Sistatin C dan laju filtrasi glomerulus merupakan petanda penting untuk menilai fungsi ginjal. Sistatin C lebih akurat dibandingkan kreatinin serum dan klirens kreatinin dalam memperkirakan laju filtrasi glomerulus. Formula berdasarkan konsentrasi sistatin C serum dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Assalamualaikum, Pada kali ini saya akan menshare materi mengenai mata pelajaran yang diperlajari dibidang kesehatan TLM salah satunya ialah Kimia Klinik II. Materi berupa Enzim pada organ Hati. Dijelaskan tidak hanya mengenai macam-macam enzim pada organ hati tapi juga bagian dan letak dari organ tersebut.
Jikalau informasi ini penting, boleh dilike, comment dan share ke teman teman lainnya. Terima kasih...
1) Pemeriksaan feses berguna untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan. 2) Pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis untuk menilai jumlah, warna, bau, konsistensi, darah, lendir, parasit, dan sel-sel dalam feses. 3) Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kondisi seperti diare, konstipasi, perdarahan, infeksi parasit, dan gangguan pencernaan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai urinalisis atau pemeriksaan urine. Urinalisis digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan urine meliputi pemeriksaan makroskopis, kimiawi, dan mikroskopis untuk menguji ciri-ciri fisik urine, kadar zat seperti protein, glukosa, dan bilirubin, serta sel-sel yang ada dalam urine. Hasil urinalisis dapat men
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan feses sebagai salah satu parameter penting untuk membantu diagnosis penyakit sistem pencernaan dan menyelidiki penyakit secara mendalam. Ia menjelaskan pengertian feses, komposisi feses normal maupun patologis, teknik pengumpulan dan pengawetan sampel feses, jenis-jenis pemeriksaan feses, serta manfaat dan keterbatasan hasil pemeriksaan feses.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Assalamualaikum, Pada kali ini saya akan menshare materi mengenai mata pelajaran yang diperlajari dibidang kesehatan TLM salah satunya ialah Kimia Klinik II. Materi berupa Enzim pada organ Hati. Dijelaskan tidak hanya mengenai macam-macam enzim pada organ hati tapi juga bagian dan letak dari organ tersebut.
Jikalau informasi ini penting, boleh dilike, comment dan share ke teman teman lainnya. Terima kasih...
1) Pemeriksaan feses berguna untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan. 2) Pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis untuk menilai jumlah, warna, bau, konsistensi, darah, lendir, parasit, dan sel-sel dalam feses. 3) Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kondisi seperti diare, konstipasi, perdarahan, infeksi parasit, dan gangguan pencernaan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai urinalisis atau pemeriksaan urine. Urinalisis digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan urine meliputi pemeriksaan makroskopis, kimiawi, dan mikroskopis untuk menguji ciri-ciri fisik urine, kadar zat seperti protein, glukosa, dan bilirubin, serta sel-sel yang ada dalam urine. Hasil urinalisis dapat men
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan feses sebagai salah satu parameter penting untuk membantu diagnosis penyakit sistem pencernaan dan menyelidiki penyakit secara mendalam. Ia menjelaskan pengertian feses, komposisi feses normal maupun patologis, teknik pengumpulan dan pengawetan sampel feses, jenis-jenis pemeriksaan feses, serta manfaat dan keterbatasan hasil pemeriksaan feses.
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan penyakit sipilis, termasuk prevalensi, gejala, penularan, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi hasilnya.
2. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel T dan menurunkan kekebalan tubuh, sementara sipilis disebabkan bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.
3. Pemeriksaan laboratorium unt
Dokumen tersebut membahas tentang alat pemeriksaan carik celup urine. Ia menjelaskan pengertian, cara kerja, dan interpretasi hasil dari tes carik celup urine untuk parameter seperti protein, darah, nitrit, dan lainnya. Dokumen ini juga menyinggung potensi kesalahan dalam pemeriksaan carik celup urine.
