SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
OSTEOMYELITIS
OF THE JAW
Angkatan 31
ORAL MAXILLOFACIAL
SURGERY RESIDENT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEFINISI
• Osteomyelitis adalah proses inflamasi pada tulang, yang
dimulai dimulai dari dalam rongga meduler dan sistem
Haversian dan meluas hingga melibatkan korteks dan
periosteum.
(Topazian et al., 2009; Shin JW., et al. 2019).
ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS
• Osteomielitis dimulai oleh fokus infeksi yang berdekatan atau
melalui penyebaran hematogen. (Topazian et al., 2009)
• Spesies patogen tunggal hampir selalu ditemukan dari tulang
Stafilokokus spp. adalah organisme yang paling umum diisolasi
pada orang dewasa dan menonjol pada anak-anak dan bayi.
• Sebaliknya, osteomielitis hematogen pada rahang jarang terjadi;
penyakit ini terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi
odontogenik yang berasal dari pulpa atau jaringan periodontal
(Topazian et al., 2009)
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Faktor Predisposisi
 Mekanisme kondisi sistemik yang menunjang diabetes,
penyakit autoimun, agranulocytosis, leukemia, severe anemia,
malnutrisi, sifilis, kemoterapi kanker, pengguaan obat steroid,
sickle cell disease, perokok dan alcohol use (Topazian, 2009).
 Faktor predisposisi dari osteomyelitis (mengganggu
vaskularisasi tulang)
1. radiasi, osteoporosis
2.fibrous dysplasia
3.nekrosis tulang karena merkuri
4. bismuth dan arsenic (Topazian, 2009).
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Acute Inflammation
(Edema, pembentukan pus)
Increased Intramedullary Pressure
Vascular Collapse (stasis,
ischemia of bone)
Avascular Bone
Haversian system/nutrient
canal involvement
Elevation of periosteum
Disrupted Blood Supply
Avascular Infected Bone
Pus, organism
extension
Mikrobiologi dari Osteomyeltis
Osteomielitis rahang saat ini diakui sebagai penyakit yang terutama disebabkan oleh
streptokokus (alfa hemolitic) dan anaerob oral, terutama peptostretococcus,
fusobacterium, dan prevotella (bacteroides), organisme yang bertanggung jawab atas
infeksi odontogenik.
Oleh karena itu, terapi antibiotik harus diarahkan pada streptokokus dan bakteri
anaerob. Streptokokus hemolitic, pneumokokus, typhoid dan acid-fast bacilli, Escherichia
colli dan organisme actinomyces menyumbang infeksi yang tersisa.
Candida species seperti Blastomyces, Coccidiodes, Cryptococcus, dan Aspergillus
(Momodu, Savaliya, 2021 ).
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
PREDILEKSI
Lebih sering terjadi pada mandibula dibandingkan maksila:
• Suplai darah pada maksila lebih banyak
• Pelat kortikal yang tipis dan jaringan meduler yang relatif sedikit di rahang atas
memungkinkan pembuangan edema dan pus ke dalam jaringan lunak dan sinus
paranasal
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
STRUKTUR ANATOMI TULANG
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Haversian Canal
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
 Struktur mandibula  menyerupai tulang panjang; memiliki kavitas
medulla, plate kortikal yang padat, dan periosteum yang terdefinisi
dengan baik.
 Gangguan suplai darah  Faktor Penting penyebab terjadinya
osteomyelitis.
 Mandibula menerima suplai darah dari arteri alveolaris inferior,
kecuali bagian processus coronoideus (disuplai M. temporalis).
 Sumber sekunder adalah suplai periosteal, yang berjalan parallel
dengan permukaan kortikal tulang, memberikan vaskulariasi yang
berpenetrasi ke tulang kortikal dan beranastomosis dengan cabang
arteri alveolaris inferior.
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Tulang mandibula, memiliki kavitas
medulla, dense cortical plate dan
well-defined periosteum.
Volkmann’s canal merupakan
interconnecting complex vascular
yang memerikan supply nutrisi, dan
membantu terjadinya rapia,
regenrasi dan fungsi dari tulang
mandibula.
02
01
KLASIFIKASI Berdasarkan Waktu
(Hjorting-Hansen W)
ACUTE OSTEOMYELITIS
CHRONIC
OSTEOMYELITIS
02
01 01
02
KLASIFIKASI
Berdasarkan Supprative (Topazian)
ACUTE SUPPURATIVE
OSTEOMYELITIS
03
CHRONIC SUPPURATIVE
OSTEOMYELITIS
PRIMARY CHRONIC
OSTEOMYELITIS
GARRE’S OSTEOMYELITIS
CHRONIC SCLEROSING
OSTEOMYELITIS
Suppurative Non Suppurative
ACUTE
SUPPURATIVE
OSTEOMYELITIS
01
Clinical Findings:
Acute Suppurative
 Hasil pemeriksaan darah dari kondisi ini,
didapati slightly leucocytosis
 Karena material untuk kultur jarang sekali ada
di stage ini, maka penggunaan antibiotic
empiris diperlukan
 Jika kondisi ini tidak terkontrol dalam 10-14
hari, maka dapat terjadi subacute suppurative
osteomyeltis
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
PUS FISTULA
Acute odontogenic osteomyelitis dengan supurasi yang masif.
Nanah dapat keluar di sekitar sulkus gingiva dan melalui mukosa dan, mungkin
kulit, fistula
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
GAMBARAN RADIOGRAFI
• Gambaran radiografi panoramik menunjukan radiolusensi pada
struktur tulang trabekula yang berbatas diffuse
• Terdapat pelebaran space medulla tulang
• CT Scans pada hari ke-14 setelah kunjungan pertama menunjukan
absorpsi tulang yang signifikan pada tulang kortikal
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
CHRONIC
SUPPURATIVE
OSTEOMYELITIS
02
Chronic Suppurative
Osteomyelitis
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
 Nyeri minimal
 Drainase Fistula intra oral dan ekstra oral
 Karakter Tulang “Wooden”
 Pembesaran mandibula karena deposisi
subperiosteal dari tulang baru
 Gigi pada area terlibat, menjadi loose dan sensitive
terhadap palpasi dan perkusi
Clinical Findings: Chronic
Osteomyelitis
GAMBARAN KLINIS
Elder case of advanced secondary chronic osteomyelitis of the left mandible.
(a) The massive affection of the left mandible demonstrates extraoral fistula and scar formation
(b) Intraoral view of the same patient with large exposure of infected bone and sequestra
(c) Large sequester collected from surgery
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
GAMBARAN RADIOGRAFI
Sebuah OPG dari kasus osteomielitis kronis sekunder menunjukkan osteolisis
di korpus mandibula di sekitar daerah alveolar molar pertama kanan. Sebuah
sequester ditemukan di dasar corpus mandibula kanan
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
GAMBARAN CT SCAN
CT Scan pasien dengan Secondary Chronic Osteomyelitis pada mandibula kiri
dengan giant e pada basis korpus mandibula. Infeksi progresif telah
melemahkan tulang, karenanya menyebabkan terjadinya fraktur patologis
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
PRIMARY
SUPPURATIVE
OSTEOMYELITIS
03
GAMBARAN EKSTRAORAL
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Adult Onset Primary Chronic Osteomyelitis pada sisi kiri mandibula.
Sklerosis adalah gambaran yang dominan. Kontur mandibula hanya
sedikit menunjukkan penebalan.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
GARRE’S
SUPPURATIVE
OSTEOMYELITIS
04
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Garre’s osteomyelitis
CHRONIC
DIFFUSE
SCLEROSING
OSTEOMYELITIS
05
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
TREATMENT
Osetomyelitis rahang biasanya memerlukan perawatan medis dan bedah meskipun kadang terapi
AB saja berhasil.
Prinsip perawatannya:
1. Evaluasi dan koreksi system pertahanan host yang terganggu
2. Tes gram staining dan kultur dan sensitivitas
3. Gambaran Ro regio untuk menentukan perluasan lesi dan menyingkirkan kemungkinan tumor
4. Pemberian antibiotic empiris
5. Mencabut gigi yang goyang dan menghilangkan sekuestra
6. Pemberian antibiotic terapi dan kultur ulang
7. Possible placement dari drain irigasi atau Polymethylmetacrilate antiobiotics beads
8. Sekuestrektomi, debridemen, dekortikasi, reseksi, atau rekonstruksi seperti yang diindikasikan.
- IMF harus dipertimbangkan ketika kontinuitas mandibula diragukan dan ada
kemungkinan fraktur patologis.
- Peran HBO untuk osteomyelitis nonradiasi belum didefinisikan dengan baik tapi
dapat dipertimbangkan terutama pada infeksi refraktofy dan pada pasien medically
compromised tanpa kontraindikasi HBO.
TREATMENT ANTIBIOTIK
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
TREATMENT ANTIBIOTIK
• Pemberian antibiotic dosis tinggi, diberikan selama 6 minggu
• Pemberian antibiotic secara intravena
• Antibiotik yang berlaku untuk perawatan osteomyelitis adalah golongan
penicillin, extended spectrum of penicillin, clyndamicin, cephalosporin,
metronidazole.
• Pemberian antibiotic terapi didasari dari hasil kultur bakteri dan tes
sensitivitas.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
MIKROORGANISME pada OSTEOMYELITIS
Terapi empiris harus mencakup spektrum mikroorganisme ini. Ini adalah
kasus untuk amoksisilin/asam klavulanat atau klindamisin.
viridans streptococci, peptostreptococci, Eikenella
corrodens, Fusobacterium spp., and Actinomyces spp.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Antibiotic therapy for acute osteomyelitis
Terapi dosis tinggi dengan antibiotik bakterisida
selama sekitar 6 minggu diperlukan(Lew and
Waldvogel 1997, 2004).
Dalam kasus osteomielitis odontogenik akut ketika
nekrosis jaringan lunak atau abses belum berkembang:
Debridement bedah kecil dengan pengangkatan fokus
gigi dikombinasikan dengan terapi antimikroba
mungkin efektif.
Gomes, et.al. 2013. Osteomyeitis: an overview of antimicrobial therapy . Brazil: BJPS .
Antibiotic therapy for Secondary Chronic
Osteomyelitis
• pada osteomielitis kronis sekunder, debridement bedah yang lebih luas
(misalnya, dekortikasi) merupakan bagian penting dari pengobatan.
• Dalam kasus etiologi polimikroba yang tidak spesifik, amoksisilin/asam
klavulanat atau karbapenem adalah pilihan yang baik, landasan
pengobatan yang manjur adalah debridemen bedah yang cermat termasuk
pengangkatan fokus gigi.
• Prosedur ini harus selalu dikombinasikan dengan biopsi untuk kultur
mikrobiologi dan histologi. Durasi pengobatan adalah 4−6 minggu
Gomes, et.al. 2013. Osteomyeitis: an overview of antimicrobial therapy . Brazil: BJPS .
Terapi antimikroba untuk osteomyelitis
Treatment of Acute suppurative Osteomyelitis
Manajemen awal adalah pemberian terapi AB IV dosis tinggi,
identifikasi dan koreksi faktor kompromis host, dan merawat
penyebab.
Tindakan korektif dpt berupa transfuse / pemberian besi bagi
penderita anemia, manajemen malnutrisi, penghentian merokok dan
intake alcohol.
Begitu infeksi terkontrol, perawatan dapat dilanjutkan dengan rawat
jalan berbasis IV dengan kateter perkutan dan pumps antibiotic.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Chronic suppurative osteomyelitis
 Memerlukan Tindakan bedah sekuestrektomi dan penghilangan foreign body
seperti kawat, bone plates, screws, dan culturing berulang dan perbaikan
system pertahanan host.
 Perawatan dimulai dengan terapi IV dan berlanjut hingga pasien rawat jalan
dengan terapi IV rumahan (biasanya dengan Unasyn). Terapi IV biasanya
berlanjut selama 2 minggu atau hingga pasien memperlihatkan perbaikan
selama 48-72 jam/
 Terapi oral harus dilanjutkan hingga 4-6 minggu setelah pasien tidak
menunjukkan gejala atau dari tanggal terakhir debridemen.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
