DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
REVOLUSI1911
1. Nama Kelompok :
Pandya Kusma Hutama (124284001)
Fery Widyatama (124284026)
Destya Adi Rahmawan (124284031)
Moch Aif Fahmi (124284032)
Noviary Sastra Asmara (124284038)
REVOLUSI 1911
Kekalahan demi kekelahan terhadap bangsa Barat, ketidak-cakapan kaisar-
kaisar terakhirnya dalam memrintah, serta penderitaan rakyat yang semakin
menjadi-jadi pada masa itu, mengakibatkan menguatnya sentiment anti-Manchu,
sehingga timbul berbagai pemberontakan dan gerakan rakyat. Merembesnya
pengaruh pemikiran demokrasi Barat melalui daerah-daerah ekstrateritorial asing
yang sebagian besar terletak di selatan China menjadi sebab mengapa sebagian
besar pemimpin pembaruan dan pergerakan berasal dari China Selatan.
Menyadari kondisi yang semakin genting, kerajaan menjanjikan
dibentuknya Dewan Rakyat tahun 1906 yang baru berhasil dibentuk 1910. Pada
kesempatan tersebut rakyat menuntut diadakan kabinet. Tuntutan itu dikabulkan,
tetapi rakyat tidak puas karena ketua yang diangkat adalah Pangeran Jing yang
terkenal korup. Selain itu, diantara 13 anggotanya, hanya 4 orang yang merupakan
bangsa Tionghoa, sisanya adalah keturunan Manchu.
Adanya ketidakpuasan rakyat ini, pemberontakan terus saja terjadi.
Diantara semua pemimpin pemberontakan dan pergerakan, yang paling
terkemuka adalah Sut Yat Sen. Selama dua tahun, Sun berdiam di daratan Eropa
sambil mempelajari berbagai pemikiran barat termasuk sosialisme. Dari sana ia
melanjutkan lawatannya ke Jepang dan tinggal selama dua tahun. Pada tahun
1905, Sun kembali ke Eropa dan dihadapan para mahasiswa Tionghoa di Brussel,
untuk pertama kalinya dipaparkan gagasannya mengenai Sanminzhuyi atau “Tiga
Asas Rakyat”. Setelah lolos dari penculikan, selama 15 tahun, Sun melawat ke
berbagai Negara demi menyebarkan gagasannya untuk memerdekakan China.
2. Suatu perkumpulan bernama Zhongguo Dongmenghui didirikannya, di mana
anggotanya harus berikrar untuk :
1. Mengusir bangsa Manchu
2. Merebut kembali China bagi bangsa Tionghoa
3. Mendirikan suatu negara berbentuk republik
4. Menyama-ratakan kepemilikan tanah
Orang Tionghoa di luar negeri banyak memberikan dukungan dana bagi
gerakan Dr. Sun ini sehingga makin memperlancar perjuangannya. Kaum
revolusioner semakin berani dengan menerbitkan pemberontakan untuk
membunuh jenderal pimpinan pasukan Manchu di Kanton pada tanggal 27 April
1911. Pemberontakan yang dipimpin oleh Huang Xing berhasil ditumpas dan 72
kaum revolusioner terbunuh atau dihukum mati.
Perkumpulan Dong Meng Hui yang diprakarsai oleh Dr. Sun Yat Sen
merencanakan untuk melaksanakan gerakan kembali pada akhir tahun tersebut.
Mereka hendak merebut kota Wuchang di provinsi Hubei. Namun, karena daftar
nama pemberontak terburu jatuh ke tangan pemerintah, gerakan itu harus
dilaksanakan dengan segera. Pada 9 oktober 1911, meledaklah bom di salah satu
gudang rahasia milik perkumpulan Tung Meng Hui di provinsi Hubei. Banyak
prajurit ditangkap, dokumen-dokumen rahasia kaum revolusioner dirampas oleh
raja muda di Hubei yaitu Jui Chang.
Pertempuran yang hebat terjadi ketika merebut kota Wuchang pada 10
Oktober 1911, yang sering disebut dengan istilah “Wuchang Day, double ten
nineteen eleven”. Wuchang sendiri adalah ibukota provinsi Hubei. Sebelum
terjadi pertempuran, pasukan revolusioner memotong rambutnya yang panjang
terlebih dahulu, yang sebelumnya diwajibkan oleh pemerintah Manchu sebagai
tanda rakyat taklukan. Pada waktu itu tidak ada seorangpun pemimpin dipihak
kaum revolusioner. Dr. Sun Yat Sen sedang berada di Amerika Serikat, demikian
juga pemimpin yang lain juga belum datang. Dengan situasi yang demikian,
kemudian pasukan revolusioner mengangkat Li Yuang Hung (seorang colonel
dalam tentara Manchu) untuk memihak kaum revolusioner dan sekaligus sebagai
3. pemimpin. Kemudian Li Yuang Hung mengumumkan bahwa pemerintah Manchu
telah digulingkan dan mengumumkan telah berdirinya RepublikChina.
