KH Hisyam memimpin Muhammadiyah selama tiga tahun (1934-1936). Masa kepemimpinannya memberikan perhatian besar pada pembangunan pendidikan dengan membuka berbagai jenis sekolah agar setara dengan sekolah pemerintah dan sekolah agama lain. Berkat kontribusinya dalam pendidikan, ia mendapat penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda.
3. Anggota Kelompok 3 :
1.Wenny Ayu
2.Nindyah
3.Allicia Imelda
4.Desta Chillyani
5.Istiqomah Hidayati
6.Rini Ayu A.
7.Sulastri N.
8.Nurhananyah P.K.N
9.M. Anangga
10.Derry Irwansyah
4. Riwayat K.H Hisyam
Kiai Haji Hisyam lahir di Kauman, Yogyakarta, 10
November 1883 – meninggal 20 Mei 1945 pada umur
61 tahun adalah Ketua Pengurus
Besar Muhammadiyah yang ketiga. Ia memimpin
Muhamadiyah selama tiga tahun. Ia dipilih dan
dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-23
di Yogyakarta tahun 1934. Ia adalah murid langsung
dari KH. Ahmad Dahlan. KH Hisyam wafat pada tanggal
20 Mei 1945.
5. Periode Kepemimpinan Kh Hisyam (1932 – 1936)
Periode ini kegiatan pendidikan mendapatkan porsi yang
mantap, selain itu pula diadakan penerbitan administrasi
organisasi. Pada konggres tahun 1934 lebih dimantapkan
pengembangan lembaga pendidikan tingkat menengah dan
mengubah sekolah dengan nama Belanda menjadi nama khas
kita, seperti : Volkschool menjadi Sekolah Rakyat.
Pada Konggres tahun 1935 memutuskan pembentukan
Majelis Pimpinan Perekonomian yang tugasnya
membantu perbaikan ekonomi anggota
(membentuk semacam kooperasi). Pada tahun 1936 diadadkan
Konggres Seperempat Abad (XXV) di Jakarta,
diputuskan anatara lain mendirikan sekolah Tinggi, dan
mendirikan Majelis Pertolongan & Kesehatan Muhammadiyah
(MPKM) di seluruh cabangdan ranting.
6. Pertama kali ia dipilih dalam Kongres Muhammadiyah
ke-23 di Yogyakarta tahun 1934, kemudian dipilih lagi
dalam Kongres Muhammadiyah ke24 di Banjarmasin pada
tahun 1935, dan berikutnya dipilih kembali dalam Kongres
Muhammadiyah ke-25 diBatavia (Jakarta) pada tahun
1936. KH Hisyam paling menonjol dalam ketertiban
administrasi dan manajemen organisasinya. Pada periode
kepemimpinannya, titik perhatian Muhammadiyah lebih
banyak diarahkan pada masalah pendidikan dan
pengajaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan
umum. Hal ini terjadi barangkali karena KH. Hisyam pada
periode kepemimpinan sebelumnya telah menjadi Ketua
Bagian Sekolah (saat ini disebut Majelis Pendidikan) dalam
Pengurus Besar Muhammadiyah.
7. Sekolah Muhammadiyah
Pada periode kepemimpinan Hisyam ini, Muhammadiyah
telah membuka sekolah dasar tiga tahun (volkschool atau
sekolah desa) dengan menyamai persyaratan dan kurikulum
sebagaimana volkschool gubernemen. Setelah itu, dibuka
pula vervolgschool Muhammadiyah sebagai lanjutannya. Dengan
demikian, maka bermunculan volkschool dan vervolgschool
Muhammadiyah di Indonesia, terutama di Jawa.
Ketika pemerintah kolonial Belanda membuka standaardschool,
yaitu sekolah dasar enam tahun, maka Muhammadiyah pun
mendirikan sekolah yang semacam dengan itu. Bahkan,
Muhammadiyah juga mendirikan Hollands Inlandse School met
de Qur'an Muhammadiyah untuk menyamai usaha masyarakat
Katolik yang telah mendirikan Hollands Inlandse School met de
Bijbel.
8. Kebijakan Hisyam mengarahkan pada modernisasi
sekolah-sekolah Muhammadiyah, sehingga selaras dengan
kemajuan pendidikan yang dicapai oleh sekolah-sekolah
yang didirikan pemerintah kolonial. Ia berpikir bahwa
masyarakat yang ingin memasukkan putra-putrinya ke
sekolah-sekolah umum tidak perlu harus memasukkannya
ke sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial,
karena Muhammadiyah sendiri telah mendirikan sekolah-
sekolah umum yang mempunyai mutu yang sama dengan
sekolah-sekolah pemerintah, bahkan masih dapat pula
dipelihara pendidikan agama bagi putra-putri mereka.
Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah
akhirnya banyak yang mendapatkan pengakuan dan
persamaan dari pemerintah kolonial saat itu.
9. Berkat perkembangan pendidikan Muhammadiyah
yang pesat pada periode Hisyam, maka pada akhir tahun
1932, Muhammadiyah sudah memiliki 103 Volkschool,
47Standaardschool, 69 Hollandsch-Inlandsche
School (HIS), dan 25 Schakel School, yaitu sekolah lima
tahun yang akan menyambung ke MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs, yang setingkat SLTP saat ini) bagi murid
tamatan vervolgschool atau standaardschool kelas V.
Dalam sekolah-sekolah Muhammadiyah tersebut juga
dipakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah saat itu merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang didirikan pribumi
yang dapat menyamai kemajuan pendidikan sekolah-
sekolah Belanda, sekolah-sekolah Katolik, dan sekolah-
sekolah Protestan.
10. Bantuan keuangan
Dalam memajukan pendidikan
Muhammadiyah KH Hisyam mau bekerjasama
dengan pemerintah kolonial dengan bersedia
menerima bantuan keuangan, dari pemerintah
kolonial, walaupun jumlahnya sangat sedikit
dan tidak seimbang dengan bantuan
pemerintah kepada sekolah-sekolah Kristen
saat itu. Hal inilah yang menyebabkan Hisyam
dan Muhammadiyah mendapatkan kritikan
keras dari Taman Siswa dan Syarekat
Islam yang saat itu melancarkan politik non-
kooperatif.
11. Pendidikan keluarga
Putra-putrinya KH Hisyam disekolahkan di
beberapa perguruan yang didirikan pemerintah.
Dua orang putranya disekolahkan menjadi guru,
yang saat itu disebut sebagaibevoegd. Satu orang
putranya menamatkan studi di Hogere
Kweekschool di Purworejo, dan seorang lagi
menamatkan studi di Europeesche
Kweekschool Surabaya. Kedua sekolah tersebut
merupakan sekolah yang didirikan pemerintah
kolonial Belanda untuk mendidik calon guru yang
berwenang untuk mengajar sekolah HIS milik
pemerintah (gubernemen). Akhirnya mereka
menjadi guru di HIS met de Qur'an
Muhammadiyah di Kudus dan Yogyakarta
12. Bintang jasa
Berkat jasa-jasa Hisyam dalam memajukan
pendidikan untuk masyarakat, maka ia pun
akhirnya mendapatkan penghargaan dari
pemerintah kolonial Belanda saat itu berupa
bintang tanda jasa, yaitu Ridder Orde van Oranje
Nassau. Ia dinilai telah berjasa kepada masyarakat
dalam pendidikan Muhammadiyah yang
dilakukannya dengan mendirikan berbagai macam
sekolah Muhammadiyah di berbagai tempat di
Indonesia.