Dokumen tersebut membahas mengenai jenis dan bangsa kambing potong yang umumnya dikembangkan, antara lain kambing kacang, ettawa, jamnapari, boer, dan jawarandu. Jenis-jenis tersebut berasal dari berbagai daerah dan memiliki ciri khas masing-masing yang menentukan kegunaannya untuk daging, susu, atau kulit. Dokumen juga menjelaskan karakteristik setiap jenis kambing potong terse
1. I. PENDAHULUAN
Kambing potong merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi
terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adapatasi yang
baik terhadap lingkungan. Pengembangan kambing potong mempunyai prospek
yang baik karena, untuk memenuhi kebutuhan bibit kambing dan daging dalam
maupun luar negeri. Untuk itu bibit kambing potong merupakan salah satu factor
produksi yang menentukan dalam usaha agribisnis kambing potong dan mempunyai
nilai strategis dalam upaya pengembangannya.
Pembibitan kambing potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat
yang bercirikan skala usaha kecil, manajemen sederhana, penggunaan/pemanfatan
teknologi terbatas, lokasi tidak terkonsentrasi pada suatu wilayah dan belum
menerapkan system usaha agribisnis. Walaupun sebagian pelaku usaha yang
bergerak di bidang penggemukan dan pembimbitan kambing potong masih bersklala
rumah tangga,
Kebijakan pengembangan usaha pembibitan dan penggemukan kambing
potong diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi
dengan komoditas lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk
mempermudah pembinaan, pengawasan dan manajemenya.
A. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini berisikan unit kompetemsi memilih bibit kambing potong yang
harus dimiliki oleh widyaiswara dan peternak dalam melaksanakan pelatihan yang
meliputi : Mengenal jenis dan bangsa kambing potong, memilih bibit kambing potong
berdasarkan eksterior dan memilih bibit kambing potong berdasarkan recording/
silsilah.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan
dapat menerapkan pemilihan bibit kambing potong dalam hal mengenal bangsa dan
jenis kambing potong, memilih bibit kambing potong berdasarkan eksterior dan
memilih bibit kambing potong berdasarkan recording/recording.
2. 2. Indikator keberhasilan
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian pembelajaran ini, peserta pelatihan dapat.
a. Menjelaskan bangsa dan jenis kambing potong
b. Memilih bibit kambing potong berdasarkan ekterior
c. Memilih bibit kambing potong berdasarkan recording/silsilah
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Mengenal bangsa dan jenis kambing potong
a. Bangsa, derah asal dan tujuan pemeliharaan
b. Jenis Kambing Potong
c. Memilih Bakalan kambing potong
2. Memilih bibit kambing potong berdasarkan ekterior
a. Pengertian Istilah dalam Pembibitan Kambing Potong
b. Tujuan dan Standar mutu bibit kambing potong
c. Memilih bibit kambing potong berdasarkan eksterior
3. Memilih bibit kambing potong berdasarkan recording
a. Seleksi,perkawinan, replement stock dan afkhir kambing potong
b. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam recording
c. Memilihan bibit berdasarkan recording
3. BAB II
MENGENAL BANGSA DAN JENIS KAMBING POTONG
Indikator keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat :
1. Menjelaskan bangsa, derah asal dan tujuan pemeliharaan
2. Menjelaskan jenis kambing potong unggul
3. Memilih Bakalan Kambing Potong
A. Bangsa, derah asal dan tujuan pemeliharaan
No Bangsa Daerah asal Tujuan Pemeliharaan
Daging Susu Kulit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
Boer
Anatolian Black
Asam Hill
Bantu
Bengal
Chaper
Kacang
Leri
Ma
Osmanabed
Smal East Afrika
Somali (Galla)
Syrian Mountain
Tanyang
Thori
Valais Blackneck
West African Dwarf
West African Long-Legged
Philipine
Apulian
British Alpin
British Saanen
British Toggenburg
Duch Toggenburg
French Alpine
German Improved Fawn
German Improved White
Granada
Grissons Striped
Gujarati
Improved North Russion
Jamnapari
Kamori
Kashmiri (Kashmir)
Malaga
Mingulian
Murcian
North Russian
Nubian
Poiton
Red Basnian
Red Sakoto (Maradi)
Sehel
Saanen
Sironi
Afrika Tengah & Tenggara
Afrika Barat
India
Afrika Tengah & Tenggara
Afrika Utara, India
Afrika Utara
Asia selatan &Tenggara
Kecuali India
Afrika Utara
Cina. Mongolia
India
Afrika Tengah & Tenggara
Afrika Tengah & Tenggara
Afrika Utara
Cina Mongolia
Afrika Barat
Afrika Barat
Afrika Tengah & Tenggara
Afrika Utara
Asia Selatan &c
Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Timur & Eropa Barat
Eropa Timur & Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Barat
India
USSR
India
Afrika Utara
India
Eropa Barat
USSR
Eropa Barat
USSR
Afrika Utara
Eropa Barat
Eropa Timur
Afrika Tengah
Afrika barat
Eropa barat
India
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4. -
No Bangsa Daerah asal Tujuan Pemeliharaan
Daging Susu Kulit
46.
47.
48.
49.
50.
