SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
MAKALAH
INTEGRASI TEBU DAN SAPI POTONG
Disampaikan pada pelatihan Integrasi tebu dan sapi potong bagi para pengelola
tebu rakyat, pada tanggal 22 Agustus 2014 di Kediri, Jawa Timur
oleh; Ir. Bey Ndaru, M.Sc.
Widyaiswara BBPP Batu
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN
BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN BATU
2014
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
INTEGRASI TEBU DAN SAPI POTONG
Disampaikan pada pelatihan Integrasi tebu dan sapi potong bagi para pengelola
tebu rakyat, pada tanggal 22 Agustus 2014 di Kediri, Jawa Timur
Kepala BBPP – Batu Batu, 18 Agustus 2014
Pemagang,
Dr. Drh. Rudy Rawedra, M. App. Sc Ir. Bey Ndaru, M.Sc
NIP 19580630 198503 1 001 NIP.195809071986031002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmadnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Integrasi Tebu dan Sapi potong” yang disampaikan
pada pelatihan bagi pengelola tebu rakyat, pada tanggal 22 Agustus 2014 di Kediri,
Jawa Timur oleh Matahari Enterprise.
Makalah ini berisikan tentang usahatani tebu secara tuntas dan produk-produk ikutannya yang
dapat dimanfaatkan secara potensial untuk ternak sapi potong seperti, puncuk tebu, daun
kletekan, sogolan, ampas tebu, tetes dan blotong.
Demikian makalah ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Batu, 18 Agustus 2014
Penyusun,
Ir. Bey Ndaru, M.Sc
NIP.195809071986031002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. Latar belakang ……………………………………………. 1
II. Ragam Produk Ikutan Tebu ………………..……………. 1
III. Komponen Integrated Farming System ……..…………. 6
IV. Kelebihan & Kekurangan IFS ………………………….. 10
V. Pembuatan IFS ………………………………………….. 13
LAMPIRAN ………… (bahan tayang) ...…………...…..……….. 1-14
I. Latar belakang,
Sistem pertanian terpadu didefinisikan sebagai penggabungan semua
komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian yang tuntas satu
dengan yang lainnya. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis
teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang
dihasilkan. Di Indonesia, model usaha ini masih sebatas wacana karena
masih kurangnya pengetahuan masyarakat. Padahal usaha ini sangat cocok
digunakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar
matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa metode
diversifikasi pertanian seperti minapadi (padi dengan ikan) dan longyam
(balong ayam/ ikan dengan ayam) mengadopsi model integrated farming
system ini.
Integrasi tebu dengan sapi merupakan perpaduan usaha yang sangat
menguntungkan. Potensi limbah tebu dan hasil samping olahannya dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak, disisi lain limbah ternak berupa feses,
urine dan sisa-sisa pakan merupakan bahan pembuatan pupuk yang
berkualitas untuk tanaman tebu.
Berbagai produk ikutan dapat dihasilkan dari industri gula tebu atau
pengolahan tanaman tebu. Di antaranya adalah berupa : 1) pucuk tebu; 2)
daun keletakan dan sogolan; 3) ampas tebu; 4) empulur ampas tebu (pith); 5)
tetes; 6) blotong. Kesemua produk ikutan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pakan alternatif bagi ternak ruminansia termasuk sapi potong.
Penggunaannya pun bisa secara langsung maupun setelah melalui proses
tertentu.
II. Beragam Produk dari tebu
Pucuk tebu merupakan ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai daun yang
dipotong dari tebu yang dipanen. Pucuk tebu diperoleh dari batang tebu yang
telah ditebang dan bagian pupusnya saja yang diambil peternak dengan
kisaran 13-15 % dari berat tebu.
Jumlah pucuk tebu yang dapat dihasilkan untuk setiap satuan luas tanam
(ha) adalah sekitar 3,8 ton bahan kering. Dari jumlah produk ikutan yang
dihasilkan ini, maka setiap ha industri gula tebu dapat menyediakan pakan
ternak sejumlah 1,4 ST sapi per tahun.
Pucuk tebu segar dapat menggantikan sebagian atau seluruh rumput gajah
sebagai hijauan pakan ternak, yang diberikan untuk pakan tanpa memberikan
pengaruh negatif terhadap kondisi tubuh maupun produksi ternak.
Pucuk tebu kering mengandung nutrisi lainnya seperti protein kasar yang
lebih baik dari jerami padi maupun jagung dan rumput gajah. Karena
kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, maka penggunaannya sebagai
sumber pakan hijauan/sumber serat (dalam bentuk segar) disarankan tidak
melebihi dari 8% bobot hidup ternak. Pemberiannya dilakukan bersama-sama
dengan bahan pakan lainnya yang mengandung protein kasar cukup tinggi
serta ditambahkan molase secukupnya sebagai perangsang.
Pucuk tebu dapat diperoleh sewaktu panen dalam jumlah yang banyak dan
relatif singkat. Untuk dapat bertahan dalam waktu yang lama perlu proses
pengawetan. Untuk menghindari kerusakan, karena mengandung air yang
cukup banyak, serta dapat dipergunakan dalam waktu yang lama, sebaiknya
bahan diawetkan dalam bentuk silase, wafer ataupun pelet.
Wafer pucuk tebu adalah pucuk tebu yang diawetkan dengan proses
pengeringan secara cepat sehingga kadar airnya tinggal 9-12%, kemudian
ditekan dengan tekanan tinggi sehingga berbentuk balok empat persegi
panjang.
Wafer pucuk tebu dapat diberikan kepada sapi potong dan sapi perah
sebanyak 2% dari berat badan dan pada ternak domba dan kambing masing-
masing 2,4 dan 2,9% dari berat badan, tetapi pemberiannya harus disertai
pakan tambahan.
Pelet Pucuk Tebu. Pelet pucuk tebu dibuat dengan cara memotong-motong
pucuk tebu kemudian dikeringkan. Potongan kering tersebut kemudian
digiling menggunakan alat penggiling (hammer mill) lalu dicetak
menggunakan mesin pelet. Untuk menghasilkan 1 ton pelet dengan kadar air
sekitar 9–11% diperlukan 4 ton pucuk tebu segar.
Pada penggemukan sapi, pemberian pelet dapat mempercepat kenaikan
berat badan, sedang pada sapi perah laktasi, pemberian pelet dapat
menurunkan kadar lemak susu.
Berdasarkan hasil penelitian pada penggemukan sapi pemberian pucuk tebu
segar 20 kg/hari dan konsentrat 2,80 kg dengan bahan kering 4,59 kg, dari
1,35% berat badan diperoleh pertambahan berat badan 0,77 kg/ekor/hari.
Sedang dengan pemberian pelet pucuk tebu 5 kg/hari dan konsentrat 2,94
kg, dengan bahan kering 4,25 kg dari 1,39% berat badan diperoleh
pertambahan berat badan 0,83 kg/ekor/hari.
Daun Kletekan dan Sogolan. Daun kletekan adalah daun tebu yang
diperoleh dengan cara melepaskan 3-4 daun tebu sebelum dipanen, pada
saat tebu berumur 4, 6 dan 8 bulan yang masing-masing disebut kletekan 1,
2 dan 3. Sedang sogolan adalah tunas-tunas tebu yang diafkir. Daun kletekan
dan sogolan merupakan sumber pakan ternak yang potensial untuk
didayagunakan, baik secara langsung maupun diolah dahulu.
Ampas Tebu. Ampas tebu adalah salah satu sisa produksi pembuatan gula,
yang merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling. Serat kasar cukup
tinggi yang terdiri dari sellulosa, pentosan dan lignin sehingga dapat
digunakan sebagai sumber serat kasar untuk ternak ruminansia. Mengingat
serat kasar ampas tebu yang tinggi, maka pemakaiannya untuk ternak
ruminansia hanya bisa 25% dari total ransum.
Empulur Ampas Tebu. Empulur ampas tebu (baggase pith) merupakan hasil
samping dari pengolahan ampas tebu (bagasse) yang telah diambil seratnya
untuk keperluan serat kertas. Empulur digunakan sebagai pakan ternak untuk
mengimbangi jumlah tetes yang dipergunakan dalam pakan ternak dan
sebagai pengganti onggok.
Jumlah pith sekitar 9,9% dari berat tebu atau sekitar 30% dari berat ampas
tebu sehingga sebagai sumber serat bagi ternak. Pith tidak digunakan
sebagai pakan ternak secara tunggal karena palatabilitasnya yang rendah,
namum ditambahkan urea pada proses amoniasi dan pemberiannya kepada
ternak harus dicampurkan ke dalam pakan penguat. Untuk sapi potong, pith
amoniasi dapat menggantikan setengah bagian hijauan, sedang untuk sapi
perah dapat menggantikan 15% dari hijauan.
Tetes. Tetes adalah cairan kental hasil ikutan pemurnian gula yang
merupakan sisa nira yang telah mengalami proses kristalisasi. Di kalangan
peternak, tetes dikenal sebagai bahan pakan tambahan. Hal ini terutama
karena tetes merupakan zat gizi yang mengandung gula. Karena rasanya
yang manis, tetes dapat meningkatkan palatabilitas pakan (disukai ternak),
mengandung vitamin B komplek terutama untuk ternak ruminansia muda
serta sejumlah kecil mineral yang memiliki fungsi utama bagi kesehatan
ternak.
Tetes diketahui memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai komponen
bahan baku industri fermentasi maupun sebagai komponen pakan ternak.
Sebagai bahan pakan ternak dapat dilakukan berbagai cara, antara lain :
