2. Pneumonia
infeksi / peradangan akut pada parenkim
atau jaringan paru yang diakibatkan
karena infeksi bakteri, virus, jamur atau
parasit.
3. ETIOLOGI
1. Community-
Acquired Pneumonia
(CAP)
Bakteri tipikal meliputi Pneumococcus, Haemophilus influenzae,Moraxella
catarrhalis, Group A Streptococcus, dan beberapa organisme gram negatif
aerob dan anaerob.
Atipikal meliputi Legionella, Mycoplasma, Chlamydia dan lainnya.
2. Hospital-Acquired
Pneumonia (HAP)
dan
VentilatorAssociated
Pneumonia (VAP)
Basil Gram-negatif seperti Escherichia coli,
Pseudomonas Aerugenosa, Acinetobacter,
Enterobacter.
Kokus Gram-positif seperti Staphylococcus aureus
4. American Thoracic Society (ATS)
Community-
Acquired
Pneumonia
(CAP)
pneumonia yang didapatkan di dalam komunitas
Hospital-
Acquired
Pneumonia
(HAP)
pneumonia yang didapat 48 jam setelah dirawat di rumah sakit. Onset cepat < 5
har. Onset lambat > 5 hari
Ventilator
Associated
Pneumonia
(VAP)
Pneumonia yang didapat 48 jam setelah intubasi endotrakeal pada pasien di Unit
Perawatan Intensif (ICU).
pneumonia nosokomial berat yang membutuhkan ventilasi mekanik selama
perawatan setelah timbulnya infeksi tidak memenuhi definisi VAP.
5. Secara histopatologi ada 2 tipe utama pneumonia :
• Infeksi dimulai di sekitar bronkus dan bronkiolus, yang kemudian menyebar
secara lokal ke paru-paru. Lobus bawah biasanya terlibat. Area konsolidasi
yang tidak merata yang menunjukkan pengumpulan neutrofil di alveoli dan
bronkus.
Bronchopneumonia:
• Peradangan eksudatif akut pada seluruh lobus. Konsolidasi seragam dengan
konsolidasi lengkap atau hampir lengkap dari lobus paru. Sebagian besar
kasus ini disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae.
Lobar pneumonia:
6. Gejala klinis
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
• Takipnea
• Takikardia
• Demam
• Suara nafas menurun atau suara nafas bronchial
• Egofoni dan fremitus taktil, menandakan proses
konsolidasi.
• Rhonki pada daerah yang terinfeksi
• Perkusi dullnes
• Retraksi dinding dada
7. DIAGNOSIS
Klinis
Batuk dengan atau tanpa sputum,
sesak, pleuritic pain dan minimal 1
kondisi sitemik (suhu > 37.7) dengan
atau tanpa malaise) dan pada
pemeriksaan fisik ditemukan rhonki
atau pernafasan bronkial
Radiologis
Menurut pedoman Infectious Diseases
Society of America (IDSA) dan
American Thoracic Society (ATS)
• infiltrat pada rontgen dada ditambah
temuan klinis yang mendukung
merupakan pedoman untuk
diagnosis pneumonia.
Laboratoris
Leukositosis atau leukopenia, kultur
darah, kultur sputum dan mikroskopi,
prokalsitonin dan CRP membantu
membedakan penyebab
Diagnosis definitif dari VAP bila
ditemukan koloni bakteri ≥ 1000
CFU/mL Pada biakan kultur kuantitatif
dengan metode PSB atau ≥ 10.000
CFU/mL dengan metode BAL..
8.
9. Procalcitonin
Studi PRORATA
• fungsi prokalsitonin sebagai acuan untuk
memulai terapi antibiotik dan evaluasi
penghentian antibiotik.
• penghentian antibiotic dapat
diperhitungkan bila kadar PCT turun 80-90%
dibandingkan kadar awal.
10. PENATALAKSANAAN
PNEUMONIA
• Menentukan pasien beresiko terinfeksi
kuman MDRO atau tidak, seperti MRSA
atau P. Aeruginosa. Faktor risiko paling
kuat
• Adanya bukti terinfeksi
organisme tersebut sebelumnya
• Riwayat rawat inap dan
penggunaan antibiotik
parenteral dalam 90 hari
terakhir.
Pasien dengan Nilai PES ≥ 5 memiliki resiko tinggi
terinfeksi pathogen PES,
11. Stratifikasi severitas CAP
*Pasien rawat inap dengan Pneumonia berat bila ditemukan salah satu
dari: (1) perawatan ICU, (2) necrotizing/cavitary infiltrat, atau (3) empiema.
14. Stratifikasi HAP/VAP
High Risk HAP/VAP
• HAP/VAP dengan syok septik dan / atau
• faktor risiko terkena mikroorganisme yang berpotensi resisten (rumah sakit dengan tingkat patogen MDR
tinggi (mis. patogen tidak sensitif terhadap setidaknya satu agen dari tiga atau lebih kelas antibiotik)),
• penggunaan antibiotik sebelumnya,
• tinggal lama di rumah sakit (> 5 hari rawat inap)
• riwayat kolonisasi sebelumnya dengan patogen MDR.
Low Risk HAP/VAP
• HAP/VAP tanpa syok septik,
• tanpa faktor risiko lain untuk patogen MDR,
• mereka yang di rumah sakit dengan tingkat patogen yang resisten yang tidak tinggi dan perawatan
kurang dari 5 hari.
20. Monitoring terapi VAP/HAP
Evaluasi
klinis
pengukuran suhu, penilaian volume sekresi trakeobronkial, kultur dan
sekresi purulensi trakeobronkial, evaluasi untuk radiografi dada, jumlah sel
darah putih, PaO2 / FIO2, dan perhitungan satu atau lebih skor seperti CPIS,
APACHE II, SOFA
Evaluasi
laboratoris
prokalsitonin dapat digunakan untuk evaluasi pengobatan maupun
pemberhentian antibiotik dikombinasikan dengan pemantauan klinis.
Pemantauan biomarker dapat mencakup protein C-reaktif (CRP),
prokalsitonin (PCT), copeptin dan mid-regional pro-atrial natriuretic peptide
(MR-proANP).
23. De-eskalasi antibiotik
De-
eskalasi
antibiotik
pemberian antibiotic awal berspektrum luas dengan
probabilitas tinggi mencakup semua patogen
dalam waktu 48-72 jam dilanjutkan dengan pengalihan
antibiotik spektrum sempit berdasarkan data mikrobiologi
Tujuan Meminimalkan terjadinya resistensi antibiotik,
mendapatkan terapi optimal serta
menghemat biaya perawatan.
24. Kriteria mengganti antibiotic IV ke oral
Semua kondisi dibawah harus dicapai 24 jam sebelum penggantian
antibiotik
• Dapat menerima obat oral
• Laju nadi < 100 kali per menit dan Tekanan darah sistolik > 90 mm Hg
• Saturasi oksigen > 90%, Tekanan oksigen parsial art > 60 mm Hg pada udara ruangan
atau penggunaan suplementasi oksigen aliran rendah seperti nasal cannula, atau
perbaikan kadar oksigen pada pasien yang mendapatkan terapi oksigen jangka
panjang
• Laju pernafasan < 25 kali per menit
• Perbaikan status mental dan kesadaran
• Temperatur < 100.9°F (38.3°C)