SlideShare a Scribd company logo
1 of 115
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
RAHAYU BUDI UTAMI
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
ASKEB KOMUNITAS
MODUL PRAKTIKUM
SEMESTER 5
Petunjuk Praktikum Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Segala Puji Bagi Allah SWT atas Limpahan Rahmat dan HidayahNya
sehingga penyusunan Petunjuk Praktikum MTBS ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Petunjuk praktikum Penyelenggaraan Posyandu ini merupakan salah
satu modul praktikum asuhan kebidanan komunitas yang disusun
dengan tujuan untuk media pembelajaran praktik laboratorium
Program Studi D III Kebidanan khususnya bagi mahasiswa
Pendidikan Jarak Jauh dengan latar belakang DI Kebidanan pada
daerah perbatasan dan kepulauan.
Petunjuk praktikum posyandu ini dapat diselesaikan dengan baik
berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.	 Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia Ibu dr. Nafsiah Mboi,
SpA, M.P.H
2.	 Kepala Pusdiklatnakes Kemenkes RI, dr Donald Pardede, MPPM
beserta jajarannya.
3.	Pengelola Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
yang memberikan dukungan dalam pembuatan modul
4.	 Dra. Asih Priati selaku Fasilitator dalam pembuatan modul ini
5.	 Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan petunjuk praktikum MTBS ini.
							Pontianak, Maret 2014
								Penulis
Gambar : Bayi Sakit
ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Daftar Isi
Kata Pengantar										i
Daftar Isi											ii
Pendahuluan 										1
Kegiatan Belajar I : MTBS									7
Kegiatan Belajar II : MTBM								63
	
