Dokumen tersebut membahas profil Kabupaten Jayapura yang meliputi data umum seperti luas wilayah, letak geografis, topografi, jenis tanah, dan ketinggian. Kabupaten Jayapura memiliki luas wilayah 17.516,6 km2 yang terbagi atas 19 distrik. Distrik Kaureh merupakan distrik terluas sedangkan Sentani Barat distrik terkecil. Sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian di bawah 500 mdpl. Jenis tanah utamanya
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
GEO-PROFIL
1. - 17 -
BAB III
PROFIL DAERAH KABUPATEN JAYAPURA
3.1. DATA UMUM
3.1.1. GOEGRAFI
3.1.1.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis
Kabupaten Jayapura dengan luas wilayah 17.516.6 Km² yang
terbagi dalam 19 Distrik 139 Kampung dan 5 Kelurahan terletak
diantara 1390
-1400
Bujur Timur dan 20
- 30
Lintang Utara. Distrik
Kaureh dengan luas Wilayah 4.537,9 Km2
merupakan Distrik terluas di
Kabupaten Jayapura atau sekitar 24,88 % dari keseluruhan luas
Kabupaten Jayapura dan Distrik Sentani Barat merupakan Distrik
yang luasnya terkecil dengan luas wilayah 129,2 Km2
atau sekitar
0,74 % dari luas Wilayah Kabupaten Jayapura.
Gambar 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Jayapura Menurut Distrik
Sumber: Pemerintah Kabupaten Jayapura
Letak Geografis Kabupaten Jayapura yaitu Bagian Barat
terletak pada 139°, 15’ Bujur Barat , Bagian timur terletak pada
140°, 45’ Bujur Timur, Bagian utara terletak pada 2°,15’ Lintang
Utara dan bagian Selatan terletak pada 3°, 45’ Lintang Selatan
dengan batas - batas wilayah :
2. - 18 -
Sebelah Utara Samudera Pasifik dan Kabupaten Sarmi.
Sebelah Selatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo
dan Kabupaten Tolikara.
Sebelah Timur dengan Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.
Sebelah Barat dengan Kabupaten Sarmi.
Jarak dari ibu kota Kabupaten ke ibu kota Distrik yang biasa
disinggahi kapal laut sebagai berikut:
Demta : 45 Mil Laut
Depapre : 35 Mil Laut
Sedangkan jarak terjauh dari Barat ke Timur 336 Km dan jarak
terjauh dari Utara ke Selatan 140 Km. Luas masing-masing Wilayah
Distrik sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1. Luas Wilayah Tiap Distrik di Kabupaten Jayapura
NO DISTRIK IBUKOTA
LUAS WILAYAH
(Km²)
PRESENTASE
(%)
1. Kaureh Lapua 4.357,9 24,88
2. Kemtuk Sama 258,3 1,47
3. Kemtuk Gresi Klaisu 182,4 1,04
4. Nimboran Tabri 710,2 4,05
5. Nimbokrang Nimbokrang 774,8 4,42
6. Unurum Guay Garusa 3.131,3 17,88
7. Demta Demta 497,5 2,84
8. Depapre Waiya 404,3 2,31
9. Sentani Barat Dosay 129,2 0,74
10. Sentani Hinekombe 225,9 1,29
11. Sentani Timur Nolokla 484,3 2,76
12. Waibu Doyo Lama 258,3 1,47
13. Ebuungfauw Ebuungfauw 387,4 2,21
14. Namblong Karya Bumi 193,7 1,11
15. Yapsi Bumi Sahaja 1.291,3 7,37
16. Airu Hulu Atas 3.099 17,69
17. Yokari Meukisi 519,5 2,97
18. Ravenirara Necheibe 467,4 2,67
19. Gresi Selatan Bangai 143,9 0,82
Jumlah 17.516,6 100
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura
Karakteristik yang dimiliki ini merupakan tantangan yang besar
dalam pengembangan Kabupatan Jayapura di masa yang akan datang,
bukan hanya sejajar, tetapi juga mampu melebihi kemajuan daerah
lain. Sisi lain, posisi geografis tersebut dengan keragaman yang
dimiliki harus tetap mendapat perhatian khusus dan menuntut
kecermatan dalam perencanaan, pengelolaan kegiatan pembangunan dan
masalah kemasyarakatan lainnya.
3. - 19 -
Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai,
danau dan air tanah. Sungai besar yang melintas di wilayah
Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke
pantai utara (Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung
pada fluktuasi air hujan.
Gambar 3.2. Peta Administratif Kabupaten Jayapura
Sumber: Perda Nomor 21 Tahun 2009 Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2008-2028 Kabupaten Jayapura
3.1.1.2. Topografi
Kabupaten Jayapura memiliki keadaan topografi dari dataran
rendah, dataran tinggi, daerah perbukitan serta pegunungan dan
lereng umumnya relatif terjal dengan kemiringan 5%-30% serta
mempunyai ketinggian aktual 0,5 m dpl - 1500 m dpl. Daerah pesisir
pantai utara berupa dataran rendah yang bergelombang dengan
kemiringan 0%-10% yang ditutupi dengan endapan alluvial. Secara
fisik, selain daratan juga terdiri dari rawa (13.700 Ha). Sebagian
besar wilayah Kabupaten Jayapura (72,09%) berada pada kemiringan
diatas 41%, sedangkan yang mempunyai kemiringan 0-15% berkisar
23,74%.
5. - 21 -
Ketinggian
Ketinggian tempat sebagian besar wilayah Kabupaten Jayapura di
bawah 500 m dpl ( + 606.400 ha atau 61,01 %) ketinggian 500 – 1000
m dpl dan ketinggian 1000 – 2000 m dpl (+ 149.900 ha atau 15.08 %).
Pegunungan di wilayah Kabupaten Jayapura antara lain pegunungan
Cycloop yang terbentang antara Distrik Sentani, Sentani Barat,
Sentani Timur dan Depapre di sebelah Utara, selain itu disebelah
Selatan terdapat pegunungan Kramor di Distrik Kaureh.
Tabel 3.3. Luas Masing-Masing Ketinggian Pada Distrik Di Kabupaten
Jayapura
NO DISTRIK
LUAS KELAS MASING - MASING KETINGGIAN
< 100 100 - 1500 < 500 - 1000 1000-2000
1 Demta 44.40 93.26 - -
2 Depapre 41.75 26.64 34.30 -
3 Kaureh 1,548.99 2.44,63 1,476.36 -
4 Kemtuk 103.95 82.56 - -
5 Kemtuk Gresi 102.29 97.14 - -
6 Nimbokrang 138.95 80.48 - 1.64
7 Nimboran 86.81 104.13 6.09 -
8 Sentani 55.74 26.76 14.48 17.50
9 Sentani Barat 29.37 47.36 - 0.36
10 Sentani Timur 150.42 40.39 31.87 28.67
11 Unrum Guay 1,202.76 1,656.02 93.02 22.32
12 Waibu 77.54 45.80 7.49 4.78
13 Ebungfau 167.55 83.45 - -
14 Namblong 37.64 67.24 7.02 -
15 Yapsi 126.46 937.50 47.19 -
16 Airu 701.39 887.14 281.23 -
17 Yokari 60.88 90.11 - 49.08
18 Ravenirara 19.02 24.73 58.39 13.43
19 Gresi Selatan 8.70 243.77 39.50 -
Jumlah 4,704.61 4,634.48 2,096.94 137.78
Sumber : BPN Kabupaten Jayapura, 2009
6. - 22 -
Jenis Tanah
Lima faktor pembentuk tanah yaitu bahan
induk, iklim, topografi, vegetasi dan waktu.
Faktor-faktor ini akan membentuk berbagai
jenis tanah yang berbeda sifatnya.
Secara garis besar jenis tanah di
Kabupaten Jayapura dapat digolongkan menjadi
lima yaitu : Podsolik Merah Kuning,
Meditran, Organosal/Aluvial, Latosol dan
Podsolik Coklat Kelabu. Luas masing-masing tanah tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4. Luas Jenis Tanah Di Kabupaten Jayapura
NO DISTRIK
LUAS MASING-MASING JENIS TANAH
PCK PMK MD OG LT Total
1. Kaureh 125.7 672.6 0.0 21.6 0.0 819.9
2. Airu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
3. Yapsi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
4. Kemtuk 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
5. Kemtuk Gresi 12.0 6.0 16.4 8.0 0.0 42.4
6. Gresi Selatan 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7. Nimboran 19.2 14.8 6.4 75.9 0.0 116.3
8. Namblong 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
9. Nimbokrang 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
10. Unurumguay 208.7 154.8 0.0 0.0 0.0 363.5
11. Demta 0.0 3.2 46.8 0.0 0.0 50.0
12. Yokari 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
13. Depapre 0.0 11.0 0.0 0.0 8.8 19.8
14. Ravenirara 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
15. Sentani Barat 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
16. Waibu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
17. Sentani 10.0 34.8 0.0 6.2 0.0 51.0
18. Ebungfau 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
19. Sentani Timur 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Total 375.6 897.2 69.6 111.7 8.8 1,462.9
Presentase (%) 26 61 5 8 1 100
Sumber: BPN dan BPS Kabupaten Jayapura, 2009
Ket: PCK = Podsolik Coklat Kelabu OG = Organosol
PMK = Podsolik Merah Kuning LT = Latosol
MD = Mediteran
7. - 23 -
(a) Podsolik Coklat Kelabu
Tanah ini berkembang pada iklim dengan
curah hujan diatas 1500 mm/thn, tanpa
bulan kering, terletak pada topografi
datar, bergelombang, landai dan bukit pada
elevasi 10 – 2000 m dpl, kehitaman, coklat
tua hingga kekuningan. Reaksi tanah masam
hingga netral (pH 5,0 7,0) luasnya
mencapai 1.343 ha atau 26 % tersebar di 19
Distrik. Yang terbesar Distrik Urunum
Guay 208.700 Ha dan yang terkecil di
Distrik Sentani 10.000 Ha.
(b) Podsolik Merah Kuning
Jenis tanah ini terbentuk pada type iklim basah dengan curah
hujan 2500 – 3500 m tanpa bulan kering, terletak pada topografi
bergelombang sampai berbukit pada elevasi 20 – 100 m dpl,
solumnya agak tebal (1 – 2 m) dengan warna merah hingga kuning.
Reaksi tanah sangat macam hingga macam (pH3,4 – 5,0) dan sangat
peka terhadap erosi serta mempunyai tingkat kesuburan rendah.
Tanah ini penyebarannya paling luas yaitu mencapai 897,20 ha,
dan hampir setiap distrik mempunyai jenis tanah ini. Paling
luas terdapat di Distrik Kaureh seluas 627,60 ha dan yang paling
kecil di Distrik Demta seluas 3,20 Ha. Jenis tanah ini cocok
untuk persawahan, perladangan dan perkebunan Karet, Kopi dan
Kelapa Sawit dengan perlakuan tambahan.
(c) Mediteran
Tanah ini terbentuk pada iklim dengan
curah hujan 800 – 2500 mm/thn tersebar
pada elevasi 0 – 400 m dpl. Solumnya agak
tebal (1 – 2 m), reaksi tanah agak masam
sampai netral (pH 6.0 – 7,5), kepekaan
terhadap erosi sedang hinga besar. Jenis
tanah ini cocok untuk persawahan,
perumputan, tegalan dan buah-buahan. Di
Kabupaten Jayapura terletak di Distrik
Demta seluas 46.800 ha, Distrik Kemtuk
Gresi seluas 16.400 ha dan Distrik
Nimboran seluas 6.400 Ha.
8. - 24 -
(d) Organosul/Alufial.
Pembentukan jenis tanah ini tidak
dipengaruhi iklim, terletak pada
topografi datar bergelombang didaerah
rendah. Warna tanah kelabu tua atau
hitam. Reaksi tanah sangat masam (pH
3,5 – 5 ). Cocok untuk persawahan
ladang, palawija, tambak dan kebun
kelapa. Jenis tanah ini paling banyak
di jumpai di Distrik Nimboran yaitu
seluas 75.900 ha dan yang terkecil di
Distrik Sentani seluas 6.200 Ha.
(e) Latosal
Tanah ini terbentuk pada iklim basah dengan curah hujan 2000 –
7000 mm/tahun, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan, terletak
pada topografi bergelombang, berbukit dan bergunung pada elevasi
10 – 13 m dpl. Solumnya dalam (1,5 – 10 m) dengan warna coklat
hingga kuning. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,5 –
6,5 ) dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini cocok
untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kebun karet, lada dan
tegalan. Luasnya 8.800 ha terdapat di Distrik Depapre.
Kemampuan Tanah
Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan
tanah adalah kelerengan, tekstur tanah,
kedalaman efektif tanah, drainase, erosi dan
faktor pembatas. Lereng merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi fisik tanah
dan setiap kelas lereng, membutuhkan
pengolahan dengan teknik tertentu. Semakin
curam kemiringan suatu lokasi semakin besar
tingkat erosi yang akan terjadi apabila
tutup permukaannya terbuka. Tingkat
kemiringan atau lereng di kelompokkan dalam 7 kelas lereng yaitu <
2 %, 2 – 8 %, 9 – 15 %, 16 – 25 %, 26 – 40 %, 41 – 65 % dan > 65 %,
dengan luas masing-masing kelas kelerengan berbeda.
9. - 25 -
3.1.1.4. Penggunaan Lahan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Jayapura, pola penggunaan lahan di
Kabupaten Jayapura antara lain luas Hutan di Kabupaten Jayapura
1.279.314,92 Ha (terdiri dari Hutan Lindung 544.771,1 Ha, Hutan
Produksi 562.545,58 Ha, Suaka atau Cagar Alam 15.068 Ha dan Areal
Penggunaan Lain 31.499,04 Ha) , Luas Potensi lahan pertambangan
rakyat 255.000 hektar (Distrik Nimboran, Kemtuk Gresi, Nimbokrang,
Sentani, Unurum Guay, Kaureh), Luas lahan Perumahan 1.589,63
hektar, Luas lahan Pertanian 14.796 hektar, Luas lahan sagu 6.132
hektar, Luas lahan Perkebunan 18.470,5 hektar (Potensi sebesar
421.714,20 hektar), Areal Kolam dan Tambak 45,2 hektar (potensi
kurang lebih 69.994 hektar).
