Materi kuliah analisis risiko dalam mata kuliah epidemiologi veteriner untuk mahasiswa kedokteran hewan. Salindia ini membahas metode analisis risiko dalam kaitannya dengan penyakit hewan lintas batas sesuai dengan panduan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia.
Materi kuliah analisis risiko dalam mata kuliah epidemiologi veteriner untuk mahasiswa kedokteran hewan. Salindia ini membahas metode analisis risiko dalam kaitannya dengan penyakit hewan lintas batas sesuai dengan panduan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
1. Persyaratan
Kelompok ternak
bebas Brucellosis
Drh. TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
“Pembahasan Kuesioner Penilaian Brucellosis” – 1 Maret 2021
2. Brucellosis
Brucellosis tetap menjadi salah satu zoonosis yang
paling menyebar di dunia.
Pada manusia, penyakit dikenal sebagai demam
undulan, demam Mediterania atau demam Malta, tetap
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Secara historis, hanya B. abortus, B. melitensis, dan B.
suis yang dipertimbangkan sebagai patogen zoonotik,
tetapi laporan terkini menunjukkan spesies mamalia laut
yang baru diakui juga memiliki potensi zoonotik.
Dari spesies Brucella, sebagian besar penyakit manusia
disebabkan oleh B. abortus dan B. melitensis.
Sumber: Makita et al. BMC Veterinary Research 2011, 7:60.
3. Brucellosis pada sapi
Brucellosis pada sapi (utamanya disebabkan oleh B.
abortus) menimbulkan bukan hanya ancaman signifikan
sebagai sumber infeksi ke manusia tetapi juga risiko
kerugian ekonomi.
Kerugian akibat abortus atau kematian anak sapi adalah
kendala ekonomi yang besar bagi peternak dan
pembentukan status ‘carrier’ dalam proporsi ternak yang
besar dapat menyebabkan reduksi 20% produksi susu.
Di daerah di mana pemusnahan atau cara lain
pengendalian brucellosis tidak dipraktikkan, infeksi kronis
jangka panjang sering dikaitkan dengan higroma karpal
dan infertilitas.
Sumber: Makita et al. BMC Veterinary Research 2011, 7:60.
4. Gejala klinis brucellosis
Satu-satunya gejala klinis bahwa sapi betina muda
atau sapi induk yang menderita brucellosis adalah
keguguran (abortus) ketika ternak tersebut
mengekresikan jutaan bakteri ke lingkungan.
Sapi betina muda/sapi induk yang terinfeksi
menyebabkan anak sapi juga mengekskresikan
bakteri pada saat melahirkan. to edit Master text
styles
• Second level
5. Penularan Brucellosis
Foetus aborsi dan eksudat (discharges) mengandung
sejumlah besar organisme infeksius, dan sapi yang
terinfeksi secara kronis dapat mengeluarkan organisme
dalam jumlah lebih rendah melalui susu dan eksudat organ
reproduksi, dan infeksi dapat juga ditularkan secara vertikal
ke anak sapi yang lahir kemudian, sehingga
mempertahankan penularan penyakit.
Sumber: Makita et al. BMC Veterinary Research 2011, 7:60.
6. Strategi pengendalian brucellosis
3 (tiga) strategi utama yang telah menunjukkan dapat
digunakan sebagai alat efektif untuk mengendalikan
brucellosis pada hewan domestik apabila digunakan
secara kombinasi:
1. Biosekuriti yang ketat di tingkat peternakan;
2. Program ‘uji dan potong’ (test and slaughter); dan
3. Imunisasi populasi yang rentan.
7. Persyaratan negara/zona bebas
brucellosis tanpa vaksinasi
1) Penyakit wajib dilaporkan (notifiable);
2) Tidak ada kasus tercatat pada sapi dalam 3 tahun terakhir;
3) Pengujian reguler semua kelompok ternak telah dilakukan
dalam 3 tahun terakhir; dan uji menunjukkan infeksi Brucella
tidak ada pada 99,8% kelompok ternak yang mewakili 99,9%
sapi di negara/zona;
4) Tindakan regulasi telah dilakukan untuk deteksi dini infeksi
Brucella pada sapi, termasuk pengiriman secara regular sampel
dari kasus keguguran ke laboratorium diagnostik;
5) Tidak ada sapi yang divaksinasi terhadap infeksi Brucella dalam
3 tahun terakhir, dan tidak ada sapi yang diintroduksi ke dalam
negara/zona yang divaksinasi dalam 3 tahun terakhir;
6) Sapi dan material genetik yang diintroduksi ke dalam
negara/zona memenuhi rekomendasi Artikel 8.4.14. dan 8.4.18.
