Pemilihan bakalan sapi yang tepat sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan. Bakalan yang ideal berusia 1,5-2,5 tahun, sehat, dan memiliki postur tubuh yang baik seperti dada lebar dan punggung lurus. Jenis sapi yang paling baik untuk digemukkan adalah Limosin dan Simmental karena pertumbuhan beratnya yang tinggi.
1. Pemilihan Bakalan Sapi
Memilih Bibit Sapi Potong Unggul Untuk Penggemukan
Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat
tergantung pada pemilihan bibit yang baik dan kecermatan
selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukkan dengan
pemberian pakan tambahan dapat berasal dari sapi lokal yang
dipasarkan di pasar hewan atau sapi impor yang belum
maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya bakalan dipilih dari sapi
yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah
digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu
kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi serinya telah tanggal.
Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan
dari pertumbuhan bobot sapi yang dipelihara. Pertumbuhan dan
lama penggemukan itu ditentukan oleh faktor individu, ras
(bangsa) sapi, jenis kelamin, dan usia temak bakalan.
| 1
Gambar 1. Bibit sapi lokal
Yose Elfiranto, SST
2. Pemilihan Bakalan Sapi
Usaha penggemukan sapi pedaging membutuhkan
modal utama, yaitu tersedianya bakalan yang memenuhi syarat
secara kontinu. Kemampuan petemak memilih dan
menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat menentukan
laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Laju pertumbuhan temak pada usaha penggemukan terletak
pada pemilihan bakalan. Bakalan itu harus dipilih dari sapi
yang cepat besar. Untuk sapi ongole, misalnya, dapat dipilih
bakalan berbobot 250-300 kg sehingga bobot yang diperoleh
setelah digemukkan 70 hari dapat mencapai lebih dari 400 kg.
Menurut HBA Farming, banyak jenis sapi bakalan yang dapat
dipilih untuk digemukkam Berdasarkan asalnya, sapi dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu sapi lokal dan sapi impor.
Di dunia dikenal 3 kelompok sapi yang beranak pinak
sebagai hewan ternak, yaitu sapi bali, sapi zebu, dan sapi eropa.
Sapi bali merupakan banteng (sapi yang hidup liar di hutan)
yang sudah didomestikasi. Keberadaan banteng [Bos sundaicus
atau Bos banteng) sampai sekarang masih dapat ditemukan di
taman margasatwa Pangandaran (Jawa Barat) dan Meru Betiri
(Jawa Timur) serta Taman Nasional Ujung Kulon (Banten).
Sapi zebu atau sapi berpunuk (Bos indicus) berkembang di
| 2
Bakalan Lokal
Yose Elfiranto, SST
3. Pemilihan Bakalan Sapi
India dan beberapa negara Asia. Ciri khas sapi zebu adalah
memiliki punuk di tengkuk dan gelambir (lipatan-lipatan kulit
di bawah leher dan perut). Sapi eropa domestik (temakan) yang
berkembang di Eropa dan negara-negara subtropis adalah
keturunan sapi liar Aurochs (Bos taurus atau Bos prim/genius}.
Ciri khas sapi ini adalah berukuran sangat besar, tinggi
gelambir dapat mencapai 2 m, punggung datar, dan tidak
berpunuk.Kini ketiga kelompok sapi temakan itu telah beranak
pinak dalam berbagai ras (bangsa), baik melalui perkawinan
sesama kelompok atau antarkelompok (silang). Kawin silang
dapat terjadi secara alami atau melalui bantuan manusia.
Ragam bangsa sapi ternakan yang ada dan berkembangbiak
sebagai binatang ternak dewasa ini adalah keturunan ketiga
kelompok sapi tersebut. Ketiga kelompok ternak sapi itu kini
sudah berkembang di Indonesia.