Panjang garis pantai Kabupaten Jayapura 243 mil laut terbentang
di sepanjang Teluk Tanah Merah yaitu : di Kawasan Distrik Demta,
Distrik Raveni Rara dan Distrik Depapre merupakan suatu potensi
untuk pembangunan suatu Pelabuhan Laut. Menurut tata ruang
Kabupaten Jayapura, bahwa data penggunaan lahan sebagai berikut :
Tabel 3.5. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Jayapura
NO
PENGGUNAAN
LAHAN
LUAS (Km²)
1. Belukar 175.34
2. Hutan lahan kering primer 14.481.63
3. Hutan lahan kering sekunder 1.441.57
4. Hutan Mangrove primer 2.60
5. Hutan Rawa primer 535.69
6. Hutan Rawa sekunder 4.05
7. Kebun Campuran 176.69
8. Ladang 21.32
9. Perkebunan 233.17
10. Permukiman 75.97
11. Tanah terbuka alami 136.54
12. Tegalan 88.70
13. Tubuh air 140.70
Sumber : RTRW Kabupaten Jayapura 2008 - 2028
10. - 26 -
3.1.1.3. Hidrologi dan Klimatologi
Hidrologi
Sumber air di Wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai,
danau,rawa dan air tanah. Sungai besar yang melintas di wilayah
Kabupaten Jayapura yaitu sungai Grime, sungai Nawa, sungai
Mamberamo, sungai Sermowai dan sungai Wira sebagian besar menuju ke
Pantai Utara atau Samudera Pasifik dan pada umumnya sangat
tergantung pada fluktuasi air hujan. Selain itu juga terdapat
sungai-sungai kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
seperti sungai yang terdapat di Distrik Sentani yaitu sungai
Kemiri, sungai Jabawi, sungai Plavou, kali Doyo, kali Dosay, kali
Polomo, sungai Sabron Sari serta masih banyak sumber air permukaan
yang terdapat di Distrik-Distrik lain di wilayah Kabupaten
Jayapura. Danau yang berada di wilayah Kabupaten Jayapura adalah
Danau Sentani ± 9.630 Ha Ha terdapat di 5 (lima) Distrik yaitu
Distrik Sentani Timur, Distrik Sentani Barat dan Distrik
Sentani, Distrik Waibu dan Distrik Ebungfauw. Sumber mata air tanah
yang dapat dimanfaatkan secara baik misalnya air sumur baik secara
bor maupun digali. Luas rawa yang ada di Kabupaten Jayapura
adalah: Distrik Kaureh seluas ± 7.500 Ha dan Distrik Nimboran ± 625
Ha.
Tabel 3.6. Nama – Nama Sungai Di Kabupaten Jayapura
DISTRIK NAMA SUNGAI KETERANGAN
Unurum
Guay
S. Wiru,
S.Sifo,
S. Berian,
S.Busoof,
S. Dju,
S. Nano,
S.Pewo,
S. Nawa.
Bercabangan dengan S. Sifo
Bercabangan dengan S.Busoof dan S. Berian.
Menuju daerah Bonggo
Sebelah selatan Beneik
Sebelah utara Santosa
Sebelah barat S. Nano, sebelah selatan Guryad
menuju daerah Bonggo.
Melewati daerah Kaureh dan U.Guay (Sebelah
selatan Santosa)
Kaureh S. Wanda
S. Idenburg
S. Waruta
Berasal dari daerah Senggi
Bersambungan dengan sungai Mamberamo (daerah
hulu atas) dan bercabangan dengan sungai
Waruta di Aurina
Melewati Unurum Guay dan Daerah Keerom.
Kemtuk/
Kemtuk
Gresi
S. Pale
S. Tenak
Daerah Sama, Mamda, Soaib, dan sabeyab, dan
bercabangan dengan S. Grime
Melewati Sekori menuju Donday (Danau Sentani)
Sentani
Timur
S. Kujanu Sebelah utara D. Sentani
Demta S. Humbei
S. Sermo
Daerah Muaif, bersebelahan dengan aliran
S.Grime dan bermuara di Lautan Pasifik.(dekat
Tanjung Kamdera ).
Sebelah barat Muaif (daerah Bonggo)
Sumber : Diolah dari Peta Bakosurtanal
11. - 27 -
Klimatologi
Iklim Kabupaten Jayapura menurut Badan Meteologi, Klimatologi
dan Geofisika Jayapura pada umumnya beriklim tropis, dengan suhu
minimum 20,9° C dan maksimum 35,5° C. dan rata-rata suhu 27,0°
C ,
sedangkan kelembaban rata-rata munimum 81,0 persen dan maksimum
81,0 persen. Kecepatan angin rata-rata mínimum 2,0 knots (2,16
km/s) dan maximum 3,0 knots (3,24km/s) dengan curah hujan ±185,5
mm/tahun.
Kondisi iklim di Kabupaten Jayapura tergolong dalam iklim
Basah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Letak geografis
Jayapura yang terletak didaerah katulistiwa menyebabkan daerah ini
beriklim Tropis dimana juga letak Kabupaten Jayapura berada
diantara dua Benua yaitu Asia dan Australia maka iklimnya
dipengaruhi oleh angin Muson Tenggara yang bertiup secara
bergantian 6 bulan sekali.
Angin Muson Tenggara yang bertiup antara bulan Mei hingga
bulan November berasal dari Benua Australia yang pada bulan-bulan
tersebut matahari berada di utara katulistiwa sehingga daerah ini
merupakan daerah yang rendah tekanan udaranya. Angin ini mempunyai
sifat tidak banyak mengandung uap air, karena daratan Australia
sebagian besar daerah savana yang tandus. Karena sifatnya demikian
maka di Jayapura dan sekitarnya terjadi musim panas.
Angin Muson Barat Laut yang bertiup antara bulan Desember
hingga April mempunyai sifat sebaliknya dengan angin Muson
Tenggara. Angin ini berasal dari Daratan Asia yang pada saat itu
matahari berada di atas Australia (Selatan Katulistiwa) sehingga
menyebabkan daerah di sini rendah tekanan udaranya.
Angin Muson Barat Laut banyak mengandung uap air karena daerah
yang dilaluinya cukup panjang dan hampir sebagian besar melewati
laut dan samudera, karena sifatnya demikian banyak mendatangkan
hujan di Jayapura dan sekitarnya.
12. - 28 -
3.1.2. PEMERINTAHAN
3.1.2.1. Administrasi Pemerintahan
Sistem Pemerintahan Kabupaten Jayapura menganut Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, termasuk Undang-
Undang yang mengatur perubahannya. Hirarki pemerintahan Kabupaten
Jayapura secara administratif terbagi dalam 19 Distrik, yang
terbagi ke dalam 139 Kampung dan 5 kelurahan, kemudian
dikelompokkan lagi dalam 348 RW dan 789 RT. Data selengkapnya
mengenai administrasi pemerintah Kabupaten Jayapura adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.7. Jumlah Distrik, Kode Wilayah, Kampung, Rukun Warga (RW),
Rukun Tetangga (RT) Dan Kelurahan Kabupaten Jayapura
Tahun 2013
NO. DISTRIK
KODE
WILAYAH
WILAYAH PEMERINTAHAN
RT RW KAMPUNG KELURAHAN
1 SENTANI 91.03.01 181 55 7 3
2 SENTANI TIMUR 91.03.02 36 19 7 -
3 DEPAPRE 91.03.03 26 16 8 -
4 SENTANI BARAT 91.03.04 40 17 5 -
5 KEMTUK 91.03.05 32 14 12 -
6 KEMTUK GRESI 91.03.06 46 23 11 1
7 NIMBORAN 91.03.07 37 18 13 1
8 NIMBOKRANG 91.03.08 68 26 9 -
9 UNURUM GUAY 91.03.09 19 7 6 -
10 DEMTA 91.03.10 26 13 7 -
11 KAUREH 91.03.11 21 12 5 -
12 EBUNGFAUW 91.03.12 21 9 5 -
13 WAIBU 91.03.13 63 30 7 -
14 NAMBLONG 91.03.14 44 19 9 -
15 YAPSI 91.03.15 73 34 9 -
16 AIRU 91.03.16 9 11 6 -
17 RAVENIRARA 91.03.17 18 11 4 -
18 GRESI SELATAN 91.03.18 11 5 4 -
19 YOKARI 91.03.19 18 9 5 -
J U M L A H 789 348 139 5
Sumber: Dinas Dukcapil,2014
13. - 29 -
3.1.2.2. Aparatur Pemerintahan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan aparatur pemerintah yang
bertugas sebagai abdi masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Keberadaan PNS sebagai
sumber daya manusia dalam pemerintahan menjadi pilar pelaksanaan
pembangunan. Oleh sebab itu PNS yang berdedikasi serta berkualitas
sangat dibutuhkan agar pembangunan dapat berjalan dengan baik.
Jumlah PNS di Pemerintahan Kabupaten Jayapura pada tahun 2013
sebanyak 4463 orang terdiri dari laki-laki 2335 orang (52.32%) dan
perempuan 2128 orang (47.68%). Apabila dibandingkan dengan jumlah
pegawai pada tahun 2012 ternyata mengalami penurunan umlah pegawai,
hal ini dikarenakan pension dan mutasi pindah.
PNS di Kabupaten Jayapura terdiri dari berbagai latar belakang
tingkat pendidikan. Dengan keberagaman tingkat pendidikan tersebut,
terutama banyaknya pegawai dengan latar belakang yang berpendidikan
perguruan tinggi, Kabupaten Jayapura telah memiliki sumber daya
manusia yang cukup dan dapat diandalkan dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik. Namun, hal tersebut juga membutuhkan
manajemen yang baik dari level pimpinan dalam memberdayakan dan
mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki PNS di Kabupaten Jayapura.
Apabila dilihat dari segi kepangkatan/golonngan, maka Pegawai
Negeri Sipil yang ada pada pemerintah Kabupaten Jayapura sebagian
besar pada Golongan III yaitu sebanyak 2376 orang kemudian diikuti
oleh Golongan II sebanyak 1434 orang. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
14. - 30 -
Tabel 3.8. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kelamin,
Pangkat/Golongan dan Tingkat Pendidikan Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
URAIAN TAHUN 2013
a. Jumlah PNS ( menurut jenis kelamin)
1. Laki-laki
2. Perempuan
JUMLAH
2243
2220
4463
b. Jumlah PNS (menurut Pangkat/Golongan)
1. Golongan I
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Golongan II
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Golongan III
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Golongan IV
a. Laki-laki
b. Perempuan
86
78
8
1434
681
753
2376
1125
1251
473
257
216
c.Jumlah PNS (menurut pendidikan)
1. Lulusan SD
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Lulusan SLTP
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Lulusan SLTA
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Diploma (D I, D II, D III)
a. Laki-laki
b. Perempuan
5. S 1/ D IV
a. Laki-laki
b. Perempuan
6. S2
a. Laki-laki
b. Perempuan
7. S3
c. Laki-laki
d. Perempuan
48
43
5
65
54
11
1534
924
610
1055
404
651
1610
836
774
101
68
33
7
5
2
d.Jumlah Pejabat Struktural
1. Eselon I
2. Eselon II
3. Eselon III
4. Eselon IV
-
34
187
572
5. Jumlah Pegawai Tidak Tetap (Kontrak) -
Sumber: BKD Kabupaten Jayapura, 2014
15. - 31 -
3.1.2.3. Organisasi Pemerintahan
Pada tahun 2007, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007, maka sejak tahun 2008 Pembentukan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jayapura
terdiri dari 10 Badan, 1 Inspektorat, 16 Dinas, 3 Sekretariat
(termasuk sekretariat Korpri), 4 Kantor, 1 RSUD, 19 Distrik dan 144
UPTD, 139 Kampung serta 5 Kelurahan.
Tabel 3.9. Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Jayapura Tahun 2011-2013
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
JUMLAH (TAHUN)
2011 2012 2013
Badan 10 10 10
Dinas 16 16 16
Kantor 4 4 4
Bagian pada Setda 3 3 3
Distrik 19 19 19
UPT 144 144 144
Inspektorat 1 1 1
Rumah Sakit 1 1 1
Jumlah 198 198 198
Sumber: Ortal Kabupaten Jayapura
3.2. SOSIAL BUDAYA
3.2.1. DEMOGRAFI
Jumlah penduduk di Kabupaten Jayapura dari tahun ke tahun terus
meningkat. Data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Jayapura sampai dengan per 31 Desember 2013 data jumlah
penduduk di Kabupaten Jayapura telah mencapai 196.788 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 106.475 jiwa (54.11%) dan perempuan 90.313
jiwa (45.89%). Dengan membandingkan banyaknya penduduk laki-laki
dan penduduk perempuan, maka diketahui bahwa sex ratio penduduk
Kabupaten Jayapura per 31 Desember 2013 sebesar 1178,96 per 1000.
Dalam lima tahun terakhir, peningkatan jumlah penduduk paling
tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 21,13% dari jumlah penduduk
tahun 2012. Data penduduk Kabupaten Jayapura selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
17. 33
Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Kabupaten Jayapura Dirinci Menurut Distrik dan Suku Tahun 2013
NO DISTRIK
P A P U A
NON PAPUA
JUMLAHJAYAPURA LUAR JAYAPURA
L P L P L P
1 SENTANI 20,319 17,250 10,346 7,292 20,833 17,680 93,720
2 SENTANI TIMUR 3,086 2,844 1,011 1,129 1,426 1,375 10,871
3 DEPAPRE 2,246 2,075 269 273 183 163 5,209
4 SENTANI BARAT 1,466 1,509 394 342 1,061 751 5,523
5 KEMTUK 1,363 1,202 251 212 293 261 3,582
6 KEMTUK GRESI 2,082 2,046 319 312 98 88 4,945
7 NIMBORAN 1,635 1,626 750 678 569 521 5,779
8 NIMBOKRANG 1,277 1,135 473 379 2,877 2,766 8,907
9 UNURUM GUAY 1,169 1,001 181 153 241 176 2,921
10 DEMTA 1,579 1,394 149 116 326 237 3,801
11 KAUREH 2,189 1,105 3,313 2,251 3,420 2,897 15,175
12 EBUNGFAUW 1,640 1,574 36 30 11 10 3,301
13 WAIBU 3,952 3,635 1,553 1,059 2,379 2,123 14,701
14 NAMBLONG 637 610 501 491 1,012 936 4,187
15 YAPSI 1,307 1,114 191 156 2,806 2,298 7,872
16 AIRU 448 361 61 53 9 6 938
17 RAVENIRARA 723 677 36 30 39 33 1,538
18 GRESI SELATAN 439 435 202 158 69 71 1,374
19 YOKARI 1,279 1,089 24 15 20 17 2,444
JUMLAH 48,836 42,682 20,060 15,129 37,672 32,409 196,788
JUMLAH TOTAL 91,518 35,189 70,081 196,788
Sumber: Dinas Dukcapil,2014
18. - 34 -
Tabel 3.12. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jayapura
Tahun 2009 - 2013
NO TAHUN
JUMLAH JUMLAH PENDUDUK
KEL/KPG RW RT KK L P JUMLAH
1 2009 144 319 753 29,812 73,093 61,511 134,604
2 2010 144 326 753 29,948 73,428 61,791 135,219
3 2011 144 326 753 40,837 77,670 67,833 145,503
4 2012 144 348 789 37,919 83,890 71,307 155,197
5 2013 144 348 789 50,121 106,475 90,313 196,788
Sumber: Dinas Dukcapil,2014
Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Jayapura tahun 2013
berdasarkan hasil proyeksi penduduk oleh BPS dengan metode komponen
terbaru (Rural Urban Projection) sebanyak 118.789 jiwa, yang
terdiri dari 62.788 laki-laki dan 56.001 perempuan dan perbandingan
antara jumlah laki-laki dengan perempuan dapat dilihat lebih lanjut
dengan rasio jenis kelamin (sex ratio), dimana sex ratio penduduk
Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 adalah 112.12 yang berarti bahwa
pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 112 penduduk
laki-laki.