Pada 12 Oktober 1911 provinsi-provinsi, satu persatu direbut pasukan
revolusi. Akibatnya dari 18 provinsi tinggal 2 provinsi saja yang masih dapat
dipertahankan oleh tentara Manchu yakni Henan dan Zhili. Dalam suasana yang
sudah terpojok, pemerintah Manchu mengangkat kembali bekas opsirnya yaitu
Yuan Shikai sebagai raja muda. Tugasnya adalah untuk memadamkan
pemberontakan. Namun, ia tidak mengambil tindakan tegas sehubungan dengan
hal itu. Sebagai usaha lain untuk memadamkan api revolusi, pada 22 Oktober
1911 dfewan nasional mengadakan siding darurat di Beijing. Pada 27 Oktober
1911, mereka menerima resolusi-resolusi yang menuntut agar kaum keluarga
kaisar tidak diperkenankan menjadi anggota kabinet serta izin bagi pembentukan
partai-partai politik. Untuk mengukuhkan hai ini, pada 30 Oktober 1911,
pemerintah dinasti Qing mengeluarkan 4 titah sekaligus.
Menyadari gawatnya keadaan, pemerintah Dinasti Qing mengangkat Yuan
Shikai sebagai perdana menteri pada tanggal 7 November menggantikan Pangeran
Qing yang mengundurkan diri. Pada tanggal 11 November, Dr. Wu Dingfang,
menteri luar negeri dalam cabinet pemerintahan revolusioner mengajukan tuntutan
kepada Pangeran Chun II selaku wali agar Kaisar Xuandong meletakkan
jabatannya. Tuntutan ini dijawab dengan mengangkat Yuan Shikai sebagai
penguasa sipil dan militer tertinggi untuk mengamankan posisi mereka yang
makin terjepit. Dua hari kemudian, kabinet baru dilantik, yang diantara
anggotanya hanya duduk tiga orang Manchu saja. Pangeran Chun II juga
mengangkat sumpah untuk mematuhi undang-undang dasar berisi 19 pasal yang
baru disahkan oleh Dewan Nasional. Sehingga pada saat itu, boleh dikatakan
terdapat dua pemerintahan, yakni Dinasti Qing yang masih berkuasa di utara serta
pemerintahan revolusioner di selatan.
Pemerintah revolusioner juga tidak tinggal diam dan berusaha menggalang
dukungan asing. Dr. Wu Dingfang, selaku menteri luar negeri, mengirimkan
penjelasan kepada duta-duta negeri asing mengenai tujuan revolusi tersebut. Ia
mengatakan bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa serta pemerintah
4. Dinasti Qing hendaknya menyadari bahwa mereka tidak memiliki kemungkinan
lagi untuk terus bertahan selamanya. Pangeran Chun II tidak dapat
mempertahankan kedudukannya dan mengundurkan diri pada tanggal 6
Desember. Satu bulan kemudian, yakni pada sekitar akhir Desember 1911,
kemenangan telah berpihak pada kubu revolusioner. Dengan harapan agar
masalah tersebut dapat diselesaikan melalui perundingan, Yuan Shikai
mengirimkan Tang Shaoyi ke Shanghai untuk melakukan pembicaraan dengan Dr.
Wu Dingfang. Tang tiba di Shanghai pada tanggal 17 Desember dan enam konsul
asing di kota tersebut menyatakan harapan mereka pada tanggal 20 Desember agar
pertikaian dapat diselesaikan secara damai. Dr. Wu tetap menuntut agar bentuk
pemerintahan monarki diganti dengan republik. Akhirnya, kedua pihak
menyetujui bahwa masalah bentuk pemerintahan ini akan diserahkan kepada
Dewan Nasional yang mewakili seluruh rakyat, dan pada tanggal 28 Desember,
pemerintah Dinasti Qing juga menyepakati hal ini.
Beberapa hari sebelumnya, Dr. Sun Yat Sen telah tiba di Shanghai dari
Amerika Serikat. Karena menyadari pentingnya dukungan asing bagi revolusi
mereka, Dr. Sun Yat Sen sebelum kembali ke China mengunjungi London terlebih
dahulu serta mengusahakan agar pihak Inggris membaatalkan pinjamannya
terhadap dinasti Qing. Sementara itu, para wakil provinsi mengadakan rapat di
Nanjing dan menyatakan keberpihakan mereka terhadap kaum revolusioner.
Mereka sepakat untuk mengangkat Dr. Sun Yat Sen sebagai presiden pemerintah
sementara Republik China yang dilantik pada 1 Januari 1911. Pada tanggal 1
Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal sebagai Republik China.
Sedangkan, tanggal 10 Oktober, yakni meletusnya revolusi di Wuchang menjadi
hari kemerdekaan China.
Sumber
http://ellapn.blogspot.com/2013/07/reolusi-china-1911.html (diakses Minggu, 4
Mei 2014)
Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Penerbit Ombak.