HB0 (hyperbaric oxygen)
Hyperbaric oxygen therapy (HBOT) merupakan prosedur
perawatan dengan pemberian oksigen 100% pada
tekanan tertentu dalam durasi yang sudah
ditentukan.
HBOT dapat menjadi terapi utama maupun alternative
untuk kasus infeksi. Penggunaan HBOT efektif pada
infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri yang
resisten terhadap antibiotic.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
HB0 (hyperbaric oxygen)
Kekurangan HBO
Jika tekanan yang diberikan belebihi 100-
300kPa dapat menyebabkan central
nervous toxicity
Sesi yang harus dijalani oleh pasien sekitara
5-10x
Kontraindikasi HBO :
Penumothorax
Hipertensi tidak terkontrol
Diebetes Mellitus
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Mekanisme HBO pada osteomyelitis
1. HBOT meningkatkan pembentukan radikal bebas oksigen (ROS) yang mengokisdasi protein
dan lipid membrane termasuk merusak DNA dan menghambat fungsi metabolisme
bakteri.
2. HBOT meningkatkan tension oksigen di jaringan hypoxic yang dibutuhkan untuk
membunuh bakteri oleh neutrophil. Tension oksigen juga mempengaruhi farmakokinetik
dari agen antimikroba
3. HBOT menyebabkan darah menyerap oksigen lebih banyak akibat peningkatan tekanan
oksigen dalam paru
4. Tubuh dengan konsentrasi oksigen lebih tinggi dari normal, akan memicu tubuh untuk
memperbaiki jaringan yang rusak lebih cepat daripada biasanya.
5. Mekanisme bakteriostatik dari HBOT melalui terjadi pada proses sintesis protein, sehingga
efek metabolic bakteri terganggu.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Surgical Management
 Pada fase akut, bedah seharusnya dibatasi pada penghilangan gigi yang goyang
parah dan fragmen tulang dan insisi dan drainage area yang fluktuasi dan jika
diperlukan, dapat dilakukan sekuestrektomi dengan atau tanpa saucerizasi,
dekortikasi, atau reseksi, kemudian rekonstruksi.
 Kecuali jika abses meluas atau pus terlokalisir sangat dalam, drainage awal
dan debridemen dapat dilakukan dengan local anestesi atau sedasi.
 Jika abses meluas atau pus terlokalisir sangat dalam, harus menggunakan GA.
 Perawatan sistemik dan suportif terdiri dari diet tinggi protein dan vitamin
dengan hidrasi adekuat.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Surgical Management
Terdapat 3 tujuan utama :
• Dekompresi dari intermedullary pressure yang
disebabkan karena proses osteomyelitis dan
drainase dari pembentukan superiosteal abses
• Surgical debridement dari jaringan yang
terinfeksi dan menghilangkan focus infeksi
• Membawa well-perfused tissue pada daerah
yang terinfeksi
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Surgical Management
Terdapat 3 tujuan utama :
• Dekompresi dari intermedullary pressure yang
disebabkan karena proses osteomyelitis dan
drainase dari pembentukan superiosteal abses
• Surgical debridement dari jaringan yang
terinfeksi dan menghilangkan focus infeksi
• Membawa well-perfused tissue pada daerah
yang terinfeksi
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Mechanism of surgical treatment
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Sequestrectomy
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Sekuestra biasanya kortikal tapi dapat juga cancellous atau campuran keduanya dan biasanya
tidak terlihat hingga setidaknya 2 minggu setelah onset infeksi.
Tujuannnya untuk mencegah penyebaran dari infeksi dan meinimalisir terjadinya kehilangan
tulang, kehilangan gigi dan fraktur
Begitu terbentuk seutuhnya, sekuestra menetap selama beberapa bulan sebelum akhirnya
diresorpsi
Sequestra sifatnya avaskuler, sehingga antibiotic tidak dapat berpenetrasi dengan baik.
Begitu sequestrum terbentuk utuh, dapat dihilangkan dengan trauma bedah minimal. Metode ini
mencegah penyebaran infeksi dan meminimalkan kehilangan tulang dan gigi.
Saucerizasi dan Sequestrectomy
Saucerizasi adalah “unroofing” atau membuka atap tulang untuk mengekspos kavitas
medulla agar bisa dilakukan debridemen secara menyeluruh.
Saucerizasi bermanfaat pada osteomyelitis kronis karena memungkinkan
pembuangan sekuestra yang sudah terbentuk dan sedang terbentuk.
Prosedur ini dapat dilakukan segera setelah infeksi akut sembuh dengan tujuan
dekompresi tulang untuk memungkinkan ekstrusi pus, debris, dan fragmen avascular
Indikasi : Pada kondisi osteomyelitis akut dan kronis sekunder
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Tatalaksana Saucerizasi dan Sequestrectomy
1. Flap mucoperiosteal bukal direfleksikan untuk mengekspos tulang yang terinfeksi.
Refleksi jaringan secara luas harus dihindari untuk mempertahankan suplai darah.
2. Gigi goyang dan segmen tulang dan partikel-partikel dibuang dari daerah terinfeksi.
3. Korteks lateral mandibula direduksi menggunakan burs atau rongeurs hingga
perdarahan tulang didapat di seluruh margin, kurang lebih pada level mukosa tidak
bergerak, sehingga menghasilkan defek mirip saucer.
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Tatalaksana Saucerizasi dan Sequestrectomy
4. Seluruh jaringan granulasi dan fragmen tulang yang goyang dibuang dari bone bed
menggunakan kuret dan area tersebut diirigasi secara teliti, regio ini biasanya hiperemi
tetapi bleeding dapat dikontrol dengan packing.
5. Flap buccal dipotong dan medikasi seperti iodoform gauze yang ditutupi dengan triple
antibiotic ointment dimasukkan untuk hemostasis dan mempertahankan flap pada posisi
retraksi hingga initial healing terjadi. Pack ditempatkan tanpa tekanan. Pack dijahit
interrupted non-resorbable, meluas dari bukal ke lingual, selama 3-6 jari dan dapat
diganti beberapa kali hingga permukaan bed granulasi mengalami epitelisasi dan
marginnya sembuh.
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Tatalaksana Saucerizasi dan Sequestrectomy
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
DEKORTIKASI
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Dekortikasi mandibula merujuk pada pembuangan korteks tulang
yang terinfeksi secara kronis. Tepi lateral dan inferior korteks dibuang
1-2 cm di atas area yang terinfeksi sehingga memberikan akses ke
kavitas medulla.
Indikasi : Osteomyelitis akut dan subakut, Initial treatment pada
osteomyelitis kornis dan kronis sekudner disaat intial conservstive
regimes dinyatakan gagal.
Langkah-Langkah Dekortikasi
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
1. Pembuatan flap bukal dengan insisi krestal yang meluas sepanjang leher
gigi
2. Refleksi mucoperiosteum ke tepi inferior
3. Penghilangan gigi di area yang terlibat
4. Melakukan pemotongan korteks bagian lateral dan tepi inferior tulang yang
terinfeksi dengan menggunakan chisel. Korteks lateral dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dengan bur kemudian dilepas per bagian
dengan menggunakan osteotome. Pemotongan tulang diperluas hingga
area yang tidak terinfeksi, ditandai dengan adanya bleeding points pada
batas tulang yang sehat.
Langkah-Langkah Dekortikasi
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
5. Debridement jaringan
6. Flap dijahit dengan dead space antara flap jaringan lunak dan tulang
didekatkan dengan menggunakan pressure bandage selama 24-48 jam
Langkah-Langkah Dekortikasi
Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
Decortication of the mandible.
A. Lateral cortical plate and a portion of
the inferior cortical plate are
removed a distance of 1 to 2 cm
beyond the involved area. Usually
bone that support teeth is involved,
which necessitates tooth removal/
B. Vascular muscle flap is shown
approximating the bony surface
when teeth are retained, and
C. when they are removed
Surgical Ilustration
Odontogenic secondary
chronic osteomyelitis of the
left mandible: The infection
originated from the decayed
lower left second molar and
spread anteriorly to the
second left premolar;
posteriorly the affected bone
reaches the ascending
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
buccal incision along the gingival margin with
vestibular extensions distally and mesially
(a). Subperiosteal dissection
creating a full thickness
mucoperiosteal flap to expose
the affected bone
b). Note that the subperiosteal
newly formed bone may not
easily be separated from the
affected periosteum
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Subperiosteal dissection and exposure of the affected region (a).
Insertion of a retractor subperiosteally at the inferior border of the
mandible to facilitate exposure of the affected mandibular corpus
(b)
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
SQUESTRECTOMY
Removal of the odontogenic focus and the teeth in the affected
region and removal of sequester (a,b)
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
(a). The coronal section
demonstrates that the area of
decortication should be
extended caudally according to
the extension of the affected
bone, including the inferior
border of the mandible, if
necessary
The margins of the intended area of decortication are marked with a burr. Note that
the distal and mesial boarders are selected in an area where well-vascularized and
healthy bone are assumed, usually 1−2 cm beyond the affected area
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
After demarcation of the intended area of decortication
a long Lindemann burr is used to perform multiple monocortical decortication
osteotomies on the buccal cortex of the mandible leaving a distance of approximately 1
cm between the decortication osteotomies (a). When performing the osteotomies it
should be stressed that they are strictly limited to the buccal cortex of the mandible to
avoid damage to the inferior alveolar nerve
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
The extent of the decortication is
dictated by the amount affected bone,
which is poorly vascularized with
necrotic compartments
e buccal cortical bone and the inferior border are then removedwith a chisel, lane by lane,
until bleeding bone is encountered
If necessary, additional osteotomies and removal of buccal cortical bone may be
performed.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Mobilization (neurolysis) of the interior alveolar nerve is performed to allow
access to the surrounding deeper areas of affected bone. The nerve may be
marked with a vessel loop
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
An intraoperative view after surgical debridement
(decortication) of the anterior mandible and perforations of
the lingual cortical bone
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
If extensive debridement was required and the remaining bone is suspected to be
prone to fracture, appropriate stabilization and reconstruction should be
performed. In this case stabilization of the left mandible was achieved by
osteosynthesis with a thick reconstruction plate.
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
The surgical site after completed decortication and stabilization of the
anterior mandible with reconstruction plate
Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
Primary closure is achieved to ensure close contact of the
bone bed to the well vascularized soft tissue. Irrigation
tubes and/or antibiotic beads are usually not placed
THANK
YOU

