SlideShare a Scribd company logo
117
METODE ILMIAH
DALAM ILMU-ILMU SOSIAL
John Sabari 1)
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam dan
komprehensif tentang metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial.
Dari telaah kritis yang dilakukan terhadap hubungan obyek-metode
diperoleh gambaran, bahwa prosedur kinerjanya ilmiah ilmu-ilmu
sosial menggunakan metode linier (persepsi, konsepsi, dan prediksi)
dan untuk mengungkap kebenarannya menggunakan metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dan metode
kualitatif dalam studi ilmu-ilmu sosial tidak perlu dipertentangkan
secara radikal, namun perlu pemanduan agar hasil yang diharapkan
lebih optimal. Dengan kuantitatif, masalah obyektivitas lebih mudah
terjaga dan dengan kualitatif, realitas ganda dapat diungkap, lebih
sensitif dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang diteliti.
Kata kunci: Metode Ilmiah, Ilmu-ilmu Sosial
1) John Sabari1adalah Dosen Universitas PGRI Yogyakarta.
118 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
Pendahuluan
Berkembangnya rasionalisme di
Eropa mendorong tumbuhnya aliran
filsafat positivisme yang bertolak
dari prinsip kesatuan ilmu
pengetahuan yang terutama di-
dasarkan pada prosedur pokok:
observasi/eksperimentasi-formulasi
konsep-konsep-verifikasi. Dari dasar
tersebut dengan sendirinya semua
bidang studi yang tidak memenuhi
prosedur pokok ilmu harus
dilepaskan dari kategori ini. Metode
dasar yang dikembangkan salah
satunya nomotetis. Nomotetis tujuan
utamanya merumuskan hukum-
hukum yang berlaku umum (general
laws) atau disebut juga generalisasi.
Di lain pihak berkembang pula di
daratan Eropa sekitar awal abad XIX
kelompok Hermeneutika yang pada
dasarnya menolak monisme metode
dalam ilmu sebagaimana yang
dianjurkan kaum Positivis. Mereka
menekankan metode ideografis
dalam kegiatan keilmuannya. Metode
ideografis bertujuan untuk mencapai
gambaran-gambaran khusus dari
gejala alam terutama yang men-
yangkut kehidupan manusia. Tujuan
akhir kelompok ini adalah bisa
mengerti (verstehen) dari gejala,
bukan hanya menerangkan
(erklaeren) dari gejala-gejala seperti
yang dituju oleh kelompok
positivisme.
Perdebatan di atas juga me-
rembet pada ilmu-ilmu sosial yang
notabene sebagai ilmu pengetahuan
lahir belakangan dibandingkan
dengan ilmu-ilmu alam. Jujun S.
Suriasumantri menyatakan bahwa
dalam performansi keilmuannya,
ilmu-ilmu sosial dinilai agak
ketinggalan, bahkan ada beberapa
ahli berpendapat ilmu-ilmu sosial
tidak akan pernah menjadi ilmu
dalam arti yang sepenuhnya
(1999:135). Salah satu embrio
pernyataan tersebut bertolak dari
metode ilmiah atau metode
keilmuannya dan tentu saja
menimbulkan tanda tanya tentang
metode ilmiah apa saja yang
dipergunakan dalam studi ilmu-ilmu
sosial? Oleh karena itu pengkajian ini
menarik dilakukan dengan tujuan
agar diperoleh pemahaman yang
lebih memadai dan komprehensif
tentang metode ilmiah dalam studi
ilmu-ilmu sosial.
Metode Ilmiah
Istilah metode secara etimologis
berasal dari bahasa Yunani meta
yang berarti sesudah dan kata hodos
yang berarti jalan. Jadi metode
merupakan langkah-langkah yang
diambil menurut urutan tertentu,
untuk mencapai pengetahuan yang
telah dirancang dan dipakai dalam
proses memperoleh pengetahuan
jenis apa pun (Sri Soeprapto,
2003:128).
Definisi serupa juga disam-
paikan Gie (1999:117), metode
ilmiah adalah suatu prosedur-
prosedur yang mewujudkan pola-
pola dan tata langkah dalam
melaksanakan penelitian ilmiah.
Sedangkan menurut Jujun S.
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 119
Suriasumantri (1999:101), metode
ilmiah adalah suatu rangkaian
prosedur yang tertentu yang harus
diikuti untuk mendapat jawaban
tertentu dari pernyataan tertentu
pula. Ada juga yang mengartikan
metode ilmiah sebagai prosedur yang
dipergunakan oleh para ilmuwan
dalam pencarian secara sistematis
terhadap pengetahuan baru dan
peninjauan kembali pengetahuan
yang telah ada. Sedikit berbeda
disampaikan Geoges Kneller (dalam
Dadang Suparda, 2008:42). Kneller
mendefiniskan metode ilmiah adalah
struktur rasional dari penyelidikan
ilmiah yang hipotesisnya disusun dan
diuji.
Dari pendapat-pendapat di atas
dapat ditarik benang merahnya,
bahwa metode ilmiah pada
hakikatnya merupakan prosedur
yang mencakup berbagai kegiatan,
pikiran, pola kerja, tata kerja, dan
cara teknis untuk memperoleh
pengetahuan baru dan mengem-
bangkan pengetahuan yang sudah
ada.
Mengenai langkah-langkah da-
lam metode ilmiah, ternyata belum
ada kesatuan paham dari para
ilmuwan dan filsuf. Mereka mem-
punyai pendapat yang berbeda-beda
dan memiliki dasar yang kuat untuk
metodenya tersebut. Namun dalam
konteks ini penulis berusaha untuk
mensintesanya dengan mengacu
pada pendapat para pakar. Menurut
J. Lachman (dalam Dadang Supardan,
2008:43) metode ilmiah mencakup:
perumusan hipotesis spesifik atau
pertanyaan spesifik untuk menye-
lidiki, perancangan penyelidikan, pe-
ngumpulan data, pengolahan data,
penggolongan data dan pengem-
bangan generalisasi, serta pe-
meriksaan kebenaran. Pendapat
serupa disampaikan Gie (1999:111)
yaitu metode ilmiah mencakup
meng-analisis, mendeskripsikan,
mengklasifikasikan, mengadakan pe-
ngukuran, memperbandingkan, dan
melakukan survei.
Jadi tepat apa yang disampaikan
Kaplan (dalam Dadang Supardan,
2008:44), bahwa kebenaran ilmiah
itu beragam seiring dengan ren-
tangan fenomena yang perlu di-
pelajari begitu luas dan kompleks
dan tidak tepat bila kita
memutlakkan metode ilmiah. Namun
kita perlu memedomani metode
dalam melaksanakan kinerja ilmiah,
sejauh tidak menganggap satu-
satunya jalan menuju kebenaran
ilmiah. Sebab metode ilmiah disini
mencakup setiap teknik, metode,
strategi penelitian yang digunakan
para ilmuwan untuk mencari dan
sampai pada sesuatu ataupun
penemuan kebenaran ilmiah, sejauh
hal itu dapat dipertanggungjawabkan
secara empirik. Salah satu metode
ilmiah yang dapat dijadikan rujukan
adalah pendapat Tyndall (dalam
Jujun S. Suriasumantri, 1990:125-
129) yang dikenal dengan proses
logico-hypothetico-verifikasi.
Langkah-langkahnya meliputi:
1) Perumusan masalah 2) Pe-
nyusunan kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis 3) Perumusan
hipotesis, 4) Pengujian hipotesis, dan
5) Penarikan kesimpulan. Langkah-
langkah tersebut dapat dibagankan
seperti di bawah ini.
120
Lebih lanjut Jujun S.
Suriasumantri (1999:105) menyam-
paikan ada enam kerangka dasar
prosedur ilmiah, yaitu:
1. Sadar akan adanya masalah dan
perumusan masalah
2. Pengamatan dan pengumpulan
data yang relevan
3. Penyusunan dan klasifikasi data
4. Perumusan hipotesis
5. Deduksi dan hipotesis
6. Tes dan pengujian kebenaran
(verifikasi) dari hipotesa.
Kesadaran dan perumusan
masalah. Adanya kondisi kejiwaaan
(sadar) pada diri para ilmuwan,
bahwa dunia terdiri dari fakta dan
kejadian yang terpisah-pisah dan
banyak jumlahnya. Ketika manusia
menemukan beberapa kesulitan
dalam menghadapi dunia secara akal,
maka manusia menciptakan masalah
dan mengajukan sesuatu pertanyaan
yang menurut alam pikirnya dapat
dijawab.
Pengamatan dan pengumpulan
data. Tahap ini merupakan sesuatu
yang paling dikenal dalam metode
ilmiah, dikarenakan banyaknya ke-
giatan ilmiah yang diarahkan pada
pengumpulan data. Sehingga banyak
orang yang menyamakan keilmiahan
dengan pengumpulan fakta. Peng-
amatan dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung, bahkan
fakta yang teliti dimungkinkan dapat
dilaksanakan dengan bantuan alat
yang dibuat manusia dengan metode
ilmia.
Penyusunan dan klasifikasi data.
Tahap ini menekankan dalam pe-
Perumusan
Masalah
Penyusunan
Kerangka
Berpikir
Khasanah
Pengetahuan
Ilmiah
Perumusan
Hipotesis
Pengujian
Hipotesis
Diterima Ditolak
Deduksi
Koherensi
Induksi
Korespondensi
Pragmatisme
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 121
nyusunan fakta dalam kelompok-
kelompok, jenis-jenis dan kelas-
kelas. Dalam cabang-cabang ilmu,
usaha untuk mengidentifikasi, meng-
analisasi, membandingkan dengan
fakta-fakta yang relevan disebut
taksonomi.
Perumusan hipotesis. Hipotesis
merupakan pernyataan sementara
tentang hubungan antara variabel.
Hubungan ini diajukan dalam bentuk
dugaan kerja atau teori yang
merupakan dasar dalam menjelaskan
kemungkinan hubungan tersebut.
Deduksi dan hipotesis. Hipotesis
sebagai langkah penyusunan per-
nyataan yang logis yang menjadi
dasar untuk menarik kesimpulan
atau deduksi mengenai hubungan
variabel-variabel tertentu yang di-
selidiki. Hipotesis dapat menolong
peneliti dalam memberikan ramalan
dan menemukan fakta yang baru.
Tes dan verifikasi hipotesis.
Pengujian kebenaran ilmu berarti
mengetes alternatif-alternatif hipo-
tesis dengan pengamatan kenyataan
yang sebenarnya atau melalui
eksperimen. Jika fakta tidak
mendukung satu hipotesis, maka
hipotesis yang lain dipilih dan
diproses ulang. Hakim yang terakhir
menurut kaum empirisme adalah
data empiris yaitu kaidah yang
bersifat umum/hukum/generalisasi
haruslah memenuhi persyaratan
pengujian hipotesis. Sedangkan me-
nurut kaum rasionalis, hipotesis
hanya baru dapat diterima secara
keilmuan apabila konsisten dengan
hipotesis-hipotesis sebelumnya yang
telah disusun dan teruji kebenar-
annya.
Dengan demikian dapat di-
katakan, bahwa metode itu ada
hubungannnya dengan suatu pro-
sedur, proses, atau teknik yang
sistematis dalam penyelidikan suatu
ilmu tertentu untuk mendapatkan
objek (bahan) yang diteliti. Hal ini
berarti ada hubungannya dengan
metodologi. Menurut Webster
(dalam Helius Syamsudin; 2007:13-
14) yang dimaksud metodologi
adalah:
a. Suatu keseluruhan (body) metode-
metode, prosedur-prosedur,
konsep-konsep kerja, aturan-
aturan, dan postulat-postulat yang
digunakan oleh ilmu pengetahuan,
seni, atau disiplin...
b. proses, teknik-teknik, atau