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlmmateripptgc
Ringkasan singkat dokumen tentang pemeriksaan antistreptolisin (ASTO) untuk mendeteksi infeksi bakteri Streptococcus yang menyebabkan demam rematik:
1. Pemeriksaan ASTO mengukur kadar antibodi terhadap streptolisin O yang dihasilkan bakteri Streptococcus
2. Cara kerjanya dengan melihat terjadinya aglutinasi antara partikel lateks yang dilapisi streptolisin O dengan serum pasien
3. Hasil positif menandakan adanya infeksi
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk mengukur laju endap darah yaitu metode Westergreen dan Wintrobe. Kedua metode melibatkan pengambilan darah vena dan pencampurannya dengan antikoagulan sebelum dimasukkan ke dalam tabung untuk diukur kecepatan endapnya selama satu atau dua jam. Metode Westergreen menggunakan tabung dan rak Westergreen sementara metode Wintrobe menggunakan tabung dan rak Wintrobe
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Dokumen tersebut membahas tentang metabolisme asam urat dan gangguannya. Terdapat beberapa metode untuk mengukur kadar asam urat seperti metode fosfor-asam wolf ramat, folin dan brown, uricase, serta kageyama. Gangguan metabolisme purin seperti gout, hiperurikemia, sindrom lesch-nyhan dan hipourisemia dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar asam urat dalam darah.
1) The document discusses iron status tests including serum iron, total iron binding capacity, and ferritin.
2) It describes the principles, reagents, and normal ranges for serum iron and total iron binding capacity tests performed using a manual method.
3) Details are provided on the preparation of deionized water, hydrochloric acid, iron standards, and chromogens used in the tests.
1. Pewarnaan Gram digunakan untuk membedakan bakteri menjadi dua kelompok berdasarkan sifat dinding selnya, yaitu Gram positif dan Gram negatif.
2. Bakteri Gram positif mempertahankan zat pewarna karena memiliki dinding sel yang tebal, sedangkan Gram negatif melepaskan zat pewarna karena dinding selnya tipis.
3. Metode ini berguna untuk memandu terapi antibiotik awal sebelum hasil kultur dan tes
Coombs' test adalah tes antiglobulin yang digunakan untuk mendeteksi antibodi dan komponen komplemen yang melekat pada sel darah merah. Tes ini terdiri atas Direct Antiglobulin Test untuk mendeteksi adanya antibodi atau komplemen in vivo, dan Indirect Antiglobulin Test untuk mendeteksi antibodi bebas dalam serum secara in vitro. Prinsipnya adalah menggunakan antihuman globulin untuk mengaglutinasi sel darah merah yang telah terlekati antibodi atau
Teks tersebut memberikan informasi tentang pemeriksaan hemoglobin fetus (Hb F) dengan 3 metode utama, yaitu:
1) Metode Betke yang mengukur Hb F berdasarkan resistensinya terhadap alkali, 2) Metode Jonxis dan Visser yang mengukur Hb F dengan menambahkan ammonium hidroksida, 3) Metode acid elution test untuk mengukur distribusi Hb F di dalam sel darah merah. Teks tersebut juga menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan Hb
Metode kolorimetri untuk mengukur kadar hemoglobin darah meliputi metode hematin asam, hematin alkali, cyanmethemoglobin, oksihemoglobin, dan SLS-hemoglobin. Metode-metode tersebut berbeda dalam prinsip reaksi pembentukan derivat hemoglobin yang berwarna untuk diukur absorbsinya.
Encuentro de jóvenes dominicos. El sábado 3 de setiembre una fue una tarde de encuentro, de compartir, de seguir haciendo realidad el sueño de Domingo. Predicar; predicar siempre; predicar en todo lugar: “Ser una buena noticia para los demás, aportar nuestro granito de arena a la felicidad de todos”.
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan penyakit sipilis, termasuk prevalensi, gejala, penularan, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi hasilnya.
2. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel T dan menurunkan kekebalan tubuh, sementara sipilis disebabkan bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.
3. Pemeriksaan laboratorium unt
Dokumen tersebut membahas tentang alat pemeriksaan carik celup urine. Ia menjelaskan pengertian, cara kerja, dan interpretasi hasil dari tes carik celup urine untuk parameter seperti protein, darah, nitrit, dan lainnya. Dokumen ini juga menyinggung potensi kesalahan dalam pemeriksaan carik celup urine.
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlmmateripptgc
Ringkasan singkat dokumen tentang pemeriksaan antistreptolisin (ASTO) untuk mendeteksi infeksi bakteri Streptococcus yang menyebabkan demam rematik:
1. Pemeriksaan ASTO mengukur kadar antibodi terhadap streptolisin O yang dihasilkan bakteri Streptococcus
2. Cara kerjanya dengan melihat terjadinya aglutinasi antara partikel lateks yang dilapisi streptolisin O dengan serum pasien
3. Hasil positif menandakan adanya infeksi
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk mengukur laju endap darah yaitu metode Westergreen dan Wintrobe. Kedua metode melibatkan pengambilan darah vena dan pencampurannya dengan antikoagulan sebelum dimasukkan ke dalam tabung untuk diukur kecepatan endapnya selama satu atau dua jam. Metode Westergreen menggunakan tabung dan rak Westergreen sementara metode Wintrobe menggunakan tabung dan rak Wintrobe
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Dokumen tersebut membahas tentang metabolisme asam urat dan gangguannya. Terdapat beberapa metode untuk mengukur kadar asam urat seperti metode fosfor-asam wolf ramat, folin dan brown, uricase, serta kageyama. Gangguan metabolisme purin seperti gout, hiperurikemia, sindrom lesch-nyhan dan hipourisemia dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar asam urat dalam darah.