Gambar 3.3. Penduduk Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014
62,788
(53%)
56,001
(47%)
Laki-laki Perempuan
19. - 35 -
Pada gambar 3.3 menunjukkan piramida penduduk Kabupaten
Jayapura yang bertipe ekspansif dimana sebagian besar penduduk
berada dalam kelompok umur muda. Dapat terlihat bahwa sebaran
penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun
sebanyak 13.359 jiwa, diikuti kelompok umur 5-9 tahun sebanyak
12.857 jiwa dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 12.870 jiwa.
Pada prinsipnya seseorang akan tinggal di suatu tempat yang
dapat memberikannya suatu kehidupan yang layak termasuk kemudahan
mendapatkan sandang pangan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk paling
banyak terkonsentrasi di Distrik Sentani, yaitu berjumlah 47,514
jiwa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Distrik Sentani merupakan
ibukota kabupaten, sehingga secara otomatis memiliki fasilitas yang
sudah cukup lengkap. Sementara itu, jumlah penduduk paling sedikit
terdapat di Distrik Gresi Selatan, yaitu hanya terdapat 940 jiwa.
Gambar 3.4 Piramida Penduduk Kabupaten Jayapura Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014
7,000 5,000 3,000 1,000 1,000 3,000 5,000 7,000
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Perempuan Laki-laki
20. - 36 -
3.2.2. KELUARGA BERENCANA (KB)
Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kemampuan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
adanya program ini diharapkan dapat memberikan dampak penurunan
angka kematian ibu dan anak; penaggulangan masalah kesehatan
reproduksi; peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan derajat
kesehatan; serta peningkatan mutu dan layanan KB.
Berdasarkan hasil penelitian, usia subur seorang wanita
biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran , wanita / pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Pelaporan
Pelayanan peserta KB aktif dilaksanakan kembali oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Jayapura, pada tahun 2013 KB Aktif mencapai
85.72 % . Semua Puskesmas pencapaiannya diatas 75 %. Dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Gambar 3.5. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Distrik
di Kabupaten Jayapura Tahun 2013
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2013
HARAPAN
SENTANI
EBUNGFAU
DOSAI
DEPAPRE
RAVENIRARA
KANDA
KEMTUK
SAWOI
NAMBLONG
GENYEM
NIMBOKRANG
DEMTA
YOKARI
GUAY
YAPSI
LEREH
AIRU
89.43
76.44
94.29
84.26
92.00
100.00
100.00
100.00
90.57
84.38
79.55
92.45
85.91
100.00
100.00
92.73
100.00
100.00
21. - 37 -
Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (BP2KB) Kabupaten Jayapura pada tahun 2013, pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB) Kabupaten Jayapura telah mampu
membina penduduk usia subur sebanyak 28205 orang dengan jumlah
peserta KB sebanyak 23135 orang. Tingkat pasangan subur yang
menjadi peserta KB secara umum trennya meningkat, lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.14 sebagai berikut:
Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Menurut Distrik yang Mengikuti Program
KB dan Peserta KB Menurut Metode Kontrasepsi di
Kabupaten Jayapura Tahun 2013
NO DISTRIK PUS
KONTRASEPSI
JMLH
IUD MOP MOU IMP STK PIL KDM
1 Sentani 11617 130 3 166 562 5270 1123 487 7741
2 Sentani Timur 1481 6 0 27 170 614 278 32 1127
3 Sentani Barat 920 1 0 13 62 583 172 17 848
4 Depapre 798 1 0 5 9 404 161 6 586
5 Demta 749 4 0 3 81 213 82 196 579
6 Kemtuk 712 0 0 0 2 48 25 0 75
7 Kemtuk Gresi 800 0 0 5 26 493 153 15 692
8 Nimboran 1025 5 0 4 138 607 49 2 805
9 Nimbokrang 1330 38 34 8 221 857 117 13 1288
10 Unurum Guay 410 0 0 0 28 116 21 1 166
11 Kaureh 2902 7 0 14 56 2409 1593 9 4088
12 Waibu 1200 31 0 193 153 1052 532 428 2389
13 Ebungfauw 688 0 0 1 18 211 57 2 289
14 Namblong 625 5 0 3 78 283 51 21 441
15 Yapsi 1911 14 3 9 124 436 1279 26 1891
16 Airu 160 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Ravenirara 260 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Yokari 315 0 0 0 0 64 1 1 66
19 Gresi Selatan 302 0 0 0 0 43 13 8 64
Jumlah 28205 242 40 451 1728 13703 5707 1264 23135
Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2013
Perkembangan metode dan alat kontrasepsi yang digunakan pun
trennya sangat beragam sesuai dengan minat dan kecocokan para
pemakai, melalui konsultas dan diagnosa yang tepat, yang dilakukan
oleh para penyuluh KB maupun dokter yang menangani. Adapun alat
kontrasepsi yang biasa digunakan adalah berupa pil,suntikan, susuk
KB/Implant, MOW, MOP,IUD dan Kondom.
22. - 38 -
Pemakaian alat/cara KB sangat berperan dalam menurunkan angka
fertilitas. Alat kontrasepsi dikategorikan sebagai alat kontrasepsi
mantap (alat kontap) dan alat kontrasepsi tidak mantap. Alat
kontrasepsi yang efektif selama hidup seperti vasektomi dan
tubektomi dikategorikan sebagai alat kontrasepsi mantap (alat
kontap). Sementara itu, alat kontrasepsi mantap lainnya yang
efektif beberapa tahun adalah spiral/IUD dan susuk KB/norplant.
Alat kontrasepsi ini mempunyai resiko kegagalan relatif kecil
dibandingkan alat yang lain.
Sedang berdasarkan data dari BPS tahun 2013, 28.51 % wanita
usia subur (15-49 tahun) dan berstatus kawin sedang menggunakan
alat KB. Sementara itu, 17.81 % wanita usia subur dan berstatus
kawin pernah menggunakan alat KB. Sedangkan sisanya, yatu sebesar
53.68 % tidak pernah menggunakan alat KB. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar waninta berumur 15-49 tahun ke atas yang pernah
kawin tidak pernah menggunakan alat KB baik modern maupun cara
tradisional. Apabila dibiarkan seperti ini dapat memunculkan
masalah kependudukan di masa yang akan datang. Oleh karena itu
peran pemerintah terkait isu KB ini sangat penting untuk melakukan
tindakan pencegahan meledaknya jumlah penduduk dikarenakan masih
banyaknya masyarakat yang enggan menggunakan alat kontrasepsi.
Gambar 3.6. Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Ke Atas yang
Pernah Kawin Menurut Penggunaan KB di Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014
28.51%
17.81%
53.68%
Sedang menggunakan Tidak menggunakan lagi Tidak pernah menggunakan
23. - 39 -
Dari data Susenas tahun 2013, mayoritas pengguna alat KB di
Kabupaten Jayapura diantaranya menggunakan KB suntik yaitu sebesar
55.54 %, kemudian diikuti pil KB sebesar 20.84 %. Selain itu
penggunaan KB dengan cara tradisional di Kabupaten Jayapura juga
masih banyak digunakan yaitu sebesar 8.19 %. Untuk selengkapnya
dapat dilihat di gambar 3.7.
Gambar 3.7. Persentase Waninta Berumur 15-49 Tahun Ke Atas dan
Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan KB Menurut
Metode KB yang Digunakan di Kabupaten Jayapura Tahun
2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014
3.2.3. KETENAGAKERJAAN
Salah satu kunci untuk mencapai kesejahteraan penduduk adalah
dengan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya
manusia tersebut memerlukan solusi yang berbeda-beda sesuai dengan
keberagaman usia penduduk yang menempati daerah tersebut. Setiap
kelompok umur penduduk mempunyai permasalahan yang berbeda dengan
kelompok umur penduduk lainnya. Penduduk pada usia balita (0-4
tahun) memerlukan perhatian dan penanganan lebih pada masalah
kesehatan. Penduduk yang berada pada kisaran usia sekolah
memerlukan penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
Sedangkan penduduk pada usia kerja perlu penyediaan lapangan kerja
baru untuk menekan angka pengangguran.
3.16%
1.46%
1.30% 55.54%
9.51%
20.84%
8.19%
MOW/tubektomi MOP/vasektomi AKDR/IUD/spiral Suntikan KB Susuk KB Pil KB Cara tradisional
24. - 40 -
Gambar 3.8. Penduduk Kabupaten Jayapura Menurut Distrik Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014
Pada tahun 2013, 65.37 persen dari total penduduk Kabupaten
Jayapura atau 77,653 jiwa adalah kelompok usia produktif (15 – 64
tahun), sedangkan sisanya 34.63 persen atau sekitar 41,136 jiwa
adalah kelompok usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun keatas).
Dari angka tersebut dapat memberikan gambaran bahwa angka
ketergantungan (age dependency ratio) di Kabupaten Jayapura sebesar
52.97 persen. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif
menanggung sekitar 53 penduduk usia tidak produktif. Semakin tinggi
angka beban ketergantungan, maka pelaksanaan pembangunan akan
semakin terhambat. Oleh karena itu, kenaikan angka beban
ketergantungan harus diikuti dengan upaya pemerintah untuk
menciptakan lapangan kerja baru untuk usia produktif.
SENTANI
SENTANI TIMUR
WAIBU
NIMBOKRANG
KAUREH
YAPSI
SENTANI BARAT
KEMTUK GRESI
NIMBORAN
DEPAPRE
KEMTUK
DEMTA
NAMBLONG
EBUNGFAU
UNURUMGUAY
YOKARI
RAVENIRARA
AIRU
GRESI SELATAN
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000
47,5147,730
7,401
6,710
6,538
6,057
4,402
4,283
4,250
4,016
3,742
3,317
3,137
2,593
2,046
1,991
1,171
951
940
25. - 41 -
Tabel 3.14. Angka Beban Ketergantungan Penduduk di Kabupaten
Jayapura Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
KELOMPOK UMUR PENDUDUK
RATIO KETERGANTUNGAN
ANAK LANJUT USIA
TOTAL
(0 – 14) (65 +)
0 -14 39,032 - - -
15 -64 77,653 50.26 2.71 52.97
65 + 2,104 - - -
Jumlah 118,789 - - -
Sumber: Proyeksi Penduduk BPS, 2014
Ketersediaan lapangan pekerjaan di suatu daerah merupakan hal
yang penting (urgent) bagi keberlangsungan penghidupan masyarakat.
Pada umumnya setiap orang yang telah menyelesaikan
pendidikannyaakan berusaha untuk mencari nafkah
denganmencaipekerjaan pada orang lain. Minimnya lapangan pekerjaan
yang tersedia saat ini di Kabupaten Jayapura, membuat jumlah
pencari kerja senantiasa menjadi tren untuk naik dari tahun ke
tahun.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan
jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Angkatan
kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sesuai
dengan definisi dari BPS dan Depnaker, dalam publikasi ini
digunakan konsep penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15
tahun keatas.
Tabel 3.15. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut
Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu di
Kabupaten Jayapura Tahun 2013
Penduduk Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Jumlah
Bekerja Mencari
Kerja
Sekolah Mengu-
rus RT
Lainnya
Laki-laki 39.12 2.31 9.07 1.22 2.06 53.77
Perempuan 18.45 1.65 7.25 18.17 0.71 46.23
Total 57.56 3.96 16.33 19.39 2.76 100.00
Sumber : Sakernas Agustus 2013
26. - 42 -
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Agustus 2013, persentase terbesar penduduk usia kerja di Kabupaten
Jayapura adalah penduduk bekerja (57.56 %). Dari sisi produktifitas
tenaga kerja hal ini cukup bagus karena dengan banyaknya tenaga
kerja tentunya produktifitas juga tinggi. Hanya saja, produktifitas
juga harus dikaitkan dengan tingkat pendidikan tenaga kerja di
Jayapura. Karena meskipun jumlah tenaga kerja besar kalau tidak
diimbangi dengan skill atau keterampilan yang memadai tidak akan
menghasilkan produktifitas yang diinginkan.
Sekitar 62 % dari penduduk usia kerja di Kabupaten Jayapura
merupakan penduduk yang aktif secara ekonomi (penduduk yang
termasuk angkatan kerja), hal ini ditunjukkan dari tingginya angka
TPAK yaitu sebesar 61.52 %. Sisanya (38.48 %) tidak aktif secara
ekonomi, yaitu penduduk dengan kegiatan utama sekolah, mengurus
rumah tangga atau lainnya.
Gambar 3.9. TPAK di Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012 dan 2013
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2014
Dilihat dari sisi gender, TPAK laki-laki jauh lebih tinggi
dibanding dengan TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar
77.04 % dan 43.47 %. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa secara
umum kesempatan penduduk laki-laki dalam kegiatan ekonomi masih
lebih besar dibanding perempuan. Hal ini terkait dengan
budaya/tradisi masyarakat kita yang umumnya menempatkan laki-laki
(suami sekaligus kepala rumah tangga) sebagai pencari nafkah utama
dalam keluarga.
