Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).
Menurut Harvey (2000), validasi merupakan suatu proses evaluasi kecermatan dan keseksamaan yang dihasilkan oleh suatu prosedur dengan nilai yang dapat diterima.
Pemeriksaan hematologi lengkap: Eritrosit, leukosit, trombosit. Complete blood count: erythrocyte, leukocyte and thrombocyte in Bahasa Indonesia.
Darah, diproduksi dalam sumsum tulang dari sel yang disebut pluripotential stem cell (PSC). Rata-rata orang dewasamemiliki 5,5 liter darah. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma dan sel darah, dengan komposisi 55% darah merupakan plasma darah dan sisanya 45% adalah sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari 3 komponen,yaitu: Protein, air dan waste product. Sel darah juga terdiri dari 3 komponen,yaitu: sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
Pada kondisi normal, hanya sel-sel matang yang ditemukan dalam sirkulasi. Perubahan dalam produksi dan fungsi dari sel-sel darah menyediakan informasi untuk pertimbangan diagnosis, prognosis, respon terhadap terapi yang diberikan dan penyembuhan pasien.Perhitungan darah lengkap dilakukan untuk mendapatkan gambaran perubahan yang dimaksud.
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah terdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transpor oksigen. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik.
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasiWelly Indriani
Perubahan kondisi lingkungan akan diikuti oleh perubahan fisiologis organisme. Salah satu perubahan fisiologis adalah proses osmoregulasi sebagai wujud respons organisme terhadap perubahan osmositas lingkungannya.
1. TUTOR KIMIA KLINIK I
PEMERIKSAAN CAIRAN PLEURA
OLEH :
HENNY RAHMAR R.Y, dr
PEMBIMBING:
Dr.dr SIDARTI SOEHITA SFHS ,MS ,SpPK(K)
2. Pendahuluan
o Pleura merupakan membran tipis terdiri dari dua
lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis.
Dalam keadan normal berisi cairan dalam jumlah
sedikit yang disebut cairan pleura.
o Cairan pleura berfungsi sebagai pelicin bagi
permukaan membran dalam pergerakan masing-
masing organ
3. o Merupakan filtrat dari plasma yang terus menerus
direabsorbsi sehingga selalu dalam keadaan jumlah
yang tetap .
o Pleura seringkali mengalami perubahan kondisi yang
dapat menimbulkan akumulasi cairan pleura disebut
efusi pleura.
5. Untuk membantu menegakkan diagnosis
penyebab efusi pleura diperlukan beberapa
macam pemeriksaan laboratorium,antara lain:
1. Pemeriksaan makroskopis
2. Pemeriksaan jumlah sel
3. Pemeriksaan hitung jenis
4. Pemeriksaan kimia
6. II.Patofisiologi cairan pleura
Normal cairan pleura terbentuk karena tekanan
hidrostatis pada pleura parietalis > tekanan
onkotik, filtrat masuk rongga pleura.
Reabsorbsi pleura viseralis karena tekanan onkotik
pada pleura viseralis > tekanan hidrostatis pleura
viseralis
7. terdapat keseimbangan antara produksi oleh pleura
parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis.
dipertahankan oleh keseimbangan tekanan
hidrostatis dan tekanan onkotik pleura parietalis dan
pleura viseralis
8. Cairan Pleura transudat dan eksudat
Cairan pleura dapat dibedakan menjadi transudat dan
eksudat,
Transudat terjadi karena penyakit bukan
keradangan, eksudat terjadi karena adanya
proses keradangan.
9. Cairan pleura eksudat memenuhi paling tidak salah
satu dari tiga kriteria dibawah ini:
1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
2. LDH cairan pleura/LDH serum > 0,6
3. LDH cairan pleura > 2/3 LDH serum LDH
(>200 IU)
10. Jenis Transudat Eksudat
pemeriksaan
Kadar protein <3g/dl >3g/dl
efusi
Kadar protein <0,5 >0,5
efusi/serum
Kadar LDH efusi <200IU >200IU
Kadar LDH <0,6 >0,6
efusi/serum
Berat jenis efusi <1,106 >1,106
lekosit <1000/mm3 >1000/mm3
Rivalta Negatif Positif
11. IV. Komposisi Cairan Pleura
Kedua lapisan pleura berfungsi sebagai membran
semipermeabel, sehingga konsentrasi dari molekul-
molekul kecil seperti glukosa relatif sama antara
cairan pleura dengan plasma darah.