Walaupun pada awalnya bukan berasal dari Indonesia
tetapi sapi sapi tersebut sudah berkembangbiak di Indonesia
sehingga dikelompokkan sebagai sapi lokal. Jenis sapi yang
dominan dikembangkan masyarakat adalah sapi ongole
(keturunan sapi zebu dari India), sapi bali (keturunan langsung
banteng) dan sapi madura. Ketiga sapi ini termasuk sapi tropis
dengan ciri memiliki telinga panjang dan runcing. Beberapa
| 3
Yose Elfiranto, SST
4. Pemilihan Bakalan Sapi
sapi subtropis dari Eropa juga telah berkembang di Indonesia,
terutama di dataran tinggi, seperti sapi FH, Simmental, dan
Aberden Angus (Sarwono, B., Harianto Bimo Arianto, 2001).
Menurut Shantosi, A (2012), dalam usaha ternak
potong, baik itu untuk tujuan pembibitan maupun
penggemukan, faktor bibit atau bakalan sangat menentukan
keberhasilan usaha. Bibit atau bakalan yang memenuhi kriteria
yang ditentukan sesuai tujuan usaha akan memberikan hasil
yang optimal.
Dalam usaha breeding (pembibitan), kualitas induk dan
pejantan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
keturunan yang dihasilkan. Untuk itu maka perlu dilakukan:
1. Pemilihan breed/bangsa pejantan dan betina yang akan
digunakan dalam breeding. Bangsa yang digunakan harus
sesuai dengan tujuan usaha, karena secara genetik,
kemampuan ternak bervariasi. Misalnya sapi untuk tujuan
memproduksi daging, berbeda untuk tujuan kerja, tujuan
produksi susu dan sebagainya.
2. Melihat catatan silsilah/pedigree. Catatan mengenai prestasi
tetuanya: berat lahir, berat sapih, Average Daliy Gain
(ADG), berat umur 1 tahun,dll.
| 4
Usaha Breeding (Pembibitan):
Yose Elfiranto, SST
5. Pemilihan Bakalan Sapi
3. Penilaian bentuk luar (dengan judging). Dalam judging, ada
bagian-bagian tubuh ternak yang mendapat penilaian lebih
tinggi sesuai dengan tujuan.
| 5
Gambar 2. Kualitas induk dilihat dengan judging
Pemilihan induk berdasarkan penampilannya:
a. Berpostur tubuh baik
b. Ambing baik
c. Bulu halus, mata bersinar
d. Nafsu makan baik
e. Tanda-tanda berahi teratur
f. Sehat dan tidak cacat
g. Umur siap kawin (+ 2 tahun, untuk ternak sapi)
Yose Elfiranto, SST
6. Pemilihan Bakalan Sapi
Dalam usaha penggemukan, bakalan yang akan
digemukkan harus cocok untuk iklim tropis. Syarat-syarat
bakalan yang baik antara lain adalah:
a. Umur: 1.5 – 2.5 tahun (laju pertumbuhan tinggi, efisien
b. Jenis kelamin: jantan lebih cepat pertumbuhannya daripada
c. Kesehatan: (sehat, kulit lentur dan bersih, mata bersinar,
d. Kondisi fisik: (badan persegi panjang, dada lebar dan
dalam, temperamen tenang, kondisi sapi boleh kurus tetapi
sehat, pertumbuhan kompensasi)
| 6
Pemilihan pejantan berdasarkan penampilannya:
a. Postur tubuh besar, dada lebar dan dalam
b. Kaki kuat, mata bersinar,
c. Bulu halus
d. Testis simetris dan normal
e. Sex libidonya tinggi (agresif)
f. Responsif terhadap induk berahi
g. Sehat dan tidak cacat
h. Umur dewasa ( >2 tahun,untuk ternak sapi)
Usaha Fattening (Penggemukan)
dalam penggunaan pakan)
betina
nafsu makan baik)
e. Bangsa: mudah beradaptasi dan genetiknya baik.
