This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a signal antibody linked to an enzyme to quantify levels. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan penyakit sipilis, termasuk prevalensi, gejala, penularan, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi hasilnya.
2. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel T dan menurunkan kekebalan tubuh, sementara sipilis disebabkan bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.
3. Pemeriksaan laboratorium unt
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a signal antibody linked to an enzyme to quantify levels. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan penyakit sipilis, termasuk prevalensi, gejala, penularan, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi hasilnya.
2. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel T dan menurunkan kekebalan tubuh, sementara sipilis disebabkan bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.
3. Pemeriksaan laboratorium unt
Fosfatase dan GGT (Gamma Glutamil Transpeptidase) merupakan enzim-enzim penting yang digunakan untuk mendeteksi penyakit hati. Fosfatase alkali meningkat pada penyakit hati dan tulang, sementara GGT lebih sensitif mendeteksi kerusakan hati akibat alkohol atau penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar. Uji enzim-enzim ini sangat berguna untuk pemeriksaan fungsi hati.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar dasar-dasar imunoasai (serologi) yang mencakup konsep dasar reaksi antara antigen dan antibodi, komponen penting antibodi, dan berbagai jenis uji serologi seperti uji presipitasi, aglutinasi, dan imunofluoresensi.
2. Beberapa teknik uji serologi yang dijelaskan antara lain uji ELISA, RIA, dan uji aliran samping menggunakan label seperti enzim dan
Teks tersebut membahas pengantar pengendalian mutu laboratorium. Ia menjelaskan definisi mutu dan pentingnya mutu bagi laboratorium klinik. Ada tiga tahap pemantapan mutu internal yaitu pra-analitik, analitik, dan pasca-analitik, yang bertujuan menjamin kualitas hasil pemeriksaan dan mencegah kesalahan. Teks ini juga membahas manfaat pemantapan mutu untuk meningkatkan kualitas dan kepercayaan terhadap hasil
Makalah ini membahas tentang pemeriksaan feses sebagai alat bantu diagnosis penyakit. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu: (1) definisi dan manfaat pemeriksaan feses, (2) indikasi penyakit yang dapat didiagnosis melalui feses, dan (3) prosedur pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis beserta interpretasi hasilnya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Laboratorium patologi anatomi adalah laboratorium klinik khusus yang melakukan pemeriksaan spesimen jaringan dan sel untuk mendukung diagnosis penyakit. Laboratorium ini dibantu oleh tenaga analis kesehatan yang memiliki kompetensi khusus dalam mempersiapkan dan memeriksa spesimen.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Tes substitusi merupakan tes lanjutan untuk mengetahui gangguan faktor koagulasi secara lebih terinci. Tes ini dilakukan dengan mencampur plasma penderita dengan plasma kontrol, plasma yang mengandung faktor defisiensi, atau plasma tua/terabsorpsi untuk mengetahui faktor mana yang mengalami defisiensi. Hasil tes substitusi dapat menunjukkan defisiensi faktor VIII, IX, XI, XII, dan lainnya.
Makalah ini membahas tentang Uji Widal untuk mendeteksi antibodi terhadap Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid. Uji Widal menggunakan berbagai antigen seperti O, H, Vi, dan OMP untuk mengetahui status infeksi melalui interpretasi hasil uji."
Dokumen tersebut membahas pentingnya mutu dalam layanan laboratorium klinik. Mutu hasil pemeriksaan dan layanan yang memenuhi standar dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan dokter, serta mendukung kelancaran bisnis laboratorium. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai ukuran mutu seperti akurasi, presisi, sensitivitas, dan spesifisitas; serta penggunaan kontrol kualitas dan aturan Westgard untuk memantau kualitas
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%Dewi Fitriani
Dokumen ini memberikan instruksi tentang pembuatan suspensi eritrosit dengan berbagai kepekatan (2%, 5%, 10%, 40%, 50%) untuk mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi. Darah yang telah dicuci akan diencerkan dengan larutan saline sesuai perbandingan tertentu untuk mendapatkan berbagai kepekatan suspensi eritrosit yang akan digunakan sebelum transfusi darah atau tes medis lain.