8. Persyaratan negara/zona bebas
brucellosis dengan vaksinasi
1) Penyakit wajib dilaporkan (notifiable);
2) Tidak ada kasus tercatat pada sapi dalam 3 tahun terakhir;
3) Pengujian reguler semua kelompok ternak telah dilakukan
dalam 3 tahun terakhir; dan uji menunjukkan infeksi Brucella
tidak ada pada 99,8% kelompok ternak yang mewakili 99,9%
sapi di negara/zona;
4) Tindakan regulasi telah dilakukan untuk deteksi dini infeksi
Brucella pada sapi, termasuk pengiriman secara regular sampel
dari kasus keguguran ke laboratorium diagnostik;
5) Sapi yang divaksinasi harus diidentifikasi secara permanen;
6) Sapi dan material genetik yang diintroduksi ke dalam
negara/zona memenuhi rekomendasi Artikel 8.4.14. dan 8.4.18.
Sumber: OIE TAHC (2020). Chapter 8.4. Infection with Brucella
abortus, B. melitensis and B. suis.
9. INFEKSI BRUCELLA
1. Brucella diisolasi dari sampel dari seekor ternak;
ATAU
2. Hasil positif terhadap uji diagnostik, dan ada kaitan
epidemiologis terhadap kasus tersebut.
KELOMPOK TERNAK
Kelompok ternak (herd) artinya sejumlah hewan dari
satu jenis yang dipelihara bersama-sama di bawah
kendali manusia atau sekumpulan hewan liar yang
cenderung berkelompok.
Suatu kelompok ternak biasanya dianggap sebagai
unit epidemiologi.
Sumber: OIE TAHC (2020). Chapter 8.4. Infection with Brucella
abortus, B. melitensis and B. suis. Article 8.4.1. General provisions.
10. Persyaratan kelompok ternak bebas
brucellosis tanpa/dengan vaksinasi
TANPA VAKSINASI
Kelompok ternak berada di negara/zona bebas infeksi Brucella
tanpa vaksinasi dan disertifikasi bebas tanpa vaksinasi oleh
Otoritas Veteriner;
ATAU
Kelompok ternak berada di negara/zona bebas infeksi Brucella
dengan vaksinasi dan disertifikasi bebas tanpa vaksinasi oleh
Otoritas Veteriner; dan tidak ada sapi dalam kelompok ternak itu
yang telah divaksinasi dalam 3 tahun terakhir.
DENGAN VAKSINASI
Kelompok ternak berada di negara/zona bebas infeksi Brucella
dengan vaksinasi dan disertifikasi bebas dengan vaksinasi oleh
Otoritas Veteriner.
11. Persyaratan kelompok ternak
bebas brucellosis tanpa vaksinasi
1) Penyakit wajib dilaporkan di seluruh wilayah negara (notifiable);
2) Tidak ada sapi dalam kelompok ternak yang telah divaksinasi
dalam 3 tahun terakhir;
3) Tidak ada kasus terdeteksi pada kelompok ternak setahun
yang lalu;
4) Sapi yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan infeksi
Brucella seperti keguguran telah diuji secara diagnostik dengan
hasil negatif;
5) Dalam setahun yang lalu, tidak ada bukti infeksi Brucella pada
kelompok ternak lain dalam peternakan yang sama, atau
tindakan dilakukan untuk mencegah setiap penularan infeksi
Brucella dari kelompok ternak lain;
Lanjut ke slide berikut
12. Persyaratan kelompok ternak
bebas brucellosis tanpa vaksinasi
6) Dua kali uji telah dilakukan dengan hasil negatif terhadap
semua ternak dewasa, kecuali jantan kastrasi dan betina afkir,
yang ada dalam kelompok ternak pada saat pengujian, uji
pertama tidak dilakukan sebelum 3 bulan setelah pemotongan
kasus terakhir dan uji kedua dengan interval lebih dari 6 dan
kurang dari 12 bulan.