Yose Elfiranto, SST
7. Pemilihan Bakalan Sapi
Apabila menggunakan bakalan impor, maka sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kandungan darah Bos indicus 60%
b. Berat badan sekitar 350 kg
c. Jenis kelamin: jantan lebih baik (steer lebih baik daripada
Jenis sapi yang paling baik untuk digemukkan adalah jenis
Limosin dan Simmental. Untuk kedua jenis sapi tersebut
kenaikan berat badannya (ADG) bisa mencapai 1.5-2
kg/hari. Setelah kedua jenis sapi tersebut sapi jenis lainnya
adalah SIMPO dan LIMPO yang ADG-nya mencapai 1-1.7
kg/hari.
| 7
spayed heifer, cow)
d. Sapi tanpa tanduk
e. Kesehatan sapi
f. Berperangai baik, tidak liar, mudah dikendalikan
g. Umur 18 – 30 bulan: konversi pakan baik
h. Kondisi badan jangan terlalu gemuk (ketebalan lemak)
Cara Penggemukan Sapi yang Baik
1. Jenis Sapi yang Digemukkan
Yose Elfiranto, SST
8. Pemilihan Bakalan Sapi
Yang paling ideal untuk penggemukan adalah sapi berumur
2-2.5 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tulang-tulang
sapi sudah terbentuk secara sempurna sehingga
proses penggemukan dapat dilakukan secara efektif.
Bagaimana mengetahui usia sapi? Secara fisik pedagang-pedagang
di pasar biasanya dapat mengetahui darpi gigi
sapi tersebut. Untuk usia 2 tahun biasanya gigi seroi sapi
sudah berganti besar 2-4 buah (poel 2-4). Apabila lebih dari
itu biasanya usia sapi sudah lebih dari 3 tahun.. Dalam
pemilihan sapi selain usia, hal lain yang lebih penting
adalah masalah fisik sapi tersebut. Fisik sapi yang baik
meliputi panjang tubuhnya, tampilan depan dan belakang.
| 8
Gambar 3. Sapi yang paling baik digemukkan adalah
Simmental
2. Umur dan Fisiologis Sapi
Yose Elfiranto, SST
9. Pemilihan Bakalan Sapi
Jangka waktu pemeliharaan ini tergantung dari tujuan
peternak, apakah akan memelihara untuk jangka pendek (3-
4 bulan) ataukah hanya untuk tabungan sehingga akan
dipelihara untuk jangka lama (6-12 bulan). Jangka waktu
pemeliharaan ini nantinya akan terkait dengan umur sapi
yang dipelihara. Untuk pemeliharaan jangka pendek,
sebaiknya peternak memilih jenis sapi limosin atau simetal
usia 2-2.5 tahun yang mempunyai bobot antara 350-500 kg.
Biasanya untuk jenis tersebut dengan pemeliharaan yang
intensif mampu naik minimal 100 kg. Apabila peternak
memilih pemeliharaan jangka panjang maka sebaiknya
memilih bibitan yang agak lebih muda dan bobotnya antara
250-350 kg. Hal ini semata-mata pertimbangan harga
bibitan yang lebih murah.
Pakan merupakan komponen penting dalam proses
penggemukan sapi. Jenis pakan yang dipakai adalah
campuran antara pakan hijauan dan konsentrat. Pakan jenis
konsentrat diberikan pagi dan sore hari masing-masing 10
kg per pemberian pakan. Untuk hijauan biasanya jenis
jerami dan rumput gajah (kolonjono). Pemberian jerami
| 9
3. Jangka Waktu Penggemukan
4. Jenis Pakan yang Diberikan
Yose Elfiranto, SST
10. Pemilihan Bakalan Sapi
mudah dan murah didapat. Pemberian jerami diberikan
agak banyak dan bila habis langsung diisi kembali. Jerami
ini sebelumnya difermentasi terlebih dahulu agar lebih
bergizi untuk sapi. Sedangkan utnuk hijauan hanya kadang-kadang
Haryanto, G. S.Pt. (2012), mengemukakan kegiatan
usaha peternakan sapi potong dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa aktivitas yang saling terkait, yaitu:
Usaha sapi potong sangat potensial dan menguntungkan
apabila dilakukan dengan benar dan pasar bagus. Faktor-faktor
| 10
diberikan (Arlius, 2012).
Gambar 4. Pemberian Hijauan Lapang
1) Pelestarian (konservasi);
2) Pembibitan (peningkatan mutu genetik);
3) Perkembangbiakan (CCO); dan
4) Pembesaran (pengemukan).
