Teori Retorika adalah salah satu dari sekian banyak teori komunikasi terkenal lainnya. Level komunikasi dari teori Retorika ini adalah komunikasi publik atau komunikasi massa.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles, seorang filsuf dari Yunani.
Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya.
Dewasa ini penetrasi berbagai jenis media tersebut telah merambah ke berbagai kalangan dan komunitas di masyarakat, tanpa membedakan strata sosial dan ekonomi. Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi tentu ada beberapa konsekuensi, baik yang berkonotasi positif maupun negatif, dalam konteks ini dapat dianalogikan bahwa media masa telah mengambil bagian dari peran-peran tertentu di masyarakat. Media massa telah mempengaruhi pola pikir dan realitas kehidupan dengan ragam cara.
Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada". Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tulisan ini membahas pentingnya memahami realitas objektif dan realitas media agar kita tidak terasing dan tersesatkan dengan berita media massa yang semakin masif dan menghegemoni masyarakat kekinian.
Teori Retorika adalah salah satu dari sekian banyak teori komunikasi terkenal lainnya. Level komunikasi dari teori Retorika ini adalah komunikasi publik atau komunikasi massa.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles, seorang filsuf dari Yunani.
Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya.
Dewasa ini penetrasi berbagai jenis media tersebut telah merambah ke berbagai kalangan dan komunitas di masyarakat, tanpa membedakan strata sosial dan ekonomi. Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi tentu ada beberapa konsekuensi, baik yang berkonotasi positif maupun negatif, dalam konteks ini dapat dianalogikan bahwa media masa telah mengambil bagian dari peran-peran tertentu di masyarakat. Media massa telah mempengaruhi pola pikir dan realitas kehidupan dengan ragam cara.
Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada". Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tulisan ini membahas pentingnya memahami realitas objektif dan realitas media agar kita tidak terasing dan tersesatkan dengan berita media massa yang semakin masif dan menghegemoni masyarakat kekinian.
10. Proses Perkembangan Teori Post Positivisme Kalangan post-postivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik. Tegasnya, pada setiap proses pengujian dan pengembangan teori, kita mesti merangkai observasi dengan metode ilmiah tertentu.
11. Untuk dapat memahami metode ilmiah dan penelitian perspektif post-positivisme dapat kita llihat pada tabel berikut ini : Tabel : Perbedaan antara metode ilmiah dan metode observasi naif Sumber : diadaptasi dari Watt dan Van den Berg (1995) dalam Miller (2002:42 ) Seleksi konsep-konsep abstrak untuk mempresentasikan fenomena yang diselidiki Pendefinisian konsep-konsep, baik secara konseptual maupun operasional Menghubungkan konsep-konsep tersebut lewat proposisi Pengujian teori dengan bukti penyelidikan Mengontrol penjelasan alternatif lewat disain studi Pengolahan definisi dan prosedur-prosedur umum untuk penelitian oleh komunitas ilmiah Penggunaan bukti-bukti yang tidak bersifat bias dalam membuat klaim kebenaran Rekonsiliasi teori dan observasi secara objektif
12. Perbedaan Metode Ilmiah dengan Metode Naif Metode ilmiah berbeda dengan metode naif. Metode naif yang dimaksud adalah cara-cara kita meneliti suatu masalah yang hanya berdasarkan kebiasaan, atau tanpa metode yang jelas. Sementara metode ilmiah mensyaratkan adanya penggunaan konsep abstrak tertentu dalam mengamati kenyataan.
13. Urutan kerja metode ilmiah 1. Membuat definisi operasional 2. Pembuatan hubungan antar konsep 3. Pengujian teori melalui observasi, dan 4. Pembuktian empiris
14.
15. Dua pandangan mengenai post-postivisme menurut para ahli Tabel : Perbedaan antara Karl Popper dan Thomas Kuhn Sumber : Gahral Adian. Menyoal Objektivisme Pengetahuan. 2002. Hlm.89 Karl R. Popper Thomas Kuhn Ilmu pengetahuan bukan semata-mata produk kesepakatan sosial Ilmu pengetahuan adalah hasil kesepakatan intersubjektif Ilmu pengetahuan berkembang secara evolusioner Ilmu pengetahuan berkembang secara revolusioner Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek peneliti Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek peneliti dalam suatu komunitas ilmu pengetahuan Rumus perkembangan ilmu pengetahuan: P1 -TT – EE - P2 Rumus perkembangan ilmu pengetahuan: P1 -SN – A – K - P2 Antar teori dapat dibandingkan walaupun asumsinya berbeda Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung dalam ketidak sinambungan Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara sinambung Antarteori tak dapat diperbandingkan bila asumsinya berbeda
16. Kesimpulan Perspektif post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial yang termasuk Ilmu Komunikasi. Melalui kritik yang mendasar terhadap positivisme yang terlalu realis, bebas nilai, dan memisahkan subjek dan objek penelitian, post-positivisme memberikan model penelitian khas yang ilmu sosial. Manusia bukanlah benda yang ketika diteliti hanya menyajikan efek yang sama, manusia itu hidup dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti. Maka ke-objektivan tak bisa ditemukan sebagaimana kita menemukannya ketika meneliti benda-benda. Walaupun demikian, menurut post-postivisme, keobjektivan dapat ditemukan sejauh hubungannya dengan teori yang dipergunakan, dan post-positivisme tidak terlepas dari kelemahan.