pendekatan-pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah atau di
dalam mengerjakan sesuatu;
suatu atau seperangkat prosedur-
prosedur...
c. dasar teoritis dari suatu dokrin
filsafat: premis-premis dan
konsep-konsep dasar dari suatu
filsafat ...
d. suatu ilmu atau kajian metode ...
menganalisis prinsip-prinsip atau
prosedur-prosedur yang harus
menuntun penyelidikan dalam
suatu bidang (kajian) tertentu.
Metodologi ini secara umum
didefinisikan sebagai suatu cabang
filsafat yang berhubungan dengan
ilmu tentang metode atau prosedur,
suatu sistem tentang metode-metode
atau aturan-aturan yang digunakan
dalam ilmu pengetahuan (Helius
Syamsudin, 2007:14).
Sebenarnya metode dan meto-
dologi adalah dua fase kegiatan yang
berbeda untuk tugas yang sama.
122 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
Sartono Kartodirjo menyatakan
metode sebagai ”bagaimana orang
memperoleh pengetahuan” (how to
know) dan metodologi sebagai
”mengetahui bagaimana orang
memperoleh pengetahuan” (to how
to know) (1992: ix). Dalam kaitannya
dengan studi ilmu-ilmu sosial,
dengan sendirinya metode ialah
”bagaimana orang memperoleh ilmu-
ilmu sosial”, sedangkan metodologi
ialah ”mengetahui bagimana orang
memperoleh ilmu-ilmu sosial”. Hal
ini mengandung maksud bagaimana
menggunakan menggunakan istilah
pada tempat seharusnya. Kita harus
mengetahui prosedur-prosedur apa
yang harus ditempuh dalam kegiatan
ilmiah. Penguasaan metode dan
metodologi bagi ilmuwan ibarat
penguasaan ketrampilan tukang
tembok dan penalaran serta kiat
seorang insinyur bangunan. Seorang
tukang tembok mengetahui dan
menguasai metode membangun
rumah tanpa harus menguasai teori
dan perhitungan-perhitungan yang
rumit. Tetapi seorang insinyur
bangunan harus menguasasi meto-
dologi (tentu saja termasuk metode)
pembangunan rumah. Ia me-
rencanakan semua dari awal seperti
pembuatan blue print perhitungan
konstruksi dan kekuatan bangunan,
kenyamanan, keamanan, sampai
pada hubungan rumah dengan
lingkungan sekitar. Jadi seorang
ilmuwan ilmu-ilmu sosial profesional
dituntut penguasaan sekaligus meto-
de dan metodologi disiplinnya.
Studi Ilmu-Ilmu Sosial
Ilmu pengetahuan dalam di-
namikanya dapat diklasifikasi
menjadi beberapa kategori. Menurut
Taufik Abdullah (2006:33-34), ilmu
terbagi dalam dua kategori besar,
yaitu ilmu eksakta dan non eksakta.
Khusus ilmu non eksakta dipilah
menjadi dua: ilmu humaniora dan
ilmu sosial. Ilmu yang berkaitan
dengan filsafat, sastra, seni, dan
bahasa dikategorikan dalam ilmu
humaniora, sedangkan di luar itu
adalah ilmu sosial. Pendapat serupa
disampaikan Helius Syamsudin
(2007:272), bahwa pengetahuan
manusia (human knowledge) umum-
nya dapat diklasifikasikan atas tiga
kelompok besar, yaitu ilmu-ilmu
alamiah (natural sciences), ilmu-ilmu
sosial (social sciences), dan ilmu-ilmu
kemanusiaan (humanities). Ilmu
alamiah mengkaji lingkungan hidup
manusia, ilmu sosial mengkaji
manusia dalam hubungannya dengan
manusia-manusia lainnya, dan ilmu-
ilmu kemanusiaan mengkaji mani-
vestasi-manivestasi (eksistensi) keji-
waan manusia.
Sebagaimana disinggung di atas,
bahwa ilmu-ilmu sosial adalah ilmu
yang mempelajari manusia dalam
hubungannya dengan manusia-
manusia lainnya. Definisi serupa
disampaikan Taufik Abdullah
(2006:31), ilmu sosial adalah ilmu
yang mempelajari perilaku manusia
dalam kehidupan bersama. Sedang-
kan Dadang Supardan (2008:34-35)
menyampaikan ilmu sosial (social
science) adalah ilmu yang mem-
pelajari perilaku dan aktivitas sosial
dalam kehidupan bersama. Jadi yang
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 123
dimaksud ilmu-ilmu sosial (social
sciences) adalah kelompok disiplin
ilmu yang mempelajari aktivitas
manusia dalam hubungannya dengan
sesamanya.
Obyek material dari studi ilmu-
ilmu sosial adalah berupa tingkah
laku dalam tindakan yang khas
manusia, ia bersifat bebas dan tidak
bersifat deterministik, ia me-
ngandung: pilihan, tanggung jawab,
makna, pernyataan privat dan
internal, konvensi, motif dan
sebagainya (Tim Dosen Filsafat Ilmu,
2007:4). Aktivitas manusia tersebut
termasuk berpikir, bersikap, dan
berperilaku dalam menjalin hu-
bungan sosial diantara sesamanya
dan bersifat kondisionalitas. Dengan
kata lain obyek tersebut sebagai
gejala sosial. Gejala sosial memiliki
karakteristik fisik namun diperlukan
penjelasan yang lebih dalam untuk
mampu menerangkan gejala
tersebut, sebab tidak hanya men-
cakup fisik tetapi juga aspek
sosiologis, psikologis, maupun kom-
binasi berbagai aspek.
Menurut Wallerstein (dalam
Dadang Supardan, 2008:34) yang
termasuk disiplin ilmu sosial adalah
sosiologi, antropologi, ekonomi,
sejarah, psikologi, ilmu politik, dan
hukum. Sedangkan menurut Robert
Brown dalam karyanya Explanation
in Social, ilmu-ilmu sosial meliputi:
sosiologi, ekonomi, sejarah, demo-
grafi, ilmu politik, dan psikologi
(Taufik Abdullah, 2006:33).
Meskipun terdapat perbedaan pen-
dapat tentang apa yang disebut ilmu
sosial, namun semuanya mengarah
kepada pemahaman yang sama,
bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang
mempelajari perilaku dan aktivitas
sosial dalam kehidupan bersama.
Ilmu sosial dalam perkembangannya
kemudian lahir berbagai spesialisasi
disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti:
ilmu komunikasi, studi gender, dan
lain-lain.
Secara umum ilmu pengetahuan
yang termasuk dalam kelompok
disiplin ilmu-ilmu sosial adalah:
1. Sosiologi adalah disiplin ilmu
yang mempelajari tentang masya-
rakat dalam hubungan-hubungan
antara orang-orang dalam
masyarakat tersebut (interaksi
sosial, kelompok sosial, gejala-
gejala sosial, organisasi sosial,
struktur sosial, proses sosial
maupun perubahan sosial)
(Soerjono Soekanto, 2006: 17-21).
2. Antropologi adalah studi tentang
manusia yang berusaha me-
nyusun generalisasi yang berman-
faat tentang umat manusia dan
perilakunya, dan untuk memper-
oleh pengertian ataupun pe-
mahaman yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia
(Koentjaraningrat, 1986: 1-2).
3. Ilmu Geografi adalah the science of
places, concerned with qualities an
potentialities of countries (Vidal
dela Blache dalam Dadang
Supardan. 2008:227). Dalam
pandangan ilmuwan geografi,
secara sederhana geografi me-
rupakan disiplin akademik yang
terutama berkaitan dengan peng-
uraian dan pemahaman atas
perbedaan-perbedaan kewilayah-
an dalam distribusi lokasi di
permukaan bumi, fokusnya pada
lingkungan, tata ruang, dan
tempat.
124 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
4. Ilmu Sejarah adalah ilmu yang
yang berusaha untuk men-
dapatkan pengertian tentang
segala sesuatu yang telah dialami
(termasuk yang diucapkan,
dipikirkan dan dilaksanakan) oleh
manusia di masa lampau yang
bukti-buktinya masih dapat
ditelusuri/diketemukan masa se-
karang (Widja, 1988:8).
5. Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya dalam
mencapai kemakmuran yang
diharapkan, dengan memilih
penggunaan sumber daya pro-
duksi yang sifatnya terbatas
(Samuelson dan Nordhaus, 1990:
5).
6. Psikologi adalah ilmu mengenai
proses perilaku dan proses mental
(Dadang Supardan, 2008:425).
7. Ilmu Politik adalah ilmu yang
mempelajari masalah-masalah
kekuasaan dalam kehidupan ber-
sama atau masyarakat. Masalah-
masalah kekuasaan itu me-
nyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan dari sistem yang
ada dan melaksanakan apa yang
menjadi tujuan (Miriam
Budihardjo, 1986: 8).
Metode Ilmiah dalam Studi Ilmu-
ilmu Sosial
Mengkaji metode ilmiah dalam
studi ilmu-ilmu sosial tidak lepas
dari sifat-sifat objeknya. Sebagai-
mana disinggung di atas, bahwa
masing-masing ilmu mempunyai
objek formalnya sendiri dan metode
yang digunakan didasarkan pada
susunan dan hukum-hukum seperti
yang ada pada obyek tersebut (Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007:130-
131). Berdasarkan hubungan obyek-
metode ini, maka untuk memahami
metode ilmiah dalam ilmu-ilmu
sosial harus dipahami ciri-ciri dasar
yang berlaku dalam objek ilmu
tersebut. Objek ilmu-ilmu sosial
adalah aspek-aspek tingkah laku
manusia yang dapat diamati dan
dinalar sebagai suatu fakta empiris,
tetapi sekaligus termuat didalamnya
arti, nilai, dan tujuan. Hal ini
senantiasa terkait dengan kenyataan,
bahwa manusia berbeda dengan
binatang, benda-benda fisik lainnya.
Manusia sebagai keseluruhan me-
lampaui status obyek-obyek yang
ada disekitarnya. Oleh karena itu
pendekatannya dengan cara analog:
setiap lingkungan masyarakat “sama”
namun dalam “kesamaannya” itu
juga berbeda. Sehingga titik pang-
kalnya peneliti tidak berada di luar
obyek penelitian, dengan kata lain
subyek terlibat dalam penelitian
tentang sesamanya.
Menurut Rickman (dalam Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007:133),
metode ilmiah dalam ilmu-ilmu
sosial meliputi hal-hal yang di-
perbuat manusia dalam dunianya
dan yang dipikirkan dalam dunianya
tersebut. Ilmu-ilmu sosial mem-
punyai karakteristik normatif-
teleologis dengan metode linier dan
analisisnya untuk menemukan arti,
nilai, dan tujuan. Metode linier
memiliki tiga tahap yaitu:
1. Persepsi, yaitu penangkapan data
melalui indera.
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 125
2. Konsepsi, yaitu pengolahan data
dan penyusunannya dalam suatu
sistem.
3. Prediksi, yaitu penyimpulan dan
sekaligus peramalan.
Persepsi sebagai konstruk
dalam ilmu-ilmu sosial tidak se-
mudah ilmu-ilmu alam, karena gejala
sosial lebih bervariasi dibandingkan
dengan gejala fisik. Sehingga tidak
semua gejala sosial dapat diamati
secara langsung. Hal ini mengingat
gejala sosial banyak yang bersifat
unik (kondisionalitas ada jalinan
unsur-unsur kejadian sosial) dan
sukar untuk berulang lagi, bahkan
mungkin tidak akan pernah berulang.
Oleh karena itu ahli sosial tidak
bersikap sebagai penonton yang
menyaksikan suatu proses kejadian