Daftar Pustaka										99
Penutup 											100
Praktikum Akhir Mahasiswa 								101
Daftar Gambar										111
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
Selamat berjumpa kembali para mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh D3 Kebidanan. Kita
bertemu kembali pada kesempatan kali ini untuk membahas modul praktikum asuhan
kebidanan komunitas. Ini merupakan modul terakhir dari rangkaian 4 modul praktikum
Asuhan Kebidanan Komunitas yang harus Anda kuasai dalam 1 semester ini.
Pada modul praktikum yang telah lalu Anda telah menguasai petunjuk pelaksanaan un-
tuk mendeteksi dini tumbuh kembang bayi, membuat PWS-KIA dan menyelenggarakan
Posyandu. Pada modul ini, Anda akan diberikan petunjuk bagaimana melakukan asu-
han kebidanan pada bayi dan balita di komunitas menggunakan MTBS.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam ket-
rampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan komunitas.
Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak
tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan
anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki
gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memper-
baiki dukungan psikososial (Soenarto, 2009). Berdasarkan alasan tersebut, muncullah
program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa
klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit terse-
but dan konseling yang diberikan. (Wijaya, 2009). MTBS mengintegrasikan perbaikan
sistem kesehatan, manajemen kasus, praktek kesehatan oleh keluarga dan masyarakat,
dan hak anak (Soenarto, 2009). Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri atas klasifikasi
penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali.
Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu: meningkat-
kan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit, memper-
baiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam per-
awatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit (Wijaya, 2009; Depkes RI,
2008).
Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan kesehatan. Pengeta-
huan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan kesehatan dalam penerapan
MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai keberhasilan MTBS dalam meningkatkan de-
rajat kesehatan anak khususnya balita.Bidan sebagai salah satu petugas pelayanan kes-
ehatan perlu memiliki pemahaman di atas. Oleh karena itu, dibuatlah modul ini untuk
membantu Anda dalam memahami MTBS sehingga Anda dapat menjadi seorang bidan
yang bekerja dengan baik di komunitas.
Modul ini merupakan modul terakhir dari 4 modul praktikum yang dibuat untuk menun-
jang pembelajaran Anda dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Dalam mod-
ul ada dua kegiatan belajar yang harus Anda kuasai, yaitu:
Kegiatan Belajar	 1: MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
Kegiatan Belajar	 2: MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
2
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU PRAKTIKUM
Proses pembelajaran untuk Buku Petunjuk Praktikum 1 dapat berjalan lancar apa-
bila Anda mengikuti langkah belajar sebagai berikut :
1.	 Pahami dulu berbagai kegiatan penting dalam modul mulai tahap awal sampai
tahap akhir
2.	 Lakukan teknik yang tertera dalam kegiatan belajar sesuai dengan daftar tilik
yang telah tersedia.
3.	 Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata kuliah asuhan kebidanan
komunitas ini sangat tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerja-
kan praktikum. Untuk itu berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat Anda
4.	 Bila anda menemui kesulitan, silahkan hubungan instruktur / pembimbing yang
mengajar pada mata kuliah ini.
JUMLAH ALOKASI WAKTU:
	 Pada praktik klinik ini jumlah SKS yang ditempuh adalah 2 SKS, dimana 1 SKS setara
dengan 32 jam efektif untuk tutorial di laboratorium sampai dengan evaluasi. Ket-
erampilan yang terdapat di dalam buku petunjuk praktikum MTBS ini harus Anda
kuasai dalam waktu 8 jam. Pembagian jam pertemuan disusun sebagai berikut :
1.	 Tutorial dengan pembimbing atau instruktur, 3 jam efektif
2.	 Praktikum mandiri dan berkelompok di laboratorium, 3 jam efektif
3.	 Evaluasi keterampilan untuk 2 teknik praktikum MTBS, 2 jam efektif.
	 Jadwal pelaksanaan praktikum ini dilakukan setelah pemberian materi asuhan ke-
bidanan komunitas selesai diberikan.
PEMBIMBING PRAKTIK:
	 Anda selama di laboratorium akan dibimbing oleh pembimbing laboratorium. Pem-
bimbing laboratorium ditunjuk dan ditetapkan dengan latar belakang pendidikan
minimal DIII Kebidanan dan berpengalaman diklinik minimal 2 tahun.
TEKNIS BIMBINGAN:
	 Sebelum melakukan praktikum di laboratorium maka Anda harus perhatikan alur
kerja seperti di bawah ini :
1.	 Pada awal perkuliahan yang Anda lakukan adalah menemui pembimbing atau
instruktur untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas, dan menyepakati/
menyamakan persepsi tugas-tugas yang akan Anda lakukan selama 1 semester
2.	 Pada saat kontrak program perkuliahan, Anda akan diberikan 4 modul teori yang
harus Anda kuasai dalam waktu 16 jam, setelah membaca modul teori tersebut,
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
maka Anda akan mulai untuk belajar praktikum di laboratorium pada waktu yang
telah disepakati, untuk latihan melakukan tindakan – tindakan apa saja yang per-
lu untuk dikuasai sebagai bidan professional dalam rangka memberikan asuhan
kebidanan komunitas.
3.	 Setelah mendapat daftar tilik, maka sie pendidikan untuk mata kuliah ini men-
datangi ruang alat laboratorium untuk mengisi kontrak peminjaman ruang dan
alat pada petugas laboratorium.
4.	 Setelah mengisi buku peminjaman, petugas laboratorium melakukan verifikasi
data untuk menilai kebenaran data yang diisi.
5.	 Petugas laboratorium menyiapkan alat yang diperlukan dalam kurun waktu 2 x
24 jam dan melakukan cross check kelengkapan alat yang dibutuhkan.
6.	 Apabila alat sudah lengkap, maka alat dibawa ke ruang praktikum dan digu-
nakan sampai dengan batas waktu peminjaman atau batas waktu yang telah
ditetapkan dalam kontrak program diatas.
7.	 Setelah dilakukan praktikum oleh mahasiswa, maka alat dikembalikan ke ruang
alat lab setelah sebelumnya di cek oleh petugas lab.
8.	 Apabila ditemukan alatnya rusak atau hilang, maka Anda harus mengganti alat
yang rusak atau hilang tersebut.
9.	 Apabila alat yang dikembalikan telah lengkap, maka petugas lab menyimpannya
di tempat yang sesuai.
TEKNIS PRAKTIKUM :
	 Sebelum melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, maka hal – hal yang harus
Anda perhatikan adalah sebagai berikut :
1.	 Bacalah penjelasan yang tertera di dalam buku petunjuk praktikum 1, 2, 3 den-
gan baik
2.	 Sebelum memulai untuk melakukan praktikum, maka Anda akan dipandu oleh
pembimbing laboratorium atau instruktur, langkah demi langkah pelaksanaan
praktikum ini.
3.	 Anda dapat menggunakan video praktikum, sebagai alat bantu pembelajaran
(jika ada)
4.	 Setelah diberikan penjelasan dan dilakukan demo oleh pembimbing, maka Anda
dapat berdiskusi dan mengevaluasi langkah – langkah yang telah di praktikkan
sampai semua langkah jelas dan dapat dimengerti.
5.	 Anda dapat melakukan praktikum setiap perasat yang ada sendiri – sendiri dan
didampingi oleh instruktur atau pembimbing menggunakan phantom yang ada
di laboratorium.
6.	 Setelah melakukan praktikum secara mandiri, pembimbing melakukan diskusi
dan evaluasi menggunakan daftar tilik yang ada.
7.	 Apabila setelah di evaluasi, Anda mendapat skor atau nilai diatas nilai batas lulus,
maka Anda dinyatakan telah melaksanakan praktikum dan boleh untuk melaku-
kan secara mandiri kepada pasien di lahan praktik. Akan tetapi, apabila, Anda
belum mendapatkan skor yang cukup, maka Anda harus mengulang melakukan
praktikum secara mandiri lagi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
6
PENILAIAN:
Penilaian mata kuliah asuhan kebidanan Komunitas meliputi penilaian tes sumatif
yang akan diadakan di akhir semester dan tes praktikum sebelum Anda turun ke la-
han praktik. Sehingga penilaian tidak saja berupa materi askeb komunitas tapi juga
kemahiran Anda dalam melakukan tindakan praktik sesuai dengan daftar tilik dari
setiap perasat. Nilai batas lulus mahasiswa dalam pembelajaran praktikum adalah
3 dengan lambang mutu B. Pada buku petunjuk praktikum penyelenggaraan po-
syandu ini, Anda akan dievaluasi oleh instruktur atau pembimbing untuk praktikum
MTBS pada hari terakhir praktikum.
TATA TERTIB
Selama Anda menjalankan praktikum ini, wajib mentaati tata tertib yang ada, an-
tara lain:
1.	 Wajib mentaati peraturan yang berlaku di laboratorium
2.	 Peminjaman alat maksimal 3 x 24 jam sebelum tindakan untuk mempersiapkan
setting tempat.
3.	 Kehadiran harus sesuai jadwal yang ditetapkan petugas lab
4.	 Kehadiran praktik 100%, bila tidak hadir wajib mengganti praktikum dengan per-
setujuan pembimbing prodi.
5.	 Setiap kali datang ke laboratorium wajib menandatangani daftar hadir.
6.	 Bila ada halangan tidak bisa hadir pada jadwal praktikum ini, maka harus me-
minta ijin kepada pembimbing akademik. Bila sakit harus ada surat keterangan
dokter, bila ijin kepentingan lain harus melapor terlebih dulu pada penanggung
jawab laboratorium.
7.	 Apabila alat atau phantom yang digunakan rusak karena kelalaian, maka wajib
harus diganti.
8.	 Apabila setelah waktu praktikum, nilai yang didapat belum mencapai nilai batas
lulus, maka Anda harus mengulang praktikum di laboratorium sebelum mengi-
kuti praktik klinik di lahan praktik.
Baiklah, selamat berlatih, semoga Anda mahir dalam memberikan
asuhan kebidanan komunitas, untuk bekal bertugas menjadi bidan
yang profesional.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
Kegiatan
Belajar 1
Tujuan Pembelajaran Umum
Waktu 120 menit (2 JAM)
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar I. Dalam Kegiatan Belajar I ini Anda akan mem-
pelajari tentang bagaimana melakukan asuhan kepada balita sakit menggunakan pe-
doman MTBS, materi ini pernah Anda bahas sebelumnya pada Modul teori yang keem-
pat, kali ini kita akan membahas lebih rinci tentang MTBS. Penguasaan Anda terhadap
materi Modul Praktikum Pertama juga akan diuji disini.
Permasalahan tingginya angka kematian bayi dan balita harus segera ditangani salah
satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi
bayi baru lahir, bayi, dan anak balita. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO)
mulai mengembangkan cara yang cukup efektif serta dapat dikerjakan untuk mencegah
sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita, yakni melalui program “Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI)” atau dikenal sebagai program Manajemen Ter-
padu Balita Sakit (MTBS) untuk diterapkan dan direplikasikan di negara-negara yang
mempunyai AKB di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Hal inilah yang menyebabkan
WHO merekomendasikan untuk melaksanakan program MTBS yang diadaptasikan ses-
uai dengan permasalahan kesehatan bayi dan balita di Indonesia. Indonesia telah men-
gadopsi pendekatan MTBS sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai tahun 1997.
Di dalam model MTBS pemberi pelayanan adalah Puskesmas.
Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 1 diharapkan Anda mampu untuk melak-
sanakan tatalaksana balita saki menggunakan MTBS
Di akhir kegiatan belajar satu, Anda diharapkan mampu untuk :
1.	 Menjelaskan pengertian MTBS
2.	 Menjelaskan tujuan MTBS
3.	 Menjelaskan Ruang Lingkup
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
Tujuan Pembelajaran Khusus
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
8
Pokok - Pokok Materi
Untuk dapat melaksanakan kegiatan Posyandu, berikut materi yang harus Anda pela-
jari:
1.	 Pengertian MTBS
2.	 Tujuan MTBS
3.	 Ruang Lingkup MTBS
4.	 Pelaksanaan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Uraian
Materi
Masih ingatkah Anda tentang pengertian MTBS? Apa tujuannya? Bagaimana melakukan
tatalaksana pada seorang balita sakit yang datang ke Puskesmas menggunakan MTBS?
Untuk menyegarkan kembali ingatan Anda, berikut akan kita bahas kembali sedikit ma-
teri tentang MTBS.
1.	 Pengertian MTBS
MTBS merupakan metode yang digunakan oleh petugas Puskesmas dalam melaku-
kan tatalaksana terhadap balita sakit. MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi
penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan ka-
pan kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program keseha-
tan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Sasaran MTBS adalah
anak usia 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia
1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008).
Pada kegiatan belajar yang pertama ini kita akam membahas tentang tatalaksana
balita sakit pada kelompok usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. sebelumnya kita
bahas dulu apa itu MTBS?
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu ma-
najemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana
balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai be-
berapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun pen-
anganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan.
APA YANG DIMAKSUD ?
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
10
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian
balita dan menurunkan angka kesakitan. WHO dan UNICEF mulai mengembangkan
strategi pada tahun 1992, dan saat ini ada lebih dari 100 negara di seluruh dun-
ia telah mengadopsinya. Implementasi dari strategi MTBS memberikan hasil yang
mengesankan, baik dalam mengurangi mortalitas maupoun dalam meningkatkan
kualitas hidup balita di seluruh dunia
2.	 Tujuan MTBS
Ada beberapa alasan tertentu yang membuat pemerintah membuat suatu pendeka-
tan balita sakit menggunakan MTBS karena MTBS dibuat dengan tujuan:
1.	 Meningkatkan keterampilan petugas
2.	 Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
3.	 Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
4.	 Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
5.	 Memperbaiki sistem kesehatan
6.	 Menurunkansecara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penya-
kit tersering pada balita.
7.	 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan
anak.
3.	 Manfaat MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka ke-
sakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit
rawat jalan kesehatan dasar seperti puskesmas. World Health Organization (WHO)
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan
pada bayi dan balita. MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti
dapat:
1.	 Menurunkan angka kematian balita,
2.	 Memperbaiki status gizi,	
3.	 Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
4.	 Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
5.	 Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.
4.	 Ruang Lingkup MTBS
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,
pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian
anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemer-
iksaan fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk
penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis
penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatutindakan
sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai warna dasar, yaitu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di pe-
layanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai dengan urutan kepara-
han penyakit.
Tiap klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan
terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk mem-
berikan obat dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun
obat yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan
termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali
segera maupunkembali untuk tindak lanjut.
5.	 Pelaksanaan MTBS (Kelompok Usia 2 Bulan – 5 Tahun)
Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kes-
ehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS
untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang
tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak.
Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, ada 5 prinsip pokok dalam
tata laksanana balita sakit yang harus dilaksanakan dalam MTBS, yaitu penilaian dan
klasifikasi, menentukan tindakan, memberi pengobatan, konseling bagi ibu dan ter-
akhir tindak lanjut. Ada beberapa langkah penilaian yang dilakukan, berikut akan di-
bahas dengan lebih rinci penatalaksanaan berbagai klasifikasi berdasarkan 5 prinsip
pokok di atas:
1.	 Menanyakan kepada Ibu tentang Masalah Anak
	 Ini merupakan langkah pertama penilaian dalam MTBS. Ketika seorang ibu mem-
bawa anaknya kepada Anda, sangat penting untuk melakukan komunikasi yang
baik dengan ibu. Anda mungkin harus mengobati anak nantinya. Anda akan
memberi nasehat kepada ibu dan mengajari tentang cara merawat anak di ru-
mah. Dengan demikian, komunikasi yang baik dengan ibu sangat penting dilaku-
kan sejak awal kunjungan.
Berikut ruang lingkup MTBS untuk kelompok usia 2 bulan – 5 tahun:
1.	 Penilaian dan klasifikasi
2.	 Menentukan tindakan pada anak
3.	 Memberi pengobatan
4.	 Konseling bagi Ibu
5.	 Pemecahan masalah dan pelayanan tindak lanjut
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
12
Beberapa teknik sederhana akan membantu Anda agar lebih efektif
pada saat menghadapi ibu dan anaknya yang sakit. Sambut ibu den-
gan baik tanpa terburu-buru dan mintalah ibu untuk duduk bersama
anaknya. Upayakan untuk:
1.	 Menghindari penggunaan kata yang menghakimi ibu dan anak
seperti “salah” atau “jelek”
2.	 Duduk dengan kepala Anda sejajar dengan kepala Ibu
3.	 Melihat ibu dan memberi perhatian saat ibu berbicara
4.	 Menghilangkan halangan (meja atau buku) antara Anda dan Ibu
5.	 Membuat Ibu merasa bahwa Anda punya waktu untuk menden-
garkan
Dalam menilai masalah anak, penting untuk memeriksa apakah berat badan
dan suhu badan anak suhu dicatat. Jika belum, tunggu sampai setelah Anda
membuat penilaian dan klasifikasi gejala utama anak. Selanjutnya timbang anak
dan ukur suhunya. Jangan melepas baju anak atau mengganggu anak pada
tahap ini.
Tanyakan kepada ibu apa saja masalah anak. Alasan penting diajukannya per-
tanyaan ini adalah untuk mengawali berkomunikasi yang baik dengan ibu.
Komunikasi yang baik memberikan jaminan kepada ibu bahwa anaknya akan
mendapat perawatan yang baik. Pada bagian akhir dari kunjungan, Anda akan
mengajari dan mansehati ibu tentang perawatan anaknya di rumah. Hal ini
akan mudah bagi Anda bila sejak awal Anda mampu berkomunikasi secara baik
dengan ibu.
Tentukan apakah kali ini merupakan kunjungan pertama atau merupakan kun-
jungan ulang untuk masalah tersebut.
1).	 Jika merupakan kunjungan pertama dari episode penyakit tersebut, berarti
Anda perlu mengikuti prosedur tatalaksana kasus dengan MTBS untuk me-
nilai dan mengklasifikasikan anak.
2).	 Jika anak telah datang beberapa hari sebelumnya untuk penyakit yang
sama, berarti nerupakan kunjungan ulang. Tujuan kunjungan ulang ada-
lah untuk mengetahui apakah pengobatan yang diberikan saat kunjungan
pertama memberikan hasil. Jika keadaan anak tidak membaik atau keadaan-
nya memburuk, mungkin Anda perlu merujuk anak atau mengganti pengo-
batannya.
Untuk lebih memahami cara menanyakan kepada ibu masalah anaknya, perha-
tikan petunjuk praktikum berikut:
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
MENANYAKAN MASALAH ANAK
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri pada anak
5.	 Ukur suhu anak
6.	 Tanyakan kepada ibu masalah anaknya
	Perhatikan:
	 • 	Sikap: kepala ibu dan petugas sejajar
	 •	 Kontak mata: petugas kesehatan menatap ibu dan memperhatikan ibu 	
	 saat bicara
	 •	 Tanpa halangan: tidak ada yang menghalangi (meja atau buku) antara 		
	 petugas dan ibu
7.	 Tanyakan kepada ibu status kunjungan anak (Kunjungan pertama/ ulang). Jika
kunjungan ulang, penatalaksanaan dapat Anda lihat pada bagan “Pelayanan
Tindak Lanjut” pada Modul MTBS
8.	 Dokumentasi pada Formulir Pencatatan MTBS
	 Untuk pendokumentasian, dapat Anda lihat pada contoh kasus berikut:
	 Contoh Kasus:
	 Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan-
nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk
selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama
2.	 Memeriksa Tanda Bahaya Umum
	 Langkah kedua setelah menanyakan kepada ibu masalah anaknya adalah me-
meriksa tanda bahaya umum. Tanda bahaya umum harus diperiksa pada semua
anak sakit pada semua kelompok usia.
	 Seorang anak dengan tanda bahaya umum membutuhkan rujukan segera ke Ru-
mah Sakit. Jika Anda menemukan tanda bahaya pada saat penilaian, Anda harus
segera menyelesaikan sisa penilaian dengan cepat. Jikaanak harus dirujuk< Anda
harus segera memberikan tindakan pra-rujukan. Perhatikan langkah praktikum
berikut:
Tanda bahaya umum anak:
1.	 Anak tidak bisa minum atau menyusu
2.	 Anak memuntahkan semua
3.	 Anak kejang selama sakit atau kejang saat ini
4.	 Anak letargis atau tidak sadar
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
14
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Mulai memeriksa tanda bahaya umum:
7.	 Tanyakan “Apakah anak bisa minum atau menyusu?”
8.	 Jika Anda tidak yakin dengan jawaban ibu, mintalah ibu untuk memberikan
air matang atau ASI, perhatikan apakah anak menelan air tersebut
9.	 Tanyakan “Apakah anak memuntahkan semuanya?”
10.	Jika Anda tidak yakin dengan jawaban ibu, minta ibu untuk memberi anak
minum. Jika anak memuntahkan kembali apa yang ibu berikan, berarti anak
mengalami tanda bahaya
11.	Tanyakan “Apakah anak kejang selama sakit?” sambil melihat apakah saat ini
anak sedang kejang
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM
Ingat:
Seorang anak mungkin mengalami kesulitan mengisap keti-
ka hidungnya buntu. Jika hidung buntu, bersihkan, jika anak
bisa minum setelahnya berarti anak tidak mempunyai tanda
bahaya “tidak bisa minum atau menyusu”
“Memuntahkan semua” berarti anak sama sekali tidak mampu
menelan makanan, cairan atau obat oral. Seorang anak yang
muntah beberapa kali tapi masih bisa menelan sedikit cairan ti-
dak mempunyai tanda bahaya umum ini.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
	 Kejang bisa disebabkan oleh demam. Dalam hal ini, biasanya tidak terlalu
menakutkan bagi ibu. Akan tetapi berkaitan dengan meningitis, malaria sere-
bral atau kondisi mengancam jiwa lainnya. Semua anak dengan kejang saat
ini atau pernah kejang selama sakit harus dianggap sakit berat.
12.	Lihat “Apakah anak letargis atau tidak sadar?”
	 Seorang anak yang letargis atau tidak sadar sangat mungkin sakit berat. Tan-
da ini berhubungan dengan berbagai kondisi. Seorang anak yang letargis
tidak aktif dan terjaga seperti seharusnya. Anak terlihat mengantuk dan ti-
dak peduli terhadap sekitarnya atau tidak bereaksi secara normal terhadap
bunyi atau gerakan. Seringkali anak yang letargis tidak melihat kea rah ibun-
ya atau memperhatikan wajah Anda ketika Anda bicara. Anak mungkin me-
natap kosong dan tidak terlihat peduli dengan kejadian diselilingnya. Seorang
anak yang tidak sadar, tidak bisa dibangunkan. Anak tidak bereaksi ketika
dipegang, digoyang atau diajak berbicara.
13.	Jika Anak mengalami salah satu atau lebih tanda bahaya umum selesaikan
penilaian SEGERA kemudian rujuk
14.	Dokumentasikan hasil kegiatan pada Format Pencatatan MTBS. Lihat contoh.
	 Contoh Kasus:
	 Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan-
nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk
selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama
	 Petugas kesehatan memeriksa apakah Ina mempunyai tanda bahaya umum. Ibu
berkata bahwa Ina bisa minum dan tidak muntah. Dia tidak kejang selama sakit
ini maupun saat ini. Petugas bertanya, “Apakah Ina tampak mengantuk secara
tidak biasa” Ibu menjawab “Ya”. Petugas bertepuk tangan dan meminta ibu untuk
menggoyang anaknya. Ina membuka matanya tetapi tidak melihat ke sekeliling-
nya. Petugas kesehatan bicara pada Ina, akan tetapi anak itu tidak memperhati-
kan wajah petugas. Ina menatap dengan kosong dan terlihat tidak peduli terha-
dap apa yang terjadi di sekelilingnya
3.	 Menilai Batuk atau Sukar Bernapas
	 Batuk atau sukar bernapas, merupakan penilaian tahap ketiga dari MTBS. Pada
semua anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak batuk atau sukar berna-
pas?” Jika ibu menjawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu men-
jawab “YA” lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN.
Pada saat kejang, tangan dan kaki anak kaku karena ototnya
berkontraksi. Anak bisa kehilangan kesadaran atau tidak bisa
bereaksi terhadap perintah
Ingat: Jika anak sedang tidur dan menderita batuk atau sukar
bernapas, terlebih dahulu hitung frekuensi napasnya per menit
sebelum Anda mencoba membangunkan anak.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
16
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir
2..	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum
7.	 Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?”
8.	 Jika “YA”, maka tanyakan berapa lama anak menderita batuk atau sukar ber-
napas. Jika “TIDAK” JANGAN LAKUKAN PENILAIAN!
9.	 Buka baju anak pada daerah dada
10.	Hitung napas anak dalam 1 menit
MENILAI BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS
Sukar bernapas artinya setiap pola pernapasan yang tidak biasa.
Ibu menyebut hal ini dengan berbagai istilah. Mungkin ibu men-
gatakan bahwa pernapasan anaknya “cepat” atau “berbunyi” atau
“tersengal-sengal”. Ketika Anda bertanya kepada ibu apakah anak-
nya batu atau sukar bernapas dan ibu mengatakan “TIDAK”, perha-
tikan apakah menurut Anda anak batuk atau sukar bernapas
Catatan:
1.	 Anda harus menghitung napas anak selama satu menit untuk menen-
tukan apakah anak napas cepat
2.	 Anak harus tenang ketika Anda mengamati dan mendengarkan per-
napasannya
3.	 Batas napas cepat (titik dimana pernapasan dianggap cepat) tergan-
tung pada anak. Frekuensi pernapasan normal lebih tinggi pada anak
yang lebih muda
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
11.	Lihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada anak
	 Tarikan dinding dada terjadi ketika upaya anak untuk menarik napas, jauh
lebih besar dibanding normal. Pada pernapasan normal, seluruh dinding
dada (atas dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas.
Jika terdapat tarikan dinding dada, dinding dada bagian bawah tertarik ke
dalam ketika anak menarik napas.
	 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (gerakan ke dalam dari struktur
tulang dari dinding dada ketika anak menarik napas) merupakan indicator
dari pneumonia berat. Hal ini lebih spesifik disbanding tarikan interkostal,
yang meliputi jaringan lunak di antara tulang lunak diantara tulang iga tanpa
keterlibatan dari struktur tulang dari dinding dada.
12.	Lihat dan dengarkan stridor
	 Stridor adalah suara kasar yang timbul saat anak menarik napas. Stridor ter-
jadi karena terdapat pembengkakan laring, trakea atau epiglottis. Keadaan
ini biasa disebut croup. Pembengkakan ini mempengaruhi aliran udara ke
paru. Keadaan ini dapat mengancam jiwa jika pembengkakan menyebab-
kan tersumbatnya saluran udara. Seorang anak dengan stridor ketika dalam
keadaan tenang berarti dalam kondisi bahaya.
13.	Klasifikasikan anak batuk atau sukar bernapas (Lihat Bagan MTBS)
Catatan:
Tarikan dinding dada dianggap ada jika terlihat dengan jelas dan terjadi
terus menerus. Jika Anda melihat tarikan dinding dada hanya jika anak
menangis atau sedang makan berarti anak tidak mempunyai tarikan dind-
ing dada
Jika hanya jaringan lunak di anatar iga yang tertarik ke dalam ketika anak
menarik napas (tarikan atau retraksi enterkostal), berarti nak tidak mem-
punyai tarikan dinding dada. Dalam penilaian ini, tarikan dinding dada
berarti tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak termasuk tarikan
interkostal
Catatan:
1.	 Perhatikan saat anak menarik napas untuk mendengarkan stridor
2.	 Dengarkan stridor saat anak menarik napas. Letakkan telinga Anda ke
dekat mulut karena mungkin stridor sulit didengar
3.	 Kadang akan terdengar suara basah jika hidung anak tersumbat.
Bersihkan hidung anak den dengarkan lagi. Seorang anak tampak
sakit ringan, mungkin mempunyai stridor hanya jika menangis atau
takut/ kaget. Pastikan untuk melihat dan mendengar stridor ketika
anak tenang
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
18
14.	Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS)
15.	Dokumentasikan hasil kegiatan pada format Pencatatan MTBS. Lihat con-
toh.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
	 `Contoh Kasus:
	 Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan-
nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk
selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama
	 Petugas kesehatan memeriksa apakah Ina mempunyai tanda bahaya umum. Ina
letargis atau tidak sadar.
	 Petugas meminta ibu untuk membuykapakaian Ina dan selanjutnya menghitung
frekuensi napas anak selama satu menit. Frekuensi napas 41 kali/menit. Petugas
tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam dan tidak mendengar adanya stri-
dor
4.	 Menilai Diare
	 Diare adalah buang air besar (BAB) yang cair. Buang air besar yang sering tapi nor-
mal bukanlah diare. Jumlah BAB normal per hari berbeda tergantung makanan
dan usia anak. Di beberapa Negara diare didefinisikan sebagai BAB cair seban-
yak tiga kali atau lebih dalam 24 jam. BAB sering dialami oleh balita.
	 Penilaian diare merupakan penilaian tahap keempat dari MTBS. Pada SEMUA
anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak ibu diare/ mencret?” Jika ibu
menjawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu menjawab “YA”
lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN.
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum
7.	 Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” Jika Ibu menjawab ”YA”,
lakukan penilaian batuk atau sukar bernapas terlebih dahulu. Jika “TIDAK”
jangan lakukan penilaian, lanjut ke pertanyaan berikutnya
8.	 Tanyakan “Apakah anak ibu diare/ mencret?”. Jika Ibu menjawab “YA” lakukan
penilaian diare, jika “TIDAK” jangan lakukan penilaian, lanjut ke pertanyaan
berikutnya
9.	 Tanyakan “Berapa lama anak diare?”
10.	Tanyakan “Adakah darah dalam tinja?”
	 Jika ada darah dalam tinja, berarti anak disentri.
11.	Lihat keadaan umum anak
	 Jika seorang anak mengalami dehidrasi, pertama-tama dia akan gelisah dan
rewel. Jika dehidrasi berlanjut, anak menjadi letargis atau tidak sadar (tanda
bahaya umum)
12.	Lihat apakah matanya cekung
MENILAI BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
20
13.	Beri anak minum
	 Dikatakan tidak bisa minum: jika anak tidak bisa memasukkan cairan ke da-
lam mulut dan menelannya. Contohnya pada anak letargis
	 Dikatakan malas minum: jika anak lemah atau tidak minum tanpa bantuan
	 Dikatakan minum dengan lahap, haus: jika jelas anak ingin minum. Apabila
anak minum hanya karena desakan berarti anak tidak mempunyai tanda “mi-
num dengan lahap, haus”
14.	Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor kulit
15.	Klasifikasikan diare anak (Lihat Bagan MTBS)
Catatan:
Pada anak dengan gizi buruk yang sangat kurus (marasmus), mungkin
matanya selalu telihat cekung, walaupun anak tidak menderita dehidrasi.
Walaupun tanda “mata cekung” kurang dapat dipercaya pada anak yang
sangat kurus, akan tetapi tetap dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
dehidrasi anak
Catatan:
1.	 Pilih lokasi pada perut anak di pertengahan antara pusar dan sisi pe-
rut
2.	 Gunakan ibu jari dan telunjuk Anda, jangan menggunakan kuku
3.	 Posisikan tangan sehingga ketika Anda mencubit kulit perut, lipatan
kulit berada sejajar tubuh anak dan tidak melintang terhadap tubuh
anak
4.	 Cubit seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya selama 1 detik,
kemudian lepaskan, lihat berapa lama lipatan kulit kembali
a.	 Sangat lambat	 : lebih dari 2 detik
b.	 Lambat		 : kulit masih terlihat di atas walaupu sekejap
c.	Segera
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
21
16.	Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
22
Lihat RENCANA TERAPI A, B dan C pada bagian “PEMBERIAN CAIRAN TAM-
BAHAN UNTUK DIARE” dalam Bagan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
23
17.	Dokumentasikan hasil kegiatan pada format Pencatatan MTBS. Lihat contoh.
	 Contoh Kasus:
	 Petugas bertanya pada seorang anak sakit yang datang ke Puskesmas. Saat di-
tanya “Apakah anak diare?” Ibu menjawab “Ya, selama 3 hari. Tidak ada darah
dalam tinja. Mata anak terlihat cekung dan saat petuga bertanya “Apakah ibu
memperhatikan ada yang berbeda pada amata anaknya?” Ibu menjawab “Ya”.
Ketika anak diberi minum, anak tidak mau minum. Cubitan dinding perut anak
kembali lambat.
5.	 Menilai Demam
	 Demam merupakan kondisi yang sering dijumpai. Demam biasanya merupakan
penyebab utama untuk membawa anak ke Puskesmas. Penyebab tersering ada-
lah infeksi ringan, akan tetapi bisa merupakan tanda paling nyata dari suatu pen-
yakit yang ,mengancam jiwa, terutama malaria atau infeksi berat lain, termasuk
meningitis, demam dengue, demam tifoid dan campak.
	 Penilaian demam merupakan penilaian tahap kelima dari MTBS. Pada SEMUA
anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak ibu demam?” Jika ibu men-
jawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu menjawab “YA” lakukan
PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN.
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum
7.	 Jika anak batu atau sukar bernapas atau diare, lakukan penilai kedua hal
tersebut terlebih dahulu. Jika tidak lanjut ke pertanyaan berikutnya.
8.	 Tanyakan “Apakah anak demam?”. Penilaian demam dilakukan jika ibu men-
jawab “YA” atau anak teraba panas atau suhu aksila ≥37,5oC
9.	 Tentukan daerah risiko malaria (Ilihat Bagan MTBS)
10.	Jika risiko rendah/ tanpa risiko malaria, tanyakan “Apakah anak berkunjung
keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir?” Jika ya, tentukan daerah risiko
sesuai tempat yang dikunjungi.
11.	Ambil sediaan darah (untuk daerah risiko rendah/ tinggi), lakukan RDT (be-
lum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) atau periksa mikroskopis darah
(jika RDT pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir)
MENILAI DEMAM
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
24
12.	Tanyakan sudah berapa lama anak demam
	 Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari.
13.	Tanyakan pernah tidaknya mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu tera-
khir.
14.	Lihat dan raba adanya kaku kuduk
15.	Lihat adanya pilek
16.	Tanyakan apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir.
	 Jika ya, lihat adanya luka di mulut, nanah pada mata atau kekeruhan pada
kornea sebagai tanda infeksi yang merupakan komplikasi campak
	 Lihat tanda yang mengarah ke campak saat ini
	 Untuk mengklasifikasikan seorang anak menderita campak, maka seorang
anak demam harus mempunyai ruam kemerahan yang menyeluruh dan
minimal satu dari tanda berikut: batuk/ pilek/ mata merah.
	 Ruam pada campak tidak mempunyai vesikel atau pustule. Ruam ini tidak ga-
tal. Ruam berawal dari belakang telinga dan leher. Selanjutnya, menyebar ke
daerah wajah lalu bagian tubuh lain, lengan dan kaki. Setelah 4-5 hari ruam
mulai menghilang dan kulit mengelupas.
17.	Periksa penyebab lain yang nyata dari demam, seperti luka bakar atau abses
18.	Klasifikasikan Malaria anak (Lihat Bagan MTBS)
Jika sudah pernah, penanganannya anak demam dengan malaria dilaku-
kan seperti kunjungan ulang
Catatan:
Kaku kuduk mungkin merupakan tanda meningitis, malaria serebral atau
penyakit tumor berat dengan demam lainnya yang membutuhkan pen-
gobatan segera dengan suntikan antibiotic dan rujukan ke rumah sakit.
1.	 Jika anak dapat menggerakkan dan menundukkan lehernya, anak ti-
dak mempunyai kaku kuduk
2.	 Jika Anda tidak yakin, tarik perhatian anak ke jari kakinya atau pusar,
lihat dapatkah anak menundukkan kepalanya
3.	 Jika Anda masih tidak yakin, mintalah anak berbaring telentang dan
tundukkan kepala anak dengan hati-hati ke depan ke arah dada anak
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
25
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
26
19.	Berikan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit anak (Lihat Bagan MTBS)
Lihat “Pemberian antibiotik”, “Pemberian Parasetamol”, “Kapan Harus
Kembali Segera”, pada Bagan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
27
20.	Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, klasifikasikan
Campak pada anak (Lihat Bagan MTBS)
21.	Berikan tindakan sesuai dengan klasifikasi campak
Lihat “Dosis Vitamin A”, “Pemberian antibiotik”, “Pemberian tetes mata”
dan “Pemberian gentian violet” pada Bagan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
28
22.	Untuk anak demam 2-7 hari lakukan penilaian tambahan untuk DBD (Demam
Berdarah Dengue)
a.	 Tanyakan apakah demam mendadak tinggi dan terus menerus?
b.	 Tanyakan adakah bintik merah atau perdarahan dari hidung atau gusi
c.	 Tanyakan apakah anak muntah, seberapa sering, dengan darah atau sep-
erti kopi
d.	 Tanyakan apakah berak berwarna hitam
e.	 Tanyakan apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah
f.	 Periksa tanda-tanda syok (ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi san-
gat lemah/ tidak teraba)
f.	 Lihat adakah perdarahan dari hidung/ gusi
g.	 Adakah bintik perdarahan di kulit (petekie). Lakukan uji tornikuet jika
mungkin.
h.	 Klasifikasikan DBD Anak
i.	 Berikan tindakan sesuai dengan jenis klasifikasi DBD (Lihat Bagan MTBS)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
29
6.	 Menilai Masalah Telinga
Seorang anak dengan masalah telinga mungkin menderita mastoiditis, infeksi
telinga akut atau kronis. Infeksi telinga jarang menyebabkan kematian. Walau-
pun demikian, infeksi telinga dapat menyebabkan sakit selama beberapa hari
ada anak. Infeksi telinga merupakan penyebab utama dari ketulian di negara
berkembang, dan ketulian menyebabkan masalah dalam belajar di sekolah.
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
Lihat Pemberian Parasetamol pada Bagan MTBS
MENILAI MASALAH TELINGA
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
30
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum
7.	 Jika anak batuk atau sukar bernapas atau diare atau demam, lakukan pe-
nilaian ketiga hal tersebut terlebih dahulu. Jika tidak lanjut ke pertanyaan
berikutnya.
8.	 Tanyakan “Apakah anak ibu mempunyai masalah telinga?” Jika “Ya” lakukan
penilaian terhadap masalah telinga
9.	 Tanyakan “Adakah cairan/ nanah keluar dari telinga?” Jika “Ya” berapa lama?
Lihat telinga anak.
10.	Raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga
Seorang anak dengan masalah telinga mungkin menderita mastoiditis. Ini
merupakan infeksi dari lubang udara dari tulang mastoid. Mastoiditis terja-
di akibat penyebaran infeksi dari telinga tengah. Jika anak merasa nyeri ke-
tika anda menekan tulang mastoid, bisa diperkirakan bahwa infeksi sudah
menyebar ke lubang mastoid. Oleh karena itu, seorang anak dengan pem-
bengkakan yang nyeri di belakang telinga (pada bayi, pembengkakan mun-
gkin terjadi di atas telinga) diklasifikasikan sebagai mastoiditis.
11.	Klasifikasikan masalah telinga anak (Lihat Bagan MTBS)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
31
12.	Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat (Lihat Bagan MTBS)
13.	Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS. Lihat Contoh
	 Contoh Kasus:
	 Mira berusia 3 tahun. Berat badannya 13 kg. Suhu badannya 37.5 °C. Ibunya
datang ke klinik karena Mira teraba demam selama 2 hari. Mira menangis sema-
laman dan mengeluh telinganya sakit. Petugas kesehatan memeriksa dan tidak
mendapatkan tanda bahaya umum. Mira tidak batuk atau sukar bernapas dan
tidak diare.
	 Daerahnya merupakan daerah dengan risiko tinggi malaria. Demamnya dikla-
sifikasikan sebagai MALARIA. Tidak ditemukan tanda yang mengarah ke Cam-
pak atau DBD. Selanjutnya petugas kesehatan bertanya tentang masalah telinga
dari Mira. Ibu mengatakan bahwa dia yakin Mira mempunyai nyeri telinga. Anak
menangis hampir sepanjang malam karena telinganya sakit. Tidak ada cairan/
Lihat “Pemberian antibiotik”, “Pemberian Parasetamol” dan “Mengeringkan
telinga dengan bahan penyerap” pada Bagan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
32
nanah keluar dari telinga dan petugas kesehatan juga tidak melihat hal itu. Petu-
gas meraba bagian belakang telinga anak dan tidak menemukan pembengkakan
yang nyeri.
7.	 Memeriksa Status Gizi dan anemia
	 Anak mungkin tidak mempunyai keluhan spesifik yang mengarah ke keadaan ku-
rang gizi atau anemia. Kalaupun ada, biasanya petugas kesehatan atau ibu tidak
menyadari masalah tersebut. Seorang anak yang kurang gizi mempunyai risiko
lebih tinggi untuk sakit dan meninggal. Bahkan anak dengan kurang gizi ringan
mempunyai risiko kematian lebih tinggi.
	 Terdapat 2 alasan utama mengapa semua anak harus diperiksa status gizinya:
1.	 Untuk identifikasi anak dengan gizi buruk yang mempunyai risiko kematian
yang tinggi dan membutuhkan rujukan segera untuk penanganannya.
2.	 Untuk identifikasi anak dengan gizi kurang yang membutuhkan konseling
gizi.
	 Setelah melakukan penilaian terhadap tanda bahaya umum dan empat gejala
utama (batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga), lakukan
penilaian pada semua anak untuk:
1.	 Tanda kurang gizi:
a.	 Anak sangat kurus
b.	 Bengkak pada kedua punggung kaki
c.	 Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan kurang sesuai
d.	 Tanda anemia: Kepucatan pada telapak tangan
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber-
napas, diare, demam dan masalah telinga),
7.	 Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak
8.	 Lihat apakah anak tampak sangat kurus
MEMERIKSA STATUS GIZI DAN ANEMIA
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
33
9.	 Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua punggung kaki
Catatan:
Untuk melihat apakah anak sangat kurus, lepaskan pakaian anak. Perhatikan
otot bahu, lengan, pantat dan kaki yang sangat kurus. Perhatikan pula apakah
gambaran tulang iga terlihat jelas. Lihat pinggul anak. Mungkin terlihat kecil
dibandingkan dengan dada dan perut. Perhatikan anak dari samping untuk
melihat apakah lemak di pantat menghilang. Pada keadaan sangat ekstrem,
terlihat lipatan kulit pada pantat dan paha. Anak terlihat seperti mengenakan
celana baggy (longgar). Wajah dari anak yang sangat kurus mungkin terlihat
masih normal. Perut anak terlihat buncit.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
34
10.	Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan
Menurut Tinggi Badan
11.	Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan MTBS)
12.	Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
35
13.	Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan
Catatan:
Untuk mengetahui apakah terdapat kepucatan pada telapak tangan, lihat ku-
lit telapak tangan anak. Bukalah telapak tangan anak pelan-pelan. Jangan
menarik jari tangannya ke belakang, karena tangan akan terlibat lebih pucat
akibat terhalangnya aliran darah.
Bandingkan warna telapak tangan anak dengan telapak tangan anda atau
anak yang lain. Jika kulit telapak tangan anak itu pucat, dikatakan bahwa
anak itu agak pucat. Jika kulit telapak tangan pucat sekali sehingga kelihatan
putih, berarti anak sangat pucat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
36
14.	Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS)
15.	Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
37
16.	Dokumentasikan hasil tindakan. Lihat Contoh
	 Contoh Kasus:
	 Ali, seorang anak laki-laki usia 9 bulan dengan berat badan 6.5 kg dan panjang
badan 68 cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya diare
sudah 5 hari
	 Anak ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Ali tidak batuk atau su-
kar bernapas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/
SEDANG. Ali tidak demam dan tidak ada masalah telinga
	 Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa status gizi Ali. Ali tidak tampak sangat
kurus, telapak tangannya agak pucat, kedua kakinya tidak bengkak.
	 BB/PB Ali berada diantara > - 3SD dan < -2 SD sehingga dikklasifikasikan sebagai
KURUS (gizi kurang)
	 Lihat contoh cara mengisi formulir pencatatan (tidak lengkap) dibawah ini. Dia
juga diklasifikasikan sebagai ANEMIA, karena telapak tangannya agak pucat.
8.	 Memeriksa Status Imunisasi dan Vitamin A
Status imunisasi harus diperiksa pada semua anak sakit yang dibawa ke fasilitas
kesehatan. Untuk setiap anak, sangat penting untuk mengetahui:
1.	 Apakah anak telah menerima semua jenis imunisasi yang sesuai untuk usian-
ya?
2.	 Apakah anak membutuhkan imunisasi hari ini?
	
