Gangguan penglihatan pada anak dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosionalnya. Anak dengan gangguan penglihatan cenderung kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan teman-teman, sehingga keterampilan sosialnya berkembang dengan lebih sulit. Mereka perlu pembelajaran langsung untuk mengembangkan keterampilan seperti berteman, kontak mata, bahasa tubuh, dan ekspresi em
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
PDF 11 - Dampak Gangguan Penglihatan Terhadap Sosial dan Emosi
1. DAMPAK GANGGUAN PENGLIHATAN
etiap anak yang memiliki gangguan penglihatan akan mengalami berbagai
keterlambatan dalam aspek-aspek perkembangannya. Gangguan penglihatan
yang dialami anak baik semenjak dalam kandungan, pada saat lahir, maupun
sesuadah lahir akan mempengaruhi perkembangan anak. Penyebab dan kapan
terjadinya gangguan penglihatan tersebut akan sangat menentukan dampak yang
dialami anak akibat dari gangguan penglihatannya. Anak lahir dengan kondisi
mengalami gangguan pengihatan akan mengalami proses perkembangan yang sangat
berbeda dengan anak lain yang tidak mengalami gangguan penglihatan.
Secara logika sederhana dapat dijelaskan bahwa anak yang mengalami gangguan
penglihatan akan mengalami kesulitan, misalnya anak yang tidak memiliki gangguan
penglihatan bisa mudah bergerak dan mengeksplorasi lingkungannya, pada anak yang
mengalami gangguan penglihatan akan sulit bergerak dan mengeksplorasi
lingkungannya. Aktifitas sederhana seperti mencari dan menemukan mainannya
sendiri, meniru aktifitas orang tuanya, bermain dan bercanda dengan saudaranya, dan
hal sederhana lainnya akan sangat sulit dilakukan oleh anak yang mengalami
gangguan penglihatan.
Hal seperti inilah yang akan membuat anak dengan gangguan penglihatan memiliki
berbagai keterlambatan dalam aspek perkembangannya. Berbagai aspek
keterlambatan dalam perkembangan anak yang memiliki gangguan penglihatan inilah
yang sebenarnya merupakan dampak dari gangguan penglihatan yang dialami anak
dengan gangguan penglihatan. Secara sederhana, berbagai dampak gangguan
penglihatan pada anak dapat dibedakan berdasarkan aspek perkembangan (1)
perkembangan fisik dan motorik, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan bahasa
dan komunikasi, (4) perkembangan sosio-emosional, dan (5) perkembangan perilaku.
S
2. Dampak Gangguan Penglihatan terhadap Perkembangan Keterampilan Sosial dan
Emosional
Pada masa awal usia anak, mereka yang awas akan menunjukkan senyum timbal
balik antara mereka dengan ibunya, dan hal ini merupakan awal dari keterikatan,
pengakuan, dan komunikasi. Anak gangguan penglihatan umumnya baru bisa
menunjukkan senyum akan pada usia 2 bulan, dan senyum yang ditunjukkan ini bukan
mrupakan senyum timbal balik dari respon senyum yang diberikan ibunya, melainkan
sebagai pengakuan atas suara ibunya yang bisa didengarnya atau sebagai respon dari
adanya rangsangan non-visual, misalnya pada saat ibunya menggelitiknya secar
teratur.
Dalam beberapa tahun kemudian, anak yang mengalami gangguan penglahatan
akan menunjukkan keterlibatan emosional cenderung monoton, tidak musah tertarik
dengan kondisi lingkungan sekitarnya, non komunikatif, dan kurang informasi tentang
dasar-dasar bermain dengan teman-temannya. Akibatnya, dia dapat dikucilkan atau
dijauhi oleh teman-temannya dan ditolak, bahkan hal ini juga bisa diperburuk dengan
sikap membatasi dan melindungi anak secara berlebihan (overprotected) dari orang tua
atau anggota keluraga lainnya yang memberikan perawatan dan perlindungan pada
anak (caregiver).
Pada akhirnya kondisi ini membuat keterampilan interaksi sosial anak dengan
gangguan penglihatan berkembang dengan lebih rumit karena banyaknya isyarat visual
dan ekspresi wajah yang sulit dipahami. Sebagian besar keterampilan sosial yang biasa
kita lakukan sehari-hari sekarang ini didapat kita bukan dari hasil belajar secara formal,
melainkan hanya dari proses meniru secara tidak langsung terhadap keterampilan
sosial yang dilakukan orang lain yang kita lihat. Apakah seseorang mengajarkan
kepada kita bagaimana kita harus melihat kepada lawan bicara kita? Tentunya
keterampilan seperti ini bisa kita lakukan dengan serta merta dan berkembang sendiri,
shingga kita memiliki kemampuan dan pemahaman bahwa saat kita berbicara dengan
orang lain maka kita sebaiknya melihat kepada lawan bicara kita. Dalam situasi lain
misalnya kita juga menggerakan tangan ketika akan berpisah dengan orang lain, atau
3. kita melakukan ekspresi wajah ketika melakukan komunikasi nonverbal dengan orang
lian.
Perilaku sosial secara tipikal dikembangkan melalui observasi terhadap kebiasaan
dan kejadian sosial serta menirunya. Perbaikan biasanya dilakukan melalui
penggunaan yang berulang-ulang dan bila diperlukan meminta masukan dari orang lain
yang berkompeten. Karena anak dengan gangguan penglihatan mempunyai
keterbatasan dalam belajar melalui pengamatan dan menirukan, mereka sering
mempunyai kesulitan dalam melakukan berbagai perilaku sosial yang benar, meskipun
perilaku sosial tersebut sangat sederhana seperti yang dijelaskan pada paragraf
sebelumnya, misalnya melihat ke arah lawan biacara saat kita berbicara dengan orang
lain, melambaikan tangan saat berpisah, atau memberikan ekpresi wajah yang
mengandung makna saat berinteraksi non-verbal.
Sebagai akibat dari gangguan penglihatan yang berpengaruh terhadap
keterampilan sosial, anak dengan gangguan penglihatan harus mendapatkan
pembelajaran yang langsung dan sistematis dalam bidang pengembangan
persahabatan, menjaga kontak mata atau orientasi wajah, penampilan postur tubuh
yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah dengan benar,
mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepat pada waktu melakukan
komunikasi, serta mempergunakan alat bantu yang tepat.