(1). Secara bebas terpisah dari bahan pakan lainnya. (2). Disemprotkan pada
pakan hijauan atau biji-bijian. (3). Dicampur dalam pakan campuran yang
siap digunakan (4). Sebagai pengawet dalam pembuatan silase sebanyak 1-
4% dari berat hijauan. Sebagai bahan pengawet dalam proses ensilasi, tetes
merupakan sumber utama pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi banyak
jenis mikroba, terutama untuk memacu pertumbuhan bakteri asam laktat.
Penambahan tetes selama proses silase dapat meningkatkan kualitas silase
dan disukai oleh ternak (palatabilitas).
Selain itu, tetes juga memiliki hasil samping. Hasil samping dari tetes, antara
lain :
(1). Urea Molasses Block, yaitu hasil tetes (60%) dengan campuran urea,
mineral, dedak padi, CaCo3 serta ditambahkan serbuk gergaji. Zat yang
terkandung di dalamnya dapat meningkatkan konsumsi pakan dan
pertambahan berat badan ternak. Pada umumnya UMB digunakan sebagai
bahan pakan imbuhan sumber energi, nitrogen dan mineral serta biasanya
dibuat dalam bentuk balok berukuran 40 x 20 x 15 cm. (2). L-Lysine,
merupakan fermentasi dari tetes dan digunakan sebagai nutrisi pelengkap
dalam formulasi pakan ternak. (3). Ragi pakan ternak, diperoleh melalui
pembiakan dari tetes atau sebagai hasil samping dari proses fermentasi
etanol dari tetes. Ragi pakan ternak merupakan sumber protein (50-51%)
biasanya diberikan sebagai substitusi sumber protein dalam formulasi pakan
ternak (mensubstitusi bungkil kedelai sampai 60% atau sekitar 9% dari berat
pakan ternak tanpa pengaruh negatif).
Blotong. Blotong adalah kotoran yang dapat dipisahkan dengan proses
penapisan dalam proses klarifikasi nira dan mengandung bahan organik,
mineral, protein kasar dan gula yang masih terserap di dalam kotoran
tersebut. Blotong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak atau pupuk organik.
Agar memberikan hasil optimal dalam model integrasi ini, pemeliharaan
ternak disarankan dilakukan secara intensif dengan pola
mengandangkannya. Kandang dapat dibuat dalam bentuk individu maupun
kelompok. Model dan ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini
diperlukan untuk memudahkan dalam pengumpulan limbah ternak sapi
maupun dalam pemberian pakannya.
III. Komponen Integrated Farming System
Sistem ini memiliki satu pusat dan satu tujuan yaitu manusia yang harus
dipenuhi kebutuhannya. Pusat ini dikelilingi dengan berbagai model kegiatan
ekonomi pertanian yang saling berkaitan satu sama lain misalnya peternakan,
perikanan, ladang/persawahan dan pengelolaan limbah (waste treatment).
Satu persatu kita akan membahas komponen integrated farming system
tersebut:
1. Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan energi sebagai motor
kehidupannya. Dengan integrated farming system, manusia tidak hanya
mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai kebutuhan
primer dan energi panas serta listrik.
Skema alur interaksi antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam
integrated farming system
(Sumber : http://www.fao.org)
2. Peternakan
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak
ekonomi dalam integrated farming system. Sumber energi berasal dari
daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya bahkan kotoran hewan.
Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan ternak,
telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).
Dalam mendesain komponen peternakan yang akan digunakan untuk
integrated farming system faktor biosekuriti adalah faktor penting yang harus
selalu diperhatikan. Adalah pencegahan penularan penyakit antar hewan
yang menjadi fokus biosekuriti tersebut.
Seperti kita ketahui bahwa babi dan unggas air tidak boleh dipelihara
berbarengan dengan ayam. Hal ini dikarenakan unggas air adalah reservoir
yang akan menularkan virus AI ke berbagai hewan termasuk ayam tanpa
unggas air tersebut menderita sakit. Sedangkan babi adalah mixing vessel,
yang bila bersamaan terinfeksi virus AI dan influenza manusia, berpotensi
menghasilkan virus baru yang dikhawatirkan dapat menyerang manusia dan
ayam. Oleh karena itu, keduanya tidak boleh dipelihara dalam satu
peternakan.
Hal serupa juga berlaku untuk sapi dan babi. Keduanya disarankan tidak
dipelihara dalam satu lokasi karena beresiko terjadi penularan cacing pita dari
sapi ke babi atau sebaliknya.
Di lapangan, kombinasi antar hewan ternak umumnya jarang dilakukan.
Biasanya ternak dikombinasikan dengan ikan. Jikapun ada, biasanya
dipelihara dalam kandang atau lokasi berbeda, terpisah jarak yang jauh juga
sistem kerja yang terpisah, atau dengan kata lain, tidak berhubungan satu
sama lain. Contohnya adalah pekerja di kandang babi tidak boleh masuk ke
kandang sapi begitupun sebaliknya.
3. Persawahan atau Ladang
Syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah bernilai ekonomi dan bisa
menyediakan pakan untuk peternakan. Padi, strawberi, apel, anggur,
singkong, tomat, talas dan jamur dapat digunakan dalam integrated farming
system. Perhatikan bahwa padi yang digunakan harus berlabel biru atau yang
tahan terhadap air yang agak tinggi. Hasil samping pertanian berupa jerami,
sekam dan sisa batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan,
pembuatan biogas dan kompos.
Jamur dapat dipilih karena menggunakan kotoran ternak dan tidak
membutuhkan lahan luas
(Sumber : Simon & Schuster 1994)
4. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar
yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak
membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan
memiliki nilai ekonomis. Ikan yang sering digunakan adalah ikan nila, gurami,
mas, tambakan dan lele. Ikan dapat dipeli-hara secara tunggal (monoculture)
atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai
kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan, misalnya ikan
mas dengan gurami.
Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa
pakan ternak. Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga
memacu perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan. Oleh karena
itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat memanfaatkan plankton
di dalam kolam seperti ikan tambangan. Ikan nila, gurami, mas dan lele
adalah ikan yang dapat digunakan dalam integrated farming system
(Sumber : wikipedia.com)
5. Waste Treatment
Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran
lingkungan. Hasil dari pengolahan limbah tersebut adalah:
 Kompos dan pupuk kandang
Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%), jerami padi (bisa
sekam, serbuk gergaji dan lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri
starter (0,25%) dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran
sapi minimal 40% dan kotoran ayam 25%.
Teknik pembuatannya adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi
menjadi 4 lokasi (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
dan tempat tersebut dinaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air
hujan secara langsung. Proses pembuatannya diawali dengan membiarkan
kotoran sapi (feses dan urin) selama 1 minggu agar kadar air menurun
hingga 60%. Lalu kotoran dipindahkan ke lokasi satu dan dicampur merata
dengan jerami padi, abu dapur, kapur dan bakteri starter.
Setelah satu minggu tumpukan dipindahkan ke lokasi kedua dengan cara
diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan
meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi
peningkatan suhu hingga 70OC untuk mematikan pertumbuhan biji gulma
sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari biji gulma. Dan kompos didapat
telah siap digunakan (http://www.sinartani.com).
Biogas
Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme
yang terdiri atas karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-
70%), uap air (0,3%), nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana
sebagai komponen terbesar dapat dimanfaatkan untuk memasak dan
pemanas. Banyaknya metana yang dihasilkan juga menentukan daya listrik
yang dihasilkan. Satu meter kubik (m3) metana yang setara dengan 10 kWh
atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 60-100 watt selama 6 jam.
Cukup 3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga.
Pada dasarnya, biogas dapat diolah dari berbagai macam feses. Hanya, tiap
feses ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh, feses sapi yang
mudah dibuat biogas karena sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain
itu, perbandingan C/N (Carbon/Nitrogen) feses sapi adalah yang paling baik
sehingga bakteri pembentuk gas dapat tumbuh lebih baik.
Lain halnya dengan feses ayam yang dipelihara secara intensif. Feses ayam