	 Pada masa lalu, beberapa petugas kesehatan mengira penyakit ringan merupa-
kan kontra-indikasi imunisasi (suatu alasan untuk tidak memberi imunisasi pada
anak). Anak sakit diminta pulang dan ibu diminta membawa anaknya kembali
ketika anak sudah sehat. Hal ini merupakan praktik yang buruk karena menun-
da imunisasi. Ibu mungkin sudah menempuh perjalanan jauh untuk membawa
anaknya yang sakit ke klinik dan sulit untuk membawanya kembali untuk imu-
nisasi pada waktu yang lain. Anak dibiarkan mendapat risiko untuk terserang
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sangat penting un-
tuk memberi imunisasi pada anak sakit dan anak dengan gizi kurang terhadap
penyakit-penyakit ini.
	 Penyakit BUKAN merupakan kontra indikasi untuk imunisasi. Pada praktikn-
ya, anak sakit lebih membutuhkan perlindungan yang diberikan oleh imunisa-
si dibanding anak sehat. Kemampuan vaksin untuk melindungi tidak berkurang
pada anak sakit.
	
	 Penting juga untuk memeriksa apakah setiap anak berusia 6 bulan ke atas me-
nerima suplemen vitamin A dua kali setahun.
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
MEMERIKSA STATUS IMUNISASI DAN VIT. A
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
38
	 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber-
napas, diare, demam dan masalah telinga),
7.	 Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak
8.	 Lakukan penilaian status imunisasi
	 Gunakan pedoman imunisasi nasional ketika memeriksa status imunisasi
anak.
Jadwal Imunisasi
USIA VAKSIN
0-7 hari HB - 0
1 bulan BCG POLIO-1
2 bulan DPT+HB-1 (Combo-1) POLIO-2
3 bulan DPT+HB-2 (Combo-2) POLIO-3
4 bulan DPT+HB-3 (Combo-3) POLIO-4
9 bulan Campak
		