Surti
Telemark
Toggenburg
Verzasca
Zaraibi
Surti
Eropa Barat
Eropa Barat
Eropa Barat
Afrika Utara
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
-
-
-
-
-
Sumber : Mason. I.L., 1969, A. Dictionary of Livestock Breed, Types and Vrie2tas.
Commonwealth Agric. Bur. Farham. Royal England dalam Winrock I2nternational (1983).
Keterangan : 1, 2 dan 3 menentukan urutan prioritas pemanfaatannya
B. Jenis Kambing Potong
Jenis kambing Derah
asal
Ciri-ciri
Kambing Kacang
Kambing Kacang
Indonesia Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala
ringan dan kecil.
Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek.
Pada umumnya memiliki warna bulu tunggal
putih, hitam, coklat, atau kombinasi
ketiganya.
Kambing jantan maupun betina memiliki dua
tanduk pendek.
Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai
30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg.
Tinggi yang jantan 60 - 65 cm, sedangkan
yang betina 56 cm.
Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh,
kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing
jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang
garis leher, pundak dan punggung sampai
ekor dan pantat.
Leher pendek dan punggung melengkung
Tingkat kesuburan tinggi dan tahan penyakit
Kemampuan hidup saat lahir 100%dan
kemampuan hidup dari lahir sampai sapih
79,4 %
Kemungkinan induk melahirkan anak kembar
dua sekitar 52,2 %, kembar tiga 2,6 % dan
tunggal 44,9 %
Prosentasi kakas 44 – 51 %
Rata2 Bobot lahir 3,28 kg
Rata bobot sapih 10.12 kg (90 hari)
5. kambing Ettawa
Jamnapari
India
Badannya besar, tinggi gumba kambing
jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang
betina mencapai 92 cm.
Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg,
dan betina hanya mencapai 63 kg.
Telinganya panjang bisa mencapai 30 – 35
cm dan terkulai ke bawah.
Dahi dan hidungnya cembung.
Kambing jantan maupun betina bertanduk
pendek.
Bulu hitam di kepala putih di bagain lain,
coklat dikepala putih di bagain lain dan
putik kecoklatan.
Mulut bagian atas dan bawah tidak simetris
seperti cakil
Kambing Jawarandu
Indonesia Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki
nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan
Kacukan. Merupakan hasil silangan dari
kambing peranakan etawa dengan kambing
kacang, namun sifat fisik kambing kacangnya
yang lebih dominan. Untuk menghemat
biasanya peternak susu kambing memilih
kambing ini untuk diternakkan guna diambil
susunya. Kambing ini dapat menghasilkan
susu sebanyak 1,5 liter per hari.
Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa,
dengan bobot kambing jantan dewasa dapat
lebih dari 40 kg, sedangkan betina dapat
mencapai bobot 40 kg.
Baik jantan maupun betina bertanduk.
Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan
terkulai.
Baik jantan maupun betina merupakan tipe
pedaging dan penghasil susu.
Kambing Boer Afrika
selatan
- Kambing Boer telah menjadi ternak yang ter-
registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata
"Boer" artinya petani.
- Umur lima hingga enam bulan berat 35 – 45
kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh
antara 0,02 – 0,04 kg per hari.
- Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan
berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa
(umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa
(umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 –
90 kg.
- Boer betina maupun jantan keduanya
bertanduk.
- Dibandingkan dengan kambing perah lokal,
persentase daging pada karkas kambing
6. F 3
F2
Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% –
50% dari berat tubuhnya
- Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah
dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam,
berbulu putih, berkaki pendek, berhidung
cembung, bertelinga panjang menggantung,
berkepala warna coklat kemerahan/coklat
muda hingga coklat tua.
- Beberapa kambing Boer memiliki garis putih
ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna
coklat yang melindungi dirinya dari kanker
kulit akibat sengatan sinar matahari langsung.
Kambing ini sangat suka berjemur di siang
hari.
- Kambing Boer dapat hidup pada suhu
lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu
sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga
sangat panas (43 ) dan mudah beradaptasi
terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan
terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di
kawasan semak belukar, lereng gunung yang
berbatu atau di padang rumput. Secara
alamiah mereka adalah hewan yang suka
meramban sehingga lebih menyukai daun-
daunan, tanaman semak daripada rumput.
- Kambing Boer Jantan
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali.
Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi
dengan pantat yang berotot. Boer jantan
dapat kawin di bulan apa saja sepanjang
tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini
untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat
aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi
disarankan agar satu pejantan tidak melayani
lebih dari 8 – 10 betina sampai pejantan itu
berumur sekitar satu tahun. Boer jantan
dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40
betina. Disarankan agar semua pejantan
dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan
agar tidak terjadi perkawinan yang tidak
direncanakan. Seekor pejantan dapat
mengawini hingga selama 7 – 8 tahun.
- Kambing Boer Betina
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi
tampak sangat feminin dengan kepala dan
leher ramping. Ia sangat jinak & pada
dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat
dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan,
tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan
untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu
melahirkan anak-anak 3 kali dalam 2 tahun.
Betina umur satu tahunan dapat
menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak
pertama, ia biasanya akan beranak kembar 2,
3, bahkan 4.Boer induk menghasilkan susu
7. F1
dengan kandungan lemak sangat tinggi yang
cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika
anaknya berumur 2½ – 3½ bulan induk mulai
kering. Boer betina mempunyai dua hingga
empat puting, tetapi kadangkala tidak
semuanya menghasilkan susu. Sebagai
ternak yang kawinnya tidak musiman, ia
dapat dikawinkan lagi 3 bulan setelah
melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari
ekor yang bergerak-gerak cepat disebut
“flagging”. Boer betina mampu menjadi induk
hingga selama 5 – 8 tahun.