tersebut memiliki kandungan zat kimia yang tinggi sehingga membutuhkan
perhatian khusus dalam pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini juga
mengandung lebih banyak nitrogen dan mekar lebih banyak sehingga dapat
menghasilkan biogas dan pupuk lebih banyak.
Prinsip utama pembuatan biodigester (tabung pembuatan biogas) adalah
kedap udara. Gambar di bawah ini memperlihatkan biodigester menggunakan
dua tabung yang saling berhubungan. Melalui pipa (lubang inlet), kotoran dan
air dimasukkan menuju tabung pertama. Perbandingan kotoran dengan air
adalah 1:2. Jika kotoran terlalu padat maka biogas yang dihasilkan tidak
optimal karena sulit dibebaskan ke biodigester.
Letak tabung pertama harus lebih rendah daripada tabung kedua. Saat
kotoran baru dimasukkan ke tabung 1, kotoran yang lama akan terdesak ke
tabung kedua. Di tabung pertama inilah tempat keluarnya biogas. Beberapa
peternak menggunakan plastik yang didesain sedemikian rupa membentuk
balon berisi biogas sebagai penampung biogas. Plastik ini biasanya
digantung di langit-langit kandang dan terlindung dari hujan dan panas. Dari
penampung biogas inilah, biogas dialirkan ke rumah-rumah menggunakan
selang plastik.
Tabung kedua berfungsi sebagai tempat kontrol kualitas biogas dan juga
tempat pengambilan ampas kotoran. Jika yang terdapat di permukaan tanah
adalah endapan kotoran, berarti proses berjalan baik. Namun jika yang
tampak adalah air maka dipastikan telah terjadi kebocoran instalasi atau
terjadi proses biogas yang tidak optimal (Poultry Indonesia April 2009, hal 55-
56).
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memasukkan air yang
mengandung desinfektan dan antibiotik ke dalam tempat pembuatan kompos
dan biogas. Tindakan ini akan mematikan mikroorganisme tersebut.
IV. Kelebihan dan Kelemahan Integrated Farming System
Tentunya sistem ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1. Sepanjang penggunaan obat-obatan masih mengikuti aturan pakai, sistem
ini sangat ramah lingkungan
2. Efisiensi energi, karena tidak ada energi yang terbuang percuma
3. Meningkatkan efektivitas lahan, dengan luas lahan yang sama, peternak
bisa memiliki dua usaha sekaligus
4. Sumber dana terus menerus tanpa waktu kosong
Meski begitu, peternak tetap memperhitungkan beberapa hal yaitu :
1. Resiko penularan penyakit antar hewan. Biosekuriti ketat dan tidak
memelihara lebih dari satu hewan ternak dapat menjadi solusi
2. Daya tampung satu komponen terhadap komponen lain agar tercipta
keseimbangan. Contoh, populasi ayam harus menyesuaikan populasi ikan
di kolam agar ikan tidak keracunan ammonia
3. Peningkatan resistensi antibiotik di lingkungan. Solusinya adalah rolling
antibiotik dilakukan lebih sering dan mengikuti aturan pakai yang telah
ditetapkan
Contoh Integrated Farming System
1. Tebu-Sapi-Cacing Tanah-Biogas
Model ini juga menarik untuk dikembangkan. Tebu yang akan diolah menjadi gula
dan menyisakan ampas tebu, daun dan tetes tebu. Umumnya ampas tebu
digunakan untuk bahan bakar pemasak (ketel) di pabrik. Selain itu, digunakan
untuk briket, bahan baku pulp, bahan kimia (xylitol, methanol dan metana) dan
bioetanol melalui fermentasi.
Tetes tebu (molasses) popular sebagai sumber energi dalam pakan ternak.
Penambahan maksimal 5% dalam pakan akan meningkatkan berat badan sapi
karena peningkatan jumlah energi dalam pakan. Penambahan 2-5% akan
meningkatkan palatabilitas (cita rasa) pakan. Dalam industri pakan, molasses juga
berfungsi sebagai pembentuk pellet (pellet binder). Jika dicampur dengan pupuk
urea, bungkil kelapa, tepung batu gamping, dedak padi, gandum, dan garam dapat
membentuk UMB (urea molasses block) yang dapat digunakan sebagai suplemen
pakan.
Model integrated farming system tebu-sapi-cacing tanah-biogas diterjemahkan dari
grafik ini
(Sumber : http://www.fao.org)
Dalam sistem ini, kotoran sapi berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah
dan bahan baku biogas. Ternyata feses sapi adalah media terbaik untuk
membiakkan cacing tanah karena kandungan protein tercernanya rendah. Sebelum
dijadikan media pembiakkan, feses tersebut harus difermentasikan selama tiga
minggu.
Cacing tanah yang dapat dibiakkan ialah Lumbricus rubellus dan Eisenia foetida.
Setelah 40 hari di-biakkan, telur dan cacing tanah dapat dipanen. Bahkan, media
pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi yang disebut vermikompos. Dari
100 kg media pembiakkan, dapat diperoleh 70 kg vermikompos. Vermikompos
mengandung Phospor (0,6-0,7%), Kalium (1,6-2,1%), Nitrogen total (1,4-2,2%), C/N
rasio (12,5-19,2), Magnesium (0,4-0,95%), Calsium (1,3-1,6%), pH 6,5-6,8 dengan
kandungan bahan organik mencapai 40,1–48,7%. Vermikompos dan pupuk
kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan juga
buah-buahan.
2. Ayam-Ikan-Padi
Di Indonesia, adaptasi sistem ini adalah longyam atau balong ayam. Keuntungan
sistem ini adalah:
 Efisiensi pakan ikan yang berasal dari kotoran ayam dan jatuhan pakan ayam (±
1-5% dari pakan yang diberikan ke ayam)
 Efisiensi lahan diatas kolam yang tidak dimanfaatkan
Sistem ini lebih dianjurkan untuk ayam kampung karena kepadatan ayam yang
berada di atas kolam lebih rendah. Ayam kampung pun dinilai lebih mudah
beradaptasi terhadap lingkungan kandang longyam.
Kandang dibangun di atas kolam berbentuk bujur sangkar dengan ketinggian 1,2
meter dari permukaan air dan kedalaman kolam 1,5 meter. Tujuannya untuk
sirkulasi udara dan mencegah pelembaban lantai kandang oleh kolam. Ikan nila
dan lele direkomendasikan untuk sistem ini karena sangat toleran dengan level
oksigen yang rendah. Satu hektar kolam dapat menampung 12500 ekor ikan nila
ukuran 3-5 cm.
Padi sebagai komponen terakhir akan memanfaatkan air dari kolam ikan yang kaya
dengan unsur-unsur hara. Timbal baliknya adalah sisa panen padi berupa sekam
dapat dimanfaatkan sebagai litter kandang dan jerami dapat dijadikan kompos.
V. Pembuatan Integrated Farming System
Proses mendesain integrated farming system harus mencakup faktor-faktor di
bawah ini yaitu:
1. Modal
Penekanan faktor modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal
teknis meliputi biaya pembuatan kandang, pembuatan kolam, harga tanah
untuk lahan persawahan/ ladang dan sebagainya. Peternak dapat
meninjau modal teknis dari kondisi lingkungan seperti ketersediaan air
bersih, agen penyakit, suhu, kondisi tanah dan sebagainya. Lakukan
survei pendahuluan untuk memetakan bagaimana desain integrated
farming system yang akan dibuat. Lalu perhitungkan berapa modal yang
dibutuhkan, kapan modal akan kembali, berapa besar resiko yang akan
dihadapi dan sebagainya.
Modal non teknis menyangkut perizinan usaha tersebut. Dikarenakan
integrated farming system merupakan gabungan dari pertanian,
peternakan dan perikanan maka peternak wajib mengantongi izin untuk
ketiganya.
2. Tenaga Kerja
Tabel 1 menerangkan bagaimana perbandingan kebutuhan tenaga kerja
jika Anda akan membangun suatu integrated farming system. Misalnya,
akan lebih hemat jika menggabungkan padi dengan ikan dibandingkan
buah dengan babi.
3. Teknologi
Pemakaian teknologi lebih baik tentu berakibat pada dua hal yaitu modal
dan tenaga kerja. Penggunaan teknologi yang modern dalam budidaya
buah dan ikan tentunya akan menurunkan biaya untuk tenaga kerja.
4. Keuntungan
Keuntungan bersih didapatkan dari selisih antara biaya (cost) dan
pendapatan kotor (bruto). Gunakan perhitungan biaya berdasarkan
kegiatan produksi (FC, VC, dan TC). Biaya tetap (fixed cost/ FC)
digunakan untuk biaya yang harus keluar meski usaha sedang tidak
berjalan misalnya penyusutan kandang, retribusi dan sebagainya. Biaya
berubah (variable cost / VC) adalah biaya yang jumlahnya mengikuti
volume produksi. Contoh, biaya pakan, pupuk, obat-obatan dan
sebagainya. Keduanya harus dijumlahkan dan digabungkan menjadi
biaya total (total cost / TC).
Keuntungan berasal dari penjualan hasil produksi. Berdasarkan tabel 1,
usaha yang paling menguntungkan dalam integrated farming system
adalah perikanan. Penyebab utama adalah biaya pakan ikan turun
drastis. Suatu farm sistem longyam di Amerika Serikat diberitakan
mengantungi keuntungan US$ 1883/ hektar atau Rp. 17.888.500,-/
hektar (Kurs Rupiah = Rp 9500,-) yang 87% berasal dari ikan (± Rp. 15,6
juta).
Tabel 1. Perbandingan tenaga kerja, modal, teknologi dan keuntungan
berbagai komponen integrated farming system
Begitulah selintas mengenai integrated farming system yang dapat kami berikan.
Mudah-mudahan selintas ilmu ini akan menjadi sebuah masa depan yang baik oleh
usaha Anda. Selamat mencoba.