Laki-laki Perempuan Total
83.49
43.45
64.84
77.04
43.47
61.52
2012 2013
27. - 43 -
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, TPAK laki-laki
mengalami penurunan sebesar 6.45 persen, sedangkan TPAK perempuan
mengalami peningkatan yang sangat kecil sebesar 0.02 persen. Apabila
diihat secara keseluruhan TPAK tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 3.32 persen dibanding tahun 2012.
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)
Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan
pekerjaan atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat
dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi. Dengan demikian
pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang
sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari
lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan
tenaga kerja.
Mengingat data kesempatan kerja sulit diperoleh, maka untuk
keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa kesempatan kerja
didefinisikan dengan banyaknya lapangan kerja yang terisi, yang
tercermin dari persentase penduduk yang bekerja dari total seluruh
angkatan kerja yang tersedia.
Dalam hal ini seseorang dikategorikan bekerja apabila dia
melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam
berturut-turut dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan Tingkat
Kesempatan Kerja (TKK) yaitu porsi penduduk yang termasuk angkatan
kerja yang terserap dalam pasar kerja.
Adapun TKK di Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada gambar
3.10. Secara keseluruhan (total laki-laki dan perempuan), sekitar
93.57 % dari seluruh angkatan kerja di Kabupaten Jayapura terserap
dalam berbagai lapangan pekerjaan. Pada tabel tersebut ditunjukkan
bahwa TKK laki-laki lebih besar dibanding TKK perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 94.42 % dan 91.80 %. Hal ini menegaskan bahwa
dalam hal ketenagakerjaan partisipasi laki-laki sedikit lebih
tinggi dibanding dengan perempuan.
28. - 44 -
Gambar 3.10. TKK di Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012 dan 2013
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2014
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, TKK laki-laki
mengalami peningkatan sebesar 2.63 % dan TKK perempuan juga
mengalami peningkatan sebesar 0.21 %. Apabila diihat secara
keseluruhan TKK tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1.84 %
dibanding tahun 2012.
Penduduk Bekerja
Penduduk Kabupaten Jayapura yang bekerja sebagian besar tamatan
SLTA/SMK, dimana jumlahnya mencapai 35.34 %. Kemudian terbesar
kedua adalah penduduk yang bekerja tamatan SLTP/MTs yaitu sebesar
21.80 %. Masih tingginya jumlah penduduk bekerja yang berpendidikan
rendah (SLTP kebawah) yang sebesar 51.85 % mengindikasikan masih
tradisionalnya metode kerja yang digunakan, dimana untuk
menghasilkan produktifitas yang besar digunakan jumlah tenaga kerja
yang banyak.
Tabel 3.16. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Jayapura Tahun 2013
PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
DITAMATKAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN Lk+Pr
Belum sekolah dan tidak tamat SD 6.74 19.41 10.80
SD 17.00 24.02 19.25
SLTP/MTs 26.29 12.28 21.80
SLTA/SMK 41.84 21.55 35.34
Diploma/Sarjana 8.13 22.74 12.82
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber : Sakernas Agustus 2013
Laki-laki
Perempuan
Total
91.79
91.59
91.73
94.42
91.80
93.57
2012 2013
29. - 45 -
Penduduk bekerja yang minimal tamat pendidikan tinggi (SLTA ke
atas) jumlahnya sebesar 48.15 %, terdiri dari tamatan SLTA sebanyak
35.34 % dan tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 12.82 %. Keadaan ini
harus menjadi perhatian, mengingat kualitas tenaga kerja di
Kabupaten Jayapura sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
penduduk di daerah tersebut.
Tabel 3.17. Persentase Penduduk Yang Bekerja di Kabupaten Jayapura
Menurut Kelompok Sektor Ekonomi Tahun 2013
NO. KELOMPOK SEKTOR LAKI-LAKI PEREMPUAN Lk+Pr
1 Primer 53.23 39.26 48.75
Pertanian 48.75 39.26 45.71
Pertambangan & penggalian 4.48 0.00 3.05
2 Sekunder 7.92 1.60 5.90
Industri 3.06 1.60 2.59
Listrik & air bersih 0.54 0.00 0.37
Konstruksi 4.32 0.00 2.94
3 Tersier 38.85 59.13 45.35
Perdagangan, hotel &
restoran
8.39 33.98 16.59
Transportasi &
telekomunikasi
9.72 0.90 6.89
Keuangan, persewaan & jasa
perusahaan
2.66 0.99 2.13
Jasa-jasa 18.08 23.26 19.74
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber : Sakernas Agustus 2013
Dilihat dari kelompok sektor ekonomi, sektor primer merupakan
lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja paling banyak dimana
tenaga kerja yang diserap sektor ini mencapai 48.75 %. Diikuti oleh
sektor tersier yaitu sebanyak 45.35 %. Penyerapan tenaga kerja di
kelompok sektor sekunder masih sedikit, yaitu sebesar 5.90 %. Jika
dilihat menurut tingkat pendidikan, tenaga kerja di sektor
pertanian umumnya berpendidikan rendah (tidak/belum sekolah,
tidak/belum tamat SD, dan tamat SD).
Tingginya penduduk yang bekerja di sektor pertanian
mengharuskan pemerintah untuk memberi perhatian lebih pada sektor
tersebut, sehingga pertanian yang ada di Kabupaten Jayapura dapat
berkembang dan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar terhadap
perekonomian di kabupaten tersebut. Penyuluhan pertanian bisa
menjadi pilihan yang bagus mengingat sistem pertanian yang
digunakan sebagian besar petani di Kabupaten Jayapura masih sangat
30. - 46 -
tradisional dan tingkat pendidikan pekerja masih sangat rendah.
Akses pemasaran hasil pertanian juga perlu dipikirkan pemerintah
karena kesejahteraan petani tidak hanya bergantung pada peningkatan
produksi, tetapi juga pemasaran hasil pertanian.
Gambar 3.11. Persentase Penduduk Yang Bekerja di Kabupaten Jayapura
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2012 dan 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura, 2014
Pada gambar 3.11 dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja di
sektor pertanian mengalami penurunan dibanding tahun lalu, yaitu
turun sebesar 2.46 %. Begitu juga dengan sektor industri,
konstruksi dan sektor transportasi dan komunikasi yang mengalami
sedikit penurunan yaitu masing-masing 1.58 %, 1.22 % dan 1.80 %.
Sedangkan peningkatan tertinggi terdapat di sektor jasa-jasa yaitu
sebesar 4.39 %. Begitu juga dengan tiga sektor lainnya yang belum
tersebut diatas, mengalami sedikit peningkatan jumlah pekerja. Lain
halnya dengan sektor perdagangan yang masih tidak banyak berubah
dari tahun yang lalu.
Angka Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka (open unemployment) didefinisikan sebagai
penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sementara tidak bekerja,
terdiri dari :
a. Mereka yang mencari pekerjaan.
b. Mereka yang mempersiapkan usaha.
c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan.
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
(lihat pada “An ILO Manual on Concepts and Methods”)
2012
2013
31. - 47 -
Pengertian pengangguran tidak dapat disamakan dengan pencari
kerja, karena sering kali terjadi diantara pencari kerja terdapat
mereka yang tergolong bekerja namun karena berbagai alasan masih
mencari perkerjaan lain, untuk kasus tersebut dia akan tergolong
sebagai bekerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat pengangguran terbuka diartikan sebagai persentase dari
penduduk yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. TPT
Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 adalah 6.43 % yang artinya dari
100 orang yang penduduk angkatan kerja 6 orang diantaranya
menganggur, dimana TPT perempuan lebih besar dibanding TPT laki-
laki, yaitu masing-masing sebesar 5.58 % dan 8.20 %.
Gambar 3.12. TPT di Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012 dan 2013
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2014
Apabila dibanding tahun 2012, TPT tahun 2012 mengalami
penurunan yaitu turun sebesar 1.84 %. TPT laki-laki yang mengalami
penurunan yaitu turun sebesar 2.63 %, sedangkan TPT perempuan juga
sedikit menurun yaitu menurun sebesar 0.21 %. TPT di Kabupaten
Jayapura bisa dibilang sudah dalam kondisi yang baik, dikarenakan
berada di kondisi ideal, dimana TPT normal terletak dikisaran
6-7 %. Untuk bisa menurunkan kembali angka TPT, Pemerintah harus
mengambil kebijakan yang tepat, sehingga dapat mendorong penciptaan
lapangan kerja baru agar pengangguran yang terjadi tidak menjadi
beban pembangunan.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Laki-laki
Perempuan
Total
8.21 8.41 8.27
5.58
8.20
6.43
2012 2013
32. - 48 -
Tingkat Setengah Pengangguran (TSP)
Yang dimaksud dengan tingkat setengah pengangguran adalah
persentase mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari
35 jam seminggu) terhadap angkatan kerja yang bekerja. Setengah
Pengangguran terdiri dari:
Setengah Pengangguran Terpaksa adalah mereka yang bekerja di
bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih
mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Setengah Pengangguran Sukarela adalah mereka yang bekerja di
bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi
tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain.
Setengah pengangguran terpaksa mewakili kelompok yang tidak
puas dengan pekerjaan yang telah dimilikinya sekarang. Sedangkan
setengah pengangguran sukarela mewakili kelompok yang tidak merasa
perlu untuk mencari pekerjaan lain meskipun pekerjaan yang sekarang
bukanlah pekerjaan dengan jam kerja penuh (normal).
TSP di Kabupaten Jayapura tahun 2013 sebesar 25.76 % yang
berarti dari 100 orang penduduk angkatan kerja 26 orang diantaranya
setengah menganggur. Jika dilihat menurut jenis kelamin TSP
perempuan lebih tinggi dibanding TSP laki-laki yaitu 38.79 %
berbanding dengan 19.62 %. Hal ini menunjukkan kewajaran sesuai
dengan budaya yang ada, bahwa dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
biasanya lebih bergantung kepada laki-laki, perempuan hanya sekedar
membantu suami/keluarga.
Gambar 3.13. TSP di Kabupaten Jayapura Menurut Klasifikasidan Jenis
Kelamin Tahun 2013
Sumber ; BPS Kabupaten Jayapura, 2014
TSP Terpaksa
TSP Sukarela
TSP
8.05 11.57
19.62
6.55
32.24 38.79
7.57
18.19
25.76
Laki-laki Perempuan Total
33. - 49 -
Apabila dilihat menurut klasifikasinya nilai TSP Sukarela lebih
tinggi dibandingkan dengan TSP Terpaksa baik untuk laki-laki maupun
perempuan, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.13. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan setengah pengangguran di Kabupaten
Jayapura merasa tidak perlu untuk mencari pekerjaan lain meskipun
pekerjaan yang sekarang bukanlah pekerjaan dengan jam kerja penuh
(normal). Tingginya TPT penduduk Kabupaten Jayapura dikarenakan
kebanyakan penduduknya bekerja di sektor pertanian. Selama menunggu
musim panen, kebanyakan penduduk tidak mencari pekerjaan lain atau
menciptakan lapangan pekerjaan baru karena kurangnya skill dan
tingkat pendidikan yang rendah.
Struktur Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan
Analisis ketenagakerjaan akan lebih menarik apabila struktur
tenaga kerja dikaji menurut status pekerjaan. Status pekerjaan
merupakan kedudukan seseorang di dalam pekerjaan yang dilakukan
orang tersebut. Informasi mengenai status pekerjaan dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengidentifikasi besarnya tenaga kerja yang
bekerja pada sektor formal dan informal.
Konsep yang digunakan BPS tentang pekerja formal adalah pekerja
yang berstatus buruh dan berusaha sendiri dibantu buruh tetap.
Sedangkan pekerja informal adalah mereka yang statusnya berusaha
sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tdk dibayar,
pekerja keluarga/tak dibayar dan pekerja bebas. Menurut persepsi
masyarakat awam, kelompok pertama umumnya adalah mereka yang
bekerja di perkantoran. Sementara itu, kelompok pekerja informal
umumnya adalah mereka yang bekerja tidak menentu, gaji yang
diperoleh kecil dan jangka waktu penerimaan tidak tentu, lingkungan
dan kondisi kerja jelek, di pinggiran kota, atau kalau ada di pusat
kota mereka bekerja sebagai pedagang kaki lima yang rawan
penggusuran.
Dari tabel 3.18, pada tahun 2013 persentase tenaga kerja formal
sekitar 27.80 %. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan
persentase tenaga kerja informal sebesar 72.20 %. Di Kabupaten
Jayapura, pekerja informal kebanyakan bekerja pada sektor
pertanian. Oleh karena itu, kegiatan pada sektor informal harus
mendapatkan perhatian dari semua pihak agar terus dapat berkembang,
sehingga secara perlahan dan pasti dapat membantu pemerintah dalam
mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
34. - 50 -
Tabel 3.18 Persentase Pekerja di Kabupaten Jayapura Menurut Status
Dalam Pekerjaan Utama Tahun 2013
STATUS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN Lk+Pr
Berusaha sendiri 49.24 43.92 47.54
Berusaha dibantu buruh tdk
tetap/buruh tdk dibayar 11.18 8.96 10.47
Berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar 1.41 1.70 1.50
Buruh/karyawan/pegawai 25.98 26.97 26.30
Pekerja keluarga/tak dibayar 6.13 18.45 10.08
Pekerja bebas (lainnya) 6.07 0.00 4.12
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber : Sakernas Agustus 2013
Secara keseluruhan, persentase terbesar penduduk yang bekerja
di Kabupaten Jayapura adalah berusaha sendiri (47.54 %) dan diikuti
oleh buruh/karyawan/pegawai (26.30 %). Besarnya jumlah buruh di
Kabupaten Jayapura perlu mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah karena antara buruh dan pengusaha seringakali tidak ada
kesepakatan dalam hal perlindungan buruh maupun upah yang sesuai
dengan UMR, meskipun mekanisme tersebut sudah diatur dalam undang-
undang ketenagakerjaan. Pekerja tak dibayar kebanyakan adalah
perempuan, kemungkinan hal ini terjadi karena perempuan bekerja
hanya sebagai kegiatan sambilan atau sekedar membantu
suami/keluarga.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans)
Kabupaten Jayapura mencatat bahwa pencari kerja di Kabupaten
Jayapura berjumlah 3.142 orang terdiri dari pencari kerja berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 1.670 orang dan perempuan sebanyak 1.476
orang. Dan sebagian besar pencari kerja di Kabupaten Jayapura
berasal dari Distrik Sentani, untuk lebih rincinya lagi terlihat
pada tabel sebagai berikut:
35. - 51 -
Tabel 3.19. Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Jayapura Tahun 2013
NO DISTRIK
JUMLAH PENCARI KERJA BERDASARKAN PENDIDIKAN
JUMLAH
SD SLTP SLTA D3 S.1 S.2
L P L P L P L P L P L P L P
1. SENTANI TIMUR 125 61 2 3 16 50 1 1 144 115
2. SENTANI 480 479 20 157 526 165 3 3 1029 804
3. EBUNGFAU 27 20 1 2 10 3 38 25
4. WAIBU 1 21 35 24 5 28 10 2 2 75 52
5. SENTANI BARAT 35 72 1 20 24 22 60 114
6. DEMTA 1 19 24 3 5 10 7 32 37
7. YOKARI 2 18 1 1 1 1 4 20
8. DEPAPRE 1 2 29 30 6 6 9 7 1 47 44
9. RAVENIRARA 2 30 2 3 6 7 36
10. KEMTUK 1 29 3 2 5 6 13 37 22
11. KEMTUK GRESI 20 22 5 3 4 3 29 28
12. GRESI SELATAN 1 11 15 5 2 16 18
13. NAMBLONG 1 15 35 9 4 6 9 1 31 49
14. NIMBORAN 30 4 6 4 4 27 1 41 35
15. NIMBOKRANG 3 29 8 2 20 1 1 31 33
16. KAUREH 5 5 2 3 7 8
17. YAPSI 3 9 3 5 10 9 16 23
18. UNURUM GUAY 2 1 15 6 2 3 4 2 23 12
19. AIRU 2 1 1 3 1
JUMLAH 1 5 5 873 897 95 226 689 340 7 8 1670 1476
Sumber: Dinsos,Naker & Trans Kabupaten Jayapura per 31 Desember 2013
36. - 52 -
3.2.4. KESEHATAN
Kontribusi bidang kesehatan terhadap peningkatan IPM sangat
dipengaruhi oleh Usia Harapan Hidup (UHH), yang sangat erat
kaitannya dengan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita
(AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Kecenderungan harapan penduduk berumur panjang dan sehat diukur
dengan Usia Harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Oleh karena itu, angka
harapan hidup waktu lahir (e˳) memiliki korelasi yang sangat erat
dengan angka kematian bayi atau infan mortality rate (AKB/IMR).
