SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Download to read offline
i ProfilKeluarga Papua2014
i
KATA PENGANTAR
Berkat Bimbingan dan Penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Profil Keluarga
Provinsi Papua tahun 2014 telah selesai disusun tepat waktu, hal ini sejalan
dengan Tupoksi Perwakilan BKKBN Provinsi Papua sebagai institusi pemerintah
yang menangani bidang Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK), berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Keluarga
tersebut. Profil Keluarga pada jangka panjang, hendaknya tidak saja memotret
situasi keluarga di tingkat Provinsi, namun juga mengerucut semakin detail pada
tingkat kabupaten/kota, distrik bahkan bila memungkinkan sampai tingkat
kampung. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan
keluarga terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih
memudahkan penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus
menangani wilayah manakah yang memiliki permasalahan.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dimana Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya
mempunyai tugas fungsi penyelenggaraan bidang keluarga berencana saja tetapi
juga mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan, kerjasama dan
pendidikan kependudukan, pendidikan dan latihan kependudukan dan
peningkatan penyediaan data informasi kependudukan. Profil Keluarga Provinsi
Papua Tahun 2014 merupakan sebagian kecil dari potret kondisi keluarga-
keluarga, yang nantinya menjadi pedoman dan acuan bagi para pemangku
kepentingan dan mitra kerja dalam menyelenggarakan program di Provinsi Papua.
Kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Koalisi
Kependudukan Provinsi Papua, Koalisi Muda Kependudukan Provinsi Papua dan
para Mitra kerja SKPD di Provinsi Papua, Perwakilan SKPD KB Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua dan semua pihak yang telah berkontribusi hingga Profil Keluarga
Provinsi Papua tahun 2014 tersusun dengan baik.
Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap
dokumen ini, terutama menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku
Profil Keluarga Provinsi Papua.
Jayapura, Juli 2014
Drs. NERIUS AUPARAY, M.Si
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua
ii ProfilKeluarga Papua2014
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….. ii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………………….. iii
Bagian I. Pendahuluan ………..……………………………………….……………… 1
a. Latar belakang ……………..……………………………………………... 1
b. Tujuan ………………………………………………………………………… 3
c. Landasan hukum ………………………………………………………….. 3
d. Konsep dan definisi ………………………………………………………. 3
Bagian II. DINAMIKA PENDUDUK …………………………………………………. 8
a. Jumlah penduduk …………………………………………………………. 8
b. Jumlah keluarga …………………………………………………………… 11
c. Rasio dan jenis kelamin ………………………………………………… 14
d. Rata-rata jumlah anggota keluarga ………………………………… 15
e. Pola perkawinan …………………………………………………………… 16
f. Angka perceraian …………………………………………………………. 16
g. Status keluarga ……………………………………………………………. 17
h. Pendapatan …………………………………………………………………. 18
i. Migrasi dan mobilitas ……………………………..……………………… 19
j. Pendidikan, rata-rata lama sekolah ………………………………… 21
k. Pekerjaan …………………………………………………………………….. 22
l. Kesehatan …………………………………………………………………….. 23
m. Agama ……………………………………………………………………….. 25
Bagian III KELUARGA DALAM MASYARAKAT ADAT PAPUA….. 26
a. Sebaran suku-suku di Papua .…………………………………. 26
b. Keluarga dan perannya……………… ............................ 27
1. Penggambaran adat/budaya …..…………………………… 27
2. Fungsi keluarga dan kelahiran……..………………………. 28
3. Tanggungjawab anak laki-laki ..............…............... 29
4. Sistim Matapencaharian masyarakat lokal ............... 29
5. Perkawinan .......................................................... 32
c. Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Papua…………… 34
Bagian IV PENUTUP ………………………………………………………………………. 36
DAFTAR BACAAN .................................................................................. 37
iii ProfilKeluarga Papua2014
iii
DAFTAR TABEL/GRAFIK/GAMBAR
Halaman
Tabel 1. Persebaran suku bangsa berdasarkan wilayah administrasi ………. 27
Grafik 1. Pertumbuhan penduduk Papua ……………………………………………….. 10
Grafik 2. Tren TFR menurut SDKI 1991-2012 ………………………………………… 11
Grafik 3. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga (ART) ………………………… 15
Grafik 4. Persentase tahapan Keluarga sejatera tahun 2009-2013 ………...... 18
Diagram 1. Jumlah penduduk per jenis kelamin di Papua tahun 2010 ………….. 8
Diagram 2. Jumlah keluarga 29 kabupaten/kota di Papua tahun 2013 …………. 12
Diagram 3. Rasio jenis kelamin di Papua tahun 2010 …………………………………. 14
Diagram 4. Jumlah perkara perceraian yang diterima PTA Papua tahun 2013 17
Diagram 5. Laju pertumbuhan penduduk 29 kabupaten/kota di Papua tahun
2010 ……………………………………………………………………………………..
19
Diagram 6. Persentase migrasi risen 29 kabupaten/kota di Papua tahun
2010 ……………………………………………………………………………………..
20
Diagram 7. Jumlah angkatan kerja 2010 dan 2011 ……………………………………. 22
Diagram 8. Penduduk Per Agama …………………………………………………………….. 25
Gambar 1. Peta pesebaran penduduk di Provinsi Papua …………………………….. 9
Gambar 2. Data tahapan keluarga sejahtera di Provinsi Papua tahun 2013 …. 13
1 ProfilKeluarga Papua2014
1
Bagian Pertama
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di tengah-tengah kompleksitas kultural yang muncul melalui
serangkaian perubahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), kualitas kehidupan bersama dalam keluarga semakin mengalami
penurunan. Kegagalan moral terus menggerogoti keluarga dan manusia
semakin tidak peduli, bahkan menihilkan segala persoalan yang berkaitan
dengan moral kehidupan bersama.
Isu Keluarga merupakan isu yang sangat strategis dan bersifat lintas
sector, sehingga pengintegrasian berbagai aspek keluarga ke dalam
perencanaan pembangunan kependudukan dan bagaimana pembangunan
kependudukan itu dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang harus
diwujudkan. Dalam hal ini, upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan
keluarga dalam kependudukan sebagai dinamika penduduk dengan berbagai
kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar ke depan
pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan adanya
keseimbangan yang serasi antara kuantitas dan kualitas penduduk,
pengarahan mobilitas dan penataan persebarannya yang didukung upaya-
upaya perlindungan dan pemberdayaan keluarga serta peningkatan
pemahaman dan pengetahuan tentang wawasan kependudukan bahkan
sejak usia dini.
Disadari data kependudukan memegang peranan penting dalam
menentukan kebijakan, perencanaan pembangunan, dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan, baik bagi pemerintah maupun pihak lain termasuk dunia
usaha. Karena itu ketersediaan data perkembangan kependudukan sampai
tingkat lapangan menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan program-
program kependudukan. Untuk itu pengembangan system informasi
kependudukan yang bisa diakses dan dimanfaatkan berbagai pihak yang
berkepentingan untuk tujuan intervensi yang berbeda-beda merupakan
2 ProfilKeluarga Papua2014
2
kebutuhan utama untuk segera diaplikasikan, sehingga data kependudukan
yang tersedia makin lengkap dan akurat, mudah dan tepat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Informasi perkembangan kependudukan merupakan informasi
strategis dan sangat dibutuhkan berbagai pihak, terutama pemerintah
dalam menentukan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Demikian
juga para pelaku bisnis, dalam merencanakan strategi pengembangan
usahanya juga menggunakan informasi kependudukan.
Dalam Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan telah memperkokoh
upaya pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
(KB) dalam mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju
penduduk tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil bahagia
dan sejahtera. Dalam undang-undang dimaksud juga memberikan
gambaran bahwa aspek-aspek kependudukan secara fungsional
membentuk satu kesatuan ekosistem. Demikian arah kebijakan pemerintah
menyelenggarakan pembangunan senantiasa memperhatikan aspek
kependudukan sebagai ”pembangunan berwawasan kependudukan dan
berkelanjutan”, yang mana kebijakan ini perlu didukung dengan kebijakan
yang menyangkut pengendalian penduduk.
Pada saat ini diharapkan terjadi pergeseran paradigma yang
mengedepankan pola pembangunan yang berwawasan kependudukan.
Pembangunan yang demikian secara khusus di Provinsi Papua
mengandung dua makna, pertama: pembangunan yang disesuaikan
dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada; kedua: pembangunan
sumber daya manusia, yaitu pembangunan yang lebih menekankan kualitas
sumber daya manusia berbasis kontekstual dibandingkan peningkatan
infrastruktur semata.
Berkaitan dengan tugas dan fungsinya tersebut, serta agar
dapat memberikan gambaran informasi yang akurat berkaitan dengan
informasi keluarga bagi pihak-pihak yang terkait dan masyarakat pada
3 ProfilKeluarga Papua2014
3
umumnya, maka dilakukan penyusunan buku profil keluarga.
B. TUJUAN
Memberikan gambaran berkaitan dengan informasi tentang Keluarga
serta perkembangannya di Provinsi Papua sampai dengan tahun 2013 bagi
pihak-pihak yang terkait dan masyarakat pada umumnya.
C. LANDASAN HUKUM
 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
K ependudukan dan Pembangunan Keluarga;
 Peraturan Presiden (Peppres) Nomor 62 tahun 2010 tentang Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;
 Peraturan Kepala (Perka) BKKBN Nomor 72 tahun 2011 tentang
Struktur Kelembagaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional;
 Peraturan Kepala (Perka) BKKBN Nomor 82 tahun 2011 tentang
Struktur Kelembagaan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Provinsi
D. KONSEP DAN DEFINISI
 Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun
2009);
 Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan
kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya,
agama serta lingkungan penduduk setempat (Undang-Undang RI Nomor
52 Tahun 2009);
 Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
4 ProfilKeluarga Papua2014
4
dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk
(Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);
 Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan
dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan
dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan (Undang-
Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);
 Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan
nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,
sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,
berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak (Undang-Undang RI
Nomor 52 Tahun 2009);
 Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);
 Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat (Undang-Undang
RI Nomor 52 Tahun 2009);
 Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Undang-Undang RI Nomor 52
Tahun 2009);
 Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Undang-
Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);
5 ProfilKeluarga Papua2014
5
 Kematian atau mortalitas menurut WHO adalah suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang
bias terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup;
 Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan
perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu;
 Mobilitas penduduk permanen (migrasi) adalah perpindahan
penduduk dengan tujuan untuk nenetap dari suatu tempat ke tempat lain
melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/ negara
(migrasi internasional);
 Mobilitas penduduk non permanen (circucaltion/sirkuler) adalah
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melewati batas administratif. Mobilitas penduduk
non permanen dibagi menjadi dua yaitu ulang alik nglaju (commuting)
dan menginap/mondok;
 Penduduk musiman merupakan salah satu jenis mobilitas penduduk
non permanen yang bekerja tidak pada daerah domisilinya dan menetap
dalam kurun waktu lebih dari satu hari tetapi kurang dari satu tahun dan
dilakukan secara berulang;
 Mobilitas penduduk ulang-alik atau nglaju adalah gerak penduduk
dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan
kembali ke daerah asal pada hari yang sama;
 Migrasi kembali (return migration) adalah banyaknya penduduk yang
pada waktu diadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang sama
dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal di daerah yang
berbeda;
 Migrasi semasa hidup (life time migration) adalah bentuk migrasi
dimana pada waktu diadakan pendataan tempat tinggal sekarang
berbeda dengan tempat kelahirannya;
 Migrasi risen (rencent migration) adalah bentuk migrasi melewati batas
wilayah administrasi (kampung/distrik/kabupaten/provinsi) dimana pada
6 ProfilKeluarga Papua2014
6
waktu diadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang berbeda
dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu.
 Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya konsentrasi penduduk di
perkotaan dan atau proses perubahan suatu daerah perdesaan menjadi
perkiraan, balk secara fisik maupun ukuran-ukuran spasial dan/ atau
bertambahnya fasilitas perkotaan, serta lembaga-lembaga sosial,
maupun perilaku masyarakatnya.
 Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai
dengan 64 tahun.
 Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah proporsi angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja.
 Pengangguran adalah orang yang termasuk angkatan kerja, namun
pada saat pendataan/survey atau sensus tidak bekerja dan sedang
mencari kerja.
 Angka Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap
angkatan kerja.
 Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke bawah dan
penduduk berusia 64 tahun ke atas.
 Lahir hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan
lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda
kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya ada nafas, ada denyut jantung
atau denyut tali pusar atau gerakan otot.
 Lahir mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan
pada saat dilahirkan.
 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata
banyaknya anak yang akan dimiliki oleh seorang vvanita pada masa
reproduksinya jika ia mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung.
 Angka Kematian Bayi Baru Lahir adalah banyaknya kematian baru
lahir, usia kurang dari satu bulan (0-28) hari pada suatu periode per
1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.
7 ProfilKeluarga Papua2014
7
 Angka Kematian Bayi Lepas Baru Lahir adalah banyaknya kematian
bayi lepas baru lahir (usia 1-11 bulan) pada suatu periode per 1.000
kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.
 Angka Kematian Bayi/IMR adalah banyaknya kematian bayi usia
kurang dari satu tahun (9-11 bulan) pada suatu periode per 1.000
kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.
 Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada
waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000
kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya.
 Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian yang terjadi pada
suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.
8 ProfilKeluarga Papua2014
8
Bagian Kedua
DINAMIKA PENDUDUK
A. JUMLAH PENDUDUK
Di Provinsi Papua, berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010,
dengan jumlah penduduk 2.833.381 jiwa terdiri dari penduduk Laki-laki
1.505.883 jiwa (53,15%) dan penduduk Perempuan 1.327.498 jiwa (46,85%).
Provinsi Papua yang memiliki luas 316.550,07 km² atau 17,04 persen dari luas
Indonesia dan terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota, penduduk berdasarkan
tempat tinggal hampir 70 persen berdomisili di kampung dan pedalaman,
selebihnya bertempat tinggal di perkotaan.
Diagram-1
Total : 2.833.381
Sumber : BPS, SP 2010
Pertumbuhan penduduk Provinsi Papua periode 1980-2010 terus
mengalami kenaikan, dengan laju pertambahan penduduk (LPP) yang sangat
menonjol pada periode 2000-2010 yang mencapai 5,39 persen/tahun.
9 ProfilKeluarga Papua2014
9
Meskipun penduduk terus bertambah, namun kepadatan penduduk masih
rendah hanya 9 jiwa/km2
. Kepadatan tertinggi terjadi di Kota Jayapura 339
jiwa/km2
, sedangkan kepadatan terendah terjadi di Kabupaten Mamberamo
Raya yang hanya 1 jiwa/km2.
Gambar 1.
Persebaran penduduk Provinsi Papua menurut topografi wilayah
sesuai hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dapat dibagi menjadi tiga (3)
wilayah, yaitu:
 Wilayah Pegunungan (Kabupaten Jayawijaya, Paniai, Puncak Jaya,
Yahukimo, Pegunungan Bintang, Tolikara, Nduga, Lanny Jaya,
Mamberamo Tengah, Yalimo, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai)
dengan jumlah penduduk 1.392.970 jiwa (49,16%) terdiri dari laki-laki
736.312 jiwa (52,86%) dan perempuan 656.658 jiwa (47,14%)
 Wilayah Dataran Sulit (Kabupaten Boven Digul, Mappi, Asmat, Waropen,
Supiori, Mamberamo Raya) dengan jumlah penduduk 272.897 jiwa
(9,63%) yang terdiri dari laki-laki 144.635 jiwa (52,99%) dan perempuan
128.262 jiwa (47,01%).
10 ProfilKeluarga Papua2014
10
 Wilayah Dataran Mudah (Kabupaten Merauke, Jayapura, Nabire,
Kepulauan Yapen, Biak Numfor, Mimika, Sarmi, Keerom dan Kota
Jayapura) dengan jumlah Penduduk sebesar 1.167.514 jiwa (41,21%)
yang terdiri dari penduduk laki-laki 624.936 jiwa (53,53%), dan
perempuan 542.578 jiwa (46,47%).
Peningkatan LPP Provinsi Papua dalam kurun waktu 2000-2010
terutama karena migrasi daripada pertumbuhan alami dengan faktor fertilitas
dan mortalitas. Fakta LPP yang menonjol di Provinsi berdasarkan kondisi
obyektif geografis menunjukkan bahwa LPP daerah pegunungan sangat besar
(7,46) dibandingkan dengan pesisir sulit (3,99) dan pesisir mudah (3,67).
Grafik-1
Sumber :SP 1980, 1990, 2000, 2010
Angka Kelahiran Total (TFR) di Provinsi Papua berdasarkan SDKI
1994, SDKI 1997, dan SDKI 2007 menunjukkan kecenderungan menurun.
SDKI 1994 melaporkan angka TFR sebesar 3,15 anak per wanita, kemudian
meningkat menjadi 3,38 anak pada SDKI 1997, dan pada SDKI 2007 angka
fertilitas menurun pada level 2,9 anak per wanita, yang berarti telah
menunjukkan keberhasilan dalam menekan angka kelahiran.
Jika dibandingkan dengan TFR Nasional, Provinsi Papua masih ada di
atas angka TFR Nasional sebesar 2,8 (SDKI 2007) yang menunjukkan bahwa
11 ProfilKeluarga Papua2014
11
pelaksanaan Program KB di Provinsi Papua masih harus terus ditingkatkan
dalam penurunan angka kelahiran total. Sementara TFR Provinsi Papua sesuai
hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 sebesar 2,87, namun berdasarkan hasil
SDKI 2012 meningkat menjadi 3,5 (TFR di perkotaan 2,9 sedangkan di
pedesaan 3,8). Terjadinya kenaikan TFR dan belum maksimalnya pelaksanaan
program KB di Provinsi Papua ini sangat dipengaruhi perubahan kebijakan
kependudukan secara kelembagaan yang menyebabkan pelaksanaan program
KB di daerah tidak optimal.
Grafik-2
Sumber : SDKI tahun 1991, 1994, 1997, 2002/03, 2007, 2012
B. JUMLAH KELUARGA
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dan anaknya. Demikian pengembangan kualitas keluarga menjadi penting
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga
dengan dukungan pemerintah secara berkelajutan. Tujuannya untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia, sejahtera, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun diri
