SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Pneumonia
(Farmakoterapi 2)
Bagja Rahmatul Akbar (24041120014)
Fitri Nurmalasari (24041120001)
Lilis Suryani Harsi ( 24041120026)
Definisi PNEUMONIA
Peradangan akut di
parenkim paru (bronkiolus
respiratorius dan alveoli)
yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau sebab
lain (aspirasi, radiasi, dll)
yang didapat di luar rumah
sakit atau di masyarakat.
A. Hospital-acquired pneumonia (HAP)
Pneumonia yang terjadi ≥ 48 jam setelah masuk RS
B. Ventilator-associated pneumonia (VAP)
Pneumonia yang terjadi ≥ 48 jam setelah di intubasi
C. Health-care-associated pneumonia (HCAP)
Pneumonia yang terjadi dalam 90 hari ke depan setelah dirawat di RS ≥ 48
jam
Definisi: Infeksi akut Pneumonia yang terjadi pada pasien yang tidak ada kontak
dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan
KLASIFIKASI PNEUMONIA
Berdasarkanklinis dan epidemiologis
1. Community-acquired pneumonia (CAP)
2. Nosocomial Infection
Penderita pneumonia
segala usia
Riskesdas (2018)
PDPI (2014)
PREVALENSI
2,9% (75 +)
20-40 % (di rumah sakit)
2,5% (55-64 tahun)
3,0% (65-74 tahun)
5-10% (perawatan intensif)
7,6% (Angka kematian
pneumonia tertinggi)
ETIOLOGI
Kemenkes RI, 2023
Perubahan karakteristik
sputum/purulen
demam
MANIFESTASI KLINIS
Batuk
Nyeri dada Sesak nafas Mengigil
PDPI, 2021
FAKTOR RISIKO
Riwayat pneumonia sebelumnya,
PPOK, asma, gagal jantung, DM,
stroke, kondisi imunosupresi
(kanker, HIV), penyakit hati kronik,
ginjal kronik, faktor risiko aspirasi
(kejang, disfagia/refluks).
Merokok, konsumsi
alcohol, kebersihan gigi
dan mulut yang
buruk,status gizi yang
buruk, penggunaan obat-
obatan.
Kontaminasi pada sistem
pendingin ruangan/penghangat
air, institusi yang ramai dan
padat, kontak dengan hewan.
KOMORBIDITAS FAKTOR SOSIAL FAKTOR LAIN
Kemenkes RI, 2023
Pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang(radiologi
dan laboratorium). Gejala dan tanda klinis tidak
memberikan gambaran akurat mengenai pneumonia,
sehingga diagnosis pasti pneumonia ditegakkan jika
pada pemeriksaan radiologi ditemukan
infiltrat/opasitas/konsolidasi/air bronchogram ditambah
dengan awitan akut dari beberapa gejala
1. Diagnosis Pneumonia Komunitas
Diagnosis
Kemenkes RI, 2023
- Batuk
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Suhu tubuh ≥ 380˚C (aksila)/ Riwayat demam
- Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda
konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
- Jumlah leukosit ≥ 10.000 sel/µL atau 4500 sel/µL dengan
peningkatan neutrophil batang
Gambar 2. Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT
2. Kriteria pneumonia nosokomial menurut The Centers
for Disease Control (CDC) adalah sebagai berikut.
• Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat
di rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang
inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit.
• Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas
dasar:
‐ Foto toraks, terdapat infiltrat baru atau progresif
‐ Ditambah 2 di antara kriteria berikut yaitu suhu tubuh >
380 C, sekret purulen, ronki atau suara napas bronkial,
leukositosis (>12.000) atau leukopenia < 4000), saturasi
memburuk atau AGD dengan hasil penurunan nilai PO2
dan/atau PCO2 sehingga membutuhkan terapi oksigen
atau ventilasi mekanik.
Diagnosis
PDPI, 2021
Pemeriksaanpenunjang
a) radiografi toraks
b) ultrasonografi (USG)
c) computed tomography
(CT Scan)
a) Pemeriksaan
prokalsitonin (PCT)
b) Pemeriksaan
C-Reactive Protein (CRP)
a) Pemeriksaan syndromic
testing/
multiplex PCR
01
02
03
Pemeriksaanradiologi
Pemeriksaanmikrobiologi
Pemeriksaankimia darah
Kemenkes RI, 2023
TATALAKSANA
a. CURB-65
Mengidentifikasi apakah pasien dapat
berobat jalan atau rawat inap, dirawat di
ruangan biasa atau intensif.
Faktor-factor risiko tersebut:
C : Confusion yaitu tingkat kesadaran
ditentukan berdasarkan uji mental atau
adanya disorientasi tempat, waktu, atau
orang yang baru.
U : Ureum.
R : Respiratory rate atau frekuensi napas.
B : Blood pressure atau tekanan darah.
65 : Umur ≥ 65 tahun.
1. Penilaian Derajat Keparahan Penyakit b. Pneumonia Severity Index (PSI)
Dikutip dari Barlet JG et al.
Alur diagnosis dan tata laksana pneumonia komunitas
Kemenkes RI, 2023
TATALAKSANA
Pemilihan antibiotic Empiris: perawatan di rumah sakit dalam 3 bulan terakhir dan riwayat
mendapatkan antibiotik parenteral dalam 3 bulan terakhir.
1. Antibiotik empiris rawat jalan
Catatan:
1. Komorbid meliputi, peny. Jantung, paru,
hati, atau ginjal kronik
2. Kombinasi Amoksilin Klavulanat,
3x500/125 mg
3. Sepalosporin: Cefpodoksim 2x200 mg,
Cefuroxim 2x500 mg
4. Makrolid: Azhitromicin 1x500 mg,
Cefuroxim 2x500 mg, klaritromicin lepas
lambat 1x1000 mg
5. Doksisiklin 2x100 mg
6. Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin
1x750 mg, Moksifloxasin 1x400mg
2. Antibiotik empiris rawat inap
Catatan:
1. β-laktam: Ampisilin + Sulbaktam 4 x 1.5-3
gram, Sefotaksim 3 x 1-2 gram, Seftriakson
1 x 1-2 gram, atau Seftarolin 2 x 600 mg.
2. Makrolid: Azithromisin 1 x500 mg atau
klaritromisin 2 x500 mg
3. Fluokuinon respirasi: Levofloksasin 1 x750
mg atau Moksifloksasin 1 x400 mg
4. Antibiotik yang mencakup MRSA:
Vankomisin (2 x 15mg/kg, dosis disesuaikan