1) The document discusses iron status tests including serum iron, total iron binding capacity, and ferritin.
2) It describes the principles, reagents, and normal ranges for serum iron and total iron binding capacity tests performed using a manual method.
3) Details are provided on the preparation of deionized water, hydrochloric acid, iron standards, and chromogens used in the tests.
1. Pewarnaan Gram digunakan untuk membedakan bakteri menjadi dua kelompok berdasarkan sifat dinding selnya, yaitu Gram positif dan Gram negatif.
2. Bakteri Gram positif mempertahankan zat pewarna karena memiliki dinding sel yang tebal, sedangkan Gram negatif melepaskan zat pewarna karena dinding selnya tipis.
3. Metode ini berguna untuk memandu terapi antibiotik awal sebelum hasil kultur dan tes
Coombs' test adalah tes antiglobulin yang digunakan untuk mendeteksi antibodi dan komponen komplemen yang melekat pada sel darah merah. Tes ini terdiri atas Direct Antiglobulin Test untuk mendeteksi adanya antibodi atau komplemen in vivo, dan Indirect Antiglobulin Test untuk mendeteksi antibodi bebas dalam serum secara in vitro. Prinsipnya adalah menggunakan antihuman globulin untuk mengaglutinasi sel darah merah yang telah terlekati antibodi atau
Teks tersebut memberikan informasi tentang pemeriksaan hemoglobin fetus (Hb F) dengan 3 metode utama, yaitu:
1) Metode Betke yang mengukur Hb F berdasarkan resistensinya terhadap alkali, 2) Metode Jonxis dan Visser yang mengukur Hb F dengan menambahkan ammonium hidroksida, 3) Metode acid elution test untuk mengukur distribusi Hb F di dalam sel darah merah. Teks tersebut juga menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan Hb
Metode kolorimetri untuk mengukur kadar hemoglobin darah meliputi metode hematin asam, hematin alkali, cyanmethemoglobin, oksihemoglobin, dan SLS-hemoglobin. Metode-metode tersebut berbeda dalam prinsip reaksi pembentukan derivat hemoglobin yang berwarna untuk diukur absorbsinya.
Encuentro de jóvenes dominicos. El sábado 3 de setiembre una fue una tarde de encuentro, de compartir, de seguir haciendo realidad el sueño de Domingo. Predicar; predicar siempre; predicar en todo lugar: “Ser una buena noticia para los demás, aportar nuestro granito de arena a la felicidad de todos”.
The document outlines the key stages in a typical design project process: 1) defining the problem and client brief, 2) researching the context and audience, 3) generating possible solutions, 4) developing prototypes, 5) refining the prototypes based on evaluation, and 6) finalizing the design realization. It explains that effective design requires understanding the problem, considering diverse ideas, and iteratively testing and improving solutions until meeting the requirements specified in the client brief.
This poster summary analyzes two movie posters - one for The Hunger Games and one for The Amazing Spider-Man. For both posters, it identifies the key elements including the key image, logo, title, release date, billing information, and how each appeals to its target audience. Specifically, it notes that the key image for The Hunger Games focuses on Katniss Everdeen's determined facial expression, while The Amazing Spider-Man features Spiderman in his red costume against a blue New York backdrop. It also explains that the dark tones and serious expressions on both posters suggest something serious is about to happen, appealing to their audiences.
O documento lista os resultados dos recursos da primeira chamada para ingresso nos cursos de graduação da UFBA em 2015, com nomes de candidatos deferidos ou com o indeferimento mantido para cada curso.
1) A Medida Provisória abre um crédito extraordinário de R$1,217,677,730 para diversos órgãos do Poder Executivo para fins especificados nos Anexos I e II.
2) Os recursos vêm do superávit financeiro de 2008 e da participação da União no capital de empresas estatais.
3) A Medida Provisória entra em vigor na data de sua publicação.
