SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Studi Kasus Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi
KlinikPada Penderita Hipertensi + Dislipidemia + CKD stadiumIV + Jantung + Asam
urat di Poli Konsultasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah diperiksa, disetujui
dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji Laporan Studi Kasus Praktek Kerja Lapangan
Manajemen Asuhan Gizi Klinik di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
Malang, 24 Februari 2014
Kepala Instalasi Gizi
RULIANA, SST, M.Kes
NIP. 19680305 199003 2004
Clinical Supervisior Clinical Instructure
Edi Waliyo S.Gz, M.Gizi Reni Widya A, S.Gz
NIP. 197306161997031002 NIB. C.09.334
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan study kasus Praktek Kerja Lapangan Manajemen
Asuhan Gizi Klinik Penatalaksanaan Diet Rendah Protein dan Rendah Garam II Pada
Pasien Hipertensi + Dislipidemia + CKD stadiumIV + Jantung + Asam urat di Poli Gizi
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Laporan Studi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
mata kuliah Manajemen Asuhan Gizi Klinik. Dalam penyusunan laporan ini, saya
mendapatkan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini
saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Ruliana, SST, M.Kes selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar Malang.
2. Bapak Agus Hermansyah MPH, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak.
3. Mbak Reni Widya S, S.Gz selaku Clinical Instructure Praktek Kerja Lapangan
Manajemen Asuhan Gizi Klinik di Poli Konsultasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar Malang.
4. Bapak Edi Waliyo, S.Gz, M.Gizi selaku supervisor dari Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak.
5. Seluruh teman – teman praktek se-Indonesia (Kupang, Sorong, Jember, dan
Jakarta) yang telah banyak membantu secara materi dan non materi demi
terselesainya laporan Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinikdi
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan MAGK selanjutnya dan semoga bermanfaat bagi semua.
Malang, Februari 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan…………………………….........………….............................. i
Kata Pengantar ……...………………………………............................................... ii
Daftar Isi……………………………………………………..........………….......... iii
Daftar Tabel …………………………………………………………….................. v
Daftar Lampiran.… ……………………………......................................…............. vi
BAB I GambaranUmum Pasien…...………..…………………................................
1. Data Subjektif.………………………………………………………...…............
1.1. Identitas Pasien…………….…………………………………......................
1.2. Riwayat Penyakit…………………………………...………........................
1.3. Riwayat Nutrisi.…………….......……………...……...................................
1.4. Riwayat Lainnya..…………………………….......………….......................
2. Data Objektif…………………………………………….......……………..........
2.1. Antropometri...….………………………….......………….…......................
2.2. Biokimia …………...…………………………………....….........................
2.3. Fisik/Klinik ...……………………...………………….....….........................
1
1
1
1
1
3
4
4
4
5
BAB II PenentuanMasalahGizi ……………………...............................……..........
1. Diagnosa Medis ……...............……………...…………………………..............
2. Keluhan Utama …………………....……….........…………..……………..........
3. Identifikasi Masalah ……………...……………………...……....…….…..........
4. DiagnosaGizi …………………………………………………………................
6
6
6
6
7
BAB III Intervensi……………………………………………………..……...........
1. Terapi Diet ………………………………………………………………...........
1.1. Tujuan Diet …………………………………………….……………..........
1.2. Prinsip Diet …………………………………………….………...…...........
1.3. Syarat Diet ……………………………………………….………..…..........
1.4. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi ……………………………………............
2. Terapi Edukasi …….………………………………………..……………..........
2.1. Tujuan …………………………………………………..………….............
2.2. Sasaran ………......…………………………………………………............
2.3. Waktu …………......………………………………………………..........…
2.4. Tempat ……………………….………………….…………………............
2.5. Metode …………………………………………….…………….…............
2.6. Alat Bantu ………………………………………………......………...........
8
8
8
8
8
9
10
10
10
10
10
10
10
iii
2.7. Materi ………………………………………………………..……..........… 11
BAB IV Rencana Monitoring dan Evaluasi...................................................
1. Antropometri ……………………………………………..................…..........…
2. Biokimia …………………………………………………..........……….............
3. Klinik ………………………………………………….......…………….............
4. Asupan …………………………………………………….......…….…..........…
13
13
13
13
13
BAB V Tinjauan Pustaka………………………...……….........…............... 14
BAB VI Hasil dan Pembahasan………………………………….............… 40
BAB VII Kesimpulan dan Saran ………………….……......................…… 47
DaftarPustaka
Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebiasaan Makan Pasien........................................................................ 2
Tabel 2. Riwayat obat-obatan............................................................................... 3
Tabel 3. Pemeriksaan Biokimia............................................................................ 4
Tabel 4. Klasifikasi Hipertensi........................................................................... 13
Tabel 5. Kadar Kolesterol................................................................................... 19
Tabel 6. Hasil Recall Asupan Makan Pasien................................................ .... 41
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perencanaan Dan Implementasi Asuhan Gizi
Lampiran 2. Monitoring dan Evaluasi
Lampiran 3. Hasil Recall Pasien ( 20 Januari 2014)
Lampiran 4. Rancangan Menu Sehari
Lampiran 5. Lembar Asuhan Gizi Rawat Jalan Dewasa (Anamnesa Pasien)
vi
BAB I GAMBARAN UMUM PASIEN
1. Data Subjektif
1.1 Identitas Pasien
1. Nama : Ny. SM
2. No Register : 10426303
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Umur : 80 tahun
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
7. Alamat : Malang
8. Diagnosa Medis :Hipertensi + Dislipidemia + Chronic Kidney Disease stadium IV +
Jantung + Asam urat
a.2 Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menderita penyakit hipertensi + dislipidemia + Chronic Kidney Desease (CKD)
stadium IV + jantung + asam urat. Pada tanggal 20 Januari 2014, pasien memeriksakan dirinya ke
Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful Anwar Malang karena sering merasakan dadanya panas dan
cepat merasa lelah ketika berjalan jauh. Kemudian pasien dirujuk untuk datang ke Poli Konsultasi
Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan dislipidemia sejak lima tahun yang lalu. Pasien
pernah masuk rumah sakit pada bulan Juli 2013 karena sakit jantung. Bulan november 2013 pasien
di diagnosa menderita Chronic Kidney Desease (CKD) stadium IV.
3. Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.
A.3 Riwayat Nutrisi
a. Riwayat Gizi Sekarang
o Pada saat konsultasi pasien diberikan diet Rendah Protein dan Rendah Garam II (600-
800 mg Na)
o Intake cairan sehari 1500ml.
o Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak diare maupun konstipasi.
7
o Pasien mengalami penurunan nafsu makan.
o Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan.
o Hasil Recall Pasien 24 jam :
 Energi : 554,2 kalori (32,40%)
 Protein : 16,4 gram (33,19%)
 Lemak : 13,3 gram (28%)
 Karbohidrat : 94,3 gram (34,54%)
2. Riwayat Gizi Dahulu
Tabel 1. Kebiasaan Makan Pasien
Pola Makan ( Beri Tanda √ pada pilihan frekuensi)
Bahan Makanan
Frekuensi
Bahan Makanan
Frekuensi
TP J S TP J S
Nasi √ Sayuran Buah √
Jagung √ Pisang √
Mie √ Pepaya √
Roti √ Jeruk/apel/pir √
Biskuit √ Susu segar √
singkong/ubi rambat √ Susu kental manis √
Tempe/tahu/oncom √ Susu tepung Whole √
Ayam √ Susu tepung skim √
Daging √ Keju √
Hati/limpa/otak/usus/paru √ Minyak/gorengan √
Telur ayam/bebek √ Kelapa Santan √
Ikan basah √ Margarin/mentega √
Ikan kering √ Teh manis √
Udang/kerang/kepiting √ Kopi manis √
Sayuran daun hijau √ Sirup √
Sayuran kacang2an √ Minuman berenergi √
o Frekuensi makan pasien tidak teratur yaitu <3 kali sehari.
o Px mempunyai kebiasaan makan yang tidak teratur yaitu < 3 kali sehari.
o Sumber KH yang sering dikonsumsi px adalah nasi dengan jumlah ±100gr / tiap kali
makan sedangkan jagung, mie, roti, biscuit, singkong/ubi rambat jarang dikonsumsi px.
o Sumber Protein hewani yang sering dikonsumsi pxadalah ikan basah dengan jumlah
±50gr / tiap kali makan sedangkan ayam, daging, telur jarang dikonsumsi px dan
hati/limpa/otak/usus/paru, ikan kering, udang/kerang/ kepiting tidak pernah dikonsumsi
lagi oleh px.
8
o Sumber protein nabati seperti tahu dan tempe sering dikonsumsi oleh px dengan
jumlah ±50gr / tiap kali makan.
o Px menyukai semua jenis sayuran daun hijau, sayuran kacang-kacangan, dan sayuran
tomat/wortel sering dikonsumsi px dengan jumlah ±100gr / tiap kali makan.
o Buah yang sering dikonsumsi px adalah buah pisang dengan jumlah 1 buah/tiap kali
makan, sedangkan buah pepaya, jeruk/apel/pir jarang dikonsumsi px.
o Minuman yang sering diminum px adalah air putih dengan jumlah <1000ml /hari dan
jamu air mancur, sedangkan teh manis dan kopi manis jarang dikonsumsi px dan semua
jenis susu, sirup, dan minuman bersoda tidak pernah dikonsumsi px.
o Pasien sering mengkonsumsi jenis makanan yang diolah dengan minyak (gorengan).
o Dua tahun belakangan pasien juga rajin mengkonsumsi obat hipertensi. Susunan menu
yang dikonsumsi cukup seimbang.
A.4 Riwayat Lainnya
a. Sosial Ekonomi
Sebelum pasien mengetahui sakit hipertensi + dislipidemia + Chronic Kidney Desease
(CKD) stadium IV + jantung + asam urat, pasien merupakan pensiunan dan rajin olahraga
badminton. Namun setelah tiga tahun mengetahui penyakit hipertensi dan dislipidemia, pasien
berhenti berolahraga.
2. Obat-obatan
Tabel 2. Riwayat obat-obatan
Nama Obat Dosis
Amilodepin 1x5gr
Furesemide 1 x 2 gr
Nitrolat 2 x 5
Esfat 1 x 1
Alupurinol 1 x 100gr
2. Data Objektif
1.2 Antropometri
BB: 79 cm
TB: 157 cm
BBI = TB - 100
= 157- 100
= 57 kg
9
IMT = BB/(TB) 2
= kg/ m2
= 79 / (1,572
)
= 32,11 kg/ m2
= Status Gizi Obesitas
1.3 Biokimia
Tabel 3. Pemeriksaan Biokimia
No
.
Jenis
Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Hasil
Pemeriksaan
Keterangan
16 Desember 2013
1. Hb 11,4 – 15,1 g / dl 10,20 g /dl
2. Eritrosit 4 - 5 106
/µl 3,43 106
/µl
3. Leukosit 4,7 – 11,3 103
/µl 7,31 103
/µl Normal
4. Hematokrit 38 - 42 % 32,50%
5. Trombosit 142 – 424 103
/µl 189 103
/µl Normal
6. MCV 80 – 93 FL 94,80 FL
7. MCH 27 - 31 pg 29,70 pg Normal
8. MCHC 32-36 g / dl 31,40g / dl
9. Ureum 16,6 – 48,5 mg/dl 147,70 mg/dl
10. Kreatinin < 1,2 mg/dl 4,03 mg/dl
11. Asam urat 2,4 – 5,7 mg /dl 10,1 mg / dl
12. Na 136-145 mmol/L 142 mmol/L Normal
13. Kalium 3,5 – 5 mmol/L 5, 37mmol/L
14. Cl 98- 106 mmol/L 115mmol/L
15. Protein Masif Negatif +2 +2
19 September 2013
1. GDP 60 – 100 mg /dl 105 mg / dl Normal
2. GD 2 JPP <130 mg / dl 110 mg / dl Normal
3. Kolesterol total <200 mg / dl 244 mg / dl
4. Trigliserida <150 mg / dl 163 mg / dl
5. Kolesterol HDL >50 mg / dl 35 mg / dl
6. Kolesterol LDL <100 mg / dl 178 mg / dl
1.4 Fisik / Klinis
a. Fisik
o KU baik
o Pucat
o Sering merasa lelah
o Lemah
10
2. Klinis
o TD : 153/78 mmHg (Tinggi)
11
BAB II PENENTUAN MASALAH GIZI
1. Diagnosa Medis
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien menderita penyakit hipertensi + dislipidemia +
Chronic Kidney Desease (CKD) stadium IV + jantung + asam urat.
1. Keluhan Utama
a. Dada terasa panas
2. Mudah merasa lelah
2. Identifikasi Masalah
a. Kadar Hb rendah yaitu 10,20
2. Kadar Eitrosit rendah 3,43 106
/µl
3. Kadar Hematokrit rendah 32,50%
4. Kadar MCV tinggi 94,80 FL
5. Kadar MCHC rendah 31,40g / dl
6. Kadar Ureum tinggi 147,70 mg/dl
7. Kadar Kreatinin tinggi 4,03 mg/dl
8. Kadar Asam urat tinggi 10,1 mg / dl
9. Kadar Kalium tinggi 5, 37mmol/L
10. Kadar Cl tinggi 115mmol/L
11. Kadar Kolesterol total tinggi 244 mg / dl
12. KadarTtrigliserida tinggi 163 mg / dl
13. Kadar HDL rendah 35 mg / dl
14. Kadar LDL tinggi 178 mg / dl
15. Protein Masif +2
16. Tekanan darah tinggi yaitu 153/78 mmHg.
17. Intake makanan kurang. Energi 32,40%, Protein 33,19%, Lemak 28%, Karbohidrat
34,54%.
18. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
19. Pola makan yang < 3x sehari
12
3. Diagnosa Gizi
a. NI-2.1
Kekurangan intake makanan dan minuman oral yang disebabkan nafsu makan menurun
ditandai dengan persentase hasil recall energi 32,4%, protein 33,19%, lemak 28% dan karbohidrat
34,54%.
2. NI-5.1
Peningkatan kebutuhan fe berkaitan dengan adanya anemia ditandai dengan Hb rendah
yaitu 10,20 g/dl.
3. NC-5.4
Penurunan kebutuhan natrium, protein, dan lemak berkaitan dengan adanya riwayat
Hipertensi, disfungsi ginjal, dan dislipidemia ditandai dengan TD tingi 153/79 mmHg, ureum
tinggi 147,70 mg/dl, kreatinin tinggi 4,03 mg/dl, asam urat tinggi 10,1 mg/dl, kolesterol total
tinggi 244 mg/dl, Trigliserida tinggi 163 mg/dl, dan LDL tinggi 178 mg/dl.
4. NB-3.1
Intake makanan yang tidak aman yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang
makanan yang tidak aman ditandai dengan riwayat pasien mengkonsumsi jamu air mancur setiap
hari.
5. NC-3.3
Berat badan berlebih (obesitas) berkaitan dengan kurangnya aktivitas ditandai dengan hasil
IMT 32,11 kg/ m2
13
BAB III INTERVENSI
1. Terapi Diet
1.5 Tujuan Diet
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan ginjal
2. Mencapai status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal
3. Menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah hingga mencapai batas normal
4. Meningkatkan kadar Hb hingga mencapai batas normal
5. Menurunkan tekanan darah hingga mencapai batas normal
6. Menurunkan kolsterol darah, trigliserida, LDL hingga mencapai batas normal
7. Meningkatkan kadar HDL hingga mencapai batas normal
8. Menurunkan kadar asam urat dalam darah
1.6 Syarat Diet
a. Energi diberikan 30 kalori/kg BB.
2. Protein 0,6gr / Kg BB ditambah protein masif (utamakan protein
bernilai biologis tinggi dan rendah purin)
3. Lemak diberikan 25 % dari total kebutuhan energi.
4. Karbohidrat diberikan 63,85% yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi energi dari
protein dan lemak.
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai dengan kebutuhan normal khususnya Natrium (600-
800 mg) atau setara dengan ¼ sdt ( 2 gr) garam dan Kalium (40-70mEq/ 1600-2800mg)
6. Kolesterol rendah <300 mg/dl.
7. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah ± 500 mL.
8. Makanan yang diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
9. Cara pemberian makanan melalui oral.
1.7 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Diketahui :
14
a. BB : 79 kg
2. TB : 157 cm
3. BBI : 57 kg
4. U : 80 tahun
E = 30 kalori/ kgBB
= 30 x 57
= 1710 kalori
P = 0,6 x kg BB
= 0,6 x 79
= 47,4 gram/ hari + (protein masif)
= 47,4 + 2 gr
= 49,2 gr/hari (11,15 %)
L = 25 % x 1710 kalori
9
= 47,5 gr/ hari
% KH = 100 % - (%P +%L)
= 100 – ( 11,15 + 25 )
= 63,85 %
KH = 63,85 % x 1710 kalori
4
= 272,95 gr/ hari
1. Terapi Edukasi
1.8 Tujuan
a. Pasien mengerti diet Rendah Protein dan Rendah Garam
2. Pasien mengerti bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi
3. Pasien dapat menerapkan pola hidup sehat dan pola makan dengan menu seimbang
15
1.9 Sasaran
Pasien
1.10Waktu
± 30 menit
1.11Tempat
Ruang Poli Konsultasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
1.12Metode
Konseling dan tanya jawab
1.13Alat Bantu
a. Leaflet (Diit RP, diit RG, dan bahan makanan penukar)
2. Food model
3. Lembar anamnesa
1.14Materi
Diit Rendah Protein dan Rendah Garam II
Tujuan diit:
16
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan ginjal.
2. Menurunkan kadar ureum dan creatinin darah.
3. Mengatur konsumsi natrium untuk mengantisipasi tekanan darah dan odema.
4. Membatasi konsumsi kalium untuk mencegah hiperkalemi.
5. Membatasi konsumsi phospor.
6. Mengatur konsumsi cairan untuk mencegah kelebihan cairan (oedem/bengkak).
Bahan makanan yang dibatasi:
a. Bahan makanan tinggi kalium seperti alpukat, pisang, tomat, umbi-umbian, sayuran (Daun
singkong, daun pepaya, bayam, kapri, kembang kol, buncis), kacang tanah, kacang hijau
dan kacang kedelai.
2. Bahan makanan tinggi phospor seperti tempe kedele, kacang kedele, ragi/tape, udang,
kerang, kepiting, cumi, keju, teri.
3. Bahan makanan tinggi kolesterol = lemak jenuh seperti jeroan (usus, paru, hati, limpa,
babat), kulit ayam, lemak hewan, minyak kelapa, santan kental.
4. Bahan makanan tinggi natrium seoerti garam dapur, vetsin, soda kue, pengawet makanan
dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam dapur.
5. Bahan makanan yang mengandung gas speerti sawi, kubis, lobak, nangka, duren.
6. Konsumsi cairan dari makanan dan minuman sesuai jumlah cairan yang keluar dalam satu
hari (urine 24 jam ± 500cc)
7. Minuman yang mengandung soda dan alkohol.
8. Bumbu-bumbu yang merangsang seperti merica, lombok, jahe, cuka.
Bahan makanan yang dianjurkan:
a. Sumber kalori : nasi/tim beras, tepung, bihun, mie, makaroni, gula, sirup, madu.
2. Sumber protein hewani: daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan segar/ikan laut, telur,
susu (jumlah sesuai yang ditentukan)
3. Sumber lemak: minyak jagung, minyak kelapa sawit, minyak wijen.
Ket: bahan makanaan dapat diganti /ditukar sesuai dengan golongannya didaftar bahan
makanan penukar.
17
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI
1. Antropometri:
• Berat Badan (BB)
2. Biokimia:
• Kadar Hb
• Kadar Eritrosit
• Kadar Hematokrit
• Kadar MCV
• Kadar MCHC
• Kadar Ureum
• Kadar Kreatinin
• Kadar Asam Urat
• Kadar Kalium
• Kadar Cl
• Kadar Kolesterol Total
• Kadar HDL
• Kadar LDL
• Protein Masif
3. Fisik/ Klinis:
• Fisik : KU
• Klinis : Tekanan Darah (TD)
4. Dietary
• Intake Makanan
- Edukasi:
Pasien mengerti diit apa yang dijalani, bahan makanan apa yang dibatasi, dianjurkan,
dan diganti, serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
18
BAB V TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertensi
1.1 Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent
Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2004).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu
keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
Klasifikasi hipertensi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi TDS* (mmHg) TDD** (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 100
*TDS, Tekanan Darah Sistolik **TDD, Tekanan Darah Diastolik
Sumber: The Seventh Report of Joint National Committee (JNC-7) (2003)
1.2 Etiologi
Penyebab tekanan darah yang paling sering adalah aterosklerosis atau penebalan dinding
arteri yang membuat hilangnya elastisitas pembuluh darah. Sebab lainnya adalah faktor keturunan,
bertambahnya jumlah darah yang dipompa jantung, penyakit pada ginjal, kelenjar adrenal, dan
sistem syaraf sipatis. Pada mereka yang hamil, kelebihan berat badan, stres, dan tekanan mental,
hipertensipun kerap menghinggapinya. Akibat dari hipertensi bisa beragam, seperti komplikasi
pembesaran jantung, penyakit jantung koroner, dan pecahnya pembuluh darah otak.
19
Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai : Hipertensi Primary dan
Hipertensi Secondary :
a. Hipertensi Primary
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai
akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak
terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus
awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi,
termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum
meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas
normal atau gemuk.
Selain itu konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh
peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk
mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok
dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat
mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang. (Anonim, 2012)
1.3 Tanda/ gejala-gejala
Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khas pada umumnya dan sangat jarang
dirasakan atau dikeluhkan oleh penderita. Adakalanya beberapa gejala timbul bersamaan dengan
hipertensi dipercaya sebagai akibat dari tekanan darah tinggi,diantaranya yaitu : Sakit kepala,
kelelahan, mual dan muntah, sesak nafa, gelisah, pandangan menjadi kabur. Manifestasi klinis
pada hipertensi berat mungkin hingga terjadi koma, penurunan kesadaran karen pembengkakan
otak yang disebut ensefalopati hipertensi (Sustrani, 2006).
1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
20
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, C Suzanne
dan Bare,Brenda G., 2002)
1.5 Penatalaksanaan
a. Terapi non farmakologis
o Kandungan garam (Sodium atau Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam
mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam
dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
21
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Adapun syarat-syarat diet garam rendah adalah :
- Energi diberikan sesuai kebutuhan dengan memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor strees
serta umur.
- Cukup protein, lemak, dan KH.
- Natriumdibatasi 200-1200 mg Na, disesuaikan berat ringannya retensi garam, air, dan
hipertensi.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan
berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
- Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada
pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
- Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak terlalu
berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
- Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian
makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g).
o Kandungan Potasium atau Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah.
Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran
yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain semangka,
alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri,
bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega 3 sagat dikenal
efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan
22
tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko
lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam
darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti
jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
2. Terapi farmakologis
Menurut Sanif (2009), beberapa obat yang digunakan dalam penanganan hipertensi dengan
farmakologis :
o Diuretik
 Aldosteron Antagonis
Obat ini akan memblokir reseptor aldosteron di : Jantung, ginjal, otak, dinding pembuluh
darah, obat ini akan mengakibatkan sering kencing, berkeringat yang akan membawa lebih banyak
garam dan air keluar dari tubuh, sehingga volume darah berkurang dan berakibat turunnya tekanan
darah. Contoh obat dari aldosteron antara lain : Spironolactone
(Aldactone,Aldazide,Carpiatone,Letonal,Spirola,Spirolacton)
 Thiazides
Merupakan diuretik pada tahap awal, namun jangka panjang dapat melebarkan dinding
pembuluh darah, mekanismenya belum jelas. Efek samping, impotensi. Beberapa contoh obat
thiazide: Chlorthalidone (hygroton), Chlorthiazide (Diuril), H.C.T (hyrochlorthyazide),
Triamterene (maxzide)
o Penyekat sistem renin-angiotensin
ACE inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan
mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade
reseptor AT1 secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat
menambah efek hipotensi. Contoh dari ACE inhibitor adalah captopril, enalapril, fosinopril,
trandopril dll.
o Beta blocker
Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan darah melalui penurunan curah jantung,
karena reduksi kecepatan detak jantung dan kontraktilitas. Mekanisme lain yang diajukan
mengenai bagaimana beta blocker mengurangi tekanan darah adalah efek pada sistem saraf pusat,
dan inhibisi pelepasan renin. Beta blocker terutama efektif pada pasien hipertensi dengan
takikardia, dan potensi hipotensi mereka dikuatkan oleh pemberian bersama diuretik. Beberapa
23
contoh antihipertensi golongan Beta Blocker adalah amlodipine, cardivask, diltiazem, felodipine,
nicardipine, dll (Anonim, 2012).
2. Dislipidemia
2.1 Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita,
2004). Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah
atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry Hartono,
2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran yang penting
dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri.
Ketiganya dikenal sebagai trias lipid, yaitu:
a. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total darah
dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan tidak bergantung pada
faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis, dan klinis menunjukkan
dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis
penyakit jantung koroner (PJK).
2. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar kolesterol HDL
dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat menaikan kadar kolesterol HDL
dan dapat mengurangi penyakit jantung koroner
3. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan penyakit jantung
koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol HDL.
Tabel 5. Kadar Kolesterol
24
Kadar Lemak Darah Dalam Tubuh
Kisaran Ideal
(Mg/dl)
Kolesterol Total 120-200
LDL 60-160
HDL 35-65
Perbandingan LDL/HDL <3,5
Trigliserida <200
Sumber: Bahri anwar, 2004
2.2 Etiologi
Dalam batasan ilmiah, dislipidemia terjadi adanya akumulasi kolestrol dan lipid pada
dinding pembuluh darah. Dislipidemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk
faktor resiko utama penyakit jantung koroner. Penelitian mendukung bahawa dislipidemia
memiliki lebih dari satu penyebab yaitu meliputi faktor genetik, pola makan, obesitas, kebiasaan
merokok, kurang keteraturan berolahraga, strees, dan faktor lainnya.
a. Faktor genetik
Dislipidemia cenderung terjadi dalam keluarga, mendukung bahwa hal itu mungkin
memiliki suatu penyebab genetic. Dalam dunia medis dislipidemia yang diturunkan familial
dislipidemia (FD). FD ini merupakan penyakit genetic yang diturunkan secara dominan autosomal
(kromosom yang bukan untuk produksi) dalam sel manusia. Penyebab penyakit ini adalah adanya
mutasi yang terjadi pada reseptor kolestrol LDL. Reseptor LDL merupakan reseptor sel perukaan
yang berfungsi untuk mempertahankan homeostasis kolestrol. Cara sederhana untuk menerangkan
bahwa penyebab dislipidemia dari faktor genetik yiatu sebesar 80% dari kolestrol di dalam darah
di produksi oleh tubuh sendiri ada sebagian orang yang memproduksi kolestrol lebih banyak
dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena factor keturunan. Pada orang tersebut meskipun
hanya mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol atau lemak jenuh tetapi tubuh tetap
saja memproduksi kolestrerol lebih banyak.
2. Faktor pola makan
Terjadi penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri koroner tersebut disebabkan oleh
penumpukan zat-zat lemak ( kolesterol, trigliserida) di bawah lapiasan terdalam (endothelium) dan
dinding pembuluh nadi. Salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya penimbunan zat lemak ini adalah gaya hidup, khususnya pola makan. Penyakit jantung
kerap diidentikan dengan penyakit akibat “ hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi
makanan mengandung lemak dan kolestrol. Hal ini semakin menjadi dengan kian membudayanya
konsumsi makanan siap saji / junk food dalam kurun waktu satu decade ini. Junk food telah
25
menjadi bagian dari gaya hidup sebagai masyarakat di Indonesia , diberbagai tempat yang selalu
penuh oleh pengunjung dengan berbagai usia, dari kalangan annak-anak hingga dewasa. Padahal
jun food banyak mengandung sodium. Lemak jenuh dan kolestrol. Lemak jenuh berbahaya bagi
tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol yang juga berperan akan
muncul penyakit jantung. Karena kolestrol yang mengendap lama-lama akan menghambat aliran
darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme otot jantung. Cara terbaik untuk menjaga
tubuh dari serangan jantung adalah mengubah gaya hidup dengan menjalankan diet seimbang.
Untuk menghindari penimbunan lemak jenuh seperti lemak sapi, kambing, makananan bersantan
dan gorengan kerena dapat meningkatkan kadar kolestrol darah. Lemak jenuh tunggal mempunyai
pengaruh sedikit terhadap peningkatan kadar kolestrol darah, terdapat pada minyak jaitun, minyak
biji kapas, minyak wijen.
3. Faktor obesitas
Obesitas digunakan untuk memahami batasan sederhana dari kelebihan berat badan yang
dihasilkan dari makan terlalu banyak dan aktifitas terlalu sedikit. Obesitas merupakan hasil
interaksi kompleks antara factor-faktor genetic, pertilaku dan lingkungan menyebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energy. Peningkatan berat badan 20% atau
lebih diatas berat badan normal adalah titik dimana kelebihan berat badan berkembang menjadi
gangguan kesehatan. Tingkat kelebihan berat badan yang rendah dapat berkaitan dengan resiko
kesehatan, terutama timbulnya gangguan kesehatan lain seperti diabetes, hipertensi dan penyakit
jantung.
Orang dengan obesitas maka didalam tubuhnya cenderung akan banyak timbunan lemak
yang berlebih, dan timbulnya lemak yang ada dalam tubuh ini akan menyebabkan penyempitan
pada pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini kemudian akan dapat meningkatkan kadar
kolestrol total dan LDL kolestrol. Obesitas telah berkembang sebagai faktor resiko diabetes.
Hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan beberapa kanker pada pria dan wanita. Kondisi lain yang
terjadi, termasuk kesulitan bernafas waktu tidur, osteoarthritis, kemandulan, hipertensi intracranial
idiopati, penyakit statis vena pada anggota gerak bawah,getaran gastro-esofageal dan gangguan
perkemihan.
4. Faktor kebiasan merokok
Masyarakat awam sudah banyak mengetahui bahwa merokok bisa merusak paru-paru
karena asap yang dihisap langsung masuk ke paru-paru namun banyak orang tidak tahu bahwa
rokok ternyata juga bisa meningkatkan kolestrol dalam tubuh manusia. Beberapa situs kesehatan
disebutkan bahwa zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, terutama nikotin dapat menurunkan
kadar kolestrol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolestrol buruk (LDL) dalam darah. Pada
26
kebanyakan orang yang merokok ditemukan bahwa kadar HDLnya rendah. Berarti kadar
pembentukan kolestrol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi
terganggu, sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL nya. Pada orang merokok
ditemukan kadar LDL nya tinggi , berarti lemak daru justru dibawa kembali ke jaringan tubuh.
Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam satu batang
rokok terdapat kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, 40% diantaranya beracun. Bahan kimia yang
berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap
rokok. Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas
membawa oksigen ke jantung. Selain mempurburuk profil lemak atau kolestrol darah, rokok juga
dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi.
5. Kurang keteraturan berolahraga.
Aktifitas yang efektif dapat menurunkan kadar kolestrol yaitu berupa olahraga teratur yang
dilakukan minimal tiga kali seminggu masing-masing dengan lama waktu antara kurang lebih 45
menit. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh seperti
paha, lengan atas serta pinggul,seperti senam, aerobic, jalan kaki, berenang, jogging, atau
bersepeda. Olahraga merupakan bagian dari aktifitas fisik yang dilakukan untuk tujuan
memperoleh manfaat kesehatan. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh tubuh dan
sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi luar metabolisme untuk
bergerak. Banyaknya energy yang dibutuhkan tergantung seberapa banyak otot bergerak, berapa
lama dan berapa berat aktifitas yangdilakukan.
Manfaat olahraga yang teratur yaitu :
o Meningkatkan kadar HDL kolestrol.
o Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard.
o Menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-
sama dengan menurunkan LDL kolestrol.
o Membantu menurunkan tekanan darah.
o Meningkatkan kesegaran jasmani.
6. Stress
Secara sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu
terganggu keseimbangannya. Stress terjadi akibat adanya situasi eksternal atau internal yang
memunculkan gangguan dan menurunkan individu untuk berespon adaptif. Stress merupakan
sesuatu yang terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stress seperti merupakan bagian dari
kehidupan itu sendiri.
27
Dalam sebuah penelitian menunjukkan orang yang stress 1,5 x lebih besar mendapatkan
resiko PJK daripada orang yang tidak stress karena dengan adanya stress terjadi peningkatan
kolestrol darah dan tekanan darah dalam tubuh.
2.3 Tanda/ gejala-gejala
Pasien dengan sindrom metabolik akan mengalami tiga atau lebih gejala yang menyertai
seperti obesitas pada perut, peningkatan tekanan darah, resistensi insulin dengan atau tanpa
intoleransi glukosa, atherogenic dyslipidemia, keadaan prothrombotic, dan keadaan
proinflammatory. Gejala yang dirasakan yaitu cemas, berkeringat,tanpa nyeri dada sampai nyeri
dada kuat, sesak napas, hilang kesadaran, nyeri abdomen (tanpa nyeri sampai nyeri kuat),
pankreatitis, polineuropati perifeal, BMI > 30 kg/m2
atau lingkar pinggang pria > 40 inchi(100 cm)
dan wanita 35 inchi (87,5 cm) (Juntak, 2013).
2.4 Patofisiologi
Ketika ada asuapan lemak eksogen dari makanan akan diabsorpsi di usus halus. Kemudian
akan di bentuk oleh sel epitel intestinal menjadi kilomikron yang selanjutnya akan menuju hepar.
Lipid yang terbawa lebih dari 80% adalah trigliserida. Setelah mengikat lemak makanan
kilomikron akan masuk ke sirkulasi untuk dipecah menjadi energi dan resintesis sertasisanya akan
diubah menjadi kolesterol. Orang dengan metabolisme cepat dan normal, pemasukan lemaknya
hanya sedikit maka kolesterol di sintesis dan digunakan pada organ ekstrahepatik, sebaliknya
banyak kolesterol dibawa oleh LDL untuk di katabolisme di liver. Adanya kolesterol yang berlebih
akan diikat oleh asam empedu untuk dibuang melalui feses. Selain pemasukan dari lemak eksogen
ada juga lemak endogen yang di hasilkan oleh tubuh yaitu trigliserida pada jaringan adipose.
Trigliserida akan diangkut oleh VLDL (Very Low DensityLipoprotein) dari hepar ke jaringan.
VLDL akan diubah menjadi IDL (Intermediate DensityLipoprotein) oleh lipoprotein lipase. IDL
akan di hidrolisis oleh hepatic lipase sehingga sebagian trigliserida akan diubah menjadi LDL yang
akan dimetabolisme di hepar dan jaringan perifer. LDL (Low Density Lipoprotein) berfungsi
mengangkut kolesterol dari hepar ke jaringan dan memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor di
membran sel. Adanya LDL yang berlebih merupakan faktor resiko terjadi aterosklerosis. Awalnya
partikel LDL yang ada dalam sirkulasiterjebak di dalam intima. LDL ini akan mengalami oksidasi
dan kemudian dipindahkan oleh reseptor scavenger khusus pada makrofag dan gel-gel yang lain.
Karena tidak ada pengendalianatas pembentukan reseptor maka ester-ester kolesterol kemudian
akan terakumulasi di dalam gelsehingga membentuk gel busa. Sel gelbusa akan membentuk bercak
perlemakan yang bisamenyebabkan kerusakan pada endotelium (Juntak, 2013).
28
2.5 Penatalaksanaan
a. Terapi non farmakologis
Pengobatan dislipidemia hendaknya selalu dimulai dengan diet. Tujuan diit dislipidemia
adalah menurunkan berat badan bila kegemukan, mengubah jenis dan asupan lemak makanan,
menurunkan asupan kolesterl makanan, dan meningkatkan asupan KH kompleks serta menurunkan
asupan KH sederhana.
Adapun syarat-syarat diit dislipidemia adalah:
o Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan faktoraktivitas dan
faktor strees.
o Cukup protein, mineral, dan vitamin.
o Lemak cukup 20-30% dari total kebutuhan energi, diutamakan lemak tak jenuh.
o KH sedang yaitu 50-60%, diutamakan KH kompleks.
o Serat tingi, terutama serat larut air.
o Kolesterol <300 mg/hari.
o Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
(RSSA, 2012)
Selain dari diit yang diberikan, pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan kaki, naik
sepeda, berenang, dll. Penting sekali diperhatikan agar jenis olahraga disesuaikan dengan
kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar dilakukan secara terus menerus. The American
Heart Association menyatakan bahwa Terapi Nutrisi Medik maksimal dapatmenurunkan kadar
LDL kolesterol sebesar 15 sampai 25 mg/dl. Jadi, bila kadar LDLkolesterol mengalami
peningkatan lebih dari 25 mg/dl diatas kadar sasaran terapi, hendaklah diputuskan untuk
menambahkan terapi farmakologik terutama terhadap pasien dengan risiko tinggi (pasien DM dgn
riwayat infark miokard sebelumnya atau dengan kadar LDLkolesterol tinggi diatas 130 mg/dl).
2. Terapi farmakologis
Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obat-obat penurun
lipid memberi manfaat perbaikan profil lipid. Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 golongan obat
yang dapat memperbaiki propil lipid serum yaitu:
o HMG-CoA reduktase inhibitor
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase
yaitu suatu enzim di hati yang berperan dalam pembentukan kolesterol. Dengan menurunnya
sintesis kolesterol maka hati akan mengkompensasi dengan meningkatkan reseptor LDL pada
29
permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol LDL di dalam darah akan ditarik ke hati,
sehingga akan menurunkan kadar kolesterol LDL dan jugaVLDL.
o Derivat asam fibrat
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan oksidasi asam lemak bebas di hati ataupun otot
dan mengurangi lipogenesis dihati sehingga sekresi dari VLDL dan trigliserid hati menjadi
menurun.
o Sekuestran asam empedu
Mekanisme kerjanya ada dua yaitu meningkatkan bersihan (klirens) kolesterol dan
menurunkan resirkulasi asam empedu. Mula‐mula obat ini mengikat asam empedu pada usus halus
sehingga mencegah resirkulasinya ke dalam sistem entrohepatik. Dengan demikian ekskresi asam
empedu meningkat hingga 10 kali lipat, dan karena asamempedu berkurang, hati berespon
meningkatkan produksi asam empedu dengan cara memecah kolesterol. Selain itu reseptor LDL
juga meningkat untuk mengikat kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada dalam sirkulasi
darah makin menurun.
o Asam nikotinat
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat enzim hormone sensitive lipase
dijaringanadiposa, dengan demikian akan mengurangai asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam
lemak bebas yang ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber
pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis VLDL dihati, akan mengakibatkan penurunan
kadar trigliserida dan juga kolesterol LDL plasma.
o Ezetimibe
Obat ini bekerja sebagai pengganggu absorpsi kolestrol dari membrane fili pada saluran
cerna, karena jumlah kolesterol yang masuk melalui usus halus turun, maka hati meningkatkan
asupan kolesterolnya dari sirkulasi darah, sehingga kadar kolesterol serumakan turun.
o Asam lemak omega-3
Asam lemak omega3 menurunkan kadar lipid dengan cara menekan produksi trigliserida
dan VLDL di hati dan meningkatkan konversi VLDL menjadi LDL. (Juntak, 2013).
30
3. Penyakit jantung Koroner
3.1 Definisi
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini
dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Diah
Krisnatuti dan Rina Yenrina, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh
koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi
rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982 ).
3.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah
ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot
jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan
gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor.
Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel
yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-otot
jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah
koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit
saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain
sebagainya. Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia
mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak
(Anonim, 1999).
3.3 Tanda/ gejala-gejala
Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak di dada,
gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian
tengah, lalu menyebar keleher, dagu dan tangan. Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian.
Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala ini lain
31
menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik (angina
pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja
keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional.
Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai keluhan apapun, sebagian
hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada umumnya tidak spesifik
untuk didiagnosa angina pectoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang
bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan
tenang eletro diagram pada orang yang menghidap angina
pectoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan
kerja fisik. Riwayat angina pectoris tidak stabillebih sulit dikendalikan karena terjadi secara tidak
terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat hebat di dada, disertai
dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat.
Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat diketahui
melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kardiografi dan dikatikan
dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit jantung
koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh
kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 1999).
3.4 Patofisiologi
Menurut Moore dalam makalah digilib, Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan
(PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium
pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak
ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga
menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard
atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut
densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very
Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL
menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan.
Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan
jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya.
3.5 Penatalaksanaan
32
a. Terapi non farmakologis
Tujuan dari terapi diit jantung adalah memberikan makanan secukupnya
tanpamemberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila kegemukan, dan mencegah atau
menghilangkan penimbunan garam dan air.
Adapun syarat-syarat diit jantung adalah:
o Energi diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan
faktoraktivitas dan faktor strees.
o Cukup protein, mineral, dan vitamin.
o Lemak sedang 20-30% dari total kebutuhan energi, 10% berasal dari lemak jenuh dan
10-15% lemak tidak jenuh..
o KH sisa dari kebutuhan.
o Kolesterol rendah terutama jika disertai dengan dislipidemia.
o Rendah garam 2-3gr/hari, jika disertai hipertensi.
o Serat cukup 25gr/hari, terutama serat larut air.
o Cairan cukup 1500-2000ml / hari.
o Makanan mudah dicerrna dan tidak menimbulkan gas.
o Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien.
o Porsi kecil tapi sering.
(RSSA, 2012)
2. Terapi farmakologis
Sejak beberapa tahun belakangan ini, obat-obat jantung berkembang pesat. Hampir setiap
tahun beredar obat baru. Setiap obat tampaknya mempunyai beberapa ciri khusus yang
ditonjolkannya. Walaupun demikian, mekanisme kerja dan indikasi pemakaian obat-obat baru itu
pada prinsipnya tidak banyak berbeda dengan obat-obat serupa sebelumnya. Beberapa obat
jantung yang penting dan banyak digunakan dalam klinik sehari-hari adalah:
• Diuretik
Diuretik adalah obat yang mampu mempercepat diuresis air dan zat-zat yang terlarut
didalamnya melalui ginjal. Masalah keseimbangan elektrolit dalam tubuh seperti natrium, kalium,
magnesium, kalsium, dan sebagainya sangat erat hubungannya dengan pemakaian diuretik.
Bahkan belakangan ini diuretik mempengaruhi profil lipid dan metabolisme glukosa dalam tubuh.
• Nitrat
33
Sebagai obat antiangina, golongan nitrat organik mampu merelaksasi semua otot polos,
terutama otot polos vakular. Dengan demikian, nitrat menyebabkan vasodilatasi semua sistem
vaskular, terutama vena-vena dan arteri-arteri besar. Disamping sebagai obat antiangina, nitrat
digunakan pula sebagai vasodilator pada pengobatan gagal jantung kongestif.
• Betabloker
Betabloker menekan adrenoseptor beta-1 jantung, sehingga denyut jantung dan kontratilitas
miokard menurun. Hal ini menyebabkan kebutuhan oksigen miokard pun berkurang, disamping
perfusi miokard (suplai oksigen) sedikit meningkat, karena regangan dinding jantung berkurang.
4. CKD
4.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti gijal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Aru W Sudoyo, 2009).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ERSD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubulus mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih,
dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama
lebih dari satu abad, walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak
seluruhnya disebabkan retensi urea dalam darah.
Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
a. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau
fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LGF), berdasarkan :
o Kelainan patologik atau
o Pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau urin, atau
kelainan pada pemerikasaan pencitaraan.
2. LFG <60 ml/menit/1,73 m2
yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal (Chonchol, 2005).
Gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan tak
reversibel yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Penyakit yang mendasari sulit dikenali
bila gagal ginjal telah parah. Bila laju filtrasi glomerulus (GFR) turun di bawah 25-30% dari angka
34
normal, ginjal mungkin menjadi tidak mampu mengekskresi sisa-sisa nitrogen, mengatur volume
dan elektrolit, dan mengeluarkan hormone.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju
filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang
lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1
adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal
dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang
sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan
stadium 5 adalah gagal ginjal (Perazella, 2005).
4.2 Etiologi
Para peneliti di Amerika Serikat telah menemukan daftar delapan faktor resiko untuk
mendeteksi PGK. Delapan faktor risiko tersebut meliputi usia tua, anemia, wanita, hipertensi,
diabetes, penyakit vaskular perifer dan riwayat gagal jantung kongestif atau penyakit
kardiovaskular (Eight-point Risk Factor Checklist Evolved to Predict Chronic Kidney Disease,
2008).
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR)
pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis
(25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).
Menurut National Kidney Foundation, faktor resiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien
dengan diabetes mellitus atau hipertensi, obesitas , perokok, berumur lebih dari 50 tahun dan
individu dengan riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit ginjal dalam keluarga
(National Kidney Foundation, 2009).
4.3 Tanda/ gejala-gejala
Begitu banyaknya sistem tubuh yang terganggu pada saat menderita gagal ginjal kronik.
Tanda-tanda yang bisa diperoleh jika seseorang telah menderita gagal ginjal kronik dibagi
berdasarkan sistem, adalah sebagai berikut:
a. Gangguan pada sistem pencernaan
o Tidak ada nafsu makan, mual hingga muntah-muntah. Ini terjadi karena gangguan
metabolisme tubuh. Akibat fungsi ginjal terganggu, metabolisme protein di usus
menjadi terganggu dan terbentuk zat-zat seperti amonia, dan lain-lain. Usus menjadi
sembab.
35
o Bau yang khas yang keluar dari mulut penderita yang disebabkan oleh ureum yang
berlebihan pada air liur. Oleh bakteri di mulut (yang biasanya memang ada), ureum ini
diubah menjadi amoniak sehingga bernapas dan berbicarapun berbau amonia. Selain itu
juga bisa timbul luka-luka kecil pada bibir (stomatitis).
o Sering mengalami cegukan,penyebabnya kenapa hal ini terjadi,belum diketahui.
o Menderita sakit maag, dan peradangan pada usus.
2. Gangguan pada kulit
o Kulit gatal, pucat dan kekuning-kuningan.
Penderita gagal ginjal kronik akan menjadi lebih putih (pucat) akibat anemia dan berwarna
kuning akibat penimbunan urokrom. Selain itu bisa terdapat luka-luka gores akibat sering
menderita gatal dan digaruk. Gatal terjadi karena racun yang tidak bisa dikeluarkan pada air seni
'keluar' melalui kulit. Tentunya peranan kulit tidak sehebat ginjal dalam hal pengeluaran racun.
Akibatnya hanya sebagian kecil saja racun yang bisa dikeluarkan kulit, namun efeknya sangat
besar bagi kulit karena memang kulit tidak dipersiapkan untuk itu.
3. Sistem hematologi/darah
o Kurang darah atau anemia
Anemia pada gagal ginjal kronik terjadi karena banyak sebab yang saling mendukung.
Oleh karena itu hanya mengobati/memperbaiki salah satu sebab saja tidaklah optimal.
4. Gangguan pada sistem saraf dan otot
o Sering merasa pegal pada kaki
Sering pegal pada kaki atau diistilahkan dengan 'restless leg syndrome' bisa dialami oleh
pasien gagal ginjal kronik. Akibatnya pasien sering menggerak-gerakan kakinya.
o Rasa seperti terbakar
Penderita bisa juga mengalami rasa seperti terbakar atau semutan terutama pada telapak
kaki. Hal ini diistilahkan dengan burning feet syndrome.
o Ensefalopali metabolik
Ensefalopati metabolik mengakibatkan perasaan lemah, tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi, tremor hingga bisa menyebabkan kejang.
o Kelemahan otot
36
Otot pasien menjadi lemah dan mengecil pada tungkai.
5. Gangguan pada sistem Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
o Terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi)
Hipertensi terjadi akibat penimbunan cairan dan terganggunya produksi renin seperti yang
pernah dijelaskan. Tekanan darah bisa meningkat akibat ienksaan gagal ginjal kronik, tapi bisa
juga tekanan darah yang tidak terkontrol menyebabkan gagal ginjal yang kronik.
o Sering mengalami nyeri dada dan sesak napas
Hal ini disebabkan karena selaput pembungkus jantung (perikard) mengalami radang yang
diistilahkan dengan perikarditis.
o Penyakit jantung koroner bisa juga terjadi akibat aterosklerosis yang timbul dini.
Aterosklcrosis terjadi karena gangguan metabolisme lemak yang terjadi pada penderita
gagal ginjal kronik ini.
6. Gangguan sistem endokrin (hormonal)
o Terjadi penurunan libido, fertilitas dan aktivitas seksual lainnya. Pada wanita bisa terjadi
gangguan menstruasi hingga tidak dapat mens lagi.
o Terjadi gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin hingga gangguan produksi
insulin yang menyebabkan penyakit kencing manis (diabetes melitus).
o Gangguan metabolisme lemak yang ditandai dari meningkatnya kadar trigliserid,
kolesterol, dan lain-lain dalam darah
o Gangguan metabolisme vitamin D.
Disamping gangguan metabolisme bahan bahan nutrisi,penderita gagal ginjal kronik juga
mengalami gangguan akibat perubahan-perubahan dalam fungsi hormon penurunan fungsi imun
dengan berbagai penyakit yang menyertai dan sering telah memakan obat. Sedangkan penurunan
fungsi imun juga dapat mempengaruhi penurunan status gizi pada gagal ginjal kronik
(Suhardja,2003).
4.4 Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit
primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi
sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal
kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran
histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer
37
apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian
seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal
terminal (Noer, 2006).
4.5 Penatalaksanaan
a. Terapi non farmakologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu, terapi dietetik pada penderita gagal ginjal kronik
mengalami kemajuan. Penderita gagal ginjal kronik dapat hidup normal dan produktif dengan
terapi dietetik, disamping dapat menunda menjalani cuci darah (hemodialisa) untuk jangka waktu
yang cukup lama. (Triyani Kresnawan,1991)
Pada tahun 1991 telah diadakan penelitian status gizi pada 14 penderita gagal ginjal kronik
di RSCM, dimana ditemukan kurang lebih 50% penderita berada dalam keadaan gizi kurang.
Asupan zat gizi penderita bila dibanding dengan kecukupan yang dianjurkan masih kurang, kecuali
asupan protein nabati, natrium dan fosfor. Dengan mempertimbamgkan hal-hal tersebut diatas
maka dirasakan perlu adanya penyusunan diet, dengan harapan agar penderita semaksimal
mungkin dapat mengkonsumsi hidangan yang telah disusun, sesuai dengan keadaan penyakitnya.
Tujuan dari terapi diit gagal ginjal kronik adalah mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal denganmemperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memperberat kerja ginjal,
membantu menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah, mengurangi atau mencegah gejala
Sindrome uremik, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, dan mencegah atau mengurangi
progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.
Adapun syarat-syarat diit gagal ginjal kronik adalah:
o Energi tinggi untuk mencegah katabolisme, yaitu 35-45kkal/kgBBI
o Protein rendah 0,6-0,75gr/kgBBA berupa protein dengan nilai biologi tinggi
o Lemak cukup 20-30% dari kebutuhanenergi total
o KH cukup, yaitu sisa dari total kebutuhan protein dan lemak
o Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites.
o Kalium dibatasi (40-70mEq)
o Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui
keringat dan pernapasan ( + 500 ml )
38
b. Terapi farmakologis
Pemakaian OAH, untuk megurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus.
Beberapa OAH terutama ACEI, sebagai antihipertensi dan antiproteinuria.
5. Gout Artritis
5.1 Definisi
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain
osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang menyerang penduduk
indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk
dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan
atau defosit kristal asam urat didalam persendian (Wijayakusuma, 2006).
Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein
(terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari
penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan
(Sustrani, 2004). Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti
dengan terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan
peradangan sendi pada lutut dan/atau jari (Almatsier, 2008).
Jenis asam urat yaitu :
a. Gout primer
Pada gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
2. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya produksi asam urat
karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu
senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino,
unsur pembentuk protein. Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit darah
( penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol, dan penyebab lainnya adalah
faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigiserin yang tinggi.
5.2 Etiologi
39
Secara umum, penyebab asam urat adalah terjadinya pemecahan sel terus menerus
sehingga menghasilkan asam urat yang berlebihan. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh makanan
yang dikonsumsi. Penyebab asam urat yang lain adalah metabolism tubuh yang kurang sempurna.
Penyebab asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal mengeluarkan asam urat tersebut melalui air
seni. Secara tidak langsung, kondisi umum tubuh yang kurang baik juga dapat menjadi penyebab
asam urat. Oleh karena itulah asam urat lebih banyak diderita orang yang berusia lanjut. Namun
demikian tentu saja asam urat bisa terjadi pada usia yang lebih muda karena gaya hidup yang
kurang sehat.
Meskipun penyebab asam urat dapat disimpulkan adalah karena terjadinya pemecahan sel
secara terus menerus, penyakit asam urat termasuk penyakit yang penyebabnya tidak diketahui
secara pasti secara klinis. Penyebab asam urat diduga berkaitan dengan faktor genetik dan faktor
hormonal. Hal inilah yang menyebabkan ketidaknormalan metabolisme tubuh yang merupakan
penyebab asam urat meningkat secara drastis. Namun demikian, efek kebalikan dari asam urat
yang berlebihan juga bisa menjadi penyebab asam urat. Pengeluaran asam urat secara berlebihan
menyebabkan kadar sangat rendah dan memicu tubuh mengeluarkan kembali yang kadarnya bisa
berlebihan dan menyebabkan asam urat tinggi.
Namun demikian, penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan. Asam urat
dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi. Konsumsi makanan dengan
kadar purin tinggi adalah satunya. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun
asam inti sel yang jika bereaksi dapat meningkatkan asam urat dengan cepat. Penyebab asam urat
sering diasumsikan berasal dari kondisi alami tubuh, padahal kondisi tubuh yang buruk utamanya
terjadi karena pola makan yang salah. Oleh karena itu, untuk menghindari asam urat, anda harus
mulai memperhatikan berbagai makanan penyebab asam urat untuk anda hindari.
Penyakit darah dapat juga menjadi penyebab asam urat. Penyakit sumsum tulang dan
polisitemia, misalnya, bisa menjadi penyebab tingginya kadar asam dalam darah yang menjadi
penyakit asam urat. Selain itu, obat-obatan seperti alkohol dalam obat, obat kanker, dan vitamin
B12 pun juga bisa menjadi penyebab asam urat. (Brilian, 2013)
5.3 Tanda/ gejala-gejala
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang pada malam
hari). Jika hout menyerang sendi-sendi, yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit
diatasnya terasa panas, disertai rasa nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakkan.
Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu makan
berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut
yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi
40
lain seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu
endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan kristal
asam urat (Wijayakusuma, 2006).
5.4 Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat
serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam
sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun dimulai.
Apabila serangan terjadi berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang
dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan, dan telinga
(Anonim, 2011).
Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan imunoglobulin yang berupa IgG.
Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian
akan memperlihatkan aktivitas imunologik (Anonim, 2011)
5.5 Penatalaksanaan
a. Terapi non farmakologis
Diet pada penderita asam urat yaitu harus mengonsumsi makanan yang rendah purin.
Penyebab utama pada asam urat karena meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang
disebabkan adanya gangguan metabolisme asam urat. Salah satunya disebabkan karena
mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Oleh karena itu tujuan diit gout adalah
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam
darah dan urine..
Adapun syarat-syarat diit gout adalah adalah:
o Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan faktor aktivitas
dan faktor strees.
o Cukup protein, mineral, dan vitamin.
o Lemak rendah <20% dari total kebutuhan energi.
o KH sedang yaitu 65-75%, diutamakan KH kompleks.
o Cairan disesuaikan dengan urine yang keluar setiap hari.
o Menghindari bahan makanan yang mempunyai kandungan purin >150mg/100gr bahan
makanan.
41
b. Terapi farmakologis
Obat penurun asam urat (OPA) harus dipertimbangkan pada pasien penyakit ginjal
kronis/PGK (stadium 2 atau lebih) atau pasien dengan riwayat kencing batu (urolithiasis).
Penggunaan OPA direkomendasikan dengan memberikan allopurinol atau febuxostat; sedangkan
probenecid direkomendasikan sebagai terapi alternatif lini pertama jika allopurinol atau febuxostat
dikontraindikasikan atau tidak ditoleransi pasien. OPA dapat dimulai pada saat serangan gout akut,
kadar asam urat darah dimonitor setiap 2-5 minggu selama titrasi OPA dan setiap 6 bulan setelah
target laboratorium (<6 mg/dL) telah tercapai.
o Allopurinol
Dosis awal jangan melebihi 100 mg/hari dan pasien dengan PGK stadium 4 atau lebih hrus
diberikan dosis awal 50 mg/hari. Dosis selanjutnya dititrasi/disesuaikan setiap 2 - 5 minggu untuk
mencapai target yang diinginkan dan dapat ditingkatkan hingga lebih dari 300 mg/hari asalkan
pasien diedukasi dan dimonitor efek samping yang mungkin timbul.
o Terapi dengan urikosurik
Direkomendasikan penggunaan probenecid, dengan syarat pasien tidak memiliki riwayat
urolitiasis.
 Jika simtom dan asam urat tetap tinggi
Selain allopurinol atau febuxostat maka dapat diberikan tambahan urikosurik seperti
probenecid, kedua obat selanjutnya dapat dititrasi hingga dosis maksimal. Terapi pegoglitase
mungkin dapat dimulai jika kadar asam urat serum tetap tinggi, pada pasien tanpa tophi tetapi
dengan serangan > 7 kali setahun atau pasien dengan tophi dengan serangan 2 kali atau lebih
setahun atau pada pasien dengan chronic tophaceous gouty arthritis (CTGA).
42
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemahaman Pasien terhadap Materi Konseling
Edukasi yang diberikan kepada pasien bertujuan agar pasien mengerti diet rendah protein
dan rendah garam II , pasien mengerti bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi, dan pasien
dapat menerapkan pola hidup sehat dan pola makan dengan menu seimbang selama rawat jalan
dengan pengaturan pembagian makan sehari yang dianjurkan dari Poli Konsultasi Gizi Rumah
Sakit. Materi yang diberikan selama melakukan edukasi adalah :
a. Diet RP dan RG II (Na = 600-800 mg).
2. Bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi.
3. Contoh menu seimbang.
Diet yang diberikan kepada pasien telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien tersebut.
Makanan diberikan dengan frekuensi 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan/snack.
Setelah pelaksanaan edukasi gizi melalui konsultasi gizi, pasien mengetahui diit apa yang dijalani,
dapat menyebutkan bahan makanan yang dibatasi, dianjurkan, dan diganti serta pasien
mengetahui kebutuhan cairannya/hari. Hal ini dapat diketahui dari hasil tanya jawab yang
dilakukan oleh konselor dan pasien sebelum memulai konsultasi dan sesudah konsultasi .
Selama edukasi berlangsung, pasien selalu diberi motivasi tentang pentingnya melakukan
diet tersebut dimana berfungsi untuk mengatur kadar ureum, kreatinin, asam urat, kalium,
kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan tekanan darah pasien agar mencapai batas normal. Diet
tersebut juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan mempertahankan status
gizi yang optimal.
Setelah diberikan edukasi tentang diet tersebut, pasien sudah memiliki niat untuk merubah
pola/kebiasaan makannya yang tidak teratur, mengurangi sedikit demi sedikit bahan makanan
yang dibatasi serta menggantinya dengan bahan makanan yang dianjurkan, mengurangi
pengolahan makanan yang diolah dengan minyak, dan mulai merubah kebiasaan minum pasien
yang tidak teratur sebelumnya.
1. Asupan Energi
Tabel 6. Hasil Recall Asupan Makan Pasien (20 Januari 2014)
Zat Gizi Asupan Kebutuhan Persentase Asupan (%)
43
Energi (kalori)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
554,2
16,4
13,3
94,3
1710
49,4
47,5
272,95
32,40 %
33,19 %
28,00 %
34,54 %
Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari zat gizi yang merupakan sumber utama
ialah karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang dibutuhkan dinyatakan dalam satuan kalori
(Sediaatmadja, 1991). Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi
energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia
mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan
jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara
sosial dan ekonomi (Almatsier, 2003). Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk
metabolisem basal, aktivitas fisik, dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (SDA).
Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal namun tetap
memperhitungkan umur, jenis kelamin, aktifitas dan dan tingkat keparahan penyakit pasien. Pada
penderita komplikasi hipertensi, dislipidemia, Chronic Disease Kidney (CKD), jantung, dan asam
urat kebutuhan energi harus terpenuhi untuk menghindari resiko kekurangan gizi yang biasanya
terjadi karena berbagai faktor katabolisme (pengaruh iklim, umur dan ukuran tubuh).
Perhitungan kebutuhan energi pasien adalah 30-35kalori/kgBBI dengan memperhitung
umur, jenis kelamin, BBI pasien, dan tingkat keparahan penyakit pasien sehingga diberikan
30kal/BBI yang setara dengan 1710 kalori. Kebutuhan energi tersebut dapat digunakan untuk
mencapai status gizi normal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal.
Dari tabel hasil recall pasien, asupan energi yang dikonsumsi pasien hanya 554,2 kalori
(32,40%) dari kebutuhan energi pasien dalam sehari. Hal ini dikarenakan pasien mengalami
penurunan nafsu makan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pasien, makanan yang
diberikan dalam bentuk mudah dicerna dan juga memberi motivasi kepada pasien tersebut untuk
menghabiskan makannya.
2. Asupan Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separohnya ada di dalam otot, seperlima di dalam
tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan
cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,
yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. (Almatrsier, 2009).
44
Dari tabel hasil recall pasien, asupan protein yang dikonsumsi pasien hanya 16,4 gram
(33,19%) dari kebutuhan protein yang seharusnya dikonsumsi pasien dalam sehari. Hal ini
dikarenakan pasien mengkonsumsi bahan makanan sumber protein dengan jumlah porsi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan protein yang seharusnya dikonsumsi.
Perhitungan kebutuhan protein dihitung berdasarkan umur, jenis kelamin, aktifitas dan
tingkat keparahan penyakit pasien. Pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) protein
diberikan dengan range 0,6-0,75 gr/kgBBA dan untuk kondisi pasien ini diberikan 0,6gr/kgBBA.
Asupan protein dianjurkan harus berasal dari protein bernilai biologi tinggi, yang lebih
lengkap kandungan asam amino escensialnya yaitu berasal dari golongan protein hewani, misalnya
telur, daging, ayam, ikan, susu dan lain-lain dalam jumlah sesuai kebutuhan sedangkan asupan
protein nabati seperti tahu dan tempe harus dibatasi karena apabila dibandingkan dengan protein
hewani, protein nabati lebih lama untuk diabsorbsi dan akan memperberat proses kerja ginjal yang
sebenarnya harus dijaga, namun karena pasien juga mengalami hiperurisemia jadi harus dipilih
golongan protein yang bernilai biologi tinggi namun rendah purin. Hiperurisemia yang terjadi pada
pasien termasuk kedalam hiperurisemia sekunder, yang diketahui penyebabnya seperti kelainan
glikogen dan ginjal (Utami, 2004).
Makanan yang mengandung purin tinggi, umumnya menghasilkan urin yang bersifat asam
dan meningkatkan ekskresi asam urat melalu urin. Oleh sebab itu, perlu diusahakan untuk
meningkatkan pH urin menjadi 6,0-6,5 dengan memperhatikan kadar purin dalam bahan makanan
dan daftar makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi, sisa asam tinggi, dan yang bersifat netral.
Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa basa tinggi yaitu susu, susu asam,
krim, minyak kelapa, kelapa, santan, semua jenis sayuran terutama bayam dan bit, dan semua jenis
buah. Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa asam tinggi kuning telur, keju, kue yang
dibuat dari gula putih, atau buah kesemek, telur ikan..
Asupan protein dianjurkan harus berasal dari protein bernilai biologi tinggi, yang lebih
lengkap kandungan asam amino escensialnya yaitu berasal dari golongan protein hewani, misalnya
telur, daging, ayam, ikan, susu dan lain-lain dalam jumlah sesuai kebutuhan. Sedangkan asupan
protein nabati seperti tahu dan tempe harus dibatasi karena apabila dibandingkan dengan protein
hewani, protein nabati lebih lama untuk diabsorbsi dan akan memperberat proses kerja ginjal yang
sebenarnya harus dijaga.
3. Asupan Lemak
Fungsi lemak yaitu sebagai sumber energi, memberikan rasa gurih dan halus pada
makanan, menimbulkan perasaan kenyang lebih lama karena dapat menghambat peristaltik
45
lambung dan sekresi asam sehingga menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah
timbulnya rasa lapar kembali segera setelah makan, serta membantu penyerapan vitamin larut
lemak dari dalam usus (Almatsier, 2003).
Dari tabel hasil recall pasien, asupan lemak yang dikonsumsi pasien hanya 13,3 gram (28
%) dari kebutuhan lemak yang seharusnya dikonsumsi pasien dalam sehari. Hal ini dikarenakan
pasien mengalami penurunan nafsu makan dan pasien mulai membatasi makanan yang
mengandung banyak lemak. Serta pasien juga didiagnosa dislipidemiadan PJK sehingga pasien
mulai membatasi asupan lemak yang dikonsumsi seperti tidak mengkonsumsi makanan yang
bersantan dan mengurangi makanan gorengan. Pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD)
memang harus membatasi asupan lemak, namun hal yang perlu diperhatikan adalah jenis bahan
makanan sumber lemak dan anjuran batasan asupan lemak yang benar untuk dikonsumsi. Batasan
asupan lemak yang bisa diberikan pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) adalah 20-25 %
dari kebutuhan energi total pasien dalam sehari. Untuk kasus yang dialami pasien, anjuran asupan
lemak yang diberikan adalah 25 % dari total kebutuhan energi atau setara dengan 47,4 gram/hari
dengan jenis sumber lemak PUFA dan MUFA.
Asupan lemak pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) berfungsi sebagai sumber
energi selain dari karbohidrat dan protein mencegah katabolisme protein. Asupan lemak pada
penderita Chronic Disease Kidney (CKD) juga harus diperhatikan dalam pemilihan bahan
makanannya dimana dianjurkan yang mengandung lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang berasal
dari tumbuhan seperti minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari. Asupan lemak yang cukup
dan pemilihan bahan makanan perlu diperhatikan pasien Chronic Disease Kidney (CKD dengan
dislipedemia, PJK, hipertensi, dan asam urat karena biasanya mereka sering mengalami gangguan
metabolisme lemak seperti meningkatnya kadar kolesterol total dan menurunnya kadar High
Density Lipoprotein (HDL) yang bisa memperburuk fungsi ginjal pada pasien Chronic Disease
Kidney (CKD). Makanan sumber kolesterol tinggi (lemak jenuh) harus dihindari pasien seperti
jeroan (usus, paru, limfa, hati, babat), kulit ayam, lemak hewan, santan kental, minyak kelapa dan
santan kental.
4. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai
penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan
energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan
makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang
karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa
46
mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal
ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya
dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein (Almatsiers, 2009).
Nurjanah (2006) berpendapat bahwa makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan
lemak adalah sumber utama penghasil energi. Supaya energi yang dihasilkan memenuhi
kecukupan tubuh, diperlukan pengaturan terhadap jumlah konsumsi ketiga sumber tersebut.
Dari tabel hasil recall pasien, asupan karbohidrat yang dikonsumsi pasien hanya 94,3 gram
(34,54 %) dari kebutuhan karbohidrat pasien seharusnya dalam sehari. Hal ini dikarenakan pasien
mengalami penurunan nafsu makan sehingga bukan hanya kebutuhan karbohidrat saja yang di
bawah rata-rata dari total kecukupan yang dianjurkan tetapi zat gizi makro lainnya yang
dikonsumsi juga di bawah rata-rata dari total kecukupan yang dianjurkan .
Pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD), asupan karbohidrat dianjurkan sekitar 60-70
% dari sisa kebutuhan energi total dikurangi energi dari protein dan lemak. Untuk pasien pada
kasus ini diberikan karbohidrat 63,85% dari sisa kebutuhan energi total dikurangi energi dari
protein dan lemak atau setara dengan 272,95 gram/ hari yang digunakan sebagai sumber energi
utama.
5. Asupan Natrium
Sebagai kation utama dalam cairan ekstraselular, natrium menjaga keseimbangan cairan
dalam komprament tersebut. natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang
menjaga cairan tidak kelua dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Di dalam sel tekanan osmosis
diatur oleh kalium guna menjaga cairan tidak keluar dari sel. Secara normal, tubuh dapat menjaga
keseimbangan antara natrium di luar sel dan kalium di dalam sel (Almatsier,2009)
Asupan natrium 40-120 mEq/hari (270-920 mg/hari) digunakan untuk mengontrol tekanan
darah dan oedema. Pembatasan natrium dapat membantu mengatasi rasa haus, dengan demikian
dapat mencegah kelebihan asupan cairan.
Asupan natrium pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) harus diperhatikan
terutama pada penderita yang memiliki komplikasi penyakit hipertensi. Pada pasien Chronic
Disease Kidney (CKD) selain diberikan diet Gagal Ginjal Kronik juga diberikan diet Rendah
Garam II (RG II) yaitu batas natrium yang boleh dikonsumsi dari makanan adalah 600-800 mg
dimana setara dengan ¼ sdt garam dapur (2 gram)/ hari. Bahan makanan tinggi natrium yang tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi antara lain ikan asin, telur asin, biskuit asin, makanan kalengan dan
makanan awetan.
47
6. Asupan Kalium
Asupan kalium yang dianjurkan pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) adalah 1600-
2800 mg/ hari untuk mencegah hiperkalemia yang biasanya terjadi bila ada gangguan fungsi
ginjal.
Bahan makanan tinggi kalium yang harus dibatasi oleh pasien Chronic Disease Kidney
(CKD) seperti alpukat, tomat, pisang, umbi-umbian, sayuran (daun singkong, daun pepaya, bayam,
kapri, kembang kol, buncis), kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai.
7. Asupan Cairan
Anjuran jumlah asupan cairan pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) adalah sama
dengan jumlah urin yang dikeluarkan pasien + 500 cc. Penambahan 500 cc disini digunakan untuk
pengeluaran cairan dari keringat dan pernafasan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui jumlah asupan
cairan yang dibutuhkan pasien maka pasien harus menampung urin yang dikeluarkannya agar
dapat diperoleh kebutuhan asupan cairan pasien secara tepat.
48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengumpulan data antropometri, biokima, klinis, dan dietary terhadap
studi kasus diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
• Diagnosa penyakit pasien adalah Hipertensi + Dislipidemia + Chronic Kidney Disease
(CKD) stadium IV + Jantung + Asam Urat
• Status Gizi pasien obesitas yang dihitung dengan IMT yaitu 32,11 kg/m²
• Hasil labolatorium pasien adalah Hb rendah, ureum tinggi, kreatinin tinggi, asam urat
tinggi, kalium tinggi, kolesterol total tinggi, trigliserida tinggi, HDL rendah, dan LDL
tinggi.
• Tanda fisik/klinis pasien adalah KU baik, pucat, sering merasa lelah, dan lemah. Tekanan
darah adalah 153/78mmHg.
• Diet yang dianjurkan pasien adalah Diet Rendah Protein dan Rendah Garam II
• Asupan recall pasien 24 jam yaitu E = 554,2 kalori (32,40%), P = 16,4 gr (33,19%), L =
133, gr (28%) dan KH = 94,3 gr (34,54%).
• Perencanaan asupan makan yang diberikan pada pasien yaitu E=1710 kalori, P=49,4 gr/
hari, L=47,5 gr/ hari dan KH=272,95 gr/ hari
2. Saran
• Sebaiknya pasien dapat menjalankan diet yang diberikan dari Poli Konsultasi Gizi Rumah
Sakit.
• Sebaiknya pasien mulai merubah kebiasaan makannya yang kurang baik dan tidak teratur.
• Sebaiknya pasien rutin melakukan konsultasi ulang ke Poli Konsultasi Gizi Rumah Sakit
untuk mengevaluasi kondisi dan asupan makan pasien.
49
Daftar Pustaka
Amazinetips-Menyimpan-Jahe-Agar-Tetap-Segar Tahan Lama/2011
http://www.Amazine.Co/9062/Tips-Menyimpan-Jahe-Agar-Tetap-Segar-Tahan-Lama/
Anonim2011http://Digilib.Ump.Ac.Id/Files/Disk1/17/Jhptump-A-Rinaasripa-828 Babii.Pdf
Hipertensi2012http://Www.Godiabetescare.Com/Hipertensi.Html
Makalah Hipertensi2012http://Digilib.Unimus.Ac.Id/
MakalahpenyakitJantungKoroner1999http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/106/Jtptunimus-
Gdl-Sholekahg0-5270-3-Bab2.Pdf
MakalahpenyakitJantungKoroner1999http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/106/Jtptunmus-
Gdl-Sholekahg0-5270-3-Bab2.Pdf
Atasi Asam Urat Dan Rematik Ala Hembingjakartapuspa Swara2006
AyahbundaartikelBalitaPsikologi10.Pola.Asuh.Untuk.Anak.Cerdas2013http://Www.Ayahbunda.
Co.Id
B.R Darmojo Dan H.H Matonobuku AjarGeriatri(IlmuKesehatanUsiaLanjut)Jakartafkui
2004
Balitapediakenali-5-Masalah-Gizi-Yang-Umum-Terjadi-Pada-Balita-Berikut-
Inihttp://Balitapedia.Com
Beckstatus Gizi2002http://Www.Creasoft.Com
Brilianmakalah-Gout2013http://Brilianbuchu.Blogspot.Com/2013/04/Makalah-Gout.Html
Depdiknaskbbi Daring2008pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional:
Http://Bahasa.Kemdiknas.Go.Id/Kbbi/Index.Php
Diah Krisnatuti Dan Rina Yenrinapanduan Mencegah & Mengobati Penyakit
Jantungjakartapustaka Swara1999
Panduan Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung Jakartapustaka Swara1999
Edisi 8. Volume 2. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarthjakartaegc2001
Jilid 3. Edisi V. Penyakit Ginjal Kronik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalamjakartainterna
Publishing2009
50