sendiri dan lingkungannya.
12 ProfilKeluarga Papua2014
12
Di Provinsi Papua, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk,
jumlah keluarga juga bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan pendataan
Perwakilan BKKBN Provinsi Papua tahun 2013, jumlah keluarga di Provinsi
Papua tercatat sebanyak 567.548 Keluarga.
Diagram-2
Sumber : BKKBN, Profil Hasil Pendataan Keluarga 2013
Informasi mengenai komposisi rumah tangga menurut jenis kelamin
kepala rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga adalah penting
karena berkaitan dengan aspek kesejahteraan rumah tangga. Rumah tangga
yang dikepalai wanita, misalnya, biasanya lebih miskin dari rumah tangga
yang dikepalai pria. Rumah tangga yang jumlah anggotanya banyak, pada
umumnya tingkat kepadatannya lebih tinggi yang biasanya berkaitan dengan
kondisi kesehatan yang kurang memadai dan mengalami kesulitan secara
ekonomi.
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, tentang komposisi rumah tangga
di Provinsi Papua menunjukkan bahwa 88,4 persen rumah tangga dikepalai
oleh pria, sedangkan 11,6 persen rumah tangga dikepalai wanita. Proporsi
rumah tangga yang dikepalai wanita di daerah perkotaan dan pedesaan
hampir sama (masing-masing 13,2 persen dan 11 persen).
13 ProfilKeluarga Papua2014
13
Gambar. 2
Berdasarkan status kesejahteraannya, keluarga-keluarga di Provinsi
diklasifikasikan atas 5 kelompok, yaitu:
 Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS)
 Keluarga Sejahtera I
 Keluarga Sejahtera II
 Keluarga Sejahtera III
 Keluarga Sejahtera III Plus
keluarga Pra Sejahtera merupakan cerminan keluarga sangat miskin dan
miskin.
Di provinsi Papua selama lima tahun terakhir (2008-2013), jumlah
keluarga Pra Sejahtera semakin banyak. Pada tahun 2008 jumlah Keluarga
Pra Sejahtera 98.491 keluarga, lima tahun kemudian (2013) bertambah
sebanyak 158.100 (160,5%) keluarga menjadi 256.591 keluarga.
14 ProfilKeluarga Papua2014
14
Pertambahan jumlah Keluarga Pra Sejahtera ini mengindikasikan
proses pembangunan daerah yang sedang berlangsung belum berpihak dan
memberikan pengaruh signifikan bagi kelompok masyarakat miskin (Pra
Sejahtera), karena lebih memprioritaskan pembangunan fisik dari pada non
fisik untuk membangun wilayah-wilayah kabupaten pemekaran baru. Fakta ini
secara tidak langsung juga menjadi pemberat dan mempengaruhi nilai IPM
Papua yang saat ini berada pada rangking 33 di Indonesia.
C. RASIO JENIS KELAMIN
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hasil SP
2010 di Provinsi Papua, menunjukkan penduduk laki-laki lebih banyak dari
penduduk perempuan dengan angka Sex Ratio (SR) 113. Ini berarti tiap 100
penduduk perempuan terdapat 113 penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin
tertinggi di Kabupaten Mimika (130) dan terendah di Kabupaten Dogiyai (102).
Diagram-3
Sumber : BPS, SP 2010
15 ProfilKeluarga Papua2014
15
D. RATA-RATA JUMLAH ANGGOTA KELUARGA
Hasil SDKI pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa secara
keseluruhan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga di Provinsi Papua
adalah 4,3 orang. Ukuran jumlah anggota rumah tangga di daerah pedesaan
dan perkotaan adalah sama (masing-masing 4,3 orang). Namun hal yang
menonjol dan perlu menjadi perhatian adalah masih terdapat rumah tangga
dengan banyak anggota (sembilan orang atau lebih) di daerah perkotaan dan
daerah pedesaan (masing-masing 4,5 persen).
Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan laporan Provinsi Papua dalam
Angka 2013, di Provinsi Papua menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berstatus Kepala Rumah Tangga (KRT) sebanyak 658.794 jiwa, dengan rata-
rata jumlah Anggota Rumah Tangga (ART) 4.30 jiwa dan berbeda antara
perkotaan dan perkampungan. Rata-rata ART di perkampungan 4,25 jiwa lebih
sedikit dibandingkan rata-rata ART di perkotaan 4,43 jiwa.
Grafik-3
Sumber : Papua Dalam Angka 2013
Mengacu pada slogan BKKBN “dua anak cukup” yang secara khusus
di Provinsi Papua dengan pertimbangan kondisi sosial-ekonomi-budaya secara
obyektif, maka strategi pengembangan program keluarga berencana
dilaksanakan melalui pendekatan yang kontekstual dengan mengedepankan
16 ProfilKeluarga Papua2014
16
kualitas kesehatan Ibu dan Anak, kualitas keluarga melalui penjarangan
kelahiran, jumlah rata-rata anggota keluarga yang ideal, walaupun sudah
menunjukkan ke arah yang diinginkan namun belum optimal, yaitu dalam satu
keluarga hanya terdiri dari 4 orang yang terdiri dari dua anak dan bersama ayah
dan ibu.
E. POLA PERKAWINAN
Berdasarkan status perkawinan, penduduk di Provinsi Papua yang
berumur 10 tahun ke atas dibedakan atas belum kawin, kawin, cerai hidup dan
cerai mati. Dari 2.283.735 jiwa penduduk berumur 10 tahun ke atas sebagian
besar (59,54 persen) berstatus kawin dan 36,13 persen berstatus belum kawin.
Sementara yang berstatus cerai hidup dan cerai mati masing-masing 1 persen
dan 3,34 persen.
Data SDKI menunjukkan perkembangan median umur kawin pertama
di Provinsi Papua yang linear. Median umur kawin pertama naik dari 20,9 tahun
pada SDKI tahun 1991 terus meningkat dan menjadi 23,3 tahun pada SDKI
tahun 2012. Median umur kawin pertama Papua lebih tinggi jika dibandingkan
dengan rata-rata nasional 19,8 tahun. Rendahnya umur pertama kali kawin
sangat berpengaruh terhadap peluang hamil dan melahirkan lebih besar dan
akan berdampak pada pertumbuhan penduduk alami.
F. ANGKA PERCERAIAN
Saat pernikahan berlangsung pastilah pasangan mempelai dan
keluarga besarnya sangat berharap agar pernikahan tersebut langgeng sampai
ajal menjemput. Namun harapan tersebut tidak selalu terwujud, setidaknya
tampak dari data perceraian yang dipublikasikan Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Papua, bahwa jumlah kasus perceraian dan gugat cerai di tahun
2013 sebanyak 1.625 kasus. Angka perceraian dan gugat cerai ada
kecenderungan naik dibandingkan tahun sebelumnya.
Trend perceraian yang meningkat terjadi di PA Jayapura (329 kasus)
Provinsi Papua mengindikasikan bahwa ketahanan keluarga yang semakin
17 ProfilKeluarga Papua2014
17
rapuh yang disebabkan berbagai faktor dan sudah waktunya untuk dicari
pemecahan permasalahannya.
Diagram-4
Sumber : Laporan Tahunan Pengadilan Tinggi Agama Jayapura 2013
G. STATUS KELUARGA
Perkembangan kesejahteraan keluarga di Provinsi Papua belum
mencapai keadaan ideal. Keadaan ideal yang dimaksud adalah jumlah keluarga
Pra Sejahtera/Pra KS dan KS1 harus semakin berkurang dan keluarga berstatus
KS II, KS III dan KS III+ harus semakin bertambah seiring dengan proses
pembangunan yang semakin maju dan merata, apalagi didukung dengan
pemekaran wilayah kabupaten yang terus terjadi sejak tahun 2000-an yang
semakin memperpendek rentang kendali pembangunan.
Perkembangan kesejahteraan yang terjadi di Provinsi Papua adalah
jumlah keluarga Pra Sejahtera/Pra KS dan KS1 berkurang dari 452.036 keluarga
pada tahun 2012 menjadi 444.005 keluarga pada tahun 2013. Dua kelompok
keluarga ini seharusnya/idealnya semakin berkurang karena mencerminkan dan
rentan terhadap kemiskinan (penduduk miskin), sedangkan penduduk miskin
mencapai 33,11 persen. Sementara itu, jumlah keluarga berstatus KS II, KS III
dan KS III+ dalam waktu yang sama bertambah dari 115.182 keluarga pada
18 ProfilKeluarga Papua2014
18
tahun 2012 menjadi 123.543 keluarga pada tahun 2013. Fakta ini menunjukkan
bahwa tingkat kesejahteraan keluarga di Papua dari tahun ke tahun meningkat
walaupun dalam peningkatannya hanya kecil, bahkan keluarga yang berstatus
KS-II, KS-III dan KS-III+ dari tahun 2011 trennya selalu mengalami
peningkatan.
Grafik-4
Sumber : Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011, 2012 & 2013
H. PENDAPATAN
Meningkatnya pendapatan per kapita dari tahun ke tahun merupakan
salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional/daerah. Peningkatan
pendapatan per kapita dapat ditelusuri dari perbandingan Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Jika di suatu
daerah/negara terjadi kondisi LPE lebih besar dari LPP, maka pendapatan per
kapita di daerah/negara tersebut bertambah. Sebaliknya jika LPE lebih rendah
dari LPP, berarti pendapatan per kapita di daerah/negara tersebut berkurang.
Sejak pemberlakukan Otonomi Khusus (OTSUS) bagi Provinsi Papua
tahun 2001, roda pembangunan daerah di Provinsi Papua terus bergulir dengan
LPE rata-rata 5,67% per tahun pada tahun 2010. PDRB per kapita menurut
harga konstan tahun 2010 sebesar Rp 31,78 juta per tahun. Pada periode yang
sama (2000-2010) jumlah penduduk terus bertambah dengan LPP sebesar
5,39% per tahun.
59,02
47,37 45,21
26,08
32,32 33,02
10,81 13,79 15,32
3,17 5,02 5,080,93 1,5 1,37
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
2011 2012 2013
Persentase Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun
2011-2013
Pra KS KS I KS II KS III KS III+
19 ProfilKeluarga Papua2014
19
Diagram-5
Sumber : BPS, SP 2010
Dari fakta ini terungkap bahwa selama periode 2000-2010 LPE lebih
besar dari LPP dan disertai dengan pendapatan per kapita yang semakin tinggi.
Oleh karena itu, upaya pemerintah menekan LPP serendah mungkin, harus
tetap didukung, karena upaya tersebut bermuara pada pemenuhan kebutuhan
dasar (ketahanan pangan) dan peningkatan kemakmuran masyarakat.
I. MIGRASI DAN MOBILITAS
Migrasi masuk (seumur hidup maupun risen) ke Provinsi Papua
cenderung menuju ke ibukota kabupaten/kota dan menetap untuk
mendapatkan peluang kerja, dan yang tidak berhasil biasa kembali ke daerah
asalnya, atau menuju ke kota distrik atau daerah pedalaman di Papua untuk
berwirausaha. Migrasi ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah
tujuan, sekaligus sebagai media untuk memperbaiki standar hidup dan
kesejahteraan.
Para migran yang datang ke Provinsi Papua dengan berbagai
pengetahuan dan modal, karena wilayah ini memiliki daya tarik utama, berupa
peluang kerja, pendidikan, bisnis dan peluang-peluang lain. Namun tidak
20 ProfilKeluarga Papua2014
20
selamanya semua migran memiliki pengetahuan tinggi dan bermodal, karena
ketika berpindah ke daerah lain melalui bantuan keluarga dan teman di daerah
tujuan. Hal ini memperlihatkan masih banyak migran di daerah tujuan yang
hidup miskin, miskin IPTEK dan miskin modal, yang justru tidak mendorong
perkembangan di daerah tujuan tetapi menjadi beban masyarakat dan daerah
tujuan.
Secara khusus migrasi dari daerah-daerah pemekaran baru di Provinsi
Papua didominasi migrasi risen (seseorang berbeda provinsi tempat tinggal
sekarang dengan provinsi tempat tinggalnya lima tahun yang lalu), yang
mencapai 5,33 persen, terutama di kabupaten Sarmi yang mencapai 17,22
persen.
Diagram-6
Sumber : BPS, SP 2010
Jumlah penduduk yang makin banyak dan makin padat dalam waktu
singkat, sangat membingungkan pemerintah daerah setempat, karena muncul
tiba-tiba antri panjang pencari kerja, muncul perkampungan- perkampungan
kumuh, keterbatasan berbagai fasilitas terutama di daerah pemekaran baru.
Berbarengan dengan pertambahan jumlah penduduk tersebut, muncul berbagai
permasalahan sosial-ekonomi di perkotaan.
21 ProfilKeluarga Papua2014
21
J. PENDIDIKAN, RATA-RATA LAMA SEKOLAH
Kinerja pembangunan pendidikan di Provinsi Papua meskipun
menunjukkan peningkatan, namun masih tergolong rendah (di bawah nasional).
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 15 tahun ke atas tahun 2010
baru mencapai 6,66 tahun (naik sedikit dibanding RLS 2009 = 6,57 tahun) atau
rata-rata hanya tamat SD dan memasuki tingkat pendidikan SMP, namun belum
bisa menuntaskan program wajib belajar (Wajar) 9 tahun. Beberapa kota/
kabupaten yang angka RLS melebihi angka Provinsi dan dapat menuntaskan
Wajar 9 tahun di Kota Jayapura (10,88 tahun), kabupaten Biak Numfor (9,26
tahun) dan Jayapura (9,05 tahun).
Angka RLS terendah dan dapat diindikasikan anak usia sekolah SD
tidak dapat menyelesaikan pendidikan sekolah kecil (3 tahun) terdapat di
kabupaten Tolikara (2,94 tahun), Mamberamo Tengah (2,90 tahun), Nduga
(2,79 tahun), Puncak (2,79 tahun), Yalimo (2,72 tahun), Pegunungan Bintang
(2,45 tahun), Yahukimo (2,42 tahun), Deiyai (2,24 tahun) dan yang paling
terendah kabupaten Intan Jaya (1,81 tahun).
Kemampuan penduduk 15 tahun ke atas untuk dapat membaca dan
menulis (melek huruf) di Provinsi Papua AMH meningkat dari 75,58 persen
tahun 2009 menjadi 75,60% tahun 2010. Ini berarti, pembangunan pendidikan
di Papua masih terbebani dengan penduduk yang buta huruf sebanyak 24,4
persen.
Angka Melek Huruf (AMH) menurut kota/kabupaten, yang tertinggi
Kota Jayapura (99,10%), Kabupaten Biak Numfor (97,75%), Jayapura
(96,31%), Supiori (95,71%) dan kabupaten Keerom (91,12%) yang melebihi
rata-rata AMH Provinsi. AMH terendah di kabupaten Nduga (30,53%), Intan
Jaya (27,00%) dan kabupaten Deiyai (26,87%).
Rendahnya angka RLS dan AMH, terutama pada kabupaten-
kabupaten yang berada di wilayah pegunungan tengah Provinsi Papua, sangat
dipengaruhi oleh homogenitas penduduk (angka migrasi seumur hidup dan risen
non lokal rendah), menyebabkan daya saing rendah, proses pendidikan tidak
22 ProfilKeluarga Papua2014
22
berkualitas serta rendahnya interaksi sosial yang dapat menjadi acuan dan
motivasi.
K. PEKERJAAN
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS 2011,
jumlah angkatan kerja Provinsi Papua adalah 1.536.728 orang meningkat 0.017
persen dibandingkan 2010. Dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke
atas) sebanyak 1.952.967 orang, maka tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja turun dari 80.99 persen pada 2010 menjadi 78,45 Persen
pada 2011. Jumlah penduduk bekerja naik 4,6 persen dari 1.456.545 orang
pada tahun 2010 menjadi 1.524.933 orang pada tahun 2011 dengan
penyerapan terbesar terjadi di sektor pertanian sebesar 72,8 persen dari total
pekerja.
Diagram-7
Sumber : Papua Dalam Angka 2012
Faktor pendorongnya adalah masih terjaganya iklim usaha
perkebunan kelapa sawit dan kakao yang merupakan program unggulan
sehingga mendorong kebutuhan terhadap tenaga kerja di sektor pertanian.
Jumlah pengangguran juga naik 12,8 persen dari 53.631 orang menjadi 60.501
orang. Secara keseluruhan, peningkatan jumlah pengangguran tersebut
23 ProfilKeluarga Papua2014
23
mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik dari 3,55 persen
menjadi 3,94 persen.
L. KESEHATAN
Di Provinsi Papua, Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai 68,35
tahun, dengan AHH tertinggi di Kabupaten Mimika (69,87) dan Kota Jayapura
(68,34 tahun), sedangkan terendah di Kabupaten Merauke (62,25 tahun). AHH
di Provinsi Papua termasuk kategori sedang (standar harapan hidup paling tinggi
adalah 85 tahun), yang memberikan indikasi masih lambatnya peningkatan
kualitas fisik penduduk termasuk kemampuan untuk hidup lebih lama dan hidup
sehat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi masih rendahnya AHH di
Provinsi Papua akibat rendahnya kesadaran penduduk (terutama penduduk
lokal) terhadap kesehatan karena sangat dipengaruhi pola hidup dengan
persepsi tentang sehat-sakit dan penyakit yang masih tradisional. Hal ini
ditunjukkan melalui rendahnya pemanfaatan tenaga medis bila dibandingkan
dengan penduduk migran, terutama dalam persalinan dan melakukan
pengobatan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah dan
swasta. Penduduk migran dengan pemahaman yang baik tentang pentingnya
upaya pengobatan, akan terpenuhi layanan kesehatan secara optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
Sedangkan capaian Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Ibu (AKI) hingga saat ini belum menggembirakan. Capaiannya masih jauh lebih
tinggi di atas capaian nasional. Berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB Provinsi Papua 54 per 1.000
kelahiran hidup/kh, bahkan di daerah pendesaan mencapai 65 per 1.000 kh
(AKB nasional = 34 per 1.000 kelahiran hidup). Sementara itu, AKI berkurang
dari 320 per 100.000 kh (AKI nasional = 228 per 100.000 kh).
Tingginya AKB dan AKI Papua pertanda pembangunan kesehatan
belum dapat mengatasi permasalahan minimnya jumlah sarana dan prasarana
kesehatan, belum meratanya persebaran tenaga kesehatan antar wilayah,
24 ProfilKeluarga Papua2014
24
masih rendahnya kinerja layanan kesehatan dan kurang mendukungnya
perilaku hidup masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS
ini tampak dari rendahnya asupan gizi dan pemeriksaan kesehatan pada masa
kehamilan dan pasca persalinan, pilihan tempat dan penolong persalinan,
apalagi persepsi masyarakat masih sangat dipengaruhi konsep sakit dan
penyakit yang masih tradisional.
Di Povinsi Papua terjadi hal menarik terkait dengan tempat
persalinan. Dari hasil SDKI 2012, rumah responden menjadi pilihan utama oleh
sebagian besar responden (70,2%) untuk tempat persalinan. Sedangkan
fasilitas pemerintah (21,1%) dan kesehatan swasta (5,9%) merupakan pilihan
berikutnya. Menariknya adalah pilihan rumah sebagai tempat persalinan
dilakukan oleh pasangan yang melahirkan anak pertama (ibu yang baru
pertamakali melahirkan), yang notabene tingkat resikonya relatif tinggi.
Hasil lain SDKI 2012 menunjukkan bahwa di Provinsi Papua sebanyak
47,3 persen kelahiran dalam masa lima tahun terakhir sebelum survei ditolong
oleh dkun bayi dan 30,2 persen oleh tenaga medis. Dengan adanya fakta dari
temuan data survei ini, tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tingginya
angka kematian ibu dan angka kematian anak di Provinsi Papua salah satu
disebabkan karena keputusan ibu dan anggota keluarga memilih rumah sebagai
tempat persalinan dan dukun bayi dan atau anggota keluarga sebagai penolong
persalinan. Tempat persalinan di rumah dan penolong persalinan dukun bayi,
memiliki tingkat resiko lebih tinggi dibanding fasilitas kesehatan. Resiko-resiko
yang dapat terjadi dalam persalinan antara lain pendarahan, infeksi, kejang-
kejang yang semuanya ini mengarah pada mortalitas dan morbiditas.
Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan adalah
dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan, termasuk program Jaminan Kesehatan Papua (Jamkespa) dalam
usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum. Usaha ini ditujukan untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, sekaligus dalam rangka usaha pembinaan
dan peningkatan mutu fiskal sumber daya manusia dan perwujudan “Gerbang
Mas Hasrat Papua” pada tahun 2018.
25 ProfilKeluarga Papua2014
25
M. AGAMA
Jumlah penduduk penganut agama terbesar di Provinsi Papua adalah
Kristen Protestan 64 persen, kemudian agama Katolik 21,15 persen, Islam
14,57 persen, Hindu 0,17 persen dan Hindu 0,11 persen. Walaupun pemeluk
agama yang berbeda namun tingkat toleransi antar umat beragama di Provinsi
Papua cukup tinggi. Salah satu hal yang nampak dalam menjalankan ibadah dan
perayaan hari keagamaan masing-masing penganut berjalan lancar, bahkan
saling membantu dalam menjaga ketertiban.
Demikian juga halnya dalam pendirian dan pembangunan rumah
ibadah, relatif lancar setelah melalui rekomendasi Forum Komunikasi Umat
Beragama (FKUB).
Diagram-8
Sumber : BPS, SP 2010
26 ProfilKeluarga Papua2014
26
Bagian Ketiga
KELUARGA DALAM MASYARAKAT ADAT PAPUA
A. Sebaran suku-suku di Papua
Secara antropologis masyarakat Papua adalah masyarakat yang plural
walaupun banyak suku bangsa atau etnik migran seperti dari Jawa, Madura,
Bugis, Makassar, Buton Batak, Manado, Bali, NTT, Maluku. Penduduk asli Papua
itu sendiri yang terbagi dalam lima (5) wilayah adat yaitu Saireri, Mamta, Me