Sumber: OIE TAHC (2020). Chapter 8.4. Infection with Brucella
abortus, B. melitensis and B. suis.
13. Persyaratan kelompok ternak
bebas brucellosis dengan vaksinasi
1) Penyakit wajib dilaporkan di sekuruh wilayah negara;
2) Sapi yang divaksinasi harus diidentifikasi secara permanen;
3) Tidak ada kasus terdeteksi pada kelompok ternak setahun
yang lalu;
4) Sapi yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan infeksi
Brucella seperti keguguran telah diuji secara diagnostik
dengan hasil negatif;
5) Dalam setahun yang lalu, tidak ada bukti infeksi Brucella pada
kelompok ternak lain dalam peternakan yang sama, atau
tindakan dilakukan untuk mencegah setiap penularan infeksi
Brucella dari kelompok ternak lain;
Lanjut ke slide berikut
14. Persyaratan kelompok ternak
bebas brucellosis dengan vaksinasi
6) Dua kali uji telah dilakukan dengan hasil negatif terhadap
semua ternak dewasa, kecuali jantan kastrasi dan betina
afkir, yang ada dalam kelompok ternak pada saat pengujian,
uji pertama tidak dilakukan sebelum 3 bulan setelah
pemotongan kasus terakhir dan uji kedua dengan interval
lebih dari 6 dan kurang dari 12 bulan.
Sumber: OIE TAHC (2020). Chapter 8.4. Infection with Brucella
abortus, B. melitensis and B. suis.
15. Mempertahankan status bebas
kelompok ternak tanpa vaksinasi
1. Persyaratan kelompok ternak bebas brucellosis tanpa
vaksinasi terpenuhi;
2. Pengujian regular, dengan frekuensi bergantung pada
prevalensi kelompok ternak (herd prevalence) di
negara/zona yang menunjukkan tidak adanya infeksi
Brucella yang berkelanjutan;
3. Ternak yang diintroduksi ke dalam kelompok ternak
disertai dengan sertifikat dari dokter hewan berwenang
yang menyatakan bahwa ternak tersebut berasal dari:
Lanjut ke slide berikut
16. Mempertahankan status bebas
kelompok ternak tanpa vaksinasi
a) negara/zona bebas infeksi Brucella tanpa vaksinasi;
ATAU
b) negara/zona bebas infeksi Brucella dengan vaksinasi
dan tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir; ATAU
c) kelompok ternak bebas infeksi Brucella tanpa atau
dengan vaksinasi dan ternak tidak divaksinasi dalm 3
tahun terakhir dan diuji untuk infeksi Brucella dalam 30
hari sebelum pengiriman dengan hasil negatif; dalam
kasus betina pasca melahirkan, uji dilakukan 30 hari
setelah melahirkan. Uji ini tidak diperlukan untuk hewan
belum dewasa secara seksual termasuk ternak kastrasi
dan betina afkir.
17. Mempertahankan status bebas
kelompok ternak dengan vaksinasi
1. Persyaratan kelompok ternak bebas brucellosis dengan
vaksinasi terpenuhi;
2. Pengujian regular, dengan frekuensi bergantung pada
prevalensi kelompok ternak (herd prevalence) di
negara/zona yang menunjukkan tidak adanya infeksi
Brucella yang berkelanjutan;
3. Ternak yang diintroduksi ke dalam kelompok ternak
disertai dengan sertifikat dari dokter hewan berwenang
yang menyatakan bahwa ternak tersebut berasal dari:
Lanjut ke slide berikut
18. Mempertahankan status bebas
kelompok ternak dengan vaksinasi
a) negara/zona bebas infeksi Brucella tanpa atau
dengan vaksinasi; ATAU
b) kelompok ternak bebas infeksi Brucella tanpa atau
dengan vaksinasi dan ternak diuji untuk infeksi
Brucella dalam 30 hari sebelum pengiriman dengan
hasil negatif; dalam kasus betina pasca melahirkan,
uji dilakukan 30 hari setelah melahirkan. Uji ini tidak
diperlukan untuk hewan belum dewasa secara
seksual termasuk ternak kastrasi atau ternak
divaksinasi berumur kurang dari 18 bulan.