More Related Content

What's hot

ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)Shela Rizky Tarinda
 
DIET LAMBUNG.pdf
DIET LAMBUNG.pdfDIET LAMBUNG.pdf
DIET LAMBUNG.pdfHilda577038
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolonelsegintzna
 
Jenis dan bentuk makanan
Jenis dan bentuk makananJenis dan bentuk makanan
Jenis dan bentuk makananCahya
 
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpPpt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpRahmi Fadhilla
 
Pendidikan kesehatan (menyusun menu)
Pendidikan kesehatan (menyusun menu)Pendidikan kesehatan (menyusun menu)
Pendidikan kesehatan (menyusun menu)Agnescia Sera
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratFanny K. Sari
 
Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)zhea mays
 
Perencanaan menu anak sekolah
Perencanaan menu anak sekolahPerencanaan menu anak sekolah
Perencanaan menu anak sekolahTriana Septianti
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahSutyawan
 
Diet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakDiet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakIndri Wati
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKdinamuslimah
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiDessycis
 
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan GiziEmmy Kardinasari
 
Survey konsumsi gizi 3
Survey konsumsi gizi 3Survey konsumsi gizi 3
Survey konsumsi gizi 3arvita Sari
 

What's hot (20)

ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
 
DIET LAMBUNG.pdf
DIET LAMBUNG.pdfDIET LAMBUNG.pdf
DIET LAMBUNG.pdf
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolon
 
Jenis dan bentuk makanan
Jenis dan bentuk makananJenis dan bentuk makanan
Jenis dan bentuk makanan
 
Kasus saluran cerna bawah
Kasus saluran cerna bawahKasus saluran cerna bawah
Kasus saluran cerna bawah
 
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpPpt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
 
Kasus gout
Kasus goutKasus gout
Kasus gout
 
Pendidikan kesehatan (menyusun menu)
Pendidikan kesehatan (menyusun menu)Pendidikan kesehatan (menyusun menu)
Pendidikan kesehatan (menyusun menu)
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
 
Bentuk makanan
Bentuk makananBentuk makanan
Bentuk makanan
 
Kasus anemia
Kasus anemiaKasus anemia
Kasus anemia
 
Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)Nutritional care prose (ncp)
Nutritional care prose (ncp)
 
Perencanaan menu anak sekolah
Perencanaan menu anak sekolahPerencanaan menu anak sekolah
Perencanaan menu anak sekolah
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
 
Diet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakDiet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anak
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDK
 
Kasus infeksi dhf
Kasus infeksi dhfKasus infeksi dhf
Kasus infeksi dhf
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
 
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
 
Survey konsumsi gizi 3
Survey konsumsi gizi 3Survey konsumsi gizi 3
Survey konsumsi gizi 3
 