sosial, tetapi menjadi bagian integral
dari obyek kehidupan yang ditelaah-
nya.
Konsepsi yang ingin dicapai dari
ilmu-ilmu sosial adalah mendapatkan
pengertian yang mendalam dari
gejala-gejala yang sedang diselidiki
dengan Verstehen (teknik dalam
menemukan dan hipotesis), maupun
dengan berpartisipasi dari peneliti.
Untuk sampai pada pengertian yang
mendalam dalam ilmu-ilmu sosial
menurut Max Weber (dalam Jujun S.
Suriasumantri, 1999:145) dapat di-
katakan:
... upamanya tentang martir
keagamaan, maka hal itu haruslah
lewat pengertian para martir
tersebut. Untuk memahami sedalam-
dalamnya tentang martir dan untuk
mengesahkan hipotesis tentang
martir dalam lingkup sosial budaya
mereka, jika kita ingin menangkap
apakah arti semua ini bagi para
martir, maka kita harus
membayangkan kita sendiri sebagai
martir...
Metode di atas merupakan khas
ilmu-ilmu sosial, dimana dalam
menjelaskan peristiwa tidak sebatas
wujud fisik/gerak dari suatu
peristiwa, tetapi juga pikiran-pikiran
yang ada dibalik peristiwa itu. Jujun
S. Suriasumantri (1990:132-133)
mengatakan, bahwa metode ilmiah
dalam studi ilmu-ilmu sosial
dikembangkan dengan teknik-teknik
tersendiri dalam melakukan ke-
giatannya. Teknik-teknik tersebut
bersifat khusus dan biasanya
dikembangkan untuk meneliti aspek
tertentu yang bersifat eksploratoris
yang bertujuan menemukan pola
atau struktur secara keseluruhan.
Pendekatan dalam teknik tersebut
seringkali dikenal dengan pen-
dekatan holistik. Selain pendekatan
holistik dalam studi ilmu-ilmu sosial
juga ada pendekatan partiacularistik.
Pendekatan particularistik dan
holistik digunakan untuk meng-
ungkap universalitas dan ke-
khususan sebagai bagian dari
kebenaran ilmiah ilmu-ilmu sosial
ini.
Untuk mengungkapkan hal
tersebut di atas, maka dipergunakan
metode kuantitatif (posivistik) dan
metode kualitatif (naturalistik).
Dalam tradisi kualitatif, peneliti
harus menggunakan diri mereka
sebagai instrumen, mengikuti
asumsi-asumsi kultural sekaligus
mengikuti data. Untuk mencapai
wawasan imajinatif responden,
peneliti diharapkan fleksibel dan
126 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
reflektif tetapi tetap menjaga jarak.
Sedangkan dalam tradisi kuantitatif,
instrumen merupakan alat yang telah
ditentukan sebelumnya dan tertata
dengan baik sehingga tidak banyak
memberi peluang bagi fleksibilitas,
masukan imajinatif dan reflektifitas
Brannen (2005:11). Metode kuan-
titatif untuk menelaah manusia
dalam hubungannya dengan ling-
kungannya secara matematis, baik
melalui teknik sosiometri maupun
skala atau statistik. Sedangkan
metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan makna-makna yang
terkandung didalam hubungan
manusia dalam hubungannya dengan
manusia-manusia lainnya atau yang
ada dibalik kenyataan yang teramati.
Contohnya dalam menerangkan dan
teknik pengumpulan data tentang
terjadinya tsunami jelas akan
berbeda dengan teknik pengumpulan
data mengenai motivasi seseorang
menjadi pekerja seks komersial, dan
lain sebagainya.
Terlepas dari kekurangan/
kelemahannya, metode kualitatif dan
metode kuantitatif sudah memberi
konstribusi positif dalam per-
kembangan ilmu-ilmu sosial. Untuk
itu dalam perkembangan dewasa ini
ada upaya memadukan keduanya
metode tersebut agar hasil yang agar
hasil yang didapat lebih optimal.
paradigma kedua metode tersebut
tidak perlu dipertentangkan secara
radikal karena keduanya saling
mengisi (Brannen, 2005:1-50).
Masalah masalah prediksi dalam
ilmu-ilmu sosial tidak lepas dari
obyektivitas dan generalisasi.
Obyektivitas dalam kegiatan ilmu-
ilmu sosial, sering timbul problema,
manakala bagian-bagian dari ke-
giatan sosial dihubungkan dengan
subyektivitas dalam interpretasi
fakta. Ilmu dikatakan obyektif karena
ilmu mendekati fakta-faktanya
secara metodis, artinya prosedur
ilmiah yang dikembangkan oleh
subyek yang mengenal. Misalnya
ilmu-ilmu alam berhasil me-
nyalurkan pengaruh subyektif,
sehingga terbentuk ilmu yang benar-
benar intersubyektif. Namun ilmu-
ilmu sosial dalam praktiknya tidak
dapat melakukan eksperimen secara
netral. Misalnya tidak bisa uji coba
terlebih dahulu pelbagai bentuk
sosial. Walaupun hal itu diperlukan,
namun bukan itu arah satu-satunya.
Arahnya menuju kemanusiaan yang
lebih baik dan utuh.
Hal lain juga terjadi dalam
membuat generalisasi. Biasanya
ilmuwan sosial tidak menjadikan
generalisasi sebagai tujuan utama.
Mereka lebih memusatkan perhatian
pada usaha untuk menerangkan,
kemudian mengartikan jalan yang
sebenar-benarnya dari peristiwa
khusus, yaitu kejadian-kejadian
dalam dimensi waktu, tempat serta
kondisi-kondisi tertentu. Memang
acapkali juga diketemukan per-
nyataan-pernyataan ilmuwan sosial
yang bernada menekankan ke-
benaran umum dari disamping
kekhususan. Contohnya tentang
kajian “revolusi”, selain mengkaji
dari masing-masing revolusi seperti
Revolusi Prancis, Revolusi Amerika,
Revolusi Rusia dan lain-lainnya,
perlu juga dibuat generalisasi untuk
memperoleh kebenaran umum. Akan
tetapi penilaian yang bersifat
kebenaran umum ini berbeda dengan
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 127
membuat generalisasi yang ter-
jadi pada ilmu (science), terutama
apa yang dihasilkan tidak ber-
laku untuk seluruh jaman dan segala
situasi dan kondisi. Jadi ilmu-ilmu
sosial pada dasarnya tidak asing
dengan usaha merumuskan ke-
benaran umum itu, tapi kelihatannya
perumusan tersebut tidak bisa di-
pisahkan dengan usaha menekankan
hal yang berlaku khusus.
Apabila kita memasalahkan ge-
neralisasi dalam ilmu-ilmu sosial,
maka kita akan berhubungan dengan
masalah yang menyangkut ciri lain
dari ilmu yaitu prediksi. Secara
umum dapat dikatakan, bahwa ilmu-
ilmu sosial karena tidak meng-
utamakan generalisasi seperti dalam
ilmu alamiah, juga kurang
memperhatikan prediksi sebagai
tujuan akhir dari kegiatan studi
sosial. Malah beberapa ilmuwan
sosial praktis menegaskan, bahwa
begitu ilmuwan sosial berpikir untuk
melakukan prediksi, dia hakekatnya
berhenti sebagai ilmuwan sosial.
Namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan
"generalisasi dan prediksi". Dengan
membuat generalisasi, meskipun
sifatnya terbatas, sedikitnya dapat
memberikan apa yang disebut
tuntutan-tuntutan umum bagi
tindakan-tindakan di masa datang,
yang meskipun bukan merupakan
prediksi spesifik, bisa juga dianggap
valid dan bermanfaat. Memang ilmu-
ilmu sosial tidak mungkin me-
ramalkan peristiwa-peristiwa spe-
sifik sebab sesuatu yang spesifik itu
sifatnya unik dimana elemen dari
kejadian itu ikut mewarnainya.
Dari gambaran di atas, kiranya
dapat dipahami bahwa dalam studi
ilmu-ilmu sosial ada yang sebagian
yang cenderung memperhatikan
unsur generalisasi, tetapi tingkat
penggunaannya tidak sama. Ada
semacam spektrum nilai dari
madzab yang unik kepada filsuf
ilmu-ilmu sosial. Seperti di Amerika
Serikat misalnya dibedakan adanya
madzab yang unik, madzab dengan
generalisasi yang sangat terbatas,
madzab interaktif, madzab kom-
peratif dan madzab nomothetis.
Secara umum dianggap bisa
dibedakan antara aliran deskriptif
(yang lebih cenderung membuat
generalisasi yang sangat terbatas
atau membuat tetapi tanpa
kesadaran) dan aliran teoritis (yang
menekankan generalisasi) di ling-
kungan studi ilmu-ilmu sosial.
Guna memperoleh gambaran
yang lebih detil, maka perlu kiranya
penulis menyampaikan metode
penelitian dipergunakan oleh ilmu-
ilmu yang termasuk dalam kelompok
disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai
berikut:
1. Sosiologi
Menurut Soerjono Soekanto
(2006:42-45) dan Dadang Supardan
(2008: 91-93), metode ilmiah yang
umum dipakai para sosiolog
diantaranya:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah
suatu metode yang berupaya
untuk mengungkapkan pe-
ngejaran atau pelacakan pe-
ngetahuan. Metode ini dirancang
untuk menemukan apa yang
128 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
terjadi, tentang siapa, dimana, dan
kapan.
b. Metode Eksplanatori
Metode ini merupakan bagian
dari metode empiris. Metode ini
lebih menekankan pada upaya
menjawab mengapa dan bagai-
mana.
c. Metode Historis Komparatif
Metode ini menekankan pada
analisis peristiwa-peristiwa masa
silam untuk merumuskan prinsip-
prinsip umum, yang kemudian
digabungkan dengan metode
komparatif, dengan menitik berat-
kan pada perbandingan antara
berbagai masyarakat beserta
bidangnya untuk memperoleh
perbedaan dan persamaan serta
sebab-sebabnya. Dari per-
bandingan itu dapat dicari
petunjuk perilaku kehidupan
masyarakat pada masa lalu dan
sekarang beserta perbedaan
tingkat peradaban satu sama
lainnya.
d. Metode Fungsionalisme
Metode ini bertujuan untuk
meneliti fungsi lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan struktur
sosial dalam masyarakat. Subs-
tansinya, bahwa unsur-unsur
yang membentuk masyarakat
memiliki hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi dan
masing-masing memiliki fungsi
tersendiri dalam masyarakat.
e. Metode Studi Kasus
Metode studi kasus
merupakan suatu penyelidikan
mendalam dari suatu individu,
kelompok, atau institusi untuk
menentukan variabel itu dan
hubungan diantara variabel
mempengaruhi status atau pe-
rilaku yang saat itu menjadi pokok
kajian.
f. Metode Survei
Metode survei adalah cara
untuk memperoleh data dari
populasi yang relatif besar untuk
menentukan keadaan,
karakteristik, pendapat, dan
populasi sekarang yang
berkenaan dengan satu variabel
atau lebih.
2. Antropologi
Antropologi dalam kinerjanya
menggunakan pendekatan kuantitatif
(posivistik) dan kualititatif (natural-
istik). Artinya, dalam antropologi
dapat dilakukan secara statistik, baik
dilakukan untuk mengukur pengaruh
maupun korelasi antar variabel
penelitian, dan dapat juga dilakukan
secara kualitatif.
Adapun metode yang digunakan
yaitu deskriptif, komparatif, studi
kasus, etnografi, dan survei. Dari