Kemudian angka kematian bayi dipengaruhi pula oleh pemeriksaan dan
perawatan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan neonates dan
status gizi bayi (0-11 bulan).
(1) Usia Harapan Hidup
Berdasarkan pengolahan dari data Susenas 2012, AHH Kabupaten
Jayapura adalah 67.74 tahun. Artinya, rata-rata tahun hidup yang
akan dijalani oleh penduduk Kabupaten Jayapura dari lahir sampai
meninggal dunia adalah 67.74 tahun. Fenomena ini mengindikasikan
bahwa kemampuan penduduk Kabupaten Jayapura untuk hidup lebih lama
dan hidup sehat termasuk kategori sedang, dimana standar harapan
hidup paling tinggi adalah 85 tahun. Kondisi di Kabupaten Jayapura
untuk angka harapan hidup dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.14. Pencapaian Aktual Angka Harapan Hidup Kabupaten
Jayapura dan Provinsi Papua Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura
Papua
Jayapura
Ideal
69.13
67.74
85
15.87
17.26
Angka Harapan Hidup
37. - 53 -
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Jayapura mengalami stagnasi
dari tahun sebelumnya, dimana AHH tahun 2013 juga sebesar 67.74
tahun. Selain terjadi stagnasi, AHH Kabupaten Jayapura masih lebih
rendah dibanding AHH Provinsi Papua yang mencapai 69.13 tahun. Salah
satu faktor yang mempengaruhi masih rendahnya AHH di Kabupaten
Jayapura adalah belum meningkatnya kesadaran penduduk terhadap
kesehatan yang terlihat dari sedikitnya pemanfaatan tenaga medis
dalam persalinan dan melakukan pengobatan di fasilitas-fasilitas
kesehatan yang disediakan pemerintah. Oleh karena itu, program
pembangunan dibidang kesehatan antara lain dengan meningkatkan
penyediaan tenaga dan fasilitas kesehatan, meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, meminimalkan angka
kematian ibu dan anak, melaksanakan imunisasi, melakukan
pemberantasan penyakit menular, menyediakan air bersih, memperbaiki
sanitasi, serta meningkatkan pelayanan kesehatan sangat diperlukan
agar status pembangunan manusia di Kabupaten Jayapura dapat terus
ditingkatkan.
(2) Angka Kematian
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda,
kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak
berkaitan dengan masalah social, ekonomi, adat istiadat maupun
masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk
memonitor kinerja pemerintah pusat maupun local dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kematian orang dewasa pada umumnya disebabkan karena penyakit
menular, penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang
beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya
disebabkan oleh penyakit system pernapasan bagian atas (ISPA) dan
diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi
buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular,
sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi
dan balita di suatu daerah.
Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan,
gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan
kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi
mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu merupakan
cerminann dari ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya
perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmenn untuk
mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) untuk
menurunkan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka di
38. - 54 -
tahun 1990 atau menjadi 20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015
dan menurunkan kematian ibu sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per
100.000 kelahiran.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh
dari berbagai instansi terkait, mulai dari pemerintah baik pusat
maupun daerah, LSM dan masyarakat pada umumnya.
Mortalitas yang menjadi indikator derajat kesehatan masyarakat
sebagaimana diuraikan diatas dapat diperoleh melalui data
survey/penelitian, namun untuk Kabupaten Jayapura khususnya Dinas
Kesehatan belum pernah melakukan survey/penelitian tersebut sehingga
data riil yang tersedia berdasarkan laporan rutin kematian yang
dilaporkan oleh puskesmas setiap bulan dan tentunya data tersebut
belum dapat mewakili gambaran yang sesungguhnya tentang angka
kematian diwilayah Kabupaten Jayapura. Namun setidaknya secara kasar
kita dapat memperkirakan penyebab kematian tertinggi di Kabupaten
Jayapura guna kepentingan perencanaan program kesehatan.
a. Jumlah Kasus Kematian Kasar
Kasus kematian secara umum yang tercatat oleh Puskesmas tahun
2013 jumlahnya mencapai 125 kasus hal ini terjadi penurunan sebanyak
21 kasus kematian dibanding tahun 2012 yang terdiri dari 146 Kasus.
Dari hasil laporan kematian ini diperoleh gambaran bahwa terdapat 10
Besar kasus Kematian di Kabupaten Jayapura dengan urutan sebagai
berikut:
Penyebab kematian tertinggi adalah kasus AIDS dengan 24 kasus
( 19.2 %) Kecelakaan ruda paksa dengan 12 kasus (9.6 %), Stroke
urutan ke tiga dengan 10 kasus (8.0 %), urutan ke empat adalah kasus
DM, dengan 7 kasus (5.6 %), urutan ke lima adalah kasus Asma
dengan 7 kasus (5.6 %),urutan ke enam adalah kasus Gagal Jantung
dengan 7 kasus (5.6 %), urutan tujuh adalah TBC dengan 6 Kasus
(4.8 %) urutan ke delapan adalah kasus Malaria dengan 5 kasus (4.0
%), urutan ke sembilan adalah kasus Kanker dengan 4 kasus (4.0 %),
urutan ke sepuluh adalah kasus Kejang Demam dengan 4 kasus (3.2 %),
dan penyakit lain yang tercatat adalah sejumlah 38 kasus (30.4 %).
b. Jumlah Kasus Kematian Bayi
Kasus kematian bayi Kabupaten Jayapura berdasarkan laporan
rutin kematian Puskesmas Tahun 2013 tercatat 5 kasus (1.9 %) dan
kematian balita 1 kasus ( 0.39 %), hal ini mengalami peningkatan
jika dibanding dengan tahun 2012 tercatat 4 kasus.
39. - 55 -
c. Jumlah Kasus Kematian Ibu Maternal
Kasus kematian ibu maternal adalah kasus kematian pada ibu yang
disebabkan oleh karena kondisi pada masa kehamilan atau persalinan
dan atau pada masa nifas. Kondisi ini menggambarkan rendahnya
derajat kesehatan masyarakat khususnya kaum ibu yang diharapkan
dapat melahirkan generasi penerus sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dari laporan rutin data kematian per puskesmas diperoleh data
kematian ibu maternal sebanyak 4 kasus dari 2.573 kelahiran hidup
(KLH) atau 1,55/1000 KLH, 4 kematian ini terdapat pada ibu bersalin
4 kasus (1 kasus Perdarahan, 3 infeksi) . Jumlah kematian ibu
maternal pada tahun 2013 ini tidak mengalami perubahan dibandingkan
tahun 2012 sebanyak 4 kasus sehingga masih berada dibawah angka
standar nasional 2,26/1000 KLH. Namun harus kita waspadai karena ada
kemungkinan masih ada kasus kematian ibu maternal yang tidak
terlaporkan oleh Puskesmas mengingat kemampuan Puskesmas yang
terbatas dalam mendata kasus kematian di wilayahnya. Berikut data
kasus kematian diwilayah kerja Puskesmas tahun 2013 :
Tabel 3.20. Jumlah Bayi Lahir, Bayi Lahir Hidup dan Bayi Lahir Mati di Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
NO DISTRIK
J U M L A H
BAYI LAHIR
BAYI LAHIR
HIDUP
BAYI LAHIR
MATI
1 Kaureh 301 301 -
2 Airu 22 22 -
3 Yapsi 134 134 -
4 Kemtuk 87 85 2
5 Kemtuk Gresi 103 102 1
6 Gresi Selatan 27 26 1
7 Nimboran 100 100 -
8 Namblong 70 70 -
9 Nimbokrang 139 139 -
10 Unurum Guay 46 46 -
11 Demta 80 80 -
12 Yokari 58 58 -
13 Depapre 82 81 1
14 Raveni Rara 40 40 -
15 Sentani Barat 100 99 1
16 Waibu 170 170 -
17 Sentani 927 914 13
18 Ebungfau 71 71 -
19 Sentani Timur 199 199 -
Jumlah 2.756 2.737 19
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura,2013
40. - 56 -
Masalah kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan
dalam ukuran kesakitan (Mordibitas) dan kematian (Mortalitas).
Keseatan merupakan unsur penting dalam kesejahteraan hidup, baik
perorangan, kelompok dan masyarakat. Perubahan masalah kesehatan
yang terjadi di masyarakat pada umumnya digambarkan dengan perubahan
“Pola Penyakit dan Jumlah Kasus Penyakit” yang dicatat dan diamati
di fasilitas-fasilitas kesehatan dalam bentuk angka dan data,
sehingga cukup baik untuk dijadikan bahan analisis tolak ukur
derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
Sebagai gambaran umum angka kesakitan di Kabupaten Jayapura
pada tahun 2013 dapat melalui data sepuluh besar penyakit
berdasarkan total kunungan pasien yang datang ke Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu yang ada di Kabupaten Jayapura. Dari sumber data
sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas dapat diketahui bahwa
sepuluh besar penyakit yang ada di Kabupaten Jayapura pada tahun
2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.21. Jumlah Kasus Kesakitan atau Penyakit di Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
NO PENYAKIT JUMLAH %
1 SPBA 43.471 33.64
2 MALARIA 28.119 21,76
3 PENYAKIT PADA SIS OTOT DAN
JARINGAN
14.143 10.94
4 PENYAKIT KULIT 10.881 8.42
5 GASTRITIS 5.929 4.58
6 DIARE 3.932 3.04
7 KECELAKAAN 2.958 2.28
8 HIPERTENSI 1.853 1.43
9 INFEKSI USUS 1.111 0.83
10 PENYAKIT GIGI & RONGGA MULUT 943 0.72
11 PENYAKIT LAINNYA 18.989 14.68
TOTAL 132.329 100.00
Sumber : Laporan Bulanan Penyakit Puskesmas,Dinas Kesehatan 2013
Pemerintah Kabupaten Jayapura selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dibidang kesehatan. Hal tersebut diupayakan
dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai
termasuk obat-obatannya. Selain itu, memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan, serta meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan
sehat. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan terus
dilakukan, agar pelayanan pada masyarakat menjadi lebih baik.
41. - 57 -
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Jayapura yaitu satu
unit Rumah Umum Daerah. Sementara sarana kesehatan tingkat pertama
yang bersifat pokok seperti Puskesmas, Pustu, bidan di desa wajib
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau adil dan
merata di wilayahnya. Kabupaten Jayapura dengan 19 Puskesmas, 53
Pustu, dan 26 Polindes sebagai fasilitas kesehatan pemerintah dan
ditunjang dengan Fasilitas kesehatan swasta lainnya seperti klinik
kesehatan, praktek dokter, praktek bidan, praktek pengobatan
tradisonal dan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan selama
tahun 2013 memberikan kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan di Kabupaten Jayapura.
Disisi lain pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana
kesehatan tetap terus dilakukan guna meningkatkan akses pelayanan.
Dari 19 Distrik semua sudah tersedia sarana Puskesmas, 6
diantaranya adalah puskesmas dengan fasilitas perawatan, 52
Puskesmas Pembantu (Pustu), 14 Polindes (Pondok bersalin desa) 17
unit puskesmas keliling (pusling) roda 4, 3 unit pusling air serta
disetiap puskesmas di sediakan juga pusling roda 2.
Pelayanan rawat inap dilakukan oleh enam Puskesmas antara lain
Puskesmas Sentani,Genyem, Lereh, Unurum Guay, Demta, Yapsi dan Rumah
Sakit Yowari. Jumlah tenaga pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura
pada tahun 2012 adalah sebanyak 427 orang , terdiri tenaga medis 24
orang, , perawat 155 , bidan 96 orang, Farmasi 18 orang, Gizi 29
orang, Teknis medis/analis 21 orang, Sanitasi 27 orang, Kesehatan
Masyarakat 28 orang, Lain-lain 27 orang sehingga dari jumlah tenaga
kesehatan tersebut yang bekerja di Institusi fungsional (Puskesmas)
362 orang (84,8%) , Di Institusi Struktural sebanyak 65 orang
(15,2%).