Viewers also liked

Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014Indri Savitri
 
Nutrisi pada chronic renal
Nutrisi pada chronic renalNutrisi pada chronic renal
Nutrisi pada chronic renalRizky maulana
 
κεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίας
κεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίαςκεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίας
κεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίαςvaralig
 
κεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσης
κεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσηςκεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσης
κεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσηςvaralig
 
basic level for kids
basic level for kids basic level for kids
basic level for kids PerlaDelgado
 
Αρχαϊκή εποχή ( 750 – 480 π. Χ)
Αρχαϊκή εποχή  ( 750 – 480 π. Χ)Αρχαϊκή εποχή  ( 750 – 480 π. Χ)
Αρχαϊκή εποχή ( 750 – 480 π. Χ)varalig
 
Rules for making_plurals_campus
Rules for making_plurals_campusRules for making_plurals_campus
Rules for making_plurals_campusTasrin Solihin
 
Kλασική εποχή γ' μέρος
Kλασική εποχή γ' μέροςKλασική εποχή γ' μέρος
Kλασική εποχή γ' μέροςvaralig
 
Clouds, code & crying squirrels
Clouds, code & crying squirrelsClouds, code & crying squirrels
Clouds, code & crying squirrelsNicole Mors
 
2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck
2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck
2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerckReiner Banken
 
SUPPLY
SUPPLYSUPPLY
SUPPLY120998
 
Xριστουγεννιάτικη παρουσίαση
Xριστουγεννιάτικη παρουσίασηXριστουγεννιάτικη παρουσίαση
Xριστουγεννιάτικη παρουσίασηvaralig
 
2014 12-02 hta emro banken 1
2014 12-02 hta emro banken 12014 12-02 hta emro banken 1
2014 12-02 hta emro banken 1Reiner Banken
 

Viewers also liked (20)

Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
 
Nutrisi pada chronic renal
Nutrisi pada chronic renalNutrisi pada chronic renal
Nutrisi pada chronic renal
 
Kasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensiKasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensi
 
Complimenting other
Complimenting other Complimenting other
Complimenting other
 
κεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίας
κεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίαςκεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίας
κεφ. ε 4.η συγκρότηση της αθηναϊκής κοινωνίας
 
κεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσης
κεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσηςκεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσης
κεφ. ε 5. η διαδικασία της μόρφωσης
 
basic level for kids
basic level for kids basic level for kids
basic level for kids
 
Αρχαϊκή εποχή ( 750 – 480 π. Χ)
Αρχαϊκή εποχή  ( 750 – 480 π. Χ)Αρχαϊκή εποχή  ( 750 – 480 π. Χ)
Αρχαϊκή εποχή ( 750 – 480 π. Χ)
 
Conditional sentences
Conditional sentencesConditional sentences
Conditional sentences
 
Verbtobe
VerbtobeVerbtobe
Verbtobe
 
Simple present tense
Simple present tenseSimple present tense
Simple present tense
 
Rules for making_plurals_campus
Rules for making_plurals_campusRules for making_plurals_campus
Rules for making_plurals_campus
 
Kλασική εποχή γ' μέρος
Kλασική εποχή γ' μέροςKλασική εποχή γ' μέρος
Kλασική εποχή γ' μέρος
 
Clouds, code & crying squirrels
Clouds, code & crying squirrelsClouds, code & crying squirrels
Clouds, code & crying squirrels
 
2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck
2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck
2014 11-19 rb progressive fieldevaluationmerck
 
SUPPLY
SUPPLYSUPPLY
SUPPLY
 
Financial crisis
Financial crisisFinancial crisis
Financial crisis
 
Xριστουγεννιάτικη παρουσίαση
Xριστουγεννιάτικη παρουσίασηXριστουγεννιάτικη παρουσίαση
Xριστουγεννιάτικη παρουσίαση
 
Showing care
Showing careShowing care
Showing care
 
2014 12-02 hta emro banken 1
2014 12-02 hta emro banken 12014 12-02 hta emro banken 1
2014 12-02 hta emro banken 1
 

Similar to OPTIMAL DIET

Bimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiBimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiMuhammad Hanafi
 
Makalah manajemen it full
Makalah manajemen it fullMakalah manajemen it full
Makalah manajemen it fullelsasusanti4
 
Pemaanfaatan Buah Mengkudu
Pemaanfaatan Buah MengkuduPemaanfaatan Buah Mengkudu
Pemaanfaatan Buah MengkuduAyu Rostiani
 
PPKKolorektal.pdf
PPKKolorektal.pdfPPKKolorektal.pdf
PPKKolorektal.pdfPPDSBEdah
 
Makalah kunjungan puskesmas manajemen it
Makalah kunjungan puskesmas manajemen itMakalah kunjungan puskesmas manajemen it
Makalah kunjungan puskesmas manajemen itShendiFlat
 
LAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptx
LAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptxLAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptx
LAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptxmirthawidiarty1
 
268602968 intoksikasi-jengkol
268602968 intoksikasi-jengkol268602968 intoksikasi-jengkol
268602968 intoksikasi-jengkolRezumProDeta
 
240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fixhomeworkping4
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckdRenitaArdani
 
buku saku 4 jpg + halamannn.docx
buku saku 4 jpg + halamannn.docxbuku saku 4 jpg + halamannn.docx
buku saku 4 jpg + halamannn.docxssusera69930
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiZollananda
 
Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)
Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)
Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)siti fatimah
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtivahomeworkping4
 

Similar to OPTIMAL DIET (20)

Askep oksigenasi
Askep oksigenasiAskep oksigenasi
Askep oksigenasi
 
makalah Hipertensi
makalah Hipertensimakalah Hipertensi
makalah Hipertensi
 
Bimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiBimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-ii
 
Makalah manajemen it full
Makalah manajemen it fullMakalah manajemen it full
Makalah manajemen it full
 
PPT FS SAYANG RAKYAT.pptx
PPT FS SAYANG RAKYAT.pptxPPT FS SAYANG RAKYAT.pptx
PPT FS SAYANG RAKYAT.pptx
 
Pemaanfaatan Buah Mengkudu
Pemaanfaatan Buah MengkuduPemaanfaatan Buah Mengkudu
Pemaanfaatan Buah Mengkudu
 
NCP_DM_ULKUS.docx
NCP_DM_ULKUS.docxNCP_DM_ULKUS.docx
NCP_DM_ULKUS.docx
 
PPKKolorektal.pdf
PPKKolorektal.pdfPPKKolorektal.pdf
PPKKolorektal.pdf
 
Makalah kunjungan puskesmas manajemen it
Makalah kunjungan puskesmas manajemen itMakalah kunjungan puskesmas manajemen it
Makalah kunjungan puskesmas manajemen it
 
LAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptx
LAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptxLAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptx
LAPORAN OBS LAPANGAN KELOMPOK 2A(GERIATRI) (2).pptx
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
268602968 intoksikasi-jengkol
268602968 intoksikasi-jengkol268602968 intoksikasi-jengkol
268602968 intoksikasi-jengkol
 
240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix
 
Ppt lta
Ppt ltaPpt lta
Ppt lta
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 
buku saku 4 jpg + halamannn.docx
buku saku 4 jpg + halamannn.docxbuku saku 4 jpg + halamannn.docx
buku saku 4 jpg + halamannn.docx
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
 
Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)
Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)
Kupdf.com form kredensial-dokter-igd-dr-andri (1)
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 

Recently uploaded

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 

Recently uploaded (20)