Komplemen dan sitokin merupakan mediator penting dalam sistem kekebalan tubuh. Komplemen terdiri dari protein-protein yang mengaktifkan reaksi proteolisis pada permukaan mikroba untuk membunuh patogen, sedangkan sitokin adalah polipeptida yang mengatur respon imun dan inflamasi. Kedua sistem ini saling berinteraksi untuk menghasilkan respon kekebalan yang efektif terhadap patogen.
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Fosfatase dan GGT (Gamma Glutamil Transpeptidase) merupakan enzim-enzim penting yang digunakan untuk mendeteksi penyakit hati. Fosfatase alkali meningkat pada penyakit hati dan tulang, sementara GGT lebih sensitif mendeteksi kerusakan hati akibat alkohol atau penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar. Uji enzim-enzim ini sangat berguna untuk pemeriksaan fungsi hati.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar dasar-dasar imunoasai (serologi) yang mencakup konsep dasar reaksi antara antigen dan antibodi, komponen penting antibodi, dan berbagai jenis uji serologi seperti uji presipitasi, aglutinasi, dan imunofluoresensi.
2. Beberapa teknik uji serologi yang dijelaskan antara lain uji ELISA, RIA, dan uji aliran samping menggunakan label seperti enzim dan
Teks tersebut membahas pengantar pengendalian mutu laboratorium. Ia menjelaskan definisi mutu dan pentingnya mutu bagi laboratorium klinik. Ada tiga tahap pemantapan mutu internal yaitu pra-analitik, analitik, dan pasca-analitik, yang bertujuan menjamin kualitas hasil pemeriksaan dan mencegah kesalahan. Teks ini juga membahas manfaat pemantapan mutu untuk meningkatkan kualitas dan kepercayaan terhadap hasil
Makalah ini membahas tentang pemeriksaan feses sebagai alat bantu diagnosis penyakit. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu: (1) definisi dan manfaat pemeriksaan feses, (2) indikasi penyakit yang dapat didiagnosis melalui feses, dan (3) prosedur pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis beserta interpretasi hasilnya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Laboratorium patologi anatomi adalah laboratorium klinik khusus yang melakukan pemeriksaan spesimen jaringan dan sel untuk mendukung diagnosis penyakit. Laboratorium ini dibantu oleh tenaga analis kesehatan yang memiliki kompetensi khusus dalam mempersiapkan dan memeriksa spesimen.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Tes substitusi merupakan tes lanjutan untuk mengetahui gangguan faktor koagulasi secara lebih terinci. Tes ini dilakukan dengan mencampur plasma penderita dengan plasma kontrol, plasma yang mengandung faktor defisiensi, atau plasma tua/terabsorpsi untuk mengetahui faktor mana yang mengalami defisiensi. Hasil tes substitusi dapat menunjukkan defisiensi faktor VIII, IX, XI, XII, dan lainnya.
Makalah ini membahas tentang Uji Widal untuk mendeteksi antibodi terhadap Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid. Uji Widal menggunakan berbagai antigen seperti O, H, Vi, dan OMP untuk mengetahui status infeksi melalui interpretasi hasil uji."
Dokumen tersebut membahas pentingnya mutu dalam layanan laboratorium klinik. Mutu hasil pemeriksaan dan layanan yang memenuhi standar dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan dokter, serta mendukung kelancaran bisnis laboratorium. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai ukuran mutu seperti akurasi, presisi, sensitivitas, dan spesifisitas; serta penggunaan kontrol kualitas dan aturan Westgard untuk memantau kualitas
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%Dewi Fitriani
Dokumen ini memberikan instruksi tentang pembuatan suspensi eritrosit dengan berbagai kepekatan (2%, 5%, 10%, 40%, 50%) untuk mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi. Darah yang telah dicuci akan diencerkan dengan larutan saline sesuai perbandingan tertentu untuk mendapatkan berbagai kepekatan suspensi eritrosit yang akan digunakan sebelum transfusi darah atau tes medis lain.
Komplemen dan sitokin merupakan mediator penting dalam sistem kekebalan tubuh. Komplemen terdiri dari protein-protein yang mengaktifkan reaksi proteolisis pada permukaan mikroba untuk membunuh patogen, sedangkan sitokin adalah polipeptida yang mengatur respon imun dan inflamasi. Kedua sistem ini saling berinteraksi untuk menghasilkan respon kekebalan yang efektif terhadap patogen.