Yose Elfiranto, SST
11. Pemilihan Bakalan Sapi
yang harus diperhatikan agar bisa menjalankan usaha
pembibitan secara efisien dan menguntungkan adalah: (i)
Pemilihan bibit: bukan Final Stock (FS) sehingga hasil anaknya
dan reproduksinya juga bagus (S/C dan Calving Interval
bagus); (ii) Managemen pakan: Pemberian pakan seadanya
akan mengakibatkan reproduksi ternak sapi kurang baik
sehingga menyebabkan sapi tidak bunting-bunting; (iii) Sistem
perkawinan: Pengaturan sistem perkawinan yang baik akan
menghindari inbreeding sehingga hasil anaknya berkualitas
bagus; (iv) Manajemen Kesehatan; dan (v) Manajemen
Pemasaran.
Menurut Siswanto, B (2014), hal yang paling penting
diperhatikan dalam budidaya peternakan yaitu tentang bibit
sapi. Karena biasanya orang yang akan memelihara sapi potong
atau pedaging hampir pasti akan membeli sapi yang masih
muda dan bisa disebut sebagai bakalan sapi dikarenakan
bobotnya yang masih sedikit dan otomatis nilai karkas nya juga
tidak terlalu tinggi. Bibit sapi adalah sapi yang berusia kurang
lebih satu tahun dan dipelihara dengan tujuan untuk
digemukkan. Karena setelah digemukkan bobot sapi meningkat
drastis dan nilai karkas nya juga terangkat.
| 11
Yose Elfiranto, SST
12. Pemilihan Bakalan Sapi
Penting bagi kita semua mengetahui gambaran
bagaimana sapi bakalan yang baik. Karena sekali kita salah
maka akan berpengaruh juga pada harga jual setelah
digemukkan nanti.
1. Bedakan jenis kelamin sapi terlebih dahulu.
2. Perhatikan proporsi badan dari samping, depan, belakang
3. Carilah yang berkepala besar namun tetap seimbang dengan
4. Leher yang besar kuat dan tebal bergelambir.
5. Perhatikan punggung, pastikan punggung sapi lurus sejajar
| 12
Gambar 5. Bibit Sapi Sumbawa Ongole Yang Sedang
Digemukkan
Memilih Bibit Sapi Unggul
dan kesempurnaanya.
badannya.
dan tidak melengkung/bengkok.
6. Mulut harus datar, bahasa lainnya "papak".
Yose Elfiranto, SST
13. Pemilihan Bakalan Sapi
7. Lihat bagian perut dan tulang rusuknya, usahakan tulang
rusuk tidak terlalu melengkung kedalam sehingga terkesan
kurang berisi.
8. Pastikan jumlah testis sapi jantan dan puting sapi betina.
Sapi jantan memiliki dua testi, sapi betina memiliki empat
buah puting.
9. Besar pangkal ekor ke ujung ekor mempunyai besar ukuran
Menurut Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa
seleksi adalah tindakan memilih sapi yang mempunyai sifat
yang dikehendaki dan membuang sapi yang tidak mempunyai
sifat yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam melakukan
seleksi harus ada kriteria yang jelas tentang sifat apa yang akan
dipilih, bagaimana cara mengukurnya dan berapa standar
minimal dari sifat yang diukur tersebut. Untuk dapat
memperoleh peningkatan mutu genetik pada generasi
berikutnya dari sapi-sapi hasil seleksi, maka harus ditentukan
sifat apa yang akan diseleksi. Sifat seleksi yang dipilih harus
yang bersifat menurun dan biasanya berhubungan dengan
tujuan yang akan dicapai, yaitu sifat-sifat yang bernilai
ekonomis tinggi.
| 13
yang tidak berbeda jauh.
10. Kaki tidak pincang dan besar kokoh.
Pengertian Seleksi Secara Umum
Yose Elfiranto, SST
14. Pemilihan Bakalan Sapi
Penjelasan lebih lengkap tentang sifat-sifat yang biasanya
digunakan sebagai dasar seleksi, dijelaskan dalam buku
"aplikasi pemuliabiakan ternak di lapangan " karangan
Wartomo Hardjosubroto (1994).