Pago, La Pago dan Animha yang masing-masing memiliki subetnik, bahkan sub-
sub etnik sebagai berikut:
1. Wilayah Adat Mamta, yang membawahi kurang lebih 86 suku. Wilayah ada
ini berada di wilayah Papua bagian utara Jayapura (sebelah timur berbatasan
dengan Negara Papua New Guinea) sampai dengan Mamberamo (sebelah
barat), dan bagian selatan berbatasan dengan Pegunungan Jayawijaya.
2. Wilayah Adat Saireri yang membawahi kurang lebih 31 suku. Wilayah adat
ini di Teluk Cenderawasih, Biak, Yapen-Waropen sampai di Yeretuar.
3. Wilayah adat Anim-Ha yang membawahi kurang lebih 29 suku. Wilayah adat
ini berada di selatan Papua yang berbatasan sebelah barat dengan wilayah
adat Mi-Pago dan sebelah utara dengan wilayah adat La-Pago.
4. Wilayah Adat La-Pago yang membawahi kurang lebih 19 suku. Wilayah adat
ini berbatasan sebelah selatan dengan wilayah adat Anim-Ha, sebelah barat
dengan wilayah adat Mi-Pago, dan sebelah utara dengan wilayah ada
Mamta, dan sebelah timur dengan wilayah Negara Papua New Guinea (PNG).
5. Wilayah Adat Me-Pago yang membawahi kurang lebih 13 suku. Wilayah adat
ini berbatasan sebelah utara dengan wilayah adat Saireri dan wilayah adat
Mamta, sebelah barat dengan wilayah adat Domberai dan wilayah adat
Saireri, dan sebelah timur wilayah adat Anim-Ha.
Sedangkan sebaran suku bangsa berdasarkan wilayah admnistrasi
sebagai berikut:
27 ProfilKeluarga Papua2014
27
Tabel 1. Persebaran Suku Bangsa Berdasarkan Wilayah Administrasi
No Wilayah
Administrasi
Suku dan sub-suku
1. Jayapura selatan Engros, Tobati, Injerau, Metu, Debi
2. Jayapura Utara Meterau, Kayu Injau, Kayu Batu
3. Abepura Nafri, Skouw,(Jambe, sai, mabo)
4. Arso Abrab, Manem, Merep, Awi (Beibwo)
5. Depapre Ormu, Tabla/ Tepra, Munggei
6 Bonggo Bonggo, Yarsum, Podena, Anus,
7 Nimboran Namblong, Kwanzu
Kemtuk Gresi Kemtuk, Gresi
8 Demta Sifari, Tarfia, Sou, Ambora, Muris Kecil, Muris besar,
Yakari, Soroyena, Demoi,
9 Kaureh Kaureh, Sause, Kasu, Takana
10 Tor Atas Foya, Mandes, Subar, Bonerif, Biyu, Daranto, Segar,
Bora-bora, Waf, Berik, Kwersupen
11 Sarmi Airoran, Samarokena, Kwerba, Sabori, Sobei
12 Senggi Find, Wrlef, Waina, Molof
13 Waris Walsa, Mii
14 Web Dra, Dubu, Emum, Nemnenda, Jibela yafanda
15 Unurum Unurum, Guay
16 Memberamo hilir Warembori, Pauwe, Warewek
17 Memberamo Tengah Bauzi, Nopuk
18 Memberamo Hulu Nisa, Karama
19 Pantai Timur Keder, Dabe, Nengke, Takar, Mawes
20 Sentani Dosai, Marib
21 Yapen Selatan Woriasi, Ambai, Serui Laut, Busamui, Ansus, Pom,
Woi, Munggui, Marau, Pupui
22 Waropen Atas Tamakuri, Kerema, Sarobi, Siromi, Baudi, Kai, Taru,
Demisa, Serui.
23 Paniai Mee, Windesi, Mor, Yaur, Yeretuar, Kiri-Kiri, Turu,
Taori-kei, Fayu
24 Mimika Kamoro
25 Kimaam Riantama, Koneraw, Kimaghama, Ndom, Moembun
26 Merauke Malin, Anim, Marind, Mandobo, Muyu
27 Wamena Dani induk, dani wodo, Danib Kimin, Dani Wosi,
Dani Bele, Dani Aikhe,Dani Jurang
28 Oksibil Kupal, Morop, Kesukmin, Walapkubun, Oktawat,
Oksibil
B. Keluarga dan perannya dalam perspektif adat Papua
1. Penggambaran adat/budaya
Di Papua terdapat lebih dari 220 suku dan sub-suku dengan bahasa
dan adat budaya berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi juga
28 ProfilKeluarga Papua2014
28
mempunyai banyak kesamaan dalam hal seperti: hidup dari berladang,
meramu, merotan, berburu, mengambil buah-buahan/hasil hutan,
mempunyai tanah dan hutan adat, melaksanakan upacara adat, mempunyai
fungsionaris adat, masih mengenal peradilan adat dan lain-lain (Rumbiak,
2000).
Suatu pandangan yang keliru manakala ada yang berpendapat bahwa
orang Papua itu terdiri dari satu suku saja atau satu bahasa dan satu adat
budaya. Kata Papua itu merupakan nama kolektif dari banyak suku-suku
Papua. Dengan demikian, pada suku Papua berlaku lebih dari 100 macam
adat dan hukum adat sesuai jumlah suku-suku Papua yang terdapat di
Papua. Bahkan, ternyata walaupun sama-sama dari salah satu suku Papua,
akan tetapi berbeda kampung, dapat terjadi ada perbedaan dalam adat dan
hukum adat termasuk bahasa.
2. Fungsi Keluarga dan Kelahiran
Keluarga dalam suku-suku di Papua difungsikan untuk membangun
tradisi kekerabatan dan kebersamaan. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan
masyarakat yang tinggal secara bersama dengan rukun dalam satu atap,
dalam honai, bewak dan sebagainya.
Sistem komunal dalam rumah betang ditunjukkan dengan sistem
kepemilikan bersama dalam pengelolaan rumah maupun tanah tempat
rumah betang berdiri. Semua keluarga yang mendiami rumah betang secara
bersama menguasai pula semua tanah di wilayah rumah betang. Hak
pengelolaan wilayah rumah betang merupakan hak sekunder, sedangkan
hak primer atau hak pengelolaan rumah juga dipegang setiap keluarga atau
kelompok keluarga kecil yang memiliki ikatan kekerabatan. Komunalisme
tersebut merupakan bukti adanya egalitarisme yang kokoh dalam keluarga
Papua.
29 ProfilKeluarga Papua2014
29
3. Tanggungjawab anak laki-laki
Keluarga suku Papua mengenal sistem parental bilateral, yaitu garis
keturunan diambil baik dari pihak ibu maupun pihak bapak. Dalam kehidupan
rumah tangga, sejak dulu kala, perempuan Papua lebih banyak mengerjakan
pekerjaan pada ruang domestik, sedangkan laki-laki mendominasi ruang
publik. Misalnya laki-laki bertanggung jawab pada masalah keamanan dan
keselamatan keluarga, mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, politik, dan
kegiatan sosial kemasyarakatan. Perempuan lebih banyak hanya terlibat
pada kegiatan ritual keagamaan.
Kehadiran seorang laki-laki memberikan simbol penting dalam
keluarga Papua, baik ia hadir sebagai menantu atau kelahiran seorang
anak laki-laki. Sejak kecil anak laki-laki dan perempuan sudah diajarkan
untuk bekerja dan mengerjakan pekerjaan sesuai jenis kelaminnya dan
sesuai ruang (domestik dan publik) yang dialami oleh ibu dan Bapak
masyarakat.
Pembedaan peran dan tanggungjawab antara laki-Iaki dan
perempuan terjadi untuk waktu yang panjang. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran dari keadaan semula. Dalam
lingkungan masyarakat Papua sekarang ini, laki-laki dan perempuan Papua
cenderung memiliki peran dan tanggungjawab yang sama. Misalnya, dalam
pertemuan kampung tidak hanya dihadiri oleh kaum laki-laki tetapi juga
kamu perempuannya, karena adanya paham bahwa baik laki-laki maupun
perempuan memilik hak dan suara yang sama. Selain itu, laki-laki dan
perempuan juga memiliki andil yang sama dalam hal penjagaan keamanan.
4. Sistim Matapencaharian Masyarakat Lokal
Kebanyakan keluarga masyarakat lokal di Papua yang terkonsentrasi
terutama di daerah pinggiran dan pedalaman masih lemah secara ekonomi.
Keluarga-keluarga petani hanya mengolah sebagian kecil dari potensi alam
yang tersedia dengan teknologi sederhana untuk sekedar memenuhi
kebutuhan konsumtif keluarga tiap hari. Mereka belum berpikir untuk
30 ProfilKeluarga Papua2014
30
mengolah dan memanfaatkan berbagai potensi alam tersebut lebih optimal
untuk ekonomi keluarga. Rumbiak (2000) menyatakan ethos kerja
masyarakat lokal Papua bersifat rutinitas-monoton dan improduktif ini tidak
memberikan dan meletakkan dasar ekonomi keluarga yang kuat, dan
selanjutnya tidak mendorong perbaikan kehidupan ekonomi bagi
keluarga-keluarga miskin.
Pemenuhan kebutuhan keluarga dalam masyarakat lokal di Papua
lebih dikaitkan dengan kondisi obyektif lingkungan geografis pemukiman
serta kepemilikan hak ulayat dan masih bersifat tradisional, sebagai berikut:
a. Tradisi Nelayan
Nelayan adalah matapencaharian utama dari masyarakat lokal di
kampung dataran rendah. Masyarakat kampung pada zaman sebelumnya
berinteraksi dengan lingkungan luar, dalam hal mencari dengan teknik
memancing dan berburu ikan dengan menggunakan sumpit seperti
tombak dan juga ada kearifan tradisional masyarakat membuat sarang
ikan dan pada waktu tertentu sarang ikan itu dibuka. Daerah yang
menjadi tempat untuk mencari ikan adalah muara-muara sungai dan di
pinggiran pohon bakau karena tempat tempat tinggal masyarakat
dikeliling oleh pohon bakau.
Dalam hal mencari ikan tidak terlepas dari alat transportasi yang
digunakan misalnya perahu atau kano yang terbuat dari batang pohon
besar isinya digarung membentuk lesung, pembuatan perahu (kano)
yang dilakukan masyarakat masih menggunakan cara tradisional. Selain
itu juga masyarakat akan membangun pondok (bivak) di pinggiran-
pinggiran sungai sebagi tempat sementara untuk peristirahatan atau
untuk mencari.
b. Tradisi Berburu
Tradisi berburu adalah pekerjaan sambilan bagi kaum laki-laki.
Tradisi berburu timbul karena adanya kebiasaan masyarakat
mengadakan pesta inisiasi bagi kaum laki-laki yang beranjak dewasa
dimana keluarga laki-laki yang akan diinisiasi mempersiapkan makan
31 ProfilKeluarga Papua2014
31
siang untuk seluruh warga yang akan hadir, baik yang dari kampung
sendiri maupun kampung lain keluarga mempunyai kewajiban segala
macam makanan baik ikan maupun daging. Berburu dalam masyarakat
Papua biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan dilaksanakan sendiri
atau berdua dengan menggunakan anjing piaraan. Lahan tempat buruan
adalah lapanan rumput, lahan sagu atau hutan sagu karena di tempat
tersebut banyak terdapat binatang buruan seperti rusa, babi hutan, tikus
tanah, biawak dan sebagainya. Waktu pelaksanaan berburuh biasa di
lakukan kapan saja baik siang maupun malam.
Teknik berburu ada bermacam-macam yaitu; ada yang
menggunakan dengan anjing piaraan maupun dengan membuat
perangkap atau jerat maupun dengan mengusir atau menghalau.. Demi
memenuhi kebutuhannya, masyarakat khususnya kaum laki-laki harus
pergi berburu dengan waktu yang dibutuhkan juga cukup lama sekitar 1-
2 hari.
c. Tradisi Meramu
Pada dasarnya meramu merupakan kegiatan utama kaum
masyarakat nomaden setelah berburu, meramu biasanya dilakukan oleh
kaum wanita dan pria bersama-sama, tetapi yang berperan aktif dalam
kegiatan ini adalah kaum wanita biasanya barang yang di ramu adalah
biji-bijian, sagu dan juga binatang misalnya kerang sejenis keong dan
lain-lain.
Waktu kegiatan meramu dilakukan tidak menentu karena
tergantung dari makanan yang disimpan kalau makanan yang disimpan
habis dimakan, maka para wanita bergegas mencarinya lagi. Tempat
meramu dulunya tidak terlalu jauh tetapi sekarang masyarakat meramu
jauh dari pemukiman karena dampak pembangunan dengan waktu
meramu biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari.
32 ProfilKeluarga Papua2014
32
5. Perkawinan
Perkawinan dalam masyarakat Papua menempatkan kedua
mempelai dalam ikatan solidaritas yang utuh, kokoh, lestari, produktif, dan
subur. Solidaritas ini lahir dari kerjasama kedua belah pihak keluarga yang
dipersatukan oleh perkawinan. Resiprositas mas kawin, pembagian hak dan
kewajiban, pembagian kerja dan spesialisasi, penentuan peristilahan
menyebut dan menyapa, adat sopan santun antar kerabat, dan lain-lain.
Melalui perkawinan itu mempelai pria dan mempelai wanita
dianalogkan sebagai penyatuan maskulinitas daya lengit yang panas, terang,
lurus, tegas, dinamis, ekstrovert, dan promotif dengan feminitas daya bumi
yang sejuk, samar, silelis, menambah diri, reseptif, introvert, dan perhatian
sebuah oposisi biner dari perpaduan dua belah pihak. Suami menampilkan
peran seorang yang mengelola kebun ke rumah tangga ekonomi,
mengamankan kebun rumah tangga ekonomi. Kehadiran istri di sisi kanan
dan istri itu menimbulkan ketidakberdayaan suami yang dinotivasikan
kesemangatan kerja keras di kebun dan pengimbalan segala hak dan
kewajiban oleh suami.
Pemahaman perkawinan orang Papua seperti ini menciptakan
kelestarian keluarga. Suami dan istri menjalani sebuah kehidupan yang
melebihi kontak perkawinan yang bukan hanya sebatas pilihan jodoh oleh
orang tua, dan penyempurnaan ikatan percintaan, namun sosialisasi
kehidupan antara kedua gender yang mengaktualisasikan kepribadian untuk
bertahan hidup di lingkungan marginal yang harus dibudidayakan menurut
standar norma-norma sosial, budaya dan kepribadian yang mapan dari
generasi ke generasi.
Suami istri berbagai kewajiban sosial dan budaya untuk
melangsungkan semua pranata, tugas dan tanggung jawab secara penuh.
Setiap Pranata, tugas dan tanggung jawab selalu memerlukan sumbangan
material, tenaga, dan moril untuk kesejateraan ekonomi kelompok, berbagai
ritus intensifikasi, berbagai pantangan dan pelunasan utang piutang.
33 ProfilKeluarga Papua2014
33
Jaminan itu satu-satu untuk itu suami selalu hampir menjalankan seluruh
kehidupan perkawinan di kebun, rumah tangga, keluarga dan kominitas.
Suami dan istri selalu ingat akan pesta perkawinan yang
dikeramatkan oleh otoritas kepemimpinan adat. Rasa malu yang
diinteriosasikan ke dalam diri sejak kanak-kanak, kesadaran diri yang utuh,
kewajiban sosial, saling ketergantungan tuntutan hak dan kewajiban
terhadap anak-anaknya menghadapi suatu istri pada kondisi prihatin yang
jika mengalami kekecewaan hampir selalu berakhir dengan pembunuhan diri
dengan minum racun atau menyewakan dirinya kepada ahli magis untuk di
bunuh secara magis.
Hubungan seksual dikendalikan melalui pantangan berhubungan
seksual selama masa kehamilan istri, setelah melahirkan, tabu pada masa
pingitan anak sebelum keluar rumah untuk pertama kali, dan masa
pembuatan kebun. Selama itu suami istri menjalani askes berhubungan
seksual yang ketat bersama pantangan lain terhadap fenomena alam,
tumbuhan, satwa, benda-benda budaya, dan asosiasi gender yang
berhubungan dengan hubungan seksual. Pada masa itu suami menghindari
semua hal yang diasosiasikan dengan feminitas. Dan istri menghindari
semua hal yang diasosiasikan dengan maskulinitas. Pantangan berhubungan
seksual, pantangan makan separasi gender,persinahan, dan pengambilan
hak dan kewajiban lain suami istri dibayarkan sebagai ganti rugi sosial.
Terhadap anak-anak disosialisasikan otoritas orang tua dan
hubungan saling ketergantungan. Otoritas orang tua itu berasal dari
ketergantungan anak-anak pada masa pranatal, kanak-kanak, masa
pendidikan di sekolah dan perkawinan yang sukses yang harus diimbali pada
masa usia senja orang tua.
Suami istri pada usia perkawinan itu banyak menciptakan hubungan
adoptif dengan anak-anak kerabatnya, terutama para anak-anak saudara
sekandung. Hubungan orang tua dengan anak adoptif itu lebih kental dari
pada hubungan orang tua kandung dengan anak kandung. Hubungan
34 ProfilKeluarga Papua2014
34
adoptif itu adalah cara suami istri mengamankan untuk jaminan hidup di usia
senja yang tidak produktif, dan pembentukan kemitraan ekonomi yang kuat.
C. Upaya Penanggulangan Kemiskinan Keluarga Etnis Papua
Dalam penanggulangan kemiskinan secara khusus melalui pendekatan
keluarga lokal Papua, harus dilakukan secara kontekstual dengan upaya-upaya
sebagai berikut:
1. Pengembangan program terpadu yang komprehensif dan berkelanjutan
untuk menanggulangi kemiskinan, sekaligus meningkatkan kemajuan,
produktivitas dan kemandirian keluarga, dapat dilakukan melalui perbaikan
pendidikan, perbaikan kesehatan dan perbaikan ekonomi yang
mengedepankan pendekatan kontekstual.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan bekerja adaptif
keluarga melalui pendekatan sekolah kampung (menggerakan potensi dan
sumber daya lokal) sehingga keluarga semakin produktif dan mandiri
mengelola ekonomi keluarga agar layak hidup. Demikian keluarga-keluarga
miskin mampu memperoleh pendapatan yang layak sehingga dapat hidup
layak dan dapat mampu membiayai kebutuhan hidup lain.
3. Meningkatkan kesehatan keluarga dengan mendorong perilaku hidup sehat,
maka kondisi fisik dan mentalnya segar dan sehat, untuk bisa bekerja keras
dengan produktivitas tinggi. Bila kesehatan terjamin, maka stamina kuat dan
tahan bekerja sekitar 10 jam tiap hari untuk melakukan pekerjaan apa saja
yang mendatangkan keuntungan.
4. Mendorong tumbuhnya budaya usaha dengan ethos kerja yang tinggi agar
keluarga mulai berusaha dengan memanfaatkan potensi lokal.
Kenyataannya budaya masyarakat belum memungkinkan untuk tidak
diterapkan program semacam itu karena tidak mempunyai harapan masa
depan sebagai akibat nilai harmoni keluarga, komunitarisme, rasa hormat
terhadap otoritas dan nepotisme yang tidak memberikan rangsangan dalam
mendukung progresivitas.
35 ProfilKeluarga Papua2014
35
5. Pengembangan pelatihan-pelatihan keterampilan praktis dan berjenjang
secara terprogram untuk mendidik dan melatih para keluarga miskin lokal
Papua, agar menjadi mampu dan mandiri membangun keluarganya.
6. Mendorong sinergisitas keterpaduan kerja para pihak (pemerintah dan
swasta) dalam pembangunan sosial-ekonomi masyarakat sebagaimana
semangat membangun Papua mandiri dan sejahtera sebagai syarat penting
dan membangun keluarga-keluarga lokal Papua yang mampu ekonomi,
sehat jasmani dan rohani, berpendidikan tinggi dan bermoral tinggi.
36 ProfilKeluarga Papua2014
36
Bagian Keempat
P E N U T U P
Keluarga adalah suatu lembaga yang terkecil dalam masyarakat yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan
masyarakat dan lingkungannya. Salah satu syarat yang harus dikembangkan dalam
keluarga untuk menjadi bahagia dan sejahtera adalah setiap keluarga harus mampu
menghayati, memiliki dan berperan dalam delapan (8) fungsi keluarga agar menjadi
keluarga berkualitas yang mandiri dan bermartabat, yaitu: fungsi agama, sosial-
budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi,
dan lingkungan.
Dengan adanya penyusunan profil Keluarga Papua ini diharapkan bisa
memberikan gambaran situasi keluarga di Papua dan sebagai bahan masukan
kepada komponen bidang teknis terkait dalam perencanaan pembangunan pada
periode berikutnya. Telaah yang lebih mendalam dari profil Keluarga ini
bermanfaat dalam memotret lebih dalam dan detail situasi keluarga di Papua.
Akhir kata, saran dan masukan dalam penyusunan profil keluarga Papua
ini sangat diperlukan demi penyempurnaan isi dan relevansi data profil ini terhadap
situasi keluarga di Papua, dalam upaya mengidentifikasi masalah-masalah yang ada
di tengah-tengah keluarga, serta merumuskan alternatif dan solusi
pemecahannya.-
37 ProfilKeluarga Papua2014
37
DAFTAR BACAAN
Achir, Agoes, Yaumil, C, Keluarga Sejahtera Sebagai Wahana Pengentasan
Penduduk Dari Keterbelakangan, Warta Demografi, No. 5 Tahun ke 23,
LDFEUI, Jakarta, 1993.
Ananta, Aris, Promosi Kualitas Hidup, Suatu Cara Penentu Penanggulangan
Kemiskinan, di Warta Demografi, No 4 Tahun ke 23, Lembaga Demografi,
Jakarta, Juli-Agustus, 1993.
BKKBN, Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, Direktorat
Tehnologi dan Dokumentasi, Jakarta, 2011.
BKKBN, Pendidikan Kependudukan, Direktorat Kerjasama Pendidikan
Kependudukan, Jakarta, 2011.
BKKBN, Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010-2012, Direktorat
Pelaporan dan Statistik, Jakarta, 2012.
BKKBN Papua, Laporan pendataan Keluarga Provinsi Papua tahun 2013,
Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Jayapura, 2013.
BKKBN Papua, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Provinsi Papua tahun 2012, Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Jayapura,
2014.
Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk (SP) 2010, diakses melalui
http://sp2010.bps.go.id/
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2012, 2013.
Jayapura
Sajogyo, Program Pembedayaan Ekonomi Keluarga, Warta Demografi, No. 4,
Tahun ke 27, Lembaga Demografi FEUI, Jakarta, 1997.
Rumbiak Michael, Membangunan keluarga Irian yang maju, produktif dan
mandiri menyongsong era millenium ketiga di Irian Jaya, Pusat Studi
Kependudukan Universitas Cenderawasih, Jayapura, 2000.