Pradip Mahadik is a senior mechanical draughtsman with over 13 years of experience in mechanical design and drafting for the oil and gas industry. He has extensive experience preparing 2D and 3D drawings for pressure vessels, tanks, heat exchangers, and other static equipment using various codes and standards. Currently, he works for Heavy Engineering Industries and Shipbuilding Co. in Kuwait preparing fabrication drawings for vessels and tanks. Previously, he has worked on projects for various clients in countries like Qatar, India, and Kuwait. He holds a diploma in mechanical drafting and has specialized training in AutoCAD, MicroStation, and Autodesk Inventor.
Este documento describe las principales arterias del miembro inferior, incluyendo la iliaca externa, femoral, poplítea, tibial anterior, tronco tibioperoneo, arterias tibial posterior y plantares. Proporciona detalles sobre el origen, trayecto y ramificaciones colaterales de cada arteria.
Dimension based quality modeling of transmitted speechSpringer
This chapter provides an overview of the research context regarding mouth-to-ear speech transmission quality. It describes the basic components of the speech chain including speech production, transmission, and perception. The transmission system is represented as a "black box" from the speaker's mouth to the listener's ear. Quality is understood as the listener's appreciation that can be influenced by signal distortions, though comprehension may still be reliable. The central assumption is that speech quality can be explained by its underlying perceptual features, influenced by the transmission path and listener perception processes.
1. Sistatin C merupakan protein berat molekul rendah yang dieleminasi melalui filtrasi glomerulus dan merupakan petanda yang lebih sensitif dibandingkan kreatinin serum untuk menilai laju filtrasi glomerulus.
2. Pemeriksaan sistatin C serum dapat digunakan untuk diagnosis dan pemantauan penurunan fungsi ginjal pada berbagai kondisi seperti glomerulonefritis, nefropati diabetik, dan sirosis hati.
3. Perkiraan laju filtrasi
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Efek hipotiroidisme dan eutiroidisme terhadap kadar cystatin C dan kreatinin dalam darah diteliti pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan bahwa hipotiroidisme berkorelasi dengan penurunan cystatin C dan kenaikan kreatinin darah.
Marker biokimia memiliki peran penting dalam diagnosis dan mengevaluasi risiko untuk menentukan jenis terapi terhadap suatu penyakit. Biomarker merupakan karakteristik yang diukur dan dievaluasi secara objektif sebagai indikator biologis normal, proses patologis, atau respon farmakologis terhadap intervensi terapeutik. Dalam fungsi ginjal, biomarker utama yang sering digunakan yaitu, ginjal, urea, asam urat dan elektrolit untuk analisis rutin. Selain itu, beberapa penelitian juga mengkonsolidasikan kegunaan biomarker lain, seperti cystatin C, β-Trace Protein. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam metabolisme tubuh yang prone terhadap berbagai gangguan.
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and RefloluxMuhammad Nasrullah
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis, yaitu analisis kimia, fisik, dan mikroskopik terhadap sampel air kencing untuk mendeteksi zat-zat normal dan abnormal serta mengetahui kondisi kesehatan saluran kemih dan organ dalam tubuh. Urinalisis digunakan untuk skrining rutin dan deteksi infeksi, diabetes, atau gangguan ginjal dan hati.
Spesimen darah harus diambil dengan benar agar mewakili kondisi sebenarnya. Peralatan pengambilan harus bersih dan tidak mengubah zat yang akan diperiksa. Identitas pasien dan spesimen harus dilengkapi dengan jelas. Spesimen darah kemudian diolah dengan memisahkan serum atau menggunakan antikoagulan sesuai jenis pemeriksaan.