kadar dalam darah) atau linezolid (2 x600
mg)
Antibiotik yang mencakup P. Aeruginosa:
Piperasilin-tazobaktam (4 x4.5 gram), seftazidin
(3 x 2 gram), imipenem (4 x 500 mg),
meropenem (3 x 1 gram), atau aztreonam (3 x 2
gram).
Pemberian antibiotic pada pneumonia tidak berat dalam 4-8 jam setelah penegakkan diagnosis. Pada pneumonia
derajat berat dan disertai sepsis, pemberian antibiotic dalam waktu 1 jam setelah penegakkan diagnosis
Bagan evaluasi pasien dengan pengobatan empiris
Dikutip dari Barlett JG et al.
Ruang rawat intensif
● Tidak ada factor risiko infeksi pseudomonas :
𝛽 lactam ( sefotaksim, seftriakson/ampisilin
sulbactam)+makrolid baru atau fluorokuinolon
respirasi intravena (IV)
Khusus
● Anti pneumokokal, anti pseudomonas 𝛽 lactam
(piperacillin-tazobactam, sefepime,
imipenem/meropenem)+levofloksasin 750mg ATAU
● 𝛽 lactam seperti diatas + aminoglikosida dan
azitromisin ATAU
● 𝛽 lactam + aminoglikosida dan antipneumokokal
fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin,
𝛽 lactam diganti dengan aztreonam)
Bila curiga disertai MRSA
● Tambahkan vankomisin atau linezolid
Tata laksana
Medikamentosa
Awal terapi antibiotik bersifat empirik dan harus diberikan
secepatnya , Ketika berada di IGD :
Rawat jalan (out patient)
1. Pasien yang sebelumnya sehat/tanpa riwayat
pemakaian antibiotic 3 bulan sebelumnya
● Golongan 𝛽 lactam atau 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 + anti 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚ase
ATAU
● Makrolid baru ( klaritromisin, azitromisin)
● Pasien dengan komorbid
● Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg,
moksifloksasin) ATAU
● Golongan 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 + anti 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚ase ATAU
● 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 + makrolid
Rawat inap non ICU (In patient)
● Fluorokuinolon respirasi levofloksasin 750 mg,
moksifloksasin ATAU
● 𝛽 lactam ditambah makrolid PDPI, 2021
Khusus
● Istirahat
● Nutrisi adekuat sesuai kebutuhan
● Pengisapan lender bila perlu dengan
suctioning dan bronkoskop
Tata laksana
Non medikamentosa
● Jika tak ada perbaikan antibiotic berikan
sesuai hasil uji sensitivitas
● Pemberian obat simtomatik antara antipiretik,
mukolitik dan ekspektoran dan bronkodilator
dan lain-lain
● Terapi oksigen sesuai derajat kebutuhan
pasien
● Jangan mengganti antibiotic sebelum 72 jam
● Anti inflamasi sistemik (dalam keadaan berat)
● Imunoglobulin/IVIG (dalam keadaan berat)
● Activated protein C (dalam keadaan berat)
PDPI, 2021
Golongandanmekanismekerja
- Mekanisme kerjanya yaitu menghambat proses sintesis dinding sel bakteri
- Bersifat bakterisid, dan Sebagian besar efektif terhadap organisme gram positif dan negatif.
- Terdiri dari beberapa golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta lactam, yaitu
penisilin, sephalosporin, monobactam, karbapenem, dan inhibitor beta-lactamase
- Contoh obat: Ampisilin, penisilin, amoksisilin, sefadroksil, cefixime,
1. Golongan Beta-LAKTAM
Nama obat Efek Samping
Ampisilin +
Sulbactam
Mual, muntah, diare, ruam, alergi
Amoksisilin Reaksi anafilaksis, gangguan gastrointestinal
(mual, muntah, diare), hematologi
Amoksisilin
+ Klavulanat
sama
Nama obat Efek Samping
Cefadroksil Gangguan saluran pencernaan
(mual, muntah, diare),
hipersensitivitas
Cefuroxime Hipersensitivitas, gangguan
gastrointestinal (mual, muntah,
diare), hematologi
Golongandanmekanismekerja
- Bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
- Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri kemudian berikatan secara reversible dengan
ribosom 30s dan mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks Mrna ribosom. Hal
tersebut mencegah perpanjangan rantai peptide yang sedang tumbuh dan berakibat
terhentinya sintesis protein.
- Bakteriostatik
- Spektrum luas
- Contoh obat: Tetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, tigeciklin.
2. Golongan TETRASIKLIN
Nama obat Efek Samping
Doksisiklin Mual, muntah, urtikaria, diare, peningkatan
kadar urea darah, anemia hemolitik,
trombositopenia, neutropenia
Golongandanmekanismekerja
- Fluoroquinolone merupakan antibiotic bakterisidal yang poten terhadap Proteus, E.coli,
Klebsiella, dan berbagai spesies salmonella, Shigella, Enterobacter, dan Campylobacter
- Mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif, gram negative, dan
kuman atipik.
- Contoh obat: Ciprofloxacin, ofloxacin, levoflokxacin.
3. Golongan Fluoroquinolone
Nama obat Efek Samping
Levofloxacin Mual, muntah, nyeri perut, diare, gangguan
pengecapan, kembung, anoreksia, ruam, pusing,
sakit kepala
Moxifloxacin Hipersensitif, superinfeksi candida, colitis
pseudomembran, hiperglikemia, gangguan
pencernaan, gangguan SSP
Golongandanmekanismekerja
- Bekerja dengan cara menghambat sintesis protein kuman dengan cara berikatan secara
reversible dengan ribosom subunit 50s
- Umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisidal untuk
bakteri yang sangat peka.
- Contoh obat: Eritromisin, Klaritromisin, azitromisin.
3. Golongan MAKROLIDA
Nama obat Efek Samping
Azitromicin Mual, rasa tidak enak pada perut, muntah,
kembung, vertigo, pusing, sakit kepala, ruam kulit
Kondisikhusus
- Anak-anak
 Amoksisilin, ampisilin.
