PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
STROKEINFARKGEJALA
1. Stroke Infark
Laporan Kasus
Disusun Oleh :
Rizaldi Ilham Abidin
(20710170)
Pembimbing
dr. Lely Martha Uli, Sp. S
SMF/LAB ILMU PENYAKIT SARAF
RSD dr. SOEBANDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2021
2. IdentitasPasien
1. Nama : Ny. M
2. Umur : 45 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Ambulu
6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
7. Tanggal pemeriksaan : 14 Desember 2021
2
3. 3
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari klinik A dengan keluhan kelemahan anggota
gerak kanan tiba tiba setelah bangun tidur sejak 2 hari yang lalu.
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak berbicara sejak kejadian
tersebut. Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Penurunan
kesadaran disangkal, Kejang disangkal, Nyeri kepala, Mual dan muntah,
Demam, Pusing disangkal.
4. 4
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah sakit seperti ini
DM (-)
HT (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga (-)
6. Pemeriksaan
Nervus Cranialis
N III : RC +/+, Isokor 3mm/3mm
N VII : Parese sinistra sentral (+)
N IX : disfagia (-)
N XII : Ketika dijulurkan deviasi
sebelah kanan (+)
Meningeal sign
Kaku kuduk (-)
Kernig (-)
Laseque (-)
Brundzinki 1 (-)
Brundzinki 2 (-) 6
PemeriksaanFisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Delirium
Kuantitatif : GCS 3-1-6
Otonom
BAB (-)
BAK (+) via DC
Status Neurologis
Reflek Patologis
Babinsky -/-
Chaddok -/-
7. 7
PemeriksaanFisik
Motorik dan Sensorik
STATUS
EKSTRIMITAS SUPERIOR EKSTRIMITAS
INFERIOR
DEXTRA SINISTRA DEXTRA SINISTRA
Kekuatan Otot 0 +5 0 +5
Tonus Otot Menurun Normal Menurun Normal
R. Fisiologis BPR +3
TPR +3
BPR+2
TPR+2
KPR+3
APR+3
KPR+2
APR+2
Sensoris - + - +
8. ScoreSirirajdanGajahMada
Siriraj score
Kesadaran (Somnolen +), Muntah (-) , Nyeri
kepala (-), Diastolic 90, Ateroma (+)
[1 x2,5] + [0x2] + [0x2] + [90 x0,1] – [1x3]-12
= -3,5
Siriraj score < -1 Pasien melangalami Stroke
Infark
Gadjah mada score
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (-)
Babinski (-)
Berdasarkan tabel gadjah mada
score pasien mengalami stroke
Iskemik akut atau Stroke Infark
8
Siriraj Score dan Gajah Mada Score
14. Terapi
Head up 30 derajat
Infus PZ 14 tpm
Citicolin 2x1
Omeprazole 2x1
p/o ASA 80 mg 1x1
Clopidogrel 1x75mg
KIE : mobilisasi, mengatur pola makan yang sehat, istirahat yang cukup, dan
menghindari faktor risiko
14
15. Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
15
16. NIHSSScore
Tingkat Kesadaran (1) Mengantuk, dapat dibangunkan dengan suara
Pertanyaan orientasi (2) afasia
Gaze (1) Gerakan mata lumpuh Sebagian
Lapang pandang (1) Hemianopia partial
Parese wajah (1) Paralisis minor (asimetris saat tersenyum)
Fungsi motoric lengan kanan (4) Tidak ada Gerakan
Fungsi motoric tungkai kanan(4) Tidak ada Gerakan
Ataksia (1) Ataksia pada satu ekstremitas
Sensoris (2) Gangguan berat
Kemampuan Bahasa (3) Afasia global
Artikulasi (2) disartia berat
Neglet (1) tidak ada atensi salah 1 modalitas visual/tactile
Total : 23 (Stroke berat) 16
18. 18
STROKEINFARK
Stroke infark adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi
neurologis pada otak, medulla spinalis, dan retina baik
sebagian atau menyeluruh yang menetap selama ≥24 jam atau
menimbulkan kematian akibat gangguan pembuluh darah.
(Perdossi, 2019)
Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh trombus atau emboli.