Case Report kompilkasi jangka panjang HD (kelompok 2).pptxAndyAndrean1
Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang pasien hemodialisis yang mengalami komplikasi jangka panjang berupa anemia. Pasien menjalani hemodialisis rutin selama 13 tahun dan memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi dan hepatitis C. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pasien rendah dan status besinya perlu dievaluasi lebih lanjut untuk menentukan tatalaksana yang tepat seperti pemberian zat besi dan
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi klinis dan laboratorium pada pasien gagal ginjal kronik. Pemeriksaan yang dibutuhkan antara lain pemeriksaan laboratorium seperti kadar kreatinin, urea, elektrolit, dan urinalisis; pemeriksaan pencitraan seperti USG dan CT Scan; serta pemeriksaan histopatologi melalui biopsi ginjal untuk melihat kerusakan jaringan secara mikroskopis. Hasil p
Prevention and Risk Management of Chronic Kidney Disease-dr.Suprapti,SpPD,KGH...AgusMahendra13
Pencegahan dan manajemen risiko penyakit ginjal kronis (CKD) melibatkan peran penting layanan kesehatan primer dalam diagnosis dini, pengobatan, dan edukasi pasien untuk meningkatkan hasil. Deteksi dini CKD dan pengelolaannya sebelum rujukan dapat meningkatkan hasil yang lebih baik. Manajemen CKD di layanan primer meliputi kontrol tekanan darah, glukosa, dan faktor risiko lainnya untuk memperlambat progresi
Kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 27 tahun dengan diagnosis HIV/AIDS yang mengalami penurunan berat badan dan gejala infeksi. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi underweight, anemia, dan gangguan fungsi hati. Diagnosis gizi menunjukkan asupan energi dan protein kurang serta gaya hidup tidak sehat. Intervensi gizi dirancang untuk meningkatkan asupan zat gizi dan memotivasi perubahan perilaku.
Teks ini membahas tentang pengujian antibodi antinuklir (ANA) pada penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). Metode pengujian ANA meliputi pemeriksaan imunofluoresensi pada sel Hep-2, tes ELISA, dan tes strip Euroline. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau SLE karena keberadaan ANA dapat menunjukkan aktivitas penyakit.
The document discusses flow cytometry and its clinical application in monitoring CD4 T lymphocyte counts. Flow cytometry works by passing fluorescent-labeled cells in a fluid stream through a laser which causes fluorescence. Detectors then measure the cells' light scattering and fluorescence properties to characterize the cells and identify subsets. The document provides details on using the BD FACSCalibur flow cytometer to measure CD4 counts via two-color staining and gating on T lymphocyte populations. Normal CD4 values in adults and children are listed.
The document discusses viral load testing using NASBA (Nucleic Acid Sequence-Based Amplification) technology. It describes the NASBA process which uses 3 enzymes to amplify viral RNA or DNA in one temperature. The document provides examples of using NASBA to test viral load in HIV samples and discusses the benefits of NASBA including its high throughput, minimal hands-on time, and ability to detect down to 10-10^7 copies/ml.
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a labeled secondary antibody for detection. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of high values are also
Teks ini membahas tentang elektroforesis kapiler menggunakan alat Minicap untuk memisahkan molekul seperti protein, lipoprotein, isoenzim, dan hemoglobin. Metode ini bekerja dengan memisahkan molekul berdasarkan kecepatan elektroforesisnya dalam tabung kapiler dengan diameter 100 μm yang dipengaruhi pH elektrolit dan aliran elektroosmosis. Teks ini juga menjelaskan prosedur dan komponen elektroforesis protein, hemoglobin, dan immunotyping
This document discusses thyroid hormone tests (T3, T4, TSH, fT4) and their principles, procedures, and clinical significance. It describes the hormones T3 and T4, how they are regulated by the hypothalamus-pituitary-thyroid axis, and common thyroid disorders like hypothyroidism and hyperthyroidism. It provides details on specific assays for the hormones, including radioimmunoassay, immunoradiometric assay, enzyme immunoassay, and electrochemiluminescent assay. Reference ranges and clinical implications of test results are also covered.
1. Western Blot dan RIBA merupakan tes konfirmasi untuk infeksi HIV yang mendeteksi antibodi terhadap protein inti, polimerase, dan envelope virus HIV.
2. Terdapat perbedaan antara Western Blot dan RIBA dalam hal protein yang digunakan sebagai antigen.
3. Hasil tes dapat negatif palsu, indeterminate, atau positif tergantung pola protein HIV yang terdeteksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar antigen CA 125 dengan metode ELISA untuk skrining, diagnosis, pemantauan terapi, dan prognosis kanker ovarium. Metode ELISA digunakan karena ekonomis dan sensitivitas yang tinggi. Kadar CA 125 yang meningkat dapat menandakan adanya kanker ovarium.
Tinjauan pustaka mengenai trombositopenia pada demam berdarah dengue membahas mekanisme penyebabnya yaitu supresi sumsum tulang, aktivasi dan destruksi trombosit oleh virus, serta disfungsi trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit penting untuk diagnosis dan pemantauan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Terapi trombositopenia meliputi transfusi trombosit dalam kondisi tertentu.
Thrombelastography (TEG) adalah tes koagulasi yang dilakukan di samping pasien untuk mengukur berbagai parameter koagulasi dalam 30 menit. TEG dapat digunakan untuk memantau koagulasi pada operasi jantung dan transplantasi hati serta mendeteksi gangguan koagulasi pada pasien trauma.