sekian metode yang paling menonjol
dan menjadi ciri kas antropologi
adalah metode komparatif
(Koentjaraningrat, 1986:9). Metode
komparatif antropologi adalah me-
tode yang mencabut unsur-unsur
kebudayaan dari konteks masyarakat
yang hidup dan dibandingkan
sebanyak mungkin dengan unsur-
unsur dan aspek-aspek suatu
kebudayaan. Dalam penggunaan
metode ini, diidentifikasikan per-
samaan-persamaan dan perbeda-
annya secara mendalam. Macam
penelitian komparatif sedikitnya ada
empat, yaitu: 1) yang bertujuan
menyusun sejarah kebudayaan
manusia; 2) yang bertujuan untuk
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 129
menggambarkan suatu proses
kebudayaan; 3) yang bertujuan
untuk taksonomi/klasifikasi kebuda-
yaan, dan; 4) yang bertujuan untuk
menguji korelasi-korelasi antar
unsur, antar pranata, dan antar
gejala kebudayaan, untuk membuat
generalisasi mengenai tingkah laku
manusia pada umumnya.
3. Ilmu Geografi
Dalam kajian geografi menurut
R. Bintarto dan Surastopo
Hadisumarno (1979:12) ada tiga
pendekatan yang sering digunakan,
yaitu pendekatan analisis keruangan,
analisi ekologi, dan analisis kompleks
wilayah. Adapun metode-metodenya
sebagai berikut:
a. Metode Deskriptif
Metode ini untuk
mendapatkan penjelasan, baik
yang bersifat alamiah maupun
insaniah dengan mengungkap
karakteristik, eksploratif, hu-
bungan fungsional, dan dampak
dari suatu fenomena atau
peristiwa.
b. Metode Eksperimen dan Korelasi
Metode ini berkaitan dengan
justifikasi, keyakinan pada
keteraturan statistik merupakan
bukti adanya hubungan sebab
akibat empiris. Pengukuran dan
manipulasi data menggantikan
posisi penjelasan verbal dan
kartografis sebagai prosedur
dalam ilmu geografi.
c. Metode ex Post Facto
Metode ini untuk melihat dan
mengkaji hubungan antara dua
variabel atau lebih, dimana
variabel yang dikaji telah terjadi
sebelumnya atau tidak diberi
perlakuan khusus.
4. Ilmu Sejarah
Untuk menggambarkan per-
masalahan yang diselidiki, mencari
sumber tentang fakta historis,
meringkas dan mengevaluasi sum-
ber-sumber historis, dan menyajikan
fakta-fakta dalam suatu cerita,
metode yang dipergunakan adalah
metode historis yang mencakup: 1)
heuristik (pengumpulan jejak-jejak);
2) kritik dan analisis sumber (kritik
sejarah internal dan eksternal); 3)
interpretasi fakta, dan; 4) penulisan
sejarah (historiografi) (Widja, 1988:
18-25).
5. Ilmu Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat tidak terbatas dengan
alat pemenuhan kebutuhan barang
dan jasa yang terbatas menurut
Samuelson dan Nordhous (1990:6-
10) metode-metode yang digunakan
meliputi:
a. Metode Induktif
Metode ini untuk men-
dapatkan sesuatu keputusan
dilakukan dengan mengumpulkan
semua data informasi yang ada
dalam realita kehidupan. Realita
tersebut mencakup setiap unsur
kehidupan yang dialami individu,
keluarga, dan masyarakat.
Contohnya upaya menghasilkan
dan menyalurkan sumber daya
ekonomi. Upaya tersebut di-
lakukan sedemikian rupa sampai
diperoleh barang dan jasa yang
tersedia pada jumlah, harga, dan
waktu yang tepat bagi pemenuhan
kebutuhan tersebut. Untuk itu,
130 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
maka perlu metode penyusunan
daftar kebutuhan sejumlah barang
dan jasa yang diperlukan masya-
rakat.
b. Metode Deduktif
Metode ini berusaha me-
netapkan cara pemecahan
masalah sesuai dengan acuan,
prinsip, hukum yang ada dalam
ilmu ekonomi. Contohnya dalam
ilmu ekonomi terdapat hukum,
jika persediaan barang dan jasa
berkurang, sementara permintaan
tetap, maka harga akan naik.
Bertolak dari hukum itu, maka
perlu tindakan menjaga agar
persediaan barang dan jasa selalu
mencukupi kebutuhan masya-
rakat.
c. Metode Matematika
Metode ini digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah
ekonomi dengan cara pemecahan
soal-soal matematis. Maksudnya
dalam matematika terdapat ke-
biasaan yang dimulai dengan
pembahasan dalil-dalil. Melalui
dalil-dalil tersebut dipastikan
bahwa kajiannya dapat diterima
secara umum.
d. Metode Statistika
Metode ini dipergunakan
untuk bahan menentukan cara
yang tepat dalam mengatasi
masalah-masalah ekonomi de-
ngan cara pengumpulan peng-
olahan, analisis, penafsiran dan
penyajian data dalam bentuk
angka-angka secara statistik.
6. Psikologi
Metode yang dipakai psikologi
sebagai metode kerjanya menurut
Dadang Supardan (2008: 440-446)
sebagai berikut:
a. Metode Eksperimen
Metode ini menekankan pada
pengkajian setiap variabel (bebas
dan terikat) dengan memberikan
perlakuan terhadap kelompok
eksperimen, kemudian diukur
pengaruhnya perlakuan tersebut.
b. Metode Pengamatan (Observasi)
Metode ini dilakukan untuk
mengamati sampel penelitian,
baik perilaku binatang maupun
manusia yang merupakan titik
tolak psikologi.
c. Metode Survei
Metode ini digunakan
untuk mendapatkan data secara
langsung melalui wawancara atau
kuesioner dengan sejumlah
sampel yang banyak.
d. Metode Tes
Metode ini dilakukan untuk
mengukur segala jenis kemam-
puan, minat, sikap, dan hasil kerja.
e. Metode Riwayat Hidup dan Kasus
Metode ini dimaksudkan
untuk mengungkap kasus-kasus
yang ditelaah sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Sebagian
besar riwayat kasus dipersiapkan
dengan cara merekonstruksikan
riwayat hidup seseorang
didasarkan pada kejadian catatan
yang teringat.
7. Ilmu Politik
Menurut Iswara (1974:5)
metode politik secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
metode induktif dan metode
deduktif. Metode induktif diartikan
sebagai serangkaian strategi atau
prosedur penarikan kesimpulan
M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 131
umum yang diperoleh berdasarkan
proses pemikiran yang khusus ke
yang umum. Sedangkan metode
deduktif makna kebalikan dari
metode induktif. Metode tersebut
mencakup:
a. Metode Deskriptif
Merupakan prosedur peng-
kajian masalah-masalah politik
untuk memberikan gambaran
terhadap kenyataan yang ada
sekarang secara akurat.
b. Metode Analisis
Merupakan penelaahan se-
cara mendalam terhadap ma-
salah-masalah politik yang di-
susun secara sistematis dengan
memperlihat hubungan fakta satu
dengan lainnya.
c. Metode Evaluatif
Merupakan serangkaian usa-
ha penelaahan fenomena politik
yang bersifat menentukan ter-
hadap fakta yang dikumpulkan
dengan dasar pada norma-norma
atau ide-ide abstrak.
d. Metode Klasifikasi
Merupakan penggolongan ob-
jek-objek secara teratur yang
mesing-masing menunjukkan hu-
bungan timbal balik.
e. Metode Perbandingan
Merupakan metode kajian
politik yang menitik beratkan
pada studi persamaan dan
perbedaan atas dua objek yang
dikaji, dengan maksud untuk
memperdalam keilmuan.
Penutup
Metode ilmiah merupakan suatu
prosedur, proses, atau teknik yang
sistematis dalam penyelidikan suatu
ilmu tertentu dengan mengikuti
suatu struktur logis kinerja ilmiah.
Pola umum dalam metode ilmiah
mencakup penentuan masalah,
perumusan hipotesis, pengumpulan
data, penarikan kesimpulan, dan
verifikasi.
Studi ilmu-ilmu sosial adalah
ilmu yang mengkaji perilaku dan
aktivitas sosial dalam kehidupan
bersama. Adapun obyek ilmu-ilmu
sosial berupa aspek-aspek tingkah
laku manusia yang dapat diamati dan
dinalar sebagai suatu fakta empiris,
tetapi sekaligus termuat didalamnya
arti, nilai, dan tujuan. Ilmu-ilmu
sosial berkembang-terspesialisasi
dan secara umum yang termasuk
dalam ilmu-ilmu sosial adalah
sosiologi, antropologi, geografi,
sejarah, ekonomi, psikologi, dan
politik.
Dari hubungan obyek-metode,
maka prosedur kinerjanya ilmiah
ilmu-ilmu sosial menggunakan me-
tode linier (persepsi, konsepsi, dan
prediksi) dan untuk mengungkap
kebenarannya menggunakan metode
kuantitatif dan metode kualitatif.
Metode kuantitatif dan metode
kualitatif dalam studi ilmu-ilmu
sosial tidak perlu dipertentangkan
secara radikal, namun perlu pe-
manduan agar hasil yang diharakan
lebih optimal.
Mengingat metode kuantitatif
dan kualitatif masing-masing me-
miliki kelebihan dan kelemahan,
maka para peneliti perlu kiranya
menggunakan inter-metode dalam
kinerjanya.
132 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1
Daftar Pustaka
Dadang Supardan. 2008. Pengantar
Ilmu Sosial Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Gie, The Liang. 1999. Pengantar
Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Liberty.
Helius Syamsudin. 2007. Metodologi
Sejarah. Yogyakarta: Ompak.
Heri Santoso dan Listiyono Santoso.
2003. Filsafat Ilmu Sosial Ikhtiar
Awal Pribumisasi Ilmu-ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gama Media.
I Gde Widja. 1988. Pengantar Sejarah
Dalam Perspektif Pendidikan.
Semarang: Satya Wacana.
Iswara, F. 1974. Pengantar Ilmu
Politik. Bandung: Dwiantara.
Jujun S. Suriasumantri. 1990. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Sinar Harapan.
---------. 1999. Ilmu Dalam Perspektif
Sebuah Kumpulan Karangan
Tentang Hakikat Ilmu. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara
Baru.
Miriam Budiardjo. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Politik. Jakarta: PT
Gramedia.
R. Bintarto dan Surastopo
Hadisumarno. 1979. Metode
Analisis Geografi. Jakarta:
Lembaga Penelitian Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial.
Samuelson, Paul A. Dan William D.
Nordhaus. 1990. Ekonomi Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Sartono Kartodirdjo. 1999. Pende-
katan Ilmu Sosial Dalam
Metodologi Sejarah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Sri Soeprapto. 2003. Metode Ilmiah
dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu
Fakultas Filsafat UGM. Filsafat
Ilmu Sebagai Dasar Pe-
ngembangan Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Liberty.
Taufik Abdullah. 2006. Ilmu Sosial
dan Tantangan Zaman. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM. 2007. Filsafat Ilmu
Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta:
Liberty.

