengenai racun termasuk mendetek...
 
Toksisitas Makanan/Food Toxicity
Toksisitas Makanan/Food ToxicityToksisitas Makanan/Food Toxicity
Toksisitas Makanan/Food Toxicity
 
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docxPenanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
 
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologiMakalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
 
Toksikologi Industri
Toksikologi IndustriToksikologi Industri
Toksikologi Industri
 
Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Toksikologi er-2010f
Toksikologi er-2010fToksikologi er-2010f
Toksikologi er-2010f
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.ppt
 
Sejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatSejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obat
 
Makalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologiMakalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologi
 
Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologi
 

Recently uploaded

Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 

Recently uploaded (20)

Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 

Farmakologi(1)

  • 1. FARMAKOLOGI Toksisitas Dr. Afifah B. akut, Sutjiatmo subkronis, dan Ita Nur Anisa., S. Si., M. Si., Apt teratogenik 1
  • 2. PENDAHULUAN – Toksikologi adalah kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya (Frank C. Lu; Toksikologi dasar) – Ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi ttt(Loomis, 1978) 2 Dosis toksikologi lebih besar dari farmakologi
  • 3. CONTOH PERISTIWA KERACUNAN 3 Tempat dan tahun Toksikan Efek buruk Jumlah yg terkena Bhopal, India, 1984 Metilisosianat yang dilepas ke udara kasus neofatal 200.000 Eropa barat, akhir 1950- awal 1960 Talidomid Fokomelia 10.000 Detroit, mich, 1930 Tri-o-kresil fosfat dalam ginger jake neurotoksisitas 16.000
  • 4. PENGGOLONGAN TOKSISITAS • Toksisitas akut Efek yang langsung berhubungan dengan pemaparan zat toksik. • Toksisitas kronis Efek yang diterima tubuh karena adanya zat dalam jumlah sedikit dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan menyebabkan terjadinya gejala keracunan. 4
  • 5. UJI TOKSISITAS Yang perlu diperhatikan pada uji toksisitas : • Pemilihan species, galur dan jumlah hewan uji • Cara pemberian zat uji • Pemilihan dosis uji • Sifat fisika dan kimia zat uji • Efek samping zat uji dan kespesifikan organ tertentu. • Teknik dan prosedur pengujian Uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data pada dosis tertentu yang khas dari zat uji. 5
  • 6. METODE UJI TOKSISITAS • Uji toksisitas yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan eksperimental, uji-uji ini diidentifikasi sebagai uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis, dan uji toksisitas kronis. • Uji toksisitas yang dirancang untuk mengevalusi dengan rinci tipe toksisitas spesifik. 6
  • 7. TIPE TOKSISITAS SPESIFIK – Uji toksisitas yang menentukan efek suatu zat dengan adanya zat-zat tambahan yang mungkin secara bersama-sama dijumpai, dan dimana toksisitas dari satu zat atau yang lain diperkuat yaitu uji potensi. – Uji toksisitas untuk menentukan efek atas janin (fetus) pada hewan hamil yakni uji teratogenik. – Uji toksisitas untuk menentukan efek atas kemampuan reproduktif hewan eksperimental yakni uji reproduksi. – Uji toksisitas untuk menentukan efek pada sistem kode genetika, yakni uji mutagenik. – Uji toksisitas untuk menentukan kemampuan zat untuk menimbulkan tumor, yakni uji kemampuan tumorigenisitas dan karsinogenisitas. – Uji toksisitas efek lokal untuk menentukan bilamana zat-zat itu dipakai secara langsung pada kulit dan mata. – Uji toksisitas untuk menentukan efek zat atas berbagai macam pola tingkah laku hewan, yakni uji perilaku. 7
  • 8. SPEKTRUM EFEK TOKSIK • Efek lokal dan sistemik • Efek reversibel dan ireversibel • Efek segera dan tertunda • Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi • Reaksi alergi dan idiosinkrasi • Respon bertingkat dan respon kuantal 8
