1. 27
POKOK BAHASAN IV
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
4.1.Pendahuluan
4.2.1. Deskripsi Singkat
Pokok Bahasan ini akan mendiskusikan metode dan prosedur yang digunakan dalam
pemotongan dan pembentukan karkas dari ternak, termasuk di dalamnya penanganan ternak
untuk dipersiapkan dipotong (restraining), pengeluaran darah (bleeding), dan pembentukan
karkas (dressing).
4.2.2. Relevansi
Penguasaan metode dan teknik pemotongan dan pembentukan karkas merupakan bagian
yang sangat penting dalam aktivitas produksi karkas. Kualitas karkas atau daging yang akan
dihasilkan dari proses pemotongan ternak sangat ditentukan oleh proses pemotongan yang
dilakukan secara benar.
4.1.3. Standar Kompetensi
4.1.3.1 Mampu memberikan supervisi terhadap proses pemotongan ternak secara
benar
4.1.3.2 Mampu mengembangkan metode pemotongan untuk memperbaiki kualitas
hasil pemotongan ternak
4.1.3.3 Mampu menjalankan penelitian untuk memperbaiki salah satu permasalahan
sederhana dalam pemotongan ternak
4.1.4. Kompetensi Dasar
4.1.4.1. Mampu menjelaskan prosedur penyiapan ternak secara benar
4.1.4.2. Mampu membedakan prosedur penyembelihan ternak secara ritual dan non ritual
secara benar
4.1.4.3. Mampu menjelaskan prosedur pembentukan karkas secara benar.
4.1.4.4. Mampu menganalisis dan memberikan alternatif pemecahan terhadap
permasalahan kualitas daging yang berhubungan dengan proses pemotongan
ternak secara tidak benar.
4.1.4.5. Mampu menyusun program kerja penelitian sederhana untuk memperbaiki sistem
pemotongan ternak
4.1.5. Indikator
(1) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan prosedur penyiapan
ternak untuk dipotomg secara benar 80%
(2) jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan berbagai metode
pemotongan ternak (ritual dan non-ritual) secara benar 80%
2. 28
(3) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan proses pembentukan
karkas secara benar 80%
(4) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu menganalisis dan memberikan alternatif
pemecahan masalah kualitas karkas yang disebabkan oleh buruknya proses
pemotongan secara benar 80%
(5) Jika diberikan contoh kasus pelanggaran aturan pemotongan ternak mahasiswa
mampu merancang program penelitian sederhana untuk mencari solusi terhadap
permasalahan secara benar 80%
4.2. Penyajian
4.2.1. Metode penyiapan ternak menjelang dipotong
Prinsip utama yang harus dipegang oleh operator pemotongan ternak adalah
melakukan pemotongan atau pengeluaran darah melalui prosedur yang membuat ternak
tidak merasa takut, tertekan, apalagi menimbulkan perlawanan dari ternak yang akan
dipotong. Dari sisi “animal welfare”, pemotongan ternak yang menyebabkan ternak
ketakutan, kesakitan dan tertekan menimbulkan kesan adanya tindakan penyiksaan terhadap
ternak, sehingga operator pemotongan ternak dapat dikenai tuduhan pelanggaran terhadap
undang-undang “animal welfare”. Jika negara Indonesia saat ini belum memiliki undang-
undang khusus tentang “animal welfare”, bukan berarti pemotongan ternak dapat dilakukan
dengan melanggar ketentuan tersebut, sebab pada kondisi globalisasi seperti sekarang ini
kita tidak bisa steril dari tuntutan masyarakat global. Dari sisi kualitas produk yang akan
dihasilkan, pemotongan ternak yang dilakukan dengan mengabaikan keadaan ternak yang
stress, tertekan dan berontak dapat berakibat pada buruknya kualitas daging yang akan
dihasilkan. Berdasarkan penjelasan di atas maka pemotongan ternak hendaknya dilakukan
dengan tanpa menyebabkan ternak merasa ketakutan dan kesakitan.