 Alternatif = sefalosporin generasi 3
- Ibu hamil
 Golongan makrolida: eritromisin, azitromisin, klaritromisin.
Kondisikhusus
Gangguan ginjal.
Terapi non farmakologi
PDPI, 2021
Pneumonia komonitas
Hindari merokok Menjaga kebersihan
tangan
Menggunakan Masker Menerapkan etika batuk
Terapi non farmakologi
PDPI, 2021
Pneumonia Nosokomial
• Mencegah koloni di orofaring lambung dengan menghindari pemakaian antibiotik yang
tidak tepat, memilih dekontaminan saluran cerna secara selektif, menggunakan sukralfat
disamping antagonis H2, menggunakan obat-obatan untuk meningkatkan gerakan
duodenum misalnya metoklopramid dan cisapride, berhenti merokok dan vaksinasi.
• Mencegah terjadinya aspirasi ke saluran napas bawah dengan cara memposisikan pasien
dengan kepala lebih tinggi, menggunakan selang saluran napas yang ada suction
subglotis, memakai selang nasogatrik yang kecil, menghindari intubasi ulang, pemberian
makanan secara kontinu dengan jumlah sedikit.
• Mencegah inokulasi eksogen dengan menghindari infeksi silang dengan cara mencuci
tangan sesuai prosedur, menggunakan peralatan (seperti selang nasogastrik, kateter, alat
bantu napas, bronkoskopi dan lain-lain) secara steril, mengisolasi pasien yang terinfeksi
kuman MDR, mengganti secara berkala kateter urine, selang naso gastrik dan lain-lain.
• Menjaga daya tahan tubuh pasien tetap optimal dengan melakukan drainase sekret
saluran napas dengan fisioterapi dada, mobilisasi.
Studikasus
Nama : Ny. Ina
Umur : 57 tahun
Berat badan : 54 kg (sebelum sakit) dan 53 kg (saat sakit)
Tinggi badan : 150 cm
Status perkawinan : sudah menikah
Agama : islam
Suku bangsa : jawa
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Taman wisma asri Rt 06/ RW 08,
Sumber biaya : BPJS
Sumber informasi : Pasien mengeluh batuk berdahak, dahak keluar sedikit, konsitensi kental, dengan
warna jernih, nyeri dada saat batuk seperti tertimpa benda berat (skala 2), mual, dan demam.
Faktor pencetus pasien : riwayat penyakit kronis kanker thyroid on kemo ke-2 (6 Maret 2023).
Upaya mengatasi yang sudah dilakukan pasien di rumah adalah minum obat batuk lasein tetapi tidak
ada perbaikan kondisi.
Studikasus
Pasien memiliki keadaan umum sakit sedang dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pasien
memiliki tingkat kesadaran compos mentis, skala GCS (Glasglow Coma Scale) = 15 (E : 4, M : 6, V : 5).
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit kronis CA Thyroid anaplastik on kemo. Pasien mengatakan
tidak nafsu makan karena pasien mual dan porsi makan yang dihabiskan ialah ¼ porsi. Pasien memiliki
jalan napas yang terdapat sumbatan (sekret tertahan), pernapasan sedikit sesak, frekuensi napas 25x/menit,
irama napas cepat teratur, jenis pernapasan spontan, kedalaman pernapasan dalam, SaO2 : 97%,terdapat
batuk produktif dengan konsitensi sekret jernih dankental, tidak terdapat darah, suara napasronkhi, tidak
ada nyeri saat bernapas, pasien menggunakan alat bantu napas oksigen nasal kanul 3 liter/menit (SaO2 :
99%), dan nyeri pleuritik yang timbul ketika batuk seperti tertimpa benda berat dengan skala nyeri 2. Suhu
kulit pasien 38,5°C, warna kulit kemerahan, dan akral panas. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
nilai leukosit meningkat (140/ul). Hasil pemeriksaan x-ray thorax memberikan kesan gambaran edema
pulmonum dd pneumonia.
Studikasus
Masalah Tindakan Yang Diterapkan
bersihan jalan napas tidak efektif monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan, monitor sputum, posisikan semi fowler
/ fowler, berikan minum air hangat, lakukan fisioterapi dada ( jika perlu) berikan oksigen
(jika perlu) dan kolaborasi pemberian obat mukolitik dan bronkodilator.
keperawatan hipertermia identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh, sediakan
lingkungan dingin, berikan cairan oral, lakukan pendinginan eksternal seperti kompres
dahi, leher, dan aksila, anjurkan tirah baring, kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, kolaborasi pemberian obat antipiretik
keperawatan risiko infeksi monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan
sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan, ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar, dan kolaborasi pemberian obat (obat leucogen 1x1
keperawatan risiko defisit nutrisi identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, monitor asupan
makanan, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, dan kolaborasi pemberian obat
antiemetic. Evaluasi dari implementasi keperawatan selama 3 x 24 jam ialah terdapat 3
diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermia,
dan risiko defisit nutrisi.
Studikasus
Pembahasan :
Tanda dan gejala pada pasien pneumonia umumnya adalah demam, batuk disertai dahak
atau lendir, berkeringat atau kedinginan, sesak napas, nyeri dada saat bernapas atau batuk,
tidak nafsu makan, mual, muntah, dan sakit kepala. Selain itu, terdapat ronkhi dan gambaran
infiltrat pada rontgen toraks. Pada pasien Ny. Ina, terdapat beberapa keluhan dan hasil
pemeriksaan yang serupa seperti pasien mengatakan batuk berdahak, nyeri dada ketika
batuk, sesak napas, demam, mual, dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik, keadaan