42. - 58 -
Tabel 3.22. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Menurut Distrik di
Kabupaten Jayapura Tahun 2013
NO DISTRIK KAMPUNG PUSKESMAS PUSTU POLINDES
1 SENTANI TIMUR 7 1 2 1
2 SENTANI 10 1 4 1
3 EBUNGFAU 5 1 2 0
4 SENTANI BARAT 5 1 1 3
5 WAIBU 7 1 1 0
6 DEPAPRE 8 1 1 5
7 KEMTUK 12 1 5 2
8 KEMTUK GRESI 12 1 4 5
9 NAMBLONG 9 1 1 0
10 NIMBORAN 14 1 2 0
11 NIMBOKRANG 9 1 1 2
12 DEMTA 7 1 2 5
13 UNURUM GUAY 6 1 4 1
14 KAUREH 5 1 2 1
15 YAPSI 9 1 7 0
16 GRESI SELATAN 4 1 2 0
17 YOKARI 5 1 3 0
18 AIRU 6 1 6 0
19 RAVENIRARA 4 1 3 0
JUMLAH 144 19 53 26
Sumber :Dinas Kesehatan (Data Dasar Puskemas) Kabupaten Jayapura, 2013
(3) Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif
dan professional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok dari subsitem SDM
kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Jumlah tenaga pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura pada
tahun 2013 adalah sebanyak 450 orang , terdiri tenaga medis
(dokter/dokter Gigi) 10 orang, perawat (Termasuk perawat gigi )
174 , bidan 94 orang, Farmasi 20 orang, Gizi 35 orang, Teknis
medis/analis 27 orang, Sanitasi 24 orang, Kesehatan Masyarakat 35
orang, lain - lain 31 orang sehingga dari jumlah tenaga kesehatan
tersebut yang bekerja di Institusi fungsional (Puskesmas) 385 orang
(85,5%) , Di Institusi Struktural sebanyak 65 orang (14,5%). Adapun
Rasio terhadap penduduk dari masing-masing tenaga per seratus ribu
penduduk adalah sebagai berikut :
43. - 59 -
Tabel 3.23. Rasio Tenaga Kesehatan per Jumlah Penduduk di Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
NO TENAGA
RASIO PER 1.000.000
PENDUDUK
INDIKATOR
1 DOKTER SPESIALIS 0 6
2 DOKTER UMUM 22,83 40
3 DOKTER GIGI 4,03 11
4 APOTEKER 5,37 10
5 PERAWAT 225,63 117,5
6 BIDAN 106,10 100
7 AHLI GIZI 59,09 22
8 TENAGA SANITASI 38,95 40
Sumber : Bidang sumberdaya manusia kesehatan, Dinas Kesehatan 2013
Kalau kita lihat tabel diatas maka rata-rata tenaga per 100.000
jumlah penduduk dibandingkan dengan Indikator Indonesia sehat tahun
2010 maka Kabupaten Jayapura masih banyak kekurangan tenaga,
terlebih lagi bila dibandingkan dengan luas wilayah dan kesulitan
geografis.
3.2.5. PENDIDIKAN
Pendidikan menjadi perhatian pemerintah sebagai upaya untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan berdaya saing dengan bangsa lain di
dunia. Terkait dengan hal tersebut maka Pemerintah Kabupaten
Jayapura terus berupaya untuk meningkatkan pendidikan masyrakat.
Persolana yang masih ditemui adalah terutama minimnya sarana
prasarana pendidikan yang layak serta kurangnya mutu dan jumlah
tenaga pendidik. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka di
Kabupaten Jayapura telah dilakukan berupa pembangunan dan perbaikan
sarana/prasarana pendidikan, serta program peningkatan mutu pendidik
seperti pelaksanaan diklat maupun bintek baik untuk guru, kepala
sekolah maupun pengawas sekolah.
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak
penduduk usia pendidikan yang sedang bersekolah, sehingga terkait
dengan pengentasan program wajib belajar. Indikator inilah yang
digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya program tersebut.
Sebagai standar program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai
APS SD (umur 7-12) sekitar 95 % dan APS SMP (umur 13-15 tahun)
lebih dari 70 %.
44. - 60 -
Berdasarkan data Susenas tahun 2013, APS penduduk 7–12 tahun
mencapai 96.67 %, ini berarti masih terdapat 3.33 % penduduk 7-12
tahun yang belum sekolah atau tidak sekolah lagi. Dari 96.67 persen
penduduk umur 7-12 tahun yang bersekolah ada yang masih sekolah di
SD, ada pula yang sudah duduk di bangku SMP. Sedangkan APS
penduduk umur 13-15 tahun sebesar 93.63 %, artinya 93.63 % penduduk
berumur 13-15 tahun masih aktif bersekolah pada tingkat SD, SLTP
atau sudah di bangku SLTA, sedangkan 6.37 % masih belum sekolah
atau tidak sekolah lagi. Untuk APS penduduk 16-18 tahun sebesar
78.36 %, artinya 78.36 % penduduk berumur 16-18 tahun masih aktif
bersekolah pada tingkat SLTP, SLTA atau bangku kuliah, sedangkan
21.64 % masih belum sekolah atau tidak sekolah lagi.
Tabel 3.24. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Jayapura Tahun 2013
USIA SEKOLAH
JAYAPURA
PAPUA
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
7-12 93.94 99.54 96.67 75.51
13-15 96.63 89.77 93.63 73.27
16-18 75.26 81.47 78.36 53.28
Sumber : Susenas Kor 2013
Bila dibandingkan dengan APS Provinsi Papua, daya serap
pendidikan untuk anak usia sekolah pada tiap jenjang di Kabupaten
Jayapura lebih besar dari Provinisi Papua secara keseluruhan.
Pada tahun 2013, APS usia 16-18 tahun lebih rendah dibanding
tahun sebelumnya yang berarti adanya penurunan. Hal tersebut
dikarenakan masih adanya adanya penduduk yang belum bersekolah atau
tidak sekolah lagi. Oleh karena itu diperlukan dukungan pemerintah
agar semua penduduk tidak hanya dapat menjalankan wajib belajar 9
tahun, namun juga dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tingg.
Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan
kualitas SDM Kabupaten Jayapura di masa datang dan pada akhirnya
berimbas pada penurunan IPM, sehingga hal ini perlu diwaspadai dan
dicari akar permasalahan dan solusinya. Sedangkan untuk APS usia 7-
12 tahun dan 13-15 tahun lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
45. - 61 -
Gambar 3.15. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Jayapura
Menurut Kelompok Umur Tahun 2012-2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura, 2014
Keberadaan penduduk yang dikategorikan dalam usia pendidikan
namun tidak bersekolah baik karena belum pernah sekolah maupun
karena drop out merupakan permasalahan yang harus dipecahkan karena
mereka adalah kunci utama penggerak roda pembangunan nantinya.
Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan kualitas pendidikan,
misalnya kemudahan akses, menambah tenaga pengajar, meningkatkan
kesadaran penduduk, dan melaksanakan Program beasiswa pendidikan
kepada siswa tidak mampu/berprestasi yang tepat sasaran untuk
mengurangi angka putus sekolah.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) mengukur proporsi anak sekolah
pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang
sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran
secara umum tentang banyaknya anak yang sedang/telah menerima
pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan data Susenas tahun 2013,
nilai APK pada jenjang SD sebesar 101.52 persen. Hal ini menunjukkan
jumlah murid yang sedang sekolah di jenjang SD lebih besar jika
dibandingkan dengan penduduk berumur 7-12 tahun.
7-12
13-15
16-18
94.97
85.97
83.82
96.67
93.63
78.36
2012 2013
46. - 62 -
Tabel 3.25 Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenis Kelamin dan
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Jayapura Tahun 2013
TINGKAT
PENDIDIKAN
KABUPATEN JAYAPURA
PAPUA
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
SD
100.30 102.80 101.52 96.97
SMP
120.46 85.57 105.21 95.53
SMA
82.93 95.42 89.16 77.22
Sumber : Susenas Kor 2013
Sama halnya dengan APK pada jenjang SD, APK untuk jenjang
sekolah SMP nilainya di atas seratus (105.21 persen). Hal ini
menunjukkan jumlah murid yang sedang sekolah di jenjang SMP lebih
besar jika dibandingkan dengan penduduk berusia 13-15 tahun yang
pada jenjang tersebut. Sedangkan APK pada jenjang SMU juga berada
di bawah seratus (89.16 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa hanya
sebagian dari anak sedang bersekolah dan kemungkinan sisanya sedang
sekolah pada jenjang pendidikan di bawahnya/di atasnya atau bahkan
mereka tidak sekolah lagi. Oleh karena itu, untuk memperjelas lagi
arti APK diperlukan indikator APM. Bila dibandingkan dengan tahun
lalu, pada tahun 2013 baik APK SD, SMP dan SMA mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Gambar 3.16. Angka Partisipasi Kasar Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Jayapura Tahun 2012-2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura, 2014
SD
SMP
SMA
101.06
97.85
82.36
101.52 105.21
89.16
2012 2013
47. - 63 -
Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) dapat menunjukkan proporsi anak
sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada
tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut definisi,
besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang
lebih kecil daripada nilai APK-nya dapat menunjukkan komposisi umur
penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan.
Tabel 3.26. Angka Partisipasi Murni Menurut Jenis Kelamin dan
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Jayapura Tahun 2013
TINGKAT
PENDIDIKAN
JAYAPURA
PAPUA
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
SD 88.37 91.66 89.98 72.90
SMP 81.01 50.05 67.47 45.88
SMA 42.14 60.10 51.10 36.53
Sumber : Susenas Kor 2013
APK pada jenjang SD/sederajat sebesar 101.52 persen, sedangkan
APM SD/sederajat hanya sebesar 89.98 persen. Ini berarti bahwa murid
SD/sederajat yang berumur 7-12 tahun sebanyak 89.98 persen,
sedangkan selisih antara APK dan APM sebesar 11.54 persen memiliki
arti bahwa diantara murid SD/sederajat 11.54 persennya berumur
kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun.
Pada jenjang SMP/sederajat, APK-nya sebesar 105.21 persen dan
APM-nya sebesar 67.47 persen yang berarti bahwa hanya 67.47 persen
penduduk usia 13-15 tahun yang terserap sebagai murid SMP/sederajat
dan sisanya bisa terserap dijenjang pendidikan SD, SMU, atau bahkan
tidak sekolah lagi. Selisih antara APK dan APM SMP/sederajat sebesar
37.73 persen berarti bahwa diantara murid SMP/sederajat 37.73
persennya berumur kurang dari 13 tahun atau lebih dari 15 tahun.
Begitu pula untuk jenjang SMU/sederajat, nilai APK-nya juga lebih
besar dari APM-nya.
48. - 64 -
Gambar 3.17. APK dan APM Kabupaten Jayapura Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Jayapura, 2014
3.2.6. KESEJAHTERAAN SOSIAL
a. Kemiskinan
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Papua dimana Kabupaten
Jayapura Tahun 2013 persentase penduduk miskin sebesar 17.58 %
berada dibawah Provinsi Papua 31.52 % dan di atas Kabuaten Merauke
12.33 % serta Kota Jayapura 16.19 %. Namun dibandingkan dengan tahun
2012 yaitu sebesar 17.08 % terlihat persentase penduduk miskin di
Kabupaten Jayapura meningkat sebesar 0.50 %, hal ini perlu diseriusi
dalam upaya menekan tingkat persentase penduduk miskin yang ada di
Kabupaten Jayapura.
Tabel 3.27.x Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Jayapura
Tahun 2009- 2013
TAHUN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (%)
2009 20.77
2010 18.64
2011 17.30
2012 17.08
2013 (September) 17.58
Sumber: BPS Provinsi Papua, Tahun 2013
SD
SMP
SMA
101.52
105.21
89.16
89.98
67.47
51.10
APK APM
49. - 65 -
b. Sumber Kesejahteraan Sosial
Tanggungjawab pemerintah untuk mengurus penduduk yang telantar
dengan menyediakan tempat tinggal dan lainnya merupakan mutlak
dilakukan. Selain itu pihak swasta seperti lembaga agama juga
diharapkan ikut bertanggungjawab bersama dengan menyediakan
kebutuhan penduduk yang terlantar.
Tabel 3.28. Jumlah Potensi Kesejahteraan Sosial (PSKS) di
Kabupaten Jayapura Tahun 2013
NO. JENIS PSKS
JUMLAH
TOTAL
L P
1. Pekerja Sosial Profesional 35 11 46
2.
Pekerja Sosial Masyarakat
(PSM)
334 0 334
3.
Taruna Siaga Bencana
(TAGANA)
38 6 44
4.
Lembaga Kesejahteraan
Sosial (LKS)
50 0 50
5. Karang Taruna (KT) 117 0 117
6.
Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga
(LK3)
1 0 1
7. Keluarga Pioner 4 0 4
8.
Wahana Kesejahteraan Sosial
Keluarga Berbasis
Masyarakat (WKSKBM)
3 0 3
9.
Wanita Pemimpin
Kesejahteraan Sosial (WPKS)
0 0 0
10. Penyuluh Sosial 16 0 16
11.
Tenaga Kesejahteraan Sosial
Kecamatan (TKSK)
16 0 16
12. Dunia Usaha 0 0 0
Sumber: Dinas Sosia Tenaga Kerja dan Transigrasil, 2014
c. Penduduk Rawan Sosial
Penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Jayapura
pada tahun 2013 masih perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah
dalam menangani masalah kesejahteraan sosial demikian peran serta
masyarakat diperlukan guna mengurangi masalah sosial yang masih
terjadi. Hal ini dapat terlihat pada table 3.26 sebagai berikut:
50. - 66 -
Tabel 3.29. Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejateraan
Sosial di Kabupaten Jayapura Tahun 2014
NO. JENIS PMKS
JUMLAH
TOTAL
L P
1. Anak Balita Terlantar (ABT) 487 70 557
2. Anak Terlantar (AT) 763 264 1027
3.
Anak yang Berhadapan dengan
Hukum 275 3 278
4. Anak Jalanan 0 0 0
5.
Anak dengan Kedisabilitasan
(ADK) 10 2 12
6. Anak yang menjadi Korban Tindak
Kekerasan atau diperlakukan
salah 0 0 0
7.
Anak yang memerlukan
perlindungan khusus 0 0 0
8. Lanjut Usia Terlantar 231 706 937
9. Penyandang Disabilitas 581 297 878
10. Tuna Susila 0 511 511
11. Gelandangan 0 0 0
12. Pengemis 0 0 0
13. Pemulung 0 0 0
14. Kelompok Minoritas 0 0 0
15. Bekas Warga Binaan Lembaga
Pemasyarakatan (BWBLP) 386 3 389
16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 531 735 1266
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA 179 17 196
18. Korban Trafficking 0 0 0
19. Korban Tindak Kekerasan 0 34 34
20.