More Related Content

Similar to materi perkuliahan osteomyelitis rahang1

Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Univ.Moestopo
 
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi DentomaskilofasialSkenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi DentomaskilofasialFerdiana Agustin
 
Pertanyaan pg blok gi
Pertanyaan pg blok giPertanyaan pg blok gi
Pertanyaan pg blok giNora Ramkita
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iimalay87
 
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitisTHT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitisssuser1723a4
 
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdfKISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdfApriliaEkaPutri2
 
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfCASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfWNabilahKusuma
 
57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifiti57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifitiADE IRAWAN
 
Laporan sgd 4
Laporan sgd 4Laporan sgd 4
Laporan sgd 4RSIGM
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisCaninus Unlam
 
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien StrokeKebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Strokedentistalit
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 

Similar to materi perkuliahan osteomyelitis rahang1 (20)

Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
 
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi DentomaskilofasialSkenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
Pertanyaan pg blok gi
Pertanyaan pg blok giPertanyaan pg blok gi
Pertanyaan pg blok gi
 
Lp ameloblastoma
Lp ameloblastomaLp ameloblastoma
Lp ameloblastoma
 
Epulis kongenital
Epulis kongenitalEpulis kongenital
Epulis kongenital
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitisTHT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
 
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdfKISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
 
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfCASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
 