Kambing Sanen
Swis
Eropa
Kepala kecil berbentuk lancip.
Telinga kecil, pendek, tegak dan mengarah
ke depan dan samping.
Jantan atau betina sebagian kecil tak
bertanduk.
Kadang2 ada bercak hitam di hidung, telinga
ambing.
Bulu dominan putih, krem pucat dengan
bercak-bercak hitam pada hidung, telinga dan
ambing.
Anak sering kembar.
Hidungnya lurus dan muka berupa segitiga.
Ekornya tipis dan pendek.
Jantan dan betinanya bertanduk.
Berat dewasa 68-91kg (Jantan) & 36 kg – 63
kg (Betina), tinggi ideal 81 cm dengan berat
61 kg, di saat tingginya 94 cm beratnya 81
kg.
Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
Kambing Gembrong
Indonesia
(Bali)
- Kambing Gembrong terdapat di daerah
kawasan Timur Pulau Bali terutama di
Kabupaten Karangasem.
- Ciri khas kambing Gembrong jantan berbulu
panjang lebat & mengkilap, yang tumbuh
mulai dari kepala hingga ekor. Bila dibiarkan,
panjang bulu bisa mencapai 25-30 cm.
Setiap 12-16 bulan sekali, bulunya mesti
dicukur. Jika tidak, bulu bagian kepala dapat
menutupi mata dan telinga, sehingga akan
mempersulit kambing saat makan.
- Ukuran tubuh kambing betina mirip kambing
kacang. Tapi di bagian bawah perut melebar.
Kambing gembrong betina bertanduk, namun
lebih pendek & oval. Rambut panjang
terdapat pada kambing jantan, sedangkan
kambing Gembrong betina berbulu pendek
antara 2-3 cm.
- Warna tubuh dominan kambing Gembrong
pada umumnya putih sebagian berwarna
coklat muda & coklat. Pola warna tubuh
kebanyakan satu warna, sebagian lagi dua -
8. sampai tiga warna. Tinggi kambing (gumba)
58 - 65 cm, bobot badan kambing dewasa
32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada
dahi. Jumbai terkadang menutup mata dan
muka kambing.
- Kambing gembrong merupakan persilangan
antara kambing Kashmir dengan kambing
Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali
dari luar negeri sebagai hadiah untuk
seorang bangsawan Bali, yang kemudian
berkembang sampai sekarang di daerah Bali.
- Beberapa peternak mencoba menyilangkan
kambing Gembrong dengan kambing
Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan
itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong
ettawah
Kambing PE Indonesia
(Kaligesin
g)
Kambing ini merupakan hasil persilangan
antara kambing Etawa dengan kambing
lokal/Kacang, dengan tujuan lebih mampu
beradaptasi dengan kondisi Indonesia.
Kambing ini dikenal sebagai kambing PE
(Peranakan Etawa), dan saat ini juga
dianggap sebagai kambing Lokal.
Kambing PE berukuran hampir sama dengan
Etawa namun lebih adaptif terhadap
lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda
tubuhnya berada diantara kambing Kacang
dan kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke
arah kambing Etawa, ada sebagian yang
lebih ke arah kambing Kacang.
Kambing ini awalnya tersebar di sepanjang
pesisir utara Pulau Jawa, dan saat ini hampir
di seluruh Indonesia. Pejantan mempunyai
sex-libido yang tinggi, sifat inilah yang
membedakan dengan kambing Etawa. Ciri-
ciri kambing Etawa :
Warna bulu belang hitam, putih, merah,
coklat dan kadang putih.
Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot
yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan
betina mencapai 63 kg.
Telinganya panjang dan terkulai ke bawah,
bergelambir yang cukup besar
Dahi dan hidungnya cembung.
Kambing jantan maupun betina bertanduk
kecil/pendek.
Daerah belakang paha, ekor dan dagu
berbulu panjang
Kambing Etawa mampu menghasilkan susu
hingga tiga liter per hari.
9. Kambinga Boerawa
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil
persilangan antara kambing Boer jantan
dengan kambing Peranakan Etawah (PE)
betina.
Ternak hasil persilangan kedua jenis
kambing tadi disebut dengan Boerawa yakni
singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan
Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai
berkembang dan banyak jumlahnya di
Propinsi Lampung, walaupun upaya
persilangan antara kambing Boer dengan
kambing lokal telah dilakukan di beberapa
propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan
Sulawesi Selatan.
Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah
Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli
Utara di Propinsi Sumatera Utara.
Dari segi penampilannya kambing ini
nampak gagah, tubuhnya kompak dan
sebaran warna bulu bervariasi antara warna
bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga
berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara
ini lebih besar dari pada kambing Kacang
dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini
sering juga beranak dua sampai empat
sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya
empat ternyata dapat hidup sampai besar
tanpa pakai susu tambahan dan pakan
tambahan tetapi penampilan anak cukup
sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan
penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal
ini diduga disebabkan oleh produksi susu
kambing relatif baik untuk kebutuhan anak
kambing 4 ekor.