umum : Sakit sedang, suara napas pasien terdengar ronkhi pada bronkus dan lapang paru
kanan, TTV= TD: 115 / 60 mmHg, RR: 25 x/menit, N: 90 x/menit, S: 38,5°C, kulit pasien
teraba panas. Pemeriksaan penunjang, hasil lab= Hemoglobin: 12 g/dl, leukosit: 140 / µl,
trombosit : 153.000 / ul, hematokrit : 36.0%, dan neutrofil : 20%, kesan rontgen thorax:
gambaran edema pulmonum dd/ pneumonia.
Studikasus
Diagnosa pembahasan
bersihan jalan napas tidak efektif ialah bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d pasien mengatakan batuk berdahak
sudah 3 hari. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan masalah keperawatan yang
sering muncul pada pasien dengan pneumonia yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif karena adanya
benda asing yang berasal dari akumulasi sekret yang berlebih.
keperawatan hipertermia hipertermi b.d proses penyakit d.d pasien mengatakan demam 2 hari. Adanya inflamasi akut pada
paruparu terutama di sekitar alveoli dapat mengaktifkan sistem termoregulasi di hipotalamus. Hal ini
menyebabkan munculnya peningkatan suhu tubuh pada pasien pneumonia.
keperawatan risiko infeksi ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (leukopenia). Diagnosa ketiga diangkat oleh penulis
karena pasien memiliki riwayat penyakit ca thyroid anaplastik on kemo ke-2 yang terdiagnosa medis
oleh dokter penanggung jawab pasien memiliki febrile neutropenia. Febril neutropenia merupakan salah
satu efek samping dari kemoterapi yang menyebabkan neutropenia ditambah dengan faktor pencetus
lain seperti infeksi yang biasanya terjadi 7-10 hari setelah kemoterapi.
keperawatan risiko defisit nutrisi risiko defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk menghabiskan porsi makan (mual). Hal
tersebut karena, pasien Ny. Ina memiliki riwayat penyakit kanker thyroid anaplastik on kemo ke-2. Efek
samping yang sering terjadi pada pasien yang melakukan kemoterapi meliputi myelosupresi, mual dan
muntah.
Studikasus
Tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yang dilakukan pada pasien
ialah memberikan minum air hangat. Air hangat dapat bermanfaat untuk melegakan saluran pernapasan dari adanya sekret .
Selain itu, untuk tindakan keperawatan mandiri yang dapat dilakukan untuk masalah bersihan jalan napas ialah dengan
melakukan fisioterapi dada. Fisioterapi dada dapat memberikan manfaat bagi pasien dengan penyakit respirasi baik yang
bersifat akut maupun kronis.
Tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan kedua hipertermia ialah pasien dilakukan pendinginan eksternal
seperti kompres hangat pada dahi, leher, dan aksila. Pemberian kompres hangat pada area pembuluh darah besar seperti
dahi, leher, dan aksila dapat memberikan rangsangan pada preoptic hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh. Hasil
penelitian sebelunya menunjukkan jika kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.
Tindakan keperawatan pada masalah keperawatan risiko infeksi yang dilakukan pada pasien ialah dengan perawat
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien. Perilaku hand hygiene perawat
merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan
terjadinya infeksi nosokomial .
Tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan risiko defisit nutrisi salah satunya ialah memberikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein. Diet tinggi kalori dan tinggi protein merupakan makanan yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal sehingga dapat membantu mencegah terjadinya defisit nutrisi pada pasien . Selain itu, hal
ini dibutuhkan karena terdapat kaitannya dengan masalah keperawatan hipertermia yang dialami pasien. Pada saat
hipertermia, tubuh akan mengalami peningkatan metabolisme dan diperlukan intake protein dan kalori yang adekuat untuk
menunjang kondisi tersebut .
Studikasus
Evaluasi keperawatan setelah dilakukan implementasi menunjukkan jika beberapa masalah teratasi yang
dibuktikan dengan pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar dengan konsistensi cair, pasien sudah tidak demam,
dan pasien mengatakan nafsu makan meningkat. Namun, terdapat satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi
yaitu risiko infeksi. Hal ini dikarenakan hasil laboratorium leukosit masih di bawah rentang normal. Sehingga,
penulis pada akhirnya melakukan discharge planning sebelum pasien pulang. Tujuan discharge planning ialah
dapat membantu proses rehabilitasi pasca peratawan di Rumah Sakit. Pelaksanaan discharge planning pada pasien
Ny. I mencakup ppemberian informasi kepada keluarga dan pasien tentang cara perawatan pasien pneumonia di
rumah terutama dengan masalah risiko infeksi yang belum teratasi.
Daftar pustaka
1. Kemenkes RI. (2023). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/2147/2023. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Pneumonia Pada
Dewasa.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Panduan Umum Praktik Klinis Penyakit Paru dan
Pernapasan. Jakarta.: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
3. Mescape
4. Mikromedex
5. Gunawan SG, Setiabudy R, editors. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: BP FKUI 2016
6. Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia cetakan tahun 2017. Jakarta: Sagung Seto.
2017