57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifiti57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifiti
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Laporan sgd 4
Laporan sgd 4Laporan sgd 4
Laporan sgd 4
 
lapkas dellla.pptx
lapkas dellla.pptxlapkas dellla.pptx
lapkas dellla.pptx
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
 
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien StrokeKebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
 
Jurding denrad deklay
Jurding denrad deklayJurding denrad deklay
Jurding denrad deklay
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 

Recently uploaded (20)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 

materi perkuliahan osteomyelitis rahang1

  • 1. OSTEOMYELITIS OF THE JAW Angkatan 31 ORAL MAXILLOFACIAL SURGERY RESIDENT UNIVERSITAS AIRLANGGA
  • 2. DEFINISI • Osteomyelitis adalah proses inflamasi pada tulang, yang dimulai dimulai dari dalam rongga meduler dan sistem Haversian dan meluas hingga melibatkan korteks dan periosteum. (Topazian et al., 2009; Shin JW., et al. 2019).
  • 3. ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS • Osteomielitis dimulai oleh fokus infeksi yang berdekatan atau melalui penyebaran hematogen. (Topazian et al., 2009) • Spesies patogen tunggal hampir selalu ditemukan dari tulang Stafilokokus spp. adalah organisme yang paling umum diisolasi pada orang dewasa dan menonjol pada anak-anak dan bayi. • Sebaliknya, osteomielitis hematogen pada rahang jarang terjadi; penyakit ini terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi odontogenik yang berasal dari pulpa atau jaringan periodontal (Topazian et al., 2009) Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 4. Faktor Predisposisi  Mekanisme kondisi sistemik yang menunjang diabetes, penyakit autoimun, agranulocytosis, leukemia, severe anemia, malnutrisi, sifilis, kemoterapi kanker, pengguaan obat steroid, sickle cell disease, perokok dan alcohol use (Topazian, 2009).  Faktor predisposisi dari osteomyelitis (mengganggu vaskularisasi tulang) 1. radiasi, osteoporosis 2.fibrous dysplasia 3.nekrosis tulang karena merkuri 4. bismuth dan arsenic (Topazian, 2009). Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 5. ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. Acute Inflammation (Edema, pembentukan pus) Increased Intramedullary Pressure Vascular Collapse (stasis, ischemia of bone) Avascular Bone Haversian system/nutrient canal involvement Elevation of periosteum Disrupted Blood Supply Avascular Infected Bone Pus, organism extension
  • 6. Mikrobiologi dari Osteomyeltis Osteomielitis rahang saat ini diakui sebagai penyakit yang terutama disebabkan oleh streptokokus (alfa hemolitic) dan anaerob oral, terutama peptostretococcus, fusobacterium, dan prevotella (bacteroides), organisme yang bertanggung jawab atas infeksi odontogenik. Oleh karena itu, terapi antibiotik harus diarahkan pada streptokokus dan bakteri anaerob. Streptokokus hemolitic, pneumokokus, typhoid dan acid-fast bacilli, Escherichia colli dan organisme actinomyces menyumbang infeksi yang tersisa. Candida species seperti Blastomyces, Coccidiodes, Cryptococcus, dan Aspergillus (Momodu, Savaliya, 2021 ). Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 7. PREDILEKSI Lebih sering terjadi pada mandibula dibandingkan maksila: • Suplai darah pada maksila lebih banyak • Pelat kortikal yang tipis dan jaringan meduler yang relatif sedikit di rahang atas memungkinkan pembuangan edema dan pus ke dalam jaringan lunak dan sinus paranasal Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 8. STRUKTUR ANATOMI TULANG Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 9. Haversian Canal Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 10.  Struktur mandibula  menyerupai tulang panjang; memiliki kavitas medulla, plate kortikal yang padat, dan periosteum yang terdefinisi dengan baik.  Gangguan suplai darah  Faktor Penting penyebab terjadinya osteomyelitis.  Mandibula menerima suplai darah dari arteri alveolaris inferior, kecuali bagian processus coronoideus (disuplai M. temporalis).  Sumber sekunder adalah suplai periosteal, yang berjalan parallel dengan permukaan kortikal tulang, memberikan vaskulariasi yang berpenetrasi ke tulang kortikal dan beranastomosis dengan cabang arteri alveolaris inferior. Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 11. Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. Tulang mandibula, memiliki kavitas medulla, dense cortical plate dan well-defined periosteum. Volkmann’s canal merupakan interconnecting complex vascular yang memerikan supply nutrisi, dan membantu terjadinya rapia, regenrasi dan fungsi dari tulang mandibula.
  • 12. 02 01 KLASIFIKASI Berdasarkan Waktu (Hjorting-Hansen W) ACUTE OSTEOMYELITIS CHRONIC OSTEOMYELITIS
  • 13. 02 01 01 02 KLASIFIKASI Berdasarkan Supprative (Topazian) ACUTE SUPPURATIVE OSTEOMYELITIS 03 CHRONIC SUPPURATIVE OSTEOMYELITIS PRIMARY CHRONIC OSTEOMYELITIS GARRE’S OSTEOMYELITIS CHRONIC SCLEROSING OSTEOMYELITIS Suppurative Non Suppurative
  • 15. Clinical Findings: Acute Suppurative  Hasil pemeriksaan darah dari kondisi ini, didapati slightly leucocytosis  Karena material untuk kultur jarang sekali ada di stage ini, maka penggunaan antibiotic empiris diperlukan  Jika kondisi ini tidak terkontrol dalam 10-14 hari, maka dapat terjadi subacute suppurative osteomyeltis Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 16. PUS FISTULA Acute odontogenic osteomyelitis dengan supurasi yang masif. Nanah dapat keluar di sekitar sulkus gingiva dan melalui mukosa dan, mungkin kulit, fistula Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 17. GAMBARAN RADIOGRAFI • Gambaran radiografi panoramik menunjukan radiolusensi pada struktur tulang trabekula yang berbatas diffuse • Terdapat pelebaran space medulla tulang • CT Scans pada hari ke-14 setelah kunjungan pertama menunjukan absorpsi tulang yang signifikan pada tulang kortikal Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 19. Chronic Suppurative Osteomyelitis Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 20. Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.  Nyeri minimal  Drainase Fistula intra oral dan ekstra oral  Karakter Tulang “Wooden”  Pembesaran mandibula karena deposisi subperiosteal dari tulang baru  Gigi pada area terlibat, menjadi loose dan sensitive terhadap palpasi dan perkusi Clinical Findings: Chronic Osteomyelitis
  • 21. GAMBARAN KLINIS Elder case of advanced secondary chronic osteomyelitis of the left mandible. (a) The massive affection of the left mandible demonstrates extraoral fistula and scar formation (b) Intraoral view of the same patient with large exposure of infected bone and sequestra (c) Large sequester collected from surgery Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 22. GAMBARAN RADIOGRAFI Sebuah OPG dari kasus osteomielitis kronis sekunder menunjukkan osteolisis di korpus mandibula di sekitar daerah alveolar molar pertama kanan. Sebuah sequester ditemukan di dasar corpus mandibula kanan Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 23. GAMBARAN CT SCAN CT Scan pasien dengan Secondary Chronic Osteomyelitis pada mandibula kiri dengan giant e pada basis korpus mandibula. Infeksi progresif telah melemahkan tulang, karenanya menyebabkan terjadinya fraktur patologis Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 25. GAMBARAN EKSTRAORAL Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 26. Adult Onset Primary Chronic Osteomyelitis pada sisi kiri mandibula. Sklerosis adalah gambaran yang dominan. Kontur mandibula hanya sedikit menunjukkan penebalan. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 28. Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. Garre’s osteomyelitis