Kambing Kosta Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di
sekitar Jakarta & Propinsi Banten. Kambing
ini bentuk tubuhnya sedang, hidung rata &
kadang-kadang melengkung, tanduk
pendek, bulu pendek. Kambing ini
persilangan kambing Kacang dan kambing
Khasmir (kambing impor).
Warna dari kambing Kosta ini adalah coklat
tua, coklat muda, coklat merah, abu-abu
sampai hitam. Pola warna tubuh umumnya
terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang
umumnya didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten
Serang, Pandeglang, dan disekitarnya
(wilayah Tangerang dan DKI Jakarta).
Selama ini masyarakat hanya mengenal
Kambing Kacang sebagai kambing asli
Indonesia, namun karena bentuk dan
10. performa Kambing Kosta menyerupai
Kambing Kacang, sering sulit dibedakan
antara Kambing Kosta dengan Kambing
Kacang, padahal bila diamati secara
seksama terdapat perbedaan yang cukup
signifikan.
Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah
terdapatnya motif garis yang sejajar pada
bagian kiri dan kanan muka, selain itu
terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh
Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian
kaki belakang mirip bulu rewos pada
Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun
tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing
PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan
halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk
besar ke bagian belakang sehingga cocok
dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.
Saat ini populasi Kambing Kosta terus
menyusut.
Kambing Merica Kambing Marica adalah suatu variasi lokal
dari Kambing Kacang yang terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, dan merupakan
salah satu genotipe kambing asli Indonesia
yang menurut laporan FAO sudah termasuk
kategori langka dan hampir punah
(endargement).
Daerah populasi kambing Marica dijumpai di
sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah
Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.
Kambing Marica punya potensi genetik yang
mampu beradaptasi baik di daerah agro-
ekosistem lahan kering, dimana curah hujan
sepanjang tahun sangat rendah. Kambing
Marica dapat bertahan hidup pada musim
kemarau walau hanya memakan rumput-
rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.
Ciri yang paling khas pada kambing ini
adalah telinganya tegak dan relatif kecil
pendek dibanding telinga kambing kacang.
Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan
lincah dan agresif.
11. Kambing Samosir
Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini
dipelihara penduduk setempat secara turun
temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau
Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi
Sumatera Utara.
Kambing Samosir pada mulanya digunakan
untuk bahan upacara persembahan pada
acara keagamaan salah satu aliran
kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh
penduduk setempat. Kambing yang
dipersembahkan harus yang berwama putih,
maka secara alami penduduk setempat
sudah selektif untuk memelihara kambing
mereka mengutamakan yang berwarna putih.
Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri
dengan kondisi ekosistem lahan kering dan
berbatu-batu, walaupun pada musim
kemarau biasanya rumput sangat sulit dan
kering. Kondisi pulau Samosir yang
topografinya berbukit, ternyata kambing ini
dapat beradaptasi dan berkembang biak
dengan baik.
Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot
badan betina 26 - 32 kg; panjang badan 57 -
63 cm; tinggi pundak 50 - 56 cm; tinggi
pinggul 53 - 59 cm; dalam dada 28 - 33 cm
dan lebar dada 17 - 20 cm.
Berdasarkan ukuran morfologik tubuh,
bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini
hampir sama dengan kambing Kacang yang
ada di Sumatera Utara, yang
membedakannya terhadap kambing Kacang
yaitu penotipe warna tubuh yang dominan
putih dengan hasil observasi 39,18% warna
tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang
putih hitam. Pemberian nama kambing
Samosir pada saat ini masih secara lokal dan
dikenal dengan nama Kambing Putih atau
Kambing Batak.
C.Memilih Bakalan
Pemilihan Bakalan bertujuan untuk mendapatkan bibit ternak yang berkualitas
produksinya baik dari segi daging maupun susu serta lingkungan yang sangat
mendukung akan memberikan hasil yang baik. Dalam pemilihan bakalan/bibit ditekankan
pada pada pemurnian dan peningkatan produksi dengan upaya seleksi genetik yang
memperhatikan sifat-sifat unggul antara lain : kemapuan beranak kembar tinggi,
pertumbuhan cepat dan produksinya sesuai yang diharapkan
12. 1.Calon induk betina yang subur
- Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat
- Bulu Bersih dan mengkilat
- Alat kelaminya normal
- Mempunyai sifat keibuan
- Ambing ( buah susu) normal (halus kenyal tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan)
- Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar
2.Calon pejantan
- Sehat, tidak gemuk (sesuai umur)
- Bulu Bersih dan mengkilat
- Badan panjang, lurus dan tidak cacat
- Tumut tinggi dan penampilan gagah
- Aktif dan nafsu kawinya besar, mudah ereksi
- Buah zakarnya normal ( 2 buah sama besar dan kenyal)
- Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar
D.Rangkuman
1. Kambing potong yang sudah mengalami penyesuaian alam/iklim di Indonesia :
PE.Kacang, Samosir, Merica, Muara, Gembrong, kosta , Saanen dan Boerawa serta
Kambing Boer yang sedang di kembangkan sebagai kambing potong.
2. Jenis, bangsa dan Tujuan pemeliharaan kambing meliputi : penghasil daging, penghasil
susu, penghasil kulit, namun ada yang sebagai penghasil ketiga-tiganya serta untuk
Ettawa sebagai kambing estetika yitu Lomba.