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Lipoprotein(a) atau Lp(a) merupakan kompleks LDL yang berikatan dengan apolipoprotein(a) melalui jembatan disulfida. Kadar Lp(a) dipengaruhi oleh variasi genetik dan faktor lingkungan seperti alkohol dan asam lemak tak jenuh. Lp(a) bersifat aterogenik dengan meningkatkan proses aterogenesis, inflamasi plak, dan trombosis melalui berbagai mekanisme.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem imun tubuh, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari invasi patogen seperti bakteri dan virus. Sistem imun terdiri atas sistem imun non-spesifik yang bereaksi secara cepat terhadap patogen, dan sistem imun spesifik yang mampu mengenali dan menghancurkan patogen secara spesifik. Kedua sistem ini saling berkolaborasi untuk memberikan perlindungan yang efektif bagi tubuh.
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a labeled secondary antibody for detection. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of high values are also
REVISI 4 - Stabilitas Dari Waktu ke Waktu pada Fraksi Trombosit Muda dan Perb...YoanRahmah
1. Penelitian ini membandingkan stabilitas parameter immature platelet fraction (IPF) antara sampel darah yang dikumpulkan dengan ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) dan sodium citrate dari waktu ke waktu.
2. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara nilai IPF pada sampel EDTA dan citrate. IPF juga stabil hingga 24 jam pada sampel EDTA dan 6 jam pada sampel citrate.
3. Penelitian ini menunjukkan potensi peng
Dokumen ini membahas tentang elektroforesis protein. Metode ini memanfaatkan perbedaan muatan dan ukuran molekul protein untuk memisahkannya. Protein akan bergerak di dalam media penyangga sesuai dengan muatannya menuju kutub yang berlawanan. Dokumen ini menjelaskan prinsip, komponen, prosedur, dan pembacaan hasil elektroforesis protein.
Kelompok 8 - A Highly Selective Amperometric Biosensor Array for Simultaneous...nursekti2
Biosensor array mampu mendeteksi 6 senyawa sekaligus yaitu glukosa, glutamat, asetilkolin, kolin, piruvat, dan laktat dengan menggunakan enzim yang berbeda untuk setiap senyawa. Biosensor ini memiliki reprodusibilitas yang tinggi meskipun dipengaruhi pH dan konsentrasi buffer.
Teks ini membahas tentang pengujian antibodi antinuklir (ANA) pada penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). Metode pengujian ANA meliputi pemeriksaan imunofluoresensi pada sel Hep-2, tes ELISA, dan tes strip Euroline. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau SLE karena keberadaan ANA dapat menunjukkan aktivitas penyakit.
The document discusses flow cytometry and its clinical application in monitoring CD4 T lymphocyte counts. Flow cytometry works by passing fluorescent-labeled cells in a fluid stream through a laser which causes fluorescence. Detectors then measure the cells' light scattering and fluorescence properties to characterize the cells and identify subsets. The document provides details on using the BD FACSCalibur flow cytometer to measure CD4 counts via two-color staining and gating on T lymphocyte populations. Normal CD4 values in adults and children are listed.
The document discusses viral load testing using NASBA (Nucleic Acid Sequence-Based Amplification) technology. It describes the NASBA process which uses 3 enzymes to amplify viral RNA or DNA in one temperature. The document provides examples of using NASBA to test viral load in HIV samples and discusses the benefits of NASBA including its high throughput, minimal hands-on time, and ability to detect down to 10-10^7 copies/ml.
Teks ini membahas tentang elektroforesis kapiler menggunakan alat Minicap untuk memisahkan molekul seperti protein, lipoprotein, isoenzim, dan hemoglobin. Metode ini bekerja dengan memisahkan molekul berdasarkan kecepatan elektroforesisnya dalam tabung kapiler dengan diameter 100 μm yang dipengaruhi pH elektrolit dan aliran elektroosmosis. Teks ini juga menjelaskan prosedur dan komponen elektroforesis protein, hemoglobin, dan immunotyping
This document discusses thyroid hormone tests (T3, T4, TSH, fT4) and their principles, procedures, and clinical significance. It describes the hormones T3 and T4, how they are regulated by the hypothalamus-pituitary-thyroid axis, and common thyroid disorders like hypothyroidism and hyperthyroidism. It provides details on specific assays for the hormones, including radioimmunoassay, immunoradiometric assay, enzyme immunoassay, and electrochemiluminescent assay. Reference ranges and clinical implications of test results are also covered.