Pekerja Migran Bermasalah Sosial
(PMBS) 0 0 0
21. Korban Bencana Alam 4009 KK 0 4009 KK
22. Korban Bencana Sosial 2163 KK 0 2163 KK
23. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 0 379 379
24. Fakir Miskin 12762 KK 0 12762 KK
25.
Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologis 6 KK 0 6 KK
26. Komunitas Adat Terpencil (KAT) 3765 KK 0 3765 KK
Sumber: Dinas Sosia Tenaga Kerja danTransigrasil, 2014
51. - 67 -
3.2.7. AGAMA
Mayoritas penduduk Kabupaten Jayapura beragama Kristen yaitu
sebesar 123.577 orang, sedangkan penduduk beragama Konghucu
berjumlah 13 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.16,
sebagai berikut:
Tabel 3.30. Jumlah Penduduk Berdasarkan Distrik dan Agama Yang
Dianut di Kabupaten Jayapura Tahun 2013
NO. DISTRIK
A G A M A
ISLAM KRISTEN KATOLIK HINDU BUDHA KONGHUCU JUMLAH
1 SENTANI
36,255 48,080 7,992 556 827 10 93,720
2
SENTANI
TIMUR 1,533 8,941 383 12 2
-
10,871
3 DEPAPRE
207 4,941 61
- - -
5,209
4
SENTANI
BARAT 1,303 4,043 162 6 9
-
5,523
5 KEMTUK
39 3,518 25
- - -
3,582
6
KEMTUK
GRESI 42 4,882 21
- - -
4,945
7 NIMBORAN
463 5,251 58 3 4
-
5,779
8 NIMBOKRANG
5,721 2,994 71 66 52 3 8,907
9
UNURUM
GUAY 247 2,617 37
-
20
-
2,921
10 DEMTA
226 3,543 32
- - -
3,801
11 KAUREH
1,310 11,428 2,419 9 9
-
15,175
12 EBUNGFAUW
4 3,296 1
- - -
3,301
13 WAIBU
5,166 8,754 726 27 28
-
14,701
14 NAMBLONG
1,610 2,465 112
- - -
4,187
15 YAPSI
4,591 2,536 719 12 14
-
7,872
16 AIRU -
937 1
- - -
938
17 RAVENIRARA -
1,538
- - - -
1,538
18
GRESI
SELATAN 4 1,369 1
- - -
1,374
19 YOKARI -
2,444
- - - -
2,444
JUMLAH
58,721 123,577 12,821 691 965 13 196,788
Sumber: Dinas Dukcapil,2014
52. - 68 -
Untuk kelancaran masyarakat dalam menunaikan ibadah sesuai
agama dan keyakinannya masing-masing maka fasilitas peribadatan
dibangun di daerah-daerah agar masyarakat dapat memanfaatkannya guna
peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaannya. Jumlah sarana/prasarana peribadatan yang ada di
Kabupaten Jayapaura pada tahun 2013 meliputi:
Tabel 3.31. Jumlah Tempat Ibadah Menurut Distrik di Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
NO NAMA DISTRIK
GEREJA
PROTESTAN
GEREJA
KATOLIK
MASJID VIHARA PURA
1 KAUREH 11 2 5 - -
2 AIRU 6 - - - -
3 YAPSI 9 4 6 - -
4 KEMTUK 16 - - - -
5 KEMTUK GRESI 18 - - - -
6 GRESI SELATAN 13 - - - -
7 NIMBORAN 22 2 1 - -
8 NAMBLONG 17 - 1 - -
9 NIMBOKRANG 18 1 4 1 2
10 UNURUM GUAY 7 - - - -
11 DEMTA 16 1 1 - -
12 YOKARI 10 - - - -
13 DEPAPRE 15 1 1 - -
14 RAVENIRARA 12 - - - -
15 SENTANI BARAT 20 1 5 - -
16 WAIBU 29 - 2 - 1
17 SENTANI 68 1 17 - -
18 EBUNGFAU 19 - - - -
19 SENTANI TIMUR 35 1 - - -
JUMLAH 361 14 43 1 3
Sumber: BPS, 2014
53. - 69 -
3.3. SUMBERDAYA ALAM
Dalam upaya meningkatkan pembangunan daerah sesuai dengan potensi
unggulan daerah, maka berdasarkan kebijakan pembangunan daerah
Kabupaten Jayapura dibagi dalam empat Wilayah Pembangunan. Untuk dapat
melihat dan mengetahui potensi wilayah pembangunan yang ada di
Kabupaten Jayapura, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.32. Pembagian Potensi Wilayah Pembangunan di Kabupaten
Jayapura
WILAYAH KAWASAN DISTRIK PRIORITAS PEMBANGUNAN
I Danau Sentani Sentani Timur
Sentani
Ebungfau
Waibu
Perdagangan
Industri
Pariwisa
Perikanan Darat
II Pesisir Ravenirara
Depapre
Yokari
Demta
Sentani Barat
Pariwisata
Industri
Perikanan Laut
Pelabuhan laut
III Grime Kemtuk
Kemtuk Gresi
Gresi Selatan
Nimboran
Nimbokrang
Namblong
Pertanian
Peternakan
Perkebunan
Agropolitan
IV Nawa Unurum Guay
Yapsi
Kaureh
Airu
Perkebunan
Pertanian
Peternakan
Prasarana
Trasportasi
Sumber : Rencana Tata Ruang Kabupaten Jayapura 2007 – 2027
Pola pengembangan wilayah adalah upaya untuk mengelola
prioritas masing – masing wilayah sesuai dengan kondisi dan pontesi
unggulan daerah, agar masing – masing wilayah dapat meningkatkan
pembangunan sesuai dengan potensi wilayah tersebut.
54. - 70 -
3.3.1. PERTANIAN, KEHUTANAN, PERKEBUNAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama sebagai lokasi budidaya atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusia.
Karakteristik tersebut merupakan potensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan budidaya. Berdasarkan Kepmen Nomor 327 tahun 2002 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW, Kawasan Budidaya terbagi lagi menjadi
kawasan budidaya kehutanan (KBK) dan kawasan budidaya non-kehutanan
(KBNK). Budidaya kehutanan adalah termasuk kawasan hutan produksi,
dengan jenis hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan
yang dapat dikonversi dan hutan rakyat. Sedangkan Budidaya Non
Kehutanan terdiri dari Budidaya Pertanian dan Non Pertanian.
Kegiatan sektor primer, yaitu kegiatan perekonomian yang
langsung mengandalkan nilai ekonomis dari potensi sumberdaya alam.
Alokasi ruang untuk kegiatan primer ini masih termasuk yang
terbesar, karena kegiatan masyarakat yang masih didominasi pada
sumber-sumber daya alam yang tersedia, seperti bertani, berkebun,
berternak, perikanan. Berikut beberapa kegiatan yang termasuk dalam
rencana pengembangan kegiatan sektor primer, yaitu :
3.3.1.1. Pertanian
Lahan Tanaman Pangan
Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Jayapura, diperkirakan luas lahan tanaman
pangan potensial yang ada adalah 60.982 ha, dan yang sudah tergarap
adalah seluas 5.414 ha yang mana sawah beririgasi baik teknis maupun
semi teknis seluas 1.264 ha, sehingga masih ada sekitar 56.396 ha
lahan yang belum tergarap. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
3.33 tentang Komposisi Luas Lahan dan Pengembangan Tanaman Pangan di
Kabupaten Jayapura (Ha).
55. - 71 -
Tabel 3.33. Komposisi Luas Lahan dan Pengembangan Tanaman Pangan di
Kabupaten Jayapura (Ha)
Sumber: Dinas Pertanian TPH Kab. Jayapura, 2009 (RTRW Kab.Jayapura)
Peruntukan lahan untuk pertanian tamanan pangan yang ada di
Kabupaten Jayapura dapat dioptimalkan dengan sistem perairan dengan
menggunakan teknologi/pompa dan dari pengelolaan sungai-sungai oleh
masyarakat. Prioritas pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan
dalam skala besar dan menengah dapat direncanakan pada kawasan
sentra produksi pertanian dan perkebunan di Kawasan Agropolitan
Grime (Distrik Kemtuk, Kemtuk Gresi, Gresi Selatan, Namblong,
Nimboran dan Nimbokrang) dan dalam skala kecil dan rumah tangga
(small and household farming) pada Distrik Depapre, Ebungfauw,
Ravanirara, Sentani Barat, Sentani Timur, Waibu, dan Yapsi.
NO DISTRIK LUAS POTENSI (Ha) LAHAN TERGARAP (Ha)
1 Airu 5.700 92
2 Demta 100 53
3 Depapre 112 60
4 Ebungfauw 110 50
5 Gresi Selatan 310 104
6 Kaureh 7.630 130
7 Kemtuk 600 200
8 Kemtuk Gresi 245 125
9 Namblong 5.370 1.250
10 Nimboran 2.290 190
11 Nimbokrang 8.470 1.632
12 Raveni Rara 153 73
13 Sentani 105 85
14 Sentani Barat 340 130
15 Sentani Timur 222 112
16 Unurum Guay 17.360 60
17 Waibu 216 46
18 Yapsi 11.549 1.079
19 Yokari 100 51
Jumlah 60.982 5.414
56. - 72 -
Tabel 3.34. Komposisi Luas Lahan Irigasi dan Pengembangan Irigasi di
Kabupaten Jayapura (Ha)
NO DISTRIK LUAS POTENSI (Ha) LAHAN TERGARAP (Ha)
1 Airu 5.6 0
2 Demta 0 0
3 Depapre 0 0
4 Ebungfauw 800 0
5 Gresi Selatan 100 0
6 Kaureh 7.5 0
7 Kemtuk 400 0
8 Kemtuk Gresi 150 0
9 Namblong 4.12 450
10 Nimboran 2.1 0
11 Nimbokrang 6.838 712
12 Raveni Rara 0 0
13 Sentani 0 0
14 Sentani Barat 210 40
15 Sentani Timur 0 0
16 Unurum Guay 17.3 0
17 Waibu 170 0
18 Yapsi 10.47 62
19 Yokari 0 0
Jumlah 55.758 1.264
Lahan Hortikulktura
Pengembangan lahan hortikultura di Kabupaten Jayapura,
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan. Dalam tahap awal
pengembangannya, diarahkan pada tanaman yang mempunyai daya simpan
cukup lama, karena masih terdapat kendala dalam hal
pendistribusiannya.
Budidaya pertanian tanaman pangan diarahkan pengembangannya
pada peningkatan nilai tambah hasil tani yang memerlukan pengolahan
khusus sehingga komoditas yang dihasilkan memiliki harga jual lebih
tinggi. Untuk mengimplementasikannya dibutuhkan pengetahuan dan
pendidikan kepada para petani mengenai pengolahan hasil tani.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Jayapura, diperkirakan luas lahan hortikultura potensial
yang ada adalah 208.055 ha, dan yang sudah tergarap adalah seluas
5.755 ha, sehingga masih ada sekitar 202.300 ha lahan yang belum
tergarap.
Sumber: Dinas Pertanian TPH Kab. Jayapura, 2009 (RTRW Kab.Jayapura)
57. - 73 -
Komoditas yang dapat diolah produksinya adalah bunga, buah-
buahan dan sayur-sayuran. Teknik intensifikasi dan diversifikasi
perlu dikembangkanguna mengoptimalkan lahan yang memiliki potensi
longsoran/runtuhan akibat proses panen, selan itu teknik pengolahan
tanah atau revitalisasi fungsi tanah pertanian perlu dikembangkan
untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan yang saat
ini mampu memenuhi kebutuhan lokal dan wilayah hinterland-nya. Oleh
karena itu, alokasi ruang untuk lahan hortikultura juga direncanakan
pada kawasan Grime Sekori, sebagian di
Tabel 3.35. Komposisi Luas Lahan dan Pengembangan Hortikultura di
Kabupaten Jayapura (Ha)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Jayapura, 2009
(RTRW Kab.Jayapura)
Kawasan pertanian juga dapat dikembangkan dengan konsep
agrotourism, terutama wisata ke daerah pertanian yang memungkinkan
wisatawan terlibat dalam proses kegiatannya. Di daerah pertanian
yang disatukan dengan peternakan, wisatawan dapat ikut memberi makan
ternak seperti sapi, babi, itik atau ayam. Di kawasan pertanian
yang disatukan dengan kolam ikan, maka wisatawan dapat memancing
ikan, membakarnya untuk dimakan di tempat. Namun apabila wisatawan
ingin membawa hasil pancingan sebagai buah tangan, penduduk dapat
membantu memasakkannya, atau membungkusnya untuk dibawa pulang dalam
keadaan mentah. Untuk rencana pengembangan kawasan pertanian hingga
tahun 2028 adalah sebagai berikut :
NO DISTRIK LUAS POTENSI (Ha) LAHAN TERGARAP (Ha)
1 Airu 19.300 190
2 Demta 6.900 156
3 Depapre 940 89
4 Ebungfauw 9.090 57
5 Gresi Selatan 2.800 110
6 Kaureh 46.370 230
7 Kemtuk 3.400 254
8 Kemtuk Gresi 7.225 250
9 Namblong 6.630 964
10 Nimboran 16.010 216
11 Nimbokrang 8.730 922
12 Raveni Rara 3.947 87
13 Sentani 1.895 405
14 Sentani Barat 1.660 198
15 Sentani Timur 3.383 413
16 Unurum Guay 44.640 182
17 Waibu 5.284 76
18 Yapsi 12.451 836
19 Yokari 7.400 120
Jumlah 208.055 5.755
58. - 74 -
Tabel 3.36. Luas Lahan Rencana Kawasan Pertanian di Kabupaten
Jayapura Tahun 2028 (Ha)
NO DISTRIK
LUAS TERGARAP
(Ha)
LUAS RENCANA (Ha)
1 Airu 282 16.30215
2 Demta 209 867,22
3 Depapre 149 242,81
4 Ebungfauw 107 993,20
5 Gresi Selatan 214 2.033,13
6 Kaureh 360 4.227,74
7 Kemtuk 454 1.042,46
8 Kemtuk Gresi 375 896,30
9 Namblong 2.664 892,65
10 Nimboran 406 1.059,76
11 Nimbokrang 3.266 4.346,35
12 Raveni Rara 160 62,89
13 Sentani 490 2.538,05
14 Sentani Barat 368 105,74
15 Sentani Timur 525 324,38
16 Unurum Guay 242 6.621
17 Waibu 122 4.381,01
18 Yapsi 1.977 3.736,42
19 Yokari 171 1.613,99
Jumlah 12.541 52.287,24
Sektor pertanian sebagai sektor unggulan masyarakat Kabupaten
Jayapura merupakan modal dalam pembangunan dan pengembangan wilayah
potensial khususnya wilayah pembangunan III yang meliputi Kawasan
Grime terdapat 6 Distrik yakni, Distrik Kemtuk, Kemtuk Gresi, Gresi
Selatan, Namblong, Nimboran dan Nimbokrang.