3. Calon induk betina yang subur : Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, Bulu Bersih
dan mengkilat, Alat kelaminya normal, Mempunyai sifat keibuan, Ambing ( buah susu)
normal (halus kenyal tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan), Sebaiknya berasal dari
keturunan yang kembar
4. Calon pejantan : Sehat, tidak gemuk (sesuai umur), Bulu Bersih dan mengkilat, Badan
panjang, lurus dan tidak cacat, Tumut tinggi dan penampilan gagah, Aktif dan nafsu
kawinya besar, mudah ereksi, Buah zakarnya normal ( 2 buah sama besar dan kenyal),
Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar
E. Latihan
1. Sebutkan Jenis kambing potong lokal/dalam negeri ?
2. Sebutkan jenis kambing yang fungsinyab sebagai penghasil daging, susu dan kulit ?
3. Jelaskan Calon ciri-ciri Induk Betina yang subur ?
4. Jelaskan Calon pejantan yang sehat ?
13. BAB III
MEMILIH BIBIT KAMBING POTONG BERDASARKAN EKSTERIOR
Indikator keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian istilah dalam pembibitan
2. Menjelaskan tujuan dan standar mutu bibit
3. Melakukan pemilihan bibit kambing potong berdasarkan eksterior
A. Pengertian Istilah dalam Pembibitan Kambing Potong
1. Pembibitan kambing potong adalah kegiatan budidaya kambing potong untuk
menghasilkan bibit kambing potong untuk keperluan sendiri atau
diperjuabelikan.
2. Bibit kambing potong adalah semua hasil pemuliaan kambing potong yang
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan
3. Species kambing potong adalah sekelompok kambing potong yang memiliki
sifat-sifat genetik sama, dalam kondisi alami dapat melakukan perkawinan dan
menghasilkan keturunan yang subur.
4. Rumpun kambing potong adalah sekelompok kambing potong yang
mempunyai ciri dan karakteristik luar serta sifat keturunan yang sama dari satu
species.
5. Galur kambing potong adalah sekelompok individu kambing potong dalam
satu rumpun yang dikembangkan untuk tujuan pemuliaan dan/atau karakteristik
tertentu
6. Pemuliaan kambing potong adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah
komposisi genetik pada sekelompok ternak dari status rumpun atau galur guna
mencapai tujuan tertentu.
7. Pemurnian kambing potong adalah upaya untuk mempertahankan rumpun
dari jenis (species) kambing perah tertentu
8. Persilangan kambing potong adalah cara perkawinan, dimana
perkembangbiakan kambing potongnya dilakukan dengan jalan perkawinan
antara hewan-hewan dari satu species tetapi berlainan rumpun.
9. Seleksi adalah kegiatan memilih tetua untuk menghasilkan keturunan melalui
pemeriksaan dan/atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu
dengan menggunakan metode atau teknologi tertentu.
14. 10. Silsilah adalah catatan mengenai asal usul keturunan kambing potong yang
meliputi nama, nomor dan performn dari kambing potong tetua penurunnya.
11. Uji performance adalah pengujian untuk memilih kambing potong
berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran, penimbangan
dan penilaian.
12. Sertifikasi bibit kambing potong adalah proses penerbitan sertifikat bibit
setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan serta memenuhi
persyaratan untuk diedarkan.
B. Tujuan dan Standar mutu bibit kambing potong
1. Tujuan untuk menghasilkan bibit bermutu baik yang memenuhi persyaratan teknis
minimal dan persyaratan kesehatan hewan.
Klasifikasi bibit kambing perah ada 3 kelompok :
a. Bibit dasar (eliete/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun
atau galur yang mempunyai nilai pemuliaan diatas nilai rata-rata
b. Bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit
dasar
c. Bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit
induk
2. Standar Mutu Kambing Potong
Untuk menjamin mutu produk yang sesuai dengan permintaan konsumen,
diperlukan bibit kambing potong yang bermutu, sesuai dengan persyaratan teknis
minimal setiap bibit kambing perah sebagai berikut
a. Persyaratan umum :
- Kambing potong harus sehat dan bebas dari cacat fisik seperti cacat mata
(kebutaan) tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak
terdapat kelainan tulang punggung atau cacat lainnya.
- Semua kambing betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing
serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
- Kambing jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak memderita cacat pada
alat kelaminnya.
15. b. Pesyaratan khusus :
- Kambing Peranakan Ettawa
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu belang hitam, putih,
merah, coklat dan kadang2 putih
- Tanduk kecil
- Muka cembung, daun telinga
panjang dan terkulai ke bawah,
bergelambir yang cukup besar
- Derah belakang paha, ekor dan
dagu berbulu panjang.
- Betina umur 8 -12 bln tinggi badan
minimal 55 cm berat badan
minimal 15 kg.
- Jantan umur 12 – 18 bln tinggi
badan 65 cm, berat badan minimal
20 kg
- Kambing Saanen Lokal
Kualitatif Kuantitatif
- Warna belang2 hitam putih atau
merah atau cokelat putih.
- Tidak bertanduk/bertanduk kecil
- Kepala ringan, leher panjang dan
halus, dahi lebar, telinga pendek
dan mengarah ke samping
- Kuku lurus dan kuat
- Tubuh panjang, dada lebar dan
dalam, ambing dan puting susu
besar dan lunak.