Febrina, L., S. Pt. (2012), mengemukakan beberapa ciri-ciri
tubuh luar sapi yang dapat langsung dilihat, dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria awal atau kriteria
pelengkap dalam melakukan seleksi, misalnya:
1. Kesesuaian warna tubuh dengan bangsanya. Sapi PO harus
berwarna putih, sapi Madura harus berwarna coklat, sapi
Bali betina harus berwarna merah bata dan yang jantan saat
telah dewasa berwarna hitam.
| 14
Gambar 6. Penyeleksian bakalan harus ada kriteria
Yose Elfiranto, SST
15. Pemilihan Bakalan Sapi
2. Keserasian bentuk dan ukuran antara kepala, leher dan
3. Tingkat pertambahan dan pencapaian berat badan ternak
4. Ukuran minimal tinggi punuk/gumba pada sapi potong
calon bibit (indukan dan pejantan), mengacu pada stándar
bibit populasi setempat, regional atau Nasional.
5. Tidak tampak adanya cacat tubuh yang dapat menurun, baik
yang dominan (terjadi di sapi yang bersangkutan) maupun
yang resesif (tidak terjadi di sapi yang bersangkutan, tetapi
terjadi di sapi tetua dan atau di sapi keturunannya).
6. Untuk pejantan, testes sapi umur di atas 18 bulan harus
simetris (bentuk dan ukuran yang sama antara scrotum
kanan dan kiri), menggantung dan mempunyai ukuran
lingkaran terpanjangnya lebih dari 32 cm (32-37 cm).
7. Kondisi sapi sehat yang ditunjukkan dengan mata yang
bersinar, gerakannya lincah tetapi tidak liar dan tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan pada organ reproduksi
luar, serta bebas dari penyakit menular terutama yang dapat
disebarkan melalui aktifitas reproduksi.
8. Seleksi dapat dilakukan pada saat sapi umur sapih (205
hari), umur muda (365 hari) dan atau umur dewasa (2
tahun), tergantung pada kriteria seleksinya. Untuk
| 15
tubuh ternak.
pada umur tertentu yang tinggi.
Yose Elfiranto, SST
16. Pemilihan Bakalan Sapi
menentukan/mendapatkan besaran patokan minimal suatu
kriteria seleksi, dapat dihitung dari rata-rata ukuran kriteria
yang dimaksud dipopulasi (sapi dengan umur yang sama
yang ada di daerah sekitar peternak atau di populasinya),
dan atau ditambah sedikitnya satu standar deviasi
Menurut Aribran (2013), dalam pemelihan bibit ternak
1. Mulut dicari yang datar/papak
2. Kepala diusahakan yang besar sesuai dengan badannya dan
| 16
sapi ada beberapa ciri yaitu:
Gambar 7. Leher besar dan bergelambir
bangsa
3. Leher besar dan bergelambir terutama yang jantan
4. Punggung dipilih yang datar jangan yang melengkung
Yose Elfiranto, SST
17. Pemilihan Bakalan Sapi
5. Ekor kalau jenis dari sapi sub tropis dari pangkal ekor
6. Ekor untuk sapi tropis biasanya lebih atau keadaannya merit
7. Perut diusahakan pilih yang iganya/tulang rusuk jangan
8. Kaki dicari yang tegak dan besar
9. Alat kelamin/reproduksi jantan (testis ada 2 buah ) betina
4. Melihat bentuk ambing apabila ternak tersebut sapi perah
5. Informasi tentang silsilah ternak tersebut menggunakan
recording (catatan ternak) diusahakan beli bibit jangan
inbriding (minimal sampai keturunan yang ke 6)
Berdasarkan Direktorat Pembibitan Ternak (2012),
untuk menentukan identifikasi ternak yang akan dilakukan
dalam Uji Performan harus mengikuti persyaratan sebagai
berikut:
| 17
sampai ujung besarnya hampir sama
terlalu melengkung
lengkap (ambing besar puting ada 4 buah)
Selain tersebut diatas yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Menentukan umur (bisa melihat gigi)
2. Membedakan jenis kelamin
3. Melihat bentuk badan (dari atas,depan dan samping)
Kriteria Seleksi Performance Sapi Potong
Yose Elfiranto, SST
18. Pemilihan Bakalan Sapi
a. Ternak yang dipilih untuk program ini yang diutamakan
b. Ternak yang dipilih adalah sapi induk yang memenuhi
kriteria sesuai dengan standar pada bangsanya masing –
masing.
c. Semua ternak yang ikut dalam kegiatan ini diberikan
d. Dilakukan pencatatan antara lain : bangsa, umur dan jenis
kelamin, identitas ternak, catatan kelahiran, silsilah, berat
badan, tinggi gumba/punuk, lingkar dada, panjang badan,
nama dan alamat peternak.