  • 30. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . TREATMENT Osetomyelitis rahang biasanya memerlukan perawatan medis dan bedah meskipun kadang terapi AB saja berhasil. Prinsip perawatannya: 1. Evaluasi dan koreksi system pertahanan host yang terganggu 2. Tes gram staining dan kultur dan sensitivitas 3. Gambaran Ro regio untuk menentukan perluasan lesi dan menyingkirkan kemungkinan tumor 4. Pemberian antibiotic empiris 5. Mencabut gigi yang goyang dan menghilangkan sekuestra 6. Pemberian antibiotic terapi dan kultur ulang 7. Possible placement dari drain irigasi atau Polymethylmetacrilate antiobiotics beads 8. Sekuestrektomi, debridemen, dekortikasi, reseksi, atau rekonstruksi seperti yang diindikasikan.
  • 31. - IMF harus dipertimbangkan ketika kontinuitas mandibula diragukan dan ada kemungkinan fraktur patologis. - Peran HBO untuk osteomyelitis nonradiasi belum didefinisikan dengan baik tapi dapat dipertimbangkan terutama pada infeksi refraktofy dan pada pasien medically compromised tanpa kontraindikasi HBO.
  • 33. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . TREATMENT ANTIBIOTIK • Pemberian antibiotic dosis tinggi, diberikan selama 6 minggu • Pemberian antibiotic secara intravena • Antibiotik yang berlaku untuk perawatan osteomyelitis adalah golongan penicillin, extended spectrum of penicillin, clyndamicin, cephalosporin, metronidazole. • Pemberian antibiotic terapi didasari dari hasil kultur bakteri dan tes sensitivitas.
  • 34. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . MIKROORGANISME pada OSTEOMYELITIS Terapi empiris harus mencakup spektrum mikroorganisme ini. Ini adalah kasus untuk amoksisilin/asam klavulanat atau klindamisin. viridans streptococci, peptostreptococci, Eikenella corrodens, Fusobacterium spp., and Actinomyces spp.
  • 35. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . Antibiotic therapy for acute osteomyelitis Terapi dosis tinggi dengan antibiotik bakterisida selama sekitar 6 minggu diperlukan(Lew and Waldvogel 1997, 2004). Dalam kasus osteomielitis odontogenik akut ketika nekrosis jaringan lunak atau abses belum berkembang: Debridement bedah kecil dengan pengangkatan fokus gigi dikombinasikan dengan terapi antimikroba mungkin efektif.
  • 36. Gomes, et.al. 2013. Osteomyeitis: an overview of antimicrobial therapy . Brazil: BJPS . Antibiotic therapy for Secondary Chronic Osteomyelitis • pada osteomielitis kronis sekunder, debridement bedah yang lebih luas (misalnya, dekortikasi) merupakan bagian penting dari pengobatan. • Dalam kasus etiologi polimikroba yang tidak spesifik, amoksisilin/asam klavulanat atau karbapenem adalah pilihan yang baik, landasan pengobatan yang manjur adalah debridemen bedah yang cermat termasuk pengangkatan fokus gigi. • Prosedur ini harus selalu dikombinasikan dengan biopsi untuk kultur mikrobiologi dan histologi. Durasi pengobatan adalah 4−6 minggu
  • 37. Gomes, et.al. 2013. Osteomyeitis: an overview of antimicrobial therapy . Brazil: BJPS . Terapi antimikroba untuk osteomyelitis
  • 38. Treatment of Acute suppurative Osteomyelitis Manajemen awal adalah pemberian terapi AB IV dosis tinggi, identifikasi dan koreksi faktor kompromis host, dan merawat penyebab. Tindakan korektif dpt berupa transfuse / pemberian besi bagi penderita anemia, manajemen malnutrisi, penghentian merokok dan intake alcohol. Begitu infeksi terkontrol, perawatan dapat dilanjutkan dengan rawat jalan berbasis IV dengan kateter perkutan dan pumps antibiotic. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 39. Chronic suppurative osteomyelitis  Memerlukan Tindakan bedah sekuestrektomi dan penghilangan foreign body seperti kawat, bone plates, screws, dan culturing berulang dan perbaikan system pertahanan host.  Perawatan dimulai dengan terapi IV dan berlanjut hingga pasien rawat jalan dengan terapi IV rumahan (biasanya dengan Unasyn). Terapi IV biasanya berlanjut selama 2 minggu atau hingga pasien memperlihatkan perbaikan selama 48-72 jam/  Terapi oral harus dilanjutkan hingga 4-6 minggu setelah pasien tidak menunjukkan gejala atau dari tanggal terakhir debridemen. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 40. HB0 (hyperbaric oxygen) Hyperbaric oxygen therapy (HBOT) merupakan prosedur perawatan dengan pemberian oksigen 100% pada tekanan tertentu dalam durasi yang sudah ditentukan. HBOT dapat menjadi terapi utama maupun alternative untuk kasus infeksi. Penggunaan HBOT efektif pada infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotic. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 41. HB0 (hyperbaric oxygen) Kekurangan HBO Jika tekanan yang diberikan belebihi 100- 300kPa dapat menyebabkan central nervous toxicity Sesi yang harus dijalani oleh pasien sekitara 5-10x Kontraindikasi HBO : Penumothorax Hipertensi tidak terkontrol Diebetes Mellitus Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 42. Mekanisme HBO pada osteomyelitis 1. HBOT meningkatkan pembentukan radikal bebas oksigen (ROS) yang mengokisdasi protein dan lipid membrane termasuk merusak DNA dan menghambat fungsi metabolisme bakteri. 2. HBOT meningkatkan tension oksigen di jaringan hypoxic yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri oleh neutrophil. Tension oksigen juga mempengaruhi farmakokinetik dari agen antimikroba 3. HBOT menyebabkan darah menyerap oksigen lebih banyak akibat peningkatan tekanan oksigen dalam paru 4. Tubuh dengan konsentrasi oksigen lebih tinggi dari normal, akan memicu tubuh untuk memperbaiki jaringan yang rusak lebih cepat daripada biasanya. 5. Mekanisme bakteriostatik dari HBOT melalui terjadi pada proses sintesis protein, sehingga efek metabolic bakteri terganggu. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 43. Surgical Management  Pada fase akut, bedah seharusnya dibatasi pada penghilangan gigi yang goyang parah dan fragmen tulang dan insisi dan drainage area yang fluktuasi dan jika diperlukan, dapat dilakukan sekuestrektomi dengan atau tanpa saucerizasi, dekortikasi, atau reseksi, kemudian rekonstruksi.  Kecuali jika abses meluas atau pus terlokalisir sangat dalam, drainage awal dan debridemen dapat dilakukan dengan local anestesi atau sedasi.  Jika abses meluas atau pus terlokalisir sangat dalam, harus menggunakan GA.  Perawatan sistemik dan suportif terdiri dari diet tinggi protein dan vitamin dengan hidrasi adekuat. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 44. Surgical Management Terdapat 3 tujuan utama : • Dekompresi dari intermedullary pressure yang disebabkan karena proses osteomyelitis dan drainase dari pembentukan superiosteal abses • Surgical debridement dari jaringan yang terinfeksi dan menghilangkan focus infeksi • Membawa well-perfused tissue pada daerah yang terinfeksi Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 45. Surgical Management Terdapat 3 tujuan utama : • Dekompresi dari intermedullary pressure yang disebabkan karena proses osteomyelitis dan drainase dari pembentukan superiosteal abses • Surgical debridement dari jaringan yang terinfeksi dan menghilangkan focus infeksi • Membawa well-perfused tissue pada daerah yang terinfeksi Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 46. Mechanism of surgical treatment Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 47. Sequestrectomy Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. Sekuestra biasanya kortikal tapi dapat juga cancellous atau campuran keduanya dan biasanya tidak terlihat hingga setidaknya 2 minggu setelah onset infeksi. Tujuannnya untuk mencegah penyebaran dari infeksi dan meinimalisir terjadinya kehilangan tulang, kehilangan gigi dan fraktur Begitu terbentuk seutuhnya, sekuestra menetap selama beberapa bulan sebelum akhirnya diresorpsi Sequestra sifatnya avaskuler, sehingga antibiotic tidak dapat berpenetrasi dengan baik. Begitu sequestrum terbentuk utuh, dapat dihilangkan dengan trauma bedah minimal. Metode ini mencegah penyebaran infeksi dan meminimalkan kehilangan tulang dan gigi.