1. Western Blot dan RIBA merupakan tes konfirmasi untuk infeksi HIV yang mendeteksi antibodi terhadap protein inti, polimerase, dan envelope virus HIV.
2. Terdapat perbedaan antara Western Blot dan RIBA dalam hal protein yang digunakan sebagai antigen.
3. Hasil tes dapat negatif palsu, indeterminate, atau positif tergantung pola protein HIV yang terdeteksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar antigen CA 125 dengan metode ELISA untuk skrining, diagnosis, pemantauan terapi, dan prognosis kanker ovarium. Metode ELISA digunakan karena ekonomis dan sensitivitas yang tinggi. Kadar CA 125 yang meningkat dapat menandakan adanya kanker ovarium.
Tinjauan pustaka mengenai trombositopenia pada demam berdarah dengue membahas mekanisme penyebabnya yaitu supresi sumsum tulang, aktivasi dan destruksi trombosit oleh virus, serta disfungsi trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit penting untuk diagnosis dan pemantauan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Terapi trombositopenia meliputi transfusi trombosit dalam kondisi tertentu.
Thrombelastography (TEG) adalah tes koagulasi yang dilakukan di samping pasien untuk mengukur berbagai parameter koagulasi dalam 30 menit. TEG dapat digunakan untuk memantau koagulasi pada operasi jantung dan transplantasi hati serta mendeteksi gangguan koagulasi pada pasien trauma.
Tinjauan pustaka ini membahas patogenesis, diagnosis, dan klasifikasi paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH). PNH disebabkan oleh mutasi gen PIG-A yang mengakibatkan defisiensi protein yang terikat pada permukaan sel seperti DAF dan CD59. Ini menyebabkan aktivasi komplemen yang berlebihan dan hemolisis. Diagnosis didasarkan pada tes komplemen seperti sucrose lysis test dan flow sitometri untuk mengukur defisiensi CD55 dan CD59. PNH dik
Dokumen tersebut membahas sindrom mielodisplastik yang merupakan kelompok penyakit neoplastik pada sel induk hemopoietik yang ditandai oleh kegagalan sumsum tulang dan kelainan sel darah. Dibahas pula patogenesis, diagnosis, klasifikasi, dan prognosis sindrom mielodisplastik menurut WHO dan terapi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur hitung jenis lekosit secara manual dan otomatis. Secara manual melibatkan pembuatan hapusan darah, pewarnaan, dan perhitungan secara visual di bawah mikroskop. Secara otomatis menggunakan berbagai metode seperti impedansi, scatter cahaya, dan fluoresensi untuk menghitung dan membedakan jenis lekosit dengan lebih cepat dan akurat. Kedua metode memiliki kelebi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan singkat tentang penggunaan alat otomatis Sysmex XE-2100 untuk pemeriksaan darah lengkap (CBC). Alat ini menggunakan teknologi kombinasi impedansi listrik dan aliran sitometri untuk menghitung parameter darah seperti eritrosit, leukosit, trombosit, hemoglobin, dan lainnya. Dokumen juga menjelaskan prinsip kerja, komponen utama, dan interferensi sampel yang dapat mempengaruhi
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang pengecatan sitokimia pada leukemia yang dapat membantu diagnosis dan klasifikasi tipe leukemia. Beberapa metode pengecatan yang dijelaskan antara lain mieloperoksidase, sudan black, PAS, LAP, dan nonspesifik esterase, beserta prinsip, reagen, dan interpretasi hasilnya.
Tutor ini membahas prosedur pewarnaan Gram, Ziehl-Neelsen, Neisser, dan Trichomonas untuk mengidentifikasi bakteri dan parasit. Pewarnaan Gram membedakan bakteri menjadi Gram positif dan negatif berdasarkan kemampuan mengikat zat pewarna. Ziehl-Neelsen digunakan untuk mengidentifikasi Mycobacterium. Neisser untuk melihat granula pada C. diphtheriae.