More Related Content

What's hot

Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesisDasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesisSri Handayani
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosialopank12
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
sayid bukhari
 
Ppt metode penelitian
Ppt metode penelitianPpt metode penelitian
Ppt metode penelitian
ardhian zahroni
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
Chandra Agustian
 
Istilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianIstilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitian
rensykartika
 
Metodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisMetodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian Bisnis
Zaldeeho Nei
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosial
pycnat
 
metodologi penelitian
metodologi penelitianmetodologi penelitian
metodologi penelitian
hasbiaahasbi
 
Ilmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiah
Ilmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiahIlmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiah
Ilmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiah
DedeKurnia15
 
Metode Penelitian
Metode PenelitianMetode Penelitian
Metode Penelitian
MPLMUNP
 
Makalah keterbatasan metode ilmiah
Makalah keterbatasan metode ilmiahMakalah keterbatasan metode ilmiah
Makalah keterbatasan metode ilmiah
Muhammad Ridwan
 
Buku kualitatif
Buku kualitatifBuku kualitatif
Buku kualitatif
Oktania Anggraini
 
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Metpen 1   Penelitian IlmiahMetpen 1   Penelitian Ilmiah
Metpen 1 Penelitian IlmiahAndi Iswoyo
 
Rti
RtiRti
Rti
widhyasif
 
Metode-metode penelitian
Metode-metode penelitianMetode-metode penelitian
Metode-metode penelitianOpank Juminten
 
Metodologi
MetodologiMetodologi
Metodologireni mureni
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Metode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualMetode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualadejuve
 

What's hot (20)

Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesisDasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
 
Metodologi penelt pptpt
Metodologi penelt pptptMetodologi penelt pptpt
Metodologi penelt pptpt
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosial
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
 
Ppt metode penelitian
Ppt metode penelitianPpt metode penelitian
Ppt metode penelitian
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
 
Istilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianIstilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitian
 
Metodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisMetodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian Bisnis
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosial
 
metodologi penelitian
metodologi penelitianmetodologi penelitian
metodologi penelitian
 
Ilmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiah
Ilmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiahIlmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiah
Ilmu, metode ilmiah, dan penelitian ilmiah
 
Metode Penelitian
Metode PenelitianMetode Penelitian
Metode Penelitian
 
Makalah keterbatasan metode ilmiah
Makalah keterbatasan metode ilmiahMakalah keterbatasan metode ilmiah
Makalah keterbatasan metode ilmiah
 
Buku kualitatif
Buku kualitatifBuku kualitatif
Buku kualitatif
 
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Metpen 1   Penelitian IlmiahMetpen 1   Penelitian Ilmiah
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
 
Rti
RtiRti
Rti
 
Metode-metode penelitian
Metode-metode penelitianMetode-metode penelitian
Metode-metode penelitian
 
Metodologi
MetodologiMetodologi
Metodologi
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Metode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualMetode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kual
 

Similar to Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologi

Tugas Poer Point
Tugas Poer PointTugas Poer Point
Tugas Poer PointTrisna2013
 
Filsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiahFilsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiah
KristinaMala
 
METLIT 1.pptx
METLIT 1.pptxMETLIT 1.pptx
METLIT 1.pptx
demas12
 
Bab 4 sugianto
Bab 4 sugiantoBab 4 sugianto
Bab 4 sugiantocangkem
 
Ilmu
IlmuIlmu
Ilmu
Khairul Yaum
 
Tugasku
TugaskuTugasku
Tugaskurizalfold
 
PPT-Penelitian-manajemen-2.ppt
PPT-Penelitian-manajemen-2.pptPPT-Penelitian-manajemen-2.ppt
PPT-Penelitian-manajemen-2.ppt
ssuser940db3
 
Beberapa model analisis data
Beberapa model analisis dataBeberapa model analisis data
Beberapa model analisis dataIr. Zakaria, M.M
 
Pendekatan Penelitian
Pendekatan PenelitianPendekatan Penelitian
Pendekatan PenelitianSuaidin -Dompu
 
Ppt filsafat fix
Ppt filsafat fixPpt filsafat fix
Ppt filsafat fix
MunjilAnwar
 
Metode ilmiah - copy
Metode ilmiah - copyMetode ilmiah - copy
Metode ilmiah - copyBarka Manilapai
 
Metode Ilmiah
Metode IlmiahMetode Ilmiah
Metode IlmiahFanny Septya
 
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
edwinarudyarti1
 
filsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptx
filsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptxfilsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptx
filsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptx
drgRachmawaty
 
Urgensi dan jenis Penelitian
Urgensi dan jenis PenelitianUrgensi dan jenis Penelitian
Urgensi dan jenis Penelitian
Alfaze Ghautama
 
Kelebihan dan kelemahan metode ilmiah
Kelebihan dan kelemahan metode ilmiahKelebihan dan kelemahan metode ilmiah
Kelebihan dan kelemahan metode ilmiah
Dewi Kurnia Asih
 
Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1
putri eneliz
 
Filsafat ilmu 2
Filsafat ilmu 2Filsafat ilmu 2
Filsafat ilmu 2
KuliahMandiri.org
 
Bahan FILSAFAT HR PPDS ppt.ppt
Bahan FILSAFAT  HR PPDS ppt.pptBahan FILSAFAT  HR PPDS ppt.ppt
Bahan FILSAFAT HR PPDS ppt.ppt
Taufik Biya
 

Similar to Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologi (20)

Tugas Poer Point
Tugas Poer PointTugas Poer Point
Tugas Poer Point
 
Filsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiahFilsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiah
 
METLIT 1.pptx
METLIT 1.pptxMETLIT 1.pptx
METLIT 1.pptx
 
Bab 4 sugianto
Bab 4 sugiantoBab 4 sugianto
Bab 4 sugianto
 
Ilmu
IlmuIlmu
Ilmu
 
Tugasku
TugaskuTugasku
Tugasku
 
Tugasku
TugaskuTugasku
Tugasku
 
PPT-Penelitian-manajemen-2.ppt
PPT-Penelitian-manajemen-2.pptPPT-Penelitian-manajemen-2.ppt
PPT-Penelitian-manajemen-2.ppt
 
Beberapa model analisis data
Beberapa model analisis dataBeberapa model analisis data
Beberapa model analisis data
 
Pendekatan Penelitian
Pendekatan PenelitianPendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian
 
Ppt filsafat fix
Ppt filsafat fixPpt filsafat fix
Ppt filsafat fix
 
Metode ilmiah - copy
Metode ilmiah - copyMetode ilmiah - copy
Metode ilmiah - copy
 
Metode Ilmiah
Metode IlmiahMetode Ilmiah
Metode Ilmiah
 
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
 
filsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptx
filsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptxfilsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptx
filsafat, magister EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI.pptx
 
Urgensi dan jenis Penelitian
Urgensi dan jenis PenelitianUrgensi dan jenis Penelitian
Urgensi dan jenis Penelitian
 
Kelebihan dan kelemahan metode ilmiah
Kelebihan dan kelemahan metode ilmiahKelebihan dan kelemahan metode ilmiah
Kelebihan dan kelemahan metode ilmiah
 
Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1
 
Filsafat ilmu 2
Filsafat ilmu 2Filsafat ilmu 2
Filsafat ilmu 2
 
Bahan FILSAFAT HR PPDS ppt.ppt
Bahan FILSAFAT  HR PPDS ppt.pptBahan FILSAFAT  HR PPDS ppt.ppt
Bahan FILSAFAT HR PPDS ppt.ppt
 

More from seaaln

FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDMFUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
seaaln
 
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMAMAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
seaaln
 
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
seaaln
 
VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA
VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKAVECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA
VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA
seaaln
 
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XIElastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
seaaln
 
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk HidupEkosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
seaaln
 
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGISTRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
seaaln
 
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - PemogramanPenyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
seaaln
 
Bahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anBahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'an
seaaln
 

More from seaaln (9)

FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDMFUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
 
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMAMAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
 
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
 
VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA
VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKAVECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA
VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA
 
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XIElastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
 
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk HidupEkosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
 
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGISTRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
 
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - PemogramanPenyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
 
Bahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anBahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'an
 

Recently uploaded

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 

Recently uploaded (20)