  • 48. Saucerizasi dan Sequestrectomy Saucerizasi adalah “unroofing” atau membuka atap tulang untuk mengekspos kavitas medulla agar bisa dilakukan debridemen secara menyeluruh. Saucerizasi bermanfaat pada osteomyelitis kronis karena memungkinkan pembuangan sekuestra yang sudah terbentuk dan sedang terbentuk. Prosedur ini dapat dilakukan segera setelah infeksi akut sembuh dengan tujuan dekompresi tulang untuk memungkinkan ekstrusi pus, debris, dan fragmen avascular Indikasi : Pada kondisi osteomyelitis akut dan kronis sekunder Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 49. Tatalaksana Saucerizasi dan Sequestrectomy 1. Flap mucoperiosteal bukal direfleksikan untuk mengekspos tulang yang terinfeksi. Refleksi jaringan secara luas harus dihindari untuk mempertahankan suplai darah. 2. Gigi goyang dan segmen tulang dan partikel-partikel dibuang dari daerah terinfeksi. 3. Korteks lateral mandibula direduksi menggunakan burs atau rongeurs hingga perdarahan tulang didapat di seluruh margin, kurang lebih pada level mukosa tidak bergerak, sehingga menghasilkan defek mirip saucer. Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 50. Tatalaksana Saucerizasi dan Sequestrectomy 4. Seluruh jaringan granulasi dan fragmen tulang yang goyang dibuang dari bone bed menggunakan kuret dan area tersebut diirigasi secara teliti, regio ini biasanya hiperemi tetapi bleeding dapat dikontrol dengan packing. 5. Flap buccal dipotong dan medikasi seperti iodoform gauze yang ditutupi dengan triple antibiotic ointment dimasukkan untuk hemostasis dan mempertahankan flap pada posisi retraksi hingga initial healing terjadi. Pack ditempatkan tanpa tekanan. Pack dijahit interrupted non-resorbable, meluas dari bukal ke lingual, selama 3-6 jari dan dapat diganti beberapa kali hingga permukaan bed granulasi mengalami epitelisasi dan marginnya sembuh. Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 51. Tatalaksana Saucerizasi dan Sequestrectomy Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier.
  • 52. DEKORTIKASI Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. Dekortikasi mandibula merujuk pada pembuangan korteks tulang yang terinfeksi secara kronis. Tepi lateral dan inferior korteks dibuang 1-2 cm di atas area yang terinfeksi sehingga memberikan akses ke kavitas medulla. Indikasi : Osteomyelitis akut dan subakut, Initial treatment pada osteomyelitis kornis dan kronis sekudner disaat intial conservstive regimes dinyatakan gagal.
  • 53. Langkah-Langkah Dekortikasi Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. 1. Pembuatan flap bukal dengan insisi krestal yang meluas sepanjang leher gigi 2. Refleksi mucoperiosteum ke tepi inferior 3. Penghilangan gigi di area yang terlibat 4. Melakukan pemotongan korteks bagian lateral dan tepi inferior tulang yang terinfeksi dengan menggunakan chisel. Korteks lateral dapat dibagi menjadi beberapa bagian dengan bur kemudian dilepas per bagian dengan menggunakan osteotome. Pemotongan tulang diperluas hingga area yang tidak terinfeksi, ditandai dengan adanya bleeding points pada batas tulang yang sehat.
  • 54. Langkah-Langkah Dekortikasi Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. 5. Debridement jaringan 6. Flap dijahit dengan dead space antara flap jaringan lunak dan tulang didekatkan dengan menggunakan pressure bandage selama 24-48 jam
  • 55. Langkah-Langkah Dekortikasi Topazian GR., Goldberg MH., Hup JR. 2009. Oral and Maxillofacial Infection 4th Edition. Philadelphia:Elsevier. Decortication of the mandible. A. Lateral cortical plate and a portion of the inferior cortical plate are removed a distance of 1 to 2 cm beyond the involved area. Usually bone that support teeth is involved, which necessitates tooth removal/ B. Vascular muscle flap is shown approximating the bony surface when teeth are retained, and C. when they are removed
  • 56. Surgical Ilustration Odontogenic secondary chronic osteomyelitis of the left mandible: The infection originated from the decayed lower left second molar and spread anteriorly to the second left premolar; posteriorly the affected bone reaches the ascending Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 57. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . buccal incision along the gingival margin with vestibular extensions distally and mesially (a). Subperiosteal dissection creating a full thickness mucoperiosteal flap to expose the affected bone b). Note that the subperiosteal newly formed bone may not easily be separated from the affected periosteum
  • 58. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer .
  • 59. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . Subperiosteal dissection and exposure of the affected region (a). Insertion of a retractor subperiosteally at the inferior border of the mandible to facilitate exposure of the affected mandibular corpus (b)
  • 60. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . SQUESTRECTOMY Removal of the odontogenic focus and the teeth in the affected region and removal of sequester (a,b)
  • 61. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . (a). The coronal section demonstrates that the area of decortication should be extended caudally according to the extension of the affected bone, including the inferior border of the mandible, if necessary The margins of the intended area of decortication are marked with a burr. Note that the distal and mesial boarders are selected in an area where well-vascularized and healthy bone are assumed, usually 1−2 cm beyond the affected area
  • 62. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . After demarcation of the intended area of decortication a long Lindemann burr is used to perform multiple monocortical decortication osteotomies on the buccal cortex of the mandible leaving a distance of approximately 1 cm between the decortication osteotomies (a). When performing the osteotomies it should be stressed that they are strictly limited to the buccal cortex of the mandible to avoid damage to the inferior alveolar nerve
  • 63. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . The extent of the decortication is dictated by the amount affected bone, which is poorly vascularized with necrotic compartments e buccal cortical bone and the inferior border are then removedwith a chisel, lane by lane, until bleeding bone is encountered If necessary, additional osteotomies and removal of buccal cortical bone may be performed.
  • 64. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . Mobilization (neurolysis) of the interior alveolar nerve is performed to allow access to the surrounding deeper areas of affected bone. The nerve may be marked with a vessel loop
  • 65. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . An intraoperative view after surgical debridement (decortication) of the anterior mandible and perforations of the lingual cortical bone
  • 66. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . If extensive debridement was required and the remaining bone is suspected to be prone to fracture, appropriate stabilization and reconstruction should be performed. In this case stabilization of the left mandible was achieved by osteosynthesis with a thick reconstruction plate.
  • 67. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . The surgical site after completed decortication and stabilization of the anterior mandible with reconstruction plate
  • 68. Baltensperger, et.al. 2009. Osteomyeitis of the jaws. Switzerland: Springer . Primary closure is achieved to ensure close contact of the bone bed to the well vascularized soft tissue. Irrigation tubes and/or antibiotic beads are usually not placed