a.	 BCG - Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk Tuberkulosis
yang berisi strain hidup bacillus tuberkulosis sapi yang sudah dilemah-
kan.
b.	 POLIO – merupakan vaksin oral untuk Poliomielitis yang berisi strain hid-
up yang sudah dilemahkan
3.	 DPT – merupakan campuran 3 vaksin untuk mencegah difteri, pertusis
(batuk rejan) dan tetanus.
c.	 HB – adalah vaksin untuk mencegah Hepatitis B
d.	 Campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit Campak
	 Berikan vaksin yang dianjurkan jika usia anak sesuai untuk setiap dosis. Jika
anak mendapat imunisasi ketika usianya terlalu muda, tubuh anak tidak akan
mampu memerangi penyakit dengan baik. Demikian pula jika tidak mendapat
imunisasi segera setelah usianya cukup, risiko untuk mendapatkan penyakit
akan meningkat.
	 Jika anak tidak datang untuk imunisasi pada usia yang dianjurkan, berikan
imunisasi yang diperlukan kapan saja setelah anak mencapai usia tersebut.
Berikan dosis sisanya dengan interval minimal 4 minggu. Anda tidak perlu
mengulang jenis imunisasi dari awal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
39
9.	 Amati kontraindikasi imunisasi pada anak
Pada semua situasi lainnya, di bawah ini adalah aturan yang baik untuk dii-
kuti:
a.	 Tidak ada kontra indikasi untuk anak sakit yang cukup di rawat di rumah.
b.	 Jika anak harus dirujuk, jangan imunisasi anak sebelum dirujuk. Staf ru-
mah sakit di tempat rujukan harus menentukan kapan anak harus diimu-
nisasi ketika anak harus dirawat inap. Hal ini untuk mencegah tertundan-
ya rujukan.
c.	 Anak dengan diare yang sudah waktunya mendapat imunisasi POLIO ha-
rus mendapatkan 1 dosis POLIO pada kunjungan ini. Akan tetapi, dosis
tersebut tidak dihitung dan tidak dicatat. Anak harus kembali setelah 4
minggu untuk mendapatkan dosis POLIO ekstra.
10.	Tentukan apakah anak membutuhkan imunisasi hari ini
Hanya terdapat 4 situasi yang merupakan kontra indikasi imunisasi:
1.	 Vaksin hidup (BCG, campak, polio) tidak boleh diberikan pada anak den-
gan penyakit imunodefisiensi atau pada anak dengan imunosupresi kare-
na penyakit keganasan, terapi dengan bahan imunosupresif atau iradiasi.
Walaupun demikian, semua vaksin, termasuk BCG, dapat diberikan pada
anak dengan atau diduga mempunyai infeksi HIV tetapi belum menunjuk-
kan gejala.
2.	 DPT2 dan DPT3 tidak boleh diberikan pada anak yang pernah kejang atau
syok dalam waktu 3 hari setelah mendapat dosis sebelumnya. Sebagai
gantinya dapat diberikan DT.
3.	 DPT tidak boleh diberikan pada anak dengan kejang berulang atau penya-
kit neurologis aktif lainnya pada susunan syaraf pusat. Sebagai gantinya
dapat diberikan DT.
4.	 Anak dengan demam tinggi (38.5°C atau lebih).
TANYA kepada ibu apakah anak mempunyai kartu imunisasi
Jika ibu menjawab “Ya”, tanyakan apakah ibu membawanya hari ini.
1.	 Jika ibu membawa kartu imunisasi atau buku KIA, lihatlah kartu tersebut.
2.	 Bandingkan catatan imunisasi anak dengan jadwal yang dianjurkan. Ten-
tukan apakah anak sudah mendapat semua imunisasi yang dianjurkan
sesuai usianya.
3.	 Jika anak tidak akan dirujuk, jelaskan kepada ibu bahwa anaknya mem-
butuhkan imunisasi hari ini.
Jika ibu menjawab bahwa ibu TIDAK mempunyai/membawa kartu imunisasi
atau buku KIA:
1.	 Tanyakan kepada ibu jenis imunisasi yang pernah diterima anak.
2.	 Gunakan penilaian anda untuk menentukan apakah jawaban ibu dapat
dipercaya. Jika anda ragu, berikan imunisasi pada anak sesuai usianya.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
40
11.	Pemberian Vitamin A pada setiap bulan Februari dan Agustus sesuai dosis yang di-
tentukan
	 1Vitamin A sangat diperlukan agar sistem kekebalan berfungsi dengan baik dan un-
tuk tumbuh kembang yang sehat pada anak. Secara global, diperkirakan 140–250
juta anak dibawah usia 5 tahun mengalami defisiensi vitamin A. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa angka kematian pada anak yang mendapatkan dosis tinggi
vitamin A setiap 6 bulan, hanya dua per tiga (atau kurang) dibanding yang tidak
mendapatkan vitamin A.
	 Pemberian suplemen vitamin A setiap 6 bulan adalah cara yang murah, cepat dan
efektif untuk meningkatkan status vitamin A dan menyelamatkan nyawa banyak
anak. Di Indonesia, vitamin A diberikan secara gratis di Posyandu dua kali dalam se-
tahun yaitu bulan Februari dan Agustus. Berikan vitamin A pada semua anak untuk
mencegah penyakit berat:
1.	 Dosis pertama diberikan setelah anak berusia 6 bulan (dosis pemberian vitamin
A, klik ikon “Lihat bagan MTBS’ di atas)
2.	 Sesudahnya vitamin A diberikan setiap 6 bulan kepada SEMUA ANAK
12.	Dokumentasikan hasil kegiatan pada formulir pencatatan MTBS. Lihat Contoh Ka-
sus:
	 Salim berusia 4 bulan. Dia tidak mempunyai tanda bahaya umum. Klasifikasinya
diare TANPA DEHIDRASI. Pada kartu imunisasi tertulis bahwa dia sudah mendapat
imunisasi HB-0, BCG, POLIO 1, POLIO 2, POLIO 3, DPT+HB-1, DPT+HB-2. Imunisasi
DPT 2 + HB-2 dan POLIO 3 diberikan 4 minggu yang lalu. Berhubung Salim berusia 4
bulan, dia tidak membutuhkan suplemen vitamin A.
9.	 Menilai masalah lain dan mengkaji ulang penilaian dan klasifikasi
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya pada modul ini, anda perlu menilai setiap
anak untuk tanda bahaya umum dan 4 gejala utama – batuk atau sukar bernapas, di-
are, demam dan masalah telinga. Anda juga perlu memeriksa status gizi, anemia, status
imunisasi dan suplementasi vitamin A.
1.	 Langkah penilaian yang ada pada setiap gejala utama, perlu mempertimbangkan
beberapa masalah umum lainnya.
	 Sebagai contoh, meningitis, sepsis, tuberkulosis, konjungtivitis, dan berbagai penye-
bab demam (seperti infeksi telinga dan campak) secara rutin dinilai dalam proses
3.	 Berikan kartu imunisasi kepada ibu dan mintalah ibu untuk mem-
bawa kartu tersebut setiap kali membawa anaknya ke klinik.
4.	 Nasihati ibu untuk memastikan bahwa anaknya yang lain sudah
diimunisasi.
5.	 Jika perlu, beri ibunya imunisasi Tetanus toksoid.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
41
tatalaksana kasus pada MTBS. Jika pedoman digunakan secara tepat, anak
dengan kondisi ini akan mendapat pengobatan presumptif atau rujukan
segera.
2.	 Anda masih harus mempertimbangkan penyebab lain dari penyakit berat
atau akut lainnya. Sangat penting untuk memperhatikan keluhan anak lainn-
ya.
	 Sebagai contoh, mungkin ibu berkata bahwa anaknya mempunyai infeksi ku-
lit, gatal atau bengkak pada kelenjar leher. Atau mungkin anda mengamati
adanya masalah lain saat anda melakukan penilaian.
3.	 Lakukan identifikasi dan pengobatan untuk semua masalah lain sesuai pen-
getahuan, pengalaman anda dan kebijakan klinik. Rujuk anak untuk masalah
yang tidak bisa anda tangani di klinik.
4.	 Ingat bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum membutuhkan ruju-
kan dan pengobatan segera.
	 Hanya ada satu pengecualian dari aturan ini:
	 Jika seorang anak mengalami dehidrasi berat, maka rehidrasi secara benar
mungkin bisa menghilangkan tanda bahaya umum yang terkait dengan dehi-
drasi sehingga rujukan mungkin tidak lagi diperlukan. Pada pelatihan ini anda
akan belajar cara memberikan pengobatan yang tepat.
5.	 Ada kemungkinan, walaupun jarang, bahwa seorang anak mempunyai tanda
bahaya umum, tetapi tidak mempunyai klasifikasi berat untuk suatu gejala
utama. Nantinya pada pelatihan ini, anda akan belajar cara menentukan dan
merencanakan rujukan seorang anak dengan tanda bahaya umum dan tan-
pa klasifikasi berat lainnya (lihat unit pelatihan: Menentukan tindakan).
10.	Menilai Pemberian Makan pada Anak
	 Lakukan Penilaian Pemberian Makan Anak untuk anak kurus atau anemia atau
usia < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera.
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda
dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan
	 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri dan ukur suhu anak
Pastikan bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum, dirujuk setelah
mendapatkan tindakan pra-rujukan yang sesuai
MENILAI PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
42
5.	 Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan
MTBS
6.	 Periksa tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber-
napas, diare, demam dan masalah telinga),
7.	 Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak
8.	 Lakukan penilaian status imunisasi dan Vitamin A
9.	 Lakukan penilaian pemberian makan untuk anak kurus atau anemia atau
usia < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera (Lihat Bagan MTBS)
10.	Tanyakan apakah ibu menyusui anaknya saat ini, jika “Ya”, berapa kali dalam
24 jam
11.	Tanyakan apakah ibu juga menyusui di malam hari
12.	Tanyakan apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
	 Jika ibu menjawab “Ya”, TANYAKAN: makanan dan minuman apa?
	 Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
	 Jika anak KURUS, TANYAKAN:Berapa banyak makanan/minuman yang diber-
ikan kepada anak?
	 Apakah anak mendapat makanan tersendiri?
	 Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya?
13.	Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian makan kepada anak?
	 Jika ibu menjawab “Ya”, TANYAKAN: Bagaimana?
Perhatikan bahwa ada pertanyaan yang diajukan hanya jika anak ku-
rus. Bagi anak ini, sangat penting untuk menyediakan waktu tambahan
menanyakan tentang porsi makanan dan pemberian makan secara aktif.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
43
14.	Nasihati ibu tentang masalah pemberian makan sesuai masalah yang ditemu-
kan
15.	Dokumentasikan hasil kegiatan pada formulir pencatatan MTBS (Lihat Con-
toh)
11.	Penanganan pada Anak dengan Dua Klasifikasi atau Lebih
1.	 Pemberian Obat yang sama pada dua klasifikasi atau lebih
	 Pada anak yang mempunyai dua atau lebih jenis klasifikasi, kemungkinan
untuk mendapat jenis obat yang sama sangat mungkin terjadi. Contohnya
dapat kita lihat pada kasus anak yang mempunyai klasifikasi pneumonia dan
infeksi telinga akut. Kedua klasifikasi ini memerlukan “antibiotik yang sesuai”
sebagai tindakan/ pengobatan. Untuk menghindari dosis ganda, pemberian
antibiotik pada kasus infeksi yang lebih berat lebih diutamakan.
	 Perhatikan contoh berikut
2.	 Penentuan kunjungan ulang
	 Daftar waktu untuk kunjungan ulang tercantum dalam kolom tindakan. Ini
menunjukkan kepada ibu untuk kembali pada waktu yang tertentu. Ketika
anda menulis informasi tentang kunjungan ulang pada formulir pencatatan,
anda bisa menyingkatnya dengan “K/u“ untuk “Kunjungan ulang“ Jika terdapat
beberapa kunjungan ulang, ibu perlu diberitahu hanya untuk waktu yang ter-
pendek dan pasti. Inilah yang harus ditulis di bagian akhir dari formulir pen-
catatan
	 Lihat contoh di bawah tentang cara menulis informasi tentang kunjungan
ulang
Penulisan tindakan tetap dilakukan untuk semua klasifikasi. Coret tulisan
pada tindakan yang sama
Catatan: anda juga perlu memberitahu ibu tentang waktu kunjungan ulang
yang lebih cepat jika suatu masalah menetap. Sebagai contoh, “Kembali
untuk kunjungan ulang dalam 5 hari, tapi kembali dalam 2 hari jika tetap
demam”.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
44
Anda telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1, apakah Anda sudah paham? Apa yang
dapat petik dari materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut.
Jika sudah paham lakukan praktikum di bawah ini, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan
Belajar 2 jika nilai Anda mencapai nilai 3 dengan lambang “B” pada seluruh praktikum
mahasiswa. Jika belum, pelajari kembali bagian – bagian yang belum Anda pahami dan
ulangi kembali praktikum tersebut.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
45
Praktikum
Mahasiswa
Lakukan praktikum berikut untuk menilai penguasaan Anda terhadap materi yang telah
diberikan. Lakukan masing-masing praktikum berikut dengan contoh kasus yang diber-
ikan
Kasus 1
Dito berusia 16 bulan. Berat badannya 8.6 kg. Panjang badannya 68 cm. Suhu badannya
37.5 °C. Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibu menjawab “Dito batuk selama
7 hari dan sukar bernapas.” Ini merupakan kunjungan pertama untuk penyakit ini.
Petugas kesehatan memeriksa apakah Dito mempunyai tanda bahaya umum. Ibu menga-
takan bahwa Dito bisa minum dan tidak muntah. Dia tidak kejang selama sakit ini. Petugas
kesehatan bertanya, “Apakah Dito nampak mengantuk tidak seperti biasanya?” Ibu men-
jawab, “Tidak.” Petugas kesehatan bertepuk tangan dan meminta ibu untuk menggoyang
anaknya. Dito membuka matanya, dan memperhatikan sekelilingnya. Petugas kesehatan
berbicara dengan Dito, dan Dito merespon dengan baik.
Petugas kesehatan meminta ibu untuk membuka pakaian Dito dan selanjutnya dia meng-
hitung frekuensi napas anak selama satu menit. Frekuensi napasnya 41 kali per menit. Petu-
gas kesehatan tidak melihat tarikan dinding dada, tidak mendengar stridor
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
46
LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN
1 2 3 4
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS
dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga
Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan
2.
Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri
senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan
ibunya
3.
Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung usia anak dalam bulan.
4. Tanyakan masalah anak pada ibu
5. Tanyakan status kunjungan
6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar
7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum
DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS
NAMA MAHASISWA	 :			 TEMPAT PRAKTEK 		 :
NIM				:			TANGGAL			:
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai :	 Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang :	 Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup :	 Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik :	 Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru-
tannya dan waktu yang dipergunakan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
47
9. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?
Jika “YA”, maka tanyakan berapa lama anak menderita ba-
tuk atau sukar bernapas. Jika “TIDAK” JANGAN LAKUKAN
PENILAIAN!
10. Buka baju anak pada daerah dada
11. Hitung napas anak dalam 1 menit
12. Lihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada
anak
13. Lihat dan dengarkan stridor
14. Klasifikasikan anak batuk atau sukar bernapas (Lihat Ba-
gan MTBS)
15. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit
(Lihat Bagan MTBS)
16. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
17. Nasihati ibu kapan harus kembali segera
18. Tentukan kunjungan ulang
19. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
48
Kasus 2
Risa berusia 15 bulan. Berat badannya 8.5 kg. Panjang badannya 67 cm. Suhu badannya
37.5 °C. Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibunya menjawab “Risa diare
selama 3 hari.” Ini merupakan kunjungan pertama.
Risa tidak mempunyai tanda bahaya umum
Petugas kesehatan bertanya “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” Ibu menjawab tidak
Petugas kesehatan bertanya, “Apakah anak diare?” Ibu menjawab, “Ya, selama 3 hari” Tidak
ada darah dalam tinja. Mata Risa terlihat cekung. Petugas kesehatan bertanya, “Apakah ibu
memperhatikan ada yang berbeda dengan mata Risa?” Ibu berkata, “Ya.” Petugas memberi
ibu secangkir air bersih dan meminta ibu untuk memberikannya kepada Risa. Ketika cangkir
diberikan, Risa tidak mau minum. Cubitan kulit dinding perut Risa kembalinya lambat.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
49
LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN
1 2 3 4
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS
dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga
Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan
2.
Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri
senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan
ibunya
3.
Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung usia anak dalam bulan.
4. Tanyakan masalah anak pada ibu
5. Tanyakan status kunjungan
6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar
7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum
DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN DIARE
NAMA MAHASISWA	 :			 TEMPAT PRAKTEK 		 :
NIM				:			TANGGAL			:
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai :	 Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang :	 Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup :	 Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik :	 Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru-
tannya dan waktu yang dipergunakan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
50
9. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?
Jika “YA”, maka lak.ukan penilaian batuk atau sukar bern-
pas terlebih dahulu
10. Tanyakan “Apakah anak ibu diare/ mencret?”.
Jika “YA”, maka lakukan penilaian diare. Jika “TIDAK” JAN-
GAN LAKUKAN PENILAIAN!
11. Tanyakan “Berapa lama anak diare?”
12. Tanyakan “Adakah darah dalam tinja?”
13. Lihat keadaan umum anak
14. Lihat apakah matanya cekung
15. Beri anak minum
16. Periksa turgor kulit anak
17. Klasifikasikan diare anak (Lihat Bagan MTBS)
18. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit
(Lihat Bagan MTBS)
19. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
20. Nasihati ibu kapan harus kembali segera
21. Tentukan kunjungan ulang
22. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
51
Kasus 3
Budi, anak laki-laki berusia 10 bulan. Berat badannya 8.2 kg. Panjang badannya 78 cm. Suhu
badannya 37.5 °C. Ibu berkata bahwa Budi menderita bintik kemerahan dan batuk selama 5
hari. Ini merupakan kunjungan pertama.
Petugas kesehatan memeriksa Budi untuk tanda bahaya umum. Ia bisa minum, tidak muntah,
tidak kejang dan masih sadar serta tidak letargis. Petugas menghitung napas: 43 kali per
menit. Ia tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam dan tidak mendengar stridor ketika
Budi tenang.atau wheezing.
Budi tidak menderita diare.
Risiko malaria di daerah itu tinggi. Ibu berkata bahwa Budi demam selama 2 hari. Lehernya
tidak kaku. Menurut ibu, saat ini Budi pilek. Pada pemeriksaan RDT, hasilnya positif falsi-
parum.
Seluruh tubuh Budi tertutup ruam kemerahan, matanya merah. Petugas kesehatan tidak
menemukan luka di mulut, tidak ada nanah pada mata dan tak ada kekeruhan pada kornea.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
52
LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN
1 2 3 4
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS
dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga
Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan
2.
Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri
senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan
ibunya
3.
Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung usia anak dalam bulan.
4. Tanyakan masalah anak pada ibu
5. Tanyakan status kunjungan
6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar
7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum
9. Jika anak batuk atau sukar bernapas atau diare, lakukan
penilaian terhadap 2 masalah tersebut terlebih dahulu
DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN DEMAM
NAMA MAHASISWA	 :			 TEMPAT PRAKTEK 		 :
NIM				:			TANGGAL			:
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai :	 Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang :	 Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup :	 Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik :	 Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru-
tannya dan waktu yang dipergunakan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
53
10. Tanyakan “Apakah anak demam?”.
Penilaian demam dilakukan jika ibu menjawab “YA” atau
anak teraba panas atau suhu aksila ≥37,5oC
11. Tentukan daerah risiko malaria (Ilihat Bagan MTBS)
12. Jika risiko rendah/ tanpa risiko malaria, tanyakan “Apakah
anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu tera-
khir?” Jika ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang
dikunjungi.
13. Ambil sediaan darah (untuk daerah risiko rendah/ ting-
gi), lakukan RDT (belum pernah dilakukan dalam 28 hari
terakhir) atau periksa mikroskopis darah (jika RDT pernah
dilakukan dalam 28 hari terakhir)
14. Tanyakan sudah berapa lama anak demam
15. Tanyakan pernah tidaknya mendapat obat anti malaria
dalam 2 minggu terakhir
16. Lihat dan raba adanya kaku kuduk
17. Lihat adanya pilek
18. Tanyakan apakah anak menderita campak dalam 3 bulan
terakhir.
19. Lihat tanda yang mengarah ke campak saat ini
20. Periksa penyebab lain yang nyata dari demam, seperti
luka bakar atau abses
21. Klasifikasikan demam anak (Lihat Bagan MTBS)
22. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit
(Lihat Bagan MTBS)
23. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
24. Nasihati ibu kapan harus kembali segera
25. Tentukan kunjungan ulang
26. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
54
Kasus 4
Sita berusia 3 tahun. Berat badannya 13 kg. Suhu badannya 37.5 °C. Ibunya datang ke klinik
karena Sita teraba demam selama 2 hari. Sita menangis semalaman dan mengeluh telingan-
ya sakit. Petugas kesehatan memeriksa dan tidak mendapatkan tanda bahaya umum. Sita
tidak batuk atau sukar bernapas dan tidak diare.
Daerahnya merupakan daerah dengan risiko tinggi malaria. Demamnya diklasifikasikan se-
bagai MALARIA. Tidak ditemukan tanda yang mengarah ke Campak atau DBD. Selanjutnya
petugas kesehatan bertanya tentang masalah telinga dari Sita. Ibu mengatakan bahwa dia
yakin Sita mempunyai nyeri telinga. Anak menangis hampir sepanjang malam karena telin-
ganya sakit. Tidak ada cairan/nanah keluar dari telinga dan petugas kesehatan juga tidak
melihat hal itu. Petugas meraba bagian belakang telinga anak dan tidak menemukan pem-
bengkakan yang nyeri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
55
LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN
1 2 3 4
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS
dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga
Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan
2.
Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri
senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan
ibunya
3.
Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung usia anak dalam bulan.
4. Tanyakan masalah anak pada ibu
5. Tanyakan status kunjungan
6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar
7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum
9. Jika anak batuk atau sukar bernapas, diare, atau demam
lakukan penilaian terhadap 3 masalah tersebut terlebih
dahulu
DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN MASALAH TELINGA
NAMA MAHASISWA	 :			 TEMPAT PRAKTEK 		 :
NIM				:			TANGGAL			:
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai :	 Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang :	 Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup :	 Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik :	 Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru-
tannya dan waktu yang dipergunakan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
56
10. Tanyakan “Apakah anak mempunyai masalah telinga?”.
Jika “Ya” lakukan penilaian terhadap masalah telinga
11. Tanyakan “Adakah cairan/ nanah keluar dari telinga?”
Jika “Ya” berapa lama? Lihat telinga anak.
12. Raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telin-
ga
13. Klasifikasikan masalah telinga anak (Lihat Bagan MTBS)
14. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit
(Lihat Bagan MTBS)
15. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
16. Nasihati ibu kapan harus kembali segera
17. Tentukan kunjungan ulang
18. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
57
Kasus 5
Abi, seorang anak laki-laki usia 9 bulan dengan berat badan 6.5 kg dan panjang badan 68
cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya diare sudah 5 hari.
Anak ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Abi tidak batuk atau sukar berna-
pas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/SEDANG. Abi tidak
demam dan tidak ada masalah telinga
Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa status gizi Abi. Abi tidak tampak sangat kurus,
telapak tangannya agak pucat, kedua kakinya tidak bengkak.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
58
LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN
1 2 3 4
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS
dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga
Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan
2.
Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri
senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan
ibunya
3.
Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung usia anak dalam bulan.
4. Tanyakan masalah anak pada ibu
5. Tanyakan status kunjungan
6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar
7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum
9. Periksa 4 gejala utama terlebih dahulu (batuk, diare,
demam dan infeksi telinga)
10. Lakukan penilaian status gizi
DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN MASALAH GIZI DAN ANEMIA
NAMA MAHASISWA	 :			 TEMPAT PRAKTEK 		 :
NIM				:			TANGGAL			:
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai :	 Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang :	 Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup :	 Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik :	 Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru-
tannya dan waktu yang dipergunakan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
59
11. Lihat apakah anak tampak sangat kurus
12. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua pung-
gung kaki
13. Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau
tabel Berat Badan Menurut Tinggi Badan
14. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS
(Lihat Bagan MTBS)
15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
16. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan
17. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS)
18. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
19. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
20. Nasihati ibu kapan harus kembali segera
21. Tentukan kunjungan ulang
22. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
60
Kasus 6
Kayla, seorang bayi perempuan usia 3 bulan dengan berat badan 5 kg dan panjang badan 60
cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa bayinya diare sudah 5 hari.
Bayi ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Kayla tidak batuk atau sukar berna-
pas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/SEDANG. Kayla tidak
demam dan tidak ada masalah telinga.
Saat diperiksa status gizi, bayi diklasifikasikan “KURUS”.
Ketika dilakukan penilaian tentang pemberian makan. Berikut hasil yang didapat dari wawan-
cara dengan ibu: Ibu menyusui 5 kali sehari, baik siang maupun malam hari. Bayi mendapat
tambahan susu formula dikarenakan ibu merasa ASI saja tidak cukup untuk bayinya. Susu
formula diberikan 3-5 kali sehari oleh ibu menggunakan botol susu. Tidak ada perubahan
dalam pemberian makan saat anak sakit.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
61
LANGKAH DAN KEGIATAN
PENILAIAN
1 2 3 4
1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS
dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga
Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan
klasifikasi dan melakukan tindakan
2.
Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri
senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan
ibunya
3.
Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung usia anak dalam bulan.
4. Tanyakan masalah anak pada ibu
5. Tanyakan status kunjungan
6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar
7. Ukur suhu anak
8. Periksa tanda bahaya umum
9. Periksa 4 gejala utama terlebih dahulu (batuk, diare,
demam dan infeksi telinga)
10. Lakukan penilaian status gizi
DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN
DENGAN MASALAH PEMBERIAN MAKAN
NAMA MAHASISWA	 :			 TEMPAT PRAKTEK 		 :
NIM				:			TANGGAL			:
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai :	 Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang :	 Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker-
jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup :	 Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik :	 Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru-
tannya dan waktu yang dipergunakan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
62
11. Lihat apakah anak tampak sangat kurus
12. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua pung-
gung kaki
13. Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau
tabel Berat Badan Menurut Tinggi Badan
14. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS
(Lihat Bagan MTBS)
15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
16. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan
17. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS)
18. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
19. Lakukan penilaian pemberian makan
20. Identifikasi masalah pemberian makan
21. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan
22. Nasihati ibu kapan harus kembali segera
23. Tentukan kunjungan ulang
24. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
63
Kegiatan
Belajar 2
Tujuan Pembelajaran Umum
Waktu 60 menit (1 JAM)
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar 2. Pada kegiatan belajar 1 Anda telah mempe-
lajari tentang MTBS. Pada kegiatan belajar 2 ini Anda juga masih membahas tentang
MTBS hanya saja pada kelompok usia yang berbeda. Pada kegiatan belajar ini kelompok
usia yang dibahas adalah 0 – 2 bulan.
Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 2 diharapkan Anda mampu untuk melak-
sanakan MTBM
Di akhir kegiatan belajar satu, Anda diharapkan mampu untuk :
1.	 Menjelaskan pengertian MTBM
2.	 Menjelaskan tujuan MTBM
3.	 Menjelaskan ruang lingkup MTBM
4.	 Melaksanakan MTBM
Untuk dapat melaksanakan kegiatan Posyandu, berikut materi yang harus Anda pela-
jari:
1.	 Pengertian MTBM
2.	 Tujuan MTBM
3.	 Ruang Lingkup MTBM
MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
64
Uraian
Materi
Pada kegiatan belajar sebelumnya Anda telah mempelajari bagaimana tatalaksana bal-
ita sakit pada kelompok usia 2 bulan – 5 tahun. Pada kegiatan belajar ini Anda akan
mempelajari tentang tatalaksana balita sakit pada kelompok usia 0-2 bulan.
1.	 Pengertian MTBM
MTBM atau Manajemen Terpadu Bayi Muda merupakan perpanjangan dari MTBS
pada kelompok usia bayi 0-2 bulan. MTBM sudah terintegrasi dalam dalam pendeka-
tan MTBS sehingga bagan MTBM sendiri menjadi bagian dari bagan MTBS. Agar lebih
mudah dipelajari, maka bagan MTBM ini ditampilkan terpisah dengan bagan MTBS
2.	 Tujuan MTBM
Tujuan MTBM sama dengan tujuan MTBS yaitu:
1.	 Meningkatkan keterampilan petugas
2.	 Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
3.	 Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
4.	 Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
Manajemen Terpadu Bayi Muda adalah tatalaksana bayi sakit meng-
gunakan MTBS pada kelompok usia bayi di bawah 2 bulan.
APA YANG DIMAKSUD ?
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
65
5.	 Memperbaiki sistem kesehatan
6.	 Menurunkansecara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penya-
kit tersering pada balita.
7.	 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan
anak.
3.	 Manfaat MTBM
Manfaat dari diberdayakannya MTBM sama dengan MTBS, yaitu:
1.	 Menurunkan angka kematian balita,
2.	 Memperbaiki status gizi,	
3.	 Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
4.	 Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
5.	 Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.
4.	 Ruang Lingkup MTBM
Karena MTBM sebenarnya merupakan bagian dari MTBS, maka secara garis besar
ruang lingkup keduanya sama .Materi MTBM terdiri dari langkah penilaian, klasifika-
si penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan
kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk men-
cari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Tiap klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan
terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk mem-
berikan obat dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun
obat yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan
termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali
segera maupunkembali untuk tindak lanjut.
5.	 Pelaksanaan MTBS (Kelompok Usia 0-2 Bulan)
Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBM.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBM oleh petugas kes-
ehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBM
Berikut ruang lingkup MTBS untuk kelompok usia 0-2 bulan adalah:
1.	 Penilaian dan klasifikasi
2.	 Menentukan tindakan pada anak
3.	 Memberi pengobatan
4.	 Konseling bagi Ibu
5.	 Pemecahan masalah dan pelayanan tindak lanjut
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
66
untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang
tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak.
Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, ada 5 prinsip pokok dalam
tata laksanana balita sakit yang harus dilaksanakan dalam MTBM, yaitu penilaian
dan klasifikasi, menentukan tindakan, memberi pengobatan, konseling bagi ibu dan
terakhir tindak lanjut. Ada beberapa langkah penilaian yang dilakukan, berikut akan
dibahas dengan lebih rinci penatalaksanaan berbagai klasifikasi berdasarkan 5 prin-
sip pokok di atas:
1.	 Menanyakan kepada Ibu tentang Masalah Anak
	 Selain MTBS,menanyakan kepada ibu masalah anak juga merupakan langkah
pertama pada MTBM. Ketika seorang ibu membawa anaknya kepada Anda, san-
gat penting untuk melakukan komunikasi yang baik dengan ibu. Anda mungkin
harus mengobati anak nantinya. Anda akan memberi nasehat kepada ibu dan
mengajari tentang cara merawat anak di rumah. Dengan demikian, komunikasi
yang baik dengan ibu sangat penting dilakukan sejak awal kunjungan.
	 Tentukan apakah kali ini merupakan kunjungan pertama atau merupakan kun-
jungan ulang untuk masalah tersebut.
	 Jika merupakan kunjungan pertama dari episode penyakit tersebut, berarti Anda
perlu mengikuti prosedur tatalaksana kasus dengan MTBS untuk menilai dan
mengklasifikasikan anak.
	 Jika anak telah datang beberapa hari sebelumnya untuk penyakit yang sama, be-
rarti merupakan kunjungan ulang. Tujuan kunjungan ulang adalah untuk meng-
etahui apakah pengobatan yang diberikan saat kunjungan pertama memberikan
hasil. Jika keadaan anak tidak membaik atau keadaannya memburuk, mungkin
Anda perlu merujuk anak atau mengganti pengobatannya.
Untuk lebih memahami cara menanyakan kepada ibu masalah anaknya, perhati-
kan petunjuk praktikum berikut:
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda
dalam melakukan tindakan
	 Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang atau henti napas, segera
lakukan tindakan/ pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan
RUJUK SEGERA
MENANYAKAN MASALAH ANAK
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
67
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri pada anak
5.	 Ukur suhu anak
6.	 Tanyakan kepada ibu masalah anaknya
	Perhatikan:
	 Sikap: kepala ibu dan petugas sejajar
	 Kontak mata: petugas kesehatan menatap ibu dan memperhatikan ibu saat
bicara
	 Tanpa halangan: tidak ada yang menghalangi (meja atau buku) antara petu-
gas dan ibu
7.	 Tanyakan kepada ibu status kunjungan anak (Kunjungan pertama/ ulang). Jika
kunjungan ulang, penatalaksanaan dapat Anda lihat pada bagan “Pelayanan
Tindak Lanjut” pada Modul MTBM
8.	 Dokumentasi pada Formulir Pencatatan MTBM
	 Untuk pendokumentasian, dapat Anda lihat pada contoh berikut:
	 Contoh Kasus:
	 Mika usia 1 bulan, Berat badannya 3.600, Panjang badannya 51 cm. Suhu badan-
nya 37,6oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Mika demam
selama 3 hari”. Ini merupakan kunjungan pertama
2.	 Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri
	 SEMUA bayi muda harus diperiksa untuk tanda penyakit sangat berat dan infeksi
bakteri. Bayi muda bisa menjadi sakit dan meninggal dengan cepat akibat infeksi
bakteri berat seperti pneumonia, sepsis dan meningitis.
	 Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik
gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan fungsi sistem organ sep-
erti: gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum,
tidak bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermia. Pada infeksi lokal
biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi lokal yang
sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan tel-
inga.
	 Penting untuk menjaga bayi tetap tenang dan mungkin bayi tertidur ketika anda
memeriksa 2 tanda pertama: menghitung napas dan melihat tarikan dinding
dada.
	 Setelah itu anda harus membuka pakaian dan memeriksa seluruh badan bayi.
Jika bayi bangun, sekaligus anda dapat menentukan tingkat kesadarannya. Amati
gerakan tangan dan kakinya.
	 Anda akan belajar cara memeriksa kejang, gangguan napas dan hipotermia. Se-
lanjutnya anda akan mempelajari cara mengklasifikasikan kemungkinan penya-
kit sangat berat atau infeksi bakteri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
68
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda
dalam melakukan tindakan
	 Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri pada anak
5.	 Tanyakan pada ibu mengenai masalah pada anaknya
6.	 Periksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
7.	 Tanyakan apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya
	 Ajukan kepada ibu pertanyaan ini. Setiap kesulitan minum yang disebutkan
ibu, sangat penting. Seorang bayi baru lahir yang tidak bisa minum sejak la-
hir, mungkin prematur atau mempunyai komplikasi seperti asfiksia lahir. Bayi
muda yang bisa minum dengan baik sebelumnya, tetapi saat ini sulit minum,
mungkin mempunyai infeksi serius.
8.	 Periksa kejang bayi
a.	 TANYA: Adakah riwayat kejang?
b.	 LIHAT: Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun?
c.	 DENGAR: Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?
d.	 LIHAT: Apakah ada gerakan yang tidak terkendali?
e.	 LIHAT: Apakah mulut bayi mencucu?
f.	 LIHAT DAN RABA: Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan?
9.	 Periksa apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang
	 LIHAT: Apakah bayi muda bergerak hanya jika dirangsang, tapi kemudian
berhenti atau bayi tidak bergerak sama sekali?
	 Bayi muda biasanya tidur sepanjang hari dan ini bukan merupakan suatu
tanda penyakit. Amati gerakan bayi saat anda melakukan penilaian. Jika bayi
muda tidur saat dilakukan penilaian, mintalah ibu untuk membangunkannya.
MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT
BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
Bayi menunjukkan tanda “tidak bisa minum atau menyusu“ jika bayi terla-
lu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap/menelan apabila diberi
minum atau disusui.
Bayi mempunyai tanda “memuntahkan semuanya“ jika bayi sama sekali
tidak dapat menelan apapun. Semua cairan atau makanan yang masuk
akan keluar lagi.
Bayi yang tidak bisa minum atau malas minum atau memuntahkan
semuanya, membutuhkan rujukan segera.
Mungkin juga ibu mengalami kesulitan dalam menyusui. Anda akan me-
nilai masalah ini nanti pada saat menilai pemberian ASI.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
69
Jika anda amati selama 1 menit, anda akan melihat beberapa gerakan dari
lengan atau kakinya atau memutar kepalanya. Jika bayi muda bangun tapi
tidak ada gerakan spontan, hati-hati rangsanglah anak. Jika anak bergerak
hanya jika dirangsang, lalu berhenti bergerak, atau tidak bergerak sama seka-
li, ini merupakan suatu tanda penyakit berat. Seorang bayi yang tidak bisa
dibangunkan, bahkan setelah dirangsang, juga harus dianggap mempunyai
gejala ini
10.	Periksa gejala gangguan napas
a.	 LIHAT: Hitung napas selama satu menit.
	 Hitung napas dalam 1 menit seperti pada anak usia 2 bulan sampai 5
tahun. Jika hitungan pertama > 60 kali per menit, ulangi menghitung. Hal
ini penting karena pernapasan pada bayi muda seringkali tidak teratur,
kadang-kadang berhenti bernapas beberapa detik diikuti dengan periode
pernapasan yang lebih cepat.
b.	 LIHAT apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat?
c.	 DENGAR: Apakah bayi merintih?
	 Merintih adalah suara napas pendek-pendek dan halus yang terdengar
saat bayi menghembuskan napas. Terdengar suara merintih menanda-
kan bayi mengalami kesulitan bernapas.
11.	Periksa gejala hipotermia dengan mengukur suhu aksila bayi dengan ter-
mometer
	 Ukur suhu bayi muda menggunakan termometer pada aksila selama 5 menit.
Tidak dianjurkan mengukur secara rektal karena dapat mengakibatkan ter-
jadinya perlukaan pada anus. Sebelum mengukur suhu, pastikan air raksa
pada termometer menunjukkan angka yang terendah
	 Jika tidak ada termometer, anda dapat meraba bagian tangan, kaki, aksila
atau perut bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin.
12.	Periksa infeksi bakteri lokal
	 Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada
kulit, mata dan pusar.
a.	 LIHAT: Apakah ada pustul di kulit?
b.	 LIHAT: Apakah mata bernanah
c.	 LIHAT: Apakah pusar kemerahan atau bernanah?
	 Jika kemerahan, apakah meluas sampai ke kulit perut? Apakah pusar ber-
bau busuk? Pusar yang terinfeksi, di daerah pangkal tali pusat biasanya
kemerahan, mengeluarkan nanah, atau pusar berbau. Jika warna kem-
erahan meluas ke kulit daerah perut (abdomen) berarti bayi mengalami
Hitung napas > 60 kali per menit, artinya bayi muda bernapas cepat
Hitung napas < 30 kali per menit, artinya bayi muda bernapas lambat
Disebut Hipotermia Berat : suhu < 35.5°C
Hipotermia Sedang : suhu 35.5 – 36.0°C
Demam : Suhu > 37.5°C
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan
70
infeksi berat. Biasanya tali pusat “lepas“ ketika bayi berusia 7 hari.
13.	Klasifikasikan Kemungkinan Penyakit Berat/ Infeksi Bakteri (Lihat Bagan
MTBS)
14	 Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit yang didapat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
71
15.	Dokumentasikan hasil kegiatan dengan formulir pencatatan MTBS (Lihat
Contoh)
	 Kasus:
	 Bima, seorang anak laki-laki usia 2 minggu dengan berat badan 3,4 kg dan pan-
jang badan 51 cm. Suhu badannya 37.5° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya
demam sudah 3 hari
3.	 Memeriksa Diare
	 Untuk SEMUA bayi muda sakit, TANYAKAN: “Apakah bayi diare?” Diare disebut
juga tinja cair. Hal ini biasa terjadi pada bayi usia < 6 bulan yang diberi susu sapi
atau susu formula. Tinja normal yang encer dan sering dari bayi yang mendapat
ASI, bukan diare. Ibu yang menyusui bayinya mudah mengenali bayi yang diare,
karena konsistensi dan frekuensi tinja yang berbeda dari normal. Bayi dengan
diare bisa mengalami dehidrasi berat – suatu kondisi yang dapat mengakibatkan
kematian. Penilaian diare pada kelompok usia < 2 bulan hampir sama dengan
kelompok usia 2 bulan-5 tahun
1.	 Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat
Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda
dalam melakukan tindakan
	 Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir
2.	 Sambut pasien dengan ramah
3.	 Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak
4.	 Lakukan antropometri pada anak
5.	 Tanyakan pada ibu mengenai masalah pada anaknya
6.	 Periksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
7.	 Tanyakan apakah bayi diare?
	 Jika ibu menjawab “Tidak”, JANGAN MENILAI bayi muda untuk diare. Lanjut-
kan dengan pertanyaan berikutnya. Jika ibu menjawab “Ya”, tanyakan sudah
berapa lama?
8.	 Lihat keadaan umum bayi
•	 Apakah bayi letargis atau tidak sadar?
•	 Apakah bayi rewel?
9.	 Lihat apakah matanya cekung
10.	Periksa turgor kulit bayi
	 Sangat lambat (> 2 detik) atau Lambat atau Segera			
11.	Klasifikasikan diare bayi (Lihat Bagan MTBS)
MEMERIKSA DIARE
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM
MTBS-MTBM

