Dokumen tersebut merangkum definisi, klasifikasi, penegakan diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi pneumonia. Pneumonia adalah peradangan paru akibat infeksi yang menyebabkan gangguan pertukaran gas. Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan epidemiologi, penyebab, dan keparahan. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan meliputi terapi suportif, antibiotik empirik dan definitif, serta man
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Terdapat beberapa jenis pneumonia seperti komuniti, nosokomial, dan atipikal yang disebabkan oleh bakteri seperti Mycoplasma dan Legionella. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan radiologi. Pengobatan bervariasi tergantung penyebabnya namun umumnya menggunakan antibiotik.
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis dari penyakit pneumonia."
Kasus pasien pria berusia 74 tahun yang mengalami kelumpuhan plica vocalis bilateral setelah intubasi selama 11 hari karena pneumonia berat akibat COVID-19. Pasien menunjukkan gejala stridor dan dispnea 20 hari setelah keluar dari rumah sakit. Meskipun kelumpuhan plica vocalis biasanya disebabkan cedera, dalam kasus ini kemungkinan kontribusi infeksi virus SARS-CoV-2 tidak dapat diabaikan karena sifat neurotropiknya.
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Terdapat beberapa jenis pneumonia seperti komuniti, nosokomial, dan atipikal yang disebabkan oleh bakteri seperti Mycoplasma dan Legionella. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan radiologi. Pengobatan bervariasi tergantung penyebabnya namun umumnya menggunakan antibiotik.
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis dari penyakit pneumonia."
Kasus pasien pria berusia 74 tahun yang mengalami kelumpuhan plica vocalis bilateral setelah intubasi selama 11 hari karena pneumonia berat akibat COVID-19. Pasien menunjukkan gejala stridor dan dispnea 20 hari setelah keluar dari rumah sakit. Meskipun kelumpuhan plica vocalis biasanya disebabkan cedera, dalam kasus ini kemungkinan kontribusi infeksi virus SARS-CoV-2 tidak dapat diabaikan karena sifat neurotropiknya.
1. Pneumonia pada lansia membutuhkan perhatian khusus karena sering tidak menunjukkan gejala pernapasan dan bermanifestasi sebagai delirium, kebingungan, atau risiko terjatuh.
2. Diagnosis dan perawatan yang tepat dipengaruhi oleh kondisi komorbid, nutrisi, dan fungsi organ pasien.
3. Pencegahan episode berulang melalui vaksinasi dan posisi tidur yang tepat sangat penting.
Dokumen tersebut membahas tentang etiologi, patogenesis, gejala klinis, dan penatalaksanaan Covid-19. Virus SARS-CoV-2 disebutkan sebagai penyebab Covid-19 yang menginfeksi paru-paru melalui reseptor ACE-2 dan menimbulkan respon inflamasi berlebihan. Gejala klinisnya berkisar dari ringan hingga berat sampai ARDS, dan penatalaksanaannya meliputi isolasi, perawatan suportif, dan pengobatan si
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Terdapat definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan PPOK. Juga tercantum rencana perawatan untuk beberapa masalah prioritas pasien seperti ketidakmampuan membersihkan jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan kekurangan gizi.
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom restorasi imun (IRIS) pada pasien HIV/AIDS. IRIS terjadi ketika sistem kekebalan tubuh pasien mulai pulih setelah menerima terapi antiretroviral (ARV), namun justru menyebabkan reaksi peradangan berlebihan terhadap infeksi oportunistik yang sedang atau pernah diidap. Dokumen ini menjelaskan penyebab, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan IRIS umumnya serta beberapa
Dokumen ini memberikan panduan persiapan kewaspadaan di rumah tangga dan sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, termasuk cara perawatan pasien di rumah, puskesmas, dan rumah sakit rujukan dengan menekankan pentingnya isolasi, ventilasi udara yang baik, dan menerapkan protokol kewaspadaan.
Dokumen tersebut membahas diagnosis dan penatalaksanaan difteri pada anak. Secara ringkas, difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala klinis dan komplikasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara penatalaksananya meliputi pemberian antitoksin, antimikrobial, dan isolasi pasien beserta kontak eratnya.
Pasien mengeluhkan luka borok berbau di kemaluan selama setahun. Pasien sebelumnya menjalani pengangkatan alat kelamin dan buah zakar. Pemeriksaan menemukan luka borok membusuk di kemaluan. Diagnosa adalah luka borok membusuk pasca operasi pengangkatan tumor testis. Tindakan yang direncanakan adalah debridement dan jahitan ulang luka disertai kolostomi.
1. Pneumonia pada lansia membutuhkan perhatian khusus karena sering tidak menunjukkan gejala pernapasan dan bermanifestasi sebagai delirium, kebingungan, atau risiko terjatuh.
2. Diagnosis dan perawatan yang tepat dipengaruhi oleh kondisi komorbid, nutrisi, dan fungsi organ pasien.
3. Pencegahan episode berulang melalui vaksinasi dan posisi tidur yang tepat sangat penting.
Dokumen tersebut membahas tentang etiologi, patogenesis, gejala klinis, dan penatalaksanaan Covid-19. Virus SARS-CoV-2 disebutkan sebagai penyebab Covid-19 yang menginfeksi paru-paru melalui reseptor ACE-2 dan menimbulkan respon inflamasi berlebihan. Gejala klinisnya berkisar dari ringan hingga berat sampai ARDS, dan penatalaksanaannya meliputi isolasi, perawatan suportif, dan pengobatan si
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Terdapat definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan PPOK. Juga tercantum rencana perawatan untuk beberapa masalah prioritas pasien seperti ketidakmampuan membersihkan jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan kekurangan gizi.
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom restorasi imun (IRIS) pada pasien HIV/AIDS. IRIS terjadi ketika sistem kekebalan tubuh pasien mulai pulih setelah menerima terapi antiretroviral (ARV), namun justru menyebabkan reaksi peradangan berlebihan terhadap infeksi oportunistik yang sedang atau pernah diidap. Dokumen ini menjelaskan penyebab, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan IRIS umumnya serta beberapa
Dokumen ini memberikan panduan persiapan kewaspadaan di rumah tangga dan sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, termasuk cara perawatan pasien di rumah, puskesmas, dan rumah sakit rujukan dengan menekankan pentingnya isolasi, ventilasi udara yang baik, dan menerapkan protokol kewaspadaan.
Dokumen tersebut membahas diagnosis dan penatalaksanaan difteri pada anak. Secara ringkas, difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala klinis dan komplikasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara penatalaksananya meliputi pemberian antitoksin, antimikrobial, dan isolasi pasien beserta kontak eratnya.
Pasien mengeluhkan luka borok berbau di kemaluan selama setahun. Pasien sebelumnya menjalani pengangkatan alat kelamin dan buah zakar. Pemeriksaan menemukan luka borok membusuk di kemaluan. Diagnosa adalah luka borok membusuk pasca operasi pengangkatan tumor testis. Tindakan yang direncanakan adalah debridement dan jahitan ulang luka disertai kolostomi.
2. Definisi
▪ Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat
▪ Pneumonia lebih sering dipakai untuk peradangan akibat proses
infeksi, sedangkan pneumonitis sering dipakai untuk proses non
infeksi
3. Klasifikasi
Berdasarkan epidemiologis
▪ Pneumonia Komunitas (CAP), pneumonia akibat infeksi yang terjadi
di luar RS
▪ Pneumonia Nosokomial (HAP), pneumonia yang terjadi saat dirawat
di rumah sakit dalam waktu > 48 jam setelah masuk rumah sakit
– Pneumonia terkait ventilator (VAP), pneumonia yang muncul > 48 jam setelah
intubasi trakea dan pemasangan ventilasi mekanik
▪ Pneumonia terkait pelayanan Kesehatan (HCAP), pneumonia yang
terjadi pasca perawatan di RS selama 2 hari atau lebih dalam kurun
waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal di rumah perawatan,
mendapat antibiotic intravena, kemoterapi, hemodialisa dalam
kurun waktu 30 hari proses infeksi
5. Penegakan Diagnosis
▪ Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang
▪ Pada pneumonia klasik
– Anamnesis : demam, batuk, sesak napas
– Pemeriksaan fisik : tanda konsolidasi paru > perkusi pekak, rhonki nyaring, suara
pernapasan bronkial
– Penunjang : infiltrate baru atau progresif pada radiologi paru, leukositosis pada
darah rutin.
6. Penegakan Diagnosis
▪ Pneumonia komunitas (CAP)
▪ CURB-65
▪ Skor 0 -1, derajat ringan sampai sedang > pertimbangkan rawat jalan
▪ Skor 2, derajat berat > rawat inap
▪ Skor 3-5, sangat berat > pertimbangkan rawat ICU
7. Penegakan Diagnosis
▪ Pneumonia nosocomial (HAP)
▪ Menurut kriteria dariThe Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),
diagnosis pneumonia nosokomial :
▪ 1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan
menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk
rumah sakit
▪ 2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
• Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
- suhu tubuh > 38 derajat C
- sekret purulent
- leukositosis
8. Penegakan Diagnosis
▪ Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS:
▪ 1. Dirawat di ruang rawat intensif
▪ 2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O2
> 35 % untuk mempertahankan saturasi O2 > 90 %
▪ 3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia multilobar atau
kaviti dari infiltrat paru
▪ 4.Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan
atau disfungsi organ yaitu :
• Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)
• Memerlukan vasopresor > 4 jam
• Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
• Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis
10. Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
▪ Rawat Jalan
– Anjuran tidak merokok, cukup istirahat, cukup cairan
– Demam atau nyeri diredakan dengan paracetamol
– Pemberian ekspektoran / mukolitik
– Nutrisi yang adekuat
– Kontrol setelah 48 jam atau lebih awal jika diperlukan
– Bila tidak membaik dalam 48 jam, pertimbangan untuk dirawat dirumah sakit
dan foto toraks
11. Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Rawat Inap
▪ Terapi suportif
1. Pemberian oksigen untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96%
berdasarkan AGD
2. Humidifikasi dengan nebulizer, dapat disertai bronkodilator bila terdapat
bronkospasme
3. Fisioterapi dada
4. Pengaturan cairan, hindari overhidrasi untuk maksud mengencerkan dahak
12. Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Rawat Inap
▪ Terapi suportif
5. Pemberian kortikosteroid pada keadaan sepsis berat perlu dipertimbangkan,
kecuali pada kondisi syok sepsis tidak bermanfaat
6. Pertimbangkan obat inotropik bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi,
syok.
7. Ventilasi mekanis sesuai indikasi
8. Drainase empiema bila ada
9. Nutrisi yang cukup kalori