More Related Content

What's hot

Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirUsaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirRyan Aprianto
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIr. Zakaria, M.M
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Teknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeTeknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeNuruliswati
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasRamaiyulis Ramai
 
Pengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu PanganPengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu PanganlombkTBK
 
Sni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiSni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiMuhammad Eko
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
 
03. unsur dasar perancangan percobaan
03. unsur dasar perancangan percobaan03. unsur dasar perancangan percobaan
03. unsur dasar perancangan percobaanUNTAN
 
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABITEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABIN8 MARKET
 
Manajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanManajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanRizza Muh
 

What's hot (20)

Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi PotongStrategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Pemeliharaan Ternak Kambing
Pemeliharaan Ternak KambingPemeliharaan Ternak Kambing
Pemeliharaan Ternak Kambing
 
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirUsaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
 
Pembuatan silase
Pembuatan silasePembuatan silase
Pembuatan silase
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Sumber Daya Peternakan
Sumber Daya PeternakanSumber Daya Peternakan
Sumber Daya Peternakan
 
Teknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeTeknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempe
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
 
Manajemen pemeliharaan ternak kambing
Manajemen pemeliharaan ternak kambingManajemen pemeliharaan ternak kambing
Manajemen pemeliharaan ternak kambing
 
Pengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu PanganPengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu Pangan
 
pertanian terpadu
pertanian terpadupertanian terpadu
pertanian terpadu
 
Sni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiSni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapi
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
03. unsur dasar perancangan percobaan
03. unsur dasar perancangan percobaan03. unsur dasar perancangan percobaan
03. unsur dasar perancangan percobaan
 
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABITEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
 
Manajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanManajemen Perkawinan
Manajemen Perkawinan
 

Viewers also liked

Budidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi PotongBudidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi PotongBBPP_Batu
 
Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi
Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi
Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi Muhammad Sirod
 
Produk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediriProduk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediribeckht
 
Kota kediri dalam angka 2012
Kota kediri dalam angka 2012Kota kediri dalam angka 2012
Kota kediri dalam angka 2012fadilrazqa
 
IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...
IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...
IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...Udayana University
 
IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...
IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...
IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...Udayana University
 
Tobacco Farming in Indonesia
Tobacco Farming in IndonesiaTobacco Farming in Indonesia
Tobacco Farming in IndonesiaDeni Kurniawan
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangSANDI TINDAON
 
Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...
Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...
Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...Putu Edi Puspayasa
 
Tugas makalah bahasa indonesia
Tugas makalah bahasa indonesiaTugas makalah bahasa indonesia
Tugas makalah bahasa indonesiasucinurma
 
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Brawijaya University
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaulKatarina Yuliana
 
Bahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remajaBahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remajaNon Formal Education
 
Pengantar Bioteknologi
Pengantar BioteknologiPengantar Bioteknologi
Pengantar Bioteknologiyuliartiramli
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiahafis novianas
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaDian Kirtley Kristi
 

Viewers also liked (20)

Budidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi PotongBudidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi Potong
 
Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi
Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi
Pengolahan Air Danau untuk Ternak Sapi
 
Produk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediriProduk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediri
 
Sulaiman 121510601102
Sulaiman 121510601102Sulaiman 121510601102
Sulaiman 121510601102
 
Kota kediri dalam angka 2012
Kota kediri dalam angka 2012Kota kediri dalam angka 2012
Kota kediri dalam angka 2012
 
IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...
IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...
IMPLEMENTASI ERP GUNA MEMBANTU PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BA...
 
IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...
IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...
IMPLEMENTASI ERP PADA PETANI JERUK DAN KUD DI KINTAMANI KABUPATEN BANGLI DALA...
 
Agrogeofisika
AgrogeofisikaAgrogeofisika
Agrogeofisika
 
Tobacco Farming in Indonesia
Tobacco Farming in IndonesiaTobacco Farming in Indonesia
Tobacco Farming in Indonesia
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
 
Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...
Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...
Makalah Implementasi Enterprise Resource Planning Guna Membantu Petani Jeruk ...
 
Tugas makalah bahasa indonesia
Tugas makalah bahasa indonesiaTugas makalah bahasa indonesia
Tugas makalah bahasa indonesia
 
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul
 
Bahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remajaBahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remaja
 
Pengantar Bioteknologi
Pengantar BioteknologiPengantar Bioteknologi
Pengantar Bioteknologi
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia
Makalah Hakikat dan Fungsi Bahasa IndonesiaMakalah Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia
Makalah Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Bioteknologi kel 3
Bioteknologi kel 3Bioteknologi kel 3
Bioteknologi kel 3
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
 

Similar to Integrasi Tebu Sapi

Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...dewi inne kumalasari
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakanptkonline
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiDediKusmana2
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongIswi Haniffah
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSuryadi Buyrami
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiDediKusmana2
 
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADIPAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADIjihannurshalzabila
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pdFurqon Afumado
 
Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.
Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.
Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.muhammad123syafii
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeNuruliswati
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuNur Haida
 

Similar to Integrasi Tebu Sapi (20)

Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
47.pptx
47.pptx47.pptx
47.pptx
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape Singkong
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
Makalah tphp
Makalah tphpMakalah tphp
Makalah tphp
 
Dasar teori
Dasar teoriDasar teori
Dasar teori
 
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADIPAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
 
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secaraTeknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Rencana pengembangan kandang sapi
Rencana pengembangan kandang sapiRencana pengembangan kandang sapi
Rencana pengembangan kandang sapi
 
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
 
Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.
Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.
Umbi talas sumber karbohidrat murah pengganti nasi.
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempe
 
Nota Hj Yusof
Nota Hj YusofNota Hj Yusof
Nota Hj Yusof
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 

Recently uploaded

PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 

Recently uploaded (14)

PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 

Integrasi Tebu Sapi

  • 1. MAKALAH INTEGRASI TEBU DAN SAPI POTONG Disampaikan pada pelatihan Integrasi tebu dan sapi potong bagi para pengelola tebu rakyat, pada tanggal 22 Agustus 2014 di Kediri, Jawa Timur oleh; Ir. Bey Ndaru, M.Sc. Widyaiswara BBPP Batu KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN BATU 2014
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH INTEGRASI TEBU DAN SAPI POTONG Disampaikan pada pelatihan Integrasi tebu dan sapi potong bagi para pengelola tebu rakyat, pada tanggal 22 Agustus 2014 di Kediri, Jawa Timur Kepala BBPP – Batu Batu, 18 Agustus 2014 Pemagang, Dr. Drh. Rudy Rawedra, M. App. Sc Ir. Bey Ndaru, M.Sc NIP 19580630 198503 1 001 NIP.195809071986031002
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmadnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Integrasi Tebu dan Sapi potong” yang disampaikan pada pelatihan bagi pengelola tebu rakyat, pada tanggal 22 Agustus 2014 di Kediri, Jawa Timur oleh Matahari Enterprise. Makalah ini berisikan tentang usahatani tebu secara tuntas dan produk-produk ikutannya yang dapat dimanfaatkan secara potensial untuk ternak sapi potong seperti, puncuk tebu, daun kletekan, sogolan, ampas tebu, tetes dan blotong. Demikian makalah ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Batu, 18 Agustus 2014 Penyusun, Ir. Bey Ndaru, M.Sc NIP.195809071986031002
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. Latar belakang ……………………………………………. 1 II. Ragam Produk Ikutan Tebu ………………..……………. 1 III. Komponen Integrated Farming System ……..…………. 6 IV. Kelebihan & Kekurangan IFS ………………………….. 10 V. Pembuatan IFS ………………………………………….. 13 LAMPIRAN ………… (bahan tayang) ...…………...…..……….. 1-14
  • 5. I. Latar belakang, Sistem pertanian terpadu didefinisikan sebagai penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian yang tuntas satu dengan yang lainnya. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan. Di Indonesia, model usaha ini masih sebatas wacana karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat. Padahal usaha ini sangat cocok digunakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa metode diversifikasi pertanian seperti minapadi (padi dengan ikan) dan longyam (balong ayam/ ikan dengan ayam) mengadopsi model integrated farming system ini. Integrasi tebu dengan sapi merupakan perpaduan usaha yang sangat menguntungkan. Potensi limbah tebu dan hasil samping olahannya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, disisi lain limbah ternak berupa feses, urine dan sisa-sisa pakan merupakan bahan pembuatan pupuk yang berkualitas untuk tanaman tebu. Berbagai produk ikutan dapat dihasilkan dari industri gula tebu atau pengolahan tanaman tebu. Di antaranya adalah berupa : 1) pucuk tebu; 2) daun keletakan dan sogolan; 3) ampas tebu; 4) empulur ampas tebu (pith); 5) tetes; 6) blotong. Kesemua produk ikutan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan alternatif bagi ternak ruminansia termasuk sapi potong. Penggunaannya pun bisa secara langsung maupun setelah melalui proses tertentu. II. Beragam Produk dari tebu Pucuk tebu merupakan ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen. Pucuk tebu diperoleh dari batang tebu yang
  • 6. telah ditebang dan bagian pupusnya saja yang diambil peternak dengan kisaran 13-15 % dari berat tebu. Jumlah pucuk tebu yang dapat dihasilkan untuk setiap satuan luas tanam (ha) adalah sekitar 3,8 ton bahan kering. Dari jumlah produk ikutan yang dihasilkan ini, maka setiap ha industri gula tebu dapat menyediakan pakan ternak sejumlah 1,4 ST sapi per tahun. Pucuk tebu segar dapat menggantikan sebagian atau seluruh rumput gajah sebagai hijauan pakan ternak, yang diberikan untuk pakan tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi tubuh maupun produksi ternak. Pucuk tebu kering mengandung nutrisi lainnya seperti protein kasar yang lebih baik dari jerami padi maupun jagung dan rumput gajah. Karena kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, maka penggunaannya sebagai sumber pakan hijauan/sumber serat (dalam bentuk segar) disarankan tidak melebihi dari 8% bobot hidup ternak. Pemberiannya dilakukan bersama-sama dengan bahan pakan lainnya yang mengandung protein kasar cukup tinggi serta ditambahkan molase secukupnya sebagai perangsang. Pucuk tebu dapat diperoleh sewaktu panen dalam jumlah yang banyak dan relatif singkat. Untuk dapat bertahan dalam waktu yang lama perlu proses pengawetan. Untuk menghindari kerusakan, karena mengandung air yang cukup banyak, serta dapat dipergunakan dalam waktu yang lama, sebaiknya bahan diawetkan dalam bentuk silase, wafer ataupun pelet. Wafer pucuk tebu adalah pucuk tebu yang diawetkan dengan proses pengeringan secara cepat sehingga kadar airnya tinggal 9-12%, kemudian ditekan dengan tekanan tinggi sehingga berbentuk balok empat persegi panjang. Wafer pucuk tebu dapat diberikan kepada sapi potong dan sapi perah sebanyak 2% dari berat badan dan pada ternak domba dan kambing masing-
  • 7. masing 2,4 dan 2,9% dari berat badan, tetapi pemberiannya harus disertai pakan tambahan. Pelet Pucuk Tebu. Pelet pucuk tebu dibuat dengan cara memotong-motong pucuk tebu kemudian dikeringkan. Potongan kering tersebut kemudian digiling menggunakan alat penggiling (hammer mill) lalu dicetak menggunakan mesin pelet. Untuk menghasilkan 1 ton pelet dengan kadar air sekitar 9–11% diperlukan 4 ton pucuk tebu segar. Pada penggemukan sapi, pemberian pelet dapat mempercepat kenaikan berat badan, sedang pada sapi perah laktasi, pemberian pelet dapat menurunkan kadar lemak susu. Berdasarkan hasil penelitian pada penggemukan sapi pemberian pucuk tebu segar 20 kg/hari dan konsentrat 2,80 kg dengan bahan kering 4,59 kg, dari 1,35% berat badan diperoleh pertambahan berat badan 0,77 kg/ekor/hari. Sedang dengan pemberian pelet pucuk tebu 5 kg/hari dan konsentrat 2,94 kg, dengan bahan kering 4,25 kg dari 1,39% berat badan diperoleh pertambahan berat badan 0,83 kg/ekor/hari. Daun Kletekan dan Sogolan. Daun kletekan adalah daun tebu yang diperoleh dengan cara melepaskan 3-4 daun tebu sebelum dipanen, pada saat tebu berumur 4, 6 dan 8 bulan yang masing-masing disebut kletekan 1, 2 dan 3. Sedang sogolan adalah tunas-tunas tebu yang diafkir. Daun kletekan dan sogolan merupakan sumber pakan ternak yang potensial untuk didayagunakan, baik secara langsung maupun diolah dahulu. Ampas Tebu. Ampas tebu adalah salah satu sisa produksi pembuatan gula, yang merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling. Serat kasar cukup tinggi yang terdiri dari sellulosa, pentosan dan lignin sehingga dapat digunakan sebagai sumber serat kasar untuk ternak ruminansia. Mengingat serat kasar ampas tebu yang tinggi, maka pemakaiannya untuk ternak ruminansia hanya bisa 25% dari total ransum.
  • 8. Empulur Ampas Tebu. Empulur ampas tebu (baggase pith) merupakan hasil samping dari pengolahan ampas tebu (bagasse) yang telah diambil seratnya untuk keperluan serat kertas. Empulur digunakan sebagai pakan ternak untuk mengimbangi jumlah tetes yang dipergunakan dalam pakan ternak dan sebagai pengganti onggok. Jumlah pith sekitar 9,9% dari berat tebu atau sekitar 30% dari berat ampas tebu sehingga sebagai sumber serat bagi ternak. Pith tidak digunakan sebagai pakan ternak secara tunggal karena palatabilitasnya yang rendah, namum ditambahkan urea pada proses amoniasi dan pemberiannya kepada ternak harus dicampurkan ke dalam pakan penguat. Untuk sapi potong, pith amoniasi dapat menggantikan setengah bagian hijauan, sedang untuk sapi perah dapat menggantikan 15% dari hijauan. Tetes. Tetes adalah cairan kental hasil ikutan pemurnian gula yang merupakan sisa nira yang telah mengalami proses kristalisasi. Di kalangan peternak, tetes dikenal sebagai bahan pakan tambahan. Hal ini terutama karena tetes merupakan zat gizi yang mengandung gula. Karena rasanya yang manis, tetes dapat meningkatkan palatabilitas pakan (disukai ternak), mengandung vitamin B komplek terutama untuk ternak ruminansia muda serta sejumlah kecil mineral yang memiliki fungsi utama bagi kesehatan ternak. Tetes diketahui memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai komponen bahan baku industri fermentasi maupun sebagai komponen pakan ternak. Sebagai bahan pakan ternak dapat dilakukan berbagai cara, antara lain : (1). Secara bebas terpisah dari bahan pakan lainnya. (2). Disemprotkan pada pakan hijauan atau biji-bijian. (3). Dicampur dalam pakan campuran yang siap digunakan (4). Sebagai pengawet dalam pembuatan silase sebanyak 1- 4% dari berat hijauan. Sebagai bahan pengawet dalam proses ensilasi, tetes merupakan sumber utama pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi banyak