Menurut Todingan (2011), pemilihan calon bibit ternak
perlu mengetahui kriteria pemilihan sapi dan pengukuran sapi,
sebab pada saat peternak melakukan pemilihan diperlukan
pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup
diantaranya adalah sebagai berikut:
Setiap peternak yang akan memelihara, membesarkan
ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus
memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah popular,
baik jenis import maupun lokal. Kita telah mengetahui
bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang
| 18
sapi potong murni.
identitas berupa nomor/tanda atau pemasangan ear tag.
1. Bangsa dan Sifat Genetik
Yose Elfiranto, SST
19. Pemilihan Bakalan Sapi
berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging
ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap
lingkungan sekitarnya dalam hal beradaptasi dengan
lingkungan ini antara lain penyesuaian iklim dan pakan,
berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa sapi yang bisa
diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu
harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan
kondisi setempat, pemilihan ini memang cukup beralasan
sebab peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat
faktor lingkungan yang tidak menunjang. Beberapa jenis
bangsa sapi potong yaitu: Ongole, Peranakan Ongole,
Brahman, Limousine, Simmental, Angus, Brangus, Bali,
Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.
Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak
bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku,
pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan.
a. Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas.
| 19
2. Kesehatan
1) Keadaan tubuh
Yose Elfiranto, SST
20. Pemilihan Bakalan Sapi
b. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan
bulunya, tidak ada tandatanda kerusakan dan
kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat).
a. Sapi sehat tegap.
b. Keempat kaki memperoleh titik berat sama.
c. Sapi peka terhadap lingkungan .
d. Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan.
e. Cara minum panjang.
f. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan
bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan.
a. Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur,
kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan
sedang tiduran lebih cepat.
b. Jumlah pernafasan: Anak sapi 30/menit, Dewasa 10-
| 20
c. Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda.
d. Ujung hidung bersih, basah dan dingin.
e. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba.
f. Suhu tubuh anak 39,5 C – 40 C.
2) Sikap dan tingkah laku
3) Pernafasan
30/menit.
4) Pencernaan.
Yose Elfiranto, SST
21. Pemilihan Bakalan Sapi
a. Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil
b. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali.
c. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar.
d. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan lancar
e. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar
a. Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam.
b. Sapi sakit pandangan mata sayu.
c. Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif
terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan,
mutu dan hasil akhir (daging).
Bentuk atau ciri sapi potong yang baik, sebagai berikut:
a. Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh
panjang yang memungkinkan sapi mampu
menampung jumlah makanan yang banyak.
b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh
bagian depan, tengah dan belakang serasi, garis
badan atas dan bawah sejajar.
| 21
istirahat/ tiduran.
berhenti atau cepat sekali.
f. Proses memamah biak berhenti.
5) Pandangan mata.
c. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
d. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
Yose Elfiranto, SST
22. Pemilihan Bakalan Sapi
a. Penilaian dilakukan pada jarak 3,0-4,5m.
b. Perhatikan kedalaman tubuhnya, keadaan lutut,
a. Penilaian dilakukan pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan kelebaran pantat kedalaman otot,
b. Perhatikan bentuk dan ciri kepalanya kebulatan
bagian rusak, kedalaman dada dan keadan
pertulangan serta keserasian kaki depan
Penilaian untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir
melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan,
kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah
perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi.
| 22
e. Kaki besar, pendek dan kokoh.
6) Pandangan dari samping
kekompakan bentuk tubuh.