- Betina umur 8-12 bln berat badan
minimal 40 kg
- Jantan umur 12 – 18 bln berat
badan minimal 40 kg
- Kambing Kacang
Kualitatif Kuantitatif
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu bervariasi dari putih
campur hitam, coklat atau hitam
sama sekali;
- Tanduk mengarah ke belakang dan
membengkok keluar;
- Hidung lurus, leher pendek, telinga
pendek berdiri tegak ke depan,
kepala kecil dan ringan.
- Betina umur 8-12 bulan
- Tinggi badan minimal 46 cm
- Berat badan minimal 12 kg
- Jantan umur 12-18 bulan
- Tinggi badan minimal 50 cm
- Berat badan minimal 15 kg.
16. C.Memilih bibit kambing potong berdasarkan eksterior
1. Standar mutu betina/jantan kambing peranakan ettawa kaligesing :
Gambar Uraian Ciri-ciri
- Tubuh =Besar, pipih
- Wajah =Melengkung
- Telingga
- Tanduk
- Warna Bulu
- Kaki belakang
- Rata-rata kelahiran
- Bobot lahir anak
- Bobot sapih
- Kawin pertama
- Sebagai pejantan
- Produksi susu
- Masa laktasi
Besar, pipih
Melengkung
Menggantung
Melengkung kebelakang
Putih, hitam, coklat, kombinasi
Bulu lebat (gimbal)
1 - 4 ekor
Rata-rata 2,5 – 3 kg
Jantan 17 kg dan betina 15 kg
Umur 12 bln
Umur 18 bln
0,5 - 2,5 l/hr/ekor
7 – 10 bln
Kambing PE ras Kaligesing dibagi dalam empat kategori (grade) A, B,C dan D.
Uraian Grade A Grade B Grade C Grade D
- Tubuh
- Panjang tubuh
- Tinggi gumba
- Profil Wajah
- Telinga
- Panjang telinga
- Lebar telinga
- Tanduk
- Warna Bulu
- Kaki belakang
- Berat dewasa
- Ambing Kambing ♀
- Lingkaran testis ♂
- Produksi susu
Besar
♀ 65-85 cm,♂ 85–105 cm
♀ 70-90 cm, ♂ 90–110 cm
Melengkung
Menggantung(terkulai) melipat
♀ 21-30 cm,♂ 25–41 cm
♀ 8-13 cm,♂ 8–14 cm
Kebelakang
Hitam,putih,coklat,kombinasi
Berbulu lebat
♀ 45-79 cm,♂ 65–90 cm
Besar sepert botol
23 cm
2-3 l/hr/ekor
Ciri-ciri
terpenuhi &
imbangan
serasi , tapi
ukuran dan
berat di
bawah rata-
rata
Ciri-ciri
kurang
memenu
hi syarat,
tapi
imbagan
serasi
Ciri-ciri
kurang
memenuhi
syarat dan
tidak
serasi
2. Identetifikasi kambing pejantan kambing perah
Secara Umum identifikasi utama terbagi menjadi 7 bagian. Bagian 1 dan 2
adalah ciri bagian kepala dan daerah leher, ke-3 tinggi badan, ke-4 bentuk dan
kondisi testis (pelanangan), ke-5 bentuk ekor, ke-6 bulu belakang dan ke-7 panjang
badan. Secara lebih detail bisa terlihat dalam visualisasi gambar berikut:
17. D. Rangkuman
- Pembibitan kambing potong adalah kegiatan budidaya kambing perah untuk
menghasilkan bibit kambing potong untuk keperluan sendiri atau diperjuabelikan.
- Bibit kambing potong adalah semua hasil pemuliaan kambing perah yang
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan
- Tujuan untuk menghasilkan bibit bermutu baik yang memenuhi persyaratan teknis
minimal dan persyaratan kesehatan hewan.
18. - Standar Mutu Kambing Potong = Untuk menjamin mutu produk yang sesuai
dengan permintaan konsumen, diperlukan bibit kambing potong yang bermutu,
sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit kambing potong.
- Pesyaratan khusus :
- Kambing Peranakan Ettawa
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu belang hitam, putih,
merah, coklat dan kadang2 putih
- Tanduk kecil
- Muka cembung, daun telinga
panjang dan terkulai ke bawah,
bergelambir yang cukup besar
- Derah belakang paha, ekor dan
dagu berbulu panjang.
- Betina umur 8 -12 bln tinggi badan
minimal 55 cm berat badan
minimal 15 kg.
- Jantan umur 12 – 18 bln tinggi
badan 65 cm, berat badan minimal
20 kg
- Kambing Saanen Lokal
Kualitatif Kuantitatif
- Warna belang2 hitam putih atau
merah atau cokelat putih.
- Tidak bertanduk/bertanduk kecil
- Kepala ringan, leher panjang dan
halus, dahi lebar, telinga pendek
dan mengarah ke samping
- Kuku lurus dan kuat
- Tubuh panjang, dada lebar dan
dalam, ambing dan puting susu
besar dan lunak.
- Betina umur 8-12 bln berat badan
minimal 40 kg
- Jantan umur 12 – 18 bln berat
badan minimal 40 kg
-Kambing Kacang
Kualitatif Kuantitatif
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu bervariasi dari putih
campur hitam, coklat atau hitam
sama sekali;
- Tanduk mengarah ke belakang dan
membengkok keluar;
- Hidung lurus, leher pendek, telinga
pendek berdiri tegak ke depan,
kepala kecil dan ringan.