Tinjauan pustaka ini membahas patogenesis, diagnosis, dan klasifikasi paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH). PNH disebabkan oleh mutasi gen PIG-A yang mengakibatkan defisiensi protein yang terikat pada permukaan sel seperti DAF dan CD59. Ini menyebabkan aktivasi komplemen yang berlebihan dan hemolisis. Diagnosis didasarkan pada tes komplemen seperti sucrose lysis test dan flow sitometri untuk mengukur defisiensi CD55 dan CD59. PNH dik
Dokumen tersebut membahas sindrom mielodisplastik yang merupakan kelompok penyakit neoplastik pada sel induk hemopoietik yang ditandai oleh kegagalan sumsum tulang dan kelainan sel darah. Dibahas pula patogenesis, diagnosis, klasifikasi, dan prognosis sindrom mielodisplastik menurut WHO dan terapi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur hitung jenis lekosit secara manual dan otomatis. Secara manual melibatkan pembuatan hapusan darah, pewarnaan, dan perhitungan secara visual di bawah mikroskop. Secara otomatis menggunakan berbagai metode seperti impedansi, scatter cahaya, dan fluoresensi untuk menghitung dan membedakan jenis lekosit dengan lebih cepat dan akurat. Kedua metode memiliki kelebi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
1. Tinjauan Pustaka Kimia Klinik
Sistatin C
dan
Laju Filtrasi Glomerulus
Ety Retno S
S.P. Edijanto
1
2. Pendahuluan
• Gangguan fungsi ginjal dapat tanpa disertai keluhan
klinis sampai kerusakan 70-80% → deteksi dini
fungsi ginjal
• Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) : parameter
penting dalam menilai fungsi ginjal
• Kreatinin : bahan endogen yang paling sering
digunakan untuk menilai LFG, mempunyai
keterbatasan → peneliti mencari petanda lain
• Sistatin C serum lebih baik dibandingkan
kreatinin serum untuk menilai LFG
2
3. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
LFG : volume darah yg dibersihkan dari suatu bahan dalam
waktu 1 menit
Sifat bahan yang ideal untuk pemeriksaan LFG :
• dihasilkan dengan kecepatan stabil dan konsentrasi dalam
sirkulasi stabil
• kadar mudah diukur dalam serum dan urine
• tidak dipengaruhi perubahan fisiologis
• tidak mengikat protein dan tidak toksik
• tidak mempunyai efek pada kecepatan filtrasi, bebas difiltrasi
oleh glomerulus
• tidak dimetabolisme
• tidak disimpan dalam ginjal
• tidak direabsorbsi dan disekresi di tubulus
3
4. • Baku emas penentuan LFG : inulin, iohexol, 51Cr-EDTA, 99mTc-
labeled DTPA, 125I-labeled iothalamate → merupakan bahan
eksogen, pemeriksaan lambat, rumit, butuh banyak
tenaga, mahal, pemaparan radiasi, dapat menyebabkan
reaksi alergi
• Metode pengukuran LFG yg banyak digunakan
(sesuai urutan akurasinya) :
• klirens inulin
• klirens 51Cr-EDTA
• klirens kreatinin
• klirens urea
• konsentrasi serum kreatinin dan urea
4
5. • Petanda LFG yg sangat umum dilakukan : klirens
kreatinin dan kreatinin serum
• Klirens kreatinin :
• memberi informasi lebih akurat fungsi ginjal
• keterbatasan
- preanalitik : pengumpulan urine
- analitik : interferensi dengan senyawa lain (pada
metode Jaffe)
- fisiologis : sekresi kreatinin dari penderita
dengan LFG menurun
5
6. • Kreatinin serum :
• cara murah, cepat dan mudah
• keterbatasan :
- kurangnya sensitivitas (<50%) mengukur kerusakan
ginjal
- mendeteksi perubahan LFG kurang cepat
- senyawa tertentu (bilirubin, asam urat, asam
askorbat, piruvat, sefalosporin, metildopa)
menyebabkan oversestimasi nilai kreatinin sampai
20%
- interferensi lain (massa otot, aktivitas fisik, nutrisi,
proses inflamasi)
6
7. • Keterbatasan klirens kreatinin dan kreatinin serum