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 

Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologi

  • 1. 117 METODE ILMIAH DALAM ILMU-ILMU SOSIAL John Sabari 1) Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam dan komprehensif tentang metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial. Dari telaah kritis yang dilakukan terhadap hubungan obyek-metode diperoleh gambaran, bahwa prosedur kinerjanya ilmiah ilmu-ilmu sosial menggunakan metode linier (persepsi, konsepsi, dan prediksi) dan untuk mengungkap kebenarannya menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dan metode kualitatif dalam studi ilmu-ilmu sosial tidak perlu dipertentangkan secara radikal, namun perlu pemanduan agar hasil yang diharapkan lebih optimal. Dengan kuantitatif, masalah obyektivitas lebih mudah terjaga dan dengan kualitatif, realitas ganda dapat diungkap, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang diteliti. Kata kunci: Metode Ilmiah, Ilmu-ilmu Sosial 1) John Sabari1adalah Dosen Universitas PGRI Yogyakarta.
  • 2. 118 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 Pendahuluan Berkembangnya rasionalisme di Eropa mendorong tumbuhnya aliran filsafat positivisme yang bertolak dari prinsip kesatuan ilmu pengetahuan yang terutama di- dasarkan pada prosedur pokok: observasi/eksperimentasi-formulasi konsep-konsep-verifikasi. Dari dasar tersebut dengan sendirinya semua bidang studi yang tidak memenuhi prosedur pokok ilmu harus dilepaskan dari kategori ini. Metode dasar yang dikembangkan salah satunya nomotetis. Nomotetis tujuan utamanya merumuskan hukum- hukum yang berlaku umum (general laws) atau disebut juga generalisasi. Di lain pihak berkembang pula di daratan Eropa sekitar awal abad XIX kelompok Hermeneutika yang pada dasarnya menolak monisme metode dalam ilmu sebagaimana yang dianjurkan kaum Positivis. Mereka menekankan metode ideografis dalam kegiatan keilmuannya. Metode ideografis bertujuan untuk mencapai gambaran-gambaran khusus dari gejala alam terutama yang men- yangkut kehidupan manusia. Tujuan akhir kelompok ini adalah bisa mengerti (verstehen) dari gejala, bukan hanya menerangkan (erklaeren) dari gejala-gejala seperti yang dituju oleh kelompok positivisme. Perdebatan di atas juga me- rembet pada ilmu-ilmu sosial yang notabene sebagai ilmu pengetahuan lahir belakangan dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa dalam performansi keilmuannya, ilmu-ilmu sosial dinilai agak ketinggalan, bahkan ada beberapa ahli berpendapat ilmu-ilmu sosial tidak akan pernah menjadi ilmu dalam arti yang sepenuhnya (1999:135). Salah satu embrio pernyataan tersebut bertolak dari metode ilmiah atau metode keilmuannya dan tentu saja menimbulkan tanda tanya tentang metode ilmiah apa saja yang dipergunakan dalam studi ilmu-ilmu sosial? Oleh karena itu pengkajian ini menarik dilakukan dengan tujuan agar diperoleh pemahaman yang lebih memadai dan komprehensif tentang metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial. Metode Ilmiah Istilah metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti sesudah dan kata hodos yang berarti jalan. Jadi metode merupakan langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apa pun (Sri Soeprapto, 2003:128). Definisi serupa juga disam- paikan Gie (1999:117), metode ilmiah adalah suatu prosedur- prosedur yang mewujudkan pola- pola dan tata langkah dalam melaksanakan penelitian ilmiah. Sedangkan menurut Jujun S.
  • 3. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 119 Suriasumantri (1999:101), metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur yang tertentu yang harus diikuti untuk mendapat jawaban tertentu dari pernyataan tertentu pula. Ada juga yang mengartikan metode ilmiah sebagai prosedur yang dipergunakan oleh para ilmuwan dalam pencarian secara sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada. Sedikit berbeda disampaikan Geoges Kneller (dalam Dadang Suparda, 2008:42). Kneller mendefiniskan metode ilmiah adalah struktur rasional dari penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun dan diuji. Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik benang merahnya, bahwa metode ilmiah pada hakikatnya merupakan prosedur yang mencakup berbagai kegiatan, pikiran, pola kerja, tata kerja, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru dan mengem- bangkan pengetahuan yang sudah ada. Mengenai langkah-langkah da- lam metode ilmiah, ternyata belum ada kesatuan paham dari para ilmuwan dan filsuf. Mereka mem- punyai pendapat yang berbeda-beda dan memiliki dasar yang kuat untuk metodenya tersebut. Namun dalam konteks ini penulis berusaha untuk mensintesanya dengan mengacu pada pendapat para pakar. Menurut J. Lachman (dalam Dadang Supardan, 2008:43) metode ilmiah mencakup: perumusan hipotesis spesifik atau pertanyaan spesifik untuk menye- lidiki, perancangan penyelidikan, pe- ngumpulan data, pengolahan data, penggolongan data dan pengem- bangan generalisasi, serta pe- meriksaan kebenaran. Pendapat serupa disampaikan Gie (1999:111) yaitu metode ilmiah mencakup meng-analisis, mendeskripsikan, mengklasifikasikan, mengadakan pe- ngukuran, memperbandingkan, dan melakukan survei. Jadi tepat apa yang disampaikan Kaplan (dalam Dadang Supardan, 2008:44), bahwa kebenaran ilmiah itu beragam seiring dengan ren- tangan fenomena yang perlu di- pelajari begitu luas dan kompleks dan tidak tepat bila kita memutlakkan metode ilmiah. Namun kita perlu memedomani metode dalam melaksanakan kinerja ilmiah, sejauh tidak menganggap satu- satunya jalan menuju kebenaran ilmiah. Sebab metode ilmiah disini mencakup setiap teknik, metode, strategi penelitian yang digunakan para ilmuwan untuk mencari dan sampai pada sesuatu ataupun penemuan kebenaran ilmiah, sejauh hal itu dapat dipertanggungjawabkan secara empirik. Salah satu metode ilmiah yang dapat dijadikan rujukan adalah pendapat Tyndall (dalam Jujun S. Suriasumantri, 1990:125- 129) yang dikenal dengan proses logico-hypothetico-verifikasi. Langkah-langkahnya meliputi: 1) Perumusan masalah 2) Pe- nyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis 3) Perumusan hipotesis, 4) Pengujian hipotesis, dan 5) Penarikan kesimpulan. Langkah- langkah tersebut dapat dibagankan seperti di bawah ini.
  • 4. 120 Lebih lanjut Jujun S. Suriasumantri (1999:105) menyam- paikan ada enam kerangka dasar prosedur ilmiah, yaitu: 1. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah 2. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan 3. Penyusunan dan klasifikasi data 4. Perumusan hipotesis 5. Deduksi dan hipotesis 6. Tes dan pengujian kebenaran (verifikasi) dari hipotesa. Kesadaran dan perumusan masalah. Adanya kondisi kejiwaaan (sadar) pada diri para ilmuwan, bahwa dunia terdiri dari fakta dan kejadian yang terpisah-pisah dan banyak jumlahnya. Ketika manusia menemukan beberapa kesulitan dalam menghadapi dunia secara akal, maka manusia menciptakan masalah dan mengajukan sesuatu pertanyaan yang menurut alam pikirnya dapat dijawab. Pengamatan dan pengumpulan data. Tahap ini merupakan sesuatu yang paling dikenal dalam metode ilmiah, dikarenakan banyaknya ke- giatan ilmiah yang diarahkan pada pengumpulan data. Sehingga banyak orang yang menyamakan keilmiahan dengan pengumpulan fakta. Peng- amatan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, bahkan fakta yang teliti dimungkinkan dapat dilaksanakan dengan bantuan alat yang dibuat manusia dengan metode ilmia. Penyusunan dan klasifikasi data. Tahap ini menekankan dalam pe- Perumusan Masalah Penyusunan Kerangka Berpikir Khasanah Pengetahuan Ilmiah Perumusan Hipotesis Pengujian Hipotesis Diterima Ditolak Deduksi Koherensi Induksi Korespondensi Pragmatisme
  • 5. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 121 nyusunan fakta dalam kelompok- kelompok, jenis-jenis dan kelas- kelas. Dalam cabang-cabang ilmu, usaha untuk mengidentifikasi, meng- analisasi, membandingkan dengan fakta-fakta yang relevan disebut taksonomi. Perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan pernyataan sementara tentang hubungan antara variabel. Hubungan ini diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau teori yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Deduksi dan hipotesis. Hipotesis sebagai langkah penyusunan per- nyataan yang logis yang menjadi dasar untuk menarik kesimpulan atau deduksi mengenai hubungan variabel-variabel tertentu yang di- selidiki. Hipotesis dapat menolong peneliti dalam memberikan ramalan dan menemukan fakta yang baru. Tes dan verifikasi hipotesis. Pengujian kebenaran ilmu berarti mengetes alternatif-alternatif hipo- tesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya atau melalui eksperimen. Jika fakta tidak mendukung satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih dan diproses ulang. Hakim yang terakhir menurut kaum empirisme adalah data empiris yaitu kaidah yang bersifat umum/hukum/generalisasi haruslah memenuhi persyaratan pengujian hipotesis. Sedangkan me- nurut kaum rasionalis, hipotesis hanya baru dapat diterima secara keilmuan apabila konsisten dengan hipotesis-hipotesis sebelumnya yang telah disusun dan teruji kebenar- annya. Dengan demikian dapat di- katakan, bahwa metode itu ada hubungannnya dengan suatu pro- sedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan) yang diteliti. Hal ini berarti ada hubungannya dengan metodologi. Menurut Webster (dalam Helius Syamsudin; 2007:13- 14) yang dimaksud metodologi adalah: a. Suatu keseluruhan (body) metode- metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep kerja, aturan- aturan, dan postulat-postulat yang digunakan oleh ilmu pengetahuan, seni, atau disiplin... b. proses, teknik-teknik, atau pendekatan-pendekatan dalam pemecahan suatu masalah atau di dalam mengerjakan sesuatu; suatu atau seperangkat prosedur- prosedur... c. dasar teoritis dari suatu dokrin filsafat: premis-premis dan konsep-konsep dasar dari suatu filsafat ... d. suatu ilmu atau kajian metode ... menganalisis prinsip-prinsip atau prosedur-prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang (kajian) tertentu. Metodologi ini secara umum didefinisikan sebagai suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode atau prosedur, suatu sistem tentang metode-metode atau aturan-aturan yang digunakan dalam ilmu pengetahuan (Helius Syamsudin, 2007:14). Sebenarnya metode dan meto- dologi adalah dua fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang sama.
  • 6. 122 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 Sartono Kartodirjo menyatakan metode sebagai ”bagaimana orang memperoleh pengetahuan” (how to know) dan metodologi sebagai ”mengetahui bagaimana orang memperoleh pengetahuan” (to how to know) (1992: ix). Dalam kaitannya dengan studi ilmu-ilmu sosial, dengan sendirinya metode ialah ”bagaimana orang memperoleh ilmu- ilmu sosial”, sedangkan metodologi ialah ”mengetahui bagimana orang memperoleh ilmu-ilmu sosial”. Hal ini mengandung maksud bagaimana menggunakan menggunakan istilah pada tempat seharusnya. Kita harus mengetahui prosedur-prosedur apa yang harus ditempuh dalam kegiatan ilmiah. Penguasaan metode dan metodologi bagi ilmuwan ibarat penguasaan ketrampilan tukang tembok dan penalaran serta kiat seorang insinyur bangunan. Seorang tukang tembok mengetahui dan menguasai metode membangun rumah tanpa harus menguasai teori dan perhitungan-perhitungan yang rumit. Tetapi seorang insinyur bangunan harus menguasasi meto- dologi (tentu saja termasuk metode) pembangunan rumah. Ia me- rencanakan semua dari awal seperti pembuatan blue print perhitungan konstruksi dan kekuatan bangunan, kenyamanan, keamanan, sampai pada hubungan rumah dengan lingkungan sekitar. Jadi seorang ilmuwan ilmu-ilmu sosial profesional dituntut penguasaan sekaligus meto- de dan metodologi disiplinnya. Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ilmu pengetahuan dalam di- namikanya dapat diklasifikasi menjadi beberapa kategori. Menurut Taufik Abdullah (2006:33-34), ilmu terbagi dalam dua kategori besar, yaitu ilmu eksakta dan non eksakta. Khusus ilmu non eksakta dipilah menjadi dua: ilmu humaniora dan ilmu sosial. Ilmu yang berkaitan dengan filsafat, sastra, seni, dan bahasa dikategorikan dalam ilmu humaniora, sedangkan di luar itu adalah ilmu sosial. Pendapat serupa disampaikan Helius Syamsudin (2007:272), bahwa pengetahuan manusia (human knowledge) umum- nya dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok besar, yaitu ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social sciences), dan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities). Ilmu alamiah mengkaji lingkungan hidup manusia, ilmu sosial mengkaji manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya, dan ilmu- ilmu kemanusiaan mengkaji mani- vestasi-manivestasi (eksistensi) keji- waan manusia. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa ilmu-ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia- manusia lainnya. Definisi serupa disampaikan Taufik Abdullah (2006:31), ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sedang- kan Dadang Supardan (2008:34-35) menyampaikan ilmu sosial (social science) adalah ilmu yang mem- pelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Jadi yang
