2. 1. Menggosok-gosok mata secara berlebihan.
2. Menutup atau melindungi sebelah mata,
memiringkan mata atau menjorongkannya ke depan.
3. Mengalami kesukaran dalam pekerjaan-pekerjaan
lain yang membutuhkan ketelitian mata.
Identifikasi Awal Anak Dengan
Gangguan Penglihatan
3. 4. Lekas marah pada saat melakukan pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian mata.
5. Tidak dapat melihat benda-benda yang jauh
secara jelas.
6. Mengedipkan kelopak mata atau mengerutkan
dahi secara berlebihan.
Identifikasi Awal Anak Dengan
Gangguan Penglihatan
4. 7. Setiap membaca atau menulis, jarak mata terlalu
dekat, hanya dapat membaca huruf ukuran besar.
8. Di tengah matanya terlihat putih (katarak) atau
kornea (bagian bening di depan mata)
terlihat berkabut.
9. Mata tidak terlihat menatap lurus ke depan, sering
memicingkan atau mengerutkan kening terutama
di cahaya terang atau saat mencoba
melihat sesuatu.
Identifikasi Awal Anak Dengan
Gangguan Penglihatan
5. 10. Mengeluh lebih jelas melihat sesuatu siang hari
dibandingkan malam hari.
11. Acapkali mendorong bola mata dengan jari atau
buku jari untuk melihat sesuatu serta sering
mengeluh pusing dan mual begitu selesai
mengerjakan sesuatu dari jarak dekat.
12. Pernah mengalami operasi mata dan memakai
kacamata sangat tebal, tetapi masih tidak dapat
melihat dengan jelas.
Identifikasi Awal Anak Dengan
Gangguan Penglihatan
7. Terdapat dua jenis utama asesmen penglihatan,
yaitu;
1. Asesmen yang mengukur jumlah sisa penglihatan
yang masih dimiliki anak, dan,
2. Asesmen yang mengukur penglihatan fungsional,
yaitu untuk mengetahui seberapa baik anak
dapat menggunakan sisa penglihatan yang
masih dimilikinya itu
Asesmen Anak dengan
Gangguan Penglihatan
8. Terdapat dua jenis utama asesmen penglihatan,
yaitu;
1. Asesmen yang mengukur jumlah sisa penglihatan
yang masih dimiliki anak, dan,
2. Asesmen yang mengukur penglihatan fungsional,
yaitu untuk mengetahui seberapa baik anak
dapat menggunakan sisa penglihatan yang
masih dimilikinya itu
Asesmen Anak dengan
Gangguan Penglihatan
9. 1. tes penglihatan jauh;
2. tes penglihatan dekat;
3. tes bidang pandang untuk mengetahui
apakah bidang pandangnya penuh atau
terbatas;
4. tes penglihatan warna untuk mengetahui
apakah anak dapat mengenali warna dan
menyebutkan namanya;
Asesmen Ketajaman
Penglihatan (Visual Acuity)
10. 5. tes kepekaan terhadap kekontrasan
untuk mengetahui seberapa besar
kekontrasan berdampak pada cara
anak menggunakan penglihatannya;
6. asesmen keberfungsian penglihatan, untuk
mengetahui bagaimana kemampuan anak
menggunakan penglihatannya untuk hal-hal
yang spesifik.
Asesmen Ketajaman
Penglihatan (Visual Acuity)
11. Asesmen Penglihatan
Fungsional
Anak dengan gangguan penglihatan yang masih memiliki
sisa penglihatan harus mendapatkan asesmen yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa baik anak itu dapat memanfaatkan
sisa penglihatan dalam kinerjanya sehari-hari.
Penggunaan penglihatan seperti ini dikenal dengan istilah
"keberfungsian penglihatan" (visual functioning).
12. 1. apakah obyek-obyek itu sudah dikenalnya
atau asing baginya;
2. jarak obyek-obyek itu;
3. besarnya obyek-obyek itu;
4. apakah obyek-obyek itu rumit atau sederhana;
5. tingkat pencahayaan pada obyek itu;
Keeffe (1995) mengemukakan daftar faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi seberapa baik seseorang
dapat melihat dan mengenali obyek-obyek:
13. 6. kekontrasannya dengan latar belakangnya;
7. warna obyek itu;
8. apakah obyek itu diam atau bergerak;
9. seberapa mudah mendapatkan obyek itu;
10. posisi obyek itu;
11. waktu yang tersedia untuk melihatnya;
Keeffe (1995) mengemukakan daftar faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi seberapa baik seseorang
dapat melihat dan mengenali obyek-obyek:
14. 1. preferensi anak dalam hal kondisi cahaya dan
posisinya di dalam kelas, dan untuk kegiatan-
kegiatan tertentu, misalnya menonton TV,
mengamati peragaan guru,
menggunakan komputer;
2. akses ke informasi yang tertulis pada papan tulis;
3. mobilitas di tempat yang sudah dikenalnya
maupun di tempat baru, dan kemampuannya
untuk beradaptasi terhadap perubahan kondisi
cahaya;
4. ukuran dan kekontrasan tulisan yang lebih
disukainya;
5. kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan
praktek, misalnya dalam praktikum IPA;
Guru dapat melakukan penelaahan yang seksama terhadap
kekuatan dan kelemahan anak dalam caranya menggunakan
sisa penglihatannya, dengan mencatat hal-hal berikut:
15. 5. kemampuan untuk berpartisipasi dalam
bidang-bidang kurikulum lainnya seperti dalam
kegiatan olahraga - apakah anak aktif ambil
bagian dalam semua kegiatan tim dan
perorangan?
6. kecepatan kerja - jumlah pekerjaan yang tidak
terselesaikan merupakan indikator yang dapat
dipergunakan;
7. keterampilan pengorganisasian diri, misalnya
apakah anak sering sekali kehilangan barang-barang
miliknya?
8. kemampuan dan kemauan untuk menggunakan alat
bantu low vision yang diresepkan baginya, seperti
CCTV, alat magnifikasi genggam.
Guru dapat melakukan penelaahan yang seksama terhadap
kekuatan dan kelemahan anak dalam caranya menggunakan
sisa penglihatannya, dengan mencatat hal-hal berikut:
16. 1. menemukan dan menatap suatu obyek cukup lama
untuk mengenalinya;
2. mengikuti gerakan obyek, mengamati dengan
matanya, dan mengalihkan tatapan dari satu
obyek ke obyek lainnya;
3. membeda-bedakan obyek, misalnya
mengenali obyek dari bentuk garis luarnya;
Di samping itu, anak juga harus diobservasi dan diasesmen
dalam keterampilan ‘persepsi visualnya’ yang meliputi:
17. 4. mengidentifikasi pola-pola, misalnya
mengenali pola simetris dan non-simetris atau
menjodohkan fitur-fitur yang identik seperti
angka-angka dan huruf-huruf;
5. koordinasi tangan-mata, misalnya kegiatan
menelusuri seperti dalam permainan
menelusuri jaringan jalan yang ruwet;
6. mengidentifikasi mimik dan isyarat tubuh.
Di samping itu, anak juga harus diobservasi dan diasesmen
dalam keterampilan ‘persepsi visualnya’ yang meliputi: