2.
2
PEMILIHAN UMUM
• Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
• Sarana pelaksanaan hak-hak asasi manusia
• Sarana sirkulasi kekuasaan secara tertib dan damai
• Sarana membentuk pemerintahan
• Sarana pendidikan politik
• Sarana rekrutmen politik
3.
3
Jenis Sistem Pemilu
• Sistem Distrik (mayoritas)
• Sistem Proporsional
• Sistem Campuran
4.
Negara dibagi-bagi menjadi daerah pemilihan
Satu daerah pemilihan memilih lebih daripada satu orang wakil
Sistem proporsional tertutup: saat pemungutan suara, pemilih
memilih nama partai
Sistem proporsional terbuka: pemilih memilih nama partai dan
atau nama kandidat
Proporsi perolehan suara tercermin dalam proporsi perolehan
kursi
4
CIRI Sistem Pemilu Proporsional (1)
5.
Kelebihan sistem proporsional:
1. Setiap suara terkonversi menjadi kursi
2. Membuka kesempatan kelompok minoritas untuk terwakili
3. Lebih besar kesempatan bagi perempuan untuk terpilih
4. Partai dan kelompok minoritas dapat berkembang
Kelemahan sistem proporsional:
1. Sistemnya lebih rumit dibandingkan sistem mayoritas
2. Hubungan wakil rakyat – konstituen kurang dekat
3. Kemungkinan stagnasi kebijakan dalam Pemerintahan yang terbentuk
5
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Sistem Pemilu Proporsional (2)
6. CIRI Sistem Pemilu DiSTRIK (1)
Negara dibagi menjadi beberapa dapil yang jumlahnya sama
dengan jumlah wakil rakyat yang akan dipilih dalam sebuah
lembaga perwakilan
Satu distrik akan menghasilkan satu wakil rakyat
Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu distrik
menjadi wakil rakyat terpilih
Kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, suaranya tidak
diperhitungkan atau dianggap hilang sehingga dikenal istilah the
winner takes all
7. KELEBIHAN Sistem Pemilu DISTRIK (2)
Kelebihan sistem distrik :
Distrik wilayahnya relatif kecil, maka pemilih dapat mengenali lebih baik
kandidat yang akan dipilihnya
Sistem distrik lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena
kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu wakil
Mendorong kearah penyederhanaan partai secara alamiah
Sistem distrik sederhana, mudah untuk diselenggarakan, tidak memerlukan
waktu dan dana yang banyak
Berkurangnya parpol memudahkan terbentuknya pemerintahan yang lebih
stabil
8. KELEMAHAN Sistem Pemilu DISTRIK (3)
Kelemahan sistem distrik :
1. Kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi
jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik
2. Kurang representatif dalam arti partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik
kehilangan suara yang telah mendukungnya
3. Kurang efektif dalam masyarakat plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius,
dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang
terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem
ini
4. Ada kemungkinan wakil rakyat cenderung lebih memperhatikan kepentingan distrik
tersebut saja, dari pada kepentingan nasional
9. SISTEM PEMILU CAMPURAN (1)
Memadukan ciri-ciri positif sistim distrik dan proporsional
Terdapat dua sistem Pemilu yang jalan beriringan
Suara diberikan oleh pemilih yang sama dan
dikontribusikan pada pemilihan wakil rakyat di bawah
kedua sistem tersebut
Mengkonversi suara menjadi kursi dengan hasil yang
berada di antara proporsionalitas dengan mayoritarian
10. KELEBIHAN Sistem CAMPURAN (2)
Kelebihan sistem campuran :
1. Hasil sistem Paralel berada di antara mayoritas-pluralitas dan sistem proporsional
2. Memberikan kepada pemilih baik pilihan distrik maupun pilihan berdasarkan
partai secara nasional karena sistem tersebut memerlukan dua kertas suara
3. Jika ada kursi proporsional yang cukup, partai-partai kecil yang tidak mendapatkan
kursi melalui mayoritas pluralitas masih dapat memperoleh kursi dalam alokasi
kursi berdasarkan sistem proporsional
4. Dapat mengurangi penggolongan sistem partai menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan sistem pemilihan proporsional murni
11. KEKURANGAN Sistem CAMPURAN (3)
Kekurangan sistem campuran :
1. Adanya dua jenis anggota parlemen
2. Tidak dapat menjamin proporsionalitas secara keseluruhan
3. Relatif kompleks dan dapat membingungkan pemilih dalam hal hakikat dan cara
kerja sistemnya
4. Menghasilkan kinerja yang mengecewakan karena adanya efek-efek interaksi di
antara komponen-komponen PR dan majoritarian di dalam sistem Pemilunya
5. Para wakil rakyat yang terlibat dalam voting behavior yang tidak sesuai dengan
jenis kursi yang didapatnya atau sistem campuran yang highly majoritarian
kemungkinan gagal untuk mengurangi fragmentasi di lembaga perwakilan
12.
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Penyelenggara
Pemilu
KPU : perwakilan
Pemerintah,
perwakilan partai
politik peserta
Pemilu
KPU : anggotanya dipilih
melalui proses pemilihan
oleh Presiden (pengusul
nama balon) dan DPR
yang menyeleksi dan
menentukan hasil akhir
nama-nama anggota
KPU.
KPU : anggotanya dipilih
melalui proses pemilihan
oleh Presiden (pengusul
nama balon) dan DPR
yang menyeleksi dan
menentukan hasil akhir
nama-nama anggota
KPU.
KPU:
anggotanya dipilih melalui
proses pemilihan oleh
Presiden (pengusul nama
balon) dan DPR yang
menyeleksi dan menentukan
hasil akhir nama-nama
anggota KPU.
Sistem
Pemilihan
Sistem proporsional
dengan daftar calon
tertutup
Sistem proporsional
daftar calon terbuka
Sistem proporsional
dengan daftar calon
terbuka
Sistem proporsional dengan
daftar calon terbuka
12
PERBANDINGAN
PEMILU di INDONESIA 1999-2014 (1)
13. PERBANDINGAN
PEMILU di indonesia 1999-2014 (2)
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Jumlah Kursi DPR - Jumlah Kursi DPR 500
- 462 ditetapkan lewat
Pemilu
- 38 orang Fraksi ABRI
diangkat
- Ditetapkan
sebanyak 550 kursi
- Fraksi ABRI
dihapus
- Ditetapkan
sebanyak 560 kursi
- Fraksi ABRI
dihapus
- Ditetapkan
sebanyak 560 kursi
- Fraksi ABRI
dihapus
Jumlah Kursi
DPRD Provinsi
- 45-100 kursi
- 10 persen kursi untuk
fraksi ABRI
- 35-100 kursi
- Alokasi kursi untuk
Fraksi ABRI
dihapus
- 35-100 kursi
- Alokasi kursi untuk
Fraksi ABRI
dihapus
- 35-100 kursi
- Alokasi kursi untuk
Fraksi ABRI
dihapus
Jumlah Kursi
DPRD
Kabupaten/Kota
- 20-45 kursi
- 10 persen kursi untuk
Fraksi ABRI
- 20-45 kursi
- Alokasi kursi Fraksi
ABRI dihapus
- 20-50 kursi
- Alokasi kursi Fraksi
ABRI dihapus
- 20-50 kursi
- Alokasi kursi Fraksi
ABRI dihapus
14. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Daerah
Pemilihan
DPR = Daerah
Tingkat I
DPRD I = Dati I
jadi 1 dapil
DPRD II = Dati 2
jadi satu dapil
- Penetapan dapil oleh
KPU
- Dapil DPR : provinsi
atau bagian-bagian
provinsi
- Dapil DPRD Provinsi :
kab/kota atau
gabungan kab/kota
- Dapil DPRD
Kabupaten/Kota:
kecamatan atau
gabungan kecamatan
- Penetapan dapil DPR
RI oleh DPR RI (dlm
UU)
- Dapil DPR : provinsi
atau bagian provinsi
- Dapil DPRD Provinsi :
kabupaten/kota atau
gabungan kab/koya
- Dapil DPRD Kab/Kota
: kecamatan atau
gabungan kecamatan
- Penetapan dapil DPR RI oleh
anggota DPR RI (dalam UU
Pemilu)
- Dapil DPR adalah provinsi,
kab/kota atau gabungan
kab/kota, bagian kab/kota
- Dapil DPRD Provinsi adalah
kab/kota, gabungan
kab/kota, atau bagian
kab/kota
- Dapil DPRD Kabupaten/Kota
adalah kecamatan, gabungan
kecamatan atau bagian
Cara Mencoblos
Mencoblos nama dan/
kecamatan
Pemberian
lambang partai
atau lambang partai
Suara
Memberi tanda satu kali
pada nama partai atau
lambang partai atau
nama calon
Mencoblos satu kali pada nomor
atau tanda gambar partai politik
atau nama caleg
14
PERBANDINGAN
PEMILU di indonesia 1999-2014 (3)
15. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Penghitungan
- Hasil di hitung di
Suara
TPS
- Agregasi di PPS,
PPK, KPU
Kabupaten / Kota,
KPU Provinsi dan
KPU Nasional
- Stembus Accord
(penggabungan
suara beberapa
parpol yang
suaranya kurang /
kecil untuk
mendapatkan 1