This document provides information about various antimicrobial susceptibility testing methods, including broth dilution, agar dilution, disc diffusion (Kirby-Bauer), and Etest. It discusses preparing bacterial inoculums, selecting antimicrobials, reading results, and factors that can influence zone sizes. Minimum inhibitory concentrations (MICs) and minimum bactericidal concentrations (MBCs) are determined. Chromogenic media can be used to rapidly identify organisms producing extended-spectrum beta-lactamases or vancomycin-resistant enterococci.
7. Tabel 2. Keuntungan & Kerugian Uji Presipitasi (Sheehan, 1990) TEHNIK KEUNTUNGAN KERUGIAN Capillary tube precipitation Mudah Tidak sensitif Waktu reaksi lama Semikuantitatif Radial immunodiffusion (RID) Sensitif Kuantitatif Waktu reaksi (kinetik : 18 jam; Endpoint : 48 jam) Hanya menentukan 1 Ag/ plate Double diffusion (Ouchterlony) Dapat mendeteksi Ag yg sama Semikuantitatif Waktu reaksi lama Counter immunoelectro phoresis (CIEP) Lebih cepat dibanding tes lainnya Semikuantitatif Immunoelectro phoresis (IEP) Sensitif Sedikit masalah dgn rasio Ag/ Ab Semikuatitatif Immunofixation electrophoresis (IFE) Sensitif Dapat mendeteksi variasi genetik dari Ag Semikuantitatif Rasio Ag/ Ab penting Rocket Technique (Laurell) Waktu reaksi cepat Kuantitatif Hanya menentukan 1 Ag / plate
8. FAKTOR YG MEMPENGARUHI Reaksi Presipitasi Mekanisme daya tahan tdk spesifik Sifat Ag Waktu & suhu (Handojo, 2003) Ratio Ag-Ab Elektrolit & pH
9. RADIAL IMMUNODIFFUSION (RID) dinginkan pd suhu kamar Antisera dalam agar 1 2 3 4 5 6 7 8 Tes serum Tes serum Tes serum Tes serum Tes serum Serum standar 50 – 80 jam cincin presipitasi (Handojo, 2003) Ukur diameter cincin presipitasi, tempatkan pd kurva standar menentukan kadar imunoglobulin secara kuantitatif Gel agarosa fase cair (50 o C) Antisera/ Ab
10. KECEPATAN DIFUSI Viskositas & Hidrasi gel Interaksi matriks gel & reaktan Ukuran molekul Berat molekul Ag Temperatur FAKTOR (Sheehan, 1990)
11. CARA PEMBACAAN RID Fahey, or kinetic diffusion. METODE Mancini, or endpoint diffusion. (Sheehan, 1990)
12.
13.
14.
15. HASIL Hasil dikali faktor pengenceran Hasil kurang dari standar (Sheehan, 1990)
16. KESALAHAN PEMBACAAN RID mengisi sumuran terlalu sedikit/ banyak menumpahkan serum pasien ke dalam gel agarosa melubangi samping sumuran Waktu&suhu Inkubasi tdk tepat hasil tdk akurat perlu diulang (Sheehan, 1990)
17.
18.
19. Tabel 3. Penentuan klinis menggunakan uji presipitasi (Sheehan, 1990) Uji Metode C-reactive protein Capillary tube precipitation Immunoglobulin quantitation IgG, total dan subklas IgA; IgM; IgD RID Protein komplemen C3; C4 RID Antigen mikroba CIEP Protein monoklonal (Serum, urine, & cairan serebrospinal) IEP dan IFE
30. REAKSI AGLUTINASI & PRESIPITASI (Sheehan, 1990) AGLUTINASI PRESIPITASI Partikel Ag tidak larut Ag larut Ag memp 2 antigenic determinants Ag memp 2 antigenic determinants Hsl Ag excess pd postzone Hsl Ag excess pd postzone Hsl Ab excess pd prozone Hsl Ab excess pd prozone Waktu reaksi : menit - jam Waktu reaksi : jam - hari Hsl : kualitatif/ semikuantitatif Hsl : kualitatif, semikuantitatif/ kuantitatif
31.
32.
33. Aktivasi komplemen jalur klasik, lectin & jalur alternatif. 3 jalur bertemu pd pemecahan C3 & pembentukan C5 convertase, penyebab jalur ahir lisis. MASP, mannose-binding lectin-associated serine protease; MBL, mannose-binding lectin. David, 2005