More Related Content

What's hot

Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaowik15
 
Komunikasi efektif Sasaran Keselamatan Pasien
Komunikasi efektif Sasaran Keselamatan PasienKomunikasi efektif Sasaran Keselamatan Pasien
Komunikasi efektif Sasaran Keselamatan PasienIqumMarpaung
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblhanny andini
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Konsep Dasar Puskesmas
Konsep Dasar PuskesmasKonsep Dasar Puskesmas
Konsep Dasar Puskesmasabu hanafie
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa-Yusie Aprilia-
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakitAnalisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakitRahayoe Ningtyas
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANLindarti Marsiyah
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Rahayu Pratiwi
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTpjj_kemenkes
 
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptxKOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptxZhillu
 
Instrumen akreditasi puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmasInstrumen akreditasi puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmasJaya Saragih
 
Pmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukmPmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukmhusnulchotimah6
 
Renpra komunitas
Renpra komunitasRenpra komunitas
Renpra komunitasAbi Muhlies
 
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Al-Ikhlas14
 

What's hot (20)

Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
 
Asi eksklusif
Asi eksklusifAsi eksklusif
Asi eksklusif
 
Komunikasi efektif Sasaran Keselamatan Pasien
Komunikasi efektif Sasaran Keselamatan PasienKomunikasi efektif Sasaran Keselamatan Pasien
Komunikasi efektif Sasaran Keselamatan Pasien
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Konsep Dasar Puskesmas
Konsep Dasar PuskesmasKonsep Dasar Puskesmas
Konsep Dasar Puskesmas
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakitAnalisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptxKOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN - Copy.pptx
 
Instrumen akreditasi puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmasInstrumen akreditasi puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmas
 
Pmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukmPmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukm
 
ANC Berkualitas
ANC BerkualitasANC Berkualitas
ANC Berkualitas
 
Renpra komunitas
Renpra komunitasRenpra komunitas
Renpra komunitas
 
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
 

Similar to MTBS-MTBM

Praktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 PosyanduPraktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 Posyandupjj_kemenkes
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIApjj_kemenkes
 
Praktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi DiniPraktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi Dinipjj_kemenkes
 
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologispjj_kemenkes
 
Pedoman Praktikum 2
Pedoman Praktikum 2Pedoman Praktikum 2
Pedoman Praktikum 2pjj_kemenkes
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3pjj_kemenkes
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iipjj_kemenkes
 
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif KebidananKB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif Kebidananpjj_kemenkes
 
M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2pjj_kemenkes
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitpjj_kemenkes
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normalpjj_kemenkes
 

Similar to MTBS-MTBM (20)

Praktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 PosyanduPraktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 Posyandu
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIA
 
Praktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi DiniPraktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi Dini
 
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
 
Pedoman Praktikum 2
Pedoman Praktikum 2Pedoman Praktikum 2
Pedoman Praktikum 2
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3Pedoman Praktikum 3
Pedoman Praktikum 3
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
Modul 5 kdk ii
Modul 5 kdk iiModul 5 kdk ii
Modul 5 kdk ii
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
 
Modul 6 cetak
Modul 6 cetakModul 6 cetak
Modul 6 cetak
 
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif KebidananKB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
 
M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
 
7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal
 
Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 

Recently uploaded (20)

ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 

MTBS-MTBM

  • 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 RAHAYU BUDI UTAMI Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) ASKEB KOMUNITAS MODUL PRAKTIKUM SEMESTER 5 Petunjuk Praktikum Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Segala Puji Bagi Allah SWT atas Limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga penyusunan Petunjuk Praktikum MTBS ini dapat terselesaikan dengan baik. Petunjuk praktikum Penyelenggaraan Posyandu ini merupakan salah satu modul praktikum asuhan kebidanan komunitas yang disusun dengan tujuan untuk media pembelajaran praktik laboratorium Program Studi D III Kebidanan khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh dengan latar belakang DI Kebidanan pada daerah perbatasan dan kepulauan. Petunjuk praktikum posyandu ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia Ibu dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H 2. Kepala Pusdiklatnakes Kemenkes RI, dr Donald Pardede, MPPM beserta jajarannya. 3. Pengelola Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) yang memberikan dukungan dalam pembuatan modul 4. Dra. Asih Priati selaku Fasilitator dalam pembuatan modul ini 5. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan petunjuk praktikum MTBS ini. Pontianak, Maret 2014 Penulis Gambar : Bayi Sakit
  • 3. ii Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii Pendahuluan 1 Kegiatan Belajar I : MTBS 7 Kegiatan Belajar II : MTBM 63 Daftar Pustaka 99 Penutup 100 Praktikum Akhir Mahasiswa 101 Daftar Gambar 111
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan Selamat berjumpa kembali para mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh D3 Kebidanan. Kita bertemu kembali pada kesempatan kali ini untuk membahas modul praktikum asuhan kebidanan komunitas. Ini merupakan modul terakhir dari rangkaian 4 modul praktikum Asuhan Kebidanan Komunitas yang harus Anda kuasai dalam 1 semester ini. Pada modul praktikum yang telah lalu Anda telah menguasai petunjuk pelaksanaan un- tuk mendeteksi dini tumbuh kembang bayi, membuat PWS-KIA dan menyelenggarakan Posyandu. Pada modul ini, Anda akan diberikan petunjuk bagaimana melakukan asu- han kebidanan pada bayi dan balita di komunitas menggunakan MTBS. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam ket- rampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memper- baiki dukungan psikososial (Soenarto, 2009). Berdasarkan alasan tersebut, muncullah program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit terse- but dan konseling yang diberikan. (Wijaya, 2009). MTBS mengintegrasikan perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus, praktek kesehatan oleh keluarga dan masyarakat, dan hak anak (Soenarto, 2009). Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri atas klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali. Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu: meningkat- kan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit, memper- baiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam per- awatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan kesehatan. Pengeta- huan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan kesehatan dalam penerapan MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai keberhasilan MTBS dalam meningkatkan de- rajat kesehatan anak khususnya balita.Bidan sebagai salah satu petugas pelayanan kes- ehatan perlu memiliki pemahaman di atas. Oleh karena itu, dibuatlah modul ini untuk membantu Anda dalam memahami MTBS sehingga Anda dapat menjadi seorang bidan yang bekerja dengan baik di komunitas. Modul ini merupakan modul terakhir dari 4 modul praktikum yang dibuat untuk menun- jang pembelajaran Anda dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Dalam mod- ul ada dua kegiatan belajar yang harus Anda kuasai, yaitu: Kegiatan Belajar 1: MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Kegiatan Belajar 2: MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 2 PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU PRAKTIKUM Proses pembelajaran untuk Buku Petunjuk Praktikum 1 dapat berjalan lancar apa- bila Anda mengikuti langkah belajar sebagai berikut : 1. Pahami dulu berbagai kegiatan penting dalam modul mulai tahap awal sampai tahap akhir 2. Lakukan teknik yang tertera dalam kegiatan belajar sesuai dengan daftar tilik yang telah tersedia. 3. Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata kuliah asuhan kebidanan komunitas ini sangat tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerja- kan praktikum. Untuk itu berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat Anda 4. Bila anda menemui kesulitan, silahkan hubungan instruktur / pembimbing yang mengajar pada mata kuliah ini. JUMLAH ALOKASI WAKTU: Pada praktik klinik ini jumlah SKS yang ditempuh adalah 2 SKS, dimana 1 SKS setara dengan 32 jam efektif untuk tutorial di laboratorium sampai dengan evaluasi. Ket- erampilan yang terdapat di dalam buku petunjuk praktikum MTBS ini harus Anda kuasai dalam waktu 8 jam. Pembagian jam pertemuan disusun sebagai berikut : 1. Tutorial dengan pembimbing atau instruktur, 3 jam efektif 2. Praktikum mandiri dan berkelompok di laboratorium, 3 jam efektif 3. Evaluasi keterampilan untuk 2 teknik praktikum MTBS, 2 jam efektif. Jadwal pelaksanaan praktikum ini dilakukan setelah pemberian materi asuhan ke- bidanan komunitas selesai diberikan. PEMBIMBING PRAKTIK: Anda selama di laboratorium akan dibimbing oleh pembimbing laboratorium. Pem- bimbing laboratorium ditunjuk dan ditetapkan dengan latar belakang pendidikan minimal DIII Kebidanan dan berpengalaman diklinik minimal 2 tahun. TEKNIS BIMBINGAN: Sebelum melakukan praktikum di laboratorium maka Anda harus perhatikan alur kerja seperti di bawah ini : 1. Pada awal perkuliahan yang Anda lakukan adalah menemui pembimbing atau instruktur untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas, dan menyepakati/ menyamakan persepsi tugas-tugas yang akan Anda lakukan selama 1 semester 2. Pada saat kontrak program perkuliahan, Anda akan diberikan 4 modul teori yang harus Anda kuasai dalam waktu 16 jam, setelah membaca modul teori tersebut,
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 maka Anda akan mulai untuk belajar praktikum di laboratorium pada waktu yang telah disepakati, untuk latihan melakukan tindakan – tindakan apa saja yang per- lu untuk dikuasai sebagai bidan professional dalam rangka memberikan asuhan kebidanan komunitas. 3. Setelah mendapat daftar tilik, maka sie pendidikan untuk mata kuliah ini men- datangi ruang alat laboratorium untuk mengisi kontrak peminjaman ruang dan alat pada petugas laboratorium. 4. Setelah mengisi buku peminjaman, petugas laboratorium melakukan verifikasi data untuk menilai kebenaran data yang diisi. 5. Petugas laboratorium menyiapkan alat yang diperlukan dalam kurun waktu 2 x 24 jam dan melakukan cross check kelengkapan alat yang dibutuhkan. 6. Apabila alat sudah lengkap, maka alat dibawa ke ruang praktikum dan digu- nakan sampai dengan batas waktu peminjaman atau batas waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak program diatas. 7. Setelah dilakukan praktikum oleh mahasiswa, maka alat dikembalikan ke ruang alat lab setelah sebelumnya di cek oleh petugas lab. 8. Apabila ditemukan alatnya rusak atau hilang, maka Anda harus mengganti alat yang rusak atau hilang tersebut. 9. Apabila alat yang dikembalikan telah lengkap, maka petugas lab menyimpannya di tempat yang sesuai. TEKNIS PRAKTIKUM : Sebelum melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, maka hal – hal yang harus Anda perhatikan adalah sebagai berikut : 1. Bacalah penjelasan yang tertera di dalam buku petunjuk praktikum 1, 2, 3 den- gan baik 2. Sebelum memulai untuk melakukan praktikum, maka Anda akan dipandu oleh pembimbing laboratorium atau instruktur, langkah demi langkah pelaksanaan praktikum ini. 3. Anda dapat menggunakan video praktikum, sebagai alat bantu pembelajaran (jika ada) 4. Setelah diberikan penjelasan dan dilakukan demo oleh pembimbing, maka Anda dapat berdiskusi dan mengevaluasi langkah – langkah yang telah di praktikkan sampai semua langkah jelas dan dapat dimengerti. 5. Anda dapat melakukan praktikum setiap perasat yang ada sendiri – sendiri dan didampingi oleh instruktur atau pembimbing menggunakan phantom yang ada di laboratorium. 6. Setelah melakukan praktikum secara mandiri, pembimbing melakukan diskusi dan evaluasi menggunakan daftar tilik yang ada. 7. Apabila setelah di evaluasi, Anda mendapat skor atau nilai diatas nilai batas lulus, maka Anda dinyatakan telah melaksanakan praktikum dan boleh untuk melaku- kan secara mandiri kepada pasien di lahan praktik. Akan tetapi, apabila, Anda belum mendapatkan skor yang cukup, maka Anda harus mengulang melakukan praktikum secara mandiri lagi.
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 4
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 5
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 6 PENILAIAN: Penilaian mata kuliah asuhan kebidanan Komunitas meliputi penilaian tes sumatif yang akan diadakan di akhir semester dan tes praktikum sebelum Anda turun ke la- han praktik. Sehingga penilaian tidak saja berupa materi askeb komunitas tapi juga kemahiran Anda dalam melakukan tindakan praktik sesuai dengan daftar tilik dari setiap perasat. Nilai batas lulus mahasiswa dalam pembelajaran praktikum adalah 3 dengan lambang mutu B. Pada buku petunjuk praktikum penyelenggaraan po- syandu ini, Anda akan dievaluasi oleh instruktur atau pembimbing untuk praktikum MTBS pada hari terakhir praktikum. TATA TERTIB Selama Anda menjalankan praktikum ini, wajib mentaati tata tertib yang ada, an- tara lain: 1. Wajib mentaati peraturan yang berlaku di laboratorium 2. Peminjaman alat maksimal 3 x 24 jam sebelum tindakan untuk mempersiapkan setting tempat. 3. Kehadiran harus sesuai jadwal yang ditetapkan petugas lab 4. Kehadiran praktik 100%, bila tidak hadir wajib mengganti praktikum dengan per- setujuan pembimbing prodi. 5. Setiap kali datang ke laboratorium wajib menandatangani daftar hadir. 6. Bila ada halangan tidak bisa hadir pada jadwal praktikum ini, maka harus me- minta ijin kepada pembimbing akademik. Bila sakit harus ada surat keterangan dokter, bila ijin kepentingan lain harus melapor terlebih dulu pada penanggung jawab laboratorium. 7. Apabila alat atau phantom yang digunakan rusak karena kelalaian, maka wajib harus diganti. 8. Apabila setelah waktu praktikum, nilai yang didapat belum mencapai nilai batas lulus, maka Anda harus mengulang praktikum di laboratorium sebelum mengi- kuti praktik klinik di lahan praktik. Baiklah, selamat berlatih, semoga Anda mahir dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas, untuk bekal bertugas menjadi bidan yang profesional.
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 Kegiatan Belajar 1 Tujuan Pembelajaran Umum Waktu 120 menit (2 JAM) Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar I. Dalam Kegiatan Belajar I ini Anda akan mem- pelajari tentang bagaimana melakukan asuhan kepada balita sakit menggunakan pe- doman MTBS, materi ini pernah Anda bahas sebelumnya pada Modul teori yang keem- pat, kali ini kita akan membahas lebih rinci tentang MTBS. Penguasaan Anda terhadap materi Modul Praktikum Pertama juga akan diuji disini. Permasalahan tingginya angka kematian bayi dan balita harus segera ditangani salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi, dan anak balita. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) mulai mengembangkan cara yang cukup efektif serta dapat dikerjakan untuk mencegah sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita, yakni melalui program “Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)” atau dikenal sebagai program Manajemen Ter- padu Balita Sakit (MTBS) untuk diterapkan dan direplikasikan di negara-negara yang mempunyai AKB di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Hal inilah yang menyebabkan WHO merekomendasikan untuk melaksanakan program MTBS yang diadaptasikan ses- uai dengan permasalahan kesehatan bayi dan balita di Indonesia. Indonesia telah men- gadopsi pendekatan MTBS sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai tahun 1997. Di dalam model MTBS pemberi pelayanan adalah Puskesmas. Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 1 diharapkan Anda mampu untuk melak- sanakan tatalaksana balita saki menggunakan MTBS Di akhir kegiatan belajar satu, Anda diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan pengertian MTBS 2. Menjelaskan tujuan MTBS 3. Menjelaskan Ruang Lingkup MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Tujuan Pembelajaran Khusus
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 8 Pokok - Pokok Materi Untuk dapat melaksanakan kegiatan Posyandu, berikut materi yang harus Anda pela- jari: 1. Pengertian MTBS 2. Tujuan MTBS 3. Ruang Lingkup MTBS 4. Pelaksanaan MTBS
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Uraian Materi Masih ingatkah Anda tentang pengertian MTBS? Apa tujuannya? Bagaimana melakukan tatalaksana pada seorang balita sakit yang datang ke Puskesmas menggunakan MTBS? Untuk menyegarkan kembali ingatan Anda, berikut akan kita bahas kembali sedikit ma- teri tentang MTBS. 1. Pengertian MTBS MTBS merupakan metode yang digunakan oleh petugas Puskesmas dalam melaku- kan tatalaksana terhadap balita sakit. MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan ka- pan kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program keseha- tan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak usia 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). Pada kegiatan belajar yang pertama ini kita akam membahas tentang tatalaksana balita sakit pada kelompok usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. sebelumnya kita bahas dulu apa itu MTBS? Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu ma- najemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai be- berapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun pen- anganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. APA YANG DIMAKSUD ?
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 10 MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan. WHO dan UNICEF mulai mengembangkan strategi pada tahun 1992, dan saat ini ada lebih dari 100 negara di seluruh dun- ia telah mengadopsinya. Implementasi dari strategi MTBS memberikan hasil yang mengesankan, baik dalam mengurangi mortalitas maupoun dalam meningkatkan kualitas hidup balita di seluruh dunia 2. Tujuan MTBS Ada beberapa alasan tertentu yang membuat pemerintah membuat suatu pendeka- tan balita sakit menggunakan MTBS karena MTBS dibuat dengan tujuan: 1. Meningkatkan keterampilan petugas 2. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul 3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah 4. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit 5. Memperbaiki sistem kesehatan 6. Menurunkansecara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penya- kit tersering pada balita. 7. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak. 3. Manfaat MTBS Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka ke- sakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti puskesmas. World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat: 1. Menurunkan angka kematian balita, 2. Memperbaiki status gizi, 3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, 4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan, 5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. 4. Ruang Lingkup MTBS Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemer- iksaan fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatutindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai warna dasar, yaitu
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di pe- layanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai dengan urutan kepara- han penyakit. Tiap klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk mem- berikan obat dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupunkembali untuk tindak lanjut. 5. Pelaksanaan MTBS (Kelompok Usia 2 Bulan – 5 Tahun) Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS. Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kes- ehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, ada 5 prinsip pokok dalam tata laksanana balita sakit yang harus dilaksanakan dalam MTBS, yaitu penilaian dan klasifikasi, menentukan tindakan, memberi pengobatan, konseling bagi ibu dan ter- akhir tindak lanjut. Ada beberapa langkah penilaian yang dilakukan, berikut akan di- bahas dengan lebih rinci penatalaksanaan berbagai klasifikasi berdasarkan 5 prinsip pokok di atas: 1. Menanyakan kepada Ibu tentang Masalah Anak Ini merupakan langkah pertama penilaian dalam MTBS. Ketika seorang ibu mem- bawa anaknya kepada Anda, sangat penting untuk melakukan komunikasi yang baik dengan ibu. Anda mungkin harus mengobati anak nantinya. Anda akan memberi nasehat kepada ibu dan mengajari tentang cara merawat anak di ru- mah. Dengan demikian, komunikasi yang baik dengan ibu sangat penting dilaku- kan sejak awal kunjungan. Berikut ruang lingkup MTBS untuk kelompok usia 2 bulan – 5 tahun: 1. Penilaian dan klasifikasi 2. Menentukan tindakan pada anak 3. Memberi pengobatan 4. Konseling bagi Ibu 5. Pemecahan masalah dan pelayanan tindak lanjut
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 12 Beberapa teknik sederhana akan membantu Anda agar lebih efektif pada saat menghadapi ibu dan anaknya yang sakit. Sambut ibu den- gan baik tanpa terburu-buru dan mintalah ibu untuk duduk bersama anaknya. Upayakan untuk: 1. Menghindari penggunaan kata yang menghakimi ibu dan anak seperti “salah” atau “jelek” 2. Duduk dengan kepala Anda sejajar dengan kepala Ibu 3. Melihat ibu dan memberi perhatian saat ibu berbicara 4. Menghilangkan halangan (meja atau buku) antara Anda dan Ibu 5. Membuat Ibu merasa bahwa Anda punya waktu untuk menden- garkan Dalam menilai masalah anak, penting untuk memeriksa apakah berat badan dan suhu badan anak suhu dicatat. Jika belum, tunggu sampai setelah Anda membuat penilaian dan klasifikasi gejala utama anak. Selanjutnya timbang anak dan ukur suhunya. Jangan melepas baju anak atau mengganggu anak pada tahap ini. Tanyakan kepada ibu apa saja masalah anak. Alasan penting diajukannya per- tanyaan ini adalah untuk mengawali berkomunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik memberikan jaminan kepada ibu bahwa anaknya akan mendapat perawatan yang baik. Pada bagian akhir dari kunjungan, Anda akan mengajari dan mansehati ibu tentang perawatan anaknya di rumah. Hal ini akan mudah bagi Anda bila sejak awal Anda mampu berkomunikasi secara baik dengan ibu. Tentukan apakah kali ini merupakan kunjungan pertama atau merupakan kun- jungan ulang untuk masalah tersebut. 1). Jika merupakan kunjungan pertama dari episode penyakit tersebut, berarti Anda perlu mengikuti prosedur tatalaksana kasus dengan MTBS untuk me- nilai dan mengklasifikasikan anak. 2). Jika anak telah datang beberapa hari sebelumnya untuk penyakit yang sama, berarti nerupakan kunjungan ulang. Tujuan kunjungan ulang ada- lah untuk mengetahui apakah pengobatan yang diberikan saat kunjungan pertama memberikan hasil. Jika keadaan anak tidak membaik atau keadaan- nya memburuk, mungkin Anda perlu merujuk anak atau mengganti pengo- batannya. Untuk lebih memahami cara menanyakan kepada ibu masalah anaknya, perha- tikan petunjuk praktikum berikut:
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 MENANYAKAN MASALAH ANAK 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Ukur suhu anak 6. Tanyakan kepada ibu masalah anaknya Perhatikan: • Sikap: kepala ibu dan petugas sejajar • Kontak mata: petugas kesehatan menatap ibu dan memperhatikan ibu saat bicara • Tanpa halangan: tidak ada yang menghalangi (meja atau buku) antara petugas dan ibu 7. Tanyakan kepada ibu status kunjungan anak (Kunjungan pertama/ ulang). Jika kunjungan ulang, penatalaksanaan dapat Anda lihat pada bagan “Pelayanan Tindak Lanjut” pada Modul MTBS 8. Dokumentasi pada Formulir Pencatatan MTBS Untuk pendokumentasian, dapat Anda lihat pada contoh kasus berikut: Contoh Kasus: Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan- nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama 2. Memeriksa Tanda Bahaya Umum Langkah kedua setelah menanyakan kepada ibu masalah anaknya adalah me- meriksa tanda bahaya umum. Tanda bahaya umum harus diperiksa pada semua anak sakit pada semua kelompok usia. Seorang anak dengan tanda bahaya umum membutuhkan rujukan segera ke Ru- mah Sakit. Jika Anda menemukan tanda bahaya pada saat penilaian, Anda harus segera menyelesaikan sisa penilaian dengan cepat. Jikaanak harus dirujuk< Anda harus segera memberikan tindakan pra-rujukan. Perhatikan langkah praktikum berikut: Tanda bahaya umum anak: 1. Anak tidak bisa minum atau menyusu 2. Anak memuntahkan semua 3. Anak kejang selama sakit atau kejang saat ini 4. Anak letargis atau tidak sadar
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 14 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Mulai memeriksa tanda bahaya umum: 7. Tanyakan “Apakah anak bisa minum atau menyusu?” 8. Jika Anda tidak yakin dengan jawaban ibu, mintalah ibu untuk memberikan air matang atau ASI, perhatikan apakah anak menelan air tersebut 9. Tanyakan “Apakah anak memuntahkan semuanya?” 10. Jika Anda tidak yakin dengan jawaban ibu, minta ibu untuk memberi anak minum. Jika anak memuntahkan kembali apa yang ibu berikan, berarti anak mengalami tanda bahaya 11. Tanyakan “Apakah anak kejang selama sakit?” sambil melihat apakah saat ini anak sedang kejang MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM Ingat: Seorang anak mungkin mengalami kesulitan mengisap keti- ka hidungnya buntu. Jika hidung buntu, bersihkan, jika anak bisa minum setelahnya berarti anak tidak mempunyai tanda bahaya “tidak bisa minum atau menyusu” “Memuntahkan semua” berarti anak sama sekali tidak mampu menelan makanan, cairan atau obat oral. Seorang anak yang muntah beberapa kali tapi masih bisa menelan sedikit cairan ti- dak mempunyai tanda bahaya umum ini.
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Kejang bisa disebabkan oleh demam. Dalam hal ini, biasanya tidak terlalu menakutkan bagi ibu. Akan tetapi berkaitan dengan meningitis, malaria sere- bral atau kondisi mengancam jiwa lainnya. Semua anak dengan kejang saat ini atau pernah kejang selama sakit harus dianggap sakit berat. 12. Lihat “Apakah anak letargis atau tidak sadar?” Seorang anak yang letargis atau tidak sadar sangat mungkin sakit berat. Tan- da ini berhubungan dengan berbagai kondisi. Seorang anak yang letargis tidak aktif dan terjaga seperti seharusnya. Anak terlihat mengantuk dan ti- dak peduli terhadap sekitarnya atau tidak bereaksi secara normal terhadap bunyi atau gerakan. Seringkali anak yang letargis tidak melihat kea rah ibun- ya atau memperhatikan wajah Anda ketika Anda bicara. Anak mungkin me- natap kosong dan tidak terlihat peduli dengan kejadian diselilingnya. Seorang anak yang tidak sadar, tidak bisa dibangunkan. Anak tidak bereaksi ketika dipegang, digoyang atau diajak berbicara. 13. Jika Anak mengalami salah satu atau lebih tanda bahaya umum selesaikan penilaian SEGERA kemudian rujuk 14. Dokumentasikan hasil kegiatan pada Format Pencatatan MTBS. Lihat contoh. Contoh Kasus: Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan- nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama Petugas kesehatan memeriksa apakah Ina mempunyai tanda bahaya umum. Ibu berkata bahwa Ina bisa minum dan tidak muntah. Dia tidak kejang selama sakit ini maupun saat ini. Petugas bertanya, “Apakah Ina tampak mengantuk secara tidak biasa” Ibu menjawab “Ya”. Petugas bertepuk tangan dan meminta ibu untuk menggoyang anaknya. Ina membuka matanya tetapi tidak melihat ke sekeliling- nya. Petugas kesehatan bicara pada Ina, akan tetapi anak itu tidak memperhati- kan wajah petugas. Ina menatap dengan kosong dan terlihat tidak peduli terha- dap apa yang terjadi di sekelilingnya 3. Menilai Batuk atau Sukar Bernapas Batuk atau sukar bernapas, merupakan penilaian tahap ketiga dari MTBS. Pada semua anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak batuk atau sukar berna- pas?” Jika ibu menjawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu men- jawab “YA” lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN. Pada saat kejang, tangan dan kaki anak kaku karena ototnya berkontraksi. Anak bisa kehilangan kesadaran atau tidak bisa bereaksi terhadap perintah Ingat: Jika anak sedang tidur dan menderita batuk atau sukar bernapas, terlebih dahulu hitung frekuensi napasnya per menit sebelum Anda mencoba membangunkan anak.
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 16 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, dan obat untuk MTBS terlampir 2.. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum 7. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” 8. Jika “YA”, maka tanyakan berapa lama anak menderita batuk atau sukar ber- napas. Jika “TIDAK” JANGAN LAKUKAN PENILAIAN! 9. Buka baju anak pada daerah dada 10. Hitung napas anak dalam 1 menit MENILAI BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS Sukar bernapas artinya setiap pola pernapasan yang tidak biasa. Ibu menyebut hal ini dengan berbagai istilah. Mungkin ibu men- gatakan bahwa pernapasan anaknya “cepat” atau “berbunyi” atau “tersengal-sengal”. Ketika Anda bertanya kepada ibu apakah anak- nya batu atau sukar bernapas dan ibu mengatakan “TIDAK”, perha- tikan apakah menurut Anda anak batuk atau sukar bernapas Catatan: 1. Anda harus menghitung napas anak selama satu menit untuk menen- tukan apakah anak napas cepat 2. Anak harus tenang ketika Anda mengamati dan mendengarkan per- napasannya 3. Batas napas cepat (titik dimana pernapasan dianggap cepat) tergan- tung pada anak. Frekuensi pernapasan normal lebih tinggi pada anak yang lebih muda
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 11. Lihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada anak Tarikan dinding dada terjadi ketika upaya anak untuk menarik napas, jauh lebih besar dibanding normal. Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas. Jika terdapat tarikan dinding dada, dinding dada bagian bawah tertarik ke dalam ketika anak menarik napas. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (gerakan ke dalam dari struktur tulang dari dinding dada ketika anak menarik napas) merupakan indicator dari pneumonia berat. Hal ini lebih spesifik disbanding tarikan interkostal, yang meliputi jaringan lunak di antara tulang lunak diantara tulang iga tanpa keterlibatan dari struktur tulang dari dinding dada. 12. Lihat dan dengarkan stridor Stridor adalah suara kasar yang timbul saat anak menarik napas. Stridor ter- jadi karena terdapat pembengkakan laring, trakea atau epiglottis. Keadaan ini biasa disebut croup. Pembengkakan ini mempengaruhi aliran udara ke paru. Keadaan ini dapat mengancam jiwa jika pembengkakan menyebab- kan tersumbatnya saluran udara. Seorang anak dengan stridor ketika dalam keadaan tenang berarti dalam kondisi bahaya. 13. Klasifikasikan anak batuk atau sukar bernapas (Lihat Bagan MTBS) Catatan: Tarikan dinding dada dianggap ada jika terlihat dengan jelas dan terjadi terus menerus. Jika Anda melihat tarikan dinding dada hanya jika anak menangis atau sedang makan berarti anak tidak mempunyai tarikan dind- ing dada Jika hanya jaringan lunak di anatar iga yang tertarik ke dalam ketika anak menarik napas (tarikan atau retraksi enterkostal), berarti nak tidak mem- punyai tarikan dinding dada. Dalam penilaian ini, tarikan dinding dada berarti tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak termasuk tarikan interkostal Catatan: 1. Perhatikan saat anak menarik napas untuk mendengarkan stridor 2. Dengarkan stridor saat anak menarik napas. Letakkan telinga Anda ke dekat mulut karena mungkin stridor sulit didengar 3. Kadang akan terdengar suara basah jika hidung anak tersumbat. Bersihkan hidung anak den dengarkan lagi. Seorang anak tampak sakit ringan, mungkin mempunyai stridor hanya jika menangis atau takut/ kaget. Pastikan untuk melihat dan mendengar stridor ketika anak tenang
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 18 14. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 15. Dokumentasikan hasil kegiatan pada format Pencatatan MTBS. Lihat con- toh.