  • 9. Factors influence Toxicity • Composition of toxicant • Doses and Concentration • Route and Site of Exposure intra vena > inhalasi > intraperitonial > sub kutan > intra muskular > intra dermal > oral > topikal • Duration and Frequency of Exposure Acute (less than 24 h), Sub chronic (1 month or less), Chronic (more then 3 months) • Sex • Metabolism • Health status • Age → pediatrie and geriatrie • Nutrition status and food factors • Genetic • Environmental – Temperature – Occupation – Living condition 9
  • 10. ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSRESI - Suatu toksikan melewati membran sel melalui 4 mekanisme : difusi pasif, filtrasi lewat pori-pori membran, transpor dengan bantuan protein carier, endositosis. – Jalur utama absorpsi toksikan adalah 10
  • 11. ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSRESI – Distribusi : laju distribusi ke tiap bagian tubuh berhubungan dengan aliran darah di bagian tersebut, mudah tidaknya zat kimia itu melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas komponen bagian tubuh terhadap zat kimia itu. – Eksresi : toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, metabolit, atau konjugat. Jalur utama eksresi adalah urin, bisa juga hati dan paru. 11
  • 12. BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN • Biotransformasi suatu proses yang mengubah senyawa asal menjadi metabolit, kemudian membentuk konjugat. • William membagi mekanisme biotransformasi dalam 2 jenis utama : - reaksi fase 1 melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis. - reaksi fase 2 merupakan produksi suatu senyawa melalui konjugasi toksikan atau metabolitnya dengan suatu metabolit endogen. 12
  • 13. PENANGANAN KERACUNAN • Menjaga fungsi vital (respirasi, SSP, kardiovaskular & sistem vital lain) • Menghambat absorpsi racun • Pemberian antidot • Mempercepat eliminasi racun 13
  • 14. UJI TOKSISITAS – Uji toksisitas akut: suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian zat uji dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan dalam jangka waktu 24 jam. – Uji toksisitas subkronis : suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian zat uji dengan dosis berulang pada hewan uji selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan. – Uji toksisitas kronis :suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian zat uji secara berulang sampai seluruh umur hewan. 14
  • 15. TOKSISITAS AKUT • Prinsip uji toksisitas : Zat uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji, satu dosis per kelompok, selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap adanya efek toksik dan kematian. • Tujuan uji toksisitas akut : mendeteksi toksisitas instrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran dan kepekaan species, memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan suatu senyawa secara akut, memperoleh informasi awal untuk menetapkan tingkat dosis, menetapkan LD50, dan merancang untuk uji toksisitas selanjutnya. 15
  • 16. PROSEDUR UJI TOKSISITAS AKUT – Kondisi ruangan dan pemeliharaan hewan uji Untuk hewan pengerat digunakan ruangan dengan suhu 22ºC (+3º), kelembaban relatif 30-70%, dan penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap. – Dosis dan batas uji Digunakan 5 – 10 kelompok dosis dan 1 kelompok kontrol. Dosis uji dengan dosis tertinggi yang menyebabkan 0% kematian dan dosis terendah yang menyebabkan 100% kematian. Batas uji 15.000 mg/kg BB tidak perlu dinaikan lagi. 16
  • 17. PROSEDUR UJI TOKSISITAS AKUT – Hewan uji biasanya digunakan tikus atau mencit, harus sehat, dewasa, 2 jenis kelamin, umur 5 – 6 minggu. Masing-masing perkelompok 5-10 ekor hewan untuk setiap jenis kelamin. – Cara pemberian zat uji sesuai dengan pemberian pada manusia, diberikan dalam dosis tunggal. – periode pengamatan dilakukan 14 hari. 17