19. Manajemen dan biosekuriti
Fokus pada kemungkinan kontak dengan Brucella yang
hidup, baik ternak yang terinfeksi dan lingkungan yang
terkontaminasi.
Rute paling sering untuk masuknya Brucella ke suatu
peternakan bebas yaitu:
• Pembelian ternak terinfeksi yang dapat mengeluarkan
bakteri ke lingkungan, oleh karena itu terpapar ke individu
yang rentan.
• Kontak dengan material, padang rumput dsb. yang
terinfeksi, karena resistensi Brucella spp. di lingkungan
yang tinggi, menyebabkan persistensi di luar hospes untuk
jangka waktu lama, memungkinkan berbagai rute
penularan Brucella (konjungtiva, oral, dan pernafasan).
20. Manajemen sapi perah
Introduksi sapi baru adalah salah satu risiko biosekuriti
terpenting bagi peternakan sapi perah (Villarroel A., 2007).
Pada peternakan sapi perah modern, penjualan dan
pergerakan sapi adalah bagian intrinsik dari bisnis sebagai
konsekuensi peningkatan tingkat penggantian kelompok
ternak (herd replacement) sapi dewasa menyusui,
pemusnahan paksa dan kebutuhan untuk meningkatkan
besaran kelompok (Sibley R.J., 2014).
Untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit antar
peternakan, ternak baru harus dibeli hanya dari kelompok
ternak yang diketahui status kesehatan dan diketahui
protokol vaksinasinya (Wallace R.L., 2003).
21. Faktor risiko
Besaran kelompok ternak (herd size) - seropositif pada besaran
> 8 ekor lebih tinggi dari 1-2 ekor sapi.
Kelompok ternak dengan sejarah abortus.
Sapi induk dengan jumlah anak sapi lahir - seropositif pada 1-2
ekor lebih rendah dari > 6 ekor anak sapi (Lindahl et al., 2014;
Coelho et al., 2015).
Peternakan sapi yang dipelihara berdekatan dengan domba/
kambing.
Keberadaan anjing di peternakan.
Sapi perah berpeluang lebih besar tertular bahkan juga
menyebarkan lebih cepat dari sapi potong.
Pembelian ternak.
Praktik pencampuran ternak, baik di padang rumput atau sumber
air minum (Coelho et al., 2015).
Perkawinan dengan inseminasi buatan (Panus et al., 2018).
22. Biosekuriti (kontak dengan sapi lain)
Pembelian sapi (betina muda/induk) – Ya/tidak – SKKH daerah
asal/SKKP setelah tiba - diuji/tidak diuji.
Rata-rata frekuensi pembelian sapi betina muda atau induk per
tahun – jumlah (ekor).
Transportasi pembelian sapi betina muda – kontak dengan sapi
lain – ya/tidak.
Fasilitas karantina memadai – ya/tidak.
Peternakan sapi lain dalam jarak 1 km – ya/tidak.
Dipelihara di luar kandang – ya/tidak.
Sanitasi lokasi pemeliharaan di luar kandang – ya/tidak.
Domba/kambing dalam jarak 1 km – ya/tidak.
Partisipasi dalam pameran ternak – ya/tidak – kembali ke
peternakan – ya/tidak.
Padang rumput – kontak dengan sapi lain – ya/tidak/mungkin.
Sumber: Villaamil et al. (2019). https://doi.org/10.1101/673996.
23. Biosekuriti (kendaraan & peralatan)
Pemakaian bersama gerobak pengangkut pakan – ya /tidak
Rata-rata frekuensi gerobak pengangkut pakan per minggu -
jumlah
Pemakaian bersama mesin – ya/tidak.
Pemakaian bersama kendaraan kotoran – ya/tidak.
Rata-rata frekuensi kendaraan kotoran per bulan – jumlah.
Pemakaian bersama material (aplikator ‘ear tag’, material
melahirkan anak sapi, material pembersihan atau lainnya) –
ya/tidak.
Pemakaian bersama kendaraan limbah cair – ya/tidak.
Rata-rata frekuensi kendaraan limbah cair per bulan – jumlah.