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 

OPTIMAL DIET

  • 1. LEMBAR PERSETUJUAN Laporan Studi Kasus Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi KlinikPada Penderita Hipertensi + Dislipidemia + CKD stadiumIV + Jantung + Asam urat di Poli Konsultasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah diperiksa, disetujui dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji Laporan Studi Kasus Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinik di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Malang, 24 Februari 2014 Kepala Instalasi Gizi RULIANA, SST, M.Kes NIP. 19680305 199003 2004 Clinical Supervisior Clinical Instructure Edi Waliyo S.Gz, M.Gizi Reni Widya A, S.Gz NIP. 197306161997031002 NIB. C.09.334 i
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan study kasus Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinik Penatalaksanaan Diet Rendah Protein dan Rendah Garam II Pada Pasien Hipertensi + Dislipidemia + CKD stadiumIV + Jantung + Asam urat di Poli Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Laporan Studi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Manajemen Asuhan Gizi Klinik. Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Ruliana, SST, M.Kes selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang. 2. Bapak Agus Hermansyah MPH, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak. 3. Mbak Reni Widya S, S.Gz selaku Clinical Instructure Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinik di Poli Konsultasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang. 4. Bapak Edi Waliyo, S.Gz, M.Gizi selaku supervisor dari Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak. 5. Seluruh teman – teman praktek se-Indonesia (Kupang, Sorong, Jember, dan Jakarta) yang telah banyak membantu secara materi dan non materi demi terselesainya laporan Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinikdi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang ini. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan MAGK selanjutnya dan semoga bermanfaat bagi semua. Malang, Februari 2014 Penyusun ii
  • 3. DAFTAR ISI Lembar Persetujuan…………………………….........………….............................. i Kata Pengantar ……...………………………………............................................... ii Daftar Isi……………………………………………………..........………….......... iii Daftar Tabel …………………………………………………………….................. v Daftar Lampiran.… ……………………………......................................…............. vi BAB I GambaranUmum Pasien…...………..…………………................................ 1. Data Subjektif.………………………………………………………...…............ 1.1. Identitas Pasien…………….…………………………………...................... 1.2. Riwayat Penyakit…………………………………...………........................ 1.3. Riwayat Nutrisi.…………….......……………...……................................... 1.4. Riwayat Lainnya..…………………………….......…………....................... 2. Data Objektif…………………………………………….......…………….......... 2.1. Antropometri...….………………………….......………….…...................... 2.2. Biokimia …………...…………………………………....…......................... 2.3. Fisik/Klinik ...……………………...………………….....…......................... 1 1 1 1 1 3 4 4 4 5 BAB II PenentuanMasalahGizi ……………………...............................…….......... 1. Diagnosa Medis ……...............……………...………………………….............. 2. Keluhan Utama …………………....……….........…………..…………….......... 3. Identifikasi Masalah ……………...……………………...……....…….….......... 4. DiagnosaGizi …………………………………………………………................ 6 6 6 6 7 BAB III Intervensi……………………………………………………..……........... 1. Terapi Diet ………………………………………………………………........... 1.1. Tujuan Diet …………………………………………….…………….......... 1.2. Prinsip Diet …………………………………………….………...…........... 1.3. Syarat Diet ……………………………………………….………..….......... 1.4. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi ……………………………………............ 2. Terapi Edukasi …….………………………………………..…………….......... 2.1. Tujuan …………………………………………………..…………............. 2.2. Sasaran ………......…………………………………………………............ 2.3. Waktu …………......………………………………………………..........… 2.4. Tempat ……………………….………………….…………………............ 2.5. Metode …………………………………………….…………….…............ 2.6. Alat Bantu ………………………………………………......………........... 8 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 10 10 iii
  • 4. 2.7. Materi ………………………………………………………..……..........… 11 BAB IV Rencana Monitoring dan Evaluasi................................................... 1. Antropometri ……………………………………………..................…..........… 2. Biokimia …………………………………………………..........………............. 3. Klinik ………………………………………………….......……………............. 4. Asupan …………………………………………………….......…….…..........… 13 13 13 13 13 BAB V Tinjauan Pustaka………………………...……….........…............... 14 BAB VI Hasil dan Pembahasan………………………………….............… 40 BAB VII Kesimpulan dan Saran ………………….……......................…… 47 DaftarPustaka Lampiran iv
  • 5. DAFTAR TABEL Tabel 1. Kebiasaan Makan Pasien........................................................................ 2 Tabel 2. Riwayat obat-obatan............................................................................... 3 Tabel 3. Pemeriksaan Biokimia............................................................................ 4 Tabel 4. Klasifikasi Hipertensi........................................................................... 13 Tabel 5. Kadar Kolesterol................................................................................... 19 Tabel 6. Hasil Recall Asupan Makan Pasien................................................ .... 41 v
  • 6. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Perencanaan Dan Implementasi Asuhan Gizi Lampiran 2. Monitoring dan Evaluasi Lampiran 3. Hasil Recall Pasien ( 20 Januari 2014) Lampiran 4. Rancangan Menu Sehari Lampiran 5. Lembar Asuhan Gizi Rawat Jalan Dewasa (Anamnesa Pasien) vi
  • 7. BAB I GAMBARAN UMUM PASIEN 1. Data Subjektif 1.1 Identitas Pasien 1. Nama : Ny. SM 2. No Register : 10426303 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Umur : 80 tahun 5. Agama : Islam 6. Suku : Jawa 7. Alamat : Malang 8. Diagnosa Medis :Hipertensi + Dislipidemia + Chronic Kidney Disease stadium IV + Jantung + Asam urat a.2 Riwayat Penyakit a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien menderita penyakit hipertensi + dislipidemia + Chronic Kidney Desease (CKD) stadium IV + jantung + asam urat. Pada tanggal 20 Januari 2014, pasien memeriksakan dirinya ke Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful Anwar Malang karena sering merasakan dadanya panas dan cepat merasa lelah ketika berjalan jauh. Kemudian pasien dirujuk untuk datang ke Poli Konsultasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan dislipidemia sejak lima tahun yang lalu. Pasien pernah masuk rumah sakit pada bulan Juli 2013 karena sakit jantung. Bulan november 2013 pasien di diagnosa menderita Chronic Kidney Desease (CKD) stadium IV. 3. Riwayat penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien. A.3 Riwayat Nutrisi a. Riwayat Gizi Sekarang o Pada saat konsultasi pasien diberikan diet Rendah Protein dan Rendah Garam II (600- 800 mg Na) o Intake cairan sehari 1500ml. o Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak diare maupun konstipasi. 7
  • 8. o Pasien mengalami penurunan nafsu makan. o Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan. o Hasil Recall Pasien 24 jam :  Energi : 554,2 kalori (32,40%)  Protein : 16,4 gram (33,19%)  Lemak : 13,3 gram (28%)  Karbohidrat : 94,3 gram (34,54%) 2. Riwayat Gizi Dahulu Tabel 1. Kebiasaan Makan Pasien Pola Makan ( Beri Tanda √ pada pilihan frekuensi) Bahan Makanan Frekuensi Bahan Makanan Frekuensi TP J S TP J S Nasi √ Sayuran Buah √ Jagung √ Pisang √ Mie √ Pepaya √ Roti √ Jeruk/apel/pir √ Biskuit √ Susu segar √ singkong/ubi rambat √ Susu kental manis √ Tempe/tahu/oncom √ Susu tepung Whole √ Ayam √ Susu tepung skim √ Daging √ Keju √ Hati/limpa/otak/usus/paru √ Minyak/gorengan √ Telur ayam/bebek √ Kelapa Santan √ Ikan basah √ Margarin/mentega √ Ikan kering √ Teh manis √ Udang/kerang/kepiting √ Kopi manis √ Sayuran daun hijau √ Sirup √ Sayuran kacang2an √ Minuman berenergi √ o Frekuensi makan pasien tidak teratur yaitu <3 kali sehari. o Px mempunyai kebiasaan makan yang tidak teratur yaitu < 3 kali sehari. o Sumber KH yang sering dikonsumsi px adalah nasi dengan jumlah ±100gr / tiap kali makan sedangkan jagung, mie, roti, biscuit, singkong/ubi rambat jarang dikonsumsi px. o Sumber Protein hewani yang sering dikonsumsi pxadalah ikan basah dengan jumlah ±50gr / tiap kali makan sedangkan ayam, daging, telur jarang dikonsumsi px dan hati/limpa/otak/usus/paru, ikan kering, udang/kerang/ kepiting tidak pernah dikonsumsi lagi oleh px. 8
  • 9. o Sumber protein nabati seperti tahu dan tempe sering dikonsumsi oleh px dengan jumlah ±50gr / tiap kali makan. o Px menyukai semua jenis sayuran daun hijau, sayuran kacang-kacangan, dan sayuran tomat/wortel sering dikonsumsi px dengan jumlah ±100gr / tiap kali makan. o Buah yang sering dikonsumsi px adalah buah pisang dengan jumlah 1 buah/tiap kali makan, sedangkan buah pepaya, jeruk/apel/pir jarang dikonsumsi px. o Minuman yang sering diminum px adalah air putih dengan jumlah <1000ml /hari dan jamu air mancur, sedangkan teh manis dan kopi manis jarang dikonsumsi px dan semua jenis susu, sirup, dan minuman bersoda tidak pernah dikonsumsi px. o Pasien sering mengkonsumsi jenis makanan yang diolah dengan minyak (gorengan). o Dua tahun belakangan pasien juga rajin mengkonsumsi obat hipertensi. Susunan menu yang dikonsumsi cukup seimbang. A.4 Riwayat Lainnya a. Sosial Ekonomi Sebelum pasien mengetahui sakit hipertensi + dislipidemia + Chronic Kidney Desease (CKD) stadium IV + jantung + asam urat, pasien merupakan pensiunan dan rajin olahraga badminton. Namun setelah tiga tahun mengetahui penyakit hipertensi dan dislipidemia, pasien berhenti berolahraga. 2. Obat-obatan Tabel 2. Riwayat obat-obatan Nama Obat Dosis Amilodepin 1x5gr Furesemide 1 x 2 gr Nitrolat 2 x 5 Esfat 1 x 1 Alupurinol 1 x 100gr 2. Data Objektif 1.2 Antropometri BB: 79 cm TB: 157 cm BBI = TB - 100 = 157- 100 = 57 kg 9
  • 10. IMT = BB/(TB) 2 = kg/ m2 = 79 / (1,572 ) = 32,11 kg/ m2 = Status Gizi Obesitas 1.3 Biokimia Tabel 3. Pemeriksaan Biokimia No . Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan Keterangan 16 Desember 2013 1. Hb 11,4 – 15,1 g / dl 10,20 g /dl 2. Eritrosit 4 - 5 106 /µl 3,43 106 /µl 3. Leukosit 4,7 – 11,3 103 /µl 7,31 103 /µl Normal 4. Hematokrit 38 - 42 % 32,50% 5. Trombosit 142 – 424 103 /µl 189 103 /µl Normal 6. MCV 80 – 93 FL 94,80 FL 7. MCH 27 - 31 pg 29,70 pg Normal 8. MCHC 32-36 g / dl 31,40g / dl 9. Ureum 16,6 – 48,5 mg/dl 147,70 mg/dl 10. Kreatinin < 1,2 mg/dl 4,03 mg/dl 11. Asam urat 2,4 – 5,7 mg /dl 10,1 mg / dl 12. Na 136-145 mmol/L 142 mmol/L Normal 13. Kalium 3,5 – 5 mmol/L 5, 37mmol/L 14. Cl 98- 106 mmol/L 115mmol/L 15. Protein Masif Negatif +2 +2 19 September 2013 1. GDP 60 – 100 mg /dl 105 mg / dl Normal 2. GD 2 JPP <130 mg / dl 110 mg / dl Normal 3. Kolesterol total <200 mg / dl 244 mg / dl 4. Trigliserida <150 mg / dl 163 mg / dl 5. Kolesterol HDL >50 mg / dl 35 mg / dl 6. Kolesterol LDL <100 mg / dl 178 mg / dl 1.4 Fisik / Klinis a. Fisik o KU baik o Pucat o Sering merasa lelah o Lemah 10
  • 11. 2. Klinis o TD : 153/78 mmHg (Tinggi) 11
  • 12. BAB II PENENTUAN MASALAH GIZI 1. Diagnosa Medis Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien menderita penyakit hipertensi + dislipidemia + Chronic Kidney Desease (CKD) stadium IV + jantung + asam urat. 1. Keluhan Utama a. Dada terasa panas 2. Mudah merasa lelah 2. Identifikasi Masalah a. Kadar Hb rendah yaitu 10,20 2. Kadar Eitrosit rendah 3,43 106 /µl 3. Kadar Hematokrit rendah 32,50% 4. Kadar MCV tinggi 94,80 FL 5. Kadar MCHC rendah 31,40g / dl 6. Kadar Ureum tinggi 147,70 mg/dl 7. Kadar Kreatinin tinggi 4,03 mg/dl 8. Kadar Asam urat tinggi 10,1 mg / dl 9. Kadar Kalium tinggi 5, 37mmol/L 10. Kadar Cl tinggi 115mmol/L 11. Kadar Kolesterol total tinggi 244 mg / dl 12. KadarTtrigliserida tinggi 163 mg / dl 13. Kadar HDL rendah 35 mg / dl 14. Kadar LDL tinggi 178 mg / dl 15. Protein Masif +2 16. Tekanan darah tinggi yaitu 153/78 mmHg. 17. Intake makanan kurang. Energi 32,40%, Protein 33,19%, Lemak 28%, Karbohidrat 34,54%. 18. Pasien mengalami penurunan nafsu makan 19. Pola makan yang < 3x sehari 12
  • 13. 3. Diagnosa Gizi a. NI-2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral yang disebabkan nafsu makan menurun ditandai dengan persentase hasil recall energi 32,4%, protein 33,19%, lemak 28% dan karbohidrat 34,54%. 2. NI-5.1 Peningkatan kebutuhan fe berkaitan dengan adanya anemia ditandai dengan Hb rendah yaitu 10,20 g/dl. 3. NC-5.4 Penurunan kebutuhan natrium, protein, dan lemak berkaitan dengan adanya riwayat Hipertensi, disfungsi ginjal, dan dislipidemia ditandai dengan TD tingi 153/79 mmHg, ureum tinggi 147,70 mg/dl, kreatinin tinggi 4,03 mg/dl, asam urat tinggi 10,1 mg/dl, kolesterol total tinggi 244 mg/dl, Trigliserida tinggi 163 mg/dl, dan LDL tinggi 178 mg/dl. 4. NB-3.1 Intake makanan yang tidak aman yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan yang tidak aman ditandai dengan riwayat pasien mengkonsumsi jamu air mancur setiap hari. 5. NC-3.3 Berat badan berlebih (obesitas) berkaitan dengan kurangnya aktivitas ditandai dengan hasil IMT 32,11 kg/ m2 13
  • 14. BAB III INTERVENSI 1. Terapi Diet 1.5 Tujuan Diet a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan ginjal 2. Mencapai status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal 3. Menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah hingga mencapai batas normal 4. Meningkatkan kadar Hb hingga mencapai batas normal 5. Menurunkan tekanan darah hingga mencapai batas normal 6. Menurunkan kolsterol darah, trigliserida, LDL hingga mencapai batas normal 7. Meningkatkan kadar HDL hingga mencapai batas normal 8. Menurunkan kadar asam urat dalam darah 1.6 Syarat Diet a. Energi diberikan 30 kalori/kg BB. 2. Protein 0,6gr / Kg BB ditambah protein masif (utamakan protein bernilai biologis tinggi dan rendah purin) 3. Lemak diberikan 25 % dari total kebutuhan energi. 4. Karbohidrat diberikan 63,85% yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi energi dari protein dan lemak. 5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai dengan kebutuhan normal khususnya Natrium (600- 800 mg) atau setara dengan ¼ sdt ( 2 gr) garam dan Kalium (40-70mEq/ 1600-2800mg) 6. Kolesterol rendah <300 mg/dl. 7. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah ± 500 mL. 8. Makanan yang diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna. 9. Cara pemberian makanan melalui oral. 1.7 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Diketahui : 14
  • 15. a. BB : 79 kg 2. TB : 157 cm 3. BBI : 57 kg 4. U : 80 tahun E = 30 kalori/ kgBB = 30 x 57 = 1710 kalori P = 0,6 x kg BB = 0,6 x 79 = 47,4 gram/ hari + (protein masif) = 47,4 + 2 gr = 49,2 gr/hari (11,15 %) L = 25 % x 1710 kalori 9 = 47,5 gr/ hari % KH = 100 % - (%P +%L) = 100 – ( 11,15 + 25 ) = 63,85 % KH = 63,85 % x 1710 kalori 4 = 272,95 gr/ hari 1. Terapi Edukasi 1.8 Tujuan a. Pasien mengerti diet Rendah Protein dan Rendah Garam 2. Pasien mengerti bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi 3. Pasien dapat menerapkan pola hidup sehat dan pola makan dengan menu seimbang 15
  • 16. 1.9 Sasaran Pasien 1.10Waktu ± 30 menit 1.11Tempat Ruang Poli Konsultasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. 1.12Metode Konseling dan tanya jawab 1.13Alat Bantu a. Leaflet (Diit RP, diit RG, dan bahan makanan penukar) 2. Food model 3. Lembar anamnesa 1.14Materi Diit Rendah Protein dan Rendah Garam II Tujuan diit: 16
  • 17. a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan ginjal. 2. Menurunkan kadar ureum dan creatinin darah. 3. Mengatur konsumsi natrium untuk mengantisipasi tekanan darah dan odema. 4. Membatasi konsumsi kalium untuk mencegah hiperkalemi. 5. Membatasi konsumsi phospor. 6. Mengatur konsumsi cairan untuk mencegah kelebihan cairan (oedem/bengkak). Bahan makanan yang dibatasi: a. Bahan makanan tinggi kalium seperti alpukat, pisang, tomat, umbi-umbian, sayuran (Daun singkong, daun pepaya, bayam, kapri, kembang kol, buncis), kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai. 2. Bahan makanan tinggi phospor seperti tempe kedele, kacang kedele, ragi/tape, udang, kerang, kepiting, cumi, keju, teri. 3. Bahan makanan tinggi kolesterol = lemak jenuh seperti jeroan (usus, paru, hati, limpa, babat), kulit ayam, lemak hewan, minyak kelapa, santan kental. 4. Bahan makanan tinggi natrium seoerti garam dapur, vetsin, soda kue, pengawet makanan dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam dapur. 5. Bahan makanan yang mengandung gas speerti sawi, kubis, lobak, nangka, duren. 6. Konsumsi cairan dari makanan dan minuman sesuai jumlah cairan yang keluar dalam satu hari (urine 24 jam ± 500cc) 7. Minuman yang mengandung soda dan alkohol. 8. Bumbu-bumbu yang merangsang seperti merica, lombok, jahe, cuka. Bahan makanan yang dianjurkan: a. Sumber kalori : nasi/tim beras, tepung, bihun, mie, makaroni, gula, sirup, madu. 2. Sumber protein hewani: daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan segar/ikan laut, telur, susu (jumlah sesuai yang ditentukan) 3. Sumber lemak: minyak jagung, minyak kelapa sawit, minyak wijen. Ket: bahan makanaan dapat diganti /ditukar sesuai dengan golongannya didaftar bahan makanan penukar. 17
  • 18. BAB IV MONITORING DAN EVALUASI 1. Antropometri: • Berat Badan (BB) 2. Biokimia: • Kadar Hb • Kadar Eritrosit • Kadar Hematokrit • Kadar MCV • Kadar MCHC • Kadar Ureum • Kadar Kreatinin • Kadar Asam Urat • Kadar Kalium • Kadar Cl • Kadar Kolesterol Total • Kadar HDL • Kadar LDL • Protein Masif 3. Fisik/ Klinis: • Fisik : KU • Klinis : Tekanan Darah (TD) 4. Dietary • Intake Makanan - Edukasi: Pasien mengerti diit apa yang dijalani, bahan makanan apa yang dibatasi, dianjurkan, dan diganti, serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 18
  • 19. BAB V TINJAUAN PUSTAKA 1. Hipertensi 1.1 Definisi Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2004). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005). Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Klasifikasi hipertensi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi Hipertensi TDS* (mmHg) TDD** (mmHg) Normal <120 <80 Pre-hipertensi 120-139 80-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 ≥160 100 *TDS, Tekanan Darah Sistolik **TDD, Tekanan Darah Diastolik Sumber: The Seventh Report of Joint National Committee (JNC-7) (2003) 1.2 Etiologi Penyebab tekanan darah yang paling sering adalah aterosklerosis atau penebalan dinding arteri yang membuat hilangnya elastisitas pembuluh darah. Sebab lainnya adalah faktor keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa jantung, penyakit pada ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem syaraf sipatis. Pada mereka yang hamil, kelebihan berat badan, stres, dan tekanan mental, hipertensipun kerap menghinggapinya. Akibat dari hipertensi bisa beragam, seperti komplikasi pembesaran jantung, penyakit jantung koroner, dan pecahnya pembuluh darah otak. 19
  • 20. Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai : Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary : a. Hipertensi Primary Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi. 2. Hipertensi Secondary Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk. Selain itu konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang. (Anonim, 2012) 1.3 Tanda/ gejala-gejala Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khas pada umumnya dan sangat jarang dirasakan atau dikeluhkan oleh penderita. Adakalanya beberapa gejala timbul bersamaan dengan hipertensi dipercaya sebagai akibat dari tekanan darah tinggi,diantaranya yaitu : Sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafa, gelisah, pandangan menjadi kabur. Manifestasi klinis pada hipertensi berat mungkin hingga terjadi koma, penurunan kesadaran karen pembengkakan otak yang disebut ensefalopati hipertensi (Sustrani, 2006). 1.4 Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion 20
  • 21. melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, C Suzanne dan Bare,Brenda G., 2002) 1.5 Penatalaksanaan a. Terapi non farmakologis o Kandungan garam (Sodium atau Natrium) Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium. 21
  • 22. Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diet garam rendah adalah : - Energi diberikan sesuai kebutuhan dengan memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor strees serta umur. - Cukup protein, lemak, dan KH. - Natriumdibatasi 200-1200 mg Na, disesuaikan berat ringannya retensi garam, air, dan hipertensi. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah. - Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. - Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na) Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. - Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na) Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g). o Kandungan Potasium atau Kalium Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah. Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega 3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi). Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan 22
  • 23. tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus. 2. Terapi farmakologis Menurut Sanif (2009), beberapa obat yang digunakan dalam penanganan hipertensi dengan farmakologis : o Diuretik  Aldosteron Antagonis Obat ini akan memblokir reseptor aldosteron di : Jantung, ginjal, otak, dinding pembuluh darah, obat ini akan mengakibatkan sering kencing, berkeringat yang akan membawa lebih banyak garam dan air keluar dari tubuh, sehingga volume darah berkurang dan berakibat turunnya tekanan darah. Contoh obat dari aldosteron antara lain : Spironolactone (Aldactone,Aldazide,Carpiatone,Letonal,Spirola,Spirolacton)  Thiazides Merupakan diuretik pada tahap awal, namun jangka panjang dapat melebarkan dinding pembuluh darah, mekanismenya belum jelas. Efek samping, impotensi. Beberapa contoh obat thiazide: Chlorthalidone (hygroton), Chlorthiazide (Diuril), H.C.T (hyrochlorthyazide), Triamterene (maxzide) o Penyekat sistem renin-angiotensin ACE inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT1 secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek hipotensi. Contoh dari ACE inhibitor adalah captopril, enalapril, fosinopril, trandopril dll. o Beta blocker Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan darah melalui penurunan curah jantung, karena reduksi kecepatan detak jantung dan kontraktilitas. Mekanisme lain yang diajukan mengenai bagaimana beta blocker mengurangi tekanan darah adalah efek pada sistem saraf pusat, dan inhibisi pelepasan renin. Beta blocker terutama efektif pada pasien hipertensi dengan takikardia, dan potensi hipotensi mereka dikuatkan oleh pemberian bersama diuretik. Beberapa 23
  • 24. contoh antihipertensi golongan Beta Blocker adalah amlodipine, cardivask, diltiazem, felodipine, nicardipine, dll (Anonim, 2012). 2. Dislipidemia 2.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004). Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry Hartono, 2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai trias lipid, yaitu: a. Kolesterol total Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan tidak bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis, dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung koroner (PJK). 2. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung koroner 3. Trigliserida Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol HDL. Tabel 5. Kadar Kolesterol 24 Kadar Lemak Darah Dalam Tubuh Kisaran Ideal (Mg/dl) Kolesterol Total 120-200 LDL 60-160 HDL 35-65 Perbandingan LDL/HDL <3,5 Trigliserida <200