  • 9. jenis mikroba, terutama untuk memacu pertumbuhan bakteri asam laktat. Penambahan tetes selama proses silase dapat meningkatkan kualitas silase dan disukai oleh ternak (palatabilitas). Selain itu, tetes juga memiliki hasil samping. Hasil samping dari tetes, antara lain : (1). Urea Molasses Block, yaitu hasil tetes (60%) dengan campuran urea, mineral, dedak padi, CaCo3 serta ditambahkan serbuk gergaji. Zat yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan berat badan ternak. Pada umumnya UMB digunakan sebagai bahan pakan imbuhan sumber energi, nitrogen dan mineral serta biasanya dibuat dalam bentuk balok berukuran 40 x 20 x 15 cm. (2). L-Lysine, merupakan fermentasi dari tetes dan digunakan sebagai nutrisi pelengkap dalam formulasi pakan ternak. (3). Ragi pakan ternak, diperoleh melalui pembiakan dari tetes atau sebagai hasil samping dari proses fermentasi etanol dari tetes. Ragi pakan ternak merupakan sumber protein (50-51%) biasanya diberikan sebagai substitusi sumber protein dalam formulasi pakan ternak (mensubstitusi bungkil kedelai sampai 60% atau sekitar 9% dari berat pakan ternak tanpa pengaruh negatif). Blotong. Blotong adalah kotoran yang dapat dipisahkan dengan proses penapisan dalam proses klarifikasi nira dan mengandung bahan organik, mineral, protein kasar dan gula yang masih terserap di dalam kotoran tersebut. Blotong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak atau pupuk organik. Agar memberikan hasil optimal dalam model integrasi ini, pemeliharaan ternak disarankan dilakukan secara intensif dengan pola mengandangkannya. Kandang dapat dibuat dalam bentuk individu maupun kelompok. Model dan ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan dalam pengumpulan limbah ternak sapi maupun dalam pemberian pakannya.
  • 10. III. Komponen Integrated Farming System Sistem ini memiliki satu pusat dan satu tujuan yaitu manusia yang harus dipenuhi kebutuhannya. Pusat ini dikelilingi dengan berbagai model kegiatan ekonomi pertanian yang saling berkaitan satu sama lain misalnya peternakan, perikanan, ladang/persawahan dan pengelolaan limbah (waste treatment). Satu persatu kita akan membahas komponen integrated farming system tersebut: 1. Manusia Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya. Dengan integrated farming system, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik. Skema alur interaksi antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam integrated farming system (Sumber : http://www.fao.org)
  • 11. 2. Peternakan Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam integrated farming system. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran). Dalam mendesain komponen peternakan yang akan digunakan untuk integrated farming system faktor biosekuriti adalah faktor penting yang harus selalu diperhatikan. Adalah pencegahan penularan penyakit antar hewan yang menjadi fokus biosekuriti tersebut. Seperti kita ketahui bahwa babi dan unggas air tidak boleh dipelihara berbarengan dengan ayam. Hal ini dikarenakan unggas air adalah reservoir yang akan menularkan virus AI ke berbagai hewan termasuk ayam tanpa unggas air tersebut menderita sakit. Sedangkan babi adalah mixing vessel, yang bila bersamaan terinfeksi virus AI dan influenza manusia, berpotensi menghasilkan virus baru yang dikhawatirkan dapat menyerang manusia dan ayam. Oleh karena itu, keduanya tidak boleh dipelihara dalam satu peternakan. Hal serupa juga berlaku untuk sapi dan babi. Keduanya disarankan tidak dipelihara dalam satu lokasi karena beresiko terjadi penularan cacing pita dari sapi ke babi atau sebaliknya. Di lapangan, kombinasi antar hewan ternak umumnya jarang dilakukan. Biasanya ternak dikombinasikan dengan ikan. Jikapun ada, biasanya dipelihara dalam kandang atau lokasi berbeda, terpisah jarak yang jauh juga sistem kerja yang terpisah, atau dengan kata lain, tidak berhubungan satu sama lain. Contohnya adalah pekerja di kandang babi tidak boleh masuk ke kandang sapi begitupun sebaliknya.
  • 12. 3. Persawahan atau Ladang Syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah bernilai ekonomi dan bisa menyediakan pakan untuk peternakan. Padi, strawberi, apel, anggur, singkong, tomat, talas dan jamur dapat digunakan dalam integrated farming system. Perhatikan bahwa padi yang digunakan harus berlabel biru atau yang tahan terhadap air yang agak tinggi. Hasil samping pertanian berupa jerami, sekam dan sisa batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan, pembuatan biogas dan kompos. Jamur dapat dipilih karena menggunakan kotoran ternak dan tidak membutuhkan lahan luas (Sumber : Simon & Schuster 1994) 4. Perikanan Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis. Ikan yang sering digunakan adalah ikan nila, gurami, mas, tambakan dan lele. Ikan dapat dipeli-hara secara tunggal (monoculture) atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan, misalnya ikan mas dengan gurami. Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan ternak. Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan. Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat memanfaatkan plankton di dalam kolam seperti ikan tambangan. Ikan nila, gurami, mas dan lele adalah ikan yang dapat digunakan dalam integrated farming system (Sumber : wikipedia.com)
  • 13. 5. Waste Treatment Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran lingkungan. Hasil dari pengolahan limbah tersebut adalah:  Kompos dan pupuk kandang Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%), jerami padi (bisa sekam, serbuk gergaji dan lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri starter (0,25%) dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran sapi minimal 40% dan kotoran ayam 25%. Teknik pembuatannya adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 lokasi (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut dinaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Proses pembuatannya diawali dengan membiarkan kotoran sapi (feses dan urin) selama 1 minggu agar kadar air menurun hingga 60%. Lalu kotoran dipindahkan ke lokasi satu dan dicampur merata dengan jerami padi, abu dapur, kapur dan bakteri starter. Setelah satu minggu tumpukan dipindahkan ke lokasi kedua dengan cara diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga 70OC untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari biji gulma. Dan kompos didapat telah siap digunakan (http://www.sinartani.com). Biogas Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme yang terdiri atas karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50- 70%), uap air (0,3%), nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana sebagai komponen terbesar dapat dimanfaatkan untuk memasak dan
  • 14. pemanas. Banyaknya metana yang dihasilkan juga menentukan daya listrik yang dihasilkan. Satu meter kubik (m3) metana yang setara dengan 10 kWh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 60-100 watt selama 6 jam. Cukup 3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga. Pada dasarnya, biogas dapat diolah dari berbagai macam feses. Hanya, tiap feses ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh, feses sapi yang mudah dibuat biogas karena sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain itu, perbandingan C/N (Carbon/Nitrogen) feses sapi adalah yang paling baik sehingga bakteri pembentuk gas dapat tumbuh lebih baik. Lain halnya dengan feses ayam yang dipelihara secara intensif. Feses ayam tersebut memiliki kandungan zat kimia yang tinggi sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini juga mengandung lebih banyak nitrogen dan mekar lebih banyak sehingga dapat menghasilkan biogas dan pupuk lebih banyak. Prinsip utama pembuatan biodigester (tabung pembuatan biogas) adalah kedap udara. Gambar di bawah ini memperlihatkan biodigester menggunakan dua tabung yang saling berhubungan. Melalui pipa (lubang inlet), kotoran dan air dimasukkan menuju tabung pertama. Perbandingan kotoran dengan air adalah 1:2. Jika kotoran terlalu padat maka biogas yang dihasilkan tidak optimal karena sulit dibebaskan ke biodigester. Letak tabung pertama harus lebih rendah daripada tabung kedua. Saat kotoran baru dimasukkan ke tabung 1, kotoran yang lama akan terdesak ke tabung kedua. Di tabung pertama inilah tempat keluarnya biogas. Beberapa peternak menggunakan plastik yang didesain sedemikian rupa membentuk balon berisi biogas sebagai penampung biogas. Plastik ini biasanya digantung di langit-langit kandang dan terlindung dari hujan dan panas. Dari penampung biogas inilah, biogas dialirkan ke rumah-rumah menggunakan selang plastik.