More Related Content

What's hot

Reformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate University
Reformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate UniversityReformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate University
Reformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate UniversityCoach RFIRMANS
 
Paparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdf
Paparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdfPaparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdf
Paparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdfsyaruddin1
 
Overview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptxOverview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptxSainahBheYee
 
Modul format buku register
Modul format buku registerModul format buku register
Modul format buku registerDede Subhan
 
Contoh rancangan aktualisasi
Contoh rancangan aktualisasiContoh rancangan aktualisasi
Contoh rancangan aktualisasiAgus Triono
 
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)temanna #LABEDDU
 
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018Ir. Zakaria, M.M
 
Paparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi BirokrasiPaparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi BirokrasiAshep Ramdhan
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaFitri Indra Wardhono
 
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Frans Dione
 
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraWawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraAlfonsus Liguori
 
materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019
materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019
materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019abdulhamid277
 
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptxIrwin Sopyanudin
 

What's hot (20)

Overview latsar
Overview latsarOverview latsar
Overview latsar
 
Reformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate University
Reformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate UniversityReformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate University
Reformasi Diklat ASN Terintegrasi Melalui ASN Corporate University
 
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
 
Paparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdf
Paparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdfPaparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdf
Paparan Sekda - KP RPD 2024-2026.pdf
 
Overview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptxOverview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptx
 
Modul format buku register
Modul format buku registerModul format buku register
Modul format buku register
 
Contoh rancangan aktualisasi
Contoh rancangan aktualisasiContoh rancangan aktualisasi
Contoh rancangan aktualisasi
 
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
 
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
 
Manajemen asn
Manajemen asnManajemen asn
Manajemen asn
 
Asn dan upaya mewujudkan visi indonesia 2045
Asn dan upaya mewujudkan visi indonesia 2045Asn dan upaya mewujudkan visi indonesia 2045
Asn dan upaya mewujudkan visi indonesia 2045
 
Paparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi BirokrasiPaparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi Birokrasi
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
 