  • 25. Sumber: Bahri anwar, 2004 2.2 Etiologi Dalam batasan ilmiah, dislipidemia terjadi adanya akumulasi kolestrol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Dislipidemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor resiko utama penyakit jantung koroner. Penelitian mendukung bahawa dislipidemia memiliki lebih dari satu penyebab yaitu meliputi faktor genetik, pola makan, obesitas, kebiasaan merokok, kurang keteraturan berolahraga, strees, dan faktor lainnya. a. Faktor genetik Dislipidemia cenderung terjadi dalam keluarga, mendukung bahwa hal itu mungkin memiliki suatu penyebab genetic. Dalam dunia medis dislipidemia yang diturunkan familial dislipidemia (FD). FD ini merupakan penyakit genetic yang diturunkan secara dominan autosomal (kromosom yang bukan untuk produksi) dalam sel manusia. Penyebab penyakit ini adalah adanya mutasi yang terjadi pada reseptor kolestrol LDL. Reseptor LDL merupakan reseptor sel perukaan yang berfungsi untuk mempertahankan homeostasis kolestrol. Cara sederhana untuk menerangkan bahwa penyebab dislipidemia dari faktor genetik yiatu sebesar 80% dari kolestrol di dalam darah di produksi oleh tubuh sendiri ada sebagian orang yang memproduksi kolestrol lebih banyak dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena factor keturunan. Pada orang tersebut meskipun hanya mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol atau lemak jenuh tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolestrerol lebih banyak. 2. Faktor pola makan Terjadi penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri koroner tersebut disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak ( kolesterol, trigliserida) di bawah lapiasan terdalam (endothelium) dan dinding pembuluh nadi. Salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penimbunan zat lemak ini adalah gaya hidup, khususnya pola makan. Penyakit jantung kerap diidentikan dengan penyakit akibat “ hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolestrol. Hal ini semakin menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makanan siap saji / junk food dalam kurun waktu satu decade ini. Junk food telah 25
  • 26. menjadi bagian dari gaya hidup sebagai masyarakat di Indonesia , diberbagai tempat yang selalu penuh oleh pengunjung dengan berbagai usia, dari kalangan annak-anak hingga dewasa. Padahal jun food banyak mengandung sodium. Lemak jenuh dan kolestrol. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol yang juga berperan akan muncul penyakit jantung. Karena kolestrol yang mengendap lama-lama akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme otot jantung. Cara terbaik untuk menjaga tubuh dari serangan jantung adalah mengubah gaya hidup dengan menjalankan diet seimbang. Untuk menghindari penimbunan lemak jenuh seperti lemak sapi, kambing, makananan bersantan dan gorengan kerena dapat meningkatkan kadar kolestrol darah. Lemak jenuh tunggal mempunyai pengaruh sedikit terhadap peningkatan kadar kolestrol darah, terdapat pada minyak jaitun, minyak biji kapas, minyak wijen. 3. Faktor obesitas Obesitas digunakan untuk memahami batasan sederhana dari kelebihan berat badan yang dihasilkan dari makan terlalu banyak dan aktifitas terlalu sedikit. Obesitas merupakan hasil interaksi kompleks antara factor-faktor genetic, pertilaku dan lingkungan menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energy. Peningkatan berat badan 20% atau lebih diatas berat badan normal adalah titik dimana kelebihan berat badan berkembang menjadi gangguan kesehatan. Tingkat kelebihan berat badan yang rendah dapat berkaitan dengan resiko kesehatan, terutama timbulnya gangguan kesehatan lain seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Orang dengan obesitas maka didalam tubuhnya cenderung akan banyak timbunan lemak yang berlebih, dan timbulnya lemak yang ada dalam tubuh ini akan menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini kemudian akan dapat meningkatkan kadar kolestrol total dan LDL kolestrol. Obesitas telah berkembang sebagai faktor resiko diabetes. Hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan beberapa kanker pada pria dan wanita. Kondisi lain yang terjadi, termasuk kesulitan bernafas waktu tidur, osteoarthritis, kemandulan, hipertensi intracranial idiopati, penyakit statis vena pada anggota gerak bawah,getaran gastro-esofageal dan gangguan perkemihan. 4. Faktor kebiasan merokok Masyarakat awam sudah banyak mengetahui bahwa merokok bisa merusak paru-paru karena asap yang dihisap langsung masuk ke paru-paru namun banyak orang tidak tahu bahwa rokok ternyata juga bisa meningkatkan kolestrol dalam tubuh manusia. Beberapa situs kesehatan disebutkan bahwa zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, terutama nikotin dapat menurunkan kadar kolestrol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolestrol buruk (LDL) dalam darah. Pada 26
  • 27. kebanyakan orang yang merokok ditemukan bahwa kadar HDLnya rendah. Berarti kadar pembentukan kolestrol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu, sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL nya. Pada orang merokok ditemukan kadar LDL nya tinggi , berarti lemak daru justru dibawa kembali ke jaringan tubuh. Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam satu batang rokok terdapat kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, 40% diantaranya beracun. Bahan kimia yang berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok. Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung. Selain mempurburuk profil lemak atau kolestrol darah, rokok juga dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi. 5. Kurang keteraturan berolahraga. Aktifitas yang efektif dapat menurunkan kadar kolestrol yaitu berupa olahraga teratur yang dilakukan minimal tiga kali seminggu masing-masing dengan lama waktu antara kurang lebih 45 menit. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh seperti paha, lengan atas serta pinggul,seperti senam, aerobic, jalan kaki, berenang, jogging, atau bersepeda. Olahraga merupakan bagian dari aktifitas fisik yang dilakukan untuk tujuan memperoleh manfaat kesehatan. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi luar metabolisme untuk bergerak. Banyaknya energy yang dibutuhkan tergantung seberapa banyak otot bergerak, berapa lama dan berapa berat aktifitas yangdilakukan. Manfaat olahraga yang teratur yaitu : o Meningkatkan kadar HDL kolestrol. o Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard. o Menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama- sama dengan menurunkan LDL kolestrol. o Membantu menurunkan tekanan darah. o Meningkatkan kesegaran jasmani. 6. Stress Secara sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu terganggu keseimbangannya. Stress terjadi akibat adanya situasi eksternal atau internal yang memunculkan gangguan dan menurunkan individu untuk berespon adaptif. Stress merupakan sesuatu yang terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stress seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. 27
  • 28. Dalam sebuah penelitian menunjukkan orang yang stress 1,5 x lebih besar mendapatkan resiko PJK daripada orang yang tidak stress karena dengan adanya stress terjadi peningkatan kolestrol darah dan tekanan darah dalam tubuh. 2.3 Tanda/ gejala-gejala Pasien dengan sindrom metabolik akan mengalami tiga atau lebih gejala yang menyertai seperti obesitas pada perut, peningkatan tekanan darah, resistensi insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, atherogenic dyslipidemia, keadaan prothrombotic, dan keadaan proinflammatory. Gejala yang dirasakan yaitu cemas, berkeringat,tanpa nyeri dada sampai nyeri dada kuat, sesak napas, hilang kesadaran, nyeri abdomen (tanpa nyeri sampai nyeri kuat), pankreatitis, polineuropati perifeal, BMI > 30 kg/m2 atau lingkar pinggang pria > 40 inchi(100 cm) dan wanita 35 inchi (87,5 cm) (Juntak, 2013). 2.4 Patofisiologi Ketika ada asuapan lemak eksogen dari makanan akan diabsorpsi di usus halus. Kemudian akan di bentuk oleh sel epitel intestinal menjadi kilomikron yang selanjutnya akan menuju hepar. Lipid yang terbawa lebih dari 80% adalah trigliserida. Setelah mengikat lemak makanan kilomikron akan masuk ke sirkulasi untuk dipecah menjadi energi dan resintesis sertasisanya akan diubah menjadi kolesterol. Orang dengan metabolisme cepat dan normal, pemasukan lemaknya hanya sedikit maka kolesterol di sintesis dan digunakan pada organ ekstrahepatik, sebaliknya banyak kolesterol dibawa oleh LDL untuk di katabolisme di liver. Adanya kolesterol yang berlebih akan diikat oleh asam empedu untuk dibuang melalui feses. Selain pemasukan dari lemak eksogen ada juga lemak endogen yang di hasilkan oleh tubuh yaitu trigliserida pada jaringan adipose. Trigliserida akan diangkut oleh VLDL (Very Low DensityLipoprotein) dari hepar ke jaringan. VLDL akan diubah menjadi IDL (Intermediate DensityLipoprotein) oleh lipoprotein lipase. IDL akan di hidrolisis oleh hepatic lipase sehingga sebagian trigliserida akan diubah menjadi LDL yang akan dimetabolisme di hepar dan jaringan perifer. LDL (Low Density Lipoprotein) berfungsi mengangkut kolesterol dari hepar ke jaringan dan memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor di membran sel. Adanya LDL yang berlebih merupakan faktor resiko terjadi aterosklerosis. Awalnya partikel LDL yang ada dalam sirkulasiterjebak di dalam intima. LDL ini akan mengalami oksidasi dan kemudian dipindahkan oleh reseptor scavenger khusus pada makrofag dan gel-gel yang lain. Karena tidak ada pengendalianatas pembentukan reseptor maka ester-ester kolesterol kemudian akan terakumulasi di dalam gelsehingga membentuk gel busa. Sel gelbusa akan membentuk bercak perlemakan yang bisamenyebabkan kerusakan pada endotelium (Juntak, 2013). 28
  • 29. 2.5 Penatalaksanaan a. Terapi non farmakologis Pengobatan dislipidemia hendaknya selalu dimulai dengan diet. Tujuan diit dislipidemia adalah menurunkan berat badan bila kegemukan, mengubah jenis dan asupan lemak makanan, menurunkan asupan kolesterl makanan, dan meningkatkan asupan KH kompleks serta menurunkan asupan KH sederhana. Adapun syarat-syarat diit dislipidemia adalah: o Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan faktoraktivitas dan faktor strees. o Cukup protein, mineral, dan vitamin. o Lemak cukup 20-30% dari total kebutuhan energi, diutamakan lemak tak jenuh. o KH sedang yaitu 50-60%, diutamakan KH kompleks. o Serat tingi, terutama serat larut air. o Kolesterol <300 mg/hari. o Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit. (RSSA, 2012) Selain dari diit yang diberikan, pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali diperhatikan agar jenis olahraga disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar dilakukan secara terus menerus. The American Heart Association menyatakan bahwa Terapi Nutrisi Medik maksimal dapatmenurunkan kadar LDL kolesterol sebesar 15 sampai 25 mg/dl. Jadi, bila kadar LDLkolesterol mengalami peningkatan lebih dari 25 mg/dl diatas kadar sasaran terapi, hendaklah diputuskan untuk menambahkan terapi farmakologik terutama terhadap pasien dengan risiko tinggi (pasien DM dgn riwayat infark miokard sebelumnya atau dengan kadar LDLkolesterol tinggi diatas 130 mg/dl). 2. Terapi farmakologis Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obat-obat penurun lipid memberi manfaat perbaikan profil lipid. Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 golongan obat yang dapat memperbaiki propil lipid serum yaitu: o HMG-CoA reduktase inhibitor Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase yaitu suatu enzim di hati yang berperan dalam pembentukan kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol maka hati akan mengkompensasi dengan meningkatkan reseptor LDL pada 29
  • 30. permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol LDL di dalam darah akan ditarik ke hati, sehingga akan menurunkan kadar kolesterol LDL dan jugaVLDL. o Derivat asam fibrat Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan oksidasi asam lemak bebas di hati ataupun otot dan mengurangi lipogenesis dihati sehingga sekresi dari VLDL dan trigliserid hati menjadi menurun. o Sekuestran asam empedu Mekanisme kerjanya ada dua yaitu meningkatkan bersihan (klirens) kolesterol dan menurunkan resirkulasi asam empedu. Mula‐mula obat ini mengikat asam empedu pada usus halus sehingga mencegah resirkulasinya ke dalam sistem entrohepatik. Dengan demikian ekskresi asam empedu meningkat hingga 10 kali lipat, dan karena asamempedu berkurang, hati berespon meningkatkan produksi asam empedu dengan cara memecah kolesterol. Selain itu reseptor LDL juga meningkat untuk mengikat kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada dalam sirkulasi darah makin menurun. o Asam nikotinat Golongan obat ini bekerja dengan menghambat enzim hormone sensitive lipase dijaringanadiposa, dengan demikian akan mengurangai asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam lemak bebas yang ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis VLDL dihati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan juga kolesterol LDL plasma. o Ezetimibe Obat ini bekerja sebagai pengganggu absorpsi kolestrol dari membrane fili pada saluran cerna, karena jumlah kolesterol yang masuk melalui usus halus turun, maka hati meningkatkan asupan kolesterolnya dari sirkulasi darah, sehingga kadar kolesterol serumakan turun. o Asam lemak omega-3 Asam lemak omega3 menurunkan kadar lipid dengan cara menekan produksi trigliserida dan VLDL di hati dan meningkatkan konversi VLDL menjadi LDL. (Juntak, 2013). 30
  • 31. 3. Penyakit jantung Koroner 3.1 Definisi Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 1999). Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982 ). 3.2 Etiologi Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak (Anonim, 1999). 3.3 Tanda/ gejala-gejala Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu dan tangan. Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala ini lain 31
  • 32. menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik (angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pectoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang eletro diagram pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik. Riwayat angina pectoris tidak stabillebih sulit dikendalikan karena terjadi secara tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat. Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kardiografi dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 1999). 3.4 Patofisiologi Menurut Moore dalam makalah digilib, Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya. 3.5 Penatalaksanaan 32
  • 33. a. Terapi non farmakologis Tujuan dari terapi diit jantung adalah memberikan makanan secukupnya tanpamemberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila kegemukan, dan mencegah atau menghilangkan penimbunan garam dan air. Adapun syarat-syarat diit jantung adalah: o Energi diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan faktoraktivitas dan faktor strees. o Cukup protein, mineral, dan vitamin. o Lemak sedang 20-30% dari total kebutuhan energi, 10% berasal dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh.. o KH sisa dari kebutuhan. o Kolesterol rendah terutama jika disertai dengan dislipidemia. o Rendah garam 2-3gr/hari, jika disertai hipertensi. o Serat cukup 25gr/hari, terutama serat larut air. o Cairan cukup 1500-2000ml / hari. o Makanan mudah dicerrna dan tidak menimbulkan gas. o Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien. o Porsi kecil tapi sering. (RSSA, 2012) 2. Terapi farmakologis Sejak beberapa tahun belakangan ini, obat-obat jantung berkembang pesat. Hampir setiap tahun beredar obat baru. Setiap obat tampaknya mempunyai beberapa ciri khusus yang ditonjolkannya. Walaupun demikian, mekanisme kerja dan indikasi pemakaian obat-obat baru itu pada prinsipnya tidak banyak berbeda dengan obat-obat serupa sebelumnya. Beberapa obat jantung yang penting dan banyak digunakan dalam klinik sehari-hari adalah: • Diuretik Diuretik adalah obat yang mampu mempercepat diuresis air dan zat-zat yang terlarut didalamnya melalui ginjal. Masalah keseimbangan elektrolit dalam tubuh seperti natrium, kalium, magnesium, kalsium, dan sebagainya sangat erat hubungannya dengan pemakaian diuretik. Bahkan belakangan ini diuretik mempengaruhi profil lipid dan metabolisme glukosa dalam tubuh. • Nitrat 33
  • 34. Sebagai obat antiangina, golongan nitrat organik mampu merelaksasi semua otot polos, terutama otot polos vakular. Dengan demikian, nitrat menyebabkan vasodilatasi semua sistem vaskular, terutama vena-vena dan arteri-arteri besar. Disamping sebagai obat antiangina, nitrat digunakan pula sebagai vasodilator pada pengobatan gagal jantung kongestif. • Betabloker Betabloker menekan adrenoseptor beta-1 jantung, sehingga denyut jantung dan kontratilitas miokard menurun. Hal ini menyebabkan kebutuhan oksigen miokard pun berkurang, disamping perfusi miokard (suplai oksigen) sedikit meningkat, karena regangan dinding jantung berkurang. 4. CKD 4.1 Definisi Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti gijal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Aru W Sudoyo, 2009). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ERSD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubulus mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad, walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak seluruhnya disebabkan retensi urea dalam darah. Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah : a. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LGF), berdasarkan : o Kelainan patologik atau o Pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau urin, atau kelainan pada pemerikasaan pencitaraan. 2. LFG <60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Chonchol, 2005). Gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan tak reversibel yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Penyakit yang mendasari sulit dikenali bila gagal ginjal telah parah. Bila laju filtrasi glomerulus (GFR) turun di bawah 25-30% dari angka 34
  • 35. normal, ginjal mungkin menjadi tidak mampu mengekskresi sisa-sisa nitrogen, mengatur volume dan elektrolit, dan mengeluarkan hormone. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal (Perazella, 2005). 4.2 Etiologi Para peneliti di Amerika Serikat telah menemukan daftar delapan faktor resiko untuk mendeteksi PGK. Delapan faktor risiko tersebut meliputi usia tua, anemia, wanita, hipertensi, diabetes, penyakit vaskular perifer dan riwayat gagal jantung kongestif atau penyakit kardiovaskular (Eight-point Risk Factor Checklist Evolved to Predict Chronic Kidney Disease, 2008). Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008). Menurut National Kidney Foundation, faktor resiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes mellitus atau hipertensi, obesitas , perokok, berumur lebih dari 50 tahun dan individu dengan riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit ginjal dalam keluarga (National Kidney Foundation, 2009). 4.3 Tanda/ gejala-gejala Begitu banyaknya sistem tubuh yang terganggu pada saat menderita gagal ginjal kronik. Tanda-tanda yang bisa diperoleh jika seseorang telah menderita gagal ginjal kronik dibagi berdasarkan sistem, adalah sebagai berikut: a. Gangguan pada sistem pencernaan o Tidak ada nafsu makan, mual hingga muntah-muntah. Ini terjadi karena gangguan metabolisme tubuh. Akibat fungsi ginjal terganggu, metabolisme protein di usus menjadi terganggu dan terbentuk zat-zat seperti amonia, dan lain-lain. Usus menjadi sembab. 35
  • 36. o Bau yang khas yang keluar dari mulut penderita yang disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur. Oleh bakteri di mulut (yang biasanya memang ada), ureum ini diubah menjadi amoniak sehingga bernapas dan berbicarapun berbau amonia. Selain itu juga bisa timbul luka-luka kecil pada bibir (stomatitis). o Sering mengalami cegukan,penyebabnya kenapa hal ini terjadi,belum diketahui. o Menderita sakit maag, dan peradangan pada usus. 2. Gangguan pada kulit o Kulit gatal, pucat dan kekuning-kuningan. Penderita gagal ginjal kronik akan menjadi lebih putih (pucat) akibat anemia dan berwarna kuning akibat penimbunan urokrom. Selain itu bisa terdapat luka-luka gores akibat sering menderita gatal dan digaruk. Gatal terjadi karena racun yang tidak bisa dikeluarkan pada air seni 'keluar' melalui kulit. Tentunya peranan kulit tidak sehebat ginjal dalam hal pengeluaran racun. Akibatnya hanya sebagian kecil saja racun yang bisa dikeluarkan kulit, namun efeknya sangat besar bagi kulit karena memang kulit tidak dipersiapkan untuk itu. 3. Sistem hematologi/darah o Kurang darah atau anemia Anemia pada gagal ginjal kronik terjadi karena banyak sebab yang saling mendukung. Oleh karena itu hanya mengobati/memperbaiki salah satu sebab saja tidaklah optimal. 4. Gangguan pada sistem saraf dan otot o Sering merasa pegal pada kaki Sering pegal pada kaki atau diistilahkan dengan 'restless leg syndrome' bisa dialami oleh pasien gagal ginjal kronik. Akibatnya pasien sering menggerak-gerakan kakinya. o Rasa seperti terbakar Penderita bisa juga mengalami rasa seperti terbakar atau semutan terutama pada telapak kaki. Hal ini diistilahkan dengan burning feet syndrome. o Ensefalopali metabolik Ensefalopati metabolik mengakibatkan perasaan lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor hingga bisa menyebabkan kejang. o Kelemahan otot 36
  • 37. Otot pasien menjadi lemah dan mengecil pada tungkai. 5. Gangguan pada sistem Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) o Terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi) Hipertensi terjadi akibat penimbunan cairan dan terganggunya produksi renin seperti yang pernah dijelaskan. Tekanan darah bisa meningkat akibat ienksaan gagal ginjal kronik, tapi bisa juga tekanan darah yang tidak terkontrol menyebabkan gagal ginjal yang kronik. o Sering mengalami nyeri dada dan sesak napas Hal ini disebabkan karena selaput pembungkus jantung (perikard) mengalami radang yang diistilahkan dengan perikarditis. o Penyakit jantung koroner bisa juga terjadi akibat aterosklerosis yang timbul dini. Aterosklcrosis terjadi karena gangguan metabolisme lemak yang terjadi pada penderita gagal ginjal kronik ini. 6. Gangguan sistem endokrin (hormonal) o Terjadi penurunan libido, fertilitas dan aktivitas seksual lainnya. Pada wanita bisa terjadi gangguan menstruasi hingga tidak dapat mens lagi. o Terjadi gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin hingga gangguan produksi insulin yang menyebabkan penyakit kencing manis (diabetes melitus). o Gangguan metabolisme lemak yang ditandai dari meningkatnya kadar trigliserid, kolesterol, dan lain-lain dalam darah o Gangguan metabolisme vitamin D. Disamping gangguan metabolisme bahan bahan nutrisi,penderita gagal ginjal kronik juga mengalami gangguan akibat perubahan-perubahan dalam fungsi hormon penurunan fungsi imun dengan berbagai penyakit yang menyertai dan sering telah memakan obat. Sedangkan penurunan fungsi imun juga dapat mempengaruhi penurunan status gizi pada gagal ginjal kronik (Suhardja,2003). 4.4 Patofisiologi Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer 37