Area deposit karkas – di luar/ di dalam perimeter peternakan.
Rata-rata frekuensi kendaraan karkas per bulan masuk ke
perimeter peternakan (jika ada) – jumlah.
Sumber: Villaamil et al. (2019). https://doi.org/10.1101/673996.
24. Biosekuriti (kendaraan & peralatan)
LANJUTAN
Kendaraan (rumah potong/feedlot) dapat tiba membawa
ternak dari luar peternakan – ya/tidak/tidak tahu.
Kendaraan (rumah potong/feedlot) dapat memasuki ke
dalam perimeter peternakan – ya/tidak.
Rata-rata frekuensi kendaraan rumah potong/feedlot per
bulan masuk ke perimeter peternakan – jumlah.
Sumber: Villaamil et al. (2019). https://doi.org/10.1101/673996.
25. Biosekuriti (pengunjung & pekerja)
Pekerja (eksternal) – tidak/ya (kerja/tidak kerja di
peternakan lain).
Pagar perimeter – tidak/ya (selalu/tidak selalu tertutup).
Parkir kendaraan untuk pengunjung – di luar/di dalam
perimeter peternakan.
Rata-rata jumlah pengunjung per bulan yang kontak
dengan ternak – jumlah.
Pengunjung menggunakan pakaian pelindung – ya/tidak.
Sumber: Villaamil et al. (2019). https://doi.org/10.1101/673996.
26. Biosekuriti peternakan sapi perah
Biosekuriti Tindakan
Catat semua pengunjung
peternakan pada logbook
Tempatkan logbook pengunjung di
pintu masuk peternakan
Batasi akses pengunjung ke
kandang
Kunci pintu kandang
Informasikan orang yang tidak
punya kewenangan bahwa mereka
tidak dimungkinkan masuk ke
kandang
Tanda pasca peringantan meminta
pengunjung untuk tidak melintas di
dalam kandang dan beberapa
tanda yang mengarahkan ke
kantor peternakan
Pengunjung dapat akses kandang
hanya dengan pakaian dan boot
yang bersih, yang tidak digunakan di
peternakan yang lain
Sediakan boot dan pakaian kerja
yang bersih untuk semua
pengunjung.
27. Biosekuriti peternakan sapi perah
Biosekuriti Tindakan
Pengunjung harus menggunakan
alas kaki degan disinfektan dan
membersihkan bootnya sebelum
masuk ke kandang
Tempatkan bak disinfektan alas
kaki dan sikat di luar kandang
Pedagang atau pengangkut
ternak yang baru tiba tidak
diperbolehkan masuk ke
kandang atau kontak dengan
ternak di peternakan
Akses mobil dilakukan pada rute
yang menghindari kontak dengan
ternak di peternakan, langsung di
menuju ke area karantina yang
berlokasi dalam jarak tertentu dari
kelompok ternak (herd).
Akses pengirim ternak ke
kandang atau kontak dengan
sapi dibatasi.
Penguburan ternak mati jauh dari
kandangn dan jalan utama.
28. Sanitasi peternakan sapi potong
Ada upaya untuk mencegah kontaminasi pakan dan
peralatan dari kotoran sapi.
Peralatan pembersih.
Pemisahan antara sapi sakit dan sehat.
Melakukan evaluasi rutin terhadap perawatan sanitasi.
Jika kotoran ternak berkaitan dengan pakan atau air
minum, tindakan pembersihan sudah ada.
Penggunaan peralatan yang berbeda untuk memberikan
pakan dan membersihkan kandang atau mencuci sebelum
digunakan selanjutnya.
Tidak pernah menginjak pakan ternak.
Tidak pernah meninggalkan peralatan untuk dibersihkan
kotoran di dalam kandang.
Sumber: Lestari et al. Earth and Environmental Science 247 (2019) 012005.
29. Sanitasi peternakan sapi potong
LANJUTAN
Pembersihan kendaraan dan peralatan sebelum digunakan
untuk ternak sehat.
Pembersihan dan disinfeksi rutin pakan dan peralatan lain
untuk ternak.
Pembersihan dan disinfeksi rutin peralatan untuk
mengobati ternak.
Sumber: Lestari et al. Earth and Environmental Science 247 (2019) 012005.