→ petanda lain untuk menilai LFG yaitu protein
berat molekul rendah : sistatin C, α-1
microglobulin, β2-microglobulin, retinol binding
protein dan complement factor D
• Dalam menilai LFG : Sistatin C serum lebih baik
dibandingkan klirens kreatinin, kreatinin serum
dan beberapa protein berat molekul rendah
7
8. Biokimiawi Sistatin C
• Sistatin C :
• tahun 1961, Clausen menemukan band pada
elektroforesis dalam cairan serebrospinal : human γ-
trace → tahun 1984 : sistatin C
• non-glycosylated basic protein berfungsi sebagai
inhibitor terhadap sistim protease
• ditemukan pada semua cairan tubuh
• diproduksi oleh semua sel berinti
• dieleminasi melalui filtrasi glomerulus
8
9. Tabel 1. Gambaran biokimiawi sistatin C pada
manusia (Filler G, 2005)
9
10. Patofisiologi Sistatin C
• Ketidak seimbangan antara sistatin C dan proteinase
sistein dihubungkan dengan inflamasi, gagal ginjal,
keganasan, penyakit alzheimer, sklerosis multipel dan
angiopati amiloid sistatin C heriditer
• Kadar sistatin C meningkat : penyakit otoimun, tumor
rektal colon dan metastasis, penderita dialisis
• Kadar sistatin C rendah menjadi faktor risiko kejadian
kardiovaskuler (infark miokard, penyakit jantung koroner
dan angina pektoris)
10
11. Pemeriksaan Laboratorium
• Spesimen : darah vena berupa serum maupun
plasma (plasma EDTA atau plasma heparin)
• Persiapan penderita : tidak perlu puasa
• Stabilitas analit : molekul sistatin C sangat stabil
terhadap pengaruh fisik dan kimiawi
• Tidak terdapat perbedaan kadar sistatin C spesimen
segar dan spesimen yang disimpan pada suhu ruang,
1 minggu pada suhu 4O C atau -20O C
• Perbedaan bermakna bila disimpan selama 2 bulan
pada suhu -20O C
11
13. • Metode pemeriksaan :
Tabel 3. Ringkasan metode pemeriksaan sistatin C
(Newman DJ, 2002)
13
14. • Metode yang disetujui oleh FDA untuk kepentingan
klinis :
1. Particle Enhanced Turbidimetric ImmunoAssay
(PETIA)
2. Particle Enhanced Nephelometric ImmunoAssay
(PENIA)
14
15. Particle Enhanced Turbidimetric ImmunoAssay (PETIA)
• Prinsip : partikel lateks dikonjugasikan dgn rabbit
anti human cystatin c antiserum + sampel serum (Ag
sistatin C) → kompleks Ag-Ab → absorbsi cahaya
• Stickle dkk (1998), mengukur sistatin C serum pada
anak usia 4-12 thn : sensitivitas 80%, spesifisitas
91%; usia 12-19 thn : sensitivitas 87%, spesifisitas
100%
• Bokenkamp dkk (2001), mengukur sistatin C serum
pada fetus : sensitivitas 63,6%, spesifisitas 91,8%
15
16. Particle Enhanced Nephelometric immunoAssay
(PENIA)
• Prinsip : partikel lateks dikonjugasikan dgn rabbit anti
human cystatin c antiserum + sampel serum (Ag
sistatin C) → kompleks Ag-Ab → memedarkan
cahaya → nefelometer
• Coll dkk (2000), mengukur sistatin C serum
memakai baku emas 125I-labeled iothalamate :
sensitivitas 93,4% spesifisitas 100%
• Merupakan pemeriksaan yg lebih sensitif
dibandingkan PETIA
16
17. • Interval nilai rujukan kadar sistatin C
• Konsentrasi sistatin C dapat ditemukan dalam cairan
tubuh
Tabel 4. Konsentrasi normal sistatin C pada
cairan tubuh manusia (Filler G, 2005)
17
18. • Finney H dkk (2000), kadar sistatin C serum :
- usia 1 hari : 1,64-1 mg/L
- usia 1 tahun : 0,8 mg/L tetap konstan sampai 50 thn
- wanita : 0,50-0,96 mg/L
- pria : 0,57-0,96 mg/L
• Filler G dkk (2005) melaporkan kadar sistatin C serum:
- bayi baru lahir : 2,8 mg/L
- usia 4-19 thn : 0,75 ± 0,089 mg/L
- usia 20-59 thn pria : 0,74 ± 0,100 mg/L
wanita : 0,65 ± 0,085 mg/L
- usia ≥ 60 thn : 0,83 ± 0,103 mg/L.21
18
19. Kegunaan Pemeriksaan Sistatin C