- Betina umur 8-12 bulan
- Tinggi badan minimal 46 cm
- Berat badan minimal 12 kg
- Jantan umur 12-18 bulan
- Tinggi badan minimal 50 cm
- Berat badan minimal 15 kg.
E.Latihan
1.Jelaskan pembibitan, bibit, tujuan dari pembibitan kambing potong ?
2. Jelaskan persyaratan khusus kambing PE dan Saanen lokal serta kacang ?
19. BAB IV
MEMILIH BIBIT KAMBING POTONG BERDASARKAN RECORDING
Indikator keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat :
1.Menjelaskan seleksi,perkawinan, replement stock dan afkhir kambing potong
2.Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam recording
3.Melakukan pemilihan bibit berdasarkan recording
A. Seleksi, perkawinan, replement stock dan afkhir Kambing Potong
1. Seleksi bibit kambing potong dilakukan berdasarkan penampilan (peformance)
anak dan individu calon bibit kambing potong tersebut, dengan mempergunakan
kriteria seleksi sebagai berikut :
a. Kambing induk :
- Induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur 3(tiga) kali dalam 2 tahun
- Frekuensi beranak kembar relatif tinggi
- Total produksi anak sapihan diatas rata-rata
b. Calon Pejantan
- bobot sapih terkoreksi terhadap umur 90 (sembilan puluh) hari umur induk dan
tipe kelahiran dan disapih
- Bobot badan umur 6 bln,9 bln dan 12 bulan diatas rata-rata
- Pertambahan bobot badan pra dan pasca sapih baik
- Libido dan kualitas spermanya baik
- Penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunya
c. Calon Induk
- bobot sapih terkoreksi terhadap umur 90 sembilan puluh hari tipe kelahiran dan
disapih,
- bobot badan umur 6 bulan dan 9 bulan diatas rata-rata
- pertambahan berat badan pra dan pasca sapih baik
- penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya
2. Perkawinan dalam pembibitan kambing potong
Dalam upaya memperoleh bibit yang berkualitas, perkawinan kambing dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Kawin alam dengan ratio jantan dan betina 1:5-10
2. Iseminasi buatan (IB) dengan semen beku/cair yang teruji kualitasnya dan bebas
dari penyakit menular.
3. Dalam pelaksanaan kawin alam atau IB perlu dihindari terjadinya kawin sedarah
20. 3. Ternak pengganti (replecement stock)
Pengadaan ternak penggati (replecement stock) dilakukan sebagai berikut :
1. Calon bibit betina dipilih 25% terbaik untuk replacement, 25 % untuk
pengembangan populasi kawasan, 40% dijual keluar kawasan sebagai bibit
dan 10% dijual sebagai ternak afkhir
2. Calon bibit jantan dipilih 10% terbaik pada umur sapih dan bersama calon
bibit betina 25% terbaik untuk dimasukkan pada uji perfoman.
4. Afkhir (culling)
Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit
(afkhir/culling) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk bibit rumput murni, 50% kambing bibit jantan peringkat terendah saat
seleksi pertama (umur sapih terkoreksi) dikeluarkan dengan dikastrasi dan 40%
nya dijual keluarkawasan
2. Kambing betina yang memenuhi persyaratan sebagai bibit (10%) dikeluarkan
sebagai ternak afkhir
3. Kambing yang tidak produktif segera dikeluarkan.
B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Recording
Setiap usaha pembibitan atau agribisnis kambing perah hendaknya
melakukan pencatatan (Recording) meliputi :
b. Rumpun
c. Silsilah
d. Perkawinan (tanggal, pejantan, IB/Kawin alam)
e. Kelahiran (tanggal, bobot lahir)
f. Penyapihan (tanggal, bobot badan)
g. Beranak kembali (tanggal, paritas)
h. Pakan (jenis, konsumsi)
i. Vaksinasi, pengobatan ( tanggal, perlakuan/tretment)
j. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran)
21. C.Memilih bibit berdasarkan recording
Dalam memilih bibit berdasarkan recording harus memperhatikan uraian
diatas sebagai dasar dalam memilih bibit adalah sebagai berikut :
1. Pilih salah satu ternak kambing jantan atu betina dari hasil pemilihan eksterior
2. Amati catatan bobot lahir, induknya, pejantan dan lainnya yang ada di kartu
recording
3. Amati juga catatan induk dan pejantannya
4. Buatlah skema perkawinanya
5. Buatlah rangkuman hasil pengamatan.
6. Simpulkan hasil pengamatan.
Contoh kartu kambing
KARTU CEMPE
Nama : Pinokio
Tanggal Lahir : 2 Mei 2005
Berat lahir : 2,5 kg
Jenis kelamin : betina
Tanda khusus : Bulu sekitar ambing
Hitam
Induk : Pipin
Pejantan : Robin
Nama : Pinokio
Tanggal Lahir : 2 Mei 2005
Berat lahir : 2,5 kg
Jenis kelamin : betina
Tanda khusus : Bulu sekitar ambing
Hitam
Induk : Pipin
Pejantan : Robin
PERTAMBAHAN BERAT BADAN
BULAN BERAT BADAN TGL MENIMBANG KETERANGAN
Januari 2,5 kg 2-1-2005
Pebruari 6 kg 2-2-2005
Maret 9 kg 2-3-2005
April 11 kg 2-4-2005
Mei 14 kg 2-5-2005
Juni 19 kg 2-6-2005
Juli 25 kg 2-7-2005
Agustus 30 kg 2-8-2005
September 35 kg 2-9-2005
Nopember 42 kg 2-10-2005
Desember 50 kg 2-11-2005
22. PENCATATAN REPRODUKSI MASA DARA
Tanggal Perkawinan Pertama 1 -6- 2006
Umur Waktu Pertama Kawin 365 Hari
Berat Badan Waktu Perkawinan Pertama 50 kg
KARTU KAMBING
Sisi kanan sisi kiri
Nama : Pinokio
No. Telinga : 0925
Breed :
Tgl Lahir : 2 Mei 2005
Berat Lahir :2,5 kg
(Waktu lahir)
Ciri Istimewa : Bulu sekitar ambing Hitam
KETURUNAN :
Induk : Pipin
Pejantan : Robin
Umur pertama kali kawin : 365 hari
Berat Badan pertama kali kawin : 35 kg
Umur Pertama kali melahirkan : 510 hari
HASIL SUSU PER BULAN
Tahun
Bulan
2006 2007 2008 2009 20...... 20...... 20...... 20......
Januari - 37,5 40 40
Pebruari - 40 30 50
Maret - 45 - 60
April - 37,5 - 60
Mei - 30 45 50
Juni - - 50 40
Juli - - 60 37,5
Agustus - 37,5 60 -
September - 45 50 -
Oktober - 60 45
Nopember - 60 -
Desember 31 50 -
23. 4.Rangkuman
- Seleksi bibit kambing perah dilakukan berdasarkan penampilan (peformance) anak
dan individu calon bibit kambing perah, de3ngan kriteria seleksi : Induk, Calon
pejantan dan calon induk
- Perkawinan kambing dapat dilakukan dengan kawin alam, IB dan hindari
perkawinan sedarah.
- Replecement stock dilakukan sbb :
1. Calon bibit betina dipilih 25% terbaik, untuk replacement, 25 % untuk
pengembangan populasi kawasan, 40% dijual keluar kawasan sebagai bibit dan
10% dijual sebagai ternak afkhir
2. Calon bibit jantan dipilih 10% terbaik pada umur sapih dan bersama calon bibit
betina 25% terbaik untuk dimasukkan pada uji perfoman.
- Afkhir (culling) dilakukan sbb
1. Untuk bibit rumput murni, 50% kambing bibit jantan peringkat terendah saat
seleksi pertama (umur sapih terkoreksi) dikeluarkan dengan dikastrasi dan 40%
nya dijual keluarkawasan
2. Kambing betina yang memenuhi persyaratan sebagai bibit (10%) dikeluarkan
sebagai ternak afkhir
3. Kambing yang tidak produktif segera dikeluarkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Recording antara kain :
Rumpun ,Silsilah, Perkawinan (tanggal, pejantan, IB/Kawin alam), Kelahiran
(tanggal, bobot lahir), Penyapihan (tanggal, bobot badan), Beranak kembali (tanggal,
paritas), Pakan (jenis, konsumsi), Vaksinasi, pengobatan ( tanggal,
perlakuan/tretment), Mutasi (pemasukan dan pengeluaran)
Memilih bibit berdasarkan recording
1.Pilih salah satu ternak kambing jantan atu betina dari hasil pemilihan eksterior
2.Amati catatan bobot lahir, induknya, pejantan dan lainnya yang ada di kartu
recording
3.Amati juga catatan induk dan pejantannya
4.Buatlah skema perkawinanya
5.Buatlah rangkuman hasil pengamatan.
6.Simpulkan hasil pengamatan.
24. 5.Latihan
1.Jekaskan apa yang disebut seleksi bibit kambing ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud replesment stock ?
3. Jelaskan apa yang dimaksud afkhir ?
4. Jelaskan hal-hal dalam recording ?
5. Jelaskan memilih bibit berdasarkan recording ?
25. DAFTAR PUSTAKA
Blakely, A.E. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Srigandono,B dan Soedarsosno)
Davendra, C. 1993. Kambing. Dalam Williamson, G dan W.J.A. Payne: Pengantar
Peternakan di daerah Tropis. Alih Bahasa S.G.N.D. Darmadja. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. Hal : 578-605.
Murtidjo, B.A., 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Ternak Perah.
Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Cetakan ke XXVI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, T. dan A.Tanius. 2006. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Cetakan ke
III. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat.
Cetakan I. PT Agro Media Pustaka. Tangerang.
Sasongko W, R. Luh.G.S.A, Tanda, P.Achmad.M. Nurul.A. 2009.Beternak Kambing
Intensif. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. NTB .
Subangkit, M.Sarwono, B. 2004. Penggemukan kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Patrick J. L, Lubis. R, Martawijaya. M. 1989. Penelitian Ternak Kambing dan Domba Di
Pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Subangkit, M.Sarwono, B. 2004. Penggemukan kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Patrick J. L, Lubis. R, Martawijaya. M. 1989. Penelitian Ternak Kambing dan Domba Di
Pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Bogor.