  • 7. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 123 dimaksud ilmu-ilmu sosial (social sciences) adalah kelompok disiplin ilmu yang mempelajari aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sesamanya. Obyek material dari studi ilmu- ilmu sosial adalah berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, ia bersifat bebas dan tidak bersifat deterministik, ia me- ngandung: pilihan, tanggung jawab, makna, pernyataan privat dan internal, konvensi, motif dan sebagainya (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007:4). Aktivitas manusia tersebut termasuk berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam menjalin hu- bungan sosial diantara sesamanya dan bersifat kondisionalitas. Dengan kata lain obyek tersebut sebagai gejala sosial. Gejala sosial memiliki karakteristik fisik namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu menerangkan gejala tersebut, sebab tidak hanya men- cakup fisik tetapi juga aspek sosiologis, psikologis, maupun kom- binasi berbagai aspek. Menurut Wallerstein (dalam Dadang Supardan, 2008:34) yang termasuk disiplin ilmu sosial adalah sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, psikologi, ilmu politik, dan hukum. Sedangkan menurut Robert Brown dalam karyanya Explanation in Social, ilmu-ilmu sosial meliputi: sosiologi, ekonomi, sejarah, demo- grafi, ilmu politik, dan psikologi (Taufik Abdullah, 2006:33). Meskipun terdapat perbedaan pen- dapat tentang apa yang disebut ilmu sosial, namun semuanya mengarah kepada pemahaman yang sama, bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Ilmu sosial dalam perkembangannya kemudian lahir berbagai spesialisasi disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti: ilmu komunikasi, studi gender, dan lain-lain. Secara umum ilmu pengetahuan yang termasuk dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial adalah: 1. Sosiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang masya- rakat dalam hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut (interaksi sosial, kelompok sosial, gejala- gejala sosial, organisasi sosial, struktur sosial, proses sosial maupun perubahan sosial) (Soerjono Soekanto, 2006: 17-21). 2. Antropologi adalah studi tentang manusia yang berusaha me- nyusun generalisasi yang berman- faat tentang umat manusia dan perilakunya, dan untuk memper- oleh pengertian ataupun pe- mahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia (Koentjaraningrat, 1986: 1-2). 3. Ilmu Geografi adalah the science of places, concerned with qualities an potentialities of countries (Vidal dela Blache dalam Dadang Supardan. 2008:227). Dalam pandangan ilmuwan geografi, secara sederhana geografi me- rupakan disiplin akademik yang terutama berkaitan dengan peng- uraian dan pemahaman atas perbedaan-perbedaan kewilayah- an dalam distribusi lokasi di permukaan bumi, fokusnya pada lingkungan, tata ruang, dan tempat.
  • 8. 124 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 4. Ilmu Sejarah adalah ilmu yang yang berusaha untuk men- dapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (termasuk yang diucapkan, dipikirkan dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih dapat ditelusuri/diketemukan masa se- karang (Widja, 1988:8). 5. Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencapai kemakmuran yang diharapkan, dengan memilih penggunaan sumber daya pro- duksi yang sifatnya terbatas (Samuelson dan Nordhaus, 1990: 5). 6. Psikologi adalah ilmu mengenai proses perilaku dan proses mental (Dadang Supardan, 2008:425). 7. Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah kekuasaan dalam kehidupan ber- sama atau masyarakat. Masalah- masalah kekuasaan itu me- nyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem yang ada dan melaksanakan apa yang menjadi tujuan (Miriam Budihardjo, 1986: 8). Metode Ilmiah dalam Studi Ilmu- ilmu Sosial Mengkaji metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial tidak lepas dari sifat-sifat objeknya. Sebagai- mana disinggung di atas, bahwa masing-masing ilmu mempunyai objek formalnya sendiri dan metode yang digunakan didasarkan pada susunan dan hukum-hukum seperti yang ada pada obyek tersebut (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007:130- 131). Berdasarkan hubungan obyek- metode ini, maka untuk memahami metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial harus dipahami ciri-ciri dasar yang berlaku dalam objek ilmu tersebut. Objek ilmu-ilmu sosial adalah aspek-aspek tingkah laku manusia yang dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris, tetapi sekaligus termuat didalamnya arti, nilai, dan tujuan. Hal ini senantiasa terkait dengan kenyataan, bahwa manusia berbeda dengan binatang, benda-benda fisik lainnya. Manusia sebagai keseluruhan me- lampaui status obyek-obyek yang ada disekitarnya. Oleh karena itu pendekatannya dengan cara analog: setiap lingkungan masyarakat “sama” namun dalam “kesamaannya” itu juga berbeda. Sehingga titik pang- kalnya peneliti tidak berada di luar obyek penelitian, dengan kata lain subyek terlibat dalam penelitian tentang sesamanya. Menurut Rickman (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007:133), metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial meliputi hal-hal yang di- perbuat manusia dalam dunianya dan yang dipikirkan dalam dunianya tersebut. Ilmu-ilmu sosial mem- punyai karakteristik normatif- teleologis dengan metode linier dan analisisnya untuk menemukan arti, nilai, dan tujuan. Metode linier memiliki tiga tahap yaitu: 1. Persepsi, yaitu penangkapan data melalui indera.
  • 9. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 125 2. Konsepsi, yaitu pengolahan data dan penyusunannya dalam suatu sistem. 3. Prediksi, yaitu penyimpulan dan sekaligus peramalan. Persepsi sebagai konstruk dalam ilmu-ilmu sosial tidak se- mudah ilmu-ilmu alam, karena gejala sosial lebih bervariasi dibandingkan dengan gejala fisik. Sehingga tidak semua gejala sosial dapat diamati secara langsung. Hal ini mengingat gejala sosial banyak yang bersifat unik (kondisionalitas ada jalinan unsur-unsur kejadian sosial) dan sukar untuk berulang lagi, bahkan mungkin tidak akan pernah berulang. Oleh karena itu ahli sosial tidak bersikap sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial, tetapi menjadi bagian integral dari obyek kehidupan yang ditelaah- nya. Konsepsi yang ingin dicapai dari ilmu-ilmu sosial adalah mendapatkan pengertian yang mendalam dari gejala-gejala yang sedang diselidiki dengan Verstehen (teknik dalam menemukan dan hipotesis), maupun dengan berpartisipasi dari peneliti. Untuk sampai pada pengertian yang mendalam dalam ilmu-ilmu sosial menurut Max Weber (dalam Jujun S. Suriasumantri, 1999:145) dapat di- katakan: ... upamanya tentang martir keagamaan, maka hal itu haruslah lewat pengertian para martir tersebut. Untuk memahami sedalam- dalamnya tentang martir dan untuk mengesahkan hipotesis tentang martir dalam lingkup sosial budaya mereka, jika kita ingin menangkap apakah arti semua ini bagi para martir, maka kita harus membayangkan kita sendiri sebagai martir... Metode di atas merupakan khas ilmu-ilmu sosial, dimana dalam menjelaskan peristiwa tidak sebatas wujud fisik/gerak dari suatu peristiwa, tetapi juga pikiran-pikiran yang ada dibalik peristiwa itu. Jujun S. Suriasumantri (1990:132-133) mengatakan, bahwa metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial dikembangkan dengan teknik-teknik tersendiri dalam melakukan ke- giatannya. Teknik-teknik tersebut bersifat khusus dan biasanya dikembangkan untuk meneliti aspek tertentu yang bersifat eksploratoris yang bertujuan menemukan pola atau struktur secara keseluruhan. Pendekatan dalam teknik tersebut seringkali dikenal dengan pen- dekatan holistik. Selain pendekatan holistik dalam studi ilmu-ilmu sosial juga ada pendekatan partiacularistik. Pendekatan particularistik dan holistik digunakan untuk meng- ungkap universalitas dan ke- khususan sebagai bagian dari kebenaran ilmiah ilmu-ilmu sosial ini. Untuk mengungkapkan hal tersebut di atas, maka dipergunakan metode kuantitatif (posivistik) dan metode kualitatif (naturalistik). Dalam tradisi kualitatif, peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural sekaligus mengikuti data. Untuk mencapai wawasan imajinatif responden, peneliti diharapkan fleksibel dan
  • 10. 126 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 reflektif tetapi tetap menjaga jarak. Sedangkan dalam tradisi kuantitatif, instrumen merupakan alat yang telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibilitas, masukan imajinatif dan reflektifitas Brannen (2005:11). Metode kuan- titatif untuk menelaah manusia dalam hubungannya dengan ling- kungannya secara matematis, baik melalui teknik sosiometri maupun skala atau statistik. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan makna-makna yang terkandung didalam hubungan manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya atau yang ada dibalik kenyataan yang teramati. Contohnya dalam menerangkan dan teknik pengumpulan data tentang terjadinya tsunami jelas akan berbeda dengan teknik pengumpulan data mengenai motivasi seseorang menjadi pekerja seks komersial, dan lain sebagainya. Terlepas dari kekurangan/ kelemahannya, metode kualitatif dan metode kuantitatif sudah memberi konstribusi positif dalam per- kembangan ilmu-ilmu sosial. Untuk itu dalam perkembangan dewasa ini ada upaya memadukan keduanya metode tersebut agar hasil yang agar hasil yang didapat lebih optimal. paradigma kedua metode tersebut tidak perlu dipertentangkan secara radikal karena keduanya saling mengisi (Brannen, 2005:1-50). Masalah masalah prediksi dalam ilmu-ilmu sosial tidak lepas dari obyektivitas dan generalisasi. Obyektivitas dalam kegiatan ilmu- ilmu sosial, sering timbul problema, manakala bagian-bagian dari ke- giatan sosial dihubungkan dengan subyektivitas dalam interpretasi fakta. Ilmu dikatakan obyektif karena ilmu mendekati fakta-faktanya secara metodis, artinya prosedur ilmiah yang dikembangkan oleh subyek yang mengenal. Misalnya ilmu-ilmu alam berhasil me- nyalurkan pengaruh subyektif, sehingga terbentuk ilmu yang benar- benar intersubyektif. Namun ilmu- ilmu sosial dalam praktiknya tidak dapat melakukan eksperimen secara netral. Misalnya tidak bisa uji coba terlebih dahulu pelbagai bentuk sosial. Walaupun hal itu diperlukan, namun bukan itu arah satu-satunya. Arahnya menuju kemanusiaan yang lebih baik dan utuh. Hal lain juga terjadi dalam membuat generalisasi. Biasanya ilmuwan sosial tidak menjadikan generalisasi sebagai tujuan utama. Mereka lebih memusatkan perhatian pada usaha untuk menerangkan, kemudian mengartikan jalan yang sebenar-benarnya dari peristiwa khusus, yaitu kejadian-kejadian dalam dimensi waktu, tempat serta kondisi-kondisi tertentu. Memang acapkali juga diketemukan per- nyataan-pernyataan ilmuwan sosial yang bernada menekankan ke- benaran umum dari disamping kekhususan. Contohnya tentang kajian “revolusi”, selain mengkaji dari masing-masing revolusi seperti Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, Revolusi Rusia dan lain-lainnya, perlu juga dibuat generalisasi untuk memperoleh kebenaran umum. Akan tetapi penilaian yang bersifat kebenaran umum ini berbeda dengan