Slide UU 23/2014
Slide UU 23/2014Slide UU 23/2014
Slide UU 23/2014
 
Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela NegaraKesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara
 
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraWawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
 
materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019
materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019
materi rapat kerja wilayah kemenag prov. jawa tengah 2019
 
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
 
Blanko izin-belajar
Blanko izin-belajarBlanko izin-belajar
Blanko izin-belajar
 

Viewers also liked

Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...
Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...
Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...CIFOR-ICRAF
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015daldukpapua
 
Materi selayang pandang yapen
Materi selayang pandang   yapenMateri selayang pandang   yapen
Materi selayang pandang yapenAlfa Dawir
 
Executive summary LAKIP BKKBN KALSEL
Executive summary LAKIP BKKBN KALSELExecutive summary LAKIP BKKBN KALSEL
Executive summary LAKIP BKKBN KALSELsopyanbkkbn
 
Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035daldukpapua
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014daldukpapua
 
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi PapuaBuku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papuadaldukpapua
 
Tema 2 psk tingkatan 2
Tema 2 psk tingkatan 2Tema 2 psk tingkatan 2
Tema 2 psk tingkatan 2angora6750232
 
Penglibatan keluarga
Penglibatan keluargaPenglibatan keluarga
Penglibatan keluargaAzizan Amanda
 
Profil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapuraProfil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapurawiratmokowikan
 

Viewers also liked (12)

Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...
Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...
Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indone...
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
 
Materi selayang pandang yapen
Materi selayang pandang   yapenMateri selayang pandang   yapen
Materi selayang pandang yapen
 
Executive summary LAKIP BKKBN KALSEL
Executive summary LAKIP BKKBN KALSELExecutive summary LAKIP BKKBN KALSEL
Executive summary LAKIP BKKBN KALSEL
 
Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
 
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi PapuaBuku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
 
Nota psk t2
Nota psk t2Nota psk t2
Nota psk t2
 
Tema 2 psk tingkatan 2
Tema 2 psk tingkatan 2Tema 2 psk tingkatan 2
Tema 2 psk tingkatan 2
 
Tingkatan 2 - PSK
Tingkatan 2 - PSKTingkatan 2 - PSK
Tingkatan 2 - PSK
 
Penglibatan keluarga
Penglibatan keluargaPenglibatan keluarga
Penglibatan keluarga
 
Profil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapuraProfil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapura
 

Similar to PAPUA KB PROFIL

Jepara dalam-angka--2014
Jepara dalam-angka--2014Jepara dalam-angka--2014
Jepara dalam-angka--2014Fajar Arya
 
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...daldukpapua
 
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...yudh1dfm
 
juknis ppdb 2019 2020 (final)
juknis ppdb 2019 2020 (final)juknis ppdb 2019 2020 (final)
juknis ppdb 2019 2020 (final)Amphie Yuurisman
 
Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012
Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012
Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012Aizawa Kakeru
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografidaldukpapua
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015daldukpapua
 
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~Asaka Cv
 
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copy
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copyPedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copy
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copyAsaka Cv
 
Juknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copy
Juknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copyJuknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copy
Juknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copyRedis Manik
 
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk MahasiswaModul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswadaldukpapua
 
Dengilo dalam angka 2011
Dengilo dalam angka 2011Dengilo dalam angka 2011
Dengilo dalam angka 2011rasty18
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012Muh Saleh
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Muh Saleh
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
1. bahan tayang pelatihan teknis kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...
1. bahan tayang pelatihan teknis   kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...1. bahan tayang pelatihan teknis   kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...
1. bahan tayang pelatihan teknis kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...PusdiklatKKB
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015daldukpapua
 
Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017
Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017
Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017pandirambo900
 

Similar to PAPUA KB PROFIL (20)

Jepara dalam-angka--2014
Jepara dalam-angka--2014Jepara dalam-angka--2014
Jepara dalam-angka--2014
 
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
 
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB di Kabupate...
 
juknis ppdb 2019 2020 (final)
juknis ppdb 2019 2020 (final)juknis ppdb 2019 2020 (final)
juknis ppdb 2019 2020 (final)
 
Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012
Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012
Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
 
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 ~
 
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copy
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copyPedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copy
Pedoman%20 dak%20bidang%20kb%20tahun%202014 copy
 
Juknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copy
Juknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copyJuknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copy
Juknis dak bkkbn 2014 ~hub.o81380537399~cv.asaka prima copy
 
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk MahasiswaModul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
 
Dengilo dalam angka 2011
Dengilo dalam angka 2011Dengilo dalam angka 2011
Dengilo dalam angka 2011
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
1. bahan tayang pelatihan teknis kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...
1. bahan tayang pelatihan teknis   kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...1. bahan tayang pelatihan teknis   kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...
1. bahan tayang pelatihan teknis kebijakan dan strategi pk 2020 edit-very03...
 
Laporan pendamping napabalano
Laporan pendamping napabalanoLaporan pendamping napabalano
Laporan pendamping napabalano
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
 
Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017
Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017
Profil gender kab. pakpak bharat thn 2017
 

More from daldukpapua

Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035daldukpapua
 
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukandaldukpapua
 
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi PapuaUpaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papuadaldukpapua
 
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah KampungProgram Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampungdaldukpapua
 
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi PapuaMigrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papuadaldukpapua
 
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi  Peluang atau AncamanBonus Demografi  Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi Peluang atau Ancamandaldukpapua
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014daldukpapua
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografidaldukpapua
 
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"daldukpapua
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014daldukpapua
 
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster DemografiAnalisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografidaldukpapua
 

More from daldukpapua (11)

Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
 
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
 
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi PapuaUpaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
 
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah KampungProgram Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
 
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi PapuaMigrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
 
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi  Peluang atau AncamanBonus Demografi  Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
 
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
 
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster DemografiAnalisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
 

Recently uploaded

Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (16)

Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 

PAPUA KB PROFIL

  • 1.
  • 2. i ProfilKeluarga Papua2014 i KATA PENGANTAR Berkat Bimbingan dan Penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Profil Keluarga Provinsi Papua tahun 2014 telah selesai disusun tepat waktu, hal ini sejalan dengan Tupoksi Perwakilan BKKBN Provinsi Papua sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Keluarga tersebut. Profil Keluarga pada jangka panjang, hendaknya tidak saja memotret situasi keluarga di tingkat Provinsi, namun juga mengerucut semakin detail pada tingkat kabupaten/kota, distrik bahkan bila memungkinkan sampai tingkat kampung. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan keluarga terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah yang memiliki permasalahan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dimana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya mempunyai tugas fungsi penyelenggaraan bidang keluarga berencana saja tetapi juga mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan, kerjasama dan pendidikan kependudukan, pendidikan dan latihan kependudukan dan peningkatan penyediaan data informasi kependudukan. Profil Keluarga Provinsi Papua Tahun 2014 merupakan sebagian kecil dari potret kondisi keluarga- keluarga, yang nantinya menjadi pedoman dan acuan bagi para pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam menyelenggarakan program di Provinsi Papua. Kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Koalisi Kependudukan Provinsi Papua, Koalisi Muda Kependudukan Provinsi Papua dan para Mitra kerja SKPD di Provinsi Papua, Perwakilan SKPD KB Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan semua pihak yang telah berkontribusi hingga Profil Keluarga Provinsi Papua tahun 2014 tersusun dengan baik. Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Keluarga Provinsi Papua. Jayapura, Juli 2014 Drs. NERIUS AUPARAY, M.Si Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua
  • 3. ii ProfilKeluarga Papua2014 ii DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………….. i Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….. ii Daftar Tabel ……………………………………………………………………………………….. iii Bagian I. Pendahuluan ………..……………………………………….……………… 1 a. Latar belakang ……………..……………………………………………... 1 b. Tujuan ………………………………………………………………………… 3 c. Landasan hukum ………………………………………………………….. 3 d. Konsep dan definisi ………………………………………………………. 3 Bagian II. DINAMIKA PENDUDUK …………………………………………………. 8 a. Jumlah penduduk …………………………………………………………. 8 b. Jumlah keluarga …………………………………………………………… 11 c. Rasio dan jenis kelamin ………………………………………………… 14 d. Rata-rata jumlah anggota keluarga ………………………………… 15 e. Pola perkawinan …………………………………………………………… 16 f. Angka perceraian …………………………………………………………. 16 g. Status keluarga ……………………………………………………………. 17 h. Pendapatan …………………………………………………………………. 18 i. Migrasi dan mobilitas ……………………………..……………………… 19 j. Pendidikan, rata-rata lama sekolah ………………………………… 21 k. Pekerjaan …………………………………………………………………….. 22 l. Kesehatan …………………………………………………………………….. 23 m. Agama ……………………………………………………………………….. 25 Bagian III KELUARGA DALAM MASYARAKAT ADAT PAPUA….. 26 a. Sebaran suku-suku di Papua .…………………………………. 26 b. Keluarga dan perannya……………… ............................ 27 1. Penggambaran adat/budaya …..…………………………… 27 2. Fungsi keluarga dan kelahiran……..………………………. 28 3. Tanggungjawab anak laki-laki ..............…............... 29 4. Sistim Matapencaharian masyarakat lokal ............... 29 5. Perkawinan .......................................................... 32 c. Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Papua…………… 34 Bagian IV PENUTUP ………………………………………………………………………. 36 DAFTAR BACAAN .................................................................................. 37
  • 4. iii ProfilKeluarga Papua2014 iii DAFTAR TABEL/GRAFIK/GAMBAR Halaman Tabel 1. Persebaran suku bangsa berdasarkan wilayah administrasi ………. 27 Grafik 1. Pertumbuhan penduduk Papua ……………………………………………….. 10 Grafik 2. Tren TFR menurut SDKI 1991-2012 ………………………………………… 11 Grafik 3. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga (ART) ………………………… 15 Grafik 4. Persentase tahapan Keluarga sejatera tahun 2009-2013 ………...... 18 Diagram 1. Jumlah penduduk per jenis kelamin di Papua tahun 2010 ………….. 8 Diagram 2. Jumlah keluarga 29 kabupaten/kota di Papua tahun 2013 …………. 12 Diagram 3. Rasio jenis kelamin di Papua tahun 2010 …………………………………. 14 Diagram 4. Jumlah perkara perceraian yang diterima PTA Papua tahun 2013 17 Diagram 5. Laju pertumbuhan penduduk 29 kabupaten/kota di Papua tahun 2010 …………………………………………………………………………………….. 19 Diagram 6. Persentase migrasi risen 29 kabupaten/kota di Papua tahun 2010 …………………………………………………………………………………….. 20 Diagram 7. Jumlah angkatan kerja 2010 dan 2011 ……………………………………. 22 Diagram 8. Penduduk Per Agama …………………………………………………………….. 25 Gambar 1. Peta pesebaran penduduk di Provinsi Papua …………………………….. 9 Gambar 2. Data tahapan keluarga sejahtera di Provinsi Papua tahun 2013 …. 13
  • 5. 1 ProfilKeluarga Papua2014 1 Bagian Pertama PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di tengah-tengah kompleksitas kultural yang muncul melalui serangkaian perubahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kualitas kehidupan bersama dalam keluarga semakin mengalami penurunan. Kegagalan moral terus menggerogoti keluarga dan manusia semakin tidak peduli, bahkan menihilkan segala persoalan yang berkaitan dengan moral kehidupan bersama. Isu Keluarga merupakan isu yang sangat strategis dan bersifat lintas sector, sehingga pengintegrasian berbagai aspek keluarga ke dalam perencanaan pembangunan kependudukan dan bagaimana pembangunan kependudukan itu dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang harus diwujudkan. Dalam hal ini, upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan keluarga dalam kependudukan sebagai dinamika penduduk dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar ke depan pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan adanya keseimbangan yang serasi antara kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas dan penataan persebarannya yang didukung upaya- upaya perlindungan dan pemberdayaan keluarga serta peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang wawasan kependudukan bahkan sejak usia dini. Disadari data kependudukan memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan, perencanaan pembangunan, dan evaluasi hasil-hasil pembangunan, baik bagi pemerintah maupun pihak lain termasuk dunia usaha. Karena itu ketersediaan data perkembangan kependudukan sampai tingkat lapangan menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan program- program kependudukan. Untuk itu pengembangan system informasi kependudukan yang bisa diakses dan dimanfaatkan berbagai pihak yang berkepentingan untuk tujuan intervensi yang berbeda-beda merupakan
  • 6. 2 ProfilKeluarga Papua2014 2 kebutuhan utama untuk segera diaplikasikan, sehingga data kependudukan yang tersedia makin lengkap dan akurat, mudah dan tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Informasi perkembangan kependudukan merupakan informasi strategis dan sangat dibutuhkan berbagai pihak, terutama pemerintah dalam menentukan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Demikian juga para pelaku bisnis, dalam merencanakan strategi pengembangan usahanya juga menggunakan informasi kependudukan. Dalam Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan telah memperkokoh upaya pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana (KB) dalam mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju penduduk tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam undang-undang dimaksud juga memberikan gambaran bahwa aspek-aspek kependudukan secara fungsional membentuk satu kesatuan ekosistem. Demikian arah kebijakan pemerintah menyelenggarakan pembangunan senantiasa memperhatikan aspek kependudukan sebagai ”pembangunan berwawasan kependudukan dan berkelanjutan”, yang mana kebijakan ini perlu didukung dengan kebijakan yang menyangkut pengendalian penduduk. Pada saat ini diharapkan terjadi pergeseran paradigma yang mengedepankan pola pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pembangunan yang demikian secara khusus di Provinsi Papua mengandung dua makna, pertama: pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada; kedua: pembangunan sumber daya manusia, yaitu pembangunan yang lebih menekankan kualitas sumber daya manusia berbasis kontekstual dibandingkan peningkatan infrastruktur semata. Berkaitan dengan tugas dan fungsinya tersebut, serta agar dapat memberikan gambaran informasi yang akurat berkaitan dengan informasi keluarga bagi pihak-pihak yang terkait dan masyarakat pada
  • 7. 3 ProfilKeluarga Papua2014 3 umumnya, maka dilakukan penyusunan buku profil keluarga. B. TUJUAN Memberikan gambaran berkaitan dengan informasi tentang Keluarga serta perkembangannya di Provinsi Papua sampai dengan tahun 2013 bagi pihak-pihak yang terkait dan masyarakat pada umumnya. C. LANDASAN HUKUM  Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan K ependudukan dan Pembangunan Keluarga;  Peraturan Presiden (Peppres) Nomor 62 tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;  Peraturan Kepala (Perka) BKKBN Nomor 72 tahun 2011 tentang Struktur Kelembagaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;  Peraturan Kepala (Perka) BKKBN Nomor 82 tahun 2011 tentang Struktur Kelembagaan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi D. KONSEP DAN DEFINISI  Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
  • 8. 4 ProfilKeluarga Papua2014 4 dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan (Undang- Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);  Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Undang- Undang RI Nomor 52 Tahun 2009);
  • 9. 5 ProfilKeluarga Papua2014 5  Kematian atau mortalitas menurut WHO adalah suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bias terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup;  Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu;  Mobilitas penduduk permanen (migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk nenetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/ negara (migrasi internasional);  Mobilitas penduduk non permanen (circucaltion/sirkuler) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif. Mobilitas penduduk non permanen dibagi menjadi dua yaitu ulang alik nglaju (commuting) dan menginap/mondok;  Penduduk musiman merupakan salah satu jenis mobilitas penduduk non permanen yang bekerja tidak pada daerah domisilinya dan menetap dalam kurun waktu lebih dari satu hari tetapi kurang dari satu tahun dan dilakukan secara berulang;  Mobilitas penduduk ulang-alik atau nglaju adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama;  Migrasi kembali (return migration) adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal di daerah yang berbeda;  Migrasi semasa hidup (life time migration) adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan pendataan tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat kelahirannya;  Migrasi risen (rencent migration) adalah bentuk migrasi melewati batas wilayah administrasi (kampung/distrik/kabupaten/provinsi) dimana pada
  • 10. 6 ProfilKeluarga Papua2014 6 waktu diadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu.  Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya konsentrasi penduduk di perkotaan dan atau proses perubahan suatu daerah perdesaan menjadi perkiraan, balk secara fisik maupun ukuran-ukuran spasial dan/ atau bertambahnya fasilitas perkotaan, serta lembaga-lembaga sosial, maupun perilaku masyarakatnya.  Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.  Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.  Pengangguran adalah orang yang termasuk angkatan kerja, namun pada saat pendataan/survey atau sensus tidak bekerja dan sedang mencari kerja.  Angka Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja.  Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke bawah dan penduduk berusia 64 tahun ke atas.  Lahir hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya ada nafas, ada denyut jantung atau denyut tali pusar atau gerakan otot.  Lahir mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan.  Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata banyaknya anak yang akan dimiliki oleh seorang vvanita pada masa reproduksinya jika ia mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung.  Angka Kematian Bayi Baru Lahir adalah banyaknya kematian baru lahir, usia kurang dari satu bulan (0-28) hari pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.
  • 11. 7 ProfilKeluarga Papua2014 7  Angka Kematian Bayi Lepas Baru Lahir adalah banyaknya kematian bayi lepas baru lahir (usia 1-11 bulan) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.  Angka Kematian Bayi/IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu tahun (9-11 bulan) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.  Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000 kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya.  Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.
  • 12. 8 ProfilKeluarga Papua2014 8 Bagian Kedua DINAMIKA PENDUDUK A. JUMLAH PENDUDUK Di Provinsi Papua, berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010, dengan jumlah penduduk 2.833.381 jiwa terdiri dari penduduk Laki-laki 1.505.883 jiwa (53,15%) dan penduduk Perempuan 1.327.498 jiwa (46,85%). Provinsi Papua yang memiliki luas 316.550,07 km² atau 17,04 persen dari luas Indonesia dan terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota, penduduk berdasarkan tempat tinggal hampir 70 persen berdomisili di kampung dan pedalaman, selebihnya bertempat tinggal di perkotaan. Diagram-1 Total : 2.833.381 Sumber : BPS, SP 2010 Pertumbuhan penduduk Provinsi Papua periode 1980-2010 terus mengalami kenaikan, dengan laju pertambahan penduduk (LPP) yang sangat menonjol pada periode 2000-2010 yang mencapai 5,39 persen/tahun.
  • 13. 9 ProfilKeluarga Papua2014 9 Meskipun penduduk terus bertambah, namun kepadatan penduduk masih rendah hanya 9 jiwa/km2 . Kepadatan tertinggi terjadi di Kota Jayapura 339 jiwa/km2 , sedangkan kepadatan terendah terjadi di Kabupaten Mamberamo Raya yang hanya 1 jiwa/km2. Gambar 1. Persebaran penduduk Provinsi Papua menurut topografi wilayah sesuai hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dapat dibagi menjadi tiga (3) wilayah, yaitu:  Wilayah Pegunungan (Kabupaten Jayawijaya, Paniai, Puncak Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Tolikara, Nduga, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Yalimo, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai) dengan jumlah penduduk 1.392.970 jiwa (49,16%) terdiri dari laki-laki 736.312 jiwa (52,86%) dan perempuan 656.658 jiwa (47,14%)  Wilayah Dataran Sulit (Kabupaten Boven Digul, Mappi, Asmat, Waropen, Supiori, Mamberamo Raya) dengan jumlah penduduk 272.897 jiwa (9,63%) yang terdiri dari laki-laki 144.635 jiwa (52,99%) dan perempuan 128.262 jiwa (47,01%).
  • 14. 10 ProfilKeluarga Papua2014 10  Wilayah Dataran Mudah (Kabupaten Merauke, Jayapura, Nabire, Kepulauan Yapen, Biak Numfor, Mimika, Sarmi, Keerom dan Kota Jayapura) dengan jumlah Penduduk sebesar 1.167.514 jiwa (41,21%) yang terdiri dari penduduk laki-laki 624.936 jiwa (53,53%), dan perempuan 542.578 jiwa (46,47%). Peningkatan LPP Provinsi Papua dalam kurun waktu 2000-2010 terutama karena migrasi daripada pertumbuhan alami dengan faktor fertilitas dan mortalitas. Fakta LPP yang menonjol di Provinsi berdasarkan kondisi obyektif geografis menunjukkan bahwa LPP daerah pegunungan sangat besar (7,46) dibandingkan dengan pesisir sulit (3,99) dan pesisir mudah (3,67). Grafik-1 Sumber :SP 1980, 1990, 2000, 2010 Angka Kelahiran Total (TFR) di Provinsi Papua berdasarkan SDKI 1994, SDKI 1997, dan SDKI 2007 menunjukkan kecenderungan menurun. SDKI 1994 melaporkan angka TFR sebesar 3,15 anak per wanita, kemudian meningkat menjadi 3,38 anak pada SDKI 1997, dan pada SDKI 2007 angka fertilitas menurun pada level 2,9 anak per wanita, yang berarti telah menunjukkan keberhasilan dalam menekan angka kelahiran. Jika dibandingkan dengan TFR Nasional, Provinsi Papua masih ada di atas angka TFR Nasional sebesar 2,8 (SDKI 2007) yang menunjukkan bahwa
  • 15. 11 ProfilKeluarga Papua2014 11 pelaksanaan Program KB di Provinsi Papua masih harus terus ditingkatkan dalam penurunan angka kelahiran total. Sementara TFR Provinsi Papua sesuai hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 sebesar 2,87, namun berdasarkan hasil SDKI 2012 meningkat menjadi 3,5 (TFR di perkotaan 2,9 sedangkan di pedesaan 3,8). Terjadinya kenaikan TFR dan belum maksimalnya pelaksanaan program KB di Provinsi Papua ini sangat dipengaruhi perubahan kebijakan kependudukan secara kelembagaan yang menyebabkan pelaksanaan program KB di daerah tidak optimal. Grafik-2 Sumber : SDKI tahun 1991, 1994, 1997, 2002/03, 2007, 2012 B. JUMLAH KELUARGA Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Demikian pengembangan kualitas keluarga menjadi penting diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga dengan dukungan pemerintah secara berkelajutan. Tujuannya untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia, sejahtera, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungannya.
  • 16. 12 ProfilKeluarga Papua2014 12 Di Provinsi Papua, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, jumlah keluarga juga bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan pendataan Perwakilan BKKBN Provinsi Papua tahun 2013, jumlah keluarga di Provinsi Papua tercatat sebanyak 567.548 Keluarga. Diagram-2 Sumber : BKKBN, Profil Hasil Pendataan Keluarga 2013 Informasi mengenai komposisi rumah tangga menurut jenis kelamin kepala rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga adalah penting karena berkaitan dengan aspek kesejahteraan rumah tangga. Rumah tangga yang dikepalai wanita, misalnya, biasanya lebih miskin dari rumah tangga yang dikepalai pria. Rumah tangga yang jumlah anggotanya banyak, pada umumnya tingkat kepadatannya lebih tinggi yang biasanya berkaitan dengan kondisi kesehatan yang kurang memadai dan mengalami kesulitan secara ekonomi. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, tentang komposisi rumah tangga di Provinsi Papua menunjukkan bahwa 88,4 persen rumah tangga dikepalai oleh pria, sedangkan 11,6 persen rumah tangga dikepalai wanita. Proporsi rumah tangga yang dikepalai wanita di daerah perkotaan dan pedesaan hampir sama (masing-masing 13,2 persen dan 11 persen).