19. 19
FAKTORRISIKO
1. Genetik
2. Penyakit Kardiovaskuler (Penyakit Jantung Koroner, Gagal jantung,
Atrial Fibrilasi)
3. Hipertensi
4. Diabetes Melitus
5. Kebiasaan Merokok
6. Obesitas
7. Dislipidemia
8. Hiperkoagulasi
20. Kejadian stroke lebih banyak pada
kelompok usia 55-64 th. Risiko
meningkat seiring bertambahnya usia
(Kemenkes RI, 2018)
40% 60 %
Epidemiologi
Kejadian stroke iskemik (non-
hemoragic) lebih sering daripada
stroke hemoragic yaitu 87%
CVA Infark di Indonesia
CVA Infark paling banyak
disebabkan oleh hipertensi dan
penyakit jantung
CVA Infark
22. 22
Diagnosis
1. Anamnesis :
Onset: mendadak dan manifestasi klinis berlangsung selama ≥ 24 jam.
Biasanya terjadi saat istirahat.
Gejala yang terlihat meliputi hemiparese atau hemiplegi, kelumpuhan
saraf kranial, hipoestesi, atau gangguan otonom. Pada peningkatan
TIK, pasien dapat mengalami nyeri kepala, muntah, dan penurunan
kesadaran . Gangguan neurobehaviour seperti gangguan bicara,
gangguan atensi dapat terjadi.
Riwayat penyakit keluarga, penyakit dahulu, dan obat-obatan sangat
penting untuk digali
24. 2
4
Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : TTV, Kepala Leher, Thorax, dan Abdomen
Status neurologi :
Kesadaran (GCS)
Nervus Kranialis terutama VII, IX-X dan XII
Motorik meliputi kekuatan motorik, tonus otot, reflek patologis (terutama
babinski), dan reflek fisiologi
Otonom; Sensorik
2. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : CT-Scan, MRI
Darah Lengkap
EKG
27. 27
TatalaksanaUmum
1. Stabilisisasi jalan napas
2. Stabilisasi hemodinamik dan Pengendalian TIK
3. Pengendalian kejang dan antipiretik (jika diperlukan)
4. Nutrisi dan pencegahan komplikasi
5. Terapi medis lain
28. 28
Stabilisisasijalannapasdanpernapasan
Perbaikan jalan nafas dan bantuan ventilasi, seperti pemasangan
orofaring-tube pada pasien tidak sadar
Pemantauan saturasi oksigen, saturasi oksigen dipertahankan >94%,
tidak disarankan pada pasien yang tidak hipoksia
Pemantauan secara terus-menerus, seperti status neurologis, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, terutama pasien dengan defisit neurologik
yang nyata
29. 2
9
StabilisasiHemodinamikdanTIK
Memberikan cairan kristaloid IV untuk menghindari hipotensi dan
mempertahankan kondisi euvolemi (hindari pemberian cairan
hipotonik glukosa) agar perfusi sistemik tetap baik.
Pasien stroke infark berisiko edema serebral yang menyebabkan
peningkatan TIK sehingga
Tinggikan posisi kepala 30 derajat
Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35-40 mmHg).
Hiperventilasi mungkin diperlakukan pada tindakan operatif
Manitol 0.25-0.50 gr/kgBB, selama > 20 menit, diulangi setiap 4 -
6 jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L
30. 30
PengendalianKejangdanPemberianAntipiretik
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5 – 20 mg,
dilanjutkan fenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit. Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat
di ICU.
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan
antipiretik dan diatasi penyebabnya. Asetaminofen 500mg - 650 mg bila
suhu >38⁰C
31. 31
NutrisidanPencegahanKomplikasi
Nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah fungsi menelan baik. Bila
terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, diberikan melalui
pipa nasogastrik.
Mobilisasi dan penilaian untuk mencegah komplikasi seperti aspirasi,
malnutrisi, DVT, emboli paru, atau kontraktur.
Hindari pemasangan kateter urin bila tidak ada indikasi adekuat
Untuk mencegah stress ulcer, pemberian NSAID/kortikosteroid dan
makanan/minuman yang iritatif terhadap lambung perlu dihindari
32. 32
TatalaksanaMedisLain
Bila TD > 180/130 mmHg, tekanan darah diturunkan secara hati hati dengan
pemantauan setiap 15 menit hingga 160/90 mmHg. TDS boleh diturunkan
hingga mencapai 140 mmHg.