kursi)
- Hasil di hitung
TPS
- Agregasi di
PPS, PPK,
KPU
Kabupaten/
Kota, KPU
Provinsi dan
KPU
Nasionali)
- Penerapan 3%
electoral
treshold (untuk
diikutkan pada
Pemilu
berikutnya)
- Hasil di hitung di
TPS
- Agregasi di PPK,
KPU
Kabupaten/Kota,
KPU Provinsi dan
KPU Nasional
- Penerapan 2,5%
Parliamentary
Threshold (ambang
batas perolehan
suara partai politik
untuk diikutkan
dalam pembagian
kursi)
- Hasil di hitung di
TPS
- Agregasi di PPS,
PPK, KPU
Kabupaten / Kota,
KPU Provinsi dan
KPU Nasional
- Penerapan 3,5%
Parliamentary
Threshold (ambang
batas perolehan
suara partai politik
untuk diikutkan
dalam pembagian
kursi)
15
PERBANDINGAN
PEMILU di indonesia 1999-2014 (4)
16. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Pembagian
Kursi
3-12 kursi per dapil 3-12 kursi per dapil
3-10 kursi per dapil
untuk DPR
3-12 kursi per dapil
untuk DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten /
Kota
3-10 kursi per dapil
DPR
3-12 kursi per dapil
DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten /
Kota
Penentuan
Caleg terpilih
Nomor urut
Memenuhi 100%
BPP atau nomor
urut
Memenuhi 30% BPP atau
nomor urut
(Setelah Putusan MK,
berdasarkan suara
terbanyak)
- Caleg dengan suara
terbanyak
- Jika caleg terpilih
jumlahnya kurang dari
kursi yang diperoleh
partai, kursi diisi oleh
caleg yang memperoleh
suara terbanyak
berikutnya 16
PERBANDINGAN
PEMILU di indonesia 1999-2014(4)
17. KEBIJAKAN AFIRMATIF ACTION DALAM
PENYUSUNAN DCT (Pemilu 2009 dan 2014)
PEMILU 2004 Penempatan Calon Perempuan Pada Pemilu 2009 Penempatan Calon Perempuan Pada Pemilu 2014
Daftar calon:
1.Laki-laki
2.Laki-laki
3.Laki-laki
4.Perempuan
5.Laki-laki
6.Perempuan
7.Laki-laki
8.Laki-laki
9.Perempuan
Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4
Daftar calon:
Daftar calon:
Daftar calon:
Daftar calon :
Daftar calon:
Daftar calon:
1.Laki-laki
1.Laki-laki
1.Perempuan
1.Perempuan
1.Perempuan
1.Perempuan
2.Laki-laki
2.Perempuan
2.Laki-laki
2.Laki-laki
2.Perempuan
2.Perempuan
3.Perempuan
3.Laki-laki
3.Laki-laki
3.Laki-laki
3.Perempuan
3.Laki-Laki
4.Laki-laki
4.Laki-laki
4.Perempuan
4.Laki-laki
4.Laki-laki
4.Perempuan
5.Perempuan
5.Laki-laki
5.Laki-laki
5.Laki-laki
5.Perempuan
5.Laki-laki
6.Laki-laki
6.Laki-laki
6.Laki-laki
6.Perempuan
6.Laki-laki
6.Laki-laki
7.Laki-laki
7.Laki-laki
7.Laki-laki
7.Laki-laki
7.Laki-laki
7.Perempuan
8.Laki-laki
8.Laki-laki
8.Laki-laki
8.Laki-laki
8.Perempuan
8.Laki-laki
9.Perempuan
9.Laki-laki
9.Laki-laki
9.Perempuan
9.Laki-laki
9.Laki-laki
Daftar calon:
1.Laki-laki
2.Laki-laki
3.Perempuan
4.Laki-laki
5.Laki-laki
6.Perempuan
7.Laki-laki
8.Laki-laki
9.Perempuani
Tidak ada aturan
penempatan calon.
Perempuan sering
ditempatkan di
nomor urut bawah
Pasal 55 ayat 2 UU No 10 Tahun 2008, menyebutkan
di dalam daftar bakal calon setiap 3 orang bakal
calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang
perempuan bakal calon
Di dalam daftar bakal calon, setiap 3 orang bakal calon terdapat
sekurang-kurangnya 1 orang perempuan bakal calon. Perempuan tidak
harus di nomor 3, bisa juga di nomor 1 atau 2. Kebijakan afirmatif
dipertegas dalam PKPU Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pencalonan
Anggota DPR dan DPRD