Hingga tahun 2013 data potensi sumber daya lahan, baik lahan
irigasi (sawah), kering atau tegalan yang tergarap maupun yang belum
tergarap di Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada tabel 3.37 berikut
terlihat bahwa dari potensi lahan seluas 269.037 Ha yang tersedia,
ternyata baru tergarap seluas 15.447 Ha (6,02 %) sementara yang
belum tergarap seluas 256.420 Ha (95.31 %).
Sumber: Dinas Pertanian Tan Pangan dan Hortikultura (RTRW Kab. Jayapura)
60. - 76 -
Petani
Jumlah Petani di Kabupaten Jayapura Tahun 2013 sebanyak 14.147
jiwa. Untuk petani di Papua umumnya adalah petani
heterokultura/tidak mengusahakan satu jenis komoditi pertanian
mereka adalah petani yang mengusahakan beberapa macam komoditi baik
tanaman pangan, hortikultura maupun peternakan.
Berdasarkan luasan lahan garapan dapat diklarifikasikan bahwa
petani yang mengusahakan tanaman Pangan sebanyak 2.491 jiwa dan
yang mengusahakan komoditi holtikultura sebanyak 1.446 jiwa,
Peternakan 2.608 jiwa, dan Perkebunan sebanyak 8.602 jiwa. Dengan
demikian maka dapat dikatakan bahwa 4.90 % penduduk Kabupaten
Jayapura adalah penduduk yang mengusahakan sektor pertanian sebagai
sumber pendapatan utama dalam memenuhi kesejahteraannya. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.38. Jumlah Petani Berdasarkan Distrik Di Kabupaten
Jayapura Tahun 2013
NO DISTRIK
TAN.
PANGAN
HORTI-
KULTURA
P’TERNAK P’KEBUN JUMLAH
1 Sentani 394 275 344 391 1,404
2 Sentani Timur 72 64 192 416 744
3 Depapre 33 264 154 360 811
4 Sentani Barat 197 359 489 500 1,545
5 Kemtuk - - 62 695 757
6 Kemtuk Gresi 52 25 61 456 594
7 Nimboran 71 25 182 283 561
8 Nimbokrang 612 77 253 535 1,477
9 Unurum Guay - - - 407 407
10 Demta 62 - 48 343 453
11 Kaureh - - - 200 200
12 Ebungfauw 221 - 93 221 535
13 Waibu 191 82 332 528 1,133
14 Namblong 195 - 160 481 836
15 Yapsi 307 91 - 1,042 1,440
16 Airu - - 133 158 291
17 Ravenirara - 184 - 94 278
18 Gresi Selatan 31 - - 286 317
19 Yokari 53 - 105 206 364
Jumlah 2,491 1,446 2,608 7,602 14,147
Sumber : BP4K Kabupaten Jayapura, 2013
61. - 77 -
Kelompok Tani
Jumlah anggota kelompok tani di Kabupaten Jayapura sebanyak
3.650 yang terdiri dari 177 Kelompok Tani tersebar di 17 Wilayah
Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP). Untuk petani di Papua umumnya
adalah petani heterokultur/tidak mengusahakan satu jenis komoditi
pertanian mereka adalah petani yang mengusahakan beberapa macam
komoditi baik tanaman pangan, hortikultura maupun peternakan.
Pada tabel 3.38 berdasarkan luasan lahan garapan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut petani yang mengusahakan tanaman
pangan sebanyak 12.273 jiwa dan yang mengusahakan komoditi
hortikultura sebayak 5.274 jiwa.
Tabel 3.39. Jumlah Kelompok Tani di Kabupaten Jayapura Tahun 2010
NO.
BPP/
DISTRIK
JMLH
WKPP
JMLH
KELP
JML
ANGG
JUMLAH KELAS KELOMPOK
PRA
PEMULA
PEMULA LANJUT MADYA UTAMA
I TOWARE
01. Sentani 8 28 669 26 2
02. Ebungfauw 3 14 221 14 - - - -
03. Sentani Timur 3 9 116 9 - - - -
04. Sentani Barat 3 15 300 12 3 - - -
05. Waibu 5 12 282 8 4 - - -
II DEMTA
06. Demta 2 3 62 3 - - - -
07. Yokari 2 6 120 6 - - - -
III DEPAPRE
08. Depapre 3 13 265 13 - - - -
09. Ravenirara 2 14 159 14 - - - -
IV HENAKLAY BESUM
10. Nimboran 2 4 61 - 4 - - -
11. Nimbokrang 4 33 925 6 6 7 14 -
12. Namblong 1 7 95 - - - 6 1
13. Kemtuk - - - - - - - -
14. Kemtuk Gresi 2 2 60 2
15. Unurum Guay - - - - - - - -
16. Gresi Selatan 1 2 31 2 - - - -
V KAUREH
17. Kaureh - - - - - - - -
18. Yapsi 3 15 379 10 5
19. Airu - - - - - - - -
Total 46 177 3.650 123 26 7 20 1
Sumber : Dinas TPH Kabupaten Jayapura, 2011
62. - 78 -
Luas Lahan dan Jumlah Produksi
Dalam pelaksanaan budidaya pertanian komoditi padi dan kedelai
pencapaian luas tanam dan luas panen sama hal ini disebabkan karena
dalam pelaksanaan budidaya komoditi ini petani penggarapnya adalah
petani yang telah mengusahakan komoditi ini secara terus menerus
sebagai sumber mata pencaharian tetap dan telah menerapkan
teknologi yang lebih baik termasuk dengan usaha pengendalian hama
penyakitnya selain itu ditunjang pula dengan tata niaga pemasaran
dan harga yang baik. Disamping itu terjadinya kemarau yang
panjang menyebabkan hasil produksi petani tidak maksimal.
Tabel 3.40. Luas Tanam dan Jumlah Produksi Pertanian di Kabupaten
Jayapura Tahun 2012
NO. KOMODITI
LUAS TANAM
(Ha)
JML PRODUKSI
(Ton)
Tanaman Pangan
1. Padi Sawah 1.986 6.548
2. Padi Ladang 136 332
3. Jagung 325 816
4. Kedelai 586 509
5. Kacang Tanah 91 107
6. Kacang Hijau 11 9
7. Ubi Jalar 242 2.025
8. Ubi Kayu 298 2.583
Hortikulura
9. Jeruk 1.871 8.790
10. Mangga 2.027 4.290
11. Pisang 3.193 5.620
12. Rambutan 1.241 1.395
13. Duku 143 40
14. Durian 242 356
15. Pepaya 1.921 1.734
16. Cabe Merah 182 403
17. Sawi 152 734
18. Buncis 32 118
19. Tomat 98 351
20. K. Panjang 152 315
21. Kubis 27 46
22. Kangkung 177 790
23. Bayam 166 611
Tanaman Obat dan Spesifik Lokal
24. Jahe 31 64
25. Lengkuas 58 43
26. Kunyit 41 225
27. Anggrek 248 974
Sumber : Dinas TPH Kabupaten Jayapura, 2013
63. - 79 -
Untuk jenis komoditi buah-buahan, jumlah produksi pisang lebih
banyak yaitu 5.620 ton pada tahun 2012 dengan luas areal tanam 3.193
Ha. Sedangkan paling sedikit adalah produksi salak yaitu 40 ton pada
tahun 2012 dengan luas areal 143 Ha.
Sedangkan untuk jenis komoditi sayuran, jumlah produksi
kangkung lebih banyak yaitu 790 ton pada tahun 2012 dengan luas
areal 177 Ha, dan paling sedikit adalah Kubis yaitu 46 Ton pada
tahun 2012 dengan luas areal 27 Ha.
Sementara untuk jenis komoditi tanaman obat dan spesifik
lokal, jumlah produksi anggrek lebih besar yaitu 974 ton pada tahun
2012 dengan luas areal tanam 248 Ha, dan yang paling sedikit adalah
produksi jahe yaitu 64 ton pada tahun 2012 dengan luas areal 31 Ha.
Dalam peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pertanian
juga mengalami banyak persoalan terutama yang disebabkan oleh
Organisme Penggangu Tanaman (OPT).
Tabel 3.41. Jenis OPT Yang Menyerang Tanaman Pangan di Kabupaten
Jayapura
NO. KOMODITI JENIS OPT UTAMA
1 Padi Hama Putih Palsu, Walang Sangit, Belalang,
Tikus, Pengerek Batang, Hawar
2 Jagung Babi, Pengerek Tongkol, Belalang, Lalat
Bibit.
3 Kcg. Tanah Karat, Bercak Daun, Penggulung Daun,
Tikus, Babi
4 Kedelai Lalat Buah, Kutu Daun, Kepik, Pengerek
Polong.
5 Kcg. Hijau Ulat Grayak, Bercak Daun, Walang Sangit
6 Cabe Busuk Buah, Lalat Bibit, Kutu Daun,
7 Kcg.Panjang Kutu Daun, Lalat Buah
8 Mangga Lalat Buah, Embun Jelaga
9 Jeruk Jamur Upas, Embun Jelaga, Kudis
10 Ubi-Ubian Babi, Tikus
11 Bunga-Bungaan Kutu Putih, Embun Jelaga
Sumber : Dinas TPH Kabupaten Jayapura, 2013
64. - 80 -
Tingkat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) masih
termasuk kategori ringan dan sedang hal ini disebabkan karena dalam
mengendalikan OPT telah dilakukan pengamatan sejak dini sehingga
jika tanaman terserang hama penyakit dapat langsung dikendalikan.
Pengamatan dilakukan sendiri oleh petani/kelompok tani. Anggota
kelompok tani yang bertugas mengamati / mengendalikan OPT disebut
kelompok Regu Pengendali Hama (RPH) mereka dibimbing oleh PPL dan
Pengamat Hama.
3.3.1.2.Kehutanan
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi merupakan kawasan hutan yang dikelola
untuk peningkatan kesejahteraan penduduk, dalam arti keberadaan
hutan produksi dapat difungsikan sebagai lahan produktif dengan
tidak mengganggu tegakan dan yang diambil hanya hasil dari tanaman
tersebut. Kawasan Budidaya Hutan Produksi terdiri dari kawasan Hutan
Produksi Tetap, Hutan Produksi terbatas, dan Hutan Produksi Konversi
(Hutan Tanaman Industri).
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Tetap Adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
hutan produksi tetap dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang
pilih dan tanam. Pada hutan produksi tetap pada dasarnya hasil hutan
dapat dikelola seoptimal mungkin, tetapi tetap memberlakukan prinsip
dasarnya yakni “apa yang diambil dari alam harus diganti dengan hal
yang serupa kepada alam“ sehingga pengambilan hasil hutan harus
dilaksanakan secara bergilir dan dilakukan penanaman kembali sebagai
bagian dari upaya pelestarian sekaligus mempertahankan kualitas
alam.
Kriteria yang ditetapkan untuk kawasan hutan produksi tetap
adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis
tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 124, di luar hutan
suaka alam, hutan wisata dan hutan konservasi lainnya (SK Mentan
No.683/KPTS/Um/8/1981 dan 837/KPTS/Um/11/1980).
65. - 81 -
Berdasarkan hasil analisis tutupan lahan, tahun 2006, maka luas
wilayah hutan di Kabupaten Jayapura sebesar 1.344.382 Ha dan hutan
yang paling luas berada di Distrik Kaureh dan Unurum Guay. Saat ini,
status beberapa pemegang hak pengelolaan hutan sudah tidak aktif.
Oleh karena itu, dalam kurun waktu ini dapat dilakukan penataan
kembali pemberian ijin pengelolaan hutan karena ada beberapa lokasi
hutan produksi yang bersebelahan dengan kawasan hutan lindung, dan
hal ini sangat rentan untuk terjadi pembukaan hutan yang tidak
sinkron dan sinergi dengan fungsi lindung tersebut mengingat fungsi
hutan dalam ekologi wilayah sangat berguna dalam menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi penduduk.
Oleh karena itu, pembukaan hutan dapat lebih difokuskan
pada wilayah hutan yang masih luas. Diharapkan pada tahun mendatang,
rencana alokasi penggunaan lahan untuk hutan produksi tetap seluas
86.171,58 ha/861,72 km², seperti di Distrik Kaureh dan Unurum Guay.
66. - 82 -
Tabel 3.42. Rencana Peruntukan Lahan Untuk Kawasan Lindung
NO. KAWASAN LINDUNG RENCANA
1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Dibawahnya
Hutan Lindung
Seyogyanya di dalam kawasan hutan lindung tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya penduduk. Namun
karena sudah lama kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat tinggal penduduk, maka kegiatan budidaya
yang hanya diperbolehkan adalah pemukiman masyarakat tradisional.
Wilayah hutan lindung yang masih berupa hutan harus dipertahankan, dan yang sudah tidak berupa hutan
harus ditanami kembali.
Penggunaan lahan yang telah ada (permukiman, sawah, tegalan, tanaman tahunan/perkebunan, dan lain-lain)
di dalam kawasan ini secara bertahap dialihkan ke arah usaha konservatif dan/atau dibatasi secara
ketat, sehingga fungsi lindung yang diemban dapat dilaksanakan.
Penggunaan lahan yang akan mengurangi fungsi konservasi secara bertahap dialihkan fungsinya sebagai
lindung sesuai kemampuan dana yang ada.
Penggunaan lahan baru tidak diperkenankan bila tidak menjamin fungsi lindung terhadap hidro-orologis,
kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak bisa dialihkan (menara TVRI, jaringan listrik, telepon,
air minum dan lain-lain), hal tersebut tetap memperhatikan azas konservasi.
Kawasan Resapan
Air
Untuk menjaga fungsinya sebagai hutan lindung, maka sepanjang hutan lindung perlu dibentuk
adanya kawasan penyangga (buffer zone), sehingga tidak bersinggungan langsung dengan kawasan
budidaya intersif (misalnya kawasan permukiman, industri). Pola pemanfaatan ruang ini berupa
kawasan tanaman keras/perkebunan