Di beberapa negara, seperti Inggris, USA prosedur pemotongan ternak yang dapat
menghindari rasa takut dan sakit pada ternak sering diperdebatkan antar masyarakat nasrani,
yahudi dan islam. Masyarakat nasrani berargumentasi bahwa menyembelih ternak dalam
keadaan hidup dan sadar (seperti yang dilakukan oleh masyarakat islam dan yahudi) dapat
menimbulkan rasa takut dan sakit pada ternak, sehingga pernah diusulkan untuk diterbitkan
undang-undang pelarangan pemotongan ternak secara islam dan yahudi. Sebaliknya,
masyarakat islam dan yahudi berargumentasi bahwa pemotongan ternak dengan
menggunakan pisau yang tajam tidak menimbulkan rasa sakit dan ketakutan pada ternak.
Jika dikaji lebih mendalam, kedua ajaran islam dan yahudi sebenarnya juga mengatur atau
mewajibkam proses pemotongan/penyembelihan ternak yang tidak menimbulkan rasa takut
dan sakit pada ternak, perbedaan antara keduanya terletak pada cara penyembelihan yang
dianggap tidak menyebabkan rasa takut dan sakit. Perbedaan pendapat tersebut sampai saat
ini masih saja terjadi, undang-undang pelarangan pemotongan ternak secara islam dan
yahudi-pun tidak pernah diterbitkan. Namun demikian standar pemotongan ternak yang
dipakai di negara-negara tersebut adalah pemotongan ternak yang dilakukan dengan cara
memingsankan ternak terlebih dahulu, supaya tidak merasa takut dan sakit pada saat
disembelih/dipotong, di Amerika Serikat dikenal dengan Humane Methods of Slaughter Act
3. 29
of 1978. Itulah sebabnya kita akan diskusikan masalah pemingsanan ternak sebelum
dipotong.
Proses pemingsanan ternak, sebelum dipotong dapat dilakukan melelui beberapa cara,
diantaranya dengan cara “electric stunning”, chemical (gas) stunning”,
(1) Pemingsanan dengan menggunakan bahan kimia (Chemical Stunning)
• Bahan kimia yang diperbolehkan hanya CO2, yaitu ternak dimasukan melalui ban
berjalan ke dalam ruangan dengan konsentrasi CO2 sebesar minimal 70% CO2
pada posisi pertama, dan minimal 90% CO2 pada posisi ke dua saar ternak sudah
rebah (pada dasar parit).
• Prinsip yang harus dipegang pada “chemical stunning” adalah: tidak boleh ada
patah tulang, proses pengeluaran darah harus menunggu sampai ternak tidak
bergarak-gerak, tetapi juga tidak boleh menunggu terlalu lama, karena ternak bisa
mati jika berada pada ruang dengan kandungan CO2 yang tinggi.
(2) Pemingsanan dengan menggunakan aliran listrik lemah (“Electrical Stunning”)
Pemingsanan menggunakan aliran listrik biasanya digunakan untuk babi dan domba
atau kambing dengan berbagai tegangan (voltase), ampere dan lama aplikasi.
• Beberapa metode yang dapat digunakan diantaranya: Head only, Head-to-back.
Head-to-rib
• Problem yang sering ditemukan pada “electrical stunning”: bone breakage, dan
"bloodsplash" yang disebabkan oleh efek vasoconstrictor dan cardiac stimulator.
Problem ini bisa dikurangi dengan mempercepat interval "stun-to-stick".
• Pedoman yang dapat digunakan dalam melaksanakan “electrical stunning” (Daly,
1999; Grandin, 1999) untuk babi diantaranya: badan ternak dibasahi terlebih
dahulu, posisi elektroda yang tepat, jangan dilakukan penyetruman berulang,
besarnya arus listrik sekitar 1,25 ampere, dan waktu 3 detik.
No. Species Minimum Current level
Head Only Stunning
(Amps)
1 Cattle 1.5
2. Calves (bovines of less than 6 months of age) 1.0
3. Pigs 1.25
4. Sheep and goats 1.0
World Organization of Animal Health (2010)
4. 30
• Ternak yang telah berhasil dipingsankan akan nampak dari tanda-tanda: kepala
dan telinga lemas terkulai, tidak ada kerdipan mata, tidak ada gerakan pernasafan
yang teratur, jika mata dan hidung disentuh tidak memberikan respon, bentuk
lengkungan punggung tidak nampak, tidak bersuara, (abaikan adanya gerakan
kaki)
(3) Pemingsanan secara mekanis (Mechanical Stunning”) dilakukan dengan cara
memukulkan alat sejenis palu atau bisa dilakukan dengan tembakan hidrolis
(concussion), dan penembakan menggunakan peluru (penetration). Penembakan
menggunakan peluru tajam (penetrasi) menyebabkan bagian otak rusak dan tidak
layak untuk dikonsumsi. Sedangkan pada nono-penetrasi masih memungkinkan
bagian otak dapat dikonsumsi.