More Related Content

Similar to KELOMPOK 4_PNEUMONIA_Universitas_Garut.pptx

17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
Ryryy Part II
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
arymita
 
dokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptx
dokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptxdokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptx
dokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptx
Alvyolian1
 
Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria
pandhusuprobo
 
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRevisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
RuriAndrie
 

Similar to KELOMPOK 4_PNEUMONIA_Universitas_Garut.pptx (20)

17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
 
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
ASMA
ASMAASMA
ASMA
 
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
 
Infeksi Puerperium LEO.pptx
Infeksi Puerperium LEO.pptxInfeksi Puerperium LEO.pptx
Infeksi Puerperium LEO.pptx
 
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptxPenatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
 
dokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptx
dokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptxdokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptx
dokumen.tips_ppt-mual-muntah-study-kasus.pptx
 
Ppk difteri
Ppk difteriPpk difteri
Ppk difteri
 
Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria
 
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANKULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
 
tugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptxtugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptx
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
 
Pneumonia tito
Pneumonia titoPneumonia tito
Pneumonia tito
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
 
Journal reading (tht kl) - comparative efficacy and safety of various anti-mic...
Journal reading (tht kl) - comparative efficacy and safety of various anti-mic...Journal reading (tht kl) - comparative efficacy and safety of various anti-mic...
Journal reading (tht kl) - comparative efficacy and safety of various anti-mic...
 
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRevisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
 
BOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxBOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptx
 
PULMONOLOGI.pptx
PULMONOLOGI.pptxPULMONOLOGI.pptx
PULMONOLOGI.pptx
 

Recently uploaded

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 

Recently uploaded (20)

one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 

KELOMPOK 4_PNEUMONIA_Universitas_Garut.pptx

  • 1. Pneumonia (Farmakoterapi 2) Bagja Rahmatul Akbar (24041120014) Fitri Nurmalasari (24041120001) Lilis Suryani Harsi ( 24041120026)
  • 2. Definisi PNEUMONIA Peradangan akut di parenkim paru (bronkiolus respiratorius dan alveoli) yang disebabkan oleh mikroorganisme atau sebab lain (aspirasi, radiasi, dll) yang didapat di luar rumah sakit atau di masyarakat.
  • 3. A. Hospital-acquired pneumonia (HAP) Pneumonia yang terjadi ≥ 48 jam setelah masuk RS B. Ventilator-associated pneumonia (VAP) Pneumonia yang terjadi ≥ 48 jam setelah di intubasi C. Health-care-associated pneumonia (HCAP) Pneumonia yang terjadi dalam 90 hari ke depan setelah dirawat di RS ≥ 48 jam Definisi: Infeksi akut Pneumonia yang terjadi pada pasien yang tidak ada kontak dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan KLASIFIKASI PNEUMONIA Berdasarkanklinis dan epidemiologis 1. Community-acquired pneumonia (CAP) 2. Nosocomial Infection
  • 4. Penderita pneumonia segala usia Riskesdas (2018) PDPI (2014) PREVALENSI 2,9% (75 +) 20-40 % (di rumah sakit) 2,5% (55-64 tahun) 3,0% (65-74 tahun) 5-10% (perawatan intensif) 7,6% (Angka kematian pneumonia tertinggi)
  • 6.
  • 8. FAKTOR RISIKO Riwayat pneumonia sebelumnya, PPOK, asma, gagal jantung, DM, stroke, kondisi imunosupresi (kanker, HIV), penyakit hati kronik, ginjal kronik, faktor risiko aspirasi (kejang, disfagia/refluks). Merokok, konsumsi alcohol, kebersihan gigi dan mulut yang buruk,status gizi yang buruk, penggunaan obat- obatan. Kontaminasi pada sistem pendingin ruangan/penghangat air, institusi yang ramai dan padat, kontak dengan hewan. KOMORBIDITAS FAKTOR SOSIAL FAKTOR LAIN Kemenkes RI, 2023
  • 9. Pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang(radiologi dan laboratorium). Gejala dan tanda klinis tidak memberikan gambaran akurat mengenai pneumonia, sehingga diagnosis pasti pneumonia ditegakkan jika pada pemeriksaan radiologi ditemukan infiltrat/opasitas/konsolidasi/air bronchogram ditambah dengan awitan akut dari beberapa gejala 1. Diagnosis Pneumonia Komunitas Diagnosis Kemenkes RI, 2023 - Batuk - Nyeri dada - Sesak napas - Suhu tubuh ≥ 380˚C (aksila)/ Riwayat demam - Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki - Jumlah leukosit ≥ 10.000 sel/µL atau 4500 sel/µL dengan peningkatan neutrophil batang Gambar 2. Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT
  • 10. 2. Kriteria pneumonia nosokomial menurut The Centers for Disease Control (CDC) adalah sebagai berikut. • Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit. • Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar: ‐ Foto toraks, terdapat infiltrat baru atau progresif ‐ Ditambah 2 di antara kriteria berikut yaitu suhu tubuh > 380 C, sekret purulen, ronki atau suara napas bronkial, leukositosis (>12.000) atau leukopenia < 4000), saturasi memburuk atau AGD dengan hasil penurunan nilai PO2 dan/atau PCO2 sehingga membutuhkan terapi oksigen atau ventilasi mekanik. Diagnosis PDPI, 2021
  • 11. Pemeriksaanpenunjang a) radiografi toraks b) ultrasonografi (USG) c) computed tomography (CT Scan) a) Pemeriksaan prokalsitonin (PCT) b) Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) a) Pemeriksaan syndromic testing/ multiplex PCR 01 02 03 Pemeriksaanradiologi Pemeriksaanmikrobiologi Pemeriksaankimia darah Kemenkes RI, 2023
  • 12. TATALAKSANA a. CURB-65 Mengidentifikasi apakah pasien dapat berobat jalan atau rawat inap, dirawat di ruangan biasa atau intensif. Faktor-factor risiko tersebut: C : Confusion yaitu tingkat kesadaran ditentukan berdasarkan uji mental atau adanya disorientasi tempat, waktu, atau orang yang baru. U : Ureum. R : Respiratory rate atau frekuensi napas. B : Blood pressure atau tekanan darah. 65 : Umur ≥ 65 tahun. 1. Penilaian Derajat Keparahan Penyakit b. Pneumonia Severity Index (PSI) Dikutip dari Barlet JG et al.
  • 13. Alur diagnosis dan tata laksana pneumonia komunitas Kemenkes RI, 2023
  • 14. TATALAKSANA Pemilihan antibiotic Empiris: perawatan di rumah sakit dalam 3 bulan terakhir dan riwayat mendapatkan antibiotik parenteral dalam 3 bulan terakhir. 1. Antibiotik empiris rawat jalan Catatan: 1. Komorbid meliputi, peny. Jantung, paru, hati, atau ginjal kronik 2. Kombinasi Amoksilin Klavulanat, 3x500/125 mg 3. Sepalosporin: Cefpodoksim 2x200 mg, Cefuroxim 2x500 mg 4. Makrolid: Azhitromicin 1x500 mg, Cefuroxim 2x500 mg, klaritromicin lepas lambat 1x1000 mg 5. Doksisiklin 2x100 mg 6. Fluorokuinolon respirasi Levofloksasin 1x750 mg, Moksifloxasin 1x400mg
  • 15. 2. Antibiotik empiris rawat inap Catatan: 1. β-laktam: Ampisilin + Sulbaktam 4 x 1.5-3 gram, Sefotaksim 3 x 1-2 gram, Seftriakson 1 x 1-2 gram, atau Seftarolin 2 x 600 mg. 2. Makrolid: Azithromisin 1 x500 mg atau klaritromisin 2 x500 mg 3. Fluokuinon respirasi: Levofloksasin 1 x750 mg atau Moksifloksasin 1 x400 mg 4. Antibiotik yang mencakup MRSA: Vankomisin (2 x 15mg/kg, dosis disesuaikan kadar dalam darah) atau linezolid (2 x600 mg) Antibiotik yang mencakup P. Aeruginosa: Piperasilin-tazobaktam (4 x4.5 gram), seftazidin (3 x 2 gram), imipenem (4 x 500 mg), meropenem (3 x 1 gram), atau aztreonam (3 x 2 gram). Pemberian antibiotic pada pneumonia tidak berat dalam 4-8 jam setelah penegakkan diagnosis. Pada pneumonia derajat berat dan disertai sepsis, pemberian antibiotic dalam waktu 1 jam setelah penegakkan diagnosis
  • 16. Bagan evaluasi pasien dengan pengobatan empiris Dikutip dari Barlett JG et al.
  • 17. Ruang rawat intensif ● Tidak ada factor risiko infeksi pseudomonas : 𝛽 lactam ( sefotaksim, seftriakson/ampisilin sulbactam)+makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi intravena (IV) Khusus ● Anti pneumokokal, anti pseudomonas 𝛽 lactam (piperacillin-tazobactam, sefepime, imipenem/meropenem)+levofloksasin 750mg ATAU ● 𝛽 lactam seperti diatas + aminoglikosida dan azitromisin ATAU ● 𝛽 lactam + aminoglikosida dan antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin, 𝛽 lactam diganti dengan aztreonam) Bila curiga disertai MRSA ● Tambahkan vankomisin atau linezolid Tata laksana Medikamentosa Awal terapi antibiotik bersifat empirik dan harus diberikan secepatnya , Ketika berada di IGD : Rawat jalan (out patient) 1. Pasien yang sebelumnya sehat/tanpa riwayat pemakaian antibiotic 3 bulan sebelumnya ● Golongan 𝛽 lactam atau 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 + anti 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚ase ATAU ● Makrolid baru ( klaritromisin, azitromisin) ● Pasien dengan komorbid ● Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin) ATAU ● Golongan 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 + anti 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚ase ATAU ● 𝛽 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 + makrolid Rawat inap non ICU (In patient) ● Fluorokuinolon respirasi levofloksasin 750 mg, moksifloksasin ATAU ● 𝛽 lactam ditambah makrolid PDPI, 2021
  • 18. Khusus ● Istirahat ● Nutrisi adekuat sesuai kebutuhan ● Pengisapan lender bila perlu dengan suctioning dan bronkoskop Tata laksana Non medikamentosa ● Jika tak ada perbaikan antibiotic berikan sesuai hasil uji sensitivitas ● Pemberian obat simtomatik antara antipiretik, mukolitik dan ekspektoran dan bronkodilator dan lain-lain ● Terapi oksigen sesuai derajat kebutuhan pasien ● Jangan mengganti antibiotic sebelum 72 jam ● Anti inflamasi sistemik (dalam keadaan berat) ● Imunoglobulin/IVIG (dalam keadaan berat) ● Activated protein C (dalam keadaan berat) PDPI, 2021
  • 19. Golongandanmekanismekerja - Mekanisme kerjanya yaitu menghambat proses sintesis dinding sel bakteri - Bersifat bakterisid, dan Sebagian besar efektif terhadap organisme gram positif dan negatif. - Terdiri dari beberapa golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta lactam, yaitu penisilin, sephalosporin, monobactam, karbapenem, dan inhibitor beta-lactamase - Contoh obat: Ampisilin, penisilin, amoksisilin, sefadroksil, cefixime, 1. Golongan Beta-LAKTAM Nama obat Efek Samping Ampisilin + Sulbactam Mual, muntah, diare, ruam, alergi Amoksisilin Reaksi anafilaksis, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), hematologi Amoksisilin + Klavulanat sama
  • 20. Nama obat Efek Samping Cefadroksil Gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, diare), hipersensitivitas Cefuroxime Hipersensitivitas, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), hematologi
  • 21. Golongandanmekanismekerja - Bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. - Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri kemudian berikatan secara reversible dengan ribosom 30s dan mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks Mrna ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptide yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein. - Bakteriostatik - Spektrum luas - Contoh obat: Tetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, tigeciklin. 2. Golongan TETRASIKLIN Nama obat Efek Samping Doksisiklin Mual, muntah, urtikaria, diare, peningkatan kadar urea darah, anemia hemolitik, trombositopenia, neutropenia
  • 22. Golongandanmekanismekerja - Fluoroquinolone merupakan antibiotic bakterisidal yang poten terhadap Proteus, E.coli, Klebsiella, dan berbagai spesies salmonella, Shigella, Enterobacter, dan Campylobacter - Mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif, gram negative, dan kuman atipik. - Contoh obat: Ciprofloxacin, ofloxacin, levoflokxacin. 3. Golongan Fluoroquinolone Nama obat Efek Samping Levofloxacin Mual, muntah, nyeri perut, diare, gangguan pengecapan, kembung, anoreksia, ruam, pusing, sakit kepala Moxifloxacin Hipersensitif, superinfeksi candida, colitis pseudomembran, hiperglikemia, gangguan pencernaan, gangguan SSP
  • 23. Golongandanmekanismekerja - Bekerja dengan cara menghambat sintesis protein kuman dengan cara berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50s - Umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisidal untuk bakteri yang sangat peka. - Contoh obat: Eritromisin, Klaritromisin, azitromisin. 3. Golongan MAKROLIDA Nama obat Efek Samping Azitromicin Mual, rasa tidak enak pada perut, muntah, kembung, vertigo, pusing, sakit kepala, ruam kulit
  • 24. Kondisikhusus - Anak-anak  Amoksisilin, ampisilin.  Alternatif = sefalosporin generasi 3 - Ibu hamil  Golongan makrolida: eritromisin, azitromisin, klaritromisin.
  • 26. Terapi non farmakologi PDPI, 2021 Pneumonia komonitas Hindari merokok Menjaga kebersihan tangan Menggunakan Masker Menerapkan etika batuk
  • 27. Terapi non farmakologi PDPI, 2021 Pneumonia Nosokomial • Mencegah koloni di orofaring lambung dengan menghindari pemakaian antibiotik yang tidak tepat, memilih dekontaminan saluran cerna secara selektif, menggunakan sukralfat disamping antagonis H2, menggunakan obat-obatan untuk meningkatkan gerakan duodenum misalnya metoklopramid dan cisapride, berhenti merokok dan vaksinasi. • Mencegah terjadinya aspirasi ke saluran napas bawah dengan cara memposisikan pasien dengan kepala lebih tinggi, menggunakan selang saluran napas yang ada suction subglotis, memakai selang nasogatrik yang kecil, menghindari intubasi ulang, pemberian makanan secara kontinu dengan jumlah sedikit. • Mencegah inokulasi eksogen dengan menghindari infeksi silang dengan cara mencuci tangan sesuai prosedur, menggunakan peralatan (seperti selang nasogastrik, kateter, alat bantu napas, bronkoskopi dan lain-lain) secara steril, mengisolasi pasien yang terinfeksi kuman MDR, mengganti secara berkala kateter urine, selang naso gastrik dan lain-lain. • Menjaga daya tahan tubuh pasien tetap optimal dengan melakukan drainase sekret saluran napas dengan fisioterapi dada, mobilisasi.
  • 28. Studikasus Nama : Ny. Ina Umur : 57 tahun Berat badan : 54 kg (sebelum sakit) dan 53 kg (saat sakit) Tinggi badan : 150 cm Status perkawinan : sudah menikah Agama : islam Suku bangsa : jawa Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat : Taman wisma asri Rt 06/ RW 08, Sumber biaya : BPJS Sumber informasi : Pasien mengeluh batuk berdahak, dahak keluar sedikit, konsitensi kental, dengan warna jernih, nyeri dada saat batuk seperti tertimpa benda berat (skala 2), mual, dan demam. Faktor pencetus pasien : riwayat penyakit kronis kanker thyroid on kemo ke-2 (6 Maret 2023). Upaya mengatasi yang sudah dilakukan pasien di rumah adalah minum obat batuk lasein tetapi tidak ada perbaikan kondisi.
  • 29. Studikasus Pasien memiliki keadaan umum sakit sedang dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pasien memiliki tingkat kesadaran compos mentis, skala GCS (Glasglow Coma Scale) = 15 (E : 4, M : 6, V : 5). Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit kronis CA Thyroid anaplastik on kemo. Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena pasien mual dan porsi makan yang dihabiskan ialah ¼ porsi. Pasien memiliki jalan napas yang terdapat sumbatan (sekret tertahan), pernapasan sedikit sesak, frekuensi napas 25x/menit, irama napas cepat teratur, jenis pernapasan spontan, kedalaman pernapasan dalam, SaO2 : 97%,terdapat batuk produktif dengan konsitensi sekret jernih dankental, tidak terdapat darah, suara napasronkhi, tidak ada nyeri saat bernapas, pasien menggunakan alat bantu napas oksigen nasal kanul 3 liter/menit (SaO2 : 99%), dan nyeri pleuritik yang timbul ketika batuk seperti tertimpa benda berat dengan skala nyeri 2. Suhu kulit pasien 38,5°C, warna kulit kemerahan, dan akral panas. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai leukosit meningkat (140/ul). Hasil pemeriksaan x-ray thorax memberikan kesan gambaran edema pulmonum dd pneumonia.