  • 18. PROSEDUR UJI TOKSISITAS AKUT Hewan uji di aklimatisasi dlm ruangan percobaan + 7 hari,kelompokkan secara acak. Bila diberikan zat uji diberikan secara oral, hewan uji dipuasakan selama 16-18 jam Dilakukan pengamatan pada T0 sebelum diberikan zat uji, setelah diberikan zat uji diamati parameter uji perilaku pada T30, T60, T120 dan T240. Amati selama 14 hari, dan tiap hari ditimbang. Setalah 14 hari, dipuasakan kemudian dibedah, dan di 18 timbang organnya.
  • 19. SKEMA ALAT UJI TOKSISITAS AKUT 19
  • 20. EVALUASI PENGAMATAN TOKSISITAS AKUT • Parameter uji perilaku • Pengamatan bobot badan • Indeks organ % bobot organ = bobot organ/bobot badan X 100% • Kematian • Penemuan makroskopis dan mikroskopis 20
  • 21. PARAMETER PENGAMATAN PERILAKU UJI TOKSISITAS AKUT • jumlah jengukan : naik dan turun(hipnotik dan neuroleptik) • aktivitas motorik : normal, naik atau turun • fenomena straub • Piloereksi (+ = Simpatomimetik) • Ptosis (simpatolitik) • refleks korneal(transquilizer, relaksan otot) • refleks pineal • Lakrimasi(parasimpatomi metika) • vasodilatasi • katalepsi • Gelantung(membedakan neuroleptik dan hipnotik) • retablishment • jalan mundur 21
  • 22. • jalan melingkar • fleksi • Haffner(analgetika narkotika) • geliat • grooming • tremor • gemetar badan • vokalisasi • urinasi • defekasi • denyut jantung • salivasi • mortalitas • sikap tubuh • nafas 22
  • 23. PENGAMATAN GEJALA TOKSIK Sistem Tanda toksik Autonomik Salivasi, diare, keluar air seni, piloereksi, hipersekresi hidung perilaku Posisi duduk kepala ke atas, kepala tertunduk, aktivitas aneh sensorik Refleks korneal, refleks pineal, peka terhadap nyeri neuromuskular Aktivitas meningkat atau berkurang, ekor melengkung ke atas 23 membentuk huruf S(tanda straub), kematian. kardiovaskular Denyut jantung meningkat atau berkurang, vasodilatasi, vasokonstriksi. pernafasan Sifat dan kecepatan pernafasan mata Lakrimasi, ptosis, pencernaan Defekasi, urinasi, kulit Piloereksi
  • 24. MEKANISME TOKSISITAS AKUT • Narkosis • Asetilkolinesterase inhibitor • Ion chanel modulator • Inhibitor of cellular respiration 24
  • 25. LD50 LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik membunuh 50% hewan percobaan Kegunaan LD50 : • Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya • Evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja • Perencanaan toksisitas subkronis dan kronis • Memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas, pengaruh umur, jenis kelamin, variasi respon antar species/hewan. • Memberikan informasi tentang reaktivitas populasi hewan • Memberikan informasi dalam merencanakan pengujian obat pada manusia • Deteksi pencemaran toksik dan perubahan fisisk yang mempengaruhi bioavaibilitas. 25
  • 26. MENGHITUNG LD50 Grafik manual • buat tabel antara dosis, log dosis, kematian, %kematian dan probit. • Masukkan dalam program excel antara log dosis dan probit • Akan di dapat kurva antara log dosis(X) dan probit(Y) serta persamaan regresi (y = bx+a) • Y = 5, X yang dicari • Hasilnya adalah log dosis, maka di anti log kan itulah LD50. SPSS • Klik spss statistik, klik variabel view. • Klik name : dosis enter, respon enter, total enter. • Klik data view : dosis dan respon di isi, total diisi semua 100. • Klik analysis regression, klik probit • Tampilan pada layar komputer : probit analysis dosis dimasukkan ke co variate respon dimasukkan ke respon frequency total dimasukkan ke total observeed 26 • Lihat transform : klik log base 10
  • 29. NILAI LD50 Kategori LD50 supertoksik 5 mg/kg atau kurang Amat sangat toksik 5 - 50 mg/kg Sangat toksik 5 - 500 mg/kg Toksik sedang 0,5 – 5 g/kg Toksik ringan 5 – 15 g/kg Praktis tidak toksik > 15 g/kg 29
  • 30. CONTOH NILAI LD50 Zat species LD50(mg/kg BB) etanol mencit 10.000 Natrium klorida mencit 4.000 Fero sulfat tikus 1.500 Morfin sulfat tikus 900 fenobarbital tikus 150 Nikotin tikus 1 Toksin botulinum tikus 0,00001 30
  • 31. PRINSIP UJI TOKSISITAS SUBKRONIS • zat uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari, pada beberapa kelompok hewan uji, satu dosis per kelompok, selama 28 hari sampai 10% dari seluruh umur hewan (90 hari). Pada akhir percobaan, hewan yang masih hidup dipuasakan + 18 jam (bila pemberian zat uji di oral) dan dibedah, dilakukan pengujian hematologi, biokimia darah, profil urin, uji perilaku, dan histologi. 31