• Mengukur LFG, diagnosis dan pemantauan
penderita yg diperkirakan mengalami penurunan
fungsi ginjal, misal pada :
• penderita glomerulonefritis
• penderita dengan penyakit tubulointerstisial
• penderita nefropati diabetik
• pemantauan fungsi ginjal pada penderita pasca
transplantasi ginjal
19
20. • pemantauan penderita yang diterapi obat-obatan
yang nefrotoksik, misalnya kemoterapi untuk kanker
• penderita sirosis hati, terutama Child B dan C
• penderita ascites
• penderita diabetes melitus tipe 2
• penderita dengan penyakit renovaskular
• menentukan prognosis penderita IgA nefropati
20
21. Perkiraan LFG menggunakan Sistatin C
• Perkiraan LFG menggunkan formula sistatin C telah
diteliti dr. Arnal dkk
74,83
• Rumus: GFR est.=
Cyst C1/0,75
21
23. Peran Sistatin C Sebagai Petanda LFG Dalam
klinis
• Sistatin C pada populasi anak
Pemeriksaan sistatin C sangat bermanfaat dan sederhana
untuk indentifikasi penurunan LFG pada anak karena :
• tidak tergantung usia dan ukuran tubuh
• menggambarkan LFG yang terganggu lebih baik dibanding
kreatinin (sensitivitas tinggi dan spesifisitas tinggi)
• tidak menembus barrier plasenta
• indikator dini untuk fungsi allograft ginjal dan recovery
fungsi ginjal
23
24. • Sistatin C pada populasi usia lanjut
• Pemeriksaan sistatin C lebih dapat dipercaya
dibandingkan kreatinin serum untuk penentuan LFG
karena sistatin C tidak dipengaruhi usia dan massa
otot
• Beberapa peneliti menilai LFG mengunakan formula
berdasarkan kreatinin: Cockroft-Gault dan MDRD →
sistatin C lebih baik dalam mendeteksi awal
kelainan ginjal pada usia lanjut
24
25. • Sistatin C pada Sirosis Hati
• Penentuan LFG merupakan petanda sensitif untuk
keparahan disfungsi hati pada keadaan sirosis hati
• Pemeriksaan kreatinin serum dan formula Cockroft-
Gault memiliki keterbatasan sebagai prediktor LFG
karena :
- kadar kreatinin serum rendah
- terjadi overestimasi LFG pada aplikasi formula
Cockroft-Gault karena karena kadar kreatinin serum
rendah dan adanya ascites dan edema
• Kadar sistatin C plasma tidak dipengaruhi oleh
decompensated liver cirrhosis
25
26. • Sistatin C pada DM tipe 1
• Gagal ginjal terjadi pada ±30% penderita DM1
• Buysschaert M dkk (2003): Perkiraan LFG
menggunakan sistatin C serum lebih akurat
dibandingkan kreatinin serum, estimasi klirens
kreatinin dan formula Cockroft-Gault
26
27. • Sistatin C pada disfungsi tiroid
• Status tiroid mempengaruhi metabolisme →
mempengaruhi produksi sistatin C → kadar
sistatin C lebih rendah pada hipotiroid dan lebih
tinggi pada hipertiroid.
• Penentuan LFG : sistatin C tidak dapat
digunakan sedangkan kreatinin serum dan
formula Cockroft-Gault dinilai lebih baik
27
28. • Sistatin C pada Artritis Reumatoid
• Artritis Reumatoid : penyakit kronis yg membutuhkan
OAINS yang potensial nefrotoksik
• Mangge dkk (2000), penentuan LFG : korelasi sistatin
C dan klirens kreatinin lebih baik dibandingkan
korelasi kreatinin serum dan klirens kreatinin →
sistatin C dipakai untuk uji saring pemeriksaan
LFG pada Artritis Reumatoid
28
32. Kelebihan Cystatin C dibandingkan dengan Kreatinin
Sifat dan Keadaan Cystatin C Kreatinin
- + Dipengaruhi sekresi tubulus dan
Overestimate LFG
massa otot
Sensitivitas 93,4% 86,8%
Spesifisitas 100% 92,15%
Pengganggu Pemeriksaan - Bilirubin, keton, trigliserida dan Hb
Pengaruh pada jumlah produksi - Dipengaruhi massa otot, asupan daging
Faktor dari ginjal, eliminasi - Dipengaruhi LFG, sekresi tubulus
- Keradangan, penyakit hati, latihan fisik,
Faktor-faktor diluar ginjal jenis kelamin, umur
32