Posisi penembakan pada bagian kepala berbagai spesies ternak
4.2.2. Metode Penyembelihan (Bleeding)
Kegiatan pemotongan ternak yang dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia pada dasarnya
dapat dikelompokkan ke dalam 2, yaitu (1) pemotongan ternak yang dilakukan berdasarkan
aturan agama (ritual), dan (2) tidak mengikuti aturan agama tertentu (non-ritual). Kegiatan
pemotongan ternak yang dilakukan berdasarkan aturan agama, diantaranya adalah: pemongan
ternak secara halal pada komunitas Muslim, kosher pada komunitas Yahudi, dan jatkha pada
komunitas Singh.
Halal Kosher
5. 31
Ilustrasi :
Berbagai Logo Tentang Halal dan Kosher Untuk Produk Makanan
Pada komunitas Yahudi, makanan dibedakan menjadi 4 jenis (Jewish Dietary Laws — Four
“Genders”), yaitu “Meat” (daging), “Dairy” (produk dari susu), Pareve (netral, bukan
daging maupun susu), dan Traif (makanan yang tidak bersih). Daging yang diperbolehkan
dikonsumsi dipersyaratkan berasal dari ternak yang termasuk dalam kategori kosher (Lihat
Deuteronomy 14:3-10), dipotong secara benar menurut aturan Yahudi, tidak boleh
tercampur darah dengan cara direndam dengan larutan garam untuk mengeluarkan sisa darah
(Deuteronomy 12:21-25), dan diproses dengan peralatan yang khusus untuk daging (Exodus
23:19; Exodus 34:26; Deuteronomy 14:21)
Deuteronomy 14:3-10.
(Rujukan tentang ternak apa saja
yang boleh dipotong untuk dikonsumsi)
• Do not eat any detestable thing. These are the animals you may eat: the ox, the sheep, the goat, the deer, the
gazelle, the roe deer, the wild goat, the ibex, the antelope and the mountain sheep. You may eat any animal
that has a split hoof divided in two and that chews the cud. However, of those that chew the cud or that
have a split hoof completely divided you may not eat the camel, the rabbit or the coney. Although they
chew the cud, they do not have a split hoof; they are ceremonially unclean for you. The pig is also unclean;
although it has a split hoof, it does not chew the cud. You are not to eat their meat or touch their
carcasses.Of all the creatures living in the water, you may eat any that has fins and scales. But anything that
does not have fins and scales you may not eat; for you it is unclean.
Exodus 23:19; Exodus 34:26; Deuteronomy 14:21.
(Rujukan untuk pemisahan peralatan yang digunakan untuk memproses makanan asal daging dan susu)
• "Do not cook a young goat in its mother’s milk."
Deuteronomy 12:21-25.
(Rujukan Pelarangan mengkonsumsi darah dan membersihkan daging dari sisa-sisa darah)
• If the place where the Lord your God chooses to put his Name is too far away from you, you may slaughter
animals from the herds and flocks the Lord has given you, as I have commanded you, and in your own
towns you may eat as much of them as you want. Eat them as you would gazelle or deer. Both the
ceremonially unclean and the clean may eat. But be sure you do not eat the blood, because the blood is the
life, and you must not eat the life with the meat. You must not eat the blood; pour it out on the ground like
water. Do not eat it, so that it may go well with you and your children after you, because you will be doing
what is right in the eyes of the Lord.
Prosedur pemotongan ternak secara Yahudi disebut dengan shechitah, yaitu dengan cara
memotong tenggorokan dan kerongkongan secara cepat dan dalam menggunakan pisau yang
benar-benar tajam, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit dan menjadikan ternak tidak
6. 32
berdaya dalam waktu 2 detik. Melalui cara ini proses pengeluaran darah harus dijamin dapat
berjalan secara sempurna. Orang yang melakukan pemotongan disebut "shochet,", dia
harus memenuhi persyaratan seorang yang alim, menguasai/memahami peraturan-peraturan
agama Yahudi terutama yang berhubungan dengan kashrut
Pada komunitas Muslim, jenis ternak yang boleh dipotong untuk dikonsumsi diatur dalam Al
Quran
(Quran: Surah 2:172-173)
• O ye who believe!Eat of the good thingsThat We have provided for youAnd be grateful to AllahIf it is Him
ye WorshipHe hat only forbidden youDead meat, and blood.And the flesh of swineAnd that on whichAny
other name hat been invokedBesides that of Allah.