  • 32. TUJUAN UJI TOKSISITAS SUBKRONIS • Memperoleh informasi tentang efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut • Memperoleh informasi adanya efek toksik setelah pemaparan zat kimia secara berulang dalam jangka waktu tertentu. • Memperoleh informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik. • Mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas 32
  • 33. TOKSISITAS SUBKRONIS • Jumlah dan hewan uji digunakan 2 jenis hewan yaitu pengerat dan bukan pengerat biasanya tikus dan anjing, dari 2 jenis kelamin, sehat, dewasa, umur 5-6 minggu untuk tikus dan 4-6 bulan untuk anjing. Masing-masing 10 ekor untuk pengerat dan 4 ekor untuk non pengerat 33
  • 34. TOKSISITAS SUBKRONIS – Kondisi ruangan dan pemeliharaan hewan uji Untuk hewan pengerat digunakan ruangan dengan suhu 22ºC (+3º), kelembaban relatif 30-70%, dan penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap. – Dosis uji Digunakan tiga kelompok dosis dan satu kelompok kontrol untuk setiap jenis kelamin. Dosis dan jumlah kelompok dosis harus cukup, hingga dapat diperoleh dosis toksik dan dosis tidak berefek 34
  • 35. TOKSISITAS SUBKRONIS – Cara pemberian zat uji zat uji harus diberikan sesuai dengan cara pemberian atau pemaparan yang diharapkan pada manusia – Lama pemberian zat uji Lama pemberian zat uji selama 28 sampai 90 hari atau 10% dari seluruh umur hewan 35
  • 36. EVALUASI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS – Parameter hematologi : eritrosit, leukosit, platelet, hematokrit, hemoglobin, diferensiasi leukosit, MCV, MCH, MCHC. – Parameter urin : pH, bobot jenis, volume urin dan endapan. – Parameter biokimia darah : Protein total, kreatinin, nitrogen urea, glukosa, kolesterol, SGPT, SGOT,dll. – Parameter uji perilaku – Parameter bobot badan – Histologi : jantung, paru-paru, hati, ginjal dan limfa. 36
  • 37. ALAT UJI TOKSISITAS SUBKRONIS 37
  • 38. 38 Organ atau sistem organ Pengamatan umum Uji laboratorium klinik pada darah Pemeriksaan patologi hati Perubahan warna SGOT, SGPT, kolesterol, protein total, albumin, fosfatase alkaline hati Sistem saluran cerna Diare, muntah, tinja nafsu makan. Protein total, albumin, natrium, kalium,globulin Lambung, saluran cerna. Sistem kemih Volume urin, konsistensi, warna BUN, protein total, albumin, globulin Ginjal dan kandung kemih sistem pernafasan Frekuensi nafas, batuk. Protein total, albumin, globulin Paru dengan bronkus besar
  • 39. 39 Sistem endokrin Kulit,bulu, berat badan,sifat urin dan tinja Glukosa, Na, K, dan kolesterol Tiroid, adrenal, pankreas Sistem skeletal Pertumbuhan, deformasi, kelumpuhan Kalsium, fosfor, AP tulang kardiovaskular Frekuensi dan sifat nadi SGOT jantung kulit Warna, penampilan, bulu Protein total, albumin, globulin Dermal test only
  • 40. UJI TOKSISITAS KRONIS –Tujuan uji toksisitas kronis untuk mengetahui profil efek toksik setelah pemberian zat uji secara berulang selama waktu yang diperpanjang, untuk menetapkan tingkat dosis yang tidak menimbulkan efek toksik, dosis yg di dapatkan dapat digunakan untuk menetapkan jumlah yang dapat dikonsumsi setiap hari(ADI) 40
  • 41. TOKSISITAS TERATOGENIK – Istilah teratogenik berasal dari bahasa Yunani yang berarti menghasilkan monster, atau lebih tepat disebut dismorfogenik. – Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme dan manifestasi dari perkembangan yang menyimpang dari sifat struktural dan fungsional. – Malformasi janin itu disebut terata dan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau zat teratogenik. 41
  • 42. Prinsip-prinsip teratologi • Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotip konseptus dan cara komposisi genetik ini berinteraksi dengan lingkungan. • Kerentanan terhadap teratogen berbeda-beda menurut stadium perkembangan saat paparan. • Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis dan lamanya paparan terhadap suatu teratogen. • Teratogen bekerja dengan cara (mekanisme) yang spesifik pada sel-sel dan jaringan yang sedang berkembang untuk memulai embriogenesis (Patogenesis) yang abnormal. • Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi, keterlambatan pertumbuhan, dan gangguan 42 fungsi