Konsentrasi makromolekul-makromolekul seperti
albumin lebih rendah pada cairan pleura
dibandingkan dalam plasma
12. Komposisi normal cairan pleura
TUTOR KIMIA KLINIK PUTARAN I
volume 0,1-0,2 ml/kg
Sel/mm3 1000-2000
ANALISIS CAIRAN PLEURA
% sel mesothelial 3-70%
% monosit 30-75%
% LImfosit 2-30%
% granulosit 10%
Protein 1-2g/dl OLEH
% albumin dr. SULUH
50-70% WIDYANARWAN
Glukosa =plasma level PEMBIMBING
LDH DR.dr.SIDARTI <SOEHITAlevel
50% plasma SFHS,MS.SpPK(K)
pH >plasma
13. INDIKASI PUNGSI CAIRAN PLEURA
Indikasi Diagnostik
Indikasi Terapeutik
VI. KONTRA INDIKASI PUNGSI PLEURA
Tidak ada kontra indikasi absolut
Kelainan faal hemostasis merupakan kontra
indikasi relatif.
14. VII. PENGUMPULAN SAMPEL
Pengambilan dan perlakuan sampel yang benar
menghasilkan informasi bagi diagnosis yang tepat
Perlu kerjasama yang baik antara klinisi dengan
laboratorium
15. Cairan pleura dibagi beberapa tabung :
5 – 7 ml tabung EDTA pemeriksaan makroskopis,
hitung jumlah sel, morfologi sel dan hitung jenis sel
7-10 ml tabung heparin pemeriksaan kimia
protein, glukosa, Lactate dehidrogenase ( LDH )
7-10 ml tabung heparin steril untuk kultur,
pengecatan gram,BTA
25ml atau lebih dalam wadah dengan antikoagulan
heparin untuk pemeriksaan sitologi
16. Macam Pemeriksaan Cairan Pleura
. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis petunjuk macam dan jenis cairan
pleura
Transudat : jernih, kuning bersih,tidak berbau dan tidak
membentuk bekuan
Cairan pleura hemorhagis ( hematokrit > 1% )
trauma, keganasan atau infark pulmonal
Cairan pleura dengan hematokrit > 50% hematokrit darah
hemothoraks
17. gambaran makroskopis cairan pleura :
Transudat : jernih kekuningan
Eksudat : kuning atau kuning kehijauan
Kilotoraks : Putih
Empiema : Kental dan keruh
Empiema anaerob : Berbau busuk
Mesotelioma maligna : Sangat kental dan berdarah
18. . Hitung Jumlah Sel
o metode manual menggunakan kamar hitung masih
merupakan metode pilihan.
o menggunakan kamar hitung Improved Neubauer.
o Penghitungan dilakukan pada area 9 mm persegi / 9
kotak kamar hitung
19. Pipet larutan Turk dgn pipet lekosit dari Thoma
sampai tanda 1
pipet sampel sampai tanda 11( pengenceran 10/9
kali).
Campur 3 – 4 menit masukkan ke kamar hitung.
Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran
obyektif 10 kali
hitung jumlah lekosit di seluruh kamar hitung 3mm x
3mm, kedalaman 0,1 mm
Misal diperoleh n sel,maka jumlah sel /mm3=1/0,9 x
n 10/9=100/81 n
20. Rumus penghitungan :
Volume kamar hitung = 3 mm x 3 mmx 0,1 mm3 = 0,9
mm3
Sampel diencerkan 10/9 kali
Jumlah sel lekosit = n sel
maka jumlah lekosit / mm3adalah :
1/0,9 x 10/9 x n = 100/81n sel/mm3
=5/4 n sel
21. Interpretasi hasil :
jumlah lekosit < 1000 / mm3 transudat
jumlah lekosit antar 500 – 2500 /mm3
neoplasma dan tuberkulosis .