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 19 `Contoh Kasus: Ina usia 15 bulan, Berat badannya 15 kg, Panjang badannya 67 cm. Suhu badan- nya 37,5oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Ina batuk selama 6 hari dan dia sukar bernapas”. Ini merupakan kunjungan pertama Petugas kesehatan memeriksa apakah Ina mempunyai tanda bahaya umum. Ina letargis atau tidak sadar. Petugas meminta ibu untuk membuykapakaian Ina dan selanjutnya menghitung frekuensi napas anak selama satu menit. Frekuensi napas 41 kali/menit. Petugas tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam dan tidak mendengar adanya stri- dor 4. Menilai Diare Diare adalah buang air besar (BAB) yang cair. Buang air besar yang sering tapi nor- mal bukanlah diare. Jumlah BAB normal per hari berbeda tergantung makanan dan usia anak. Di beberapa Negara diare didefinisikan sebagai BAB cair seban- yak tiga kali atau lebih dalam 24 jam. BAB sering dialami oleh balita. Penilaian diare merupakan penilaian tahap keempat dari MTBS. Pada SEMUA anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak ibu diare/ mencret?” Jika ibu menjawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu menjawab “YA” lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum 7. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” Jika Ibu menjawab ”YA”, lakukan penilaian batuk atau sukar bernapas terlebih dahulu. Jika “TIDAK” jangan lakukan penilaian, lanjut ke pertanyaan berikutnya 8. Tanyakan “Apakah anak ibu diare/ mencret?”. Jika Ibu menjawab “YA” lakukan penilaian diare, jika “TIDAK” jangan lakukan penilaian, lanjut ke pertanyaan berikutnya 9. Tanyakan “Berapa lama anak diare?” 10. Tanyakan “Adakah darah dalam tinja?” Jika ada darah dalam tinja, berarti anak disentri. 11. Lihat keadaan umum anak Jika seorang anak mengalami dehidrasi, pertama-tama dia akan gelisah dan rewel. Jika dehidrasi berlanjut, anak menjadi letargis atau tidak sadar (tanda bahaya umum) 12. Lihat apakah matanya cekung MENILAI BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 20 13. Beri anak minum Dikatakan tidak bisa minum: jika anak tidak bisa memasukkan cairan ke da- lam mulut dan menelannya. Contohnya pada anak letargis Dikatakan malas minum: jika anak lemah atau tidak minum tanpa bantuan Dikatakan minum dengan lahap, haus: jika jelas anak ingin minum. Apabila anak minum hanya karena desakan berarti anak tidak mempunyai tanda “mi- num dengan lahap, haus” 14. Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor kulit 15. Klasifikasikan diare anak (Lihat Bagan MTBS) Catatan: Pada anak dengan gizi buruk yang sangat kurus (marasmus), mungkin matanya selalu telihat cekung, walaupun anak tidak menderita dehidrasi. Walaupun tanda “mata cekung” kurang dapat dipercaya pada anak yang sangat kurus, akan tetapi tetap dapat digunakan untuk mengklasifikasikan dehidrasi anak Catatan: 1. Pilih lokasi pada perut anak di pertengahan antara pusar dan sisi pe- rut 2. Gunakan ibu jari dan telunjuk Anda, jangan menggunakan kuku 3. Posisikan tangan sehingga ketika Anda mencubit kulit perut, lipatan kulit berada sejajar tubuh anak dan tidak melintang terhadap tubuh anak 4. Cubit seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya selama 1 detik, kemudian lepaskan, lihat berapa lama lipatan kulit kembali a. Sangat lambat : lebih dari 2 detik b. Lambat : kulit masih terlihat di atas walaupu sekejap c. Segera
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 21 16. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS)
  • 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 22 Lihat RENCANA TERAPI A, B dan C pada bagian “PEMBERIAN CAIRAN TAM- BAHAN UNTUK DIARE” dalam Bagan MTBS
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 23 17. Dokumentasikan hasil kegiatan pada format Pencatatan MTBS. Lihat contoh. Contoh Kasus: Petugas bertanya pada seorang anak sakit yang datang ke Puskesmas. Saat di- tanya “Apakah anak diare?” Ibu menjawab “Ya, selama 3 hari. Tidak ada darah dalam tinja. Mata anak terlihat cekung dan saat petuga bertanya “Apakah ibu memperhatikan ada yang berbeda pada amata anaknya?” Ibu menjawab “Ya”. Ketika anak diberi minum, anak tidak mau minum. Cubitan dinding perut anak kembali lambat. 5. Menilai Demam Demam merupakan kondisi yang sering dijumpai. Demam biasanya merupakan penyebab utama untuk membawa anak ke Puskesmas. Penyebab tersering ada- lah infeksi ringan, akan tetapi bisa merupakan tanda paling nyata dari suatu pen- yakit yang ,mengancam jiwa, terutama malaria atau infeksi berat lain, termasuk meningitis, demam dengue, demam tifoid dan campak. Penilaian demam merupakan penilaian tahap kelima dari MTBS. Pada SEMUA anak sakit tanyakan kepada ibunya “Apakah anak ibu demam?” Jika ibu men- jawab “TIDAK”, JANGAN MELAKUKAN PENILAIAN. Jika ibu menjawab “YA” lakukan PENILAIAN dan KLASIFIKASIKAN. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum 7. Jika anak batu atau sukar bernapas atau diare, lakukan penilai kedua hal tersebut terlebih dahulu. Jika tidak lanjut ke pertanyaan berikutnya. 8. Tanyakan “Apakah anak demam?”. Penilaian demam dilakukan jika ibu men- jawab “YA” atau anak teraba panas atau suhu aksila ≥37,5oC 9. Tentukan daerah risiko malaria (Ilihat Bagan MTBS) 10. Jika risiko rendah/ tanpa risiko malaria, tanyakan “Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir?” Jika ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi. 11. Ambil sediaan darah (untuk daerah risiko rendah/ tinggi), lakukan RDT (be- lum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) atau periksa mikroskopis darah (jika RDT pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) MENILAI DEMAM
  • 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 24 12. Tanyakan sudah berapa lama anak demam Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari. 13. Tanyakan pernah tidaknya mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu tera- khir. 14. Lihat dan raba adanya kaku kuduk 15. Lihat adanya pilek 16. Tanyakan apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir. Jika ya, lihat adanya luka di mulut, nanah pada mata atau kekeruhan pada kornea sebagai tanda infeksi yang merupakan komplikasi campak Lihat tanda yang mengarah ke campak saat ini Untuk mengklasifikasikan seorang anak menderita campak, maka seorang anak demam harus mempunyai ruam kemerahan yang menyeluruh dan minimal satu dari tanda berikut: batuk/ pilek/ mata merah. Ruam pada campak tidak mempunyai vesikel atau pustule. Ruam ini tidak ga- tal. Ruam berawal dari belakang telinga dan leher. Selanjutnya, menyebar ke daerah wajah lalu bagian tubuh lain, lengan dan kaki. Setelah 4-5 hari ruam mulai menghilang dan kulit mengelupas. 17. Periksa penyebab lain yang nyata dari demam, seperti luka bakar atau abses 18. Klasifikasikan Malaria anak (Lihat Bagan MTBS) Jika sudah pernah, penanganannya anak demam dengan malaria dilaku- kan seperti kunjungan ulang Catatan: Kaku kuduk mungkin merupakan tanda meningitis, malaria serebral atau penyakit tumor berat dengan demam lainnya yang membutuhkan pen- gobatan segera dengan suntikan antibiotic dan rujukan ke rumah sakit. 1. Jika anak dapat menggerakkan dan menundukkan lehernya, anak ti- dak mempunyai kaku kuduk 2. Jika Anda tidak yakin, tarik perhatian anak ke jari kakinya atau pusar, lihat dapatkah anak menundukkan kepalanya 3. Jika Anda masih tidak yakin, mintalah anak berbaring telentang dan tundukkan kepala anak dengan hati-hati ke depan ke arah dada anak
  • 28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 25
  • 29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 26 19. Berikan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit anak (Lihat Bagan MTBS) Lihat “Pemberian antibiotik”, “Pemberian Parasetamol”, “Kapan Harus Kembali Segera”, pada Bagan MTBS
  • 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 27 20. Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, klasifikasikan Campak pada anak (Lihat Bagan MTBS) 21. Berikan tindakan sesuai dengan klasifikasi campak Lihat “Dosis Vitamin A”, “Pemberian antibiotik”, “Pemberian tetes mata” dan “Pemberian gentian violet” pada Bagan MTBS
  • 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 28 22. Untuk anak demam 2-7 hari lakukan penilaian tambahan untuk DBD (Demam Berdarah Dengue) a. Tanyakan apakah demam mendadak tinggi dan terus menerus? b. Tanyakan adakah bintik merah atau perdarahan dari hidung atau gusi c. Tanyakan apakah anak muntah, seberapa sering, dengan darah atau sep- erti kopi d. Tanyakan apakah berak berwarna hitam e. Tanyakan apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah f. Periksa tanda-tanda syok (ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi san- gat lemah/ tidak teraba) f. Lihat adakah perdarahan dari hidung/ gusi g. Adakah bintik perdarahan di kulit (petekie). Lakukan uji tornikuet jika mungkin. h. Klasifikasikan DBD Anak i. Berikan tindakan sesuai dengan jenis klasifikasi DBD (Lihat Bagan MTBS)
  • 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 29 6. Menilai Masalah Telinga Seorang anak dengan masalah telinga mungkin menderita mastoiditis, infeksi telinga akut atau kronis. Infeksi telinga jarang menyebabkan kematian. Walau- pun demikian, infeksi telinga dapat menyebabkan sakit selama beberapa hari ada anak. Infeksi telinga merupakan penyebab utama dari ketulian di negara berkembang, dan ketulian menyebabkan masalah dalam belajar di sekolah. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak Lihat Pemberian Parasetamol pada Bagan MTBS MENILAI MASALAH TELINGA
  • 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 30 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum 7. Jika anak batuk atau sukar bernapas atau diare atau demam, lakukan pe- nilaian ketiga hal tersebut terlebih dahulu. Jika tidak lanjut ke pertanyaan berikutnya. 8. Tanyakan “Apakah anak ibu mempunyai masalah telinga?” Jika “Ya” lakukan penilaian terhadap masalah telinga 9. Tanyakan “Adakah cairan/ nanah keluar dari telinga?” Jika “Ya” berapa lama? Lihat telinga anak. 10. Raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga Seorang anak dengan masalah telinga mungkin menderita mastoiditis. Ini merupakan infeksi dari lubang udara dari tulang mastoid. Mastoiditis terja- di akibat penyebaran infeksi dari telinga tengah. Jika anak merasa nyeri ke- tika anda menekan tulang mastoid, bisa diperkirakan bahwa infeksi sudah menyebar ke lubang mastoid. Oleh karena itu, seorang anak dengan pem- bengkakan yang nyeri di belakang telinga (pada bayi, pembengkakan mun- gkin terjadi di atas telinga) diklasifikasikan sebagai mastoiditis. 11. Klasifikasikan masalah telinga anak (Lihat Bagan MTBS)
  • 34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 31 12. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat (Lihat Bagan MTBS) 13. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS. Lihat Contoh Contoh Kasus: Mira berusia 3 tahun. Berat badannya 13 kg. Suhu badannya 37.5 °C. Ibunya datang ke klinik karena Mira teraba demam selama 2 hari. Mira menangis sema- laman dan mengeluh telinganya sakit. Petugas kesehatan memeriksa dan tidak mendapatkan tanda bahaya umum. Mira tidak batuk atau sukar bernapas dan tidak diare. Daerahnya merupakan daerah dengan risiko tinggi malaria. Demamnya dikla- sifikasikan sebagai MALARIA. Tidak ditemukan tanda yang mengarah ke Cam- pak atau DBD. Selanjutnya petugas kesehatan bertanya tentang masalah telinga dari Mira. Ibu mengatakan bahwa dia yakin Mira mempunyai nyeri telinga. Anak menangis hampir sepanjang malam karena telinganya sakit. Tidak ada cairan/ Lihat “Pemberian antibiotik”, “Pemberian Parasetamol” dan “Mengeringkan telinga dengan bahan penyerap” pada Bagan MTBS
  • 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 32 nanah keluar dari telinga dan petugas kesehatan juga tidak melihat hal itu. Petu- gas meraba bagian belakang telinga anak dan tidak menemukan pembengkakan yang nyeri. 7. Memeriksa Status Gizi dan anemia Anak mungkin tidak mempunyai keluhan spesifik yang mengarah ke keadaan ku- rang gizi atau anemia. Kalaupun ada, biasanya petugas kesehatan atau ibu tidak menyadari masalah tersebut. Seorang anak yang kurang gizi mempunyai risiko lebih tinggi untuk sakit dan meninggal. Bahkan anak dengan kurang gizi ringan mempunyai risiko kematian lebih tinggi. Terdapat 2 alasan utama mengapa semua anak harus diperiksa status gizinya: 1. Untuk identifikasi anak dengan gizi buruk yang mempunyai risiko kematian yang tinggi dan membutuhkan rujukan segera untuk penanganannya. 2. Untuk identifikasi anak dengan gizi kurang yang membutuhkan konseling gizi. Setelah melakukan penilaian terhadap tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga), lakukan penilaian pada semua anak untuk: 1. Tanda kurang gizi: a. Anak sangat kurus b. Bengkak pada kedua punggung kaki c. Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan kurang sesuai d. Tanda anemia: Kepucatan pada telapak tangan 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber- napas, diare, demam dan masalah telinga), 7. Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak 8. Lihat apakah anak tampak sangat kurus MEMERIKSA STATUS GIZI DAN ANEMIA
  • 36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 33 9. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua punggung kaki Catatan: Untuk melihat apakah anak sangat kurus, lepaskan pakaian anak. Perhatikan otot bahu, lengan, pantat dan kaki yang sangat kurus. Perhatikan pula apakah gambaran tulang iga terlihat jelas. Lihat pinggul anak. Mungkin terlihat kecil dibandingkan dengan dada dan perut. Perhatikan anak dari samping untuk melihat apakah lemak di pantat menghilang. Pada keadaan sangat ekstrem, terlihat lipatan kulit pada pantat dan paha. Anak terlihat seperti mengenakan celana baggy (longgar). Wajah dari anak yang sangat kurus mungkin terlihat masih normal. Perut anak terlihat buncit.
  • 37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 34 10. Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan Menurut Tinggi Badan 11. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan MTBS) 12. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
  • 38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 35 13. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan Catatan: Untuk mengetahui apakah terdapat kepucatan pada telapak tangan, lihat ku- lit telapak tangan anak. Bukalah telapak tangan anak pelan-pelan. Jangan menarik jari tangannya ke belakang, karena tangan akan terlibat lebih pucat akibat terhalangnya aliran darah. Bandingkan warna telapak tangan anak dengan telapak tangan anda atau anak yang lain. Jika kulit telapak tangan anak itu pucat, dikatakan bahwa anak itu agak pucat. Jika kulit telapak tangan pucat sekali sehingga kelihatan putih, berarti anak sangat pucat
  • 39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 36 14. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS) 15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat
  • 40. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 37 16. Dokumentasikan hasil tindakan. Lihat Contoh Contoh Kasus: Ali, seorang anak laki-laki usia 9 bulan dengan berat badan 6.5 kg dan panjang badan 68 cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya diare sudah 5 hari Anak ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Ali tidak batuk atau su- kar bernapas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG. Ali tidak demam dan tidak ada masalah telinga Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa status gizi Ali. Ali tidak tampak sangat kurus, telapak tangannya agak pucat, kedua kakinya tidak bengkak. BB/PB Ali berada diantara > - 3SD dan < -2 SD sehingga dikklasifikasikan sebagai KURUS (gizi kurang) Lihat contoh cara mengisi formulir pencatatan (tidak lengkap) dibawah ini. Dia juga diklasifikasikan sebagai ANEMIA, karena telapak tangannya agak pucat. 8. Memeriksa Status Imunisasi dan Vitamin A Status imunisasi harus diperiksa pada semua anak sakit yang dibawa ke fasilitas kesehatan. Untuk setiap anak, sangat penting untuk mengetahui: 1. Apakah anak telah menerima semua jenis imunisasi yang sesuai untuk usian- ya? 2. Apakah anak membutuhkan imunisasi hari ini? Pada masa lalu, beberapa petugas kesehatan mengira penyakit ringan merupa- kan kontra-indikasi imunisasi (suatu alasan untuk tidak memberi imunisasi pada anak). Anak sakit diminta pulang dan ibu diminta membawa anaknya kembali ketika anak sudah sehat. Hal ini merupakan praktik yang buruk karena menun- da imunisasi. Ibu mungkin sudah menempuh perjalanan jauh untuk membawa anaknya yang sakit ke klinik dan sulit untuk membawanya kembali untuk imu- nisasi pada waktu yang lain. Anak dibiarkan mendapat risiko untuk terserang penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sangat penting un- tuk memberi imunisasi pada anak sakit dan anak dengan gizi kurang terhadap penyakit-penyakit ini. Penyakit BUKAN merupakan kontra indikasi untuk imunisasi. Pada praktikn- ya, anak sakit lebih membutuhkan perlindungan yang diberikan oleh imunisa- si dibanding anak sehat. Kemampuan vaksin untuk melindungi tidak berkurang pada anak sakit. Penting juga untuk memeriksa apakah setiap anak berusia 6 bulan ke atas me- nerima suplemen vitamin A dua kali setahun. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan MEMERIKSA STATUS IMUNISASI DAN VIT. A
  • 41. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 38 Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber- napas, diare, demam dan masalah telinga), 7. Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak 8. Lakukan penilaian status imunisasi Gunakan pedoman imunisasi nasional ketika memeriksa status imunisasi anak. Jadwal Imunisasi USIA VAKSIN 0-7 hari HB - 0 1 bulan BCG POLIO-1 2 bulan DPT+HB-1 (Combo-1) POLIO-2 3 bulan DPT+HB-2 (Combo-2) POLIO-3 4 bulan DPT+HB-3 (Combo-3) POLIO-4 9 bulan Campak a. BCG - Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk Tuberkulosis yang berisi strain hidup bacillus tuberkulosis sapi yang sudah dilemah- kan. b. POLIO – merupakan vaksin oral untuk Poliomielitis yang berisi strain hid- up yang sudah dilemahkan 3. DPT – merupakan campuran 3 vaksin untuk mencegah difteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. c. HB – adalah vaksin untuk mencegah Hepatitis B d. Campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit Campak Berikan vaksin yang dianjurkan jika usia anak sesuai untuk setiap dosis. Jika anak mendapat imunisasi ketika usianya terlalu muda, tubuh anak tidak akan mampu memerangi penyakit dengan baik. Demikian pula jika tidak mendapat imunisasi segera setelah usianya cukup, risiko untuk mendapatkan penyakit akan meningkat. Jika anak tidak datang untuk imunisasi pada usia yang dianjurkan, berikan imunisasi yang diperlukan kapan saja setelah anak mencapai usia tersebut. Berikan dosis sisanya dengan interval minimal 4 minggu. Anda tidak perlu mengulang jenis imunisasi dari awal.
  • 42. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 39 9. Amati kontraindikasi imunisasi pada anak Pada semua situasi lainnya, di bawah ini adalah aturan yang baik untuk dii- kuti: a. Tidak ada kontra indikasi untuk anak sakit yang cukup di rawat di rumah. b. Jika anak harus dirujuk, jangan imunisasi anak sebelum dirujuk. Staf ru- mah sakit di tempat rujukan harus menentukan kapan anak harus diimu- nisasi ketika anak harus dirawat inap. Hal ini untuk mencegah tertundan- ya rujukan. c. Anak dengan diare yang sudah waktunya mendapat imunisasi POLIO ha- rus mendapatkan 1 dosis POLIO pada kunjungan ini. Akan tetapi, dosis tersebut tidak dihitung dan tidak dicatat. Anak harus kembali setelah 4 minggu untuk mendapatkan dosis POLIO ekstra. 10. Tentukan apakah anak membutuhkan imunisasi hari ini Hanya terdapat 4 situasi yang merupakan kontra indikasi imunisasi: 1. Vaksin hidup (BCG, campak, polio) tidak boleh diberikan pada anak den- gan penyakit imunodefisiensi atau pada anak dengan imunosupresi kare- na penyakit keganasan, terapi dengan bahan imunosupresif atau iradiasi. Walaupun demikian, semua vaksin, termasuk BCG, dapat diberikan pada anak dengan atau diduga mempunyai infeksi HIV tetapi belum menunjuk- kan gejala. 2. DPT2 dan DPT3 tidak boleh diberikan pada anak yang pernah kejang atau syok dalam waktu 3 hari setelah mendapat dosis sebelumnya. Sebagai gantinya dapat diberikan DT. 3. DPT tidak boleh diberikan pada anak dengan kejang berulang atau penya- kit neurologis aktif lainnya pada susunan syaraf pusat. Sebagai gantinya dapat diberikan DT. 4. Anak dengan demam tinggi (38.5°C atau lebih). TANYA kepada ibu apakah anak mempunyai kartu imunisasi Jika ibu menjawab “Ya”, tanyakan apakah ibu membawanya hari ini. 1. Jika ibu membawa kartu imunisasi atau buku KIA, lihatlah kartu tersebut. 2. Bandingkan catatan imunisasi anak dengan jadwal yang dianjurkan. Ten- tukan apakah anak sudah mendapat semua imunisasi yang dianjurkan sesuai usianya. 3. Jika anak tidak akan dirujuk, jelaskan kepada ibu bahwa anaknya mem- butuhkan imunisasi hari ini. Jika ibu menjawab bahwa ibu TIDAK mempunyai/membawa kartu imunisasi atau buku KIA: 1. Tanyakan kepada ibu jenis imunisasi yang pernah diterima anak. 2. Gunakan penilaian anda untuk menentukan apakah jawaban ibu dapat dipercaya. Jika anda ragu, berikan imunisasi pada anak sesuai usianya.
  • 43. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 40 11. Pemberian Vitamin A pada setiap bulan Februari dan Agustus sesuai dosis yang di- tentukan 1Vitamin A sangat diperlukan agar sistem kekebalan berfungsi dengan baik dan un- tuk tumbuh kembang yang sehat pada anak. Secara global, diperkirakan 140–250 juta anak dibawah usia 5 tahun mengalami defisiensi vitamin A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kematian pada anak yang mendapatkan dosis tinggi vitamin A setiap 6 bulan, hanya dua per tiga (atau kurang) dibanding yang tidak mendapatkan vitamin A. Pemberian suplemen vitamin A setiap 6 bulan adalah cara yang murah, cepat dan efektif untuk meningkatkan status vitamin A dan menyelamatkan nyawa banyak anak. Di Indonesia, vitamin A diberikan secara gratis di Posyandu dua kali dalam se- tahun yaitu bulan Februari dan Agustus. Berikan vitamin A pada semua anak untuk mencegah penyakit berat: 1. Dosis pertama diberikan setelah anak berusia 6 bulan (dosis pemberian vitamin A, klik ikon “Lihat bagan MTBS’ di atas) 2. Sesudahnya vitamin A diberikan setiap 6 bulan kepada SEMUA ANAK 12. Dokumentasikan hasil kegiatan pada formulir pencatatan MTBS. Lihat Contoh Ka- sus: Salim berusia 4 bulan. Dia tidak mempunyai tanda bahaya umum. Klasifikasinya diare TANPA DEHIDRASI. Pada kartu imunisasi tertulis bahwa dia sudah mendapat imunisasi HB-0, BCG, POLIO 1, POLIO 2, POLIO 3, DPT+HB-1, DPT+HB-2. Imunisasi DPT 2 + HB-2 dan POLIO 3 diberikan 4 minggu yang lalu. Berhubung Salim berusia 4 bulan, dia tidak membutuhkan suplemen vitamin A. 9. Menilai masalah lain dan mengkaji ulang penilaian dan klasifikasi Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya pada modul ini, anda perlu menilai setiap anak untuk tanda bahaya umum dan 4 gejala utama – batuk atau sukar bernapas, di- are, demam dan masalah telinga. Anda juga perlu memeriksa status gizi, anemia, status imunisasi dan suplementasi vitamin A. 1. Langkah penilaian yang ada pada setiap gejala utama, perlu mempertimbangkan beberapa masalah umum lainnya. Sebagai contoh, meningitis, sepsis, tuberkulosis, konjungtivitis, dan berbagai penye- bab demam (seperti infeksi telinga dan campak) secara rutin dinilai dalam proses 3. Berikan kartu imunisasi kepada ibu dan mintalah ibu untuk mem- bawa kartu tersebut setiap kali membawa anaknya ke klinik. 4. Nasihati ibu untuk memastikan bahwa anaknya yang lain sudah diimunisasi. 5. Jika perlu, beri ibunya imunisasi Tetanus toksoid.
  • 44. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 41 tatalaksana kasus pada MTBS. Jika pedoman digunakan secara tepat, anak dengan kondisi ini akan mendapat pengobatan presumptif atau rujukan segera. 2. Anda masih harus mempertimbangkan penyebab lain dari penyakit berat atau akut lainnya. Sangat penting untuk memperhatikan keluhan anak lainn- ya. Sebagai contoh, mungkin ibu berkata bahwa anaknya mempunyai infeksi ku- lit, gatal atau bengkak pada kelenjar leher. Atau mungkin anda mengamati adanya masalah lain saat anda melakukan penilaian. 3. Lakukan identifikasi dan pengobatan untuk semua masalah lain sesuai pen- getahuan, pengalaman anda dan kebijakan klinik. Rujuk anak untuk masalah yang tidak bisa anda tangani di klinik. 4. Ingat bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum membutuhkan ruju- kan dan pengobatan segera. Hanya ada satu pengecualian dari aturan ini: Jika seorang anak mengalami dehidrasi berat, maka rehidrasi secara benar mungkin bisa menghilangkan tanda bahaya umum yang terkait dengan dehi- drasi sehingga rujukan mungkin tidak lagi diperlukan. Pada pelatihan ini anda akan belajar cara memberikan pengobatan yang tepat. 5. Ada kemungkinan, walaupun jarang, bahwa seorang anak mempunyai tanda bahaya umum, tetapi tidak mempunyai klasifikasi berat untuk suatu gejala utama. Nantinya pada pelatihan ini, anda akan belajar cara menentukan dan merencanakan rujukan seorang anak dengan tanda bahaya umum dan tan- pa klasifikasi berat lainnya (lihat unit pelatihan: Menentukan tindakan). 10. Menilai Pemberian Makan pada Anak Lakukan Penilaian Pemberian Makan Anak untuk anak kurus atau anemia atau usia < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera. 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan Bagan MTBS, daftar Alat dan obat untuk MTBS terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri dan ukur suhu anak Pastikan bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum, dirujuk setelah mendapatkan tindakan pra-rujukan yang sesuai MENILAI PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK
  • 45. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 42 5. Tanyakan dan dokumentasikan masalah anak pada formulir pencatatan MTBS 6. Periksa tanda bahaya umum dan empat gejala utama (batuk atau sukar ber- napas, diare, demam dan masalah telinga), 7. Lakukan penilaian status gizi dan anemia pada anak 8. Lakukan penilaian status imunisasi dan Vitamin A 9. Lakukan penilaian pemberian makan untuk anak kurus atau anemia atau usia < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera (Lihat Bagan MTBS) 10. Tanyakan apakah ibu menyusui anaknya saat ini, jika “Ya”, berapa kali dalam 24 jam 11. Tanyakan apakah ibu juga menyusui di malam hari 12. Tanyakan apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Jika ibu menjawab “Ya”, TANYAKAN: makanan dan minuman apa? Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak? Jika anak KURUS, TANYAKAN:Berapa banyak makanan/minuman yang diber- ikan kepada anak? Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya? 13. Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian makan kepada anak? Jika ibu menjawab “Ya”, TANYAKAN: Bagaimana? Perhatikan bahwa ada pertanyaan yang diajukan hanya jika anak ku- rus. Bagi anak ini, sangat penting untuk menyediakan waktu tambahan menanyakan tentang porsi makanan dan pemberian makan secara aktif.
  • 46. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 43 14. Nasihati ibu tentang masalah pemberian makan sesuai masalah yang ditemu- kan 15. Dokumentasikan hasil kegiatan pada formulir pencatatan MTBS (Lihat Con- toh) 11. Penanganan pada Anak dengan Dua Klasifikasi atau Lebih 1. Pemberian Obat yang sama pada dua klasifikasi atau lebih Pada anak yang mempunyai dua atau lebih jenis klasifikasi, kemungkinan untuk mendapat jenis obat yang sama sangat mungkin terjadi. Contohnya dapat kita lihat pada kasus anak yang mempunyai klasifikasi pneumonia dan infeksi telinga akut. Kedua klasifikasi ini memerlukan “antibiotik yang sesuai” sebagai tindakan/ pengobatan. Untuk menghindari dosis ganda, pemberian antibiotik pada kasus infeksi yang lebih berat lebih diutamakan. Perhatikan contoh berikut 2. Penentuan kunjungan ulang Daftar waktu untuk kunjungan ulang tercantum dalam kolom tindakan. Ini menunjukkan kepada ibu untuk kembali pada waktu yang tertentu. Ketika anda menulis informasi tentang kunjungan ulang pada formulir pencatatan, anda bisa menyingkatnya dengan “K/u“ untuk “Kunjungan ulang“ Jika terdapat beberapa kunjungan ulang, ibu perlu diberitahu hanya untuk waktu yang ter- pendek dan pasti. Inilah yang harus ditulis di bagian akhir dari formulir pen- catatan Lihat contoh di bawah tentang cara menulis informasi tentang kunjungan ulang Penulisan tindakan tetap dilakukan untuk semua klasifikasi. Coret tulisan pada tindakan yang sama Catatan: anda juga perlu memberitahu ibu tentang waktu kunjungan ulang yang lebih cepat jika suatu masalah menetap. Sebagai contoh, “Kembali untuk kunjungan ulang dalam 5 hari, tapi kembali dalam 2 hari jika tetap demam”.