  • 43. Rangkaian seluruh uji teratologi • Menimbulkan kehamilan • Memastikan kehamilan dan memberikan zat kimia uji • Menentukan efek teratogenik 43
  • 44. Mekanisme teratogen • Mutasi • Kelainan kromosom • Gangguan mitosis • Gangguan fungsi asam nukleat • Kekurangan nutrisi • Perubahan suplai energi • Perubahan dalam osmolaritas • Perubahan dalam membran sel • Perubahan enzim 44
  • 45. METODE UJI TERATOGENIK • metode in vivo , yaitu pada hewan percobaan tikus betina yang telah hamil diberikan larutan uji secara oral dengan dosis tertentu pada fase implantasi yaitu pada hari ke 3 – 5 untuk melihat kematian prenatal, fase organogenesis pada hari ke 8 – 10 untuk melihat abnormalitas morfologi utama dan fase fetus pada hari 15 – 17 untuk melihat cacat fisik. • Apusan vagina dilakukan dengan pengamatan secara makroskopis untuk melihat siklus estrus tikus. Penetapan siklus estrus untuk mengawinkan dan menentukan hari pertama kehamilan. Setelah hamil, induk tikus dibedah kemudian di ambil fetusnya. Sebelum diamati sepertiga fetus itu diawetkan dalam etanol 90 % untuk pengamatan kerangka dan sisanya dalam larutan bouin untuk pengamatan jaringan lunak. 45
  • 46. MENENTUKAN SIKLUS ESTRUS • Metode pipet • Metode spatula atau kuret • Metode kapas atau oles 46
  • 47. SKEMA PENGUJIAN TERATOGENIK 47 Penentuan siklus estrus ditandai dengan sel epitel bertanduk Pembuktian pekawinan ditandai dengan adanya sperma pada masa subur Tikus dibiarkan hamil dan sehari sebelum kelahiran tikus dianastesi dan dibedah Sisa 2/3 nya dimasukkan ke dalam larutan bouin selama 10-14 hari untuk pengamatan jaringan lunak 1/3 anak tikus dimasukkan ke dalam etanol 90% selama 1- 2 minggu untuk pengamatan kerangka Setelah dibedah, anak tikus yang telah dibedah ditimbang Untuk pengamatan kerangka, fetus dikeringkan dan di kuliti Setelah dikuliti, kemudian diwarnai, dengan KOH 0,5%, H2O2 1%, pewarna alizarin, dan gliserol 5%, 20%, 40%, 80% @ I minggu. Hasilnya disimpan dan ditmbahkan kristal timol
  • 48. • Penentuan siklus estrus ditandai dengan sel epitel bertanduk • Pembuktian pekawinan ditandai dengan adanya sperma pada masa 48 subur • Tikus dibiarkan hamil dan sehari sebelum kelahiran tikus dianastesi dan dibedah • Setelah dibedah, anak tikus yang telah dibedah ditimbang • 1/3 anak tikus dimasukkan ke dalam etanol 90% selama 1-2 minggu untuk pengamatan kerangka • Sisa 2/3 nya dimasukkan ke dalam larutan bouin selama 10-14 hari untuk pengamatan jaringan lunak • Untuk pengamatan kerangka, fetus dikeringkan dan di kuliti • Setelah dikuliti, kemudian diwarnai, dengan KOH 0,5%, H2O2 1%, pewarna alizarin, dan gliserol 5%, 20%, 40%, 80% @ I minggu. • Hasilnya disimpan dan ditmbahkan kristal timol
  • 49. CONTOH HASIL UJI TERATOGENIK 49
  • 50. CONTOH HASIL PENGAMATAN JARINGAN LUNAK 50 Perlakuan Fetus Total Fetus Diama ti Jumlah (%) Fetus Dengan Kelainan Organ yang Diamati Secara Makroskopis Hidung Cleft Palate Mata Hidro Hati Lambung Ginjal Pankreas Limpa Usus Jantung Paru Testis Ova Tangan Kaki Ekor I 26 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II 26 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 III 30 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kontro l 26 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  • 51. CONTOH HASIL PENGAMATAN KERANGKA 51 Perlakuan Fetus Total Fetus Diamati Kelainan Vertebra Anggota Gerak Depan Anggota Gerak Belakang C T L S Distal Proksimal Meta karpal Distal Proksimal Meta tarsal I 26 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II 26 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 III 30 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kontrol 26 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0