Penyembelihan dan pengeluaran darah:
Animals should be handled before slaughter with two main goals:
• Freedom from fear
• Freedom from pain
Before slaughter, livestock should be fasted for 12-24 hours because:
– Makes evisceration easier.
– Minimizes migration of bacteria from G.I. tract into meat.
and should be given free access to water because:
– Facilitates electrical stunning.
– Provides for easier blood removal.
– Provides for easier pelt removal.
Brightens lean color.
Di Amerika Serikat pemotongan ternak diatur dengan perundang-undangan secara khusus
untuk menghindari penyiksaan terhadap ternak. Contoh perundangan tersebut adalah
Humane methods of slaughter Act of 1978.
7. 33
Humane Methods of Slaughter
Act of 1978
• Extends and sets forth humane handling and stunning
practices and procedures.
• Applies to all non-exempt Federal and State plants.
• Provides standards for maintenance and condition of
livestock pens, driveways, etc.
• Calls for control of the use of electrical prods (limited to
under 50 volts).
• Disabled animals cannot be dragged unless they are
stunned.
• Animals must have access to water in all holding pens
and if held for more than 24 hours, must have access to
feed.
• Approves use of stunning methods, which must be
applied to livestock before they can be shackled,
hoisted, thrown, cast or cut.
4.2.3. Pembentukan Karkas (Dressing)
Babi
Pembentukan karkas pada ternak babi diawali dengan penghilangan bulu atau pengulitan.
Penghilangan bulu dilakukan dengan cara scald, dehair, shave, singe, atau depilate;
sedangkan pengulitan dapat dilakukan baik secara manual menggunakan pisau atau secara
mekanis menggunakan “hide puller”. Organ viscera selanjutnya dikeluarkan dengan
membuka dinding perut secara membujur dari dada ke panggul, lalu semua organ dalam
dikeluarkan dengan semaksimal mungkin menghindari terjadinya kontaminasi karkas dengan
isi saluran pencernaan. Di beberapa negara, cara pembentukan karkas babi agak bervariasi,
karkas babi dapat dibentuk dengan mengikutkan kepala yang masih menempel pada karkas,
sehingga karkas tidak dibelah menjadi dua atau jika dibelah hanya sampai bagian leher;
karkas babi juga dapat dibentuk dengan melepas kepala, karkas model ini biasanya dibelah
menjadi dua bagian secara sempurna, karkas sebelah kanan dan kiri.
8. 34
Ilustrasi Proses Pembentukan Karkas dalam Alur Pemotongan Ternak babi
Ilustrasi Karkas Babi yang Dibentuk dengan Mengikutkan Kepala (kiri) dan Karkas Babi
Tanpa Kepala (Kanan)
Domba atau Kambing
Pembentukan karkas pada domba atau kambing diawali dengan pengulitan, untuk domba
dengan wool biasanya digunakan istilah “pelting”, sedangkan kambing dengan bulu bisanya
digunakan istilah “skinning”. Proses pengulitan pada ternak domba atau kambing dapat
dilakukan dengan merebahkan ternak yang sudah disembelih pada rak pengulitan (cradle
dressing), sehingga pengulitan dapat dimulai dari kaki depan dan belakang, bagian dada dan
9. 35
perut, hingga sisi kanan dan kiri. Setelah itu kegiatan pengulitan dilanjutkan dengan
mengantung badan ternak yang setengah telah dikuliti tersebut dan dilanjutkan dengan
meneruskannya untuk menguliti bagian kaki, punggung, pinggul dan pundak. Proses
pengulitan ternak domba atau kambing juga dapat dilakukan dengan penggunakan
penggantung (line dressing), dimulai dari pelepasan kulit pada bagiankaki depan dan
belakang, leher dan dada; dilanjutkan dengan melepas kulit menggunakan tangan lalu
menarik seperti membuka baju kaos (T-shirt) hingga lepas. Cara yang terakhir ini biasanya
menghasilkan kulit lebih bagus, karena dapat meminimalkan cacat terobek pisau. Tetapi, jika
pengulitan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat bantu penarik mekanik, maka resiko
terjadinya kerusakan pada kulit akibat terrobek oleh pisau juga dapat dihindarkan, walaupun
dilakukan dengan metode pengulitan horizontal.