  • 47. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 44 Anda telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1, apakah Anda sudah paham? Apa yang dapat petik dari materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut. Jika sudah paham lakukan praktikum di bawah ini, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan Belajar 2 jika nilai Anda mencapai nilai 3 dengan lambang “B” pada seluruh praktikum mahasiswa. Jika belum, pelajari kembali bagian – bagian yang belum Anda pahami dan ulangi kembali praktikum tersebut.
  • 48. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 45 Praktikum Mahasiswa Lakukan praktikum berikut untuk menilai penguasaan Anda terhadap materi yang telah diberikan. Lakukan masing-masing praktikum berikut dengan contoh kasus yang diber- ikan Kasus 1 Dito berusia 16 bulan. Berat badannya 8.6 kg. Panjang badannya 68 cm. Suhu badannya 37.5 °C. Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibu menjawab “Dito batuk selama 7 hari dan sukar bernapas.” Ini merupakan kunjungan pertama untuk penyakit ini. Petugas kesehatan memeriksa apakah Dito mempunyai tanda bahaya umum. Ibu menga- takan bahwa Dito bisa minum dan tidak muntah. Dia tidak kejang selama sakit ini. Petugas kesehatan bertanya, “Apakah Dito nampak mengantuk tidak seperti biasanya?” Ibu men- jawab, “Tidak.” Petugas kesehatan bertepuk tangan dan meminta ibu untuk menggoyang anaknya. Dito membuka matanya, dan memperhatikan sekelilingnya. Petugas kesehatan berbicara dengan Dito, dan Dito merespon dengan baik. Petugas kesehatan meminta ibu untuk membuka pakaian Dito dan selanjutnya dia meng- hitung frekuensi napas anak selama satu menit. Frekuensi napasnya 41 kali per menit. Petu- gas kesehatan tidak melihat tarikan dinding dada, tidak mendengar stridor
  • 49. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 46 LANGKAH DAN KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
  • 50. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 47 9. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas? Jika “YA”, maka tanyakan berapa lama anak menderita ba- tuk atau sukar bernapas. Jika “TIDAK” JANGAN LAKUKAN PENILAIAN! 10. Buka baju anak pada daerah dada 11. Hitung napas anak dalam 1 menit 12. Lihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada anak 13. Lihat dan dengarkan stridor 14. Klasifikasikan anak batuk atau sukar bernapas (Lihat Ba- gan MTBS) 15. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 16. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 17. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 18. Tentukan kunjungan ulang 19. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
  • 51. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 48 Kasus 2 Risa berusia 15 bulan. Berat badannya 8.5 kg. Panjang badannya 67 cm. Suhu badannya 37.5 °C. Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibunya menjawab “Risa diare selama 3 hari.” Ini merupakan kunjungan pertama. Risa tidak mempunyai tanda bahaya umum Petugas kesehatan bertanya “Apakah anak batuk atau sukar bernapas?” Ibu menjawab tidak Petugas kesehatan bertanya, “Apakah anak diare?” Ibu menjawab, “Ya, selama 3 hari” Tidak ada darah dalam tinja. Mata Risa terlihat cekung. Petugas kesehatan bertanya, “Apakah ibu memperhatikan ada yang berbeda dengan mata Risa?” Ibu berkata, “Ya.” Petugas memberi ibu secangkir air bersih dan meminta ibu untuk memberikannya kepada Risa. Ketika cangkir diberikan, Risa tidak mau minum. Cubitan kulit dinding perut Risa kembalinya lambat.
  • 52. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 49 LANGKAH DAN KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN DIARE NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
  • 53. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 50 9. Tanyakan “Apakah anak batuk atau sukar bernapas? Jika “YA”, maka lak.ukan penilaian batuk atau sukar bern- pas terlebih dahulu 10. Tanyakan “Apakah anak ibu diare/ mencret?”. Jika “YA”, maka lakukan penilaian diare. Jika “TIDAK” JAN- GAN LAKUKAN PENILAIAN! 11. Tanyakan “Berapa lama anak diare?” 12. Tanyakan “Adakah darah dalam tinja?” 13. Lihat keadaan umum anak 14. Lihat apakah matanya cekung 15. Beri anak minum 16. Periksa turgor kulit anak 17. Klasifikasikan diare anak (Lihat Bagan MTBS) 18. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 19. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 20. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 21. Tentukan kunjungan ulang 22. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
  • 54. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 51 Kasus 3 Budi, anak laki-laki berusia 10 bulan. Berat badannya 8.2 kg. Panjang badannya 78 cm. Suhu badannya 37.5 °C. Ibu berkata bahwa Budi menderita bintik kemerahan dan batuk selama 5 hari. Ini merupakan kunjungan pertama. Petugas kesehatan memeriksa Budi untuk tanda bahaya umum. Ia bisa minum, tidak muntah, tidak kejang dan masih sadar serta tidak letargis. Petugas menghitung napas: 43 kali per menit. Ia tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam dan tidak mendengar stridor ketika Budi tenang.atau wheezing. Budi tidak menderita diare. Risiko malaria di daerah itu tinggi. Ibu berkata bahwa Budi demam selama 2 hari. Lehernya tidak kaku. Menurut ibu, saat ini Budi pilek. Pada pemeriksaan RDT, hasilnya positif falsi- parum. Seluruh tubuh Budi tertutup ruam kemerahan, matanya merah. Petugas kesehatan tidak menemukan luka di mulut, tidak ada nanah pada mata dan tak ada kekeruhan pada kornea.
  • 55. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 52 LANGKAH DAN KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum 9. Jika anak batuk atau sukar bernapas atau diare, lakukan penilaian terhadap 2 masalah tersebut terlebih dahulu DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN DEMAM NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
  • 56. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 53 10. Tanyakan “Apakah anak demam?”. Penilaian demam dilakukan jika ibu menjawab “YA” atau anak teraba panas atau suhu aksila ≥37,5oC 11. Tentukan daerah risiko malaria (Ilihat Bagan MTBS) 12. Jika risiko rendah/ tanpa risiko malaria, tanyakan “Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu tera- khir?” Jika ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi. 13. Ambil sediaan darah (untuk daerah risiko rendah/ ting- gi), lakukan RDT (belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) atau periksa mikroskopis darah (jika RDT pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir) 14. Tanyakan sudah berapa lama anak demam 15. Tanyakan pernah tidaknya mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir 16. Lihat dan raba adanya kaku kuduk 17. Lihat adanya pilek 18. Tanyakan apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir. 19. Lihat tanda yang mengarah ke campak saat ini 20. Periksa penyebab lain yang nyata dari demam, seperti luka bakar atau abses 21. Klasifikasikan demam anak (Lihat Bagan MTBS) 22. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 23. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 24. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 25. Tentukan kunjungan ulang 26. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
  • 57. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 54 Kasus 4 Sita berusia 3 tahun. Berat badannya 13 kg. Suhu badannya 37.5 °C. Ibunya datang ke klinik karena Sita teraba demam selama 2 hari. Sita menangis semalaman dan mengeluh telingan- ya sakit. Petugas kesehatan memeriksa dan tidak mendapatkan tanda bahaya umum. Sita tidak batuk atau sukar bernapas dan tidak diare. Daerahnya merupakan daerah dengan risiko tinggi malaria. Demamnya diklasifikasikan se- bagai MALARIA. Tidak ditemukan tanda yang mengarah ke Campak atau DBD. Selanjutnya petugas kesehatan bertanya tentang masalah telinga dari Sita. Ibu mengatakan bahwa dia yakin Sita mempunyai nyeri telinga. Anak menangis hampir sepanjang malam karena telin- ganya sakit. Tidak ada cairan/nanah keluar dari telinga dan petugas kesehatan juga tidak melihat hal itu. Petugas meraba bagian belakang telinga anak dan tidak menemukan pem- bengkakan yang nyeri.
  • 58. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 55 LANGKAH DAN KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum 9. Jika anak batuk atau sukar bernapas, diare, atau demam lakukan penilaian terhadap 3 masalah tersebut terlebih dahulu DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN MASALAH TELINGA NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
  • 59. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 56 10. Tanyakan “Apakah anak mempunyai masalah telinga?”. Jika “Ya” lakukan penilaian terhadap masalah telinga 11. Tanyakan “Adakah cairan/ nanah keluar dari telinga?” Jika “Ya” berapa lama? Lihat telinga anak. 12. Raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telin- ga 13. Klasifikasikan masalah telinga anak (Lihat Bagan MTBS) 14. Tentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit (Lihat Bagan MTBS) 15. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 16. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 17. Tentukan kunjungan ulang 18. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
  • 60. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 57 Kasus 5 Abi, seorang anak laki-laki usia 9 bulan dengan berat badan 6.5 kg dan panjang badan 68 cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya diare sudah 5 hari. Anak ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Abi tidak batuk atau sukar berna- pas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/SEDANG. Abi tidak demam dan tidak ada masalah telinga Selanjutnya petugas kesehatan memeriksa status gizi Abi. Abi tidak tampak sangat kurus, telapak tangannya agak pucat, kedua kakinya tidak bengkak.
  • 61. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 58 LANGKAH DAN KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum 9. Periksa 4 gejala utama terlebih dahulu (batuk, diare, demam dan infeksi telinga) 10. Lakukan penilaian status gizi DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN MASALAH GIZI DAN ANEMIA NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
  • 62. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 59 11. Lihat apakah anak tampak sangat kurus 12. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua pung- gung kaki 13. Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan Menurut Tinggi Badan 14. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan MTBS) 15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat 16. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan 17. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS) 18. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat 19. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 20. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 21. Tentukan kunjungan ulang 22. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
  • 63. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 60 Kasus 6 Kayla, seorang bayi perempuan usia 3 bulan dengan berat badan 5 kg dan panjang badan 60 cm. Suhu badannya 36.8° C. Ibu mengatakan bahwa bayinya diare sudah 5 hari. Bayi ini tidak mempunyai tanda bahaya umum apapun. Kayla tidak batuk atau sukar berna- pas. Dia diare dan diklasifikasikan sebagai DIARE - DEHIDRASI RINGAN/SEDANG. Kayla tidak demam dan tidak ada masalah telinga. Saat diperiksa status gizi, bayi diklasifikasikan “KURUS”. Ketika dilakukan penilaian tentang pemberian makan. Berikut hasil yang didapat dari wawan- cara dengan ibu: Ibu menyusui 5 kali sehari, baik siang maupun malam hari. Bayi mendapat tambahan susu formula dikarenakan ibu merasa ASI saja tidak cukup untuk bayinya. Susu formula diberikan 3-5 kali sehari oleh ibu menggunakan botol susu. Tidak ada perubahan dalam pemberian makan saat anak sakit.
  • 64. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 61 LANGKAH DAN KEGIATAN PENILAIAN 1 2 3 4 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBS dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBS sebagai pedoman Anda dalam menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan 2. Sambut pasien dengan ramah, ucapkan salam, beri senyum dan jalin komunikasi yang baik dengan anak dan ibunya 3. Tanyakan identitas anak, tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung usia anak dalam bulan. 4. Tanyakan masalah anak pada ibu 5. Tanyakan status kunjungan 6. Lakukan antropometri pada anak dengan benar 7. Ukur suhu anak 8. Periksa tanda bahaya umum 9. Periksa 4 gejala utama terlebih dahulu (batuk, diare, demam dan infeksi telinga) 10. Lakukan penilaian status gizi DAFTAR TILIK PENILAIAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA KELOMPOK USIA 2 BULAN S.D 5 TAHUN DENGAN MASALAH PEMBERIAN MAKAN NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK : NIM : TANGGAL : Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan 2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil peker- jaannya. Kurang baik, urutan langkah belum berurutan dan waktu yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan. 3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan. 4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan uru- tannya dan waktu yang dipergunakan.
  • 65. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 62 11. Lihat apakah anak tampak sangat kurus 12. Lihat dan raba adakah pembengkakan pada kedua pung- gung kaki 13. Klasifikasikan status gizi anak dengan melihat grafik atau tabel Berat Badan Menurut Tinggi Badan 14. Klasifikasikan status gizi anak berdasarkan Bagan MTBS (Lihat Bagan MTBS) 15. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat 16. Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan 17. Klasifikasikan anemia anak (Lihat Bagan MTBS) 18. Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi yang didapat 19. Lakukan penilaian pemberian makan 20. Identifikasi masalah pemberian makan 21. Berikan konseling pada ibu sesuai dengan kebutuhan 22. Nasihati ibu kapan harus kembali segera 23. Tentukan kunjungan ulang 24. Dokumentasikan pada formulir pencatatan MTBS
  • 66. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 63 Kegiatan Belajar 2 Tujuan Pembelajaran Umum Waktu 60 menit (1 JAM) Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar 2. Pada kegiatan belajar 1 Anda telah mempe- lajari tentang MTBS. Pada kegiatan belajar 2 ini Anda juga masih membahas tentang MTBS hanya saja pada kelompok usia yang berbeda. Pada kegiatan belajar ini kelompok usia yang dibahas adalah 0 – 2 bulan. Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 2 diharapkan Anda mampu untuk melak- sanakan MTBM Di akhir kegiatan belajar satu, Anda diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan pengertian MTBM 2. Menjelaskan tujuan MTBM 3. Menjelaskan ruang lingkup MTBM 4. Melaksanakan MTBM Untuk dapat melaksanakan kegiatan Posyandu, berikut materi yang harus Anda pela- jari: 1. Pengertian MTBM 2. Tujuan MTBM 3. Ruang Lingkup MTBM MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM) Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi
  • 67. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 64 Uraian Materi Pada kegiatan belajar sebelumnya Anda telah mempelajari bagaimana tatalaksana bal- ita sakit pada kelompok usia 2 bulan – 5 tahun. Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari tentang tatalaksana balita sakit pada kelompok usia 0-2 bulan. 1. Pengertian MTBM MTBM atau Manajemen Terpadu Bayi Muda merupakan perpanjangan dari MTBS pada kelompok usia bayi 0-2 bulan. MTBM sudah terintegrasi dalam dalam pendeka- tan MTBS sehingga bagan MTBM sendiri menjadi bagian dari bagan MTBS. Agar lebih mudah dipelajari, maka bagan MTBM ini ditampilkan terpisah dengan bagan MTBS 2. Tujuan MTBM Tujuan MTBM sama dengan tujuan MTBS yaitu: 1. Meningkatkan keterampilan petugas 2. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul 3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah 4. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit Manajemen Terpadu Bayi Muda adalah tatalaksana bayi sakit meng- gunakan MTBS pada kelompok usia bayi di bawah 2 bulan. APA YANG DIMAKSUD ?
  • 68. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 65 5. Memperbaiki sistem kesehatan 6. Menurunkansecara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penya- kit tersering pada balita. 7. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak. 3. Manfaat MTBM Manfaat dari diberdayakannya MTBM sama dengan MTBS, yaitu: 1. Menurunkan angka kematian balita, 2. Memperbaiki status gizi, 3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, 4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan, 5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. 4. Ruang Lingkup MTBM Karena MTBM sebenarnya merupakan bagian dari MTBS, maka secara garis besar ruang lingkup keduanya sama .Materi MTBM terdiri dari langkah penilaian, klasifika- si penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk men- cari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Tiap klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk mem- berikan obat dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupunkembali untuk tindak lanjut. 5. Pelaksanaan MTBS (Kelompok Usia 0-2 Bulan) Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBM. Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBM oleh petugas kes- ehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBM Berikut ruang lingkup MTBS untuk kelompok usia 0-2 bulan adalah: 1. Penilaian dan klasifikasi 2. Menentukan tindakan pada anak 3. Memberi pengobatan 4. Konseling bagi Ibu 5. Pemecahan masalah dan pelayanan tindak lanjut
  • 69. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 66 untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, ada 5 prinsip pokok dalam tata laksanana balita sakit yang harus dilaksanakan dalam MTBM, yaitu penilaian dan klasifikasi, menentukan tindakan, memberi pengobatan, konseling bagi ibu dan terakhir tindak lanjut. Ada beberapa langkah penilaian yang dilakukan, berikut akan dibahas dengan lebih rinci penatalaksanaan berbagai klasifikasi berdasarkan 5 prin- sip pokok di atas: 1. Menanyakan kepada Ibu tentang Masalah Anak Selain MTBS,menanyakan kepada ibu masalah anak juga merupakan langkah pertama pada MTBM. Ketika seorang ibu membawa anaknya kepada Anda, san- gat penting untuk melakukan komunikasi yang baik dengan ibu. Anda mungkin harus mengobati anak nantinya. Anda akan memberi nasehat kepada ibu dan mengajari tentang cara merawat anak di rumah. Dengan demikian, komunikasi yang baik dengan ibu sangat penting dilakukan sejak awal kunjungan. Tentukan apakah kali ini merupakan kunjungan pertama atau merupakan kun- jungan ulang untuk masalah tersebut. Jika merupakan kunjungan pertama dari episode penyakit tersebut, berarti Anda perlu mengikuti prosedur tatalaksana kasus dengan MTBS untuk menilai dan mengklasifikasikan anak. Jika anak telah datang beberapa hari sebelumnya untuk penyakit yang sama, be- rarti merupakan kunjungan ulang. Tujuan kunjungan ulang adalah untuk meng- etahui apakah pengobatan yang diberikan saat kunjungan pertama memberikan hasil. Jika keadaan anak tidak membaik atau keadaannya memburuk, mungkin Anda perlu merujuk anak atau mengganti pengobatannya. Untuk lebih memahami cara menanyakan kepada ibu masalah anaknya, perhati- kan petunjuk praktikum berikut: 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang atau henti napas, segera lakukan tindakan/ pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK SEGERA MENANYAKAN MASALAH ANAK
  • 70. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 67 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Ukur suhu anak 6. Tanyakan kepada ibu masalah anaknya Perhatikan: Sikap: kepala ibu dan petugas sejajar Kontak mata: petugas kesehatan menatap ibu dan memperhatikan ibu saat bicara Tanpa halangan: tidak ada yang menghalangi (meja atau buku) antara petu- gas dan ibu 7. Tanyakan kepada ibu status kunjungan anak (Kunjungan pertama/ ulang). Jika kunjungan ulang, penatalaksanaan dapat Anda lihat pada bagan “Pelayanan Tindak Lanjut” pada Modul MTBM 8. Dokumentasi pada Formulir Pencatatan MTBM Untuk pendokumentasian, dapat Anda lihat pada contoh berikut: Contoh Kasus: Mika usia 1 bulan, Berat badannya 3.600, Panjang badannya 51 cm. Suhu badan- nya 37,6oC. Petugas bertanya: “Anak Ibu sakit apa?’ Ibu menjawab “Mika demam selama 3 hari”. Ini merupakan kunjungan pertama 2. Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri SEMUA bayi muda harus diperiksa untuk tanda penyakit sangat berat dan infeksi bakteri. Bayi muda bisa menjadi sakit dan meninggal dengan cepat akibat infeksi bakteri berat seperti pneumonia, sepsis dan meningitis. Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan fungsi sistem organ sep- erti: gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermia. Pada infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan tel- inga. Penting untuk menjaga bayi tetap tenang dan mungkin bayi tertidur ketika anda memeriksa 2 tanda pertama: menghitung napas dan melihat tarikan dinding dada. Setelah itu anda harus membuka pakaian dan memeriksa seluruh badan bayi. Jika bayi bangun, sekaligus anda dapat menentukan tingkat kesadarannya. Amati gerakan tangan dan kakinya. Anda akan belajar cara memeriksa kejang, gangguan napas dan hipotermia. Se- lanjutnya anda akan mempelajari cara mengklasifikasikan kemungkinan penya- kit sangat berat atau infeksi bakteri.
  • 71. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 68 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Tanyakan pada ibu mengenai masalah pada anaknya 6. Periksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri 7. Tanyakan apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya Ajukan kepada ibu pertanyaan ini. Setiap kesulitan minum yang disebutkan ibu, sangat penting. Seorang bayi baru lahir yang tidak bisa minum sejak la- hir, mungkin prematur atau mempunyai komplikasi seperti asfiksia lahir. Bayi muda yang bisa minum dengan baik sebelumnya, tetapi saat ini sulit minum, mungkin mempunyai infeksi serius. 8. Periksa kejang bayi a. TANYA: Adakah riwayat kejang? b. LIHAT: Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? c. DENGAR: Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? d. LIHAT: Apakah ada gerakan yang tidak terkendali? e. LIHAT: Apakah mulut bayi mencucu? f. LIHAT DAN RABA: Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan? 9. Periksa apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang LIHAT: Apakah bayi muda bergerak hanya jika dirangsang, tapi kemudian berhenti atau bayi tidak bergerak sama sekali? Bayi muda biasanya tidur sepanjang hari dan ini bukan merupakan suatu tanda penyakit. Amati gerakan bayi saat anda melakukan penilaian. Jika bayi muda tidur saat dilakukan penilaian, mintalah ibu untuk membangunkannya. MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI Bayi menunjukkan tanda “tidak bisa minum atau menyusu“ jika bayi terla- lu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap/menelan apabila diberi minum atau disusui. Bayi mempunyai tanda “memuntahkan semuanya“ jika bayi sama sekali tidak dapat menelan apapun. Semua cairan atau makanan yang masuk akan keluar lagi. Bayi yang tidak bisa minum atau malas minum atau memuntahkan semuanya, membutuhkan rujukan segera. Mungkin juga ibu mengalami kesulitan dalam menyusui. Anda akan me- nilai masalah ini nanti pada saat menilai pemberian ASI.
  • 72. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 69 Jika anda amati selama 1 menit, anda akan melihat beberapa gerakan dari lengan atau kakinya atau memutar kepalanya. Jika bayi muda bangun tapi tidak ada gerakan spontan, hati-hati rangsanglah anak. Jika anak bergerak hanya jika dirangsang, lalu berhenti bergerak, atau tidak bergerak sama seka- li, ini merupakan suatu tanda penyakit berat. Seorang bayi yang tidak bisa dibangunkan, bahkan setelah dirangsang, juga harus dianggap mempunyai gejala ini 10. Periksa gejala gangguan napas a. LIHAT: Hitung napas selama satu menit. Hitung napas dalam 1 menit seperti pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Jika hitungan pertama > 60 kali per menit, ulangi menghitung. Hal ini penting karena pernapasan pada bayi muda seringkali tidak teratur, kadang-kadang berhenti bernapas beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang lebih cepat. b. LIHAT apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat? c. DENGAR: Apakah bayi merintih? Merintih adalah suara napas pendek-pendek dan halus yang terdengar saat bayi menghembuskan napas. Terdengar suara merintih menanda- kan bayi mengalami kesulitan bernapas. 11. Periksa gejala hipotermia dengan mengukur suhu aksila bayi dengan ter- mometer Ukur suhu bayi muda menggunakan termometer pada aksila selama 5 menit. Tidak dianjurkan mengukur secara rektal karena dapat mengakibatkan ter- jadinya perlukaan pada anus. Sebelum mengukur suhu, pastikan air raksa pada termometer menunjukkan angka yang terendah Jika tidak ada termometer, anda dapat meraba bagian tangan, kaki, aksila atau perut bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin. 12. Periksa infeksi bakteri lokal Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar. a. LIHAT: Apakah ada pustul di kulit? b. LIHAT: Apakah mata bernanah c. LIHAT: Apakah pusar kemerahan atau bernanah? Jika kemerahan, apakah meluas sampai ke kulit perut? Apakah pusar ber- bau busuk? Pusar yang terinfeksi, di daerah pangkal tali pusat biasanya kemerahan, mengeluarkan nanah, atau pusar berbau. Jika warna kem- erahan meluas ke kulit daerah perut (abdomen) berarti bayi mengalami Hitung napas > 60 kali per menit, artinya bayi muda bernapas cepat Hitung napas < 30 kali per menit, artinya bayi muda bernapas lambat Disebut Hipotermia Berat : suhu < 35.5°C Hipotermia Sedang : suhu 35.5 – 36.0°C Demam : Suhu > 37.5°C
  • 73. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Sutdi Kebidanan 70 infeksi berat. Biasanya tali pusat “lepas“ ketika bayi berusia 7 hari. 13. Klasifikasikan Kemungkinan Penyakit Berat/ Infeksi Bakteri (Lihat Bagan MTBS) 14 Beri tindakan sesuai dengan klasifikasi penyakit yang didapat
  • 74. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 71 15. Dokumentasikan hasil kegiatan dengan formulir pencatatan MTBS (Lihat Contoh) Kasus: Bima, seorang anak laki-laki usia 2 minggu dengan berat badan 3,4 kg dan pan- jang badan 51 cm. Suhu badannya 37.5° C. Ibu mengatakan bahwa anaknya demam sudah 3 hari 3. Memeriksa Diare Untuk SEMUA bayi muda sakit, TANYAKAN: “Apakah bayi diare?” Diare disebut juga tinja cair. Hal ini biasa terjadi pada bayi usia < 6 bulan yang diberi susu sapi atau susu formula. Tinja normal yang encer dan sering dari bayi yang mendapat ASI, bukan diare. Ibu yang menyusui bayinya mudah mengenali bayi yang diare, karena konsistensi dan frekuensi tinja yang berbeda dari normal. Bayi dengan diare bisa mengalami dehidrasi berat – suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kematian. Penilaian diare pada kelompok usia < 2 bulan hampir sama dengan kelompok usia 2 bulan-5 tahun 1. Lakukan persiapan alat, obat, formulir pencatatan MTBM dan Kartu Nasihat Ibu (KNI) atau Buku KIA. Siapkan juga Bagan MTBM sebagai pedoman Anda dalam melakukan tindakan Bagan MTBM, daftar Alat dan obat untuk MTBM terlampir 2. Sambut pasien dengan ramah 3. Tanyakan pada ibu identitas anak, hitung usia anak 4. Lakukan antropometri pada anak 5. Tanyakan pada ibu mengenai masalah pada anaknya 6. Periksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri 7. Tanyakan apakah bayi diare? Jika ibu menjawab “Tidak”, JANGAN MENILAI bayi muda untuk diare. Lanjut- kan dengan pertanyaan berikutnya. Jika ibu menjawab “Ya”, tanyakan sudah berapa lama? 8. Lihat keadaan umum bayi • Apakah bayi letargis atau tidak sadar? • Apakah bayi rewel? 9. Lihat apakah matanya cekung 10. Periksa turgor kulit bayi Sangat lambat (> 2 detik) atau Lambat atau Segera 11. Klasifikasikan diare bayi (Lihat Bagan MTBS) MEMERIKSA DIARE