Jumlah lekosit > 10.000 / mm3 dengan
dominasi sel polimorfonuklear seringkali
karena infeksi piogenik
22. VIII.3. Hitung Jenis
o Hitung jenis lekosit seringkali lebih
memberikan informasi penyebab efusi
pleura dibandingkan jumlah lekosit total.
o Dibedakan antara sel mononuklear dan
polinuklear.
23. Sampel disentrifus
2000 rpm 10 menit
sedimen dibuat preparat hapusan
Hapusan dicat dengan cat Wright atau metilen biru
Dihitung sel mononuklear dan polinuklear dari 100
lekosit
24. Interpretasi hasil :
o Dominasi Limfosit mendukung dugaan neoplasma,
limfoma atau tuberkulosis.
o Dominasi lekosit Polimorfonuklear sering pada
pneumonia dan infeksi virus.
o Eosinofilia pada efusi pleura ( > 10 persen ) seringkali
tidak spesifik , dapat terjadi pada alergi,emboli paru,
poliarteristis nodusa, infeksi parasit dan jamur
asbestos
25. . Pemeriksaan Kimia
VIII.4.1. Tes Rivalta
o Untuk membedakan transudat dengan eksudat
o Prinsip : Protein + Asam asetat Presipitasi
Cara kerja :
o Masukkan 100 cc aquades ke dalam tabung reaksi
o Teteskan Asam asetat Glacial 96 % sebanyak 3 tetes
o Aduk hingga homogen pH 4 - 5
o Teteskan sampel yang akan diperiksa ke dalam
tabung reaksi tersebut
28. VIII.4.2. Pemeriksaan Kadar Protein
Prinsip :
o Penentuan kadar protein cairan pleura sama dengan
yang dilakukan pada cairan serebrospinal yaitu dengan
cara spektrofotometri
o Larutan asam sulfosalisilat 3% ( SSA ) bila dicampur
dengan protein akan timbul kekeruhan koloidal.
o Diukur dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 340 nm dan dibandingkan dengan larutan
standar.
29. o Larutan standard protein yang kadarnya diketahui,
misal 5 g/L diambil 0,1 ml kemudian ditambah 0,9 ml
PZ, berarti diencerkan 10 kali sehingga
kadarnyamenjadi 0,5g/L.
Kadar Sampel = OD sampel x kadar larutanstandar
OD standar ( 0,5 )g/L
= ....... g/L
Untuk konversi ke mg/dl dikalikan 100
30. PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA
.
o Kadar glukosa cairan pleura normal, +/- sama dengan
kadar glukosa dalam serum.
o Pemeriksaan kadar glukosa cairan pleura dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan kadar glukosa
serum.
o Kadar glukosa cairan pleura < 60 mg/dl atau rasio
kadar glukosa cairan pleura / kadar glukosa serum
< 0,5 eksudat atau reumatoid pleuritis.
o Juga dpat pada keganasan,tuberkulosis atau infeksi
bakterial.
31. Cara kerja
• Bila sampel jernih, langsung ditambahkan reagen
untuk pemeriksaan glukosa kemudian diperiksa
dengan spectrofotometer / autoanalyzer.
• bila sampel keruh disentrifus dahulu, diambil
supernatannya dan ditambahkan reagen untuk
pemeriksaan glukosa diperiksa dengan
spektrofotometer / autoanalyzer.
32. Interpretasi Hasil :
• Normal kadar glukosa cairan pleura 45 – 80 mg/dl
(20 mg lebih rendah dibandingkan kadar glukosa
darah)
33. VIII.4.4. PEMERIKSAAN KADAR LAKTAT
DEHIDROGENASE
o Kadar LDH cairan pleura meningkat secara
proporsional dengan derajat inflamasi yang terjadi.
o Penentuan kadar LDH dapat dipakai untuk informasi
tambahan dalam membedakan transudat dan
eksudat.
34. o Penurunan kadar LDH perbaikan pada proses
inflamasi
o Kadar LDH meningkat inflamasi memburuk
perlu dilakukan tindakan atau pengobatan yang lebih
agresif.
Lactate +NAD+ LD Pyruvate +NADH + H+
o
35. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
o Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan dengan
pengecatan gram dan pengecatan BTA
o mencari penyebab dari efusi pleura yang disebabkan
oleh infeksi.
o Seringkali perlu dilakukan kultur kuman.