  • 11. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 127 membuat generalisasi yang ter- jadi pada ilmu (science), terutama apa yang dihasilkan tidak ber- laku untuk seluruh jaman dan segala situasi dan kondisi. Jadi ilmu-ilmu sosial pada dasarnya tidak asing dengan usaha merumuskan ke- benaran umum itu, tapi kelihatannya perumusan tersebut tidak bisa di- pisahkan dengan usaha menekankan hal yang berlaku khusus. Apabila kita memasalahkan ge- neralisasi dalam ilmu-ilmu sosial, maka kita akan berhubungan dengan masalah yang menyangkut ciri lain dari ilmu yaitu prediksi. Secara umum dapat dikatakan, bahwa ilmu- ilmu sosial karena tidak meng- utamakan generalisasi seperti dalam ilmu alamiah, juga kurang memperhatikan prediksi sebagai tujuan akhir dari kegiatan studi sosial. Malah beberapa ilmuwan sosial praktis menegaskan, bahwa begitu ilmuwan sosial berpikir untuk melakukan prediksi, dia hakekatnya berhenti sebagai ilmuwan sosial. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan "generalisasi dan prediksi". Dengan membuat generalisasi, meskipun sifatnya terbatas, sedikitnya dapat memberikan apa yang disebut tuntutan-tuntutan umum bagi tindakan-tindakan di masa datang, yang meskipun bukan merupakan prediksi spesifik, bisa juga dianggap valid dan bermanfaat. Memang ilmu- ilmu sosial tidak mungkin me- ramalkan peristiwa-peristiwa spe- sifik sebab sesuatu yang spesifik itu sifatnya unik dimana elemen dari kejadian itu ikut mewarnainya. Dari gambaran di atas, kiranya dapat dipahami bahwa dalam studi ilmu-ilmu sosial ada yang sebagian yang cenderung memperhatikan unsur generalisasi, tetapi tingkat penggunaannya tidak sama. Ada semacam spektrum nilai dari madzab yang unik kepada filsuf ilmu-ilmu sosial. Seperti di Amerika Serikat misalnya dibedakan adanya madzab yang unik, madzab dengan generalisasi yang sangat terbatas, madzab interaktif, madzab kom- peratif dan madzab nomothetis. Secara umum dianggap bisa dibedakan antara aliran deskriptif (yang lebih cenderung membuat generalisasi yang sangat terbatas atau membuat tetapi tanpa kesadaran) dan aliran teoritis (yang menekankan generalisasi) di ling- kungan studi ilmu-ilmu sosial. Guna memperoleh gambaran yang lebih detil, maka perlu kiranya penulis menyampaikan metode penelitian dipergunakan oleh ilmu- ilmu yang termasuk dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai berikut: 1. Sosiologi Menurut Soerjono Soekanto (2006:42-45) dan Dadang Supardan (2008: 91-93), metode ilmiah yang umum dipakai para sosiolog diantaranya: a. Metode Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode yang berupaya untuk mengungkapkan pe- ngejaran atau pelacakan pe- ngetahuan. Metode ini dirancang untuk menemukan apa yang
  • 12. 128 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 terjadi, tentang siapa, dimana, dan kapan. b. Metode Eksplanatori Metode ini merupakan bagian dari metode empiris. Metode ini lebih menekankan pada upaya menjawab mengapa dan bagai- mana. c. Metode Historis Komparatif Metode ini menekankan pada analisis peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip- prinsip umum, yang kemudian digabungkan dengan metode komparatif, dengan menitik berat- kan pada perbandingan antara berbagai masyarakat beserta bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan serta sebab-sebabnya. Dari per- bandingan itu dapat dicari petunjuk perilaku kehidupan masyarakat pada masa lalu dan sekarang beserta perbedaan tingkat peradaban satu sama lainnya. d. Metode Fungsionalisme Metode ini bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Subs- tansinya, bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat. e. Metode Studi Kasus Metode studi kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan variabel itu dan hubungan diantara variabel mempengaruhi status atau pe- rilaku yang saat itu menjadi pokok kajian. f. Metode Survei Metode survei adalah cara untuk memperoleh data dari populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan, karakteristik, pendapat, dan populasi sekarang yang berkenaan dengan satu variabel atau lebih. 2. Antropologi Antropologi dalam kinerjanya menggunakan pendekatan kuantitatif (posivistik) dan kualititatif (natural- istik). Artinya, dalam antropologi dapat dilakukan secara statistik, baik dilakukan untuk mengukur pengaruh maupun korelasi antar variabel penelitian, dan dapat juga dilakukan secara kualitatif. Adapun metode yang digunakan yaitu deskriptif, komparatif, studi kasus, etnografi, dan survei. Dari sekian metode yang paling menonjol dan menjadi ciri kas antropologi adalah metode komparatif (Koentjaraningrat, 1986:9). Metode komparatif antropologi adalah me- tode yang mencabut unsur-unsur kebudayaan dari konteks masyarakat yang hidup dan dibandingkan sebanyak mungkin dengan unsur- unsur dan aspek-aspek suatu kebudayaan. Dalam penggunaan metode ini, diidentifikasikan per- samaan-persamaan dan perbeda- annya secara mendalam. Macam penelitian komparatif sedikitnya ada empat, yaitu: 1) yang bertujuan menyusun sejarah kebudayaan manusia; 2) yang bertujuan untuk
  • 13. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 129 menggambarkan suatu proses kebudayaan; 3) yang bertujuan untuk taksonomi/klasifikasi kebuda- yaan, dan; 4) yang bertujuan untuk menguji korelasi-korelasi antar unsur, antar pranata, dan antar gejala kebudayaan, untuk membuat generalisasi mengenai tingkah laku manusia pada umumnya. 3. Ilmu Geografi Dalam kajian geografi menurut R. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979:12) ada tiga pendekatan yang sering digunakan, yaitu pendekatan analisis keruangan, analisi ekologi, dan analisis kompleks wilayah. Adapun metode-metodenya sebagai berikut: a. Metode Deskriptif Metode ini untuk mendapatkan penjelasan, baik yang bersifat alamiah maupun insaniah dengan mengungkap karakteristik, eksploratif, hu- bungan fungsional, dan dampak dari suatu fenomena atau peristiwa. b. Metode Eksperimen dan Korelasi Metode ini berkaitan dengan justifikasi, keyakinan pada keteraturan statistik merupakan bukti adanya hubungan sebab akibat empiris. Pengukuran dan manipulasi data menggantikan posisi penjelasan verbal dan kartografis sebagai prosedur dalam ilmu geografi. c. Metode ex Post Facto Metode ini untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya atau tidak diberi perlakuan khusus. 4. Ilmu Sejarah Untuk menggambarkan per- masalahan yang diselidiki, mencari sumber tentang fakta historis, meringkas dan mengevaluasi sum- ber-sumber historis, dan menyajikan fakta-fakta dalam suatu cerita, metode yang dipergunakan adalah metode historis yang mencakup: 1) heuristik (pengumpulan jejak-jejak); 2) kritik dan analisis sumber (kritik sejarah internal dan eksternal); 3) interpretasi fakta, dan; 4) penulisan sejarah (historiografi) (Widja, 1988: 18-25). 5. Ilmu Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat tidak terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang terbatas menurut Samuelson dan Nordhous (1990:6- 10) metode-metode yang digunakan meliputi: a. Metode Induktif Metode ini untuk men- dapatkan sesuatu keputusan dilakukan dengan mengumpulkan semua data informasi yang ada dalam realita kehidupan. Realita tersebut mencakup setiap unsur kehidupan yang dialami individu, keluarga, dan masyarakat. Contohnya upaya menghasilkan dan menyalurkan sumber daya ekonomi. Upaya tersebut di- lakukan sedemikian rupa sampai diperoleh barang dan jasa yang tersedia pada jumlah, harga, dan waktu yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu,
  • 14. 130 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 maka perlu metode penyusunan daftar kebutuhan sejumlah barang dan jasa yang diperlukan masya- rakat. b. Metode Deduktif Metode ini berusaha me- netapkan cara pemecahan masalah sesuai dengan acuan, prinsip, hukum yang ada dalam ilmu ekonomi. Contohnya dalam ilmu ekonomi terdapat hukum, jika persediaan barang dan jasa berkurang, sementara permintaan tetap, maka harga akan naik. Bertolak dari hukum itu, maka perlu tindakan menjaga agar persediaan barang dan jasa selalu mencukupi kebutuhan masya- rakat. c. Metode Matematika Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi dengan cara pemecahan soal-soal matematis. Maksudnya dalam matematika terdapat ke- biasaan yang dimulai dengan pembahasan dalil-dalil. Melalui dalil-dalil tersebut dipastikan bahwa kajiannya dapat diterima secara umum. d. Metode Statistika Metode ini dipergunakan untuk bahan menentukan cara yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi de- ngan cara pengumpulan peng- olahan, analisis, penafsiran dan penyajian data dalam bentuk angka-angka secara statistik. 6. Psikologi Metode yang dipakai psikologi sebagai metode kerjanya menurut Dadang Supardan (2008: 440-446) sebagai berikut: a. Metode Eksperimen Metode ini menekankan pada pengkajian setiap variabel (bebas dan terikat) dengan memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen, kemudian diukur pengaruhnya perlakuan tersebut. b. Metode Pengamatan (Observasi) Metode ini dilakukan untuk mengamati sampel penelitian, baik perilaku binatang maupun manusia yang merupakan titik tolak psikologi. c. Metode Survei Metode ini digunakan untuk mendapatkan data secara langsung melalui wawancara atau kuesioner dengan sejumlah sampel yang banyak. d. Metode Tes Metode ini dilakukan untuk mengukur segala jenis kemam- puan, minat, sikap, dan hasil kerja. e. Metode Riwayat Hidup dan Kasus Metode ini dimaksudkan untuk mengungkap kasus-kasus yang ditelaah sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sebagian besar riwayat kasus dipersiapkan dengan cara merekonstruksikan riwayat hidup seseorang didasarkan pada kejadian catatan yang teringat. 7. Ilmu Politik Menurut Iswara (1974:5) metode politik secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode induktif dan metode deduktif. Metode induktif diartikan sebagai serangkaian strategi atau prosedur penarikan kesimpulan
  • 15. M e t o d e I l m i a h d a l a m I l m u - i l m u S o s i a l | 131 umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran yang khusus ke yang umum. Sedangkan metode deduktif makna kebalikan dari metode induktif. Metode tersebut mencakup: a. Metode Deskriptif Merupakan prosedur peng- kajian masalah-masalah politik untuk memberikan gambaran terhadap kenyataan yang ada sekarang secara akurat. b. Metode Analisis Merupakan penelaahan se- cara mendalam terhadap ma- salah-masalah politik yang di- susun secara sistematis dengan memperlihat hubungan fakta satu dengan lainnya. c. Metode Evaluatif Merupakan serangkaian usa- ha penelaahan fenomena politik yang bersifat menentukan ter- hadap fakta yang dikumpulkan dengan dasar pada norma-norma atau ide-ide abstrak. d. Metode Klasifikasi Merupakan penggolongan ob- jek-objek secara teratur yang mesing-masing menunjukkan hu- bungan timbal balik. e. Metode Perbandingan Merupakan metode kajian politik yang menitik beratkan pada studi persamaan dan perbedaan atas dua objek yang dikaji, dengan maksud untuk memperdalam keilmuan. Penutup Metode ilmiah merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu ilmu tertentu dengan mengikuti suatu struktur logis kinerja ilmiah. Pola umum dalam metode ilmiah mencakup penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Studi ilmu-ilmu sosial adalah ilmu yang mengkaji perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Adapun obyek ilmu-ilmu sosial berupa aspek-aspek tingkah laku manusia yang dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris, tetapi sekaligus termuat didalamnya arti, nilai, dan tujuan. Ilmu-ilmu sosial berkembang-terspesialisasi dan secara umum yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial adalah sosiologi, antropologi, geografi, sejarah, ekonomi, psikologi, dan politik. Dari hubungan obyek-metode, maka prosedur kinerjanya ilmiah ilmu-ilmu sosial menggunakan me- tode linier (persepsi, konsepsi, dan prediksi) dan untuk mengungkap kebenarannya menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dan metode kualitatif dalam studi ilmu-ilmu sosial tidak perlu dipertentangkan secara radikal, namun perlu pe- manduan agar hasil yang diharakan lebih optimal. Mengingat metode kuantitatif dan kualitatif masing-masing me- miliki kelebihan dan kelemahan, maka para peneliti perlu kiranya menggunakan inter-metode dalam kinerjanya.
  • 16. 132 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1 Daftar Pustaka Dadang Supardan. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara. Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty. Helius Syamsudin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ompak. Heri Santoso dan Listiyono Santoso. 2003. Filsafat Ilmu Sosial Ikhtiar Awal Pribumisasi Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gama Media. I Gde Widja. 1988. Pengantar Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana. Iswara, F. 1974. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Dwiantara. Jujun S. Suriasumantri. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. ---------. 1999. Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakikat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Miriam Budiardjo. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia. R. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisis Geografi. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Samuelson, Paul A. Dan William D. Nordhaus. 1990. Ekonomi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sartono Kartodirdjo. 1999. Pende- katan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sri Soeprapto. 2003. Metode Ilmiah dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pe- ngembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty. Taufik Abdullah. 2006. Ilmu Sosial dan Tantangan Zaman. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2007. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.