Ilustrasi Perbandingan Teknik Pengulitan Secara Manual (dengan tangan) dan Secara
Mekanik (menggunakan Mesin Penarik Kulit)
10. 36
Ilustrasi Karkas Domba Ekor
Tipis (Kiri) dan Domba Ekor
Gemuk (Kanan)
Sapi
Di negara-negara maju, pemotongan sapi pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan perlatan modern, memiliki kecepatan yang tinggi, 350-400 ekor per-jam.
Peralatan-peralatan modern yang digunakan dalam pemotongan sapi ini diantaranya: V-boss
restrainer, continuous powered rail system, hock and horn cutters, air dehiders, hide-pullers,
moving top viscera table, in-motion, side-moving, splitting platform, band-saw splitting
saws, dan automatic carcass washers.
Proses pengulitan ternak pada pemotongan sapi dapat dilakukan melalui 2 metode, yaitu
menggunakan kombinasi rak pengulitan dan rail penggantung, dan hanya menggunakan rail
penggantung saja. Pengulitan menggunakan kombinasi rak dan rail penggantung biasanya
diaplikasikan oleh rumah potong hewan yang masih manual, karena lebih memudahkan bagi
operator dalam bekerja. Sedangkan rumah potong hewan modern yang sudah menggunakan
peralatan mekanik untuk pengulitan (hide puller), biasanya lebih praktis hanya menggunakan
rail penggantung.
11. 37
Ilustrasi Pengulitan dalam Sistem Pemotongan Sapi yang Berbeda
Ilustrasi Prinsip Kerja Dua Jenis Alat Pengulitan Mekanik (Hide Puller) yang Berbeda
12. 38
Ilustrasi Potongan Karkas Sapi
4.2.4. Latihan
(1) Kumpulkan data produksi karkas “dressing percentage” ternak sapi, kambing, domba, dan
babi. Buatlah diskusi kelompok tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai dressing
percentage antara jenis ternak satu dengan lainnya, di samping itu juga antar individu dalam
satu jenis.
(2) Pada waktu Idul Adha, di masjid-masjid dilakukan pemotongan ternak korban, baik berupa
sapi, kambing maupun domba. Pemotongan ternak korban tersebut walaupun dilakukan
setiap tahun secara rutin, tetapi tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Buatlah
kelompok diskusi untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan
pemotongan ternak tersebut, terutama dilihat dari sisi kesehatan, keamanan dan kualitas
daging yang dihasilkan, termasuk di dalamnya alternatif pemecahan masalahannya.
4.2.5. Rangkuman
Kegiatan pemotongan atau penyembelihan ternak meliputi proses penyiapan ternak
(restraining), pengeluaran darah (bleeding), dan pembentukan karkas (dressing). Prinsip yang
harus dipegang dalam kegiatan ini adalah: (1) menghindarkan ternak dari rasa takut dan sakit,
dan (2) mencegah terjadinya kontaminasi karkas yang dihasilkan dari isi saluran pencernaan dan
kotoran lain yang berasal dari lantai pemotongan dan operator. Dalam proses penyembelihan
ternak ini dikenal adanya pemotongan ternak secara ritual (halal dan kosher) dan non-ritual,
pemotongan ternak secara ritual mengikuti dogma boleh tidaknya produk pemotongan ternak
tersebut dikonsumsi dan cara penyembelihan yang diijinkan oleh Tuhan dan dianggap tidak
menyebabkan rasa takut dan sakit; sedangkan non-ritual lebih mengedepankan pada cara
penyembelihan yang dianggap tidak menyebabkan rasa takut dan sakit pada ternak.