Editor's Notes

  1. Pus travels through the haversian and nutrient canals and accumulates beneath the periosteum, elevating cortext and reduce vascular suppy Compression of the neurovascular bundle accelerates thrombosis dan iskkemia dan menyebabkan osteomyelitis, diikuti dengan disfungsi Inferior Alveolar Nerve (makanya ciri khasnya terjadi parastesi) Ekstensi periosteal muncul lbh sering pd anak anak karena periosteum anak anak less firmly Inflamasi – terbetnuknya jaringan granulasi – blood vessels lyse bone – terbentuk separating fragmens of necrotic bone (SEQUESTRA). Sequestra dapat revascualrisasi. Tulang yang mengelilingi sequestra seringkali tampak radiolusen disbanding sequestra itun sendiri karena terjadi peningkatan vaskularisasi dari vital bone dan menyebabkan demineralisasi pada daerah disekeliling sequestra
  2. Dividing branches of the external carotid artery after selective catheterization. Selective arteriography of the external carotid artery (a), and flat panel CT angiography (b). 1: lingual artery; 2: facial artery; 3: occipital artery; 4: superficial temporal artery; 5: internal maxillary artery; 6: ascending pharyngeal artery.
  3. Dividing branches of the external carotid artery after selective catheterization. Selective arteriography of the external carotid artery (a), and flat panel CT angiography (b). 1: lingual artery; 2: facial artery; 3: occipital artery; 4: superficial temporal artery; 5: internal maxillary artery; 6: ascending pharyngeal artery.
  4. Pus travels through the haversian and nutrient canals and accumulates beneath the periosteum, elevating cortext and reduce vascular suppy Compression of the neurovascular bundle accelerates thrombosis dan iskkemia dan menyebabkan osteomyelitis, diikuti dengan disfungsi Inferior Alveolar Nerve (makanya ciri khasnya terjadi parastesi) Ekstensi periosteal muncul lbh sering pd anak anak karena periosteum anak anak less firmly Inflamasi – terbetnuknya jaringan granulasi – blood vessels lyse bone – terbentuk separating fragmens of necrotic bone (SEQUESTRA). Sequestra dapat revascualrisasi. Tulang yang mengelilingi sequestra seringkali tampak radiolusen disbanding sequestra itun sendiri karena terjadi peningkatan vaskularisasi dari vital bone dan menyebabkan demineralisasi pada daerah disekeliling sequestra
  5. Berkurangnya blood supply merupakan critical factor yang menyebabkan terjadinya osteomyelitis Mandibula menerima blood supply dari Inferior Alveolar Artery Pus travels through the haversian and nutrient canals and accumulates beneath the periosteum, elevating cortext and reduce vascular suppy Compression of the neurovascular bundle accelerates thrombosis dan iskkemia dan menyebabkan osteomyelitis, diikuti dengan disfungsi Inferior Alveolar Nerve (makanya ciri khasnya terjadi parastesi) Ekstensi periosteal muncul lbh sering pd anak anak karena periosteum anak anak less firmly Inflamasi – terbetnuknya jaringan granulasi – blood vessels lyse bone – terbentuk separating fragmens of necrotic bone (SEQUESTRA). Sequestra dapat revascualrisasi. Tulang yang mengelilingi sequestra seringkali tampak radiolusen disbanding sequestra itun sendiri karena terjadi peningkatan vaskularisasi dari vital bone dan menyebabkan demineralisasi pada daerah disekeliling sequestra
  6. Tanda Klinis Pembengkakan Nyeri Pembentukan sinus Adanya produk purulent Pembentukan sequester Mobilitas hingga kehilangan gigi Fraktur patologis Radiograf Patchy - Ragged - Radiolusensi berbatas tidak jelas - Sering terdapat radiopak squestra
  7. Osteomyelitis kronis primer (tidak didahului episode gejala akut), memiliki onset dengan gejala yang muncul perlahan berupa rasa sakit sedikit, ukuran rahang yang berangsur-angsur membesar, dan terjadinya sekuestra, seringkali tanpa fistula. Disebabkan oleh kombinasi spesies Actinomyces dan Eikenella corrodens Kombinasi kedua patogen tersebut menghasilkan fibrosis dan sklerosis pada medula tulang
  8. Garre’s Osteomyelitis (proliferative periostitis) juga dikenal dengan chronic nonsuppurative sclerosing osteomyelitis, proliferative of garre. merupakan inflamasi yang menginduksi penebalan focal dari periosteum dan cortical bone. Penyakit ini terjadi pada anak anak dan dewasa muda Secara klinis, kondisi Garre’s osteomyelitis Localized Hard, Non tender Unilateral bone sweeling of the lateral dan inferior aspect of mandible Kulit normal Tidak terjadi demam, linfadenopati dan leukositosis
  9. Radiografik: Terdapat focal area dari well calcified bone dan tampak gambaran khas onion skin appearance Treatment Menghilangkan sumber inflamasi Onion Skin Appearance dapat terbentuk Jika infeksi menetap, korteks tepi bawah rahang menebal akibat respon imunitas tubuh dan sel-sel osteoblast sehingga membentuk gambaran onion-skin appearance
  10. Osteomielitis sklerosis difus kronis primer atau sejati adalah penyakit inflamasi, nonsupuratif, nyeri dengan protracted course. Hanya terjadi pada mandibula dan mempengaruhi tulang basal dan prosesus alveolar, yaitu melibatkan seluruh tinggi mandibula secara bersamaan, dan biasanya unilateral. Selain badan mandibula, dapat mempengaruhi sudut, ramus, dan bahkan kondilus. Tulang sering sedikit melebar dan lunak Episode pembengkakan dan nyeri berulang terjadi. Penyakit ini terlihat terutama pada orang dewasa di dekade ketiga mereka, meskipun kejadiannya pada pasien berusia 60-an telah dilaporkan. Sekitar dua pertiga pasien adalah wanita tanpa predileksi ras yang jelas. Secara radiografik, sklerosis intramedullary difus dengan batas yang tidak jelas terlihat dengan daerah fokal radiolusen dan radiopasitas.
  11. Clyndamicin tidak direkomendasikan sebagai firtst choice, karena sifat bacteriostatic dan dapat menyebabkan diare serta pseudomembranous colitis Cephalosporin, sebagai third choice dari osteomyelitis pada pasien dengan alergi penisilin. Cephalosporine tidak direkomendasikan sebagai first choice karena moderately efektif untuk bakteri anaerob.
  12. Berbagai jenis osteomielitis memerlukan strategi manajemen yang berbeda Sebagai aturan, pengobatan antimikroba pada osteomielitis secara umum idealnya harus didasarkan pada hasil mikrobiologis yang jelas Ini juga dianjurkan pada osteomielitis rahang, karena berbagai mikroorganisme, termasuk agen jamur atau mikobakteri, dapat terlibat dengan demikian, untuk terapi antimikroba yang manjur, diperlukan uji kultur dan kerentanan.
  13. Antibiotik beta-laktam intravena biasa digunakan untuk mengobati osteomielitis karena kemanjuran dan keamanan relatifnya bila diberikan untuk jangka waktu yang lama (Idul Fitri, Berbari, 2012) klindamisin adalah antibiotik lincosamide yang aktif melawan sebagian besar bakteri gram positif, memiliki bioavailabilitas oral yang sangat baik dan rasio serum tulang yang tinggi dan saat ini diberikan secara oral setelah pengobatan intravena awal selama 1 hingga 2 minggu (Calhoun, Manring, 2005; Pawar, Bhandari, 2011). fluoroquinolones generasi kedua seperti ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin terhadap beberapa organisme Gram-positif (Pawar, Bhandari, 2011). Namun, mereka memiliki aktivitas yang buruk terhadap Streptococcus spp., Enterococcus spp., dan bakteri anaerob (Calhoun, Manring, 2005) Kuinolon generasi ketiga, levofloxacin, telah memperbaiki Streptococcus spp. aktivitas, tetapi dengan cakupan anaerobik minimal (Calhoun, Manring, 2005). Fluoroquinolones generasi keempat yang lebih baru, gatifloksasin, moksifloksasin, dan gemifloksasin mencakup banyak organisme gram positif dan gram negatif, dan anaerob tertentu. meluasnya penggunaan kuinolon telah menyebabkan munculnya strain S. aureus yang resisten terhadap kuinolon Satu-satunya obat dengan kemanjuran konstan terhadap semua strain stafilokokus, dan yang telah dipelajari secara ekstensif dalam pengobatan infeksi tulang, adalah glikopeptida, khususnya vankomisin Antibiotik baru dengan penetrasi tulang yang tinggi seperti linezolid, daptomycin dan tigecycline Linezolid, yang dapat diberikan baik secara oral atau intravena, merupakan antibiotik kelas baru tanpa resistensi silang terhadap antibiotik lain. Ini aktif melawan organisme Gram-positif termasuk VRE (E. faecium dan E. faecalis) dan MRSA (Darley, MacGowan, 2004; Calhoun, Manring, 2005). Telah terbukti efektif untuk mengobati infeksi serius, termasuk osteomielitis Daptomisin menembus tulang dengan baik dan dapat menjadi pilihan terapi potensial untuk pasien dengan MRSA atau osteomielitis VRE