  • 17. 13 ProfilKeluarga Papua2014 13 Gambar. 2 Berdasarkan status kesejahteraannya, keluarga-keluarga di Provinsi diklasifikasikan atas 5 kelompok, yaitu:  Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS)  Keluarga Sejahtera I  Keluarga Sejahtera II  Keluarga Sejahtera III  Keluarga Sejahtera III Plus keluarga Pra Sejahtera merupakan cerminan keluarga sangat miskin dan miskin. Di provinsi Papua selama lima tahun terakhir (2008-2013), jumlah keluarga Pra Sejahtera semakin banyak. Pada tahun 2008 jumlah Keluarga Pra Sejahtera 98.491 keluarga, lima tahun kemudian (2013) bertambah sebanyak 158.100 (160,5%) keluarga menjadi 256.591 keluarga.
  • 18. 14 ProfilKeluarga Papua2014 14 Pertambahan jumlah Keluarga Pra Sejahtera ini mengindikasikan proses pembangunan daerah yang sedang berlangsung belum berpihak dan memberikan pengaruh signifikan bagi kelompok masyarakat miskin (Pra Sejahtera), karena lebih memprioritaskan pembangunan fisik dari pada non fisik untuk membangun wilayah-wilayah kabupaten pemekaran baru. Fakta ini secara tidak langsung juga menjadi pemberat dan mempengaruhi nilai IPM Papua yang saat ini berada pada rangking 33 di Indonesia. C. RASIO JENIS KELAMIN Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hasil SP 2010 di Provinsi Papua, menunjukkan penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan dengan angka Sex Ratio (SR) 113. Ini berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat 113 penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin tertinggi di Kabupaten Mimika (130) dan terendah di Kabupaten Dogiyai (102). Diagram-3 Sumber : BPS, SP 2010
  • 19. 15 ProfilKeluarga Papua2014 15 D. RATA-RATA JUMLAH ANGGOTA KELUARGA Hasil SDKI pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga di Provinsi Papua adalah 4,3 orang. Ukuran jumlah anggota rumah tangga di daerah pedesaan dan perkotaan adalah sama (masing-masing 4,3 orang). Namun hal yang menonjol dan perlu menjadi perhatian adalah masih terdapat rumah tangga dengan banyak anggota (sembilan orang atau lebih) di daerah perkotaan dan daerah pedesaan (masing-masing 4,5 persen). Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan laporan Provinsi Papua dalam Angka 2013, di Provinsi Papua menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berstatus Kepala Rumah Tangga (KRT) sebanyak 658.794 jiwa, dengan rata- rata jumlah Anggota Rumah Tangga (ART) 4.30 jiwa dan berbeda antara perkotaan dan perkampungan. Rata-rata ART di perkampungan 4,25 jiwa lebih sedikit dibandingkan rata-rata ART di perkotaan 4,43 jiwa. Grafik-3 Sumber : Papua Dalam Angka 2013 Mengacu pada slogan BKKBN “dua anak cukup” yang secara khusus di Provinsi Papua dengan pertimbangan kondisi sosial-ekonomi-budaya secara obyektif, maka strategi pengembangan program keluarga berencana dilaksanakan melalui pendekatan yang kontekstual dengan mengedepankan
  • 20. 16 ProfilKeluarga Papua2014 16 kualitas kesehatan Ibu dan Anak, kualitas keluarga melalui penjarangan kelahiran, jumlah rata-rata anggota keluarga yang ideal, walaupun sudah menunjukkan ke arah yang diinginkan namun belum optimal, yaitu dalam satu keluarga hanya terdiri dari 4 orang yang terdiri dari dua anak dan bersama ayah dan ibu. E. POLA PERKAWINAN Berdasarkan status perkawinan, penduduk di Provinsi Papua yang berumur 10 tahun ke atas dibedakan atas belum kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati. Dari 2.283.735 jiwa penduduk berumur 10 tahun ke atas sebagian besar (59,54 persen) berstatus kawin dan 36,13 persen berstatus belum kawin. Sementara yang berstatus cerai hidup dan cerai mati masing-masing 1 persen dan 3,34 persen. Data SDKI menunjukkan perkembangan median umur kawin pertama di Provinsi Papua yang linear. Median umur kawin pertama naik dari 20,9 tahun pada SDKI tahun 1991 terus meningkat dan menjadi 23,3 tahun pada SDKI tahun 2012. Median umur kawin pertama Papua lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nasional 19,8 tahun. Rendahnya umur pertama kali kawin sangat berpengaruh terhadap peluang hamil dan melahirkan lebih besar dan akan berdampak pada pertumbuhan penduduk alami. F. ANGKA PERCERAIAN Saat pernikahan berlangsung pastilah pasangan mempelai dan keluarga besarnya sangat berharap agar pernikahan tersebut langgeng sampai ajal menjemput. Namun harapan tersebut tidak selalu terwujud, setidaknya tampak dari data perceraian yang dipublikasikan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua, bahwa jumlah kasus perceraian dan gugat cerai di tahun 2013 sebanyak 1.625 kasus. Angka perceraian dan gugat cerai ada kecenderungan naik dibandingkan tahun sebelumnya. Trend perceraian yang meningkat terjadi di PA Jayapura (329 kasus) Provinsi Papua mengindikasikan bahwa ketahanan keluarga yang semakin
  • 21. 17 ProfilKeluarga Papua2014 17 rapuh yang disebabkan berbagai faktor dan sudah waktunya untuk dicari pemecahan permasalahannya. Diagram-4 Sumber : Laporan Tahunan Pengadilan Tinggi Agama Jayapura 2013 G. STATUS KELUARGA Perkembangan kesejahteraan keluarga di Provinsi Papua belum mencapai keadaan ideal. Keadaan ideal yang dimaksud adalah jumlah keluarga Pra Sejahtera/Pra KS dan KS1 harus semakin berkurang dan keluarga berstatus KS II, KS III dan KS III+ harus semakin bertambah seiring dengan proses pembangunan yang semakin maju dan merata, apalagi didukung dengan pemekaran wilayah kabupaten yang terus terjadi sejak tahun 2000-an yang semakin memperpendek rentang kendali pembangunan. Perkembangan kesejahteraan yang terjadi di Provinsi Papua adalah jumlah keluarga Pra Sejahtera/Pra KS dan KS1 berkurang dari 452.036 keluarga pada tahun 2012 menjadi 444.005 keluarga pada tahun 2013. Dua kelompok keluarga ini seharusnya/idealnya semakin berkurang karena mencerminkan dan rentan terhadap kemiskinan (penduduk miskin), sedangkan penduduk miskin mencapai 33,11 persen. Sementara itu, jumlah keluarga berstatus KS II, KS III dan KS III+ dalam waktu yang sama bertambah dari 115.182 keluarga pada
  • 22. 18 ProfilKeluarga Papua2014 18 tahun 2012 menjadi 123.543 keluarga pada tahun 2013. Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga di Papua dari tahun ke tahun meningkat walaupun dalam peningkatannya hanya kecil, bahkan keluarga yang berstatus KS-II, KS-III dan KS-III+ dari tahun 2011 trennya selalu mengalami peningkatan. Grafik-4 Sumber : Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011, 2012 & 2013 H. PENDAPATAN Meningkatnya pendapatan per kapita dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional/daerah. Peningkatan pendapatan per kapita dapat ditelusuri dari perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Jika di suatu daerah/negara terjadi kondisi LPE lebih besar dari LPP, maka pendapatan per kapita di daerah/negara tersebut bertambah. Sebaliknya jika LPE lebih rendah dari LPP, berarti pendapatan per kapita di daerah/negara tersebut berkurang. Sejak pemberlakukan Otonomi Khusus (OTSUS) bagi Provinsi Papua tahun 2001, roda pembangunan daerah di Provinsi Papua terus bergulir dengan LPE rata-rata 5,67% per tahun pada tahun 2010. PDRB per kapita menurut harga konstan tahun 2010 sebesar Rp 31,78 juta per tahun. Pada periode yang sama (2000-2010) jumlah penduduk terus bertambah dengan LPP sebesar 5,39% per tahun. 59,02 47,37 45,21 26,08 32,32 33,02 10,81 13,79 15,32 3,17 5,02 5,080,93 1,5 1,37 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 2011 2012 2013 Persentase Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun 2011-2013 Pra KS KS I KS II KS III KS III+
  • 23. 19 ProfilKeluarga Papua2014 19 Diagram-5 Sumber : BPS, SP 2010 Dari fakta ini terungkap bahwa selama periode 2000-2010 LPE lebih besar dari LPP dan disertai dengan pendapatan per kapita yang semakin tinggi. Oleh karena itu, upaya pemerintah menekan LPP serendah mungkin, harus tetap didukung, karena upaya tersebut bermuara pada pemenuhan kebutuhan dasar (ketahanan pangan) dan peningkatan kemakmuran masyarakat. I. MIGRASI DAN MOBILITAS Migrasi masuk (seumur hidup maupun risen) ke Provinsi Papua cenderung menuju ke ibukota kabupaten/kota dan menetap untuk mendapatkan peluang kerja, dan yang tidak berhasil biasa kembali ke daerah asalnya, atau menuju ke kota distrik atau daerah pedalaman di Papua untuk berwirausaha. Migrasi ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tujuan, sekaligus sebagai media untuk memperbaiki standar hidup dan kesejahteraan. Para migran yang datang ke Provinsi Papua dengan berbagai pengetahuan dan modal, karena wilayah ini memiliki daya tarik utama, berupa peluang kerja, pendidikan, bisnis dan peluang-peluang lain. Namun tidak
  • 24. 20 ProfilKeluarga Papua2014 20 selamanya semua migran memiliki pengetahuan tinggi dan bermodal, karena ketika berpindah ke daerah lain melalui bantuan keluarga dan teman di daerah tujuan. Hal ini memperlihatkan masih banyak migran di daerah tujuan yang hidup miskin, miskin IPTEK dan miskin modal, yang justru tidak mendorong perkembangan di daerah tujuan tetapi menjadi beban masyarakat dan daerah tujuan. Secara khusus migrasi dari daerah-daerah pemekaran baru di Provinsi Papua didominasi migrasi risen (seseorang berbeda provinsi tempat tinggal sekarang dengan provinsi tempat tinggalnya lima tahun yang lalu), yang mencapai 5,33 persen, terutama di kabupaten Sarmi yang mencapai 17,22 persen. Diagram-6 Sumber : BPS, SP 2010 Jumlah penduduk yang makin banyak dan makin padat dalam waktu singkat, sangat membingungkan pemerintah daerah setempat, karena muncul tiba-tiba antri panjang pencari kerja, muncul perkampungan- perkampungan kumuh, keterbatasan berbagai fasilitas terutama di daerah pemekaran baru. Berbarengan dengan pertambahan jumlah penduduk tersebut, muncul berbagai permasalahan sosial-ekonomi di perkotaan.
  • 25. 21 ProfilKeluarga Papua2014 21 J. PENDIDIKAN, RATA-RATA LAMA SEKOLAH Kinerja pembangunan pendidikan di Provinsi Papua meskipun menunjukkan peningkatan, namun masih tergolong rendah (di bawah nasional). Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 15 tahun ke atas tahun 2010 baru mencapai 6,66 tahun (naik sedikit dibanding RLS 2009 = 6,57 tahun) atau rata-rata hanya tamat SD dan memasuki tingkat pendidikan SMP, namun belum bisa menuntaskan program wajib belajar (Wajar) 9 tahun. Beberapa kota/ kabupaten yang angka RLS melebihi angka Provinsi dan dapat menuntaskan Wajar 9 tahun di Kota Jayapura (10,88 tahun), kabupaten Biak Numfor (9,26 tahun) dan Jayapura (9,05 tahun). Angka RLS terendah dan dapat diindikasikan anak usia sekolah SD tidak dapat menyelesaikan pendidikan sekolah kecil (3 tahun) terdapat di kabupaten Tolikara (2,94 tahun), Mamberamo Tengah (2,90 tahun), Nduga (2,79 tahun), Puncak (2,79 tahun), Yalimo (2,72 tahun), Pegunungan Bintang (2,45 tahun), Yahukimo (2,42 tahun), Deiyai (2,24 tahun) dan yang paling terendah kabupaten Intan Jaya (1,81 tahun). Kemampuan penduduk 15 tahun ke atas untuk dapat membaca dan menulis (melek huruf) di Provinsi Papua AMH meningkat dari 75,58 persen tahun 2009 menjadi 75,60% tahun 2010. Ini berarti, pembangunan pendidikan di Papua masih terbebani dengan penduduk yang buta huruf sebanyak 24,4 persen. Angka Melek Huruf (AMH) menurut kota/kabupaten, yang tertinggi Kota Jayapura (99,10%), Kabupaten Biak Numfor (97,75%), Jayapura (96,31%), Supiori (95,71%) dan kabupaten Keerom (91,12%) yang melebihi rata-rata AMH Provinsi. AMH terendah di kabupaten Nduga (30,53%), Intan Jaya (27,00%) dan kabupaten Deiyai (26,87%). Rendahnya angka RLS dan AMH, terutama pada kabupaten- kabupaten yang berada di wilayah pegunungan tengah Provinsi Papua, sangat dipengaruhi oleh homogenitas penduduk (angka migrasi seumur hidup dan risen non lokal rendah), menyebabkan daya saing rendah, proses pendidikan tidak
  • 26. 22 ProfilKeluarga Papua2014 22 berkualitas serta rendahnya interaksi sosial yang dapat menjadi acuan dan motivasi. K. PEKERJAAN Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS 2011, jumlah angkatan kerja Provinsi Papua adalah 1.536.728 orang meningkat 0.017 persen dibandingkan 2010. Dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sebanyak 1.952.967 orang, maka tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja turun dari 80.99 persen pada 2010 menjadi 78,45 Persen pada 2011. Jumlah penduduk bekerja naik 4,6 persen dari 1.456.545 orang pada tahun 2010 menjadi 1.524.933 orang pada tahun 2011 dengan penyerapan terbesar terjadi di sektor pertanian sebesar 72,8 persen dari total pekerja. Diagram-7 Sumber : Papua Dalam Angka 2012 Faktor pendorongnya adalah masih terjaganya iklim usaha perkebunan kelapa sawit dan kakao yang merupakan program unggulan sehingga mendorong kebutuhan terhadap tenaga kerja di sektor pertanian. Jumlah pengangguran juga naik 12,8 persen dari 53.631 orang menjadi 60.501 orang. Secara keseluruhan, peningkatan jumlah pengangguran tersebut
  • 27. 23 ProfilKeluarga Papua2014 23 mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik dari 3,55 persen menjadi 3,94 persen. L. KESEHATAN Di Provinsi Papua, Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai 68,35 tahun, dengan AHH tertinggi di Kabupaten Mimika (69,87) dan Kota Jayapura (68,34 tahun), sedangkan terendah di Kabupaten Merauke (62,25 tahun). AHH di Provinsi Papua termasuk kategori sedang (standar harapan hidup paling tinggi adalah 85 tahun), yang memberikan indikasi masih lambatnya peningkatan kualitas fisik penduduk termasuk kemampuan untuk hidup lebih lama dan hidup sehat. Salah satu faktor yang mempengaruhi masih rendahnya AHH di Provinsi Papua akibat rendahnya kesadaran penduduk (terutama penduduk lokal) terhadap kesehatan karena sangat dipengaruhi pola hidup dengan persepsi tentang sehat-sakit dan penyakit yang masih tradisional. Hal ini ditunjukkan melalui rendahnya pemanfaatan tenaga medis bila dibandingkan dengan penduduk migran, terutama dalam persalinan dan melakukan pengobatan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah dan swasta. Penduduk migran dengan pemahaman yang baik tentang pentingnya upaya pengobatan, akan terpenuhi layanan kesehatan secara optimal sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan capaian Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga saat ini belum menggembirakan. Capaiannya masih jauh lebih tinggi di atas capaian nasional. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB Provinsi Papua 54 per 1.000 kelahiran hidup/kh, bahkan di daerah pendesaan mencapai 65 per 1.000 kh (AKB nasional = 34 per 1.000 kelahiran hidup). Sementara itu, AKI berkurang dari 320 per 100.000 kh (AKI nasional = 228 per 100.000 kh). Tingginya AKB dan AKI Papua pertanda pembangunan kesehatan belum dapat mengatasi permasalahan minimnya jumlah sarana dan prasarana kesehatan, belum meratanya persebaran tenaga kesehatan antar wilayah,
  • 28. 24 ProfilKeluarga Papua2014 24 masih rendahnya kinerja layanan kesehatan dan kurang mendukungnya perilaku hidup masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS ini tampak dari rendahnya asupan gizi dan pemeriksaan kesehatan pada masa kehamilan dan pasca persalinan, pilihan tempat dan penolong persalinan, apalagi persepsi masyarakat masih sangat dipengaruhi konsep sakit dan penyakit yang masih tradisional. Di Povinsi Papua terjadi hal menarik terkait dengan tempat persalinan. Dari hasil SDKI 2012, rumah responden menjadi pilihan utama oleh sebagian besar responden (70,2%) untuk tempat persalinan. Sedangkan fasilitas pemerintah (21,1%) dan kesehatan swasta (5,9%) merupakan pilihan berikutnya. Menariknya adalah pilihan rumah sebagai tempat persalinan dilakukan oleh pasangan yang melahirkan anak pertama (ibu yang baru pertamakali melahirkan), yang notabene tingkat resikonya relatif tinggi. Hasil lain SDKI 2012 menunjukkan bahwa di Provinsi Papua sebanyak 47,3 persen kelahiran dalam masa lima tahun terakhir sebelum survei ditolong oleh dkun bayi dan 30,2 persen oleh tenaga medis. Dengan adanya fakta dari temuan data survei ini, tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tingginya angka kematian ibu dan angka kematian anak di Provinsi Papua salah satu disebabkan karena keputusan ibu dan anggota keluarga memilih rumah sebagai tempat persalinan dan dukun bayi dan atau anggota keluarga sebagai penolong persalinan. Tempat persalinan di rumah dan penolong persalinan dukun bayi, memiliki tingkat resiko lebih tinggi dibanding fasilitas kesehatan. Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam persalinan antara lain pendarahan, infeksi, kejang- kejang yang semuanya ini mengarah pada mortalitas dan morbiditas. Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga kesehatan, termasuk program Jaminan Kesehatan Papua (Jamkespa) dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum. Usaha ini ditujukan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, sekaligus dalam rangka usaha pembinaan dan peningkatan mutu fiskal sumber daya manusia dan perwujudan “Gerbang Mas Hasrat Papua” pada tahun 2018.
  • 29. 25 ProfilKeluarga Papua2014 25 M. AGAMA Jumlah penduduk penganut agama terbesar di Provinsi Papua adalah Kristen Protestan 64 persen, kemudian agama Katolik 21,15 persen, Islam 14,57 persen, Hindu 0,17 persen dan Hindu 0,11 persen. Walaupun pemeluk agama yang berbeda namun tingkat toleransi antar umat beragama di Provinsi Papua cukup tinggi. Salah satu hal yang nampak dalam menjalankan ibadah dan perayaan hari keagamaan masing-masing penganut berjalan lancar, bahkan saling membantu dalam menjaga ketertiban. Demikian juga halnya dalam pendirian dan pembangunan rumah ibadah, relatif lancar setelah melalui rekomendasi Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Diagram-8 Sumber : BPS, SP 2010
  • 30. 26 ProfilKeluarga Papua2014 26 Bagian Ketiga KELUARGA DALAM MASYARAKAT ADAT PAPUA A. Sebaran suku-suku di Papua Secara antropologis masyarakat Papua adalah masyarakat yang plural walaupun banyak suku bangsa atau etnik migran seperti dari Jawa, Madura, Bugis, Makassar, Buton Batak, Manado, Bali, NTT, Maluku. Penduduk asli Papua itu sendiri yang terbagi dalam lima (5) wilayah adat yaitu Saireri, Mamta, Me Pago, La Pago dan Animha yang masing-masing memiliki subetnik, bahkan sub- sub etnik sebagai berikut: 1. Wilayah Adat Mamta, yang membawahi kurang lebih 86 suku. Wilayah ada ini berada di wilayah Papua bagian utara Jayapura (sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea) sampai dengan Mamberamo (sebelah barat), dan bagian selatan berbatasan dengan Pegunungan Jayawijaya. 2. Wilayah Adat Saireri yang membawahi kurang lebih 31 suku. Wilayah adat ini di Teluk Cenderawasih, Biak, Yapen-Waropen sampai di Yeretuar. 3. Wilayah adat Anim-Ha yang membawahi kurang lebih 29 suku. Wilayah adat ini berada di selatan Papua yang berbatasan sebelah barat dengan wilayah adat Mi-Pago dan sebelah utara dengan wilayah adat La-Pago. 4. Wilayah Adat La-Pago yang membawahi kurang lebih 19 suku. Wilayah adat ini berbatasan sebelah selatan dengan wilayah adat Anim-Ha, sebelah barat dengan wilayah adat Mi-Pago, dan sebelah utara dengan wilayah ada Mamta, dan sebelah timur dengan wilayah Negara Papua New Guinea (PNG). 5. Wilayah Adat Me-Pago yang membawahi kurang lebih 13 suku. Wilayah adat ini berbatasan sebelah utara dengan wilayah adat Saireri dan wilayah adat Mamta, sebelah barat dengan wilayah adat Domberai dan wilayah adat Saireri, dan sebelah timur wilayah adat Anim-Ha. Sedangkan sebaran suku bangsa berdasarkan wilayah admnistrasi sebagai berikut:
  • 31. 27 ProfilKeluarga Papua2014 27 Tabel 1. Persebaran Suku Bangsa Berdasarkan Wilayah Administrasi No Wilayah Administrasi Suku dan sub-suku 1. Jayapura selatan Engros, Tobati, Injerau, Metu, Debi 2. Jayapura Utara Meterau, Kayu Injau, Kayu Batu 3. Abepura Nafri, Skouw,(Jambe, sai, mabo) 4. Arso Abrab, Manem, Merep, Awi (Beibwo) 5. Depapre Ormu, Tabla/ Tepra, Munggei 6 Bonggo Bonggo, Yarsum, Podena, Anus, 7 Nimboran Namblong, Kwanzu Kemtuk Gresi Kemtuk, Gresi 8 Demta Sifari, Tarfia, Sou, Ambora, Muris Kecil, Muris besar, Yakari, Soroyena, Demoi, 9 Kaureh Kaureh, Sause, Kasu, Takana 10 Tor Atas Foya, Mandes, Subar, Bonerif, Biyu, Daranto, Segar, Bora-bora, Waf, Berik, Kwersupen 11 Sarmi Airoran, Samarokena, Kwerba, Sabori, Sobei 12 Senggi Find, Wrlef, Waina, Molof 13 Waris Walsa, Mii 14 Web Dra, Dubu, Emum, Nemnenda, Jibela yafanda 15 Unurum Unurum, Guay 16 Memberamo hilir Warembori, Pauwe, Warewek 17 Memberamo Tengah Bauzi, Nopuk 18 Memberamo Hulu Nisa, Karama 19 Pantai Timur Keder, Dabe, Nengke, Takar, Mawes 20 Sentani Dosai, Marib 21 Yapen Selatan Woriasi, Ambai, Serui Laut, Busamui, Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau, Pupui 22 Waropen Atas Tamakuri, Kerema, Sarobi, Siromi, Baudi, Kai, Taru, Demisa, Serui. 23 Paniai Mee, Windesi, Mor, Yaur, Yeretuar, Kiri-Kiri, Turu, Taori-kei, Fayu 24 Mimika Kamoro 25 Kimaam Riantama, Koneraw, Kimaghama, Ndom, Moembun 26 Merauke Malin, Anim, Marind, Mandobo, Muyu 27 Wamena Dani induk, dani wodo, Danib Kimin, Dani Wosi, Dani Bele, Dani Aikhe,Dani Jurang 28 Oksibil Kupal, Morop, Kesukmin, Walapkubun, Oktawat, Oksibil B. Keluarga dan perannya dalam perspektif adat Papua 1. Penggambaran adat/budaya Di Papua terdapat lebih dari 220 suku dan sub-suku dengan bahasa dan adat budaya berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi juga
  • 32. 28 ProfilKeluarga Papua2014 28 mempunyai banyak kesamaan dalam hal seperti: hidup dari berladang, meramu, merotan, berburu, mengambil buah-buahan/hasil hutan, mempunyai tanah dan hutan adat, melaksanakan upacara adat, mempunyai fungsionaris adat, masih mengenal peradilan adat dan lain-lain (Rumbiak, 2000). Suatu pandangan yang keliru manakala ada yang berpendapat bahwa orang Papua itu terdiri dari satu suku saja atau satu bahasa dan satu adat budaya. Kata Papua itu merupakan nama kolektif dari banyak suku-suku Papua. Dengan demikian, pada suku Papua berlaku lebih dari 100 macam adat dan hukum adat sesuai jumlah suku-suku Papua yang terdapat di Papua. Bahkan, ternyata walaupun sama-sama dari salah satu suku Papua, akan tetapi berbeda kampung, dapat terjadi ada perbedaan dalam adat dan hukum adat termasuk bahasa. 2. Fungsi Keluarga dan Kelahiran Keluarga dalam suku-suku di Papua difungsikan untuk membangun tradisi kekerabatan dan kebersamaan. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat yang tinggal secara bersama dengan rukun dalam satu atap, dalam honai, bewak dan sebagainya. Sistem komunal dalam rumah betang ditunjukkan dengan sistem kepemilikan bersama dalam pengelolaan rumah maupun tanah tempat rumah betang berdiri. Semua keluarga yang mendiami rumah betang secara bersama menguasai pula semua tanah di wilayah rumah betang. Hak pengelolaan wilayah rumah betang merupakan hak sekunder, sedangkan hak primer atau hak pengelolaan rumah juga dipegang setiap keluarga atau kelompok keluarga kecil yang memiliki ikatan kekerabatan. Komunalisme tersebut merupakan bukti adanya egalitarisme yang kokoh dalam keluarga Papua.
  • 33. 29 ProfilKeluarga Papua2014 29 3. Tanggungjawab anak laki-laki Keluarga suku Papua mengenal sistem parental bilateral, yaitu garis keturunan diambil baik dari pihak ibu maupun pihak bapak. Dalam kehidupan rumah tangga, sejak dulu kala, perempuan Papua lebih banyak mengerjakan pekerjaan pada ruang domestik, sedangkan laki-laki mendominasi ruang publik. Misalnya laki-laki bertanggung jawab pada masalah keamanan dan keselamatan keluarga, mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, politik, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Perempuan lebih banyak hanya terlibat pada kegiatan ritual keagamaan. Kehadiran seorang laki-laki memberikan simbol penting dalam keluarga Papua, baik ia hadir sebagai menantu atau kelahiran seorang anak laki-laki. Sejak kecil anak laki-laki dan perempuan sudah diajarkan untuk bekerja dan mengerjakan pekerjaan sesuai jenis kelaminnya dan sesuai ruang (domestik dan publik) yang dialami oleh ibu dan Bapak masyarakat. Pembedaan peran dan tanggungjawab antara laki-Iaki dan perempuan terjadi untuk waktu yang panjang. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran dari keadaan semula. Dalam lingkungan masyarakat Papua sekarang ini, laki-laki dan perempuan Papua cenderung memiliki peran dan tanggungjawab yang sama. Misalnya, dalam pertemuan kampung tidak hanya dihadiri oleh kaum laki-laki tetapi juga kamu perempuannya, karena adanya paham bahwa baik laki-laki maupun perempuan memilik hak dan suara yang sama. Selain itu, laki-laki dan perempuan juga memiliki andil yang sama dalam hal penjagaan keamanan. 4. Sistim Matapencaharian Masyarakat Lokal Kebanyakan keluarga masyarakat lokal di Papua yang terkonsentrasi terutama di daerah pinggiran dan pedalaman masih lemah secara ekonomi. Keluarga-keluarga petani hanya mengolah sebagian kecil dari potensi alam yang tersedia dengan teknologi sederhana untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumtif keluarga tiap hari. Mereka belum berpikir untuk
  • 34. 30 ProfilKeluarga Papua2014 30 mengolah dan memanfaatkan berbagai potensi alam tersebut lebih optimal untuk ekonomi keluarga. Rumbiak (2000) menyatakan ethos kerja masyarakat lokal Papua bersifat rutinitas-monoton dan improduktif ini tidak memberikan dan meletakkan dasar ekonomi keluarga yang kuat, dan selanjutnya tidak mendorong perbaikan kehidupan ekonomi bagi keluarga-keluarga miskin. Pemenuhan kebutuhan keluarga dalam masyarakat lokal di Papua lebih dikaitkan dengan kondisi obyektif lingkungan geografis pemukiman serta kepemilikan hak ulayat dan masih bersifat tradisional, sebagai berikut: a. Tradisi Nelayan Nelayan adalah matapencaharian utama dari masyarakat lokal di kampung dataran rendah. Masyarakat kampung pada zaman sebelumnya berinteraksi dengan lingkungan luar, dalam hal mencari dengan teknik memancing dan berburu ikan dengan menggunakan sumpit seperti tombak dan juga ada kearifan tradisional masyarakat membuat sarang ikan dan pada waktu tertentu sarang ikan itu dibuka. Daerah yang menjadi tempat untuk mencari ikan adalah muara-muara sungai dan di pinggiran pohon bakau karena tempat tempat tinggal masyarakat dikeliling oleh pohon bakau. Dalam hal mencari ikan tidak terlepas dari alat transportasi yang digunakan misalnya perahu atau kano yang terbuat dari batang pohon besar isinya digarung membentuk lesung, pembuatan perahu (kano) yang dilakukan masyarakat masih menggunakan cara tradisional. Selain itu juga masyarakat akan membangun pondok (bivak) di pinggiran- pinggiran sungai sebagi tempat sementara untuk peristirahatan atau untuk mencari. b. Tradisi Berburu Tradisi berburu adalah pekerjaan sambilan bagi kaum laki-laki. Tradisi berburu timbul karena adanya kebiasaan masyarakat mengadakan pesta inisiasi bagi kaum laki-laki yang beranjak dewasa dimana keluarga laki-laki yang akan diinisiasi mempersiapkan makan
  • 35. 31 ProfilKeluarga Papua2014 31 siang untuk seluruh warga yang akan hadir, baik yang dari kampung sendiri maupun kampung lain keluarga mempunyai kewajiban segala macam makanan baik ikan maupun daging. Berburu dalam masyarakat Papua biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan dilaksanakan sendiri atau berdua dengan menggunakan anjing piaraan. Lahan tempat buruan adalah lapanan rumput, lahan sagu atau hutan sagu karena di tempat tersebut banyak terdapat binatang buruan seperti rusa, babi hutan, tikus tanah, biawak dan sebagainya. Waktu pelaksanaan berburuh biasa di lakukan kapan saja baik siang maupun malam. Teknik berburu ada bermacam-macam yaitu; ada yang menggunakan dengan anjing piaraan maupun dengan membuat perangkap atau jerat maupun dengan mengusir atau menghalau.. Demi memenuhi kebutuhannya, masyarakat khususnya kaum laki-laki harus pergi berburu dengan waktu yang dibutuhkan juga cukup lama sekitar 1- 2 hari. c. Tradisi Meramu Pada dasarnya meramu merupakan kegiatan utama kaum masyarakat nomaden setelah berburu, meramu biasanya dilakukan oleh kaum wanita dan pria bersama-sama, tetapi yang berperan aktif dalam kegiatan ini adalah kaum wanita biasanya barang yang di ramu adalah biji-bijian, sagu dan juga binatang misalnya kerang sejenis keong dan lain-lain. Waktu kegiatan meramu dilakukan tidak menentu karena tergantung dari makanan yang disimpan kalau makanan yang disimpan habis dimakan, maka para wanita bergegas mencarinya lagi. Tempat meramu dulunya tidak terlalu jauh tetapi sekarang masyarakat meramu jauh dari pemukiman karena dampak pembangunan dengan waktu meramu biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari.
  • 36. 32 ProfilKeluarga Papua2014 32 5. Perkawinan Perkawinan dalam masyarakat Papua menempatkan kedua mempelai dalam ikatan solidaritas yang utuh, kokoh, lestari, produktif, dan subur. Solidaritas ini lahir dari kerjasama kedua belah pihak keluarga yang dipersatukan oleh perkawinan. Resiprositas mas kawin, pembagian hak dan kewajiban, pembagian kerja dan spesialisasi, penentuan peristilahan menyebut dan menyapa, adat sopan santun antar kerabat, dan lain-lain. Melalui perkawinan itu mempelai pria dan mempelai wanita dianalogkan sebagai penyatuan maskulinitas daya lengit yang panas, terang, lurus, tegas, dinamis, ekstrovert, dan promotif dengan feminitas daya bumi yang sejuk, samar, silelis, menambah diri, reseptif, introvert, dan perhatian sebuah oposisi biner dari perpaduan dua belah pihak. Suami menampilkan peran seorang yang mengelola kebun ke rumah tangga ekonomi, mengamankan kebun rumah tangga ekonomi. Kehadiran istri di sisi kanan dan istri itu menimbulkan ketidakberdayaan suami yang dinotivasikan kesemangatan kerja keras di kebun dan pengimbalan segala hak dan kewajiban oleh suami. Pemahaman perkawinan orang Papua seperti ini menciptakan kelestarian keluarga. Suami dan istri menjalani sebuah kehidupan yang melebihi kontak perkawinan yang bukan hanya sebatas pilihan jodoh oleh orang tua, dan penyempurnaan ikatan percintaan, namun sosialisasi kehidupan antara kedua gender yang mengaktualisasikan kepribadian untuk bertahan hidup di lingkungan marginal yang harus dibudidayakan menurut standar norma-norma sosial, budaya dan kepribadian yang mapan dari generasi ke generasi. Suami istri berbagai kewajiban sosial dan budaya untuk melangsungkan semua pranata, tugas dan tanggung jawab secara penuh. Setiap Pranata, tugas dan tanggung jawab selalu memerlukan sumbangan material, tenaga, dan moril untuk kesejateraan ekonomi kelompok, berbagai ritus intensifikasi, berbagai pantangan dan pelunasan utang piutang.
  • 37. 33 ProfilKeluarga Papua2014 33 Jaminan itu satu-satu untuk itu suami selalu hampir menjalankan seluruh kehidupan perkawinan di kebun, rumah tangga, keluarga dan kominitas. Suami dan istri selalu ingat akan pesta perkawinan yang dikeramatkan oleh otoritas kepemimpinan adat. Rasa malu yang diinteriosasikan ke dalam diri sejak kanak-kanak, kesadaran diri yang utuh, kewajiban sosial, saling ketergantungan tuntutan hak dan kewajiban terhadap anak-anaknya menghadapi suatu istri pada kondisi prihatin yang jika mengalami kekecewaan hampir selalu berakhir dengan pembunuhan diri dengan minum racun atau menyewakan dirinya kepada ahli magis untuk di bunuh secara magis. Hubungan seksual dikendalikan melalui pantangan berhubungan seksual selama masa kehamilan istri, setelah melahirkan, tabu pada masa pingitan anak sebelum keluar rumah untuk pertama kali, dan masa pembuatan kebun. Selama itu suami istri menjalani askes berhubungan seksual yang ketat bersama pantangan lain terhadap fenomena alam, tumbuhan, satwa, benda-benda budaya, dan asosiasi gender yang berhubungan dengan hubungan seksual. Pada masa itu suami menghindari semua hal yang diasosiasikan dengan feminitas. Dan istri menghindari semua hal yang diasosiasikan dengan maskulinitas. Pantangan berhubungan seksual, pantangan makan separasi gender,persinahan, dan pengambilan hak dan kewajiban lain suami istri dibayarkan sebagai ganti rugi sosial. Terhadap anak-anak disosialisasikan otoritas orang tua dan hubungan saling ketergantungan. Otoritas orang tua itu berasal dari ketergantungan anak-anak pada masa pranatal, kanak-kanak, masa pendidikan di sekolah dan perkawinan yang sukses yang harus diimbali pada masa usia senja orang tua. Suami istri pada usia perkawinan itu banyak menciptakan hubungan adoptif dengan anak-anak kerabatnya, terutama para anak-anak saudara sekandung. Hubungan orang tua dengan anak adoptif itu lebih kental dari pada hubungan orang tua kandung dengan anak kandung. Hubungan
  • 38. 34 ProfilKeluarga Papua2014 34 adoptif itu adalah cara suami istri mengamankan untuk jaminan hidup di usia senja yang tidak produktif, dan pembentukan kemitraan ekonomi yang kuat. C. Upaya Penanggulangan Kemiskinan Keluarga Etnis Papua Dalam penanggulangan kemiskinan secara khusus melalui pendekatan keluarga lokal Papua, harus dilakukan secara kontekstual dengan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Pengembangan program terpadu yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menanggulangi kemiskinan, sekaligus meningkatkan kemajuan, produktivitas dan kemandirian keluarga, dapat dilakukan melalui perbaikan pendidikan, perbaikan kesehatan dan perbaikan ekonomi yang mengedepankan pendekatan kontekstual. 2. Meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan bekerja adaptif keluarga melalui pendekatan sekolah kampung (menggerakan potensi dan sumber daya lokal) sehingga keluarga semakin produktif dan mandiri mengelola ekonomi keluarga agar layak hidup. Demikian keluarga-keluarga miskin mampu memperoleh pendapatan yang layak sehingga dapat hidup layak dan dapat mampu membiayai kebutuhan hidup lain. 3. Meningkatkan kesehatan keluarga dengan mendorong perilaku hidup sehat, maka kondisi fisik dan mentalnya segar dan sehat, untuk bisa bekerja keras dengan produktivitas tinggi. Bila kesehatan terjamin, maka stamina kuat dan tahan bekerja sekitar 10 jam tiap hari untuk melakukan pekerjaan apa saja yang mendatangkan keuntungan. 4. Mendorong tumbuhnya budaya usaha dengan ethos kerja yang tinggi agar keluarga mulai berusaha dengan memanfaatkan potensi lokal. Kenyataannya budaya masyarakat belum memungkinkan untuk tidak diterapkan program semacam itu karena tidak mempunyai harapan masa depan sebagai akibat nilai harmoni keluarga, komunitarisme, rasa hormat terhadap otoritas dan nepotisme yang tidak memberikan rangsangan dalam mendukung progresivitas.
  • 39. 35 ProfilKeluarga Papua2014 35 5. Pengembangan pelatihan-pelatihan keterampilan praktis dan berjenjang secara terprogram untuk mendidik dan melatih para keluarga miskin lokal Papua, agar menjadi mampu dan mandiri membangun keluarganya. 6. Mendorong sinergisitas keterpaduan kerja para pihak (pemerintah dan swasta) dalam pembangunan sosial-ekonomi masyarakat sebagaimana semangat membangun Papua mandiri dan sejahtera sebagai syarat penting dan membangun keluarga-keluarga lokal Papua yang mampu ekonomi, sehat jasmani dan rohani, berpendidikan tinggi dan bermoral tinggi.
  • 40. 36 ProfilKeluarga Papua2014 36 Bagian Keempat P E N U T U P Keluarga adalah suatu lembaga yang terkecil dalam masyarakat yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Salah satu syarat yang harus dikembangkan dalam keluarga untuk menjadi bahagia dan sejahtera adalah setiap keluarga harus mampu menghayati, memiliki dan berperan dalam delapan (8) fungsi keluarga agar menjadi keluarga berkualitas yang mandiri dan bermartabat, yaitu: fungsi agama, sosial- budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Dengan adanya penyusunan profil Keluarga Papua ini diharapkan bisa memberikan gambaran situasi keluarga di Papua dan sebagai bahan masukan kepada komponen bidang teknis terkait dalam perencanaan pembangunan pada periode berikutnya. Telaah yang lebih mendalam dari profil Keluarga ini bermanfaat dalam memotret lebih dalam dan detail situasi keluarga di Papua. Akhir kata, saran dan masukan dalam penyusunan profil keluarga Papua ini sangat diperlukan demi penyempurnaan isi dan relevansi data profil ini terhadap situasi keluarga di Papua, dalam upaya mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di tengah-tengah keluarga, serta merumuskan alternatif dan solusi pemecahannya.-
  • 41. 37 ProfilKeluarga Papua2014 37 DAFTAR BACAAN Achir, Agoes, Yaumil, C, Keluarga Sejahtera Sebagai Wahana Pengentasan Penduduk Dari Keterbelakangan, Warta Demografi, No. 5 Tahun ke 23, LDFEUI, Jakarta, 1993. Ananta, Aris, Promosi Kualitas Hidup, Suatu Cara Penentu Penanggulangan Kemiskinan, di Warta Demografi, No 4 Tahun ke 23, Lembaga Demografi, Jakarta, Juli-Agustus, 1993. BKKBN, Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, Direktorat Tehnologi dan Dokumentasi, Jakarta, 2011. BKKBN, Pendidikan Kependudukan, Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan, Jakarta, 2011. BKKBN, Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010-2012, Direktorat Pelaporan dan Statistik, Jakarta, 2012. BKKBN Papua, Laporan pendataan Keluarga Provinsi Papua tahun 2013, Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Jayapura, 2013. BKKBN Papua, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Provinsi Papua tahun 2012, Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Jayapura, 2014. Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk (SP) 2010, diakses melalui http://sp2010.bps.go.id/ Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2012, 2013. Jayapura Sajogyo, Program Pembedayaan Ekonomi Keluarga, Warta Demografi, No. 4, Tahun ke 27, Lembaga Demografi FEUI, Jakarta, 1997. Rumbiak Michael, Membangunan keluarga Irian yang maju, produktif dan mandiri menyongsong era millenium ketiga di Irian Jaya, Pusat Studi Kependudukan Universitas Cenderawasih, Jayapura, 2000.