  • 38. apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (Noer, 2006). 4.5 Penatalaksanaan a. Terapi non farmakologis Sejalan dengan perkembangan ilmu, terapi dietetik pada penderita gagal ginjal kronik mengalami kemajuan. Penderita gagal ginjal kronik dapat hidup normal dan produktif dengan terapi dietetik, disamping dapat menunda menjalani cuci darah (hemodialisa) untuk jangka waktu yang cukup lama. (Triyani Kresnawan,1991) Pada tahun 1991 telah diadakan penelitian status gizi pada 14 penderita gagal ginjal kronik di RSCM, dimana ditemukan kurang lebih 50% penderita berada dalam keadaan gizi kurang. Asupan zat gizi penderita bila dibanding dengan kecukupan yang dianjurkan masih kurang, kecuali asupan protein nabati, natrium dan fosfor. Dengan mempertimbamgkan hal-hal tersebut diatas maka dirasakan perlu adanya penyusunan diet, dengan harapan agar penderita semaksimal mungkin dapat mengkonsumsi hidangan yang telah disusun, sesuai dengan keadaan penyakitnya. Tujuan dari terapi diit gagal ginjal kronik adalah mencapai dan mempertahankan status gizi optimal denganmemperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memperberat kerja ginjal, membantu menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah, mengurangi atau mencegah gejala Sindrome uremik, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, dan mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus. Adapun syarat-syarat diit gagal ginjal kronik adalah: o Energi tinggi untuk mencegah katabolisme, yaitu 35-45kkal/kgBBI o Protein rendah 0,6-0,75gr/kgBBA berupa protein dengan nilai biologi tinggi o Lemak cukup 20-30% dari kebutuhanenergi total o KH cukup, yaitu sisa dari total kebutuhan protein dan lemak o Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites. o Kalium dibatasi (40-70mEq) o Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan ( + 500 ml ) 38
  • 39. b. Terapi farmakologis Pemakaian OAH, untuk megurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Beberapa OAH terutama ACEI, sebagai antihipertensi dan antiproteinuria. 5. Gout Artritis 5.1 Definisi Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang menyerang penduduk indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat didalam persendian (Wijayakusuma, 2006). Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan (Sustrani, 2004). Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti dengan terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan/atau jari (Almatsier, 2008). Jenis asam urat yaitu : a. Gout primer Pada gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. 2. Gout sekunder Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit darah ( penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol, dan penyebab lainnya adalah faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigiserin yang tinggi. 5.2 Etiologi 39
  • 40. Secara umum, penyebab asam urat adalah terjadinya pemecahan sel terus menerus sehingga menghasilkan asam urat yang berlebihan. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Penyebab asam urat yang lain adalah metabolism tubuh yang kurang sempurna. Penyebab asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal mengeluarkan asam urat tersebut melalui air seni. Secara tidak langsung, kondisi umum tubuh yang kurang baik juga dapat menjadi penyebab asam urat. Oleh karena itulah asam urat lebih banyak diderita orang yang berusia lanjut. Namun demikian tentu saja asam urat bisa terjadi pada usia yang lebih muda karena gaya hidup yang kurang sehat. Meskipun penyebab asam urat dapat disimpulkan adalah karena terjadinya pemecahan sel secara terus menerus, penyakit asam urat termasuk penyakit yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti secara klinis. Penyebab asam urat diduga berkaitan dengan faktor genetik dan faktor hormonal. Hal inilah yang menyebabkan ketidaknormalan metabolisme tubuh yang merupakan penyebab asam urat meningkat secara drastis. Namun demikian, efek kebalikan dari asam urat yang berlebihan juga bisa menjadi penyebab asam urat. Pengeluaran asam urat secara berlebihan menyebabkan kadar sangat rendah dan memicu tubuh mengeluarkan kembali yang kadarnya bisa berlebihan dan menyebabkan asam urat tinggi. Namun demikian, penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi. Konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi adalah satunya. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam inti sel yang jika bereaksi dapat meningkatkan asam urat dengan cepat. Penyebab asam urat sering diasumsikan berasal dari kondisi alami tubuh, padahal kondisi tubuh yang buruk utamanya terjadi karena pola makan yang salah. Oleh karena itu, untuk menghindari asam urat, anda harus mulai memperhatikan berbagai makanan penyebab asam urat untuk anda hindari. Penyakit darah dapat juga menjadi penyebab asam urat. Penyakit sumsum tulang dan polisitemia, misalnya, bisa menjadi penyebab tingginya kadar asam dalam darah yang menjadi penyakit asam urat. Selain itu, obat-obatan seperti alkohol dalam obat, obat kanker, dan vitamin B12 pun juga bisa menjadi penyebab asam urat. (Brilian, 2013) 5.3 Tanda/ gejala-gejala Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang pada malam hari). Jika hout menyerang sendi-sendi, yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas, disertai rasa nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakkan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi 40
  • 41. lain seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan kristal asam urat (Wijayakusuma, 2006). 5.4 Patofisiologi Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan, dan telinga (Anonim, 2011). Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian akan memperlihatkan aktivitas imunologik (Anonim, 2011) 5.5 Penatalaksanaan a. Terapi non farmakologis Diet pada penderita asam urat yaitu harus mengonsumsi makanan yang rendah purin. Penyebab utama pada asam urat karena meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang disebabkan adanya gangguan metabolisme asam urat. Salah satunya disebabkan karena mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Oleh karena itu tujuan diit gout adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urine.. Adapun syarat-syarat diit gout adalah adalah: o Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor strees. o Cukup protein, mineral, dan vitamin. o Lemak rendah <20% dari total kebutuhan energi. o KH sedang yaitu 65-75%, diutamakan KH kompleks. o Cairan disesuaikan dengan urine yang keluar setiap hari. o Menghindari bahan makanan yang mempunyai kandungan purin >150mg/100gr bahan makanan. 41
  • 42. b. Terapi farmakologis Obat penurun asam urat (OPA) harus dipertimbangkan pada pasien penyakit ginjal kronis/PGK (stadium 2 atau lebih) atau pasien dengan riwayat kencing batu (urolithiasis). Penggunaan OPA direkomendasikan dengan memberikan allopurinol atau febuxostat; sedangkan probenecid direkomendasikan sebagai terapi alternatif lini pertama jika allopurinol atau febuxostat dikontraindikasikan atau tidak ditoleransi pasien. OPA dapat dimulai pada saat serangan gout akut, kadar asam urat darah dimonitor setiap 2-5 minggu selama titrasi OPA dan setiap 6 bulan setelah target laboratorium (<6 mg/dL) telah tercapai. o Allopurinol Dosis awal jangan melebihi 100 mg/hari dan pasien dengan PGK stadium 4 atau lebih hrus diberikan dosis awal 50 mg/hari. Dosis selanjutnya dititrasi/disesuaikan setiap 2 - 5 minggu untuk mencapai target yang diinginkan dan dapat ditingkatkan hingga lebih dari 300 mg/hari asalkan pasien diedukasi dan dimonitor efek samping yang mungkin timbul. o Terapi dengan urikosurik Direkomendasikan penggunaan probenecid, dengan syarat pasien tidak memiliki riwayat urolitiasis.  Jika simtom dan asam urat tetap tinggi Selain allopurinol atau febuxostat maka dapat diberikan tambahan urikosurik seperti probenecid, kedua obat selanjutnya dapat dititrasi hingga dosis maksimal. Terapi pegoglitase mungkin dapat dimulai jika kadar asam urat serum tetap tinggi, pada pasien tanpa tophi tetapi dengan serangan > 7 kali setahun atau pasien dengan tophi dengan serangan 2 kali atau lebih setahun atau pada pasien dengan chronic tophaceous gouty arthritis (CTGA). 42
  • 43. BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemahaman Pasien terhadap Materi Konseling Edukasi yang diberikan kepada pasien bertujuan agar pasien mengerti diet rendah protein dan rendah garam II , pasien mengerti bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi, dan pasien dapat menerapkan pola hidup sehat dan pola makan dengan menu seimbang selama rawat jalan dengan pengaturan pembagian makan sehari yang dianjurkan dari Poli Konsultasi Gizi Rumah Sakit. Materi yang diberikan selama melakukan edukasi adalah : a. Diet RP dan RG II (Na = 600-800 mg). 2. Bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi. 3. Contoh menu seimbang. Diet yang diberikan kepada pasien telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien tersebut. Makanan diberikan dengan frekuensi 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan/snack. Setelah pelaksanaan edukasi gizi melalui konsultasi gizi, pasien mengetahui diit apa yang dijalani, dapat menyebutkan bahan makanan yang dibatasi, dianjurkan, dan diganti serta pasien mengetahui kebutuhan cairannya/hari. Hal ini dapat diketahui dari hasil tanya jawab yang dilakukan oleh konselor dan pasien sebelum memulai konsultasi dan sesudah konsultasi . Selama edukasi berlangsung, pasien selalu diberi motivasi tentang pentingnya melakukan diet tersebut dimana berfungsi untuk mengatur kadar ureum, kreatinin, asam urat, kalium, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan tekanan darah pasien agar mencapai batas normal. Diet tersebut juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan mempertahankan status gizi yang optimal. Setelah diberikan edukasi tentang diet tersebut, pasien sudah memiliki niat untuk merubah pola/kebiasaan makannya yang tidak teratur, mengurangi sedikit demi sedikit bahan makanan yang dibatasi serta menggantinya dengan bahan makanan yang dianjurkan, mengurangi pengolahan makanan yang diolah dengan minyak, dan mulai merubah kebiasaan minum pasien yang tidak teratur sebelumnya. 1. Asupan Energi Tabel 6. Hasil Recall Asupan Makan Pasien (20 Januari 2014) Zat Gizi Asupan Kebutuhan Persentase Asupan (%) 43
  • 44. Energi (kalori) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) 554,2 16,4 13,3 94,3 1710 49,4 47,5 272,95 32,40 % 33,19 % 28,00 % 34,54 % Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari zat gizi yang merupakan sumber utama ialah karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang dibutuhkan dinyatakan dalam satuan kalori (Sediaatmadja, 1991). Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2003). Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk metabolisem basal, aktivitas fisik, dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal namun tetap memperhitungkan umur, jenis kelamin, aktifitas dan dan tingkat keparahan penyakit pasien. Pada penderita komplikasi hipertensi, dislipidemia, Chronic Disease Kidney (CKD), jantung, dan asam urat kebutuhan energi harus terpenuhi untuk menghindari resiko kekurangan gizi yang biasanya terjadi karena berbagai faktor katabolisme (pengaruh iklim, umur dan ukuran tubuh). Perhitungan kebutuhan energi pasien adalah 30-35kalori/kgBBI dengan memperhitung umur, jenis kelamin, BBI pasien, dan tingkat keparahan penyakit pasien sehingga diberikan 30kal/BBI yang setara dengan 1710 kalori. Kebutuhan energi tersebut dapat digunakan untuk mencapai status gizi normal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal. Dari tabel hasil recall pasien, asupan energi yang dikonsumsi pasien hanya 554,2 kalori (32,40%) dari kebutuhan energi pasien dalam sehari. Hal ini dikarenakan pasien mengalami penurunan nafsu makan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pasien, makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna dan juga memberi motivasi kepada pasien tersebut untuk menghabiskan makannya. 2. Asupan Protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separohnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. (Almatrsier, 2009). 44
  • 45. Dari tabel hasil recall pasien, asupan protein yang dikonsumsi pasien hanya 16,4 gram (33,19%) dari kebutuhan protein yang seharusnya dikonsumsi pasien dalam sehari. Hal ini dikarenakan pasien mengkonsumsi bahan makanan sumber protein dengan jumlah porsi yang tidak sesuai dengan kebutuhan protein yang seharusnya dikonsumsi. Perhitungan kebutuhan protein dihitung berdasarkan umur, jenis kelamin, aktifitas dan tingkat keparahan penyakit pasien. Pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) protein diberikan dengan range 0,6-0,75 gr/kgBBA dan untuk kondisi pasien ini diberikan 0,6gr/kgBBA. Asupan protein dianjurkan harus berasal dari protein bernilai biologi tinggi, yang lebih lengkap kandungan asam amino escensialnya yaitu berasal dari golongan protein hewani, misalnya telur, daging, ayam, ikan, susu dan lain-lain dalam jumlah sesuai kebutuhan sedangkan asupan protein nabati seperti tahu dan tempe harus dibatasi karena apabila dibandingkan dengan protein hewani, protein nabati lebih lama untuk diabsorbsi dan akan memperberat proses kerja ginjal yang sebenarnya harus dijaga, namun karena pasien juga mengalami hiperurisemia jadi harus dipilih golongan protein yang bernilai biologi tinggi namun rendah purin. Hiperurisemia yang terjadi pada pasien termasuk kedalam hiperurisemia sekunder, yang diketahui penyebabnya seperti kelainan glikogen dan ginjal (Utami, 2004). Makanan yang mengandung purin tinggi, umumnya menghasilkan urin yang bersifat asam dan meningkatkan ekskresi asam urat melalu urin. Oleh sebab itu, perlu diusahakan untuk meningkatkan pH urin menjadi 6,0-6,5 dengan memperhatikan kadar purin dalam bahan makanan dan daftar makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi, sisa asam tinggi, dan yang bersifat netral. Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa basa tinggi yaitu susu, susu asam, krim, minyak kelapa, kelapa, santan, semua jenis sayuran terutama bayam dan bit, dan semua jenis buah. Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa asam tinggi kuning telur, keju, kue yang dibuat dari gula putih, atau buah kesemek, telur ikan.. Asupan protein dianjurkan harus berasal dari protein bernilai biologi tinggi, yang lebih lengkap kandungan asam amino escensialnya yaitu berasal dari golongan protein hewani, misalnya telur, daging, ayam, ikan, susu dan lain-lain dalam jumlah sesuai kebutuhan. Sedangkan asupan protein nabati seperti tahu dan tempe harus dibatasi karena apabila dibandingkan dengan protein hewani, protein nabati lebih lama untuk diabsorbsi dan akan memperberat proses kerja ginjal yang sebenarnya harus dijaga. 3. Asupan Lemak Fungsi lemak yaitu sebagai sumber energi, memberikan rasa gurih dan halus pada makanan, menimbulkan perasaan kenyang lebih lama karena dapat menghambat peristaltik 45
  • 46. lambung dan sekresi asam sehingga menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar kembali segera setelah makan, serta membantu penyerapan vitamin larut lemak dari dalam usus (Almatsier, 2003). Dari tabel hasil recall pasien, asupan lemak yang dikonsumsi pasien hanya 13,3 gram (28 %) dari kebutuhan lemak yang seharusnya dikonsumsi pasien dalam sehari. Hal ini dikarenakan pasien mengalami penurunan nafsu makan dan pasien mulai membatasi makanan yang mengandung banyak lemak. Serta pasien juga didiagnosa dislipidemiadan PJK sehingga pasien mulai membatasi asupan lemak yang dikonsumsi seperti tidak mengkonsumsi makanan yang bersantan dan mengurangi makanan gorengan. Pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) memang harus membatasi asupan lemak, namun hal yang perlu diperhatikan adalah jenis bahan makanan sumber lemak dan anjuran batasan asupan lemak yang benar untuk dikonsumsi. Batasan asupan lemak yang bisa diberikan pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) adalah 20-25 % dari kebutuhan energi total pasien dalam sehari. Untuk kasus yang dialami pasien, anjuran asupan lemak yang diberikan adalah 25 % dari total kebutuhan energi atau setara dengan 47,4 gram/hari dengan jenis sumber lemak PUFA dan MUFA. Asupan lemak pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) berfungsi sebagai sumber energi selain dari karbohidrat dan protein mencegah katabolisme protein. Asupan lemak pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) juga harus diperhatikan dalam pemilihan bahan makanannya dimana dianjurkan yang mengandung lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang berasal dari tumbuhan seperti minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari. Asupan lemak yang cukup dan pemilihan bahan makanan perlu diperhatikan pasien Chronic Disease Kidney (CKD dengan dislipedemia, PJK, hipertensi, dan asam urat karena biasanya mereka sering mengalami gangguan metabolisme lemak seperti meningkatnya kadar kolesterol total dan menurunnya kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang bisa memperburuk fungsi ginjal pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD). Makanan sumber kolesterol tinggi (lemak jenuh) harus dihindari pasien seperti jeroan (usus, paru, limfa, hati, babat), kulit ayam, lemak hewan, santan kental, minyak kelapa dan santan kental. 4. Asupan Karbohidrat Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa 46
  • 47. mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein (Almatsiers, 2009). Nurjanah (2006) berpendapat bahwa makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak adalah sumber utama penghasil energi. Supaya energi yang dihasilkan memenuhi kecukupan tubuh, diperlukan pengaturan terhadap jumlah konsumsi ketiga sumber tersebut. Dari tabel hasil recall pasien, asupan karbohidrat yang dikonsumsi pasien hanya 94,3 gram (34,54 %) dari kebutuhan karbohidrat pasien seharusnya dalam sehari. Hal ini dikarenakan pasien mengalami penurunan nafsu makan sehingga bukan hanya kebutuhan karbohidrat saja yang di bawah rata-rata dari total kecukupan yang dianjurkan tetapi zat gizi makro lainnya yang dikonsumsi juga di bawah rata-rata dari total kecukupan yang dianjurkan . Pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD), asupan karbohidrat dianjurkan sekitar 60-70 % dari sisa kebutuhan energi total dikurangi energi dari protein dan lemak. Untuk pasien pada kasus ini diberikan karbohidrat 63,85% dari sisa kebutuhan energi total dikurangi energi dari protein dan lemak atau setara dengan 272,95 gram/ hari yang digunakan sebagai sumber energi utama. 5. Asupan Natrium Sebagai kation utama dalam cairan ekstraselular, natrium menjaga keseimbangan cairan dalam komprament tersebut. natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak kelua dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Di dalam sel tekanan osmosis diatur oleh kalium guna menjaga cairan tidak keluar dari sel. Secara normal, tubuh dapat menjaga keseimbangan antara natrium di luar sel dan kalium di dalam sel (Almatsier,2009) Asupan natrium 40-120 mEq/hari (270-920 mg/hari) digunakan untuk mengontrol tekanan darah dan oedema. Pembatasan natrium dapat membantu mengatasi rasa haus, dengan demikian dapat mencegah kelebihan asupan cairan. Asupan natrium pada penderita Chronic Disease Kidney (CKD) harus diperhatikan terutama pada penderita yang memiliki komplikasi penyakit hipertensi. Pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) selain diberikan diet Gagal Ginjal Kronik juga diberikan diet Rendah Garam II (RG II) yaitu batas natrium yang boleh dikonsumsi dari makanan adalah 600-800 mg dimana setara dengan ¼ sdt garam dapur (2 gram)/ hari. Bahan makanan tinggi natrium yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi antara lain ikan asin, telur asin, biskuit asin, makanan kalengan dan makanan awetan. 47
  • 48. 6. Asupan Kalium Asupan kalium yang dianjurkan pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) adalah 1600- 2800 mg/ hari untuk mencegah hiperkalemia yang biasanya terjadi bila ada gangguan fungsi ginjal. Bahan makanan tinggi kalium yang harus dibatasi oleh pasien Chronic Disease Kidney (CKD) seperti alpukat, tomat, pisang, umbi-umbian, sayuran (daun singkong, daun pepaya, bayam, kapri, kembang kol, buncis), kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai. 7. Asupan Cairan Anjuran jumlah asupan cairan pada pasien Chronic Disease Kidney (CKD) adalah sama dengan jumlah urin yang dikeluarkan pasien + 500 cc. Penambahan 500 cc disini digunakan untuk pengeluaran cairan dari keringat dan pernafasan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui jumlah asupan cairan yang dibutuhkan pasien maka pasien harus menampung urin yang dikeluarkannya agar dapat diperoleh kebutuhan asupan cairan pasien secara tepat. 48
  • 49. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Setelah melakukan pengumpulan data antropometri, biokima, klinis, dan dietary terhadap studi kasus diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa : • Diagnosa penyakit pasien adalah Hipertensi + Dislipidemia + Chronic Kidney Disease (CKD) stadium IV + Jantung + Asam Urat • Status Gizi pasien obesitas yang dihitung dengan IMT yaitu 32,11 kg/m² • Hasil labolatorium pasien adalah Hb rendah, ureum tinggi, kreatinin tinggi, asam urat tinggi, kalium tinggi, kolesterol total tinggi, trigliserida tinggi, HDL rendah, dan LDL tinggi. • Tanda fisik/klinis pasien adalah KU baik, pucat, sering merasa lelah, dan lemah. Tekanan darah adalah 153/78mmHg. • Diet yang dianjurkan pasien adalah Diet Rendah Protein dan Rendah Garam II • Asupan recall pasien 24 jam yaitu E = 554,2 kalori (32,40%), P = 16,4 gr (33,19%), L = 133, gr (28%) dan KH = 94,3 gr (34,54%). • Perencanaan asupan makan yang diberikan pada pasien yaitu E=1710 kalori, P=49,4 gr/ hari, L=47,5 gr/ hari dan KH=272,95 gr/ hari 2. Saran • Sebaiknya pasien dapat menjalankan diet yang diberikan dari Poli Konsultasi Gizi Rumah Sakit. • Sebaiknya pasien mulai merubah kebiasaan makannya yang kurang baik dan tidak teratur. • Sebaiknya pasien rutin melakukan konsultasi ulang ke Poli Konsultasi Gizi Rumah Sakit untuk mengevaluasi kondisi dan asupan makan pasien. 49
  • 50. Daftar Pustaka Amazinetips-Menyimpan-Jahe-Agar-Tetap-Segar Tahan Lama/2011 http://www.Amazine.Co/9062/Tips-Menyimpan-Jahe-Agar-Tetap-Segar-Tahan-Lama/ Anonim2011http://Digilib.Ump.Ac.Id/Files/Disk1/17/Jhptump-A-Rinaasripa-828 Babii.Pdf Hipertensi2012http://Www.Godiabetescare.Com/Hipertensi.Html Makalah Hipertensi2012http://Digilib.Unimus.Ac.Id/ MakalahpenyakitJantungKoroner1999http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/106/Jtptunimus- Gdl-Sholekahg0-5270-3-Bab2.Pdf MakalahpenyakitJantungKoroner1999http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/106/Jtptunmus- Gdl-Sholekahg0-5270-3-Bab2.Pdf Atasi Asam Urat Dan Rematik Ala Hembingjakartapuspa Swara2006 AyahbundaartikelBalitaPsikologi10.Pola.Asuh.Untuk.Anak.Cerdas2013http://Www.Ayahbunda. Co.Id B.R Darmojo Dan H.H Matonobuku AjarGeriatri(IlmuKesehatanUsiaLanjut)Jakartafkui 2004 Balitapediakenali-5-Masalah-Gizi-Yang-Umum-Terjadi-Pada-Balita-Berikut- Inihttp://Balitapedia.Com Beckstatus Gizi2002http://Www.Creasoft.Com Brilianmakalah-Gout2013http://Brilianbuchu.Blogspot.Com/2013/04/Makalah-Gout.Html Depdiknaskbbi Daring2008pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Http://Bahasa.Kemdiknas.Go.Id/Kbbi/Index.Php Diah Krisnatuti Dan Rina Yenrinapanduan Mencegah & Mengobati Penyakit Jantungjakartapustaka Swara1999 Panduan Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung Jakartapustaka Swara1999 Edisi 8. Volume 2. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarthjakartaegc2001 Jilid 3. Edisi V. Penyakit Ginjal Kronik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalamjakartainterna Publishing2009 50