  • 15. Tabung kedua berfungsi sebagai tempat kontrol kualitas biogas dan juga tempat pengambilan ampas kotoran. Jika yang terdapat di permukaan tanah adalah endapan kotoran, berarti proses berjalan baik. Namun jika yang tampak adalah air maka dipastikan telah terjadi kebocoran instalasi atau terjadi proses biogas yang tidak optimal (Poultry Indonesia April 2009, hal 55- 56). Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memasukkan air yang mengandung desinfektan dan antibiotik ke dalam tempat pembuatan kompos dan biogas. Tindakan ini akan mematikan mikroorganisme tersebut. IV. Kelebihan dan Kelemahan Integrated Farming System Tentunya sistem ini memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1. Sepanjang penggunaan obat-obatan masih mengikuti aturan pakai, sistem ini sangat ramah lingkungan 2. Efisiensi energi, karena tidak ada energi yang terbuang percuma 3. Meningkatkan efektivitas lahan, dengan luas lahan yang sama, peternak bisa memiliki dua usaha sekaligus 4. Sumber dana terus menerus tanpa waktu kosong Meski begitu, peternak tetap memperhitungkan beberapa hal yaitu : 1. Resiko penularan penyakit antar hewan. Biosekuriti ketat dan tidak memelihara lebih dari satu hewan ternak dapat menjadi solusi 2. Daya tampung satu komponen terhadap komponen lain agar tercipta keseimbangan. Contoh, populasi ayam harus menyesuaikan populasi ikan di kolam agar ikan tidak keracunan ammonia 3. Peningkatan resistensi antibiotik di lingkungan. Solusinya adalah rolling antibiotik dilakukan lebih sering dan mengikuti aturan pakai yang telah ditetapkan
  • 16. Contoh Integrated Farming System 1. Tebu-Sapi-Cacing Tanah-Biogas Model ini juga menarik untuk dikembangkan. Tebu yang akan diolah menjadi gula dan menyisakan ampas tebu, daun dan tetes tebu. Umumnya ampas tebu digunakan untuk bahan bakar pemasak (ketel) di pabrik. Selain itu, digunakan untuk briket, bahan baku pulp, bahan kimia (xylitol, methanol dan metana) dan bioetanol melalui fermentasi. Tetes tebu (molasses) popular sebagai sumber energi dalam pakan ternak. Penambahan maksimal 5% dalam pakan akan meningkatkan berat badan sapi karena peningkatan jumlah energi dalam pakan. Penambahan 2-5% akan meningkatkan palatabilitas (cita rasa) pakan. Dalam industri pakan, molasses juga berfungsi sebagai pembentuk pellet (pellet binder). Jika dicampur dengan pupuk urea, bungkil kelapa, tepung batu gamping, dedak padi, gandum, dan garam dapat membentuk UMB (urea molasses block) yang dapat digunakan sebagai suplemen pakan.
  • 17. Model integrated farming system tebu-sapi-cacing tanah-biogas diterjemahkan dari grafik ini (Sumber : http://www.fao.org) Dalam sistem ini, kotoran sapi berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah dan bahan baku biogas. Ternyata feses sapi adalah media terbaik untuk membiakkan cacing tanah karena kandungan protein tercernanya rendah. Sebelum dijadikan media pembiakkan, feses tersebut harus difermentasikan selama tiga minggu. Cacing tanah yang dapat dibiakkan ialah Lumbricus rubellus dan Eisenia foetida. Setelah 40 hari di-biakkan, telur dan cacing tanah dapat dipanen. Bahkan, media pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi yang disebut vermikompos. Dari 100 kg media pembiakkan, dapat diperoleh 70 kg vermikompos. Vermikompos mengandung Phospor (0,6-0,7%), Kalium (1,6-2,1%), Nitrogen total (1,4-2,2%), C/N rasio (12,5-19,2), Magnesium (0,4-0,95%), Calsium (1,3-1,6%), pH 6,5-6,8 dengan kandungan bahan organik mencapai 40,1–48,7%. Vermikompos dan pupuk kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan juga buah-buahan. 2. Ayam-Ikan-Padi Di Indonesia, adaptasi sistem ini adalah longyam atau balong ayam. Keuntungan sistem ini adalah:  Efisiensi pakan ikan yang berasal dari kotoran ayam dan jatuhan pakan ayam (± 1-5% dari pakan yang diberikan ke ayam)  Efisiensi lahan diatas kolam yang tidak dimanfaatkan Sistem ini lebih dianjurkan untuk ayam kampung karena kepadatan ayam yang berada di atas kolam lebih rendah. Ayam kampung pun dinilai lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan kandang longyam.
  • 18. Kandang dibangun di atas kolam berbentuk bujur sangkar dengan ketinggian 1,2 meter dari permukaan air dan kedalaman kolam 1,5 meter. Tujuannya untuk sirkulasi udara dan mencegah pelembaban lantai kandang oleh kolam. Ikan nila dan lele direkomendasikan untuk sistem ini karena sangat toleran dengan level oksigen yang rendah. Satu hektar kolam dapat menampung 12500 ekor ikan nila ukuran 3-5 cm. Padi sebagai komponen terakhir akan memanfaatkan air dari kolam ikan yang kaya dengan unsur-unsur hara. Timbal baliknya adalah sisa panen padi berupa sekam dapat dimanfaatkan sebagai litter kandang dan jerami dapat dijadikan kompos. V. Pembuatan Integrated Farming System Proses mendesain integrated farming system harus mencakup faktor-faktor di bawah ini yaitu: 1. Modal Penekanan faktor modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal teknis meliputi biaya pembuatan kandang, pembuatan kolam, harga tanah untuk lahan persawahan/ ladang dan sebagainya. Peternak dapat meninjau modal teknis dari kondisi lingkungan seperti ketersediaan air bersih, agen penyakit, suhu, kondisi tanah dan sebagainya. Lakukan survei pendahuluan untuk memetakan bagaimana desain integrated farming system yang akan dibuat. Lalu perhitungkan berapa modal yang dibutuhkan, kapan modal akan kembali, berapa besar resiko yang akan dihadapi dan sebagainya. Modal non teknis menyangkut perizinan usaha tersebut. Dikarenakan integrated farming system merupakan gabungan dari pertanian, peternakan dan perikanan maka peternak wajib mengantongi izin untuk ketiganya.
  • 19. 2. Tenaga Kerja Tabel 1 menerangkan bagaimana perbandingan kebutuhan tenaga kerja jika Anda akan membangun suatu integrated farming system. Misalnya, akan lebih hemat jika menggabungkan padi dengan ikan dibandingkan buah dengan babi. 3. Teknologi Pemakaian teknologi lebih baik tentu berakibat pada dua hal yaitu modal dan tenaga kerja. Penggunaan teknologi yang modern dalam budidaya buah dan ikan tentunya akan menurunkan biaya untuk tenaga kerja. 4. Keuntungan Keuntungan bersih didapatkan dari selisih antara biaya (cost) dan pendapatan kotor (bruto). Gunakan perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi (FC, VC, dan TC). Biaya tetap (fixed cost/ FC) digunakan untuk biaya yang harus keluar meski usaha sedang tidak berjalan misalnya penyusutan kandang, retribusi dan sebagainya. Biaya berubah (variable cost / VC) adalah biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi. Contoh, biaya pakan, pupuk, obat-obatan dan sebagainya. Keduanya harus dijumlahkan dan digabungkan menjadi biaya total (total cost / TC). Keuntungan berasal dari penjualan hasil produksi. Berdasarkan tabel 1, usaha yang paling menguntungkan dalam integrated farming system adalah perikanan. Penyebab utama adalah biaya pakan ikan turun drastis. Suatu farm sistem longyam di Amerika Serikat diberitakan mengantungi keuntungan US$ 1883/ hektar atau Rp. 17.888.500,-/ hektar (Kurs Rupiah = Rp 9500,-) yang 87% berasal dari ikan (± Rp. 15,6 juta).
  • 20. Tabel 1. Perbandingan tenaga kerja, modal, teknologi dan keuntungan berbagai komponen integrated farming system Begitulah selintas mengenai integrated farming system yang dapat kami berikan. Mudah-mudahan selintas ilmu ini akan menjadi sebuah masa depan yang baik oleh usaha Anda. Selamat mencoba.