7) Pandangan Belakang
kelebaran dan kepenuhannya
8) Pandangan Depan
a. Penilaian pada jarak + 3,0 m
9) Perabaan
Yose Elfiranto, SST
23. Pemilihan Bakalan Sapi
a. Bagian rusuk
b. Bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang
c. Bagian pangkal ekor
d. Bagian bidang bahu
Pemilihan terhadap bibit sapi potong meliputi: Sifat
kualitatif dan kuantitatif Sifat Kualitatif meliputi:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut
| 23
a. Warna bulu jantan dan betina
b. Bentuk tanduk jantan dan betina
c. Bentuk tubuh jantan dan betina
Sifat Kuantitatif meliputi:
a. Berat badan jantan dan betina
b. Tinggi gumba jantan dan betina
c. Umur jantan dan betina
d. Lingkar dada jantan dan betina
e. Lebar dada jantan dan betina
f. Panjang badan jantan dan betina
g. Lingkar skrotum jantan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
Yose Elfiranto, SST
24. Pemilihan Bakalan Sapi
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu
pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan
tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih
berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang
cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan
sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah
setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah
sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah
| 24
dan bulunya.
bagian ekor dan dubur.
kerontokan bulu.
dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
Yose Elfiranto, SST
25. Pemilihan Bakalan Sapi
Sukandi (2013), menyatakan pejantan yang baik
memiliki ciri:
1) Bentuk tubuh: besar kuat dan sehat, ukuran perut
2) Bentuk kepala: besar pendek dan lebih besar
3) Pungung: lurus kuat dan lebar, pinggangnya lebar
4) Tulang rusuk: jarak antar rusuk lebar, ukuran rusuk
5) Paha: rata antara kedua paha tersebut juga cukup
| 25
4) efisiensi bahannya tinggi.
dan lingkar dada lebar
daripada betina
besar dan panjang
terpisah
6) Kaki: kuat terlebih kaki belakang
Yose Elfiranto, SST
26. Pemilihan Bakalan Sapi
Aribran. 2013. Cara Memilih Bibit Ternak Sapi Potong. Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Barat. http://www.
sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/79mengenal sumbar
/berita-terkini/607-cara-memilih-bibit-ternak-sapi-potong.
Arlius. 2012. Cara Penggemukan Sapi yang Baik. http://cara-ternak-
Direktorat Pembibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Uji Performan Sapi Potong. Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian
Pertanian
Febrina, L., S. Pt. 2012. Pemilihan Bibit Sapi Potong.
Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya manusia Pertanian.
http://cyber.kamarasta.web.id/materilokalita/detail/6473
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di
Lapangan. Jakarta: Grasindo, 1994 xvi, 284 hlm. 23 cm
Haryanto, G. S.Pt. 2012. Prospek Pembibitan Sapi. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian Indonesia. http://bibit.ditjennak.deptan.go.id
/index.php/blog/ read/berita/prospek-pembibitan-sapi
Sarwono, B., Harianto Bimo Arianto, 2001, Penggemukan Sapi
Shantosi, A. 2012. Seleksi dan Pemilihan Bibit/Bakalan Pada
Usaha Ternak Potong. http://shantozone.wordpress.
com/2012/01/07/seleksi-dan-pemilihan-bibit-bakalan-pada-
| 26
DAFTAR PUSTAKA
html
sapi.blogspot.com/2012/01/cara-penggemukan-sapi-
yang-baik.html
Potong Secara Cepat, Jakarta : Penebar Swadya,
usaha-ternak-potong/
Yose Elfiranto, SST
27. Pemilihan Bakalan Sapi
Siswanto, B. 2014. Memilih Bibit Sapi Potong Yang Baik.
Sukandi. 2013. Dasar Seleksi Performance Pada Ternak Bibit
Sapi Potong. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin Makssar. 2013
Todingan, Lambe. 2011. Pemilihan Dan Penilaian Ternak Sapi
Potong Calon Bibit. http:// disnaksulsel.info/index.php?
option=com_docman& task =doc_download&gid=23&
Itemid=9
| 27
http://www.usahaternak.com/2014/05/memilih-bibit-sapi-
potong-yang-baik.html
Yose Elfiranto, SST