13. 39
4.3. Penutup
4.3.1. Test formatif
(1) Di banyak negara masyarakat memotong ternak dengan cara memingsankan terlebih
dahulu sebelum ternak tersebut disembelih, diantaranya dengan menggunakan arus
listrik lemah, memasukkan ternak ke dalam “gas chamber” atau dengan cara mekanis
memberikan tekanan /pukulan pada bagian kepala. Jelaskan kelebihan dan kekurangan
masing-masing cara pemingsanan ternak tersebut.
(2) Jika kita menjelajahi informasi melalui internet, banyak ditemukan adanya perdebatan
terhadap pemotongan ternak secara ritual dan non-ritual. Perdebatan tersebut dari tahun
ke tahun sepertinya tidak pernah kunjung selesai. Jelaskan apa sebenarnya substansi
yang diperdebatkan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut?
(3) Pembentukan karkas (dressing) pada ternak ternak babi memiliki prinsip yang berbeda
dengan pada sapi. Bedakan kedua proses pembentukan karkas tersebut.
(4) Beberapa kasus salmonelosis (pencermaran bakteri salmonella)sering ditemukan pada
karkas/daging yang dihasilkan dari proses pemotongan, padahal ternak yang dipotong
tersebut relah mengalami proses pemeriksaan ante-mortem yang tidak ditemukan
adanya infeksi salmonella. Jelaskan bagaimana kasus salomonelosis ini bisa terjadi.
(5) Di Kabupaten Boyolali ditemukan praktek pemotongan ternak yang dilakukan dengan
melanggar aturan, yaitu melalui penggelonggongan. Jika saudara ingin mengetahui
aspek ekonomi berupa kerugian konsumen yang diduga disebabkan oleh praktek
pemotongan yang tidak benar tersebut, bagaimana saudara akan melakukannya?
4.3.2. Umpan Balik
Jika saudara telah menjawab 5 buah pertanyaan di atas dengan rata-rata jawaban
benar untuk masing-masing sebesar 80%, maka saudara sudah mencapai sasaran belajar
atau kompeten; sebaliknya jika rata-rata jawaban benar dari masing-masing pertanyaan di
atas kurang dari 80%, maka saudara belum mencapai sasaran belajar.
4.3.3. Tindak Lanjut
Jika dari hasil tes formatif di atas diketahui saudara belum mencapai sasaran belajar,
maka pelajari kembali materi pembelajaran di atas; jika diketahui saudara sudah mencapai
sasaran belajar, maka saudara dipersilahkan untuk mempelajari poko bahasan berikutnya.
4.3.4. Kunci Jawaban Test Formatif
(1) Kelebihan dan kelemahan penggunaan “chemical stunning” dan “mechanical stunning”
pada pemingsanan ternak yang akan dipotong.
(2) kurangan Di banyak negara masyarakat memotong ternak dengan cara memingsankan
terlebih dahulu sebelum ternak tersebut disembelih, diantaranya dengan menggunakan
arus listrik lemah, memasukkan ternak ke dalam “gas chamber” atau dengan cara
mekanis memberikan tekanan /pukulan pada bagian kepala. Jelaskan kelebihan dan
kekurangan masing-masing cara pemingsanan ternak tersebut.
14. 40
(2) Jika kita menjelajahi informasi melalui internet, banyak ditemukan adanya perdebatan
terhadap pemotongan ternak secara ritual dan non-ritual. Perdebatan tersebut dari tahun
ke tahun sepertinya tidak pernah kunjung selesai. Jelaskan apa sebenarnya substansi
yang diperdebatkan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut?
(3) Pembentukan karkas (dressing) pada ternak ternak babi memiliki prinsip yang berbeda
dengan pada sapi. Bedakan kedua proses pembentukan karkas tersebut.
(4) Beberapa kasus salmonelosis (pencermaran bakteri salmonella)sering ditemukan pada
karkas/daging yang dihasilkan dari proses pemotongan, padahal ternak yang dipotong
tersebut relah mengalami proses pemeriksaan ante-mortem yang tidak ditemukan
adanya infeksi salmonella. Jelaskan bagaimana kasus salomonelosis ini bisa terjadi.
(5) Di Kabupaten Boyolali ditemukan praktek pemotongan ternak yang dilakukan dengan
melanggar aturan, yaitu melalui penggelonggongan. Jika saudara ingin mengetahui
aspek ekonomi berupa kerugian konsumen yang diduga disebabkan oleh praktek
pemotongan yang tidak benar tersebut, bagaimana saudara akan melakukannya?