  14. Biasanya dididagnosis dengan gambaran rasa sakit dalam dan intens, parasthesia n. alveolaris inferior, demam, penyebab yang terdentifikasi dengan jelas, dan gambaran scan positive bone.
  15. Segala bentuk tulang atau jaringan lunak yang dieksisi harus dikultur. Terapi Clindamycin direkomendasikan jika Unasyn tidak efektif dan specimen tidak dapat diperoleh. Radionuclied dapat digunakan untuk menentukan kapan terapi AB dihentikan.
  16. Antibiotik terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan infeksi. Akan tetapi dalam beberapa kondisi terbukti adanya resistensi antibiotic. Fenomena resistensi antibiotic disebabkan karena mutasinya mikroorganisme.
  17. Prinsip kerja : pemberian oksigen 100% tekanan 2-3 atm. pengobatan decompression sickness. Kondisi ini akan memicu meningkatnya fibroblas dan angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi jaringan luka, sintesis kolagen, dan peningkatan efek fagositik leukosit. peningkatan dan perbaikan aliran darah mikrovaskular. Densitas kapiler meningkat sehingga daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi. peningkatan nitrit oksida (NO) hingga 4-5 kali dengan diiringi pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Pada sel endotel, oksigen juga meningkatkan intermediet vascular endothelial growth factor (VEGF). Melalui siklus krebs akan terjadi peningkatan nikotinamid adenine dinukleotida hydrogen (NADH) yang memicu peningkatan fibroblas. Fibroblas diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan memacu sintesis kolagen pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam penyembuhan luka.
  18. Tujuan utama dari surgery treatment adalah merubah kondisi infeksi pada tulang yang nekrotik menjadi kondisi yang well-vascularized.
  19. Indikasi : diaplikasikan pada kasus osteomyelitis terlokalisir dengan pembentukan sequester superfisial Kontra indikasi : pada kasus advance dengan penyebaran infeksid an pembentukan sequester lebih dalam pada tulang Fraktur pathologis dapat terjadi di regio infeksi karena kehilangan tulang akibat sekuestrasi atau pengurangan kekuatan tulang. Jarang terjadi abses steril (Brodie’s abscess) pada rahang  normal pada tulang Panjang.
  20. Margin tulang nekrotik yang melingkupi focus osteomyelitis dieksisi sehingga memungkinkan terjadinya visualisasi sekuestra dan eksisi tulang yang terinfeksi. Saucerizasi jarang dibutuhkan pada defek di maksila, karena corteks maksilla tipis dan defect dari sequestra yang meluas pada maxilla biasanya menyebabkan terjadinya oro antral fistula. Saucauterization yang dilakukan pada mandibula, mengalami penyembuhan sekunder
  21. Begitu penyakit ini pada tahap subakut atau kronis, penggunaan dekortikasi memberikan resolusi berdasarkan pemikiran bahwa tulang kortikal avascular dan merupakan tempat mikroorganisme. Dekortikasi dibutuhkan sebagai initial treatment pada primary dans condary osteomyelitis kronis
  22. Pada osteomyelitis kronis sekunder (sekuel dari osteomyelitis akut), pembuangan plate kortikal lateral mengekspos kavitas medulla yang diisi oleh jaringan granulasi, pus, dan sekuestra. Pada osteomyelitis kronis primer, kavitas biasanya tidaj ditemukan, melainkan tulang sklerotik padat dijumpai dengan area kecil jaringan granulasi. Jika area yang terinfeksi meluas dan plate lingual terkena, kemungkinan fraktur mandibula selama debridemen harus diantisipasi.
  23. Pada osteomyelitis kronis sekunder (sekuel dari osteomyelitis akut), pembuangan plate kortikal lateral mengekspos kavitas medulla yang diisi oleh jaringan granulasi, pus, dan sekuestra. Pada osteomyelitis kronis primer, kavitas biasanya tidaj ditemukan, melainkan tulang sklerotik padat dijumpai dengan area kecil jaringan granulasi. Jika area yang terinfeksi meluas dan plate lingual terkena, kemungkinan fraktur mandibula selama debridemen harus diantisipasi.
  24. Dekortikasi mandibula. A. Pelat kortikal lateral dan sebagian dari lempeng kortikal inferior dipindahkan sejauh 1 sampai 2 cm di luar area yang terlibat. Biasanya tulang yang menopang gigi terlibat, yang memerlukan pencabutan gigi/ B. Flap otot vaskular ditunjukkan mendekati permukaan tulang saat gigi dipertahankan, dan C, saat dicabut
  25. Osteomielitis kronis sekunder odontogenik pada mandibula kiri: Infeksi berasal dari gigi molar kedua kiri bawah yang rusak dan menyebar ke anterior ke premolar kedua kiri; posterior tulang yang terkena mencapai ramus ascending
  26. a. Diseksi subperiosteal membuat flap mukoperiosteal dengan ketebalan penuh untuk mengekspos tulang yang terkena b. Perhatikan bahwa tulang subperiosteal yang baru terbentuk mungkin tidak mudah dipisahkan dari periosteum yang terkena
  27. a. Diseksi subperiosteal membuat flap mukoperiosteal dengan ketebalan penuh untuk mengekspos tulang yang terkena b. Perhatikan bahwa tulang subperiosteal yang baru terbentuk mungkin tidak mudah dipisahkan dari periosteum yang terkena
  28. Diseksi subperiosteal dan paparan daerah yang terkena (a). Gunakan retraktor secara subperiosteal pada batas inferior mandibula untuk memfasilitasi paparan korpus mandibula yang terkena (b)
  29. membuang focus infeksi odontogenik dan gigi di daerah yang terkena dan pelepasan sequester (a,b)
  30. Margin area dekortikasi yang dimaksud ditandai dengan BUR. Perhatikan bahwa batas distal dan mesial dipilih di area di mana diasumsikan tulang yang sehat dan vaskularisasi baik, biasanya 1−2 cm di luar area yang terkena. Bagian koronal menunjukkan bahwa area dekortikasi harus diperluas ke kaudal sesuai dengan ekstensi tulang yang terkena, termasuk batas inferior mandibula, jika perlu.
  31. burr Lindemann yang panjang digunakan untuk melakukan beberapa osteotomi dekortikasi monokortikal pada korteks bukal mandibula dengan menyisakan jarak sekitar 1 cm antara osteotomi dekortikasi (a). Saat melakukan osteotomi, harus ditekankan bahwa mereka sangat terbatas pada korteks bukal mandibula untuk menghindari kerusakan pada saraf alveolar inferior (b).
  32. Luasnya dekortikasi ditentukan oleh jumlah tulang yang terkena, yang vaskularisasinya buruk dengan kompartemen nekrotik. a. Jika perlu, osteotomi tambahan dan pengangkatan tulang kortikal bukal dapat dilakukan. b. Tulang kortikal bukal dan batas inferior kemudian diangkat dengan pahat, jalur demi jalur, sampai ditemukan tulang yang berdarah
  33. Mobilisasi (neurolisis) dari saraf alveolar interior dilakukan untuk memungkinkan akses ke daerah sekitar tulang yang lebih dalam yang terkena. Saraf dapat ditandai dengan loop pembuluh darah
  34. Gambaran intraoperatif setelah debridement bedah (dekortikasi) mandibula anterior dan perforasi tulang kortikal lingual
  35. Jika debridemen ekstensif diperlukan dan tulang yang tersisa diduga rentan terhadap fraktur, stabilisasi dan rekonstruksi yang tepat harus dilakukan. Dalam hal ini stabilisasi mandibula kiri dicapai dengan osteosintesis dengan pelat rekonstruksi yang tebal.
  36. Daerah pembedahan setelah selesai dekortikasi dan stabilisasi mandibula anterior dengan pelat rekonstruksi
  37. Penutupan primer dicapai untuk memastikan kontak yang erat dari dasar tulang ke jaringan lunak yang tervaskularisasi dengan baik. Tabung irigasi dan/atau manik-manik antibiotik biasanya tidak ditempatkan