Gula darah target antara 140 – 180 mg/dL. Hiperglikemi (>180 mg/dL)
diterapi dengan titrasi insulin. Hipoglikemi (< 50 mg/dL) pada pasien sadar
beri glukosa 15-20 gr (2-3 sendok makan) dilarutkan air. Saat pasien tidak
sadar, berikan D20% 50cc atau D40% 25cc.
Analgesik dan antiemesis jika diperlukan
H2 antagonis jika ada indikasi perdarahan lambung
33. 33
Tatalaksanaspesifikstrokeiskemik
1. rtPA (Alteplase) sebagai trombolisis
Onset pemberian ≤4,5 jam atau ≤6 jam secara IV
Infus Alteplase 0,6-0,9 mg/kgBB (Max 90 mg) dalam 60 menit, dengan 10%
dari dosis diberikan bolus dalam 1 menit, 90 % diberikan secara infus
dalam 1 jam
Apabila TD >185/110 mmHg maka harus diturunkan dengan Nicardipin 5
mg/jam IV sebelum pemberian Alteplase
Saat atau setelah pemberian Alteplase, TD tetap >185/110 mmHg maka dosis
Nicardipin ditingkatkan 2,5 mg/5-15 menit sampai mencapai dosis maksimal
(15 mg/jam)
34. 34
3. Antiplatelet
Aspirin: dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke
Clopidogrel : 75mg/hari
3. Neuroprotektor
Citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut.
Citicolin (Nicholine) 500-1000 mg/hari , dosis awitan 2000-4000 mg
(jika pasien tidak diberikan rtPA)
36. 36
Fisioterapi
1. Latihan ekstremitas superior
2. Latihan ekstremitas inferior
Prinsip :
“Ekstremitas atas diekstensikan, ektremitas bawah
difleksikan” tujuannya adalah untuk mempeluas ROM
37. LatihanEkstremitasSuperior
▪ Pasien tidur telentang
▪ Terapis di samping bed dekat dengan sisi yang sakit
▪ Terapis memegang tangan pasien yang lumpuh, satu tangan terapis
memegang diatas pergelangan pasien dan tangan yang satunya
mengenggam tangan pasien dari sisi jari kelingking yang lumpuh kemudian
terapis menggerakkan jari-jari pasien dengan membuka dan menutup
(mengenggam dan membuka) jari-jari secara bersamaan, kemudian
menggerakkan pergelangan tangan pasien kearah fleksi, ekstensi
pergelangan tangan
38.
39. Latihan pasif pada bahu, posisi pasien masih tidur terlentang, tangan terapis memegang
pergelangan tangan pasien dan memegang pada siku sebagai stabilisasi, gerakan yang
dilakukan adalah ekstensi lengan atas dengan siku tetap lurus, gerak abduksi dan adduksi
setelah itu siku pasien difleksikan.
40. LatihanEkstremitasInferior
Posisi pasien tetap tidur terlentang dan terapis berada disamping pasien dekat dengan sisi yang
lumpuh. Terapis memegang jari jari pasien kemudian secara bersamaan digerakkan, dilanjutkan
dengan gerakan inversi dan eversi serta gerak plantar fleksi dan dorsal fleksi pergelangan kaki.
41. Latihan gerak pasif pada sendi lutut dan sendi panggul, satu tangan terapis memegang tumit
pasien yang lumpuh sedangkan tangan yang satunya memegang dibawah lutut, kemudian
terapis menggerakkan tungkai kearah fleksi dan ekstensi panggul disertai dengan fleksi dan
ekstensi pada sendi lutut kemudian menggerakkan abduksi dan adduksi.
42.
43. Daftarpustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2013.
Indonesia, P.D.S.S., 2016. Panduan praktik klinis neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia
Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Ketrampilan Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Layanan Primer.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia
Kementerian Kesehatan. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stroke.
M. Baerh., M. Forotscher. 2016. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. EGC
Lumbantobing, 2016. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Badan Penerbit FK UI
.
.