  • 30. Studikasus Masalah Tindakan Yang Diterapkan bersihan jalan napas tidak efektif monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan, monitor sputum, posisikan semi fowler / fowler, berikan minum air hangat, lakukan fisioterapi dada ( jika perlu) berikan oksigen (jika perlu) dan kolaborasi pemberian obat mukolitik dan bronkodilator. keperawatan hipertermia identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan dingin, berikan cairan oral, lakukan pendinginan eksternal seperti kompres dahi, leher, dan aksila, anjurkan tirah baring, kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, kolaborasi pemberian obat antipiretik keperawatan risiko infeksi monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, dan kolaborasi pemberian obat (obat leucogen 1x1 keperawatan risiko defisit nutrisi identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, monitor asupan makanan, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, dan kolaborasi pemberian obat antiemetic. Evaluasi dari implementasi keperawatan selama 3 x 24 jam ialah terdapat 3 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermia, dan risiko defisit nutrisi.
  • 31. Studikasus Pembahasan : Tanda dan gejala pada pasien pneumonia umumnya adalah demam, batuk disertai dahak atau lendir, berkeringat atau kedinginan, sesak napas, nyeri dada saat bernapas atau batuk, tidak nafsu makan, mual, muntah, dan sakit kepala. Selain itu, terdapat ronkhi dan gambaran infiltrat pada rontgen toraks. Pada pasien Ny. Ina, terdapat beberapa keluhan dan hasil pemeriksaan yang serupa seperti pasien mengatakan batuk berdahak, nyeri dada ketika batuk, sesak napas, demam, mual, dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum : Sakit sedang, suara napas pasien terdengar ronkhi pada bronkus dan lapang paru kanan, TTV= TD: 115 / 60 mmHg, RR: 25 x/menit, N: 90 x/menit, S: 38,5°C, kulit pasien teraba panas. Pemeriksaan penunjang, hasil lab= Hemoglobin: 12 g/dl, leukosit: 140 / µl, trombosit : 153.000 / ul, hematokrit : 36.0%, dan neutrofil : 20%, kesan rontgen thorax: gambaran edema pulmonum dd/ pneumonia.
  • 32. Studikasus Diagnosa pembahasan bersihan jalan napas tidak efektif ialah bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d pasien mengatakan batuk berdahak sudah 3 hari. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan pneumonia yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif karena adanya benda asing yang berasal dari akumulasi sekret yang berlebih. keperawatan hipertermia hipertermi b.d proses penyakit d.d pasien mengatakan demam 2 hari. Adanya inflamasi akut pada paruparu terutama di sekitar alveoli dapat mengaktifkan sistem termoregulasi di hipotalamus. Hal ini menyebabkan munculnya peningkatan suhu tubuh pada pasien pneumonia. keperawatan risiko infeksi ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (leukopenia). Diagnosa ketiga diangkat oleh penulis karena pasien memiliki riwayat penyakit ca thyroid anaplastik on kemo ke-2 yang terdiagnosa medis oleh dokter penanggung jawab pasien memiliki febrile neutropenia. Febril neutropenia merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi yang menyebabkan neutropenia ditambah dengan faktor pencetus lain seperti infeksi yang biasanya terjadi 7-10 hari setelah kemoterapi. keperawatan risiko defisit nutrisi risiko defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk menghabiskan porsi makan (mual). Hal tersebut karena, pasien Ny. Ina memiliki riwayat penyakit kanker thyroid anaplastik on kemo ke-2. Efek samping yang sering terjadi pada pasien yang melakukan kemoterapi meliputi myelosupresi, mual dan muntah.
  • 33. Studikasus Tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yang dilakukan pada pasien ialah memberikan minum air hangat. Air hangat dapat bermanfaat untuk melegakan saluran pernapasan dari adanya sekret . Selain itu, untuk tindakan keperawatan mandiri yang dapat dilakukan untuk masalah bersihan jalan napas ialah dengan melakukan fisioterapi dada. Fisioterapi dada dapat memberikan manfaat bagi pasien dengan penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan kedua hipertermia ialah pasien dilakukan pendinginan eksternal seperti kompres hangat pada dahi, leher, dan aksila. Pemberian kompres hangat pada area pembuluh darah besar seperti dahi, leher, dan aksila dapat memberikan rangsangan pada preoptic hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh. Hasil penelitian sebelunya menunjukkan jika kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Tindakan keperawatan pada masalah keperawatan risiko infeksi yang dilakukan pada pasien ialah dengan perawat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien. Perilaku hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial . Tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan risiko defisit nutrisi salah satunya ialah memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Diet tinggi kalori dan tinggi protein merupakan makanan yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal sehingga dapat membantu mencegah terjadinya defisit nutrisi pada pasien . Selain itu, hal ini dibutuhkan karena terdapat kaitannya dengan masalah keperawatan hipertermia yang dialami pasien. Pada saat hipertermia, tubuh akan mengalami peningkatan metabolisme dan diperlukan intake protein dan kalori yang adekuat untuk menunjang kondisi tersebut .
  • 34. Studikasus Evaluasi keperawatan setelah dilakukan implementasi menunjukkan jika beberapa masalah teratasi yang dibuktikan dengan pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar dengan konsistensi cair, pasien sudah tidak demam, dan pasien mengatakan nafsu makan meningkat. Namun, terdapat satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu risiko infeksi. Hal ini dikarenakan hasil laboratorium leukosit masih di bawah rentang normal. Sehingga, penulis pada akhirnya melakukan discharge planning sebelum pasien pulang. Tujuan discharge planning ialah dapat membantu proses rehabilitasi pasca peratawan di Rumah Sakit. Pelaksanaan discharge planning pada pasien Ny. I mencakup ppemberian informasi kepada keluarga dan pasien tentang cara perawatan pasien pneumonia di rumah terutama dengan masalah risiko infeksi yang belum teratasi.
  • 35. Daftar pustaka 1. Kemenkes RI. (2023). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/2147/2023. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Pneumonia Pada Dewasa. 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Panduan Umum Praktik Klinis Penyakit Paru dan Pernapasan. Jakarta.: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 3. Mescape 4. Mikromedex 5. Gunawan SG, Setiabudy R, editors. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: BP FKUI 2016 6. Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia cetakan tahun